metode kuarter.docx

30
METODE KUARTER Disusun oleh : Nama : Rendy Prasetyo B1J011002 Neptu Islami Raharja B1J011004 Siti Nur Hidayah B1J011026 Rizki Amalia D. R. B1J011038 Kelompok : 4 Asisten : Wily Pratiwi LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

Upload: siti-nur-hidayah

Post on 23-Nov-2015

95 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

METODE KUARTER

Disusun oleh :Nama : Rendy PrasetyoB1J011002Neptu Islami RaharjaB1J011004Siti Nur Hidayah B1J011026Rizki Amalia D. R.B1J011038Kelompok : 4Asisten: Wily Pratiwi

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO2014

I. PENDAHULUANA. Latar belakang

Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar (Ariyanto et al., 2012). Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas (Ariyanto et al., 2012). Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan (Ariyanto et al., 2012). Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman (Ariyanto et al., 2012). Upaya memanfaatkan lahan bagi pengembangan kehutanan perlu adanya informasi mengenai potensi sumber daya tanah. Informasi tersebut penting sebagai pendekatan dalam mengetahui kendala dan alternatif pemecahannya. Evaluasi kesesuaian lahan ditujukan untuk menilai sifat dan menentukan kendala utama serta alternatif pemecahannya dalam upaya meningkatkan produktivitas tanah. Salah satu pendekatan yang memberi jalan ke arah pemecahan masalah tersebut yaitu melalui kegiatan evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang tajam yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi dan penggunaannya (Rahayu, 2011).Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi vegetasi di dalam hutan, baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan maupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan, satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakanyang merupakan asosiasi konkrit. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu area tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum (Ahmad, 2010).Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat. Metode kuadrat yaitu bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Greig,1983).Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya (Devi, 2006).

B. TujuanTujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan mempraktekan metode kuarter ini dengan baik di lapangan dan mendata jumlah pohon dari suatu areal.

II. MATERI, LOKASI DAN METODE

A. MateriAlat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, pulpen, buku, tali raffia, dan kamera digital.Bahan yang diperlukan adalah vegetasi tumbuhan yang ada di Kebun Raya Baturaden.

B. LokasiPraktikum metode kuadran ini dilaksanakan di Kebun Raya Baturaden pada hari Jumat, 7 Mei 2014.C. MetodeAdapun cara kerja yang dilakukan pada metode kuadran adalah:a. Dibuat garis lurus dengan mengambil 5 titik poin, jarak antara titik poin satu dengan yang lain disesuaikan.b. Pada setiap titik poin, sample diambil dengan mengukur jarak terdekat antara titik poin dengan anakan pohon tersebut. c. Jarak pohon ke titik pusat diukur, dan diameter pohon tersebut dihitung berdasarkan data keliling batang pohon yang telah diukur setinggi dada.d. Diameter anakan pohon diukur dan ditulis nama spesies untuk masing-masing kuadran,dibuat tabel dan dianalisis.e. Menghitung parameter yang di amati seperti jumlah spesies, kerapatan, dominansi dan frekuensi.

Gambar Metode kuadran (5 titik poin) I II I II x x x x x x x x x x x x dst.x x x x x x x x x x x x III IV III IV Titik poin I Titik poin II

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. HasilTabel1.Hasil Analisa Kuantitatif dengan cara kuadran, pada 5 titik pengukuran di Kebun raya BaturadenNo. Titik PengukuranNo. KuadranJenisJarak (m)Keliling Pohon(m)Diameter (m)Luas Bidang Dasar (m2)

I1Agathis damara

2Agathis damara

3Agathis damara

4Agathis damara

II1Agathis damara

2Agathis damara

3Agathis damara

4Agathis damara

III1Agathis damara

2Agathis damara

3Agathis damara

4Agathis damara

IV1Agathis damara

2Agathis damara

3Agathis damara

4Agathis damara

V1Agathis damara

2Agathis damara

3Agathis damara

4Agathis damara

Perhitungan :

Jarak rata-rata =

= = 6,56 m

Kerapatan seluruh jenis per ha = = 232,4 pohon/ha

SpeciesJumlah dalam kuadran (Kerapatan)Jumlah pohon dalam 1 ha (kerapatan)

Pinus merkusii3/20 = 0,150,15x 232,4 = 34,86

Agathis borneensis3/20 = 0,150,15x 232,4 = 34,86

Schima wallichii4/20 = 0,20,2 x 232,4 = 46,48

Roystonea regia3/20 = 0,150,15x 232,4 = 34,86

Caryota mitis3/20 = 0,150,15x 232,4 = 34,86

Eugenia aquea2/20 = 0,10,1 x 232,4 = 23,24

Markhamia lutea1/20 = 0,050,05 x 232,4 = 11,62

Michelia champaca1/20 = 0,050,05 x 232,4 = 11,62

Jumlah 232,4

SpeciesJumlah bidang dasarJumlah Rata-rata bidang dasar (m2)

Pinus merkusii0,0850,085/3 = 0,28

Agathis borneensis2,62,6/3 = 0,87

Schima wallichii0,030,03/2 = 0,0075

Roystonea regia0,360,36/3 = 0,12

Caryota mitis0,180,18/3 = 0,6

Eugenia aquea0,020,02/2 = 0,01

Markhamia lutea0,0003140,000314/1 = 0,00314

Michelia champaca0,0008040,000804/1 = 0,00804

1. Menghitung Dominansi Dominansi suatu jenis = Rata-rata Luas Bidang Dasar x kerapatan pohon /ha Pinus merkusii= 0,28 x 34,86 = 9,76 m/haAgathis borneensis= 0,87 x 34,86 = 30,33 m/haSchima wallichii= 0,0075 x 46,48 = 0,35 m/haRoystonea regia= 0,12 x 34,86 = 4,2 m/haCaryota mitis= 0,6 x 34,86 = 20,9 m/haEugenia aquea= 0,01 x 23,24 = 0,23 m/haMarkhamia lutea = 0,00314 x 11,62 = 0,036 m/haMichelia champaca = 0,00804 x 11,62 =0,093 m/haJumlah 65,9m/ha

2. Dominansi Relatif

Dominansi Relatif dari :

Pinus merkusii=

Agathis borneensis=

Schima wallichii=

Roystonea regia=

Caryota mitis =

Eugenia aquea=

Markhamia lutea=

Michelia champaca= 3. Frekuensi suatu jenis = Frekuensi dari :

Pinus merkusii=

Agathis borneensis=

Schima wallichii=

Roystonea regia =

Caryota mitis=

Eugenia aquea =

Markhamia lutea=

Michelia champaca= 4. Frekuensirelatif = Frekuensi relatif dari :

Pinus merkusii= = 15 %

Agathis borneensis= = 15 %

Schima wallichii== 20 %

Roystonea regia== 15 %

Caryota mitis== 15 %

Eugenia aquea=

Markhamia lutea== 5 %

Michelia champaca= = 5 %Jumlah 100 %5. KerapatanRelatif = Kerapatanrelatifdari :

Pinus merkusii= = 15 %

Agathis borneensis= = 15 %

Schima wallichii= = 20 %

Roystonea regia= = 15 %

Caryota mitis= = 15 %

Eugenia aquea= = 15 %

Markhamia lutea=5 %

Michelia champaca= = 5 %6. MenghitungNilaiPentingIndex Nilai Penting = Frekuensi relatif + Dominansi Relatif + KerapatanRelatifPinus merkusii= 15 % + 14,8 % + 15 % = 44,8%Agathis borneensis= 15 % + 46,02 % + 15% = 76,02 %Schima wallichii= 20 % + 0,53 % + 20 % = 40,53 %Roystonea regia= 15 % + 6,37 % + 15 % = 36,37 %Caryota mitis= 15 % + 3,17 % + 15 % = 33,17 %Eugenia aquea= 10 % + 0,47 % + 10 % = 20,46 %Markhamia lutea= 5 % + 0,06 % + 5 % = 10,06 %Michelia champaca= 5 % + 0,14 % + 5 % = 10,14 %SpeciesDRKRFRINP

Pinus merkusii14,8 %15 %15 %44,8 %

Agathis borneensis46,02 %15 %15 %76,02 %

Schima wallichii0,53 %20 %20 %40,53 %

Roystonea regia6,37 %15 %15 %36,37 %

Caryota mitis3,17 %15 %15 %33,17 %

Eugenia aquea0,46 %10 %10 %20,46 %

Markhamia lutea0,06 %5 %5 %10,06 %

Michelia champaca0,14 %5 %5 %10,14 %

Gambar 1. Agathis damara

B. PembahasanKebun Raya Baturraden terletak di lereng Gunung Slamet yang secara administrasi pemerintahan masuk wilayah Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan adminsitrasi pengelolaan hutan berada di wilayah Resort Pemangkuan Hutan Baturraden, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Gunung Slamet Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur. Ketinggian lokasi 702-1.076 m dpl. dan berada di kaki Gunung Slamet. Suasananya sejuk dengan suhu udara berkisar antara 18-33C dengan kelembaban udara yang tinggi. Curah hujan rata-rata 5.198 mm per tahun. Kondisi topografi bergelombang sampai berbukit. Kawasan di sekitar Kebun Raya Baturraden merupakan daerah wisata dan dikelilingi oleh tempat wisata lainnya seperti Pancuran Tujuh, Loka Wisata, Pancuran Tiga, dan Telaga Sunyi. Lokasi wisata tersebut ada yang dikelola oleh Pemkab Banyumas dan ada pula oleh PT. Palawi (Indriyanto, 2008). Kebun Raya Baturraden kaya akan berbagai potensi flora yang masih alami. Flora tingkat rendah hingga tingkat tinggi terdapat disana dan yang dapat dijadikan komoditi utama juga sangat banyak, misalnya pohon pinus (Pinus mercusii). Kebun Raya Baturraden memiliki fungsi sebagai tempat konservasi berbagai spesies tumbuhan. Tumbuhan yang dikoleksi diantranya Aracaceae, Orchidaceae, Pteridophyta, Tanaman Langka, Tanaman Obat, Bambu (Bamboo calamus) dan pembibitan tanaman. Pengkoleksian tumbuhan tersebut dimaksudkan untuk pelestarian agar tidak terjadi kepunahan terhadap tumbuhan - tumbuhan tersebut khususnya tumbuhan endemik Gunung Slamet. Pelestarian flora yang ada disana akan melindungi kekayaan spesies yang berada di tempat tersebut. Lokasi Kebun Raya Baturraden terletak di Desa Kemutuk Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas (Indriyanto, 2008).Vegetasi merupakan unsur yang dominan yang mampu berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengendalian suhu udara, memperbaiki kondisi tanah dan sebagainya. Vegetasi dapat menghadirkan estetika tertentu yang alamiah dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma yang ditimbulkan dari daun, bunga maupun buahnya. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Kimmins, 1987).Struktur vegetasi merupakan susunan anggota komunitas vegetasi pada suatu area yang dapat dinilai dari tingkat densitas (kerapatan) individu dan diversitas (keanekaragaman) jenis. Komposisi dan struktur suatu vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor seperti flora setempat, habitat, (iklim,tanah dan lain-lain), waktu dan kesempatan. Komposisi dan struktur vegetasi tumbuhan tidak dapat dilepaskan dari pentingnya mengetahui air tanah dan ketersediaan air tanah bagi tumbuhan di sekitarnya. Ketersediaan air dalam tanah ditentukan oleh kemampuan partikel tanah memegang air. Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat dalam ruang-ruang antar butir tanah yang membentuknya. Air tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal terdapat pada bidang tanah yang mempunyai pengaruh besar terhadap proses pembentukan tanaman. Melalui profil, kedalaman air dapat diduga berdasarkan tinggi, maka air tanah yang selalu mengalami periode naik turun sesuai dengan keadaan musim atau faktor lingkungan luar lainnya. Kedalaman muka air tanah yang dimaksud adalah kedalaman muka priotik yaitu kedalaman muka air tanah sumur-sumur gali yang ada (Kimmins, 1987).Praktikum kali ini dengan menggunakan metode kuadran atau sering yang disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plotless method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya.Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu metode kuadrat, transek garis dan berpusat pada satu titik (kuadran). Praktikum kali ini dilakukan analisis vegetasi dengan metode kuadran. Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yang jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya (Kurniawan, 2008).. Metode kuadran atau Point-Centered Quarter Method merupakan salah satu metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan tingkat pancang (saling atau belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin mengamati struktur vegetasi pohon. Pohon adalah tumbuhan berdiameter > 20 cm, diameter 10-20 cm adalah pancang, diameter < 10 cm dan tinggi pohon > 2,5 m adalah pancang, serta tinggi pohon < 2,5 m adalah anakan. Syarat penerapan metode kuadran adalah distribusi pohon atau tiang yang akan dianalisis harus acak dan tidak mengelompok atau seragam (Ariyanto et al., 2012).Parameter yang diamati dalam pengamatan dengan menggunakan metode kuadran adalah kerapatan, frekuensi, dan dominansi. Pengolahan data yang diperoleh dari setiap parameter tidak lagi menggunakan faktor koreksi seperti halnya yang diterapkan pada metode jarak lainnya. Metode jarak yang paling umum digunakan adalah metode point centered quarter. Pengukuran jarak dilakukan dari titik sapling ke pohon terdekat dalam tiap kuarter (kuadrat). Dengan demikian setiap titik sapling dihasilkan empat pengukuran (Gambar 1). Selain itu juga dilakukan pengukuran diameter pohon dari keempat pohon yang diamati tersebut, digunakan untuk mengetahui basal area suatu spesies (Ariyanto et al., 2012).

Vegetasi pohon yang kita amati dalam praktikum kali ini adalah pohon Damar. Damar adalah istilah yang umum digunakan di Indonesia untuk menamakan resin dari pohon-pohon yang termasuk suku Dipterocarpaceae dan beberapa suku pohon hutan lainnya. Sekitar 115 spesies, yang termasuk anggota tujuh (dari sepuluh) marga Dipterocarpaceae menghasilkan damar. Pohon-pohon dipterokarpa ini tumbuh dominan di hutan dataran rendah Asia Tenggara, karena itu damar merupakan jenis resin yang lazim dikenal di Indonesia bagian barat. Damar dianggap sebagai resin yang bermutu rendah dibanding kopal atau terpenting. Klasifikasi Agathis damara menurut Tjitrosoepomo (1996):Kerajaan: PlantaeDivisi: Coniferphytakelas: PinopsidaOrdo: PinalesFamili: AraucariaceaeGenus : AgathisSpesies: Agathis damaraPohon Damar (Agathis spp.) merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan penghasil kayu yang berwarna terang, dikenal sebagai bahan baku vinir yang menarik. Kayu damar hampir lurus dan berkualitas baik dengan kelas kuat 3 dan kelas awet 4 dan ideal untuk konstruksi lambung kapal pesiar, konstruksi rumah, kayu panel, pembuatan mebel, kawat gigi, dan bantalan rel kereta api. Kayu damar juga digunakan dalam pembuatan gitar karena sifat resonansinya yang baik. Berbagai jenis damar menghasilkan beragam resin seperti kauri kopal, Manilla kopal dan damar gum. Sehingga genus ini secara ekonomis sangat penting (Herliyana, 2012). Genus Agathis telah dikenal sebagai kauri atau damar. Termasuk dari sedikit genus pohon dari 21 spesies pohon yang selalu hijau (evergreen tree). Genus ini merupakan bagian dari famili atau keluarga Araucariaceae (conifer). kelompok ini menyebar luas selama periode Jurasik, tapi sekarang sebagian besar terbatas pada belahan bumi selatan kecuali untuk beberapa Agathis Malesian yang masih ada. Pohon tersebut mempunyai klasifikasi sebagai berikut: Kingdom: Plantae Division: Pinophyta Class: Pinopsida Order: Pinales Family: Araucariaceae Genus: AgathisSalisb. Genus ini menyebar dari Malaysia, Brunei dan Indonesia, melalui Nugini, Queensland dan Solomon timur, untuk Vanuatu, Kaledonia Baru, Fiji dan Selandia Baru (Herliyana, 2012).Pohon yang terkena dampak kebakaran akan mengalami suksesi dan menimbulkan tanah yang subur karena kaya akan nutrisi dan menimbukan pola respon yang baru. Hutan meningkat secara signifikan setelah luka bakar diakibatkan dari kebakaran hutan. Tingkat mungkin indikasi dari kemampuan pohon untuk menahan tekanan cedera kebakaran dan kemungkinan kumbang pasca-api serangan, sedangkan variasi kecil dalam pertumbuhan. Mengenai pertumbuhan dan pertahanan, maka tidak mengherankan jika indeks vigor tinggi harus sesuai keselamatannya lebih tinggi. Pohon-pohon dengan akar dan mahkota sistem dikembangkan dengan baik cenderung memiliki cadangan karbohidrat tinggi dan lebih tahan terhadap lingkungan tekanan dan serangan patogen (Perrakis, 2011).Lingkungan yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan kebutuhan tumbuhan akan keadaan lingkungan yang khusus mengakibatkan keragaman jenis tumbuhan yang berkembang dapat terjadi menurut perbedaan tempat dan waktu. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan jenis tumbuhan yang berkembang dengan perbedaan tinggi tempat atau perbedaan musim. Selain itu, perbedaan ketinggian tempat di atas permukaan laut (dpl) dapat menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara keseluruhan pada tempat tersebut, terutama suhu, kelembaban, dan curah hujan. Unsur-unsur tersebut banyak dikendalikan oleh letak lintang, ketinggian, jarak dari laut, topografi, jenis tanah dan vegetasi. Sehingga vegetasi hutan dataran rendah dan dataran tinggi akan berbeda. Keduanya memiliki keunikan tersendiri (Rahardjanto, 2001).

IV. KESIMPULANBerdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:1. Spesies yang mempunyai nilai INP (Indeks Nilai Penting) tertinggi adalah jenis Agathis borneensis (pohon Damar) dengan nilai 76,02 %. Hal ini menunjukan bahwa Agathis borneensis merupakan pohon yang utama atau dominan di Kebun Raya Baturaden.

DAFTAR REFERENSI

Abidin. 1990. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Jakarta.Ahmad, I. , M. S. A. Ahmad, dan M. Hussai. 2010. Spatiotemporal Aspects of Plant Community Structure in Open Scrub Rangelands of Sub-Mountainous Himalayan Plateaus.Department of Botany, University of Agriculture, Faisalabad, Pakistan Department of Botany and Microbiology, King-Saud University, Riaydh, Saudi Arabia.Ariyanto J., Sri W., Nurmiyati, Putri A. 2012. Studi Biodiversitas Tanaman Pohon Di 3 Resort Polisi Hutan (Rph) Di Bawah Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Telawa Menggunakan Metode Point Center Quarter (PCQ). Pendidikan Biologi FKIP UNS Surakarta dan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Hal: 502-512.Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango.Davis LS, Jhonson KN. 1987. Forest Management. Mcgraw-Hill Book Co, New York.Devi, L. S. dan P.S. Yadava. 2006. Floristic Diversity Assessment and Vegetation Analysis of Tropical Semievergreen Forest of Manipur,North East India. Ecology Laboratory, Department of Life Sciences, Manipur University, Imphal 795 003, India.Greig, dan Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford: Blackwell Scientific Publications.Heriyanto, N.M. , R. Sawitri , dan D. Subandinata. 2006. Kajian Ekologi Permudaan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.Tropical Ecology 47(1): 89-98.Herliyana, Elis Nina. 2012. Laporan Awal Penyakit Busuk Akar Merah Ganoderma sp. pada Agathis sp. (Damar) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat.Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 02 (102 107).Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.Kurniawan, A. dan Parikesit. 2008. Persebaran Jenis Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tabanan Bali. Biodiversitas, Volume 9, Nomor 4 Halaman: 275-279.Jurusan Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung.Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.Nazaruddin, Ir & Syah Angkasa, Ir. 1997. Palem Hias. Penebar Swadaya, Jakarta.Perrakis, Daniel D.B. James K. Agee and Andris Eglitis. 2011. Effects of Prescribed Burning on Mortality and Resin Defenses in Old Growth Ponderosa Pine (Crater Lake, Oregon): Four Years of Post-Fire Monitoring. Natural Areas Journal 31(1):1425.Rahardjanto, 2001. Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang.Rahayu, Nandang. 2011. Kesesuaian Lahan Bekas Kebakaran Hutan Sebagai Upaya Konservasi Lahan Di Gunung Panderman Rph Oro-Oro Ombo Bkph Pujon Kph Malang. GAMMA. Vol. 6 : 2 (122 128).Ramage, B. S. dan Kevin. S. 2010. Sudden Oak Death in Redwood Forests: Vegetation Dynamics in The Wake of Tanoak Decline. Department of Environmental Science, Policy, & Management University of California, Berkeley, CA. Pak. J. Bot., 42(5).Rohman, F. dan I W, S. Artha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.Tjitrosoepomo, G. 1996. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.