metode ecek pada melek aksara bagi anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun di pkbm terang bangsa...
TRANSCRIPT
-
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini pendidikan yang berkembang di Indonesia cukup pesat.
Pendidikan merupakan suatu unsur penting bagi kehidupan bermasyarakat.
Salah satu bagian dari pendidikan adalah pendidikan keaksaran atau yang
sering kita sebut dengan keaksaraan fungsional. Keaksaraan Fungsional adalah
salah satu bagian dari Pendidikan Non-formal. Keaksaraan fungsional
merupakan suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan kemampuan
seseorang dalam menguasai dan menggunakan keterampilan menulis,
membaca, berhitung, dan kecakapan hidup yang berorientasi pada kehidupan
sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitarnya
Istilah keaksaraan fungsional telah lama dikenal oleh masyarakat
yakni sejak pertengahan tahun 1960-an, dan merupakan konsep yang sangat
berpengaruh dalam membangun pendidikan melalui program keaksaraan.
Pesona ide tersebut sangat kuat dan tersebar luas diberbagai kalangan
masyarakat termasuk para pendidik pendidikan Non-formal.
Keaksaraan fungsional adalah pendidikan yang sangat dibutuhkan dari
berbagai kalangan di masyarakat termasuk anak jalanan. Istilah anak jalanan
pertama kali diperkenalkan di Amerika selatan, tepatnya di Brazilia, dengan
nama Meninos de Ruas untuk menyebut kelompok anak-anak yang hidup di
jalanan dan tidak memiliki ikatan dengan keluarga. Istilah anak jalanan
berbeda-beda untuk setiap tempat, misalnya di Columbia mereka disebut
gamin (urchin atau melarat) dan chinces (kutu kasur), marginais
(criminal atau marjinal) di Rio, pajaros frutero (perampok kecil) di Peru,
polillas (ngrengat) di Bolivia, resistoleros (perampok kecil) di Honduras,
Bui Doi (anak dekil) di Vietnam, saligoman (anak menjijikkan) di
Rwanda. Anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian
besar waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain.
-
Menurut Soedijar (1989) dalam studynya menyatakan bahwa anak jalanan
adalah anak usia antara 7 sampai 15 tahun yang bekerja di jalanan dan tempet
umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang
lain serta membahayakan dirinya sendiri. Sedangkan Putranto dalam Agustin
(2002) mendefinisikan anak jalanan sebagai anak berusia 6 sampai 15 tahun
yang tidak bersekolah lagi dan tidak tinggal bersama orang tua mereka, dan
bekerja seharian untuk memperoleh penghasilan di jalanan, persimpangan dan
tempat-tempat umum. Dalam buku Intervensi Psikososial (Depsos, 2001:20),
anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk
mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.
Sebagian besar anak jalanan melakukan rutinitasnya dengan cara
berkelompok tidak hanya itu mereka dapat melakukan banyak kegiatan tidak
hanya di satu lokasi saja, melainkan mereka dapat berpindah pindah tempat
dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Kegiatan yang mereka lakukan
sangat beraneka macam, terkadang mereka mengamen, mengemis, menjual
koran, menjadi kuli angkut di pasar dan tidak sedikit dari mereka yang mencuri
atau mencopet. Rutinitas dan kebiasaan yang mereka lakukan tersebut
bertujuan umtuk mereka mendapatkan uang, dengan uang mereka dapat
bertahan hidup di jalanan. Rutinitas anak jalanan sangat jauh dari dunia
pendidikan bahkan sebagian besar dari mereka masih belum menguasai dengan
baik dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Secara usia
seharusnya mereka sudah mengusai akan kemampuan tersebut tetapi kerena
minimnya pendidikan yang mereka miliki itu membuat mereka belum dapat
membaca, menulis dan berhitung dengan baik. Padahal di beberapa tempat
sudah di sediakan layanan pendidikan bagi anak jalanan yang di selenggarakan
oleh yayasan maupun himpunan mahasiswa tetapi saat ini sebagian besar dari
anak jalanan yang berusia 12 tahun ke bawah masih belum dapat membaca,
menulis dan berhitung secara maksimal. Anak anak jalanan sendiri memiliki
mindset yang kurang menyenangkan mengenai belajar itu sendiri. Bagi anak
jalanan kata belajar adalah sebuah kegiatan yang membosankan dan tidak
menyenangkan bahkan sebagian dari mereka memandang belajar adalah
-
sesuatu kegiatan yang menakutkan. Dengan demikian saya ingin mengubah
mindset mereka mengenai belajar yang sebelumnya, kata belajar yang tadinya
bagi mereka adalah sesuatu yang tidak menyenangkan itu berubah menjadi
belajar itu adalah kegiatan yang sangat menyenangkan.
Anak jalanan sendiri di Kota Semarang mengalami peningkatan dari
275 orang pada tahun lalu menjadi 350 orang. Pemerintah Kota Semarang
mengaku merasa kesulitan mengurangi jumlah anjal di kota ini.
Melihat hal itu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Terang
Bangsa terdorong memberikan layanan pendidikan keaksaraan fungsional bagi
anak jalanan sejak 3 tahun yang lalu. Anak jalanan yang di layani oleh PKBM
Terang Bangsa banyak berkomunitas di sekitar kawasan Pasar Johar. Untuk
memberikan layanan pendidikan khususnya pendidikan keaksaraan fungsional
bagi anak jalanan di sekitar wilayah tersebut. Pada awalnya itu tidak mudah,
karena dibutuhkan metode belajar yang berbeda dari pendidikan untuk anak
pada umumnya. Tujuan dibutuhkannya metode belajar yang berbeda adalah
untuk memaksimalkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung bagi anak
jalanan dengan cara yang nyaman, aman dan menyenangkan untuk mereka.
Untuk memaksimalkan kemampuan anak jalanan dalam membaca,
menulis dan berhitung atau dapat di sebut melek aksara pada anak jalanan yang
berusia di bawah 12 tahun dapat menggunakan metode yang menyenangkan
dan efektif. Dengan demikian beberapa lembaga Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat di Kota Semarang mencanangkan program pendidikan keaksaraan
fungsional. Salah satu di antaranya adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
Terang Bangsa. PKBM Terang Bangsa sudah 3 tahun ini menangani melek
aksara bagi anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun. Pada awal
pelaksanaannya PKBM Terang Bangsa telah mencoba beberapa metode
pembelajaran, tetapi sudah 1 tahun terakhir ini PKBM Terang Bangsa
menggunakan metode ECEK. Kata ECEK merupakan akromin dari Enjoy
Cerdik Entertaiment Kreatif. Dari hasil analisis di atas maka dalam karya nyata
ini mengambil judul Metode Ecek Pada Melek Aksara Bagi Anak Jalanan
-
(Anjal) Yang Berusia Di Bawah 12 Tahun Di PKBM Terang Bangsa
Semarang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Metode ECEK mampu mempercepat melek aksara bagi
anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun di PKBM Terang
Bangsa Semarang?
2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dari peningkatan
kemampuan melek aksara pada anak jalanan yang berusia di bawah 12
tahun di PKBM Terang Bangsa Semarang?
3. Bagaimana hasil belajar melek aksara pada anak jalanan yang berusia
di bawah 12 tahun dengan menggunakan metode ECEK di PKBM
Terang Bangsa Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan efektifitas menggunakan Metode ECEK untuk
mempercepat kemampuan melek aksara bagi anak jalanan yang
berusia di bawah 12 tahun di PKBM Terang Bangsa Semarang
2. Mendeskripsikan faktor faktor pendukung bagi peningkatan
kemampuan melek aksara pada anak jalanan yang berusia di bawah 12
tahun di PKBM Terang Bangsa Semarang
3. Mendeskripsikan hasil belajar melek aksara pada anak jalanan yang
berusia di bawah 12 tahun dengan menggunakan metode ECEK di
PKBM Terang Bangsa Semarang.
D. Strategi Pemecahan Masalah
ECEK adalah sebuah metode belajar yang telah digunakan kurang
lebih 1 tahun yang lalu di PKBM Terang Bangsa Semarang untuk
-
pemberatasan buta aksara bagi anak jalanan yang memiliki usia di bawah 12
tahun. Metode ini berfungsi untuk memaksimalkan anak jalanan dalam belajar
membaca, menulis dan berhitung.
Kata ECEK itu sendiri muncul ketika penulis terinspirasi dari sebuah
alat sederhana dan murah yang sering digunakan untuk anak jalanan
mengamen di pinggir jalan, di perempatan jalan dan di lampu lalu lintas jalan
raya untuk mendapatkan penghasilan yang sering ketika sebut dengan ecek
ecek dari situlah penulis berpikir untuk dijadikan sebuah metode pembelajaran.
Dalam satu satu tahun terakhir, metode pembelajaran ECEK ini telah
saya pergunakan untuk mengajar anak jalanan karena metode ECEK memiliki
kelebihan yang mampu mempercepat kemampuan melek aksara. Kata ECEK
memiliki akronim Enjoy Cerdik Entertaiment Kreatif.
a. Enjoy adalalah suatu metode yang menyenangkan, mengapa
demikian? Karena metode ini banyak menggunakan permainan
edukatif dan lagu atau musik dalam penyampaian materi calistung
untuk anak jalanan.
b. Cerdik adalah suatu metode yang melatih dan meningkatkan
ketangkasan dan kecerdasan anak karena anak dihadapkan dan
diberikan sebuah tantangan untuk mereka menyelesaikan sebuah
proyek atau tugas.
c. Entertaiment adalah metode belajar yang sangat menghibur bagi
anak anak jalan untuk belajar calistung, dimana anak anak
akan diajak menonton video, film motivasi dan kunjungan
kunjungan ke tempat rekreasi edukatif.
d. Kreatif adalah metode belajar yang tidak hanya meningkatkan
kemampuan calistung tetapi Secara Psikomotorik, anjal dilatih
membuat handy craft yang dapat menambah income / penghasilan
mereka
-
BAB II
PEMBAHASAN
Metode ECEK adalah metode yang digunakan untuk pemberantasan
buta aksara bagi anak anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun. Metode
ini dititik beratkan pada pembelajaran membaca, menulis dan berhitung yang
mudah dan menyenangkan. Waktu yang telah dilewatkan anak anak jalanan
untuk tidak mengeyam pendidikan membuat metode ECEK ini sangat menarik
buat mereka.
Penyampaian materi melek aksara pada metode ECEK ini sangat
nyaman dan menyenangkan. Dengan metode ini anak diajak untuk mengenal
huruf dan angka dengan beberapa permainan dan lagu, ini lakukan agar anak
jalanan merasa tertarik dan enjoy dalam menyiapkan mereka untuk mengusai
konsep membaca. Dengan dilakukannya metode ECEK ini anak akan lebih
cepat mengingat setiap materi yang diberikan.
ECEK adalah sebuah metode belajar yang telah digunakan kurang
lebih 1 tahun yang lalu di PKBM Terang Bangsa Semarang untuk
pemberatasan buta aksara bagi anak jalanan yang memiliki usia di bawah 12
tahun. Metode ini berfungsi untuk memaksimalkan anak jalanan dalam belajar
membaca, menulis dan berhitung.
Kata ECEK itu sendiri muncul ketika penulis terinspirasi dari sebuah
alat sederhana dan murah yang sering digunakan untuk anak jalanan
mengamen di pinggir jalan, di perempatan jalan dan di lampu lalu lintas jalan
raya untuk mendapatkan penghasilan yang sering ketika sebut dengan ecek
ecek dari situlah penulis berpikir untuk dijadikan sebuah metode pembelajaran.
Dalam satu satu tahun terakhir, metode pembelajaran ECEK ini telah
saya pergunakan untuk mengajar anak jalanan karena metode ECEK memiliki
kelebihan yang mampu mempercepat kemampuan melek aksara. Kata ECEK
memiliki akronim Enjoy Cerdik Entertaiment Kreatif.
a. Enjoy adalalah suatu metode yang menyenangkan, mengapa
demikian? Karena metode ini banyak menggunakan permainan
-
edukatif dan lagu atau musik dalam penyampaian materi calistung
untuk anak jalanan. Permainan permainan yang diberikan dapat
berupa permainan kelompok atau individual. Kegunaan
permaianan ini selain untuk meningkatkan kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung dengan permainan ini juga melatih anak
untuk bekerja sama dan belajar mengikuti aturan yang ada.
Dengan demikian selain meningkatkan kemampuan melek aksara,
pendidikan karakter mereka juga meningkat. Lagu lagu yang
digunakan juga lagu lagu yang sederhana yang mudah diingat,
bahkan dalam menyanyikan lagu, pendidik melibatkan anak
anak yang dapat bermain alat musik seperti gitar, kentrung, ecek
ecek dan alat perkusi sederhana dari botol botol bekas. Dengan
demikian materi yang diberikan kepada anak anak menjadi
mengasyikan dan mudah diingat. Mereka juga dapat belajar
sendiri di rumah dengan menyanyikan lagu lagu itu. Dengan
lagu lagu tersebut anak juga belajar seni musik dan secara
kemampuan spikomotorik mereka juga meningkat.
b. Cerdik adalah suatu metode yang melatih dan meningkatkan
ketangkasan dan kecerdasan anak dalam berhitung dan berbahasa
karena anak dihadapkan dan diberikan sebuah tantangan untuk
mereka menyelesaikan sebuah proyek atau tugas. Tantangan yang
diberikan berupa kasus berupa cerita dan anak diminta untuk
menyelesaikan akhir dari cerita tersebut, tidak hanya itu pendidik
juga melatih anak anak pada seni lukis untuk meningkatkan
kecerdikan dan imajinasi mereka. Penulis hanya memberikan 1
gambar atau garis pada sebuah buku gambar dan anak anak yang
menyelesaikan gambar tersebut. Gambar yang dihasilkan anak
anakpun sangat beraneka macam dan unik. Selain itu pendidik
juga memberikan sebuah tantangan kepada anak anak, pendidik
hanya memberikan sebuah modal berupa barang / uang, dengan
barang / uang tersebut anak diminta untuk mengembangkan
-
ketangkasan mereka dalam pengembangankan modal yang
diberikan mereka agar menjadi sesuatu yang menghasilkan.
Dengan demikian anak anak terlatih untuk tangkas dan cerdik
menggunakan apa yang ada menjadi sesuatu yang luar biasa.
Dalam hal ini anak juga belajar menerima apa yang ada dalam diri
mereka, dalam sebuah keterbatasan itu dapat dikembangkan
menjadi sesuatu yang luar biasa.
c. Entertaiment adalah metode belajar yang sangat menghibur bagi
anak anak jalan untuk belajar calistung, dimana anak anak
akan diajak menonton video, film motivasi dan kunjungan
kunjungan ke tempat rekreasi edukatif. Dalam metode ini anak
akan diajak belajar sambil refreshing tetapi tetap belajar. Video
yang ditampilkan berupa percobaan percobaan sains dan kreasi
yang lain, setelah menonton video tersebut pendidik beserta anak
anak akan mempratekan apa yang sudah dilihat dalam video
tersebut, dari sinilah anak menghitung, belajar membaca dan
menakar setiap komposisi bahan dalam percobaan tersebut. Selain
itu anak akan diajak untuk menonton film motivasi dimana anak
juga belajar secara pendidikan karakter, selain untuk merefreshkan
mereka, ada beberapa nilai moral yang baik yang diberikan kepada
lewat menonton film film motivasi ini.
d. Kreatif adalah metode belajar yang tidak hanya meningkatkan
kemampuan calistung tetapi Secara Psikomotorik, anjal dilatih
membuat handy craft atau kreatifitas tangan. Melatih anak anak
dalam pembuatan kreatifitas tangan ini bertahap. Tahapan yang
ada disesuaikan dengan tingkat kesulitannya, untuk awal anak
hanya akan membuat kreatifitas dari bahan bahan yang ada
disekitar mereka, kemudian berkembang menjadi kreatifitas yang
tingkat kesulitannya cukup. Dalam pembuatan kreatifitas ini anak
dapat belajar menghitung, perpaduan warna dan kreatifitas mereka
yang nantinya setiap apa yang mereka buat dapat mereka jual
-
sehingga dapat menambah income atau penghasilan mereka.
Dengan demikian apa yang mereka lakukan dalam metode kreatif
ini tidak hanya meningkatkan kemampuan melek aksara mereka
tetapi juga meningkatkan taraf hidup mereka.
Metode ECEK ini ditujukan bagi program keaksaraan fungsional yang
dimana merupakan suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan
kemampuan seseorang dalam menguasai dan menggunakan keterampilan
menulis, membaca, berhitung, mengamati, dan menganalisa yang berorientasi
pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan
sekitarnya.
Metode ECEK bagi program keaksaraan fungsional dikembangkan
dengan konsep pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) berdasarkan
konteks lokal, menggunakan proses partisipatif untuk menciptakan suatu model
lokal. Kurikulum didasarkan pada pemenuhan minat dan kebutuhan warga
belajar, serta mencakup kegiatan yang membantu para warga belajar
mengaplikasikan kemampuan dan keterampilan baru yang diperoleh, guna
meningkatkan mutu dan taraf hidup mereka. Karena itu setiap daerah dapat
menciptakan model lokal, yang tentunya ada perbedaan antara kejar yang satu
dengan yang lainnya. Hal ini perlu mencapat perhatian mengingat kondisi dan
permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing Kejar/ warga belajar pasti
berbeda.
Kurikulum program keaksaraan fungsional berpusat pada masalah,
minat dan kebutuhan warga belajar. Materi belajarnya didasarkan pada hal-hal
tersebut serta mencakup kegiatan yang dapat membantu mereka dalam
mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Sedangkan
tujuan akhirnya adalah bagaimana membuat setiap warga belajar dapat
memotivasi dan memberdayakan dirinya, meningkatkan tarap hidup, dan
mandiri, serta bagaimana menciptakan masyarakat yang gemar belajar.
-
Menjadikan anak anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun
untuk menjadi gemar belajar membutuhkan cara untuk meningkatkan motivasi
belajar dalam diri mereka terlebih dahulu ini disebabkan lamanya waktu yang
mereka habiskan di jalanan selama ini membuat mereka jauh dari kata belajar
sehingga untuk membuat anak anak tersebut tidak lagi termotivasi untuk
belajar. Dengan demikian dibutuhkan peningkatan motivasi belajar dalam diri
mereka. Motivasi belajar sendiri memiliki pengertian daya penggerak /
pendorong untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar, yang dapat berasal dari
dalam diri maupun dari luar.
Meningkatkan motivasi anak jalanan di bawah usia 12 tahun
memerlukan beberapa hal yang perlu diketahui oleh pendidik mengenai
kebutuhan mereka. Anak jalanan yang berusia di bawah usia 12 tahun pada
umumnya membutuhkan perhatian dari orang orang di sekitarnya. Para
pendidik di PKBM Terang Bangsa dapat meningkatkan motivasi anak didik
mereka dengan memberikan kasih sayang dan perhatian kepada mereka. Kasih
sayang dan perhatian yang diberikan itu akan membuat anak anak jalanan
mengalami penerimaan dalam dirinya. Dengan rasa penerimaan itu mereka
akan lebih mudah untuk diarahkan dan dibimbing untuk menerima
pembelajaran. Pendidik juga akan lebih mudah dalam menerapkan melek
aksara kepada anak anak jalanan. Kasih sayang dan perhatian yang diberikan
kepada anak anak jalanan ynag berusia di bawah 12 tahun tidak hanya berupa
cinta tetapi juga berupa pemberian hadiah / reward bagi anak anak jalanan
yang dapat menyelesaikan tugas mereka. Dengan demikian anak anak akan
merasa lebih bersemangat dan berlomba lomba untuk memberikan yang
terbaik dalam proses belajar mereka belajar membaca, berhitung dan menulis.
Hadiah yang diberikan juga sangat beraneka macam, dapat berupa makanan
ringan yang bergizi, alat tulis, pakaian dan dibeberapa waktu anak anak
jalanan akan diajak untuk berwisata keluar bahkan dibeberapa kesempatan
dalam pemberian hadiah kepada anak anak jalanan untuk melek aksara, para
pendidik juga menggunakan hadiah berupa uang untuk semakin memotivasi
mereka, tetapi uang yang diberikan oleh pendidik akan diarahkan untuk
-
langsung ditabung. Uang yang mereka tabung dapat dialokasikan untuk
pembelian seragam dan alat alat untuk sekolah, bahkan untuk pembelian
keperluan pribadi mereka sendiri dapat menggunakan tabungan mereka tetapi
tetap dengan pengawasan dari pendidik. Dengan demikian anak anak jalanan
akan semakin termotivasi untuk belajar dan moral spiritual mereka juga
meningkat.
-
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pembelajaran ECEK adalah sebuah metode pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan melek aksara bagi anak jalanan. Metode
ECEK merupakan akronim dari Enjoy Cerdik Entertaiment Kreatif.
a. Enjoy adalalah suatu metode yang menyenangkan, mengapa
demikian? Karena metode ini banyak menggunakan permainan
edukatif dan lagu atau musik dalam penyampaian materi calistung
untuk anak jalanan.
b. Cerdik adalah suatu metode yang melatih dan meningkatkan
ketangkasan dan kecerdasan anak karena anak dihadapkan dan
diberikan sebuah tantangan untuk mereka menyelesaikan sebuah
proyek atau tugas.
c. Entertaiment adalah metode belajar yang sangat menghibur bagi
anak anak jalan untuk belajar calistung, dimana anak anak
akan diajak menonton video, film motivasi dan kunjungan
kunjungan ke tempat rekreasi edukatif.
d. Kreatif adalah metode belajar yang tidak hanya meningkatkan
kemampuan calistung tetapi Secara Psikomotorik, anjal dilatih
membuat handy craft yang dapat menambah income / penghasilan
mereka
Faktor yang mendukung untuk peningkatan kemampuan melek aksara
pada anak jalanan yang berusia di bawah 12 tahun adalah metode pembelajaran
yang menyenangkan dan menarik untuk membuat mereka mencoba dan
melakukannya. Metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk
memotivasi mereka. Meningkatkan motivasi anak jalanan di bawah usia 12
tahun memerlukan beberapa hal yang perlu diketahui oleh pendidik mengenai
-
kebutuhan mereka. Anak jalanan yang berusia di bawah usia 12 tahun pada
umumnya membutuhkan perhatian dari orang orang di sekitarnya. Para
pendidik dapat meningkatkan motivasi anak didik mereka dengan memberikan
kasih sayang dan perhatian kepada mereka. Kasih sayang dan perhatian yang
diberikan itu akan membuat anak anak jalanan mengalami penerimaan dalam
dirinya. Dengan rasa penerimaan itu mereka akan lebih mudah untuk diarahkan
dan dibimbing untuk menerima pembelajaran. Pendidik juga akan lebih mudah
dalam menerapkan melek aksara kepada anak anak jalanan. Kasih sayang dan
perhatian yang diberikan kepada anak anak jalanan ynag berusia di bawah 12
tahun tidak hanya berupa cinta tetapi juga berupa pemberian hadiah / reward
bagi anak anak jalanan yang dapat menyelesaikan tugas mereka. Dengan
demikian anak anak akan merasa lebih bersemangat dan berlomba lomba
untuk memberikan yang terbaik dalam proses belajar mereka belajar membaca,
berhitung dan menulis. Hadiah yang diberikan juga sangat beraneka macam,
dapat berupa makanan ringan yang bergizi, alat tulis, pakaian dan dibeberapa
waktu anak anak jalanan akan diajak untuk berwisata keluar bahkan
dibeberapa kesempatan dalam pemberian hadiah kepada anak anak jalanan
untuk melek aksara, para pendidik juga menggunakan hadiah berupa uang
untuk semakin memotivasi mereka, tetapi uang yang diberikan oleh pendidik
akan diarahkan untuk langsung ditabung. Dengan demikian anak anak
jalanan akan semakin termotivasi untuk belajar dan moral spiritual mereka juga
meningkat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil pelaksaanan Metode ECEK di
PKBM Terang Bangsa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu bahan
ajar yang digunakan dalam penyampaian materi melek aksara bagi anak anak
jalanan beberapa menggunakan alat elektronik. Beberapa alat elektronik yang
digunakan cukup membutuhkan penyediaan biaya yang cukup besar, bagi
pendidik atau lembaga yang memiliki dana yang terbatas penggunaan
-
elektronik dapat diminimalkan dan dapat digantikan dengan bahan atau alat
ajar yang dapat ditemui disekitar kita dan lebih terjangkau. Dengan demikian
Metode ECEK dapat dipergunakan oleh para pendidik tanpa membutuhkan
dana yang cukup besar.
-
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth. B, (1978) Perkembangan Anak Jilid 1, Jakarta : Erlangga.
----------------------------(1980) Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga.
Wood, John. (2013). Mengembangkan Ruang Baca. PT. Pustaka Alvabet. Jakarta.
Sjafari, Agus. (2014). Kemiskinan dan Pemberdayaan Kelompok. Graha Ilmu.
Yogyakarta.