metode bradford
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
Laporan Praktikum Hari/tanggal : Senin, 10 Maret 2014Struktur dan Fungsi Subseluler Waktu : 08.00-11.00 WIB
PJP : Syaefudin, Ssi, MsiAsisten : Syahrul Mustopa
Puji Rahmadani Mustika Weni
Eva Selenia Desi
PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BRADFORD
Kelompok 14
Herlani Tri Widhiastuti G84120046Bella Marisa G84120016Dhani Lutfi R G84120078
DEPARTEMEN BIOKIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2014
PENDAHULUAN
Protein adalah senyawa organik yang banyak dijumpai kalam semua
makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hydrogen, dan nitrogen dan umumnya
juga mengandung sulfur. Molekulnya berkisar antara 6000 hingga jutaan. Satu
molekul protein terdiri dari rantai panjang polipeptida. Polipeptida ini berasal dari
asam. Asam amino yang saling berikatan dengan urutan yang khas. Ikantan teratur
yang berurutan ini dinamakan struktur primer protein. Polipeptida dapat melipat
atau menggulung yang menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Struktur tersier
asam amino berbentuk tiga dimensi dari polipeptida yang menggulung atau
melipat ini. Struktur kuartener muncul polipeptida yang terlibat. Pemanasan
dengan suhu diatas 500C atau pemberian asam basah kuat akan membuat protein
kehilangan struktur tersiernya yang khas. Hal ini juga dapat menimbulkan
koagulat yang tak larut (misalnya patih telur). Proses ini dapat membuat sifat
hayatinya menjadi tidak aktif. Seiring meningkatnya pH melebihi kenetralan (pH
7), lingkungan yang semakin basa cenderung menetralisasi gugus-gugus karboksil
yang asam dari protein. Seiring menurunnya pH di bawah kenetralan, lingkungan
yang semakin asam cenderung menetralisasi gugus-gugus amino yang basa lagi
(Susan 2007).
Metode analisis protein dapat ditentukan dengan cara kuantitatif dan
kualitatif. Uji kualitatif dapat dilakukan untuk mengetahui keberadaan atau jenis
protein dalam suatu bahan, sedangkan uji kuantitatif dapat dilakukan untuk
mengetahui jumlah kandungan protein dalam suatu bahan. Beberapa jenis uji yang
dilakukan pada protein di antaranya adalah Uji Ninhidrin, semua asaam amino
bereaksi dengan triketohidrindena hidrat (ninhidrin) untuk membentuk aldehida
yang lebih kecil, dengan membebaskan karbon dioksida, ammonia, dan
menghasilkan warna biru violet (untuk prolin dan hidroksiprolin dihasilkan warna
kuning). Uji Biuret, uji ini baik di gunakan untuk uj umuum terhadap protein,
karena uji ini dapat mendeteksi kehadiran ikatan peptida. Uji Xentroprotein,
reaksi ini menyebabkan nitrasi dari inti benzena dalam molekul protein. Uji
Hopkins-Cole, reaksi ini tergantung dari adanya triptofan dalm molekul protein.
Uji Heller, uji ini dapat digunakan untuk menetukan adanya protein secara
kualitatif dan cepat. Uji Bradford, uji Bradford sangat cepat dan menggunakan
jumlah yang sama dengan uji protein pada uji Lowry. Metode Mikro-Kjeldahl,
prinsip metode Kjeldahl adalh mula-mula bahan atau butiran Zn (Lebowitz et al
2002).
Tujuan praktikum praktikum kali ini adalah menentukan kadar protein
dalam suatu sampel dengan metode Bradford dengan menggunakan instrumen
spektrofotometer 20 D dan kurva standar absorbansi.
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Lantai 5. Waktu
praktikum yaitu hari Senin, 10 Maret 2014 pukul 08.00 – 11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah spectronic 20-D,
kuvet, labu takar, pipet tetes, pipet mohr, tabung reaksi, dan gelas piala. Bahan-
bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain reagen Bradford, sampel
protein, BSA (Bovine Serum Albumin), larutan NaCl, dan aquades.
Prosedur Percobaan
Pembuatan larutan. Sebanyak 6 tabung disiapkan dan diisi dengan
larutan standar BSA dan NaCl dengan perbadingan 0:100, 10:90, 20:80, 30:70,
50:50, dan 100:0 dalam satuan µl. Kemudian masing-masing tabung ditambahkan
reagen Braford sebesar 5 µl, kemudian dikocok perlahan dan didiamkan selama 5
menit sampai 1 jam.
Pengukuran absorbansi. Tabung pertama (0:100) dijadikan sebagai
larutan blanko dan sisanya dijadikan sampel percobaan. Masing-masing tabung
diukur absorbansinya menggunakan panjang gelombang 595 nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Kurva standar BSATabung Konsentrasi
(mg/ml)Absorbansi terkoreksi
1 0 02 0,1 0,1333 0,2 0,6604 0,3 0,3355 0,5 0,4746 1 0,983
Contoh perhitungan :
Tabung 2
V1.M1 = V2.M2
0,01 ml. 1 mg/ml = 0,1 ml. M2
M2 =0,1 mg/ml
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.20
0.20.40.60.8
11.2
f(x) = 0.856564885496183 x + 0.131035623409669R² = 0.74765797303457
Konsentrasi (mg/ml)
Abso
rban
si
Gambar 1 Kurva standar BSA
Tabel 2 Konsentrasi protein sampel
Sampel Konsentrasi (mg/ml)
Absorbansi
1 0,4471 0,5142 0,4203 0,491
Contoh perhitungan :
Konsentrasi dari persamaan garis
Y = a + bx
0,514 = 0,8566x + 0,131
X = 0,4471 mg/ml
Metode Bradford ialah suatu metode yang dapat digunakan untuk
menganalisis kandungan protein di dalam suatu larutan dengan menggunakan zat
warna Coomassie Blue G-250 sebagai pengikat protein. Zat warna tersebut akan
mengikat protein dan mengubah warna pada larutan yang mengandung protein
tersebut dari warna kemerahan menjadi warna kebiruan. Ikatan yang terjadi antara
zat warna Coomassie Blue G-250 dan protein dapat terjadi dikarenakan adanya
gaya van der walls antara keduanya. Gaya van der walls dapat terjadi karena
adanya bagian protein yang bersifat hidrofobik mengikat bagian dari zat warna
Coomassie Blue G-250 (penyusun reagen Bradford) yang bersifat non polar
sehingga mengakibatkan zat warna tersebut melepaskan elektronnya ke bagian
hidrofobik protein. Selain itu, antara zat warna dan protein juga terdapat kekuatan
ionik yang memperkuat ikatan antara keduanya dan membuat zat warna tersebut
menjadi stabil. Hal ini lah yang digunakan pada metode Bradford untuk
menentukan kadar protein di dalam suatu larutan. Kandungan protein yang
berikatan dengan zat warna tersebut dapat diukur dengan menggunakan
instrument spectronic 20 D untuk mengukur nilai absorbansnya pada panjang
gelombang kisaran 465-595 nm. Selanjutnya, nilai absorbans tersebut dapat
digunakan untuk membuat kurva standar yang menjadi dasar penentuan
konsentrasi dan kadar protein di dalam larutan (Bradford 1976).
Metode Bradford memiliki beberapa keuntungan, antara lain keakuratan
dalam menentukan konsentrasi protein yang cukup akurat, mudah diaplikasikan,
sederhana, dan dapat digunakan untuk jumlah sampel yang banyak. Meskipun
akurat, metode Bradford juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain senyawa
deterjen ataupun noda yang dapat membuat hasil pengamatan kurang akurat.
Selain deterjen terdapat juga beberapa senyawa kimia yang dapat merusak hasil
pengamatan dengan metode Bradford. Untuk mencegah hal-hal tersebut, peralatan
yang digunakan mesti dibilas beberapa kali hingga dapat dipastikan bahwa tidak
ada bekas yang tersisa (Bintang 2010).
Metode Bradford ini memiliki reagen khusus yaitu reagen Bradford. Reagen ini
tersusun atas larutan 100 mg Coomassie Brilliant Blue G-250 dalam 50 ml etanol
95% dan 100 ml 85% (w/v) asam fosfat diencerkan hingga volume 1 L dengan
aquades. Sebelum digunakan campuran penyusun reagen tersebut disaring oleh
kertas saring whatman nomor satu dan disimpan dalam botol amber (gelap) pada
suhu ruang agar tidak terbentuk endapan, reagen akan stabil setelah beberapa
minggu penyimpanan dan bisa digunakan (Suada 2011).
Hasil percobaan menunjukkan ketidakstabilan nilai absorbansi yang
didapat, hal ini dapat dilihat dari tabel dan grafik yang ada. Nilai absorbansi yang
diperoleh bersifat fluktuatif, yaitu pada tabung pertama dan kedua nilai
absorbansinya meningkat, namun pada tabung ketiga nilai absorbansi sangat
menurun dari 0,660 menjadi 0,335. Kemudian setelah itu nilai absorbansi naik
kembali. Seharusnya seiring bertambahnya konsentrasi sampel maka nilai
absorbansi pun akan meningkat. Ketidak sesuaian tersebut dapat disebabkan
karena adanya kesalahan saat mengocok larutan sehingga kurang homogen, selain
itu juga dapat disebabkan karena larutan sampel terlalu lama didiamkan sehingga
dapat menyebabkan reagen tidak stabil lagi dan mempengaruhi nilai absorban.
Penambahan NaCl berfungsi sebagai pelarut yang akan diukur. Jika NaCl
yang ditambahkan ke dalam larutan Bovine Serum Albumin (BSA) semakin
banyak maka protein yang terlarut akan semaki banyak pula. Hal ini
mengakibatkan pengompleksan antara protein dan zat warna Coomassie Brilliant
BlueG-250 dalam reagen Bradford akan semakin sedikit terjadi (Khopkar 2007).
Selain itu literatur lain juga mengatakan bahwa penembahan NaCl dapat
meningkatkan stabilitas protein (Siswoyo 2006).
SIMPULAN
Metode Bradford merupakan metode yang efektif digunakan dalam
penentuan kadar protein pada larutan standar Bovine Serum Albumin (BSA)
dengan zat warna Coomassie Brilliant Blue G-250. Metode Bradford
menggunakan kurva standar hubunga antara nilai absorbansi dengan konsetrasi
sampel dalam mg/ml. Nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi
sampel. Semakin banyak penambahan NaCl dalam BSA maka semakin kecil nilai
absorbansi.
DAFTAR PUSTAKA
Bintang M.2010. Biokimia teknik Penelitian. Jakarta (ID): Erlangga.
Bradford MM.1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of microgram quantities of protein utilizing the principle of protein-dye binding. Analytical Biochemistry. 72: 248-254.
Lebowitz J et al. 2002. Modern analytical ultracentrifugation in protein science. Protein Science.11(9):2067–2079.
Siswoyo TA. 2006. Effect of sodium chloride on thermal properties of 30 kDa protein isolated from melinjo seed. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 17(3): 214-220.
Suada KI. 2011. Keefektivan ekstrak biota laut Aglaophenia terhadap aktivitas enzim ekstraseluler dan kandungan protein fusarium serta persentase busuk batang vanili. Jurnal Hama Dan Penyakit Tumbuhan Tropika. 11(2): 157 – 165.
Susan E dan Stanstfield W. 2007. Genetika; Edisi keempat. Jakarta (ID): Erlangga.