metode penelitian analisis efektivitas jembatan
DESCRIPTION
Analisis Efektivitas Jembatan Penyeberangan di Pasar Kosambi BandungTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi dapat diartikan perpindahan baik orang barang maupun benda
dari tempat asal ketempat yang lain. Dapat dikatakan bahwa apabila transportasi
sudah tidak ada maka kehidupan sudah tidak ada karana semua yang di dunia
tidak bergerak.
Menurut Nasution ada tiga hal yang membuat suatu bangsa menjadi besar
dan makmur yakni tanah yang subur, kerja keras dan kelancaran transportasi
orang dan barang dari bagian negara kebagian lainnya, tanah yang subur tidak
banyak artinya apabila tidak digarap, dimanfaatkan dan dikelola secara tepat.
Sumber daya alam yang dimiliki suatu Negara tidak berarti apa apa bila tetap ada
di tempatnya, tanpa disentuh oleh manusia ahli, untuk dimanfaatkan.
Pendayagunaan semua itu memerlukan kerja keras dengan mengerahkan sumber
daya manusia.
Jadi transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ketempat tujuan.
Menurut Morlok,E,K. Dalam hubungan ini terlihat tiga hal berikut:
Ada muatan yang diangkut
Tersedia kendaraan sebagai alat angkut
Jalan yang dapat dilalui kendaraan.
Pada umumnya kota kota besar di Indonesia mengalami hal yang sama
dalam bidang transportasi yaitu kemacetan lalu lintas di jalan raya, sebagai
contoh DKI sampai dengan informasi terakhir belum mendapatkan solusi yang
tepat dalam hal mengatasi kemacetan.
Kemacetan mengakibatkan kerugian secara ekonomi maupun inmateril
seperti menimbulkan stress karena kekesalan tidak tepat waktu pada tujuan.
Kemacetan penyebabnya dari berbagai kehidupan yang saling terkait
misalnya ke disipilinan yang kurang , Low Inforcement yang lemah, pertumbuhan
kendaraan yang tidak bisa di imbangi pertumbuhan prasarana jalan.
1
Secara garis besar bahwa kemacetan terjadi akibat kapasitas jalan di lampaui
dengan persamaan Tingkat pelayanan = V/C (Volume/Kapasitas ) mendekati 1.
Sebenarnya yang ideal nilai V/C < 0,75. (Manual Kapasitas Jalan Luar Kota).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa upaya mengatasi kemacetan
harus secara terpadu dan penegakan hukum yang tegas.
Menurut pengamatan kami di Pasar Kosambi sudah sering terjadi
kemacetan terutama pada jam-jam dan jalan-jalan tertentu. Dengan adanya
gejala tersebut sudah harus difikirkan agar tidak menjadi parah dengan istilah
tindakan prepentif. Dapat di tambahkan masyarakat kurang disiplin misalnya
parkir sembarang dan tidak teratur, sering menorobos lampu lalu lintas pada
saat lampu merah, pejalan kaki yang kurang disiplin saat menyeberang dan masih
banyak lagi hal hal yang menimbulkan kemacetan. Tentu penanganan masalah
tersebut tidak sama setiap daerah sesuai dengan permasalahan dan tidak bisa di
pungkiri bahwa ada juga kesamaan permasalahan dalam skala yang dan
perspektif yang berbeda.
Salah satu yang menjadi permasalahan dalam kemacetan ini adalah
kurangnya kesadaran pejalan kaki untuk menggunakan jembatan penyeberangan.
Mereka lebih memilih menyeberangi jalan dengan cara melintasi badan jalan
dibandingkan menggunakan fasilitas jembatan penyeberangan yang sudah
didirikan di daerah tersebut.
Oleh karena itu mengingat pentingnya jembatan Penyeberangan bagi para
pejalan kaki, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
kemacetan yang terjadi di Pasar Kosambi Bandung dengan judul “Analisis
Keefektifan Jembatan Penyeberangan di Pasar Kosambi Bandung”.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja jembatan penyeberangan
di Pasar Kosambi Bandung sehingga dapat diketahui penyebab dan menemukan
solusi mengenai terjadinya kemacetan. Serta mengetahui penyebab
ketidakdisiplinan masyarakat maupun penegak hukum dalam berlalu lintas di jalan
raya.
2
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka pokok penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Sejauh mana tingkat keefektifan jembatan Penyeberangan di Pasar Kosambi
Bandung?
2. Apakah lokasi penempatan jembatan Penyeberangan sudah tepat?
3. Seberapa banyak para pengunjung Pasar Kosambi yang melakukan pelanggaran
lalu lintas?
4. Apa saja faktor-faktor yang menghambat berfungsinya jembatan
penyeberangan?
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian “Analisis Keefektifan Jembatan
Penyeberangan di Pasar Kosambi Bandung” ini adalah sebagai berikut :
Sejauh mana tingkat keefektifan jembatan Penyeberangan di Pasar Kosambi
Bandung.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis. Kedua jenis
manfaat tersebut akan dipaparkan sebagai berikut:
A. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk membuktikan teori yang kami
pelajari maupun literatur-literatur yang ada dengan kenyataan di dunia
pekerjaan, khususnya mengenai rekayasa lalu lintas.
B. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
1. Berguna untuk memperoleh kejelasan dan bahan perbandingan antara
teori dan kenyataan di lapangan dan dapat menambah wawasan
pengetahuan penulis.
2. Sebagai wawasan atau studi perbandingan dalam melakukan penelitian
mengenai rekayasa lalulintas di suatu kawasan atau tempat.
3
b. Bagi Pembaca
1. Untuk menambah wawasan dan sumbangan pemikiran bagi pihak yang
akan mengembangkan penelitian selanjutnya.
2. Berguna sebagai bahan referensi dalam membuat laporan penelitian.
1.6 Metodologi
Penelitian ini di lakukan dengan mengumpulkan berbagai literaratur dan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian yang akan di lakukan. Kemudian dilakukan survey lapangan untuk mendapatkan data primer
Data primer antara lain jenis kendaraan, jumlah kendaraan, variasi harian, variasi jam jaman, variasi bulanan, distribusi lajur, lebar jalan, lebar pendekat, waktu tempuh, kecepatan kendaraan, jumlah pejalan kaki pada persimpangan, mengedarkan kuisioner.
Hal yang perlu dilakukan pula wawancara untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang rencana yang berkaitan dengan lalu lintas, sosialisasi rencana penerapan manajemen lalulintas dan lain lain yang berkaitan dengan rencana tersebut.
Data sekunder yang dibutuhkan antara lain jumlah kendaraan umum, kendaraan pribadi, kendaraan barang, panjang jalan, peta jaringan jalan kota bandung, dan jumlah penduduk.
4
Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian
5
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, tujuan metode peneilitian, batasan masalah, lokasi metode penelitian, sistematika penulisan dan jadwal penyelesaian metode penelitan
BAB II TINJAUAN PUSTAKABerisi uraian sitematika tentang penelitian sebelumnya, hasil–hasil metoda penelitian atau tulisan–tulisan lain yang ada hubungannya dengan metoda penelitian yang dilakukan
BAB III METODOLOGI PENELITIANBerisi tentang penjelasan penelitian, cara pengumpulan data dan cara menganalisisnya
BAB IV DATA PENELITIAN Berisi tentang data–data kuisioner yang di dapat dalam bentuk bagan atau tabel–tabel
BAB V PERHITUNGAN DAN ANALISA DATABerisi tentang bagaimana melakukan pembahasan dan analisis dari data yang di peroleh dari peneliti
BAB VI KESIMPULAN DAN SARANBerisi tentang kesimpulan dan saran yang di peroleh dari hasil pembahasan dari bab–bab sebelumnya sehingga merupakan rangkaian yang sistematis dan mudah dipahami
6
1.8 Jadwal Rencana Pelaksanaan
WAKTU(HARI) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. PENYUSUNAN PROPOSAL KP/TA1. Persiapan Administrasi, Personil, dan Peralatan 7 hari2. Pengumpulan Data Sekunder 7 hari3. Survey Pendahuluan 2 hari4. Penyusunan Proposal KP/TA 25 hari
B. SEMINAR
C. PENGUMPULAN DATA KP/TA1. Pencarian Data2. Pengumpulan dan Penyusunan Data
D. PENYUSUNAN TUGAS AKHIR1. Analisa Data2. Pengolahan Data3. Perhitungan dan Desain4. Laporan Akhir KP/TA
E. SIDANG1. Sidang KP/TA2. Penyerahan Laporan KP/TA
OKTOBER NOVEMBER DESEMBERNAMA KEGIATANNO.
Tabel 1.1 Jadwal Rencana Pelaksanaan
7
1.9 Daftar Pustaka
Ali Alhadar. Analisis Kinerja Jalan Dalam Upaya Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas Pada Ruas Simpang Bersinyal Di Kota Palu. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/SMARTEK/article/download/890/709
Gathot Winarso, 2011 Penyebab kemacetan Jakarta Detik Oto
Hermawan, R, et al 1999, Pemberdayaan Angkutan Umum Makalah Seminar Musda II MTI Jabar.
Iskandar Abubakar, at, all.1999
Leksmono Suryo Putranto, M.T., Ph.D. 2008 Rekayasa Lalu Lintas. Penerbit Indeks.
Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( M.K.J.I.) 1987.
Morlok, E, K, 1978, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Penerbit Erlangga.
Mudiono R, 1998, Tinjauan Kelayakan Pengoperasian Angkutan Umum Bus Sedang, (Thesis Program Magister Bidang Khusus Rekayasa Transportasi ITB).
Nasution.H.M.N, 1996, Manajemen Transportasi, Penerbit Ghalia Indonesia.
Rekayasa Lalu Lintas. Penerbit Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas Angkotan Kota Dirjen Perhubungan Darat.
Rudi Hartono 2011 Solusi Kemacetan Jakarta, http//id.shoyoong.com/social- sciences/1943355-solusi kemacetan-Jakarta/#ixzz1bVFta2KA
Sakti Adji Adisasmita, 2012. Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah. Penerbit Graha Ilmu.
Santoso, I, 1996, Perencanaan Prasarana Angkutan Umum. Pusat Studi Transportasi & Komunikasi Institut Teknologi Bandung (Seri 002).
Tamin, O, Z, 1998, Pemodelan Optimasi Jumlah Armada dan Tarif Angkutan Kota Di Kotamadya Bandung. Laporan Akhir Penelitian No. 18685097 DIK-ITB TA 1997/1998.
Tumewu W, et al 1999, Laporan Akhir Pengabdian kepada Masyarakat ITB, Evaluasi Kinerja Operasi Angkutan Taxi di Kota Bandung.
8
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Studi Yang Pernah Dilakukan
Menurut Kamus Lengkap B. Indonesia macet ialah sendat, tidak bisa bergerak dengan baik, tidak bisa bekerja dengan baik terhenti sama sekali.
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta dan Bangkok. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Penyebab kemacetan di Bandung antara lain :a. Buruknya layanan transportasi umum yang ada, yaitu tidak adanya time table
(atau terjadwal), tidak berhenti di halte saja, buruknya kualitas kendaraan, buruknya pelayanan sopir dan kondektur.
b. Jumlah kendaraan bermotor yang sangat banyak akibat dari buruknya pelayanan angkutan umum seperti dijelaskan pada penyebab pertama. Didukung oleh perilaku masyarakat yang mengedepankan gengsi dengan menggunakan mobil sendiri.
c. Arus urbanisasi yang tidak bisa dibendung. Banyaknya jumlah penduduk meningkatkan mobilitas penduduk yang membutuhkan alat transportasi dan juga membutuhkan lapangan kerja serta tempat melakukan usaha yang cenderung menggunakan fasilitas umum seperti trotoar dan badan jalan.
d. Infrastruktur jalan. Kenyataan menunjukkan bahwa infrastruktur jalan di Bandung sangat kurang dibanding dengan jumlah kendaraan yang ada. Hal ini yang dijadikan alasan pihak lain yang dituduh menjadi penyebab kemacetan sebagai penyebab utama kemacetan, seperti anggapan atau sanggahan bahwa angkutan umum dan jumlah penjualan penjualan kendaraan bermotor tidak ikut andil dalam meningkatkan kemacetan. Infrastruktur dan yang lainnya memiliki keterkaitan yang menyebabkan kemacetan.
e. Fasilitas pendukung jalan kurang sekali. Fasilitas pendukung jalan seperti trotoar sangat diperlukan untuk mencegah kemacetan. Sekarang ini jalan yang sudah sempit masih digunakan oleh pejalan kaki, sepeda dan gerobak sehingga menambah sesaknya jalan tersebut. Seharusnya pejalan kaki, sepeda dan gerobak menggunakan trotoar sebagai sarana bergerak sehingga jalan raya
9
akan lebih bisa menampung banyaknya jumlah kendaraan bermotor. Fasilitas kurang ditambah lagi kurangnya penertiban terhadap penyalahgunaan infrastruktur jalan sebagai lahan usaha termasuk parkir, berjualan dan penggunaan yang lainnya.
f. Kesadaran tertib berlalu lintas yang sangat rendah, hal ini disebabkan gagalnya lembaga yang berwenang mengeluarkan surat izin mengemudi menjadikan proses perolehan izin ini sebagai media pembelajaran tertib berlalu lintas.
g. Kebebasan melakukan kegiatan usaha oleh siapa saja dan dimana saja. Walau sebenarnya Pemda DKI sudah memiliki aturan hukum tentang larangan berjualan di sembarang tempat, tetapi kembali penegakan hukum mandul karena aparat yang bisa disuap atau bahkan memeras.
h. Penerapan sistem jalan bebas hambatan di jalan umum dengan asumsi bahwa dengan memperlancar pada perempatan-perempatan jalan akan mengurangi kemacetan, maka sistem ini diterapkan. Karena sangat tidak mungkin membuat jalan raya bukan jalan tol dibuat bebas hambatan dengan model simpang susun, dan hal ini akan memerlukan biaya yang sangat besar, maka opsi ini sulit untuk diwujudkan dan menjadi solusi. Yang terjadi malah distribusi kendaraan yang tidak merata, karena kendaraan bisa melaju dengan cepat di suatu tempat dan akan menumpuk di perempatan dan pertigaan yang kemacetan.
Di dalam Masterplan Transportasi Kota Bandung Tahun 2010 – 2030 menunjukan bahwa koridor Jalan Ahmad Yani sekitar Kawasan Pasar Kosambi masuk kedalam daftar titik kemacetan di Kota Bandung dengan sebab arus lalu lintas yang besar akibat bangkitan dan tarikan pasar Kosambi serta tepi jalan yang dijadikan tempat Parkir. Dampak lalu lintas yang ditimbulkan akibat bangkitan dan tarikan Pasar Kosambi serta kegiatan perdagangan dan jasa di sepanjang koridor Jalan sekitar Kawasan Pasar Kosambi yakni kemacetan yang terjadi pada jam-jam tertentu.
Menurut data dari Dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Jawa Barat, Jalan Ahmad Yani merupakan salah satu dari 50 titik kemacetan di kota Bandung yang disebabkan oleh parkir liar, banyak kendaraan keluar-masuk pasar, banyak PKL di pinggir jalan, angkot dan becak yang ngetem, serta adanya perlintasan kereta api mengharuskan kendaraan harus melajur lebih pelan di dekat perlintasan.
2.2 Variasi Arus Lalu Lintas
Arus lalu lintas bervariasi sesuai dengan hari dalam seminggu. Maksud dari seseorang untuk melakukan perjalanan adalah bervariasi dalam satu minggu, dan pergerakan barang juga bervariasi dalam minggu tersebut. Seperti terlihat pada grafik pada hari minggu lebih banyak penumpang menggunakan angkutan umum.
10
2.2.1 Variasi Bulanan
Sebab utama danya variasi lalu lintas bulanan adalah : adanya perbedaan musim seperti pada saat liburan, misalnya menjelang lebaran, musim panen dan lain sebagainya.
2.3 Manajemen Lalu Lintas
Manajemen lalu lintas adalah pengelolaan dan pengendalian arus lau lintas dengan melakukan optimasi penggunaan prasarana yang ada melalui peredaman atau pengecilan tingkat pertumbuhan lalu lintas, memberikan kemudahan kepada angkutan yang efisien dalam penggunaan ruang jalan serta memperlancar sistem pergerakan.
11