metafora dan metonimia dalam novel gelombang …digilib.unila.ac.id/21603/3/skripsi tanpa bab...

60
METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG KARYA DEWI LESTARI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) (Skripsi) Oleh Laudia Riska Umami FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: phungngoc

Post on 12-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANGKARYA DEWI LESTARI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHANAJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

(Skripsi)

Oleh

Laudia Riska Umami

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 2: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

ABSTRAK

METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANGKARYA DEWI LESTARI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI

BAHAN AJAR SASTRA INDONESIA DI SMA

OlehLAUDIA RISKA UMAMI

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah metafora dan metonimiadalam novel Gelombang karya Dewi Lestari dan kelayakannya sebagai bahan ajarsastra Indonesia di SMA. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan metaforadalam novel Gelombang karya Dewi, mendeskripsikan metonimia dalam novelGelombang karya Dewi, dan mendeskripsikan kelayakannya sebagai bahan ajarsastra Indonesia di SMA.

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif. Sumber data yangdigunakan adalah novel Gelombang karya Dewi Lestari terbitan PT BentangPustaka, cetakan Desember 2014 dengan tebal 482 halaman dan difokuskan dalampenggunaan metafora dan metonimia sebagai bahan ajar sastra Indonesia di SMA.Teknik pengumpulan data berupa membaca teks secara cermat, mencatat hal-halpenting, menganalisis data yang diperlukan sebagai bahan penelitian, danpenarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya bahasa kiasan yang ditampilkandalam novel Gelombang didominasi oleh gaya bahasa metafora (luas) yangmeliputi metafora (sempit), dan simile. Adapun data yang paling sedikit yaknimetonimi yang meliputi metonimi dan sinekdoke. Penggunaan gaya bahasametafora (sempit) dan simile yang sangat mendominasi pada novel ini memilikinilai estetika tersendiri dibandingkan dengan karya sastra prosa yang lainnyakarena penggunaan gaya bahasa metafora (sempit) dan simile biasanya sangatmendominasi khususnya pada pembelajaran puisi namun berbeda dengan novelGelombang ini yang lebih didominasi oleh gaya bahasa tersebut. Gaya bahasakiasan tersebut diperoleh data sebanyak 206 data yang meliputi metafora (luas)dengan jumlah keseluruhan 154 data yang terdiri dari metafora (sempit) sebanyak54 data, simile terdapat 100 data, dan metonimi dengan jumlah keseluruhan 49data yang terdiri dari metonimi terdapat 23 frekuensi penggunaan, dan sinokdoke

Page 3: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

yang meliputi pars prototo terdapat 14 frekuensi penggunaan dan totem proparteterdapat 12 frekuensi pengunaan. Data tersebut selanjutnya dianalisis berdasarkanvehicle dan tenornya sehingga diperoleh data keseluruhan sebanyak 412 data.Adapun dari keseluruhan kategori tersebut memiliki fungsi yaitu untukmenekankan suatu makna tertentu, membedakan bahasa novel Gelombang denganbahasa sehari-hari, memberikan nilai seni, dan memberikan nilai estetikatersendiri pada novel Gelombang yang dilihat dari segi penggunaan gayabahasanya. Metafora dan metonimia dalam novel Gelombang layak dijadikansebagai bahan ajar sastra Indonesia di SMA khususnya untuk mata pelajaransastra Indonesia kelas XII, semester genap yaitu menganalisis teks novel baiklisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel yaknipenggunaan gaya bahasa kiasan, yang disesuaikan dengan KI 3 (Kompetensi Inti)yaitu memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuanfaktual, konseptual, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmupengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomenadan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yangspesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah denganKD 3.3 (Kompetensi Dasar) yaitu menganalisis teks novel baik melalui lisanmaupun tulisan yang difokuskan pada analisis gaya bahasa kiasan metafora danmetonimia pada novel Gelombang karya Dewi Lestari.

Page 4: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANGKARYA DEWI LESTARI DAN KELAYAKANNYA SEBAGAI BAHANAJAR SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

OlehLAUDIA RISKA UMAMI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bahasa dan Sastra IndonesiaJurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 5: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel
Page 6: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel
Page 7: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel
Page 8: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Rajabasa Lama, 6 Juni 1994. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, puteri

pasangan M. Tanwir dan Jumprohatun, S.Pd..

Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK)

Pertiwi Lampung Timur, pada 1998 dan selesai pada 2000.

Penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 7 Rajabasa Lama Lampung

Timur pada 2000 dan selesai pada 2006. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah

menengah pertama di SMP Negeri 1 Labuhan Ratu pada tahun yang sama dan

selesai pada 2009, dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Way Jepara yang

diselesaikan pada 2012.

Pada 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada 2012 penulis tergabung ke dalam

Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (HMJPBS) sebagai

anggota.

Page 9: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

MOTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telahselesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap(Quran Surat Al-Insyirah: 6--8)

Page 10: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

PERSEMBAHAN

Alhamdulilahirabbilalamin. Segenap jiwa dan raga penuh rasa kasih sayang

karena akhirnya karya kecil ini dapat kupersembahkan kepada kedua orang tuaku

Ibu Jumprohatun, S.Pd. dan Ayah M. Tanwir yang selalu memberikan doa dan

dukungannya.

Adik-adikku tersayang, Diah Wijayanti dan Anisa Rahmadhini yang selalu

memberikan motivasi, bantuan, dukungan, dan doa.

Almamater tercinta Universitas Lampung yang telah mendewasakanku.

Page 11: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena atas

limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat teriring salam semoga tetap tercurah kepada kekasih sejati yaitu

Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memeroleh gelar

sarjana pendidikan di Universitas Lampung. Dalam penulisan skripsi ini penulis

banyak menerima bantuan, bimbingan,dan dukungan dari berbagai pihak. Pada

kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih setulus-tulusnya kepada.

1. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku pembimbing I, pembimbing akademik

dan Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang senantiasa memberikan dukungan,

memberikan pengarahan, nasihat dan saran-saran kepada penulis;

2. Dr. Munaris M.Pd., selaku pembimbing II yang juga telah membimbing dan

mengarahkan serta memberikan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis;

3. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku penguji dan Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lampung yang telah memberikan nasihat, arahan, saran, dan motivasi kepada

penulis;

Page 12: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat;

5. Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung,

beserta staffnya;

6. Orang tuaku tercinta, Ibu Jumprohatun S.Pd. dan Ayahanda M. Tanwir yang

selalu memberikan kasih sayang, motivasi dalam bentuk moral maupun

material dan untaian doa yang tiada terputus untuk keberhasilan penulis;

7. Adik- adik yang amat ku sayangi, Diah Wijayanti dan Anisa Rahmadhini

yang selalu memberikan semangat dan motivasi;

8. Kekasihku Khoirul Mahya S.Pd. yang tak hentinya memberikan semangat

dan untaian doa;

9. Keluarga besarku yang senantiasa menantikan kelulusanku dengan

memberikan dorongan, semangat, dan doa;

10. Sahabat-sahabatku Mega Noviana dan Risky Amelia yang selama ini terus

memberi motivasi, dukungan, mengingatkan ketika salah, saling

mendoakan, saling menghibur di setiap kesedihan, dan saling melengkapi,

semoga persahabatan dan kasih sayang kita akan kekal selamanya;

11. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

angkatan 2012 terima kasih atas persahabatan, doa serta kebersamaan yang

telah teman-teman berikan;

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini dan almamater Universitas Lampung tercinta yang

telah mendewasakan penulis dalam bertindak dan berfikir.

Page 13: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

Semoga Allah swt. selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak, Ibu

dan rekan-rekan semua. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kemajuan

pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, amin.

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 24 Maret 2016

Penulis,

Laudia Riska Umami

Page 14: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

DAFTAR ISI

HalamanABSTRAK ............................................................................................................ iiHALAMAN JUDUL .................................................................................. ivHALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... vSURAT PERNYATAAN............................................................................. viRIWAYAT HIDUP .................................................................................... viiMOTTO ....................................................................................................... viiiPERSEMBAHAN ....................................................................................... ixSANWACANA ............................................................................................ xDAFTAR ISI................................................................................................ xiiiDAFTAR TABEL ....................................................................................... xviDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 11.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 81.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 91.4 Manfaat Penelitian .................................................................................91.5 Ruang Lingkup Penelitian....................................................................10

BAB II LANDASAN TEORI2.1 Hubungan Bahasa dan Sastra.............................................................. 112.2 Novel....................................................................................................122.3 Gaya Bahasa.........................................................................................132.4 Metafora (luas) atau Gaya Bahasa Kiasan ...........................................14

2.4.1 Persamaan atau Simile ...............................................................162.4.2 Metafora.....................................................................................162.4.3 Alegori .......................................................................................16

1 Parabel ......................................................................................172 Fabel..........................................................................................17

2.4.4 Personifikasi atau Prosopopoiea ................................................172.4.5 Alusi...........................................................................................182.4.6 Eponim.......................................................................................182.4.7 Epitet ..........................................................................................192.4.8 Antonomasia ..............................................................................192.4.9 Hipalase......................................................................................192.4.10 Ironi..........................................................................................20

Page 15: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

2.4.11 Sinisme.....................................................................................202.4.12 Sarkasme ..................................................................................202.4.13 Inuendo ....................................................................................212.4.14 Antifrasis..................................................................................212.4.15 Pun atau Paranomasia ..............................................................21

2.5 Metonimia (luas) ................................................................................212.5.1 Metonimia ..................................................................................222.5.2 Sinekdoke...................................................................................22

2.6 Pemilihan Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA..............23

BAB III METODE PENELITIAN3.1 Metode Penelitian ............................................................................... 333.2 Sumber Data ........................................................................................343.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data .............................................34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Metafora dan metonimia dalam novel Gelombang karya

Dewi Lestari....................................................................................... 384.2 Vehicle dan tenor dalam metafora (luas) dan metonimia

Gelombang karya Dewi Lestari ........................................................ 394.2.1 Vehicle dan tenor dalam metafora (luas) Gelombang karya

Dewi Lestari........................................................................................404.2.1.1 Vehicle dan tenor dalam metafora (sempit) Gelombang

Dewi Lestari ...................................................................................414.2.1.1.1 Vehicle dalam metafora (sempit) Gelombang

Dewi Lestari.................................................................................424.2.1.1.2 Tenor dalam metafora (sempit) Gelombang

Dewi Lestari ..............................................................................584.2.1.2 Vehicle dan tenor dalam simile Gelombang Dewi Lestari ............734.2.1.2.1 Vehicle dalam simile Gelombang Dewi Lestari..........................744.2.1.2.2 Tenor dalam simile Gelombang Dewi Lestari ...........................904.2.2 Vehicle dan tenor dalam metonimia (luas) Gelombang

Dewi Lestari.......................................................................................974.2.2.1 Vehicle dan tenor dalam metonimia Gelombang

Dewi Lestari ...................................................................................974.2.2.1.1 Vehicle dalam metonimia Gelombang Dewi Lestari .................984.2.2.1.2 Tenor dalam metonimia Gelombang Dewi Lestari...................1024.2.2.2 Vehicle dan tenor dalam pars prototo Gelombang

Dewi Lestari...............................................................................1074.2.2.2.1 Vehicle dalam pars prototo Gelombang Dewi Lestari ..............1084.2.2.2.2 Tenor dalam pars prototo Gelombang Dewi Lestari.................1124.2.2.3 Vehicle dan tenor dalam totem proparte Gelombang

Dewi Lestari .................................................................................1174.2.2.3.1 Vehicle dalam totem proparte Gelombang Dewi Lestari ..........1184.2.2.3.2 Tenor dalam totem proparte Gelombang Dewi Lestari ............1244.3 Kelayakan penggunaan gaya bahasa kiasan dalam novel

Gelombang karya Dewi Lestari sebagai bahan ajar SastraIndonesia ........................................................................................... 128

Page 16: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

4.3.1 Kelayakan gaya bahasa kiasan novel Gelombangkarya Dewi Lestari berdasarkan kurikulum 2013...........................129

4.3.2 Kelayakan gaya bahasa kiasan novel Gelombangkarya Dewi Lestari berdasarkan pedagogik....................................133

4.3.3 Kelayakan gaya bahasa kiasan novel Gelombangkarya Dewi Lestari berdasarkan aspek sastra .................................136

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................5.1 Simpulan ............................................................................................1395.2 Saran ..................................................................................................141

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

DAFTAR TABEL

I. Tabel 1. Frekuensi Gaya Bahasa Kiasan dalam Novel

Gelombang Karya Dewi Lestari ........................................................ 38

Page 18: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

i

DAFTAR LAMPIRAN

I. Lampiran 1. Metafora Dan Metonimia dalam Novel Gelombang Karya

Dewi Lestari dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar

II. Lampiran 2. Korpus Data Metafora berdasarkan Vehicle dan Tenor

dalam Novel Gelombang Karya Dewi Lestari

III. Lampiran 3. Korpus Data Simile berdasarkan Vehicle dan Tenor dalam

Novel Gelombang Karya Dewi Lestari

IV. Lampiran 4. Korpus Data Pars Prototo berdasarkan Vehicle dan Tenor

dalam Novel Gelombang Karya Dewi Lestari

V. Lampiran 2. Korpus Data Totem Proparte berdasarkan Vehicle dan

Tenor dalam Novel Gelombang Karya Dewi Lestari

VI. Lampiran 2. Korpus Data Metonimia berdasarkan Vehicle dan Tenor

dalam Novel Gelombang Karya Dewi Lestari

Page 19: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa dan karya sastra merupakan dua aspek yang tidak bisa dipisahkan,

hubungan keduanya ibarat dua sisi mata uang sebab nilainya ditentukan dari

kualitas antarhubungannya. Kualitas itu berupa kualitas intelektual bahasa yang

berupa kata, kalimat, paragraf, dan kualitas emosional karya sastra yang berupa

penyusunan cerita, alur, penokohan, dan gaya bahasa.

Salah satu penelitian sastra yang memanfaatkan bahasa yaitu novel. Novel

merupakan karya fiksi yang menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model

kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui unsur

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, gaya bahasa dan

lain-lain (Nurgiyantoro, 2013: 5). Adapun penelitian sastra yang memanfaatkan

bahasa salah satunya yaitu penggunaan gaya bahasa pada novel.

Istilah gaya dalam karya sastra mengandung pengertian cara seorang pengarang

menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan

harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh

daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 2013: 72). Pendapat lain

mengatakan stile (style, gaya bahasa) adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa,

Page 20: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

2

atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan

dikemukakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2013: 369).

Dilihat dari hakikat karya sastra secara keseluruhan, sebagai kualitas estetis,

perbandingan dianggap sebagai majas dalam gaya bahasa terutama kiasan yang

paling penting sebab semua majas pada dasarnya memiliki ciri-ciri perbandingan.

Sesuai pendapat Eco dalam Ratna (2014: 181) metafora adalah majas yang paling

banyak dan paling intens dalam memanfaatkan perbandingan. Metafora

didefinisikan melalui dua pengertian, secara sempit dan luas. Pengertian secara

sempit, metafora adalah majas seperti simile, epitet, hiperbola, dan sebagainya.

Pengertian secara luas meliputi semua bentuk kiasan, penggunaan bahasa yang

dianggap ‘menyimpang’ dari bahasa baku.

Perbandingan dan persamaan (metafora), berdampingan dan berdekatan

(metonimia) inilah yang dianggap sebagai ciri pembeda antara sastra dengan

bahasa ilmiah (Ratna, 2014: 188). Penggunaan metafora erat berkaitan dengan

metonimia, keduanya memiliki persamaan dan kedekatan. Semua ciri retorika

termasuk aliran dapat dijelaskan sebagai variasi atau kombinasi dua majas

tersebut. Dengan kalimat lain, secara tradisional bentuk yang dekat dengan

metafora adalah metonimia dan sinekdoke.

Salah satu ahli dalam memaknai metafora yakni Richards yang mengintroduksi

konsep tenor (idea) dan vehicle (image). Term pokok disebut tenor, sedangkan

term kedua disebut dengan vehicle. Tenor berfungsi untuk menyebutkan sesuatu

yang dibandingkan, sedangkan vehicle berfungsi untuk menyebutkan sesuatu yang

digunakan sebagai pembanding (Ratna, 2014: 190).

Page 21: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

3

Penelitian ini mengenai salah satu karya sastra fiksi yaitu novel Gelombang karya

Dewi Lestari. Dewi Lestari, merupakan seorang perempuan yang namanya

populer karena lagu yang dibawakan, juga karena novel yang memiliki banyak

peminat. Hal ini dibuktikan berdasarkan angka penjualan buku Supernova episode

kesatu yang mencapai 75.000 buah, sejumlah angka yang jarang ditembus oleh

penulis lain (Saraswati dalam Nugrahini, 2014: 2). Supernova episode pertama

berjudul Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh (2001), Supernova episode dua terbit

satu tahun setelahnya dengan judul Akar (2002), Supernova episode ketiga

berjudul Petir (2004), Supernova episode keempat berjudul Partikel (2012), dan

Supernova episode kelima berjudul Gelombang (2014).

Dipilihnya episode kelima dari novel Supernova dengan judul Gelombang karena

novel ini masih terbaru, dan menghindari terjadinya duplikasi dengan peneliti lain.

Novel ini ditulis oleh pengarang muda yang peka terhadap lingkungan.

Pengangkatan masalah filsafat ini dimulai oleh Dewi Lestari sejak novel

Supernova episode pertama, dan diteruskan pada novel-novel selanjutnya hingga

episode kelima. Novel Gelombang menceritakan tentang dunia fantasi yang

sebelumnya tidak pernah diketahui oleh manusia lainnya dan kekolotan

masyarakat kampung terhadap kebudayaan dan kepercayaan terdahulu. Dewi

Lestari dalam penulisannya sangat pandai memilih, menggunakan, dan melakukan

penyimpangan-penyimpangan bahasa. Novel Gelombang, karya Dewi Lestari

banyak sekali menggunakan perbandingan dan penyimpangan bahasa yang

membedakannya dengan bahasa sehari-hari. Penyimpangan-penyimpangan bahasa

yang dipergunakan ada yang mendominasi dan ada yang kurang mendominasi.

Penyimpangan bahasa yang mendominasi pada novel Gelombang yaitu gaya

Page 22: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

4

bahasa kiasan metafora yang dalam arti luas, sedangkan yang kurang

mendominasi ada pada metonimia. Penggunaan penyimpangan-penyimpangan

metafora dan metonimia tersebut menciptakan nilai estetika tersendiri pada novel

Gelombang. Hal ini yang menjadi daya tarik penulis untuk meneliti gaya bahasa

terutama metafora dalam arti luas dan metonimia yang ada di dalam novel

Gelombang karya Dewi Lestari.

Cerita dalam novel Gelombang karya Dewi Lestari ini ialah cerita fiksi yang

mengaitkan antara dunia nyata dengan dunia mimpi, yang mengangkat cerita

tentang sebuah gelombang. Gelombang di sini ialah sebuah gugus yang ada di

Asko tepatnya di Antarabhava yaitu alam mimpi, di dalamnya terdapat rahasia

besar yang harus dipecahkan dan ditemukan jawabannya. Mimpi itu yang

membawanya sampai di Amerika Serikat dengan menjadi seorang imigran gelap

yang bertujuan untuk mengubah nasibnya namun, di sanalah tokoh utama yakni

Alfa di temukan dengan orang-orang yang dapat membantu serta memberi

jawaban atas mimpi-mimpinya tersebut.

Dewi Lestari, merupakan seorang perempuan yang namanya populer karena lagu

yang dibawakan, juga karena novel yang memiliki banyak peminat. Hal ini

dibuktikan berdasarkan angka penjualan buku Supernova episode kesatu yang

mencapai 75.000 buah, sejumlah angka yang jarang ditembus oleh penulis lain

(Saraswati dalam Nugrahini, 2014: 2). Penulis yang cerdas dan pintar dalam

merangkai kata-kata, dan memilih gaya bahasa yang tepat yang disesuaikan

dengan maknanya. Dewi Lestari sangat apik dalam membungkus kata-kata yang

menggugah rasa ingin tahu dari pembaca mengenai maksud yang terkandung dari

kata-kata yang ditulisnya, dari kata-kata yang ditulisnya itu bisa menambah

Page 23: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

5

kosakata dan pengetahuan baru bagi pembaca mengenai gaya bahasa metafora

(luas) dan metonimia.

Cakupan gaya bahasa sangat luas sehingga penulis harus membatasi penelitian ini

yang disesuaikan berdasarkan prapenelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

penulis yakni ditemukan penggunaan gaya bahasa kiasan yang paling dominan

dan tidak dominan dalam Gelombang. Gaya bahasa kiasan yang dominan itu

meliputi gaya bahasa metafora (luas) yang terdiri dari metafora (sempit) dan

simile, dan data paling sedikit yakni metonimi (luas) yang terdiri dari metonimi

dan sinekdoke yang penggunaannya akan dianalisis berdasarkan kategori vehicle

dan tenornya. Penggunaan metafora (luas) yang digunakan dalam novel ini sangat

kental dibandingkan dengan aspek yang lainnya, sedangkan penggunaan

metonimia yang dibungkus dengan apik menjadikan warna tersendiri dalam novel

ini, sehingga menarik perhatian penikmatnya. Penggunaan metafora (luas) yang

terdiri dari metafora (sempit) dan simile yang sangat mendominasi menciptakan

nilai estetika tersendiri pada novel Gelombang terutama pada penggunaan

bahasanya karena penggunaan metafora (sempit) dan simile biasanya sangat

mendominasi pada pelajaran puisi. Berbeda dengan novel ini yang sangat

mengedepankan gaya bahasa metafora (sempit) dan simile yang menciptakan nilai

estetika pada novel Gelombang, sehingga penulis tertarik untuk meneliti gaya

bahasa metafora dan metonimia yang ada pada Gelombang dilihat berdasarkan

kategori vehicle dan tenornya.

Penelitian ini dilakukan karena penulisan dalam Gelombang sangat menarik untuk

diteliti yaitu karena banyak melakukan perbandingan dan penyimpangan-

penyimpangan dalam berbahasa. Sesuai dengan teori di atas bahwa makin banyak

Page 24: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

6

karya sastra menggunakan unsur-unsur perbandingan maka karya tersebut makin

bermutu.

Pembelajaran metafora (luas) dan metonimia dalam novel Gelombang karya Dewi

Lestari ini dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA, dan

diharapkan dapat membantu serta menarik minat siswa terutama dalam

pembelajaran gaya bahasa terutama metafora (luas) dan metonimia (luas), untuk

itu penulis akan mengidentifikasi dan mendekripsikan metafora (luas) dan

metonimia yang ada di dalam novel Gelombang karya Dewi Lestari dan

kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di SMA.

Gaya bahasa metafora dan metonimia sangat erat hubungannya dengan

pembelajaran khususnya mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Gaya bahasa

kiasan metafora (luas) dan metonimia merupakan bagian unsur intrinsik dari

novel, pembelajaran novel tertuang dalam silabus kurikulum 2013 SMA kelas XII

semester genap, KI 3 (Kompetensi Inti) memahami, menerapkan, menganalisis

dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,

dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah dengan KD 3.3 (Kompetensi Dasar) yaitu

menganalisis teks novel baik melalui lisan maupun tulisan. Peneliti memilih teks

cerita novel, yaitu menganalisis khususnya metafora (luas) dan metonimia yang

terdapat dalam novel Gelombang bertujuan memberikan pengetahuan secara

faktual, konseptual, dan metakognitif.

Page 25: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

7

Penelitian yang berkaitan dengan gaya bahasa sebelumnya sudah pernah

dilakukan oleh Vili Yanthi (2014) dengan judul “Gaya Bahasa Retoris dan Kiasan

dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye dan Kelayakannya sebagai

Bahan Ajar Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)”. Tujuan

penelitian tersebut mengidentifikasi gaya bahasa retoris dan kiasan,

mendeskripsikan fungsi sastrawi gaya bahasa retoris dan kiasan, dan menentukan

kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di SMA, sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Lidya Kandau (2014) dengan judul “Gaya Bahasa Artikel

Wat-Wat Gawoh pada Surat Kabar Harian Lampung Post Edisi Juni 2013 dan

Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Tujuan penelitian

ini adalah mendeskripsikan gaya bahasa artikel Wat-wat Gawoh pada surat kabar

harian Lampung Post edisi Juni 2013 dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesia di SMA.

Judul penelitian ini “Metafora dan Metonimia dalam Novel Gelombang Karya

Dewi Lestari dan Kelayakannya sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di Sekolah

Menengah Atas (SMA)”. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada

objek yang diteliti yaitu novel Gelombang karya Dewi Lestari sedangkan

penelitian oleh Vili Yanthi menggunakan novel Negeri di Ujung Tanduk Karya

Tere Liye, yang meneliti semua gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

Penelitian oleh Lidya Kandau menggunakan sumber data “Artikel Wat-wat

Gawoh pada Surat Kabar Lampung Post dan Implikasinya dalam Pembelajaran

Bahasa Indonesi di SMA”, sedangkan penelitian ini tidak meneliti semua gaya

bahasa kiasan namun difokuskan pada data yang paling dominan dan kurang

dominan yang ada dalam novel yaitu metafora (luas) dan metonimia. Penelitan ini

Page 26: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

8

sudah menggunakan kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan pembelajaran

khususnya mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengenai gaya bahasa di

SMA.

Hal inilah yang menjadi latar belakang peneliti memilih novel Gelombang karya

Dewi Lestari yang memfokuskan pada penggunaan metafora (luas) dan

metonimia (luas) sebagai bahan ajar sastra Indonesia di SMA, dengan harapan

dapat membantu peserta didik dalam mengidentifikasi, mendeskripsikan, dan

memotivasi peserta didik dalam mempelajari gaya bahasa khususnya metafora

(luas) dan metonimia untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tercantum dalam

kurikulum 2013.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

“Bagaimanakah metafora (luas) dan metonimia (luas) yang terdapat dalam novel

Gelombang karya Dewi Lestari dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra

Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)?”

Rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah metafora (luas) dalam novel Gelombang Dewi Lestari?

2. Bagaimanakah metonimia (luas) dalam novel Gelombang Dewi Lestari?

3. Bagaimanakah kelayakan metafora (luas) dan metonimia (luas) dalam novel

Gelombang karya Dewi Lestari sebagai bahan ajar sastra Indonesia di SMA?

Page 27: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

9

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini

adalah mendeskripsikan metafora (luas) dan metonimi (luas) dalam novel

Gelombang karya Dewi Lestari dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra

Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan penelitian di atas dengan

rincian sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan metafora (luas) dalam novel Gelombang Dewi Lestari.

2. Mendeskripsikan metonimia (luas) dalam novel Gelombang Dewi Lestari.

3. Kelayakan metafora (luas) dan metonimia (luas) dalam Gelombang sebagai

bahan ajar sastra Indonesia di SMA.

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka

manfaat penelitian ini sebagai berikut.

a. Penulis, sebagai salah satu bahan acuan bahwa penelitian ini bisa dipakai untuk

memberikan bahan ajar kepada peserta didik atau calon guru, khususnya

pembelajaran tentang gaya bahasa kiasan metafora (luas) dan metonimia (luas)

di SMA.

b. Memberi wawasan dan pengetahuan kepada peneliti mengenai deskripsi gaya

bahasa, khususnya gaya bahasa metafora (luas) dan metonimia (luas) dalam

novel Gelombang karya Dewi Lestari sebagai bahan ajar di SMA.

Page 28: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

10

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah novel Gelombang karya Dewi Lestari serta

gaya bahasa yang difokuskan pada gaya bahasa yang mendominasi dan kurang

mendominasi yang sebelumnya telah dilakukan prapenelitian oleh penulis. Gaya

bahasa kiasan yang mendominasi yakni metafora (luas) terdiri atas metafora

(sempit) dan simile, sedangkan gaya bahasa yang kurang mendominasi yakni

metonimia (luas) yang terdiri dari metonimia dan sinekdoke (pars prototo dan

totem proparte) selanjutnya akan diteliti berdasarkan vehicle dan tenor serta

kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di SMA dan disesuaikan data

yang ada.

Page 29: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Bahasa dan Sastra

Hubungan antara bahasa dan sastra dikatakan seperti dua sisi mata uang,

keduanya tidak bisa dipisahkan sebab nilainya tergantung pada kualitas

antarhubungannya. Melalui kualitas intelektualitas bahasa menyediakan sarana

dalam bentuk bunyi, huruf, kata, kalimat, paragraf, dan seterusnya. Kualitas

emosionalitas karya sastra memanfaatkannya, mengekploitasinya. Penyusunan

cerita, alur, penokohan, tema, khususnya gaya bahasa adalah cara terpenting yang

digunakan pengarang (Ratna, 2014: 159). Hubungan sastra dengan bahasa sangat

erat kaitannya, bahasa merupakan medium utama dalam karya sastra. Bahasa dan

sastra tidak bisa dipisahkan sebab keduanya ditentukan pada nilai kualitas

antarhubungannya. Bahasa merupakan alat, sarana, bahan, medium, bahan kasar

dalam karya sastra begitu pula sebaliknya dalam bahasa memanfaatkan karya

sastra dalam mengembangkan bahasa sehingga berbeda dengan bahasa sehari-

hari. Adapun bahasa yang berbeda dengan bahasa sehari-hari itu memanfaatkan

sastra, misalnya ada bahasa puisi yang mirip dengan bahasa prosa, ada juga

bahasa prosa yang puitis seperti halnya bahasa puisi, dan semua itu dapat dilihat

dari konvensi penulisannya (Nurgiyantoro, 2013: 1).

Page 30: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

12

Salah satu karya sastra yang memanfaatkan bahasa adalah prosa. Prosa termasuk

ke dalam karya sastra berbentuk fiksi. Karya sastra fiksi yaitu cerita yang bersifat

rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga

tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata (Nurgiyantoro, 2013: 3). Salah

satu contoh karya sastra fiksi itu adalah novel.

Pada umumnya bahasa dalam penulisan novel lahir secara intuitif, bahasa

mengalir seirama dengan imajinasi dan ciri-ciri kreatifitas lainnnya (Ratna, 2014:

169). Bahasa yang digunakan seorang pengarang dalam menulis novel

berdasarkan suatu imajinasi, dan hasil kreativitas dalam menuangkan ide atau

gagasannya ke dalam bahasa yang digunakan.

2.2 Novel

Kata novel berasal dari kata Latin Novellus yang diturunkan pula dari kata novies

yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis

sastra lainnya seperti puisi, drama dan lain-lain, maka jenis novel ini muncul

kemudian. Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang

tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang

representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut

(Tarigan, 1984: 164). Adapun novel sebagai sebuah karya fiksi yang menawarkan

sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia

imajinatif, yang dibangun melalui unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh,

latar, sudut pandang, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2013: 5).

Dalam bahasa Inggris dua ragam fiksi naratif yang utama disebut romance

(romansa) dan novel. Novel bersifat realistis, sedang romansa bersifat puitis dan

Page 31: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

13

epik. Hal itu menunjukan bahwa keduanya berasal dari sumber yang berbeda.

Novel berkembang dari bentuk- bentuk naratif nonfiksi, misalnya surat, biografi,

kronik, atau sejarah. Novel lebih mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan

psikologi yang lebih mendalam. Romansa merupakan kelanjutan epik dan

romansa Abad Pertengahan mengabaikan kepatuhan pada detil (Wellek & Warren

dalam Nurgiyantoro, 2013: 17).

2.3 Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style.

Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis

pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas

tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan

dititikberatkan pada keahlian untuk menulis indah, maka style lalu berubah

menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata

indah (Keraf, 1994: 112). Stile (style, gaya bahasa) adalah cara pengucapan

bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu

yang akan dikemukakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2013: 369). Adapun

Istilah gaya dalam karya sastra mengandung pengertian cara seorang pengarang

menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan

harmonis serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh

daya intelektual dan emosi pembaca (Aminuddin, 2013: 72).

Secara singkat gaya bahasa merupakan cara yang digunakan penulis untuk

mengungkapkan pikirannya melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan

jiwa dan kepribadiannya (Keraf, 1994: 113). Beberapa pendapat di atas dapat

Page 32: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

14

disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah suatu cara yang digunakan seorang

penulis dalam menyampaikan ide atau pikirannya, setiap penulis memiliki bahasa

yang berbeda dengan penulis yang lain, dan bahasa seorang penulis mencirikan

pribadinya.

2.4 Metafora (Luas) atau Gaya Bahasa Kiasan

Pradopo dalam Ratna (2014: 183) dalam pembicaraan karya sastra, khususnya

penggunaan gaya bahasa kiasan seperti perbandingan, personifikasi, metonimia,

dan sebagainya disebut metafora. Adapun menurut Scholes dalam Ratna (2014:

183) yang mengadopsi pendapat Jakobson, semua bentuk kiasan pada dasarnya

dapat disebutkan sebagai metafora. Metafora dalam arti luas meliputi semua

bentuk kiasan yang dianggap menyimpang, sedangkan metafora dalam arti sempit

majas penegasan, majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas sindiran,

metafora termasuk salah satu unsur dari majas perbandingan.

Bahasa kias atau figure of speech adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk

meninggikan serta meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta

membandingkan suatu benda atau hal lain yang lebih umum (Tarigan, 1985: 112).

Adapun pengertian secara luas meliputi semua bentuk kiasan, penggunaan bahasa

yang dianggap “menyimpang” dari bahasa baku. Dilihat dari hakikat karya sastra

secara keseluruhan, sebagai kualitas estetis, perbandingan dianggap sebagai majas

yang paling penting sebab semua majas pada dasarnya memiliki ciri-ciri

perbandingan. Sesuai pendapat Eco dalam Ratna (2014: 181) metafora adalah

majas yang paling banyak dan paling intens dalam memanfaatkan perbandingan.

Metafora didefinisikan melalui dua pengertian, secara sempit dan luas. Pengertian

secara sempit, metafora adalah majas seperti simile, epitet, hiperbola, dan

Page 33: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

15

sebagainya. Pengertian secara luas meliputi semua bentuk kiasan, penggunaan

bahasa yang dianggap ‘menyimpang’ dari bahasa baku. Sebagai animal

symbolicum kemampuan manusia adalah membandingkan, makin banyak unsur-

unsur perbandingannya maka karya seseorang makin bermutu. Perbandingan

menunjukan kemampuan seseorang pengarang untuk eksis di tengah-tengah

masyarakat dalam rangka membangun model-model hubungan dalam karya.

Metafora adalah pemakaian kata-kata atau kelompok kata bukan dalam pengertian

sesungguhnya, melainkan berdasarkan persamaan atau perbandingan, seperti

‘pemuda adalah tulang punggung bangsa’. Perbandingan dan persamaan

(metafora), berdampingan dan berdekatan (metonimia) inilah yang dianggap

sebagai ciri pembeda antara sastra dengan bahasa ilmiah (Ratna, 2014: 188).

Metafora erat berkaitan dengan metonimia, keduanya memiliki persamaan dan

kedekatan. Semua ciri retorika termasuk aliran dapat dijelaskan sebagai variasi

atau kombinasi dua majas tersebut. Dengan kalimat lain, secara tradisional bentuk

yang dekat dengan metafora adalah metonimia dan sinekdoke.

Dalam sebuah kalimat yang ditawarkan oleh beberapa ahli dalam memaknai

metafora. Salah satunya yakni Richards yang mengintroduksi konsep tenor (idea)

dan vehicle (image). Term pokok disebut tenor, sedangkan term kedua disebut

dengan vehicle. Tenor berfungsi untuk menyebutkan sesuatu yang dibandingkan,

sedangkan vehicle berfungsi untuk menyebutkan sesuatu yang digunakan sebagai

pembanding (Ratna, 2014: 190).

Menurut Gorys Keraf (1994: 136) gaya bahasa kiasan adalah membandingkan

sesuatu dengan sesuatu hal yang lain, berarti mencoba menemukan ciri-ciri yang

Page 34: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

16

menunjukan kesamaan antara kedua hal tersebut. Adapun macam-macam gaya

bahasa kiasan atau metafora (luas) menurut Gorys Keraf dapat dilihat di bawah

ini.

2.4.1 Persamaan atau Simile

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisist. Perbandingan

eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain,

yaitu dengan kata-kata: seperti, sama, bagai, bak, laksana, dan sebagainya.

Kikirnya seperti kepiting batu.Bibirnya seperti delima merah.

2.4.2 Metafora

Metafora adalah semacam anologi membandingkan dua hal secara langsung,

tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, dan

sebagainya (Keraf, 1994: 139). Pendapat lain yang mengatakan metafora adalah

pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang

berdasarkan persamaan atau perbandingan (Poerwadarminta dalam Tarigan, 1985:

121). Misalnya:

Orang itu buaya darat.Rita adalah bunga desa.

2.4.3 Alegori

Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini

harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama

Page 35: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

17

pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat

(Keraf, 1994: 141).

Tarigan (1985: 25) mengatakan alegori biasanya mengandung sifat-sifat moral

dan spiritual manusia. Alegori biasanya merupakan cerita-cerita yang panjang dan

rumit dengan maksud dan tujuan yang terselubung namun bagi pembaca yang jeli

justru jelas dan nyata. Jenis-jenis alegori yaitu: fabel dan parabel.

1. Parabel

Parabel (parabola) adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya

manusia, yang selalu mengandung tema moral. Istilah parabel dipakai untuk

menyebut cerita-cerita fiktif di dalam Kitab Suci yang bersifat alegoris, untuk

menyampakan suatu kebenaran moral atau kebenaran spiritual.

2. Fabel

Fabel adalah metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang, di mana

binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak

seolah-olah sebagai manusia.

2.4.4 Personifikasi atau Prosopopoiea

Personifikasi atau prosopopoiea adalah semacam gaya kiasan yang

menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa

seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Misalnya:

Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagiketakutan kami.Matahari baru saja kembali ke peraduannya, ketika kami tiba di sana.

Page 36: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

18

2.4.5 Alusi

Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa

atau tokoh berdasarkan peranggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki

oleh pengarang dan pembaca (Tarigan, 1985: 126).

Keraf (1994: 141) Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan

kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Misalnya:

Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi. (mengacu ke pemberontakankaum komunis)Dahulu sering dikatakan bahwa Bandung adalah Paris van Jawa.

Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk membentuk sebuah alusi yang baik,

yaitu:

a. harus ada keyakinan bahwa hal yang dijadikan alusi dikenal juga oleh

pembaca;

b. penulis harus yakin bahwa alusi itu membuat tulisannya menjadi lebih

jelas;

c. bila alusi itu menggunakan acuan yang sudah umum, maka usahakan

untuk menghindari acuan semacam itu.

2.4.6 Eponim

Eponim adalah suatu gaya yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat

tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. Misalnya:

Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan; Hellen dari Troya untuk

menyatakan kecantikan.

Page 37: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

19

Dengan latihan dan makanan yang teratur kami harapkan agar anda menjadiHercules dalam pertandingan nanti.

2.4.7 Epitet

Epitet adalah menjelaskan acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang

khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Misalnya:

Putri malam untuk bulan.Raja rimba untuk singa.

2.4.8 Antonomasia

Antonomasia merupakan wujud dari sinekdoke yang berwujud penggunaan

sebuah epitet untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk

menggantikan nama diri.

Yang mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.Pangeran yang meresmikan pembukaan seminar.

2.4.9 Hipalase

Hipalase adalah gaya bahasa yang menggunakan kata tertentu untuk menerangkan

sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. Hipalase

merupakan kebalikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan.

Misalnya:

Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalahmanusianya, bukan bantalnya).

Page 38: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

20

2.4.10 Ironi

Ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan

makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-

katanya. Entah disengaja atau tidak, rangkaian kata-kata yang dipergunakan itu

mengingkari maksud yang sebenarnya. Misalnya:

Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semuakebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya.Aduh, bersihnya kamar ini, putung rokok dan sobekan kertas bertebaran dilantai.

2.4.11 Sinisme

Sinisme yaitu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan

terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Sinisme adalah ironi yang lebih kasar

sifatnya. Misalnya:

Memang Anda adalah seorang gadis yang tercantik di seantero jagad iniyang mampu menghancurkan seluruh isi jagad ini.

2.4.12 Sarkasme

Sarkasme merupakan acuan yang lebih besar dari ironi dan sinisme. Sarkasme

adalah acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Misalnya:

Mulut kau harimau kau.Tingkah lakumu memalukan kami.

Page 39: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

21

2.4.13 Inuendo

Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang

sebenarnya. Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering

tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu. Misalnya:

Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakanminum.Abangku sedikit gemuk karena terlalu banyak makan daging berlemak.

2.4.14 Antifrasis

Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan

makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata

yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya. Misalnya:

Engkau memang orang yang mulia dan terhormat!Mari kita sambut kedatangan sang Raja (maksudnya si Jongos).

2.4.15 Pun atau Paronomasia

Pun atau paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi,

namun terdapat perbedaan dalam maknanya. Misalnya:

Tanggal dua gigi saya tanggal dua.

2.5 Metonimia (luas)

Ratna (2014: 202) metonimia dari meta + onoma (Yunani) berarti

mengatasnamakan, suatu nama tertentu digunakan untuk nama yang lain. Secara

etimologi (ibid) metonimia mengatasnamakan, menampilkan konsep-konsep

secara bertautan, berdekatan, bersebelahan, dan berdampingan. Metonimia

Page 40: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

22

didasarkan melalui kombinasi hubungan satu tanda dengan tanda yang lain dalam

membentuk konteks. Hubungan metonimis terjadi antara bagian dan keseluruhan,

penghasil dan benda-benda yang dihasilkan, institusi dan lokasi, sebab dengan

akibat, tempat dengan isi, ruang dan waktu, dan sebagainya. Hubungan yang

dimaksud disebabkan adanya berbagai motivasi, seperti hubungan kausal dan

logis. Pertukaran bagian dan keseluruhan, yang juga disebut sebagai ciri khas

metonimia (luas) adalah metonimia dan sinekdoke (pars prototo dan totem

proparte). Adapun pembahasan metonimia dan sinekdoke ada di bawah ini.

2.5.1 Metonimia

Metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk

menyatakan suatu hal lain, karena menyatakan pertalian yang sangat dekat (Keraf,

1994: 136). Misalnya:

Ia membeli sebuah chevrolet.Saya minum satu gelas, ia dua gelas.

2.5.2 Sinekdoke

Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan dari sesuatu

hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan

keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Misalnya:

Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar 1.000,-Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi makan di Tanah Airkita ini

Page 41: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

23

2.6 Pemilihan Bahan Ajar Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA

Kompetensi dalam kurikulum 2013 dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti

kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.

Kompetensi inti yang dimaksud meliputi kompetensi inti spiritual, sosial,

pengetahuan, dan keterampilan. Masing-masing pelajaran selanjutnya

dikembangkan kompetensi dasar yang berfungsi untuk mencapai kompetensi inti.

Ditinjau dari elemen standar lulusan kurikulum 2013 menekankan adanya

peningkatan dan keseimbangan soft-skill dan hard-skill yang meliputi aspek sikap,

pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotorik). Dalam

Kurikulum 2013, pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan

berbasis teks. Teks yang dimaksud yaitu teks sastra dan teks nonsastra. Teks

sastra terdiri atas teks naratif dan teks nonnaratif. Contoh teks naratif yakni cerita

pendek dan prosa, sedangkan contoh teks nonnaratif seperti puisi.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 mengisyaratkan suatu

pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan

saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta

didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-

tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesa, mengumpulkan

data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Melalui

pendekatan saintifik, guru dapat membangkitkan keingintahuan peserta didik akan

sebuah karya sastra. Karya sastra dihidupkan dalam pembelajaran. Dengan

demikian, pembelajaran akan menjadi menarik, menantang, serta memotivasi

peserta didik untuk terus menggali yang ada dalam suatu karya sastra. Adapun

Page 42: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

24

kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokan

Kompetensi Inti yaitu berkenaan dengan sikap spiritual (kompetensi inti 1), sikap

sosial (kompetensi inti 2), sikap pengetahuan (kompetensi inti 3), dan sikap

keterampilan (kompetensi inti 4). Keempat kompetensi itu dijadikan acuan dari

Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran

secara integratif.

Tujuan utama kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Abidin, 2014: 21).

Salah satu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah pemilihan bahan ajar

yang disesuaikan dengan kurikulum 2013. Bahan ajar atau materi pembelajaran

(intructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,

dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi

yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri

dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau

nilai (Depdiknas dalam Abidin, 2014: 263).

Beberapa fungsi penting bahan ajar dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam

proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang

seharusnya diajarkan kepada siswa.

2. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam

proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang

seharusnya dipelajari/ dikuasai.

Page 43: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

25

3. Alat evaluasi pencapaian/ penguasaan hasil pembelajaran. (Depdiknas

dalam Abidin, 2014: 264).

Praktik pengembangan untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai harus

mempertimbangkan beberapa langkah teknis pengembangan bahan ajar (1)

analisis terhadap KI-KD untuk mengetahui bahan ajar yang akan digunakan, (2)

analisis sumber belajar untuk mengetahui ketersediannya, dan (3) penentuan jenis

bahan ajar untuk memenuhi salah satu kriteria bahan ajar harus menarik dan

membantu siswa mencapai kompetensi.

Adapun Kompetensi Inti SMA/MA adalah sebagai berikut:

Kelas X Kelas XI Kelas XII1. Menghayati danmengamalkan ajaranagama yang dianutnya

1. Menghayati danmengamalkan ajaranagama yang dianutnya

1.Menghayati danmengamalkan ajaranagama yang dianutnya

2.Mengembangkanperilaku (jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli,santung, ramahlingkungan, gotongroyong, kerjasama, cintadamai, responsif, danproaktif) danmenunjukan sikapsebagai bagian darisolusi atas berbagaipermasalahan bangsadalam berinteraksisecara efektif denganlingkungan sosial danalam serta dalammenempatkan diirsebagai cerminanbangsa dalam pergaulandunia

2.Mengembangkanperilaku (jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli,santung, ramahlingkungan, gotongroyong, kerjasama, cintadamai, responsif, danproaktif) dan menunjukansikap sebagai bagian darisolusi atas berbagaipermasalahan bangsadalam berinteraksi secaraefektif denganlingkungan sosial danalam serta dalammenempatkan diirsebagai cerminan bangsadalam pergaulan dunia

2.Mengembangkanperilaku (jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli,santung, ramahlingkungan, gotongroyong, kerjasama, cintadamai, responsif, danproaktif) danmenunjukan sikapsebagai bagian darisolusi atas berbagaipermasalahan bangsadalam berinteraksisecara efektif denganlingkungan sosial danalam serta dalammenempatkan diirsebagai cerminanbangsa dalam pergaulandunia

3. memahami danmenerapkanpengetahuan faktual,konseptual, prosedural,teknologi, seni, budaya,dan humaniora dengan

3. memahami,menerapkan, danmenjelaskan pengetahuanfaktual, konseptual,prosedural, danmetakognitif dalam ilmu

3. memahami,menerapkan, danmenjelaskanpengetahuan faktual,konseptual, prosedural,dan metakognitif dalam

Page 44: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

26

wawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan,dan peradaban terkaitfenomena dan kejadian,serta menerapkanpengetahuan proseduralpada bidang kajian yangspesifik sesuai denganbakat dan minatnyauntuk memecahmasalah.

pengetahuan, teknologi,seni, budaya, danhumaniora denganwawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan,dan peradaban terkaitpenyebab fenomena dankejadian, sertamenerapkan pengetahuanprosedural pada bidangkajian yang spesifiksesuai dengan bakat danminatnya untukmemecahkan masalah

ilmu pengetahuan,teknologi, seni, budaya,dan humaniora denganwawasan kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan,dan peradaban terkaitpenyebab fenomena dankejadian, sertamenerapkanpengetahuan proseduralpada bidang kajian yangspesifik sesuai denganbakat dan minatnyauntuk memecahkanmasalah

4. mencoba, mengolah,dan menyaji dalamranah konkret dan ranahabstrak terkait denganpengembangan dariyang dipelajarinya disekolah secara mandiridan mampumenggunakan metodesesuai kaidah keilmuan

4. mencoba, mengolah,dan menyaji dalam ranahkonkret dan ranah abstrakterkait denganpengembangan dari yangdipelajarinya di sekolahsecara mandiri bertindak,secara afektif, dan kreatifserta mampumenggunakan metodesesuai kaidah keilmuan

4. mencoba, mengolah,dan menyaji dalamranah konkret dan ranahabstrak terkait denganpengembangan dariyang dipelajarinya disekolah secara mandiribertindak, secara afektif,dan kreatif serta mampumenggunakan metodesesuai kaidah keilmuan

Pada program pembelajaran untuk kelas XII semester genap, standar kemampuan

bersastra pada siswa adalah memahami, menerapkan, menganalisis, dan

mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,

dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan

minatnya untuk memecahkan masalah dan Kompetensi Dasar menganalisis teks

cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan novel baik melalui lisan maupun

tulisan.

Page 45: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

27

Berdasarkan kurikulum 2013 sebagai berikut:

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR3. Memahami, menerapkan,menganalisis, dan mengevaluasipengetahuan faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitifberdasarkan rasa ingin tahunya tentangilmu pengetahuan, teknologi, seni,budaya, dan humaniora denganwawasan kemanusiaan, kebangsaan,kenegaraan, dan peradaban terkaitpenyebab fenomena dan kejadian,serta menerapkan pengetahuanprosedural pada bidang kajian yangspesifik sesuai dengan bakat danminatnya untuk memecahkan masalah

3.1 memahami struktur dan kaidahteks cerita sejarah, berita, iklan,editorial/ opini, dan novel baik lisanmaupun tulisan3.2 membandingkan teks ceritasejarah, berita, iklan, editorial/opini,dan novel baik lisan maupun tulisan3.3 menganalisis teks cerita sejarah,berita, iklan, editorial/ opini, dan novelbaik lisan maupun tulisan3.4 mengevaluasi teks cerita sejarah,berita, iklan, editorial/ opini, dan novelberdasarkan kaidah-kaidah baik lisanmaupun tulisan

Pemilihan dan penentuan bahan ajar yang dimaksudkan untuk memenuhi salah

satu kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk

mencapai kompetensi, sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan

kecocokan dengan KD yang akan diraih oleh peserta didik. Jenis dan bahan ajar

ditetapkan atas dasar analisis kurikulum dan analisis bahan sebelumnya

(Depdiknas dalam Abidin, 2014: 270).

Tujuan pembelajaran dapat berhasil dengan baik apabila ditunjang dengan media

dan bahan ajar yang memadai yang dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai

tujuan yang diinginkan. Karya sastra fiksi juga merupakan salah satu bahan ajar

yang bisa digunakan untuk pembelajaran, salah satu karya fiksi yang dapat

digunakan yaitu Novel. Menurut Abidin (2014: 268) ada aspek yang perlu

dipertimbangkan dalam pemilihan bahan ajar sastra yaitu sebagai berikut.

1. Aspek Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 menyadari bahwa bahasa merupakan suatu wahana yang

digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara estetis dan

Page 46: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

28

logis. Mengekspresikan diri antara perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis

harus berimbang. Berdasarkan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

SMA, kurikulum 2013 terdiri atas dua aspek, yaitu Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar (Abidin, 2014: 268). Pada program pembelajaran untuk kelas

XII semester genap, KI (Kompetensi Inti) 3 pada siswa adalah memahami,

menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusian, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena

dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk untuk memecahkan masalah.

2. Aspek Pedagogik

Seorang guru dalam menjalankan tugasnya harus memiliki seperangkat ilmu

tentang bagaimana ia harus mendidik anak. Guru bukan hanya sekedar terampil

dalam menyampaikan bahan ajar, tetapi guru juga dituntut mampu

mengembangkan pribadi anak, watak anak, dan mempertajam hati nurani anak.

Pedagogik merupakan ilmu untuk mengkaji bagaimana membimbing anak,

bagaimana seorang guru berhadapan dengan anak didik, dan apa tugas pendidik,

semua itu menjadi tujuan dari seorang pendidik.

Tujuan khusus pembelajaran sastra diantaranya menuntut anak didik untuk dapat

memahami dan menangkap makna suatu karya sastra yang diajarkan. Seorang

guru harus memahami hal tersebut, guru bukan hanya sekedar mampu

menyampaikan bahan ajar, namun guru juga dituntut mampu memilih, dan

Page 47: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

29

mengembangkan bahan ajar. Aspek-aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika

ingin memilih bahan pengajaran, adalah sebagai berikut.

a. Aspek kebahasaan

Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah

yang dibahas, tapi juga faktor-faktor lain seperti cara penulisan yang dipakai

pengarang, bahasa yang digunakan ialah bahasa baku, komunikatif,

memperhitungkan kosakata baru, isi wacana, cara menuangkan ide yang

disesuaikan dengan kelompok pembaca yang ingin dijangkau sehingga mudah

dipahami semua kalangan, serta ciri-ciri karya sastra disesuaikan pada waktu

penulisan itu (Rahmanto, 1988: 17).

b. Psikologis

Seorang guru dalam memilih bahan pembelajaran harus memperhatikan tahap-

tahap psikologi karena sangat besar pengaruhnya terhadap minat. Tahap

perkembangan psikologis sangat berpengaruh terhadap daya ingat, kemauan

mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi

atau pemecahan masalah yang dihadapi. Dalam pengajaran karya sastra seorang

guru harus memperhatikan tahapan psikologis, untuk siswa SMA (usia 16 sampai

18 tahun) mereka pada tahap realistik. Pada tahap ini anak-anak sudah benar-

benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realistis atas apa yang

benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan

teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah kehidupan nyata (Rahmanto,

1988: 17).

Page 48: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

30

c. Latar belakang kebudayaan siswa

Latar belakang kebudayaan siswa karya sastra meliputi hampir semua faktor

kehidupan manusia dan lingkungannya seperti; geografi, sejarah, topografi, iklim,

mitologi, legenda pekerjaan, kepercayaan, cara berfikir, nilai-nilai masyarakat,

seni, olahraga, moral, hiburan, etika, dan sebagainya.

Biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-yang karya sastra dengan latar

belakang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama

bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan

mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang sekitar.

3. Aspek Sastra

Kemampuan untuk dapat memilih bahan ajar sastra ditentukan oleh berbagi

macam faktor, antara lain; berapa banyak karya sastra yang tersedia di

perpustakaan sekolah, kurikulum yang harus diikuti, persyaratan bahan yang

harus diberikan agar dapat menempuh tes hasil belajar akhir, dan masih banyak

faktor lain yang terkadang bahan yang ditentukan dari atasan lewat kurikulum

kurang sesuai dengan lingkungan siswa. Memilih bahan pelajaran sastra ada dua

aspek yang dapat dipertimbangkan dari segi sastra yaitu sebagai berikut.

a. Bahasa bersifat sastrawi

Ragam bahasa sastra dapat dikatakan sebagai ragam bahasa yang bebas, karena

ragam bahasa ini ditunjukan untuk keindahan. Disebut prinsip Licensia Poetica

yaitu kebebasan seorang sastrawan untuk menyimpang dari kenyataan, dari

bentuk atau aturan konvensional, untuk menghasilkan efek yang dikehendaki

Page 49: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

31

(Sudjiman, 1990: 47). Prinsip tersebut memperbolehkan penggunaan bahasa

menyimpang atau menyalahkan kaidah bahasa demi keindahan sebuah karya yang

disebut kebebasan penyair.

Sastrawan dapat dikatakan berhasil dalam menciptakan karya sastra jika bahasa

yang digunakan dalam karyanya seimbang. Seimbang yaitu menggunakan kata-

kata yang sederhana yang mudah dimengerti dan manggunakan bahasa yang

mengandung sastra jadi karyanya cocok jika dibaca oleh semua kalangan. Karya

sastra juga bisa dikatakan berhasil jika bahasanya mengandung beberapa gaya

bahasa di dalamnya, karena itu menandakan bahwa seorang sastrawan itu adalah

seorang yang mempunyai ide kreatif tinggi dalam menciptakan sebuah karya

sastra.

Karya sastra yang cocok digunakan untuk bahan ajar juga harus bisa melahirkan

sikap untuk berekspresi, melibatkan unsur mendidik, dan mengajar. Seorang

sastrawan memiliki perbedaan dalam melahirkan sebuah karya sastra dibanding

orang lain. Perbedaan yang mencolok dapat dilihat dari gaya bahasa dan ragam

bahasa yang digunakan untuk memperindah karyanya.

b. Amanat tidak menggurui

Amanat atau pesan-pesan yang diberikan dalam karya sastra hendaknya lebih

diperhatikan kembali untuk seorang pendidik dalam memilih bahan ajar di

sekolah, terutama dalam penyampaian kepada pembaca yaitu siswa di sekolah.

Amanat dalam penyampaian tidak boleh terlalu menggurui.

Page 50: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

32

Penelitian ini berjudul “Gaya Bahasa dalam Novel Gelombang Karya Dewi

Lestari dan Kelayakannya sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di Sekolah

Menengah Atas (SMA)”.

Page 51: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

BAB IIIMETODE PENELITIAN

1.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,

2011:6). Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, karena data yang dikumpulkan

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka, hal itu disebabkan oleh adanya

metode kualitatif (Moleong, 2011:11).

Alasan peneliti memilih metode tersebut karena pada hasil dan pembahasan

penelitian ini akan digunakan kata-kata atau kalimat yang menjelaskan secara

detail tentang penggunaan metafora (luas) dan metonimia ditemukan dalam novel

Gelombang karya Dewi Lestari. Melalui metode desriptif kualitatif, peneliti

diharapkan dapat memaparkan, mendeskripsikan, dan menganalisis permasalahan

yang dibahas secara objektif. Dalam hal ini, peneliti berusaha menganalisis

permasalahan dengan menghubungkan antara teori dengan fakta yang ada. Penulis

Page 52: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

34

menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk menggambarkan keadaan yang

sebenarnya. Penggambaran tersebut disertai interpretasi metafora dan metonimia

dalam novel Gelombang karya Dewi Lestari dan kelayakannya sebagai bahan ajar

sastra Indonesia di SMA.

1.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah novel Gelombang karya Dewi Lestari terbitan

PT Bentang Pustaka, cetakan Desember 2014 dengan tebal 482 halaman dan

dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian. Masing-masing eksemplar diambil gaya

bahasa yang dominan dan tidak dominan. Adapun data yang dianalisis dalam

penelitian ini berupa metafora (luas) dan metonimia dalam novel Gelombang

Dewi Lestari dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di SMA.

1.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan dan analisis data dalam penelitian ini adalah analisis teks.

Analisis teks tersebut digunakan untuk mendeskripsikan metafora (luas) dan

metonimia yang terkandung dalam novel Gelombang karya Dewi Lestari. Teknik

analisis teks ini berfungsi untuk mengidentifikasi metafora (luas) dan metonimia

dalam novel Gelombang karya Dewi Lestari yaitu berupa penggalan-penggalan

novel yang mengacu pada gaya bahasa kiasan yang dominan dan tidak dominan

yaitu metafora (luas) dan metonimia.

Dalam mengumpulkan dan menganalisis data, penulis melakukan beberapa

tahapan. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam mengumpulkan dan

menganalisis data adalah sebagai berikut.

Page 53: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

35

1. Membaca novel Gelombang karya Dewi Lestari secara keseluruhan dengan

saksama.

2. Mengidentifikasi data yang telah kumpulkan sebelumnya oleh peneliti yaitu

data penggunaan gaya bahasa kiasan yang dominan dan kurang dominan.

Adapun data yang paling dominan yakni gaya bahasa kiasan metafora (luas)

meliputi metafora (sempit) dan simile, dan data yang tidak dominan yakni

metonimi yang meliputi metonimi dan sinekdoke (pars prototo dan totem

proparte).

3. Menganalisis metafora (luas) meliputi metafora (sempit) dan simile, dan

metonimia yang meliputi metonimia dan sinekdoke (pars prototo dan totem

proparte) berdasarkan kategori vehicle dan tenor.

Indikator Metafora dan Metonimia Berdasarkan KategoriVehicle dan Tenor

No Indikator Sub Indikator Deskriptor

1 1.1 KategoriVehicle

a. Anggota tubuh(At)

Anggota tubuh yang meliputitangan, kaki, mulut, wajah,bibir, telinga, mata, hidung,hati, paru-paru, dan lain-lain.

b. Jenis kelamin (JK) Jenis kelamin yang meliputiperempuan dan laki-laki.

c. Hewan (H) Hewan yang meliputi kerbau,anjing, elang, naga, tikus,kucing, ikan, dan lain-lain

d. Tumbuhan (T) Tumbuhan yang meliputipohon, daun, bunga, biji,tangkai, dan lain-lain

e. Benda yang ada dialam (Ba)

Benda yang ada di alammeliputi batu, aspal, sungai,

Page 54: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

36

cahaya, tanah, air, bulan,bintang, dan lain-lain

f. Benda imajinasi(Bi)

Benda imajinasi meliputimoster (robot), raksasa, hantu,dan lain-lain

g. Benda nyata (Bn) Benda nyata meliputi tas,pisau, gunting, pedang, meja,pulpen,buku, dan lain-lain.

h. Suasana (S) Suasana meliputi senang,sedih, tegang, mengharukan,dan lain-lain.

i. Nama kota (Nk) Nama kota meliputi Tibet,Medan, Jakarta, dan lain-lain.

j. Suara (Sr) Suara meliputi suara gemuruh,suara kucing, suara gemericikair, dan lain-lain.

k. Warna (Wr) Warna meliputi merah, putih,hijau, biru, hitam, dan lain-lain.

l. Kegiatan (K) Kegiatan meliputi sebagaijurnalis, juru kamera,mencangkul, menyanyi, danlain-lain.

m. Negara (Ng) Negara meliputi Amerika,Indonesia, Paris, dan lain-lain.

n. Ilmuwan (Il) Ilmuwan meliputi penemulistrik, penemu televisi, danlain-lain.

o. Nama orang (No) Nama orang meliputi namatokoh dalam novel, dan lain-lain.

p. Jabatan (J) Jabatan meliputi, DPR, MPR,presiden, bupati, raja, dan lain-lain

2 2.1 KategoriTenor

a. Nama orang (No) Nama orang meliputi namatokoh dalam novel, dan lain-lain.

b. Jenis kelamin (JK) Jenis kelamin yang meliputiperempuan dan laki-laki.

Page 55: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

37

c. Alam (Al) Alam meliputi hewan,tumbuhan, benda yang ada dialam dan lain-lain.

a. Suasana (S) Suasana meliputi senang,sedih, tegang, mengharukan,dan lain-lain.

b. Tempat (Tt) Tempat meliputi Tibet, Medan,Jakarta, dan lain-lain.

c. Kegiatan (Kg) Kegiatan meliputi sebagaijurnalis, juru kamera,mencangkul, menyanyi, danlain-lain.

d. Suara (Sr) Suara meliputi suara gemuruh,suara kucing, suara gemericikair, dan lain-lain.

e. Anggota tubuh(At)

Anggota tubuh meliputitangan, kaki, mulut, badan, danlain-lain.

f. Benda (B) Benda meliputi mobil, gelas,piring, gelas, rumah, dan lain-lain.

g. Sifat (St) Sifat meliputi jujur, adil, tegas,dan lain-lain

h. Kemampuan(Km)

Kemampuan meliputi keahlianyang dimiliki seseorang.

4. Mendeskripsikan kelayakan hasil penelitian metafora (luas) dan metonimia

(luas) berdasarkan aspek kurikulum 2013, aspek pedagogik, dan aspek sastra

dalam novel Gelombang karya Dewi Lestari sebagai bahan ajar sastra

Indonesia di SMA.

5. Menyimpulkan metafora (luas) dan metonimia (luas) dalam novel Gelombang

karya Dewi Lestari dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di

SMA.

Page 56: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa penggunaan metafora (luas) yang

meliputi gaya bahasa metafora (sempit) dan simile dalam Gelombang karya Dewi

Lestari sangat mendominasi terbukti diperoleh data keseluruhan sebanyak 154

frekuensi yang terdiri atas penggunaan simile sebanyak 100 data dan metafora

(sempit) sebanyak 54 data. Adapun metonimia jumlahnya paling sedikit terbukti

diperoleh data keseluruhan sebanyak 49 data yang terdiri atas penggunaan

metonimia sebanyak 23 data, pars prototo 14 data, dan totem proparte 12 data.

Adapun simpulannya sebagai berikut.

(1) Hasil analisis metafora (luas) yang terdiri atas metafora (sempit) dan simile

dalam Gelombang karya Dewi Lestari menggunakan kategori vehicle dan

tenor. Penggunaan vehicle dikategorikan berdasarkan manusia dan

nonmanusia sedangkan tenor dikategorikan berdasarkan konkret dan abstrak.

Pada novel Gelombang karya Dewi Lestari metafora (sempit) dan simile

sangat mendominasi dibandingkan gaya bahasa kiasan yang lainnya sehingga

penggunaannya memberikan nilai lebih pada novel. Dominasi metafora dalam

Gelombang karya Dewi Lestari menciptakan nilai estetika dan menghidupkan

cerita yang dilihat dari segi penggunaan gaya bahasanya.

Page 57: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

140

(2) Hasil analisis metonimia (luas) yang terdiri atas metonimia dan sinekdoke

(pars prototo dan totem proparte) dalam Gelombang karya Dewi Lestari

menggunakan kategori vehicle dan tenor. Penggunaan vehicle dikategorikan

berdasarkan manusia dan nonmanusia sedangkan tenor dikategorikan

berdasarkan konkret dan abstrak. Metonimia dalam novel Gelombang karya

Dewi Lestari kurang mendominasi dibandingkan dengan metafora (luas). Hal

itu bukan menjadi masalah karena penggunaan metonimia yang dibungkus

dengan apik menjadikan warna tersendiri yakni banyak menambah kosakata

dan menciptakan nilai estetika pada novel Gelombang karya Dewi Lestari.

(3) Berdasarkan data-data di atas pengunaan metafora (luas) dan metonimia

(luas) pada novel Gelombang karya Dewi Lestari layak dijadikan bahan

pembelajaran bahasa Indonesia yang tertuang pada silabus Kurikulum 2013

dengan KD 3.3 yaitu menganalisis teks novel baik melalui lisan maupun

tulisan yang dilihat dari unsur intrinsik novel yakni penggunaan gaya bahasa

metafora (luas) dan metonimia (luas). Teks novel Gelombang karya Dewi

Lestari sudah mencakup aspek bahasa, yakni bahasanya yang komunikatif

dan mudah dipahami semua kalangan, aspek sastrawi sudah terpenuhi dilihat

dari penyimpangan bahasa yang digunakan oleh penulis sehingga

membedakan dengan bahasa sehari-hari dan menciptakan nilai estetika pada

Gelombang karya Dewi Lestari.

Page 58: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

141

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, saran yang diberikan peneliti adalah sebagai

berikut.

1. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat menggunakan hasil penelitian ini

sebagai bahan ajar yakni menganalisis unsur intrinsik novel yang dilihat dari

gaya bahasa kiasan khusunya penggunaan metafora (luas) dan metonimia

(luas) pada novel karya Dewi Lestari yang berjudul Gelombang.

2. Peneliti lain dapat meneliti gaya bahasa selain metafora (luas) dan metonimia

yang berdasarkan penggolongan vehicle dan tenor-nya, karena keterbatasan

penelitian hanya di gaya bahasa metafora (luas) dan metonimia (luas) sehingga

peneliti lain dapat melakukan penelitian yang lainnya misalnya gaya bahasa

retoris, gaya bahasa berdasarkan pilihan nada, dan struktur kalimat.

Page 59: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum2013. Bandung: Refika Aditama.

Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.Semarang: Semarang Press.

Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: BukuSeru.

Keraf, Gorys. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kosasih, E. 2012. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Lestari, Dewi. 2014. Supernova Gelombang. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Moleong, J. Lexy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.

Nugrahini, Kartika Nurul. 2014. Kepribadian dan Akulturasi Diri Tokoh Utamadalam Novel Supernova Episode Partikel Karya Dewi Lestari. Yogyakarta:UNY.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Rahmanto, B.. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Ratna, Nyoman Kutha. 2014. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, danBudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, Atar. 2012. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa Bandung.

Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: AngkasaBandung.

Page 60: METAFORA DAN METONIMIA DALAM NOVEL GELOMBANG …digilib.unila.ac.id/21603/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · lisan maupun tulisan yang difokuskan pada unsur intrinsik novel

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: AngkasaBandung.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: AngkasaBandung.

Teeuw, A. 2013. Sastra dan Ilmu Sastra. Bandung: Pustaka Jaya.

Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: RinekaCipta.