metode pencatatan persediaan barang
TRANSCRIPT
Inilah 2 metode praktis pencatatan persediaan barang yang akan
membantu mengawasi barang-barang dalam gudang Anda
By Wadiyo*
Ada 2 metode pencacatan persediaan barang yang dapat digunakan untuk
melakukan pencatatan persediaan barang, yaitu :
#1. Metode fisik
Penggunaan metode fisik mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada
pada tanggal penyusunan laporan keuangan.
Perhitungan persediaan (stock opname) ini diperlukan untuk mengetahui berapa
jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya
(HPP).
Dengan menggunakan metode ini mutasi persediaan barang tidak diikuti dalam
buku-buku. Setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian.
Karena tidak ada catatan mutasi persediaan barang maka harga pokok penjualan
(HPP) juga tidak dapat diketahui sewaktu-waktu.
Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan akhir sudah
dihitung.
Perhitungan harga pokok penjualan (HPP) dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Persediaan barang awal xxx
Pembelian xxx
____ (+)
Tersedia untuk dijual xxx
Persediaan barang akhir xxx
____ (-)
Harga pokok penjualan xxx
Ada masalah yang akan timbul jika digunakan metode fisik, yaitu jika diinginkan
menyusun menyusun laporan keuangan jangka pendek ( interim ) misalnya bulanan,
yaitu keharusan mengadakan perhitungan fisik atas persediaan barang.
Bila barang yang dimiliki jenis dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan
memakan waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga akan
terlambat.
Tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku menjadikan metode ini sangat
sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan
pencatatan penjualan.
Berdasarkan pengalaman saya, keterlambatan dalam penyusunan laporan keuangan
sebenarnya bisa diatasi dengan cara melakukan penghitungan fisik persediaan
barang secara bertahap.
Bagaimana caranya?
Cara yang pernah saya lakukan adalah sebagai berikut :
1. Meminta bantuan dari karyawan di bagian gudang untuk mengatur letak dan
susunan persediaan barang dengan rapi, sehingga akan mempercepat dan
memudahkan perhitungan serta pengecekan fisik barang.
2. Membagi tugas penghitungan fisik persediaan barang kepada beberapa orang.
Bila jenis dan jumlah barang yang akan dihitung banyak, jumlah personalnya
juga diperbanyak.
3. Melakukan penghitungan dan pengecekan fisik persediaan barang secara
bertahap. Tahap pertama diawali menjelang tanggal akhir periode dan
diakhiri paling lambat awal bulan.
Cara ini akan meningkatkan akurasi dalam perhitungan karena tidak dibatasi
dengan tenggang waktu yang sempit.
Selain itu petugas penghitungan tidak merasa tertekan dan stres. Dan yang
lebih penting lagi adalah penyusunan laporan keuangan bisa selesai tepat
waktu.
Lalu ada yang bertanya :
“ Bila dilakukan secara bertahap, misalnya dalam 3 hari, apakah akurasi
perhitungannya bisa dipercaya?”
“Bukankah selama 3 hari itu sudah terjadi transaksi pengeluaran dan
pemasukan barang?”
“Ataukah selama 3 hari itu seluruh aktivitas keluar masuk barang
dihentikan?”
Akurasi perhitungan persediaan barang bisa diciptakan dengan cara
menghitung semua barang yang keluar dan masuk selama 3 hari itu. Datanya
dari mana? Ambillah dari faktur pembelian dan penjualan.
Selisih antara barang yang masuk dan keluar itulah nati yang ditambahkan
atau dikurangan dari posisi awal saat kita melakukan penghitungan fisik
persediaan barang.
Jadi tidak perlu menghentikan aktivitas keluar masuk barang di
gudang.
#2. Metode perpetual (buku)
Bila menggunakan metode buku (perpetual) setiap jenis persediaan dibuatkan
rekening sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan.
Rincian dalam buku pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol persediaan barang
dalam buku besar. Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri
dari beberapa kolom yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan dan
saldo persediaan.
Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening
persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan
melihat kolom saldo dalam rekening persediaan.
Masing-masing kolom dirinci lagi untuk kuantitas dan harga perolehannya.
Penggunaan metode buku (perpetual) akan memudahkan penyusunan neraca dan
laporan laba rugi jangka pendek, karena tidak perlu lagi mengadakan perhitungan
fisik untuk mengetahui jumlah persediaan akhir.
Walaupun neraca dan laporan laba rugi dapat segera disusun tanpa mengadakan
perhitungan fisik atas barang. Namun lebih baiknya minimal tiap setahun sekali
perlu diadakan pengecekan apakah jumlah barang dalam gudang sesuai dengan
jumlah dalam rekening persediaan.
Pengecekan ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan fisik
dengan jumlah dalam rekening persediaan.
Bila terdapat selisih jumlah persediaan antara hasil perhitungan fisik dengan saldo
rekening persediaan, dapat diadakan penelitian terhadap sebab-sebab terjadinya
perbedaan itu.
Apakah selisih itu normal dalam dalam arti susut atau rusak, ataukah tidak normal,
yaitu diselewengkan atau hilang karena pencurian.
Selisih yang terjadi akan dicatat dalam rekening Selisih Persediaan dan
rekening lawannya adalah rekening Persediaan Barang.
Selisih persediaan xxx
Persediaan Barang xxx
Bila jumlah dalam gudang lebih kecil dibanding dengan saldo rekening persediaan
maka rekening persediaan dikurangi dan sebaliknya bila jumlah barang di gudang
lebih besar dibanding dengan saldo rekening maka rekening persediaan ditambah.
Dengan demikian rekening harga pokok penjualan (HPP) hanya menunjukkan
harga pokok barang-barang yang dijual.
Selisih persediaan tidak termasuk dalam harga pokok penjualan (HPP) tetapi dicatat
sendiri.
Sedangkan dalam metode fisik karena harga pokok penjualan dihitung dengan
metode selisih persediaan maka kekurangan / kelebihan persediaan akan tercampur
dalam harga pokok penjualan (HPP).
Bagaimana perbandingan antara metode perpetual (buku) dengan metode fisik?
Bila dibandingkan dengan metode fisik, maka metode perpetual (buku) ini
merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persediaan yaitu dapat membantu
memudahkan penyusunan neraca dan laporan laba rugi, selain itu dapat
digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang.
Tentang Penulis:
Praktisi finance & Accounting di berbagai industri seperti baja,
IT Consultant, konstruksi dan distribusi selama lebih dari 14
tahun.
Pengelola blog http://manajemenkeuangan.net/
Blog Referensi Terlengkap Manajemen Keuangan + Akuntansi.
***