metabolisme bahan makanan dan regulasi gula darah
DESCRIPTION
Energi yang didapat oleh manusia sebagian besar didapat dari glukosa. Glukosa yang didapat dari makanan dapat langsung digunakan sebagi sumber energi maupun disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Proses penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen membutuhkan hormon insulin. Tidak hadirnya insulin dalam proses metabolisme menyebabkan terjadinya hiperglikemia yang menyebabkan polisuria dan polidipsia. Selain itu ketidak hadiran insulin menyebabkan terjadinya proses katabolisme protein dan lemak untuk dijadikan sumber energi. Akibat dari katabolisme lemak yang berlebihan adalah ketogenesis, di mana apabila outuput keton tidak diimbangi dengan input keton akan berakibat ketoasidosis.TRANSCRIPT
Metabolisme Bahan Makanan dan Regulasi Gula Darah
Ivan Yoseph Saputra
Fakultas Kedokteran Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone: (021) 5694-2061, fax: (021) 563-1731
Alamat korespondensi: [email protected]
Abstak
Energi yang didapat oleh manusia sebagian besar didapat dari glukosa. Glukosa yang didapat dari makanan dapat langsung digunakan sebagi sumber energi maupun disimpan dalam tubuh sebagai cadangan energi. Proses penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen membutuhkan hormon insulin. Tidak hadirnya insulin dalam proses metabolisme menyebabkan terjadinya hiperglikemia yang menyebabkan polisuria dan polidipsia. Selain itu ketidak hadiran insulin menyebabkan terjadinya proses katabolisme protein dan lemak untuk dijadikan sumber energi. Akibat dari katabolisme lemak yang berlebihan adalah ketogenesis, di mana apabila outuput keton tidak diimbangi dengan input keton akan berakibat ketoasidosis.
Kata kunci: metabolisme bahan makanan, regulasi gula darah
Abstract
Energy mostly acquired by humans from glucose. Glucose that is obtained from food can be directly used as the source of energy or stored in the body as an energy reserves. The formation of glycogen through glucose recqurire hormone calls insulin. Absence of insulin in the metabolic process causing hyperglycemia with polysuria and polydipsia. In addition, the absence of insulin leads to catabolism of protein and fat to be used as an energy source. As a result of excessive fat catabolism is ketogenesis, where if the outuput of ketone bodies and the input of ketone is not unbalanced will result in ketoacidosis.Keywords: metabolism of food , blood sugar regulation
Pendahuluan
Energi dibutuhkan oleh manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Energi didapat melalui
metabolisme makanan. Makanan mengandung bahan makanan, di mana masing-masing bahan
makanan dapat menjadi energi melalui aktivitas metabolisme khusus. Mulanya, masing-masing
bahan makanan akan mengalami proses katabolisme, di mana terjadi pemecahan bahan makanan
sehingga susunan kimianya berubah dalam bentuk yang terkecil. Proses ini berfungsi agar bahan
makanan tersebut dapat diserap oleh dinding usus. Kemudian zat-zat ini lah disimpan di dalam
tubuh pada tempatnya masing-masing. Pada saat tubuh membutuhkan energi, akan terjadi proses
1
anabolisme, di mana terjadi pembentukan kembali zat-zat tersebut menjadi bahan yang kaya
energi dan dapat digunakan untuk aktivitas.
Proses aktivitas metabolisme ini memerlukan regulator sehingga tidak terjadi aktivitas
katabolisme maupun anabolisme yang berlebihan. Regulator aktivitas ini berupa enzim dan
hormon. Apabila terjadi defisiensi dari enzim atau hormone, dapat berakibat gangguan pada
metabolisme yang mengganggu aktivitas tubuh.
Pada skenario ini, seorang pasien berbadan gemuk, kadar gula darah tinggi, nokturia,
dimana pasien sering berkemih pada malam hari, dan glukosuria. Untuk itu akan dibahas
mengenai enzim dan hormone yang bekerja pada metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak,
serta patofisiologi dan akibat glukosuria, di mana dalam urin terdapat glukosa >1mg/dL/hari.
Latar Belakang Masalah
Seorang perempuan berusia 45 tahun bertubuh gemuk, datang ke puskesmas dengan keluhan
akhir-akhir ini sering kencing terutama pada malam hari sehignga tidurnya terganggu. Oleh
dokter diminta periksa kadar gula darah dan urin. Hasilnya adalah peningkatan kadar gula darah
diatas normal dan ada gula glukosa dalam urin. Dokter menyarankan untuk mengurangi berat
badan dengan mengurangi kadar karbohidrat. Pasien bertanya, “apa hubungan gemuk dengan
gula dalam darah naik?” Diterangka bahwa yang mengatur kadar gula darah terutama hormone
insulin yang dihasilkan oleh pancreas.
Rumusan Masalah
Seorang perempuan berusia 45 tahun bertubuh gemuk dengan keluhan sering kencing terutama
pada malam hari, ditemukan kadar gula darahnya tinggi dan terdapat glukosa dalam urin.
Analisis Masalah
2
Hipotesis
Glukosuria dan nocturia pada pasien disebabkan oleh karena gula darah yang tinggi
(hiperglikemia). Kadar gula darah yang tinggi pada pasien disebabkan oleh gangguan insulin.
Sasaran Pembelajaran
1. Mahasiswa mengetahui metabolisme karbohidrat
2. Mahasiswa mengetahui metabolisme protein
3. Mahasiswa mengetahui metabolisme lemak
4. Mahasiswa mengetahui regulasi gula darah
Pembahasan
1. Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang adalah golongan sakarida yang biasanya merupakan polisakarida.
Polisakarida yang di dapat dalam makanan perlu untuk dicerna sehingga menjadi monosakarida.
Umumnya, karbohidrat yang didapat oleh manusia berasal dari tumbuhan jenis serealia (padi
dan gandum) yang mengandung banyak amilum. Amilum yang berupa polisakarida akan dicerna
3
Metabolisme Bahan
Makanan dan Patofisiologi Glukosuria
Met. Karbo-hidrat
Met. Protein
Met. Lemak
Regulasi Gula
Darah
menjadi disakarida, maltosa oleh enzim amilase dalam mulut. Selanjutnya maltosa akan dicerna
lebih lanjut menjadi dua molekul monosakarida, glukosa.1
Proses metabolisme glukosa di dalam tubuh terbagi atas tiga tujuan, yaitu; menghasilkan
energi, disimpan dalam bentuk glikogen, dan menjadi lemak. Metabolisme glukosa yang
menghasilkan energi dibagi menjadi tiga tahap, yaitu; glikolisis embden Meyerhof (EM),
oksidasi piruvat, dan siklus asam sitrat atau siklus krebs. 1,2
Glikolisis EM terjadi diluar mitokondria (sitosol), di mulai dengan penambahan satu
fosfat di C ke-6 glukosa. Glukosa diubah menjadi glukosa 6-P membutuhkan enzim hexokinase
(dihasilkan di hepar) atau glukokinase (dihasilkan di jaringan ekstrahepatik). Pada reaksi ini
dibutuhkan ko-faktor ion magnesium dan ATP serta bersifat irreversibel. Selanjutnya glukosa 6-
P akan mengalami perubahan struktur menjadi fruktosa 6-P yang membutuhkan enzim
fosfoglukosa isomerase, reaksi ini bersifat reversibel. 1,2
Reaksi dilanjutkan dengan penambahan 1 fosfat di C ke-1, fruktosa 6-P menjadi fruktosa 1,6
bifosfat. Proses ini memerlukan enzim fosfofruktokinase, ATP, dan ko-faktor ion magnesium.
Enzim fosfofruktokinase merupakan enzim regulator, karena sekaligus merupakan inhibitor
allosterik yang dapat meningkatkan dan menurunkan kecepatan glikolisis EM sesuai dengan
kebutuhan tubuh. 2
Kemudian fruktosa 1,6 bifosfonat akan mengalami penyederhanaan dengan perubahan
struktur, menjadi gliseraldehid 3-P dan dehidroaseton fosfat (DHAP) dengan enzim aldolase.
DHAP dapat dijadikan gliseraldehid 3-P dengan enzim triosa isomerase. Reaksi berikutnya
merupakan oksidasi dan penambahan 1 fosfat pada Gliseraldehid 3-P menjadi 1,3-
bifosfogliserat, yang membutuhkan enzim gliseraldehid 3-P dehydrogenase, NAD+. Pada reaksi
ini dihasilkan NADH yang akan menghasilkan 3 mol ATP pada rantai pernapasan.1,2
Reaksi berikutnya adalah pelepasan fosfat pada 1,3 bifosfogliserat yang akan menghasilkan
3-fosfogliserat, yang membutuhkan enzim fosfogliserat kinase dan ko-faktor ion magnesium.
Fosfat yang dilepaskan pada reaksi ini akan berikatan dengan ADP kemudian menghasilkan 1
mol ATP. 3 fosfogliserat mengalami mutasi menjadi 2 fosfogliserat dengan enzim fosfogliserat
mutase.1,2
4
Selanjutnya 2 fosfogliserat diubah menjadi fosfo enol piruvat (PEP) dengan enzim enolase
dan ko-faktor ion magnesium. Setelah itu, PEP akan bereaksi menjadi enol piruvat dengan enzim
piruvat kinase dan ko-faktor ion magnesium, serta menghasilkan 1 mol ATP. Glikolisis EM
diakhiri dengan perubahan enol piruvat menjadi keto piruvat secara spontan. Pada akhir proses
glikolisis EM dihasilkan 8 mol ATP (10 ATP dihasilkan pada pay off phase dan 2 ATP
digunakan pada preparatory phase). 1,2
Piruvat yang terbentuk akan mengalami proses oksidasi piruvat menjadi asetil-koA yang
terjadi di mitokondria. Proses ini tidak terjadi pada sel darah merah karena tidak memiliki
mitokondria, sehingga didalam sel darah merah terjadi siklus cori atau siklus asam laktat.
Oksidasi piruvat hanya memiliki satu fase di mana piruvat diubah menjadi asetil ko-A dengan
enzim piruvat dehydrogenase¸ koenzim-A, dan NAD+. Reaksi ini menghasilkan NADH yang
akan menghasilkan 3 ATP pada rantai pernapasan, pada akhir proses oksidasi piruvat dihasilkan
6 ATP (masing-masing 3 mol ATP dari setiap piruvat).1,2
Asetil ko-A yang didapat dari oksidasi piruvat bersama-sama dengan oksaloasetat dan air
akan mengalami kondensasi menjadi sitrat dan koenzim A, di mana enzim yang berperan adalah
sitrat sintase. Reaksi ini bersifat irreversibel. Selanjutnya sitrat akan mengalami proses dehidrasi
membentuk asam akonitat, dan mengalami hidrasi sehingga terbentuk iso-sitrat. Enzim yang
berperan dalam kedua reaksi ini adalah akonitase. 1,2
Iso-sitrat mengalami proses oksidasi membentuk oksalosuksinat (membutuhkan NAD+ dan
menghasilkan NADH). Reaksi dilanjutkan dengan oksalosuksinat mengalami dekarboksilasi
menjadi α-ketoglutarat dan menghasilkan CO2. Enzim yang berperan pada kedua reaksi ini
adalah isositrat dehydrogenase. α-ketoglutarat bersama dengan koenzim-A akan bereaksi
menjadi suksinil ko-A (membutuhkan NAD+ dan menghasilkan NADH), reaksi ini membutuhkan
enzim α-ketoglutarat dehidrogenase.1
Kemudian suksinil ko-A akan mengalami fosforilasi menjadi asam suksinat, enzim yang
dibutuhkan untuk reaksi ini adalah suksinat tiokinase. Fosfat yang dilepas akan berikatan dengan
GDP menghasilkan GTP (1 mol ATP). Setelah itu asam suksinat akan mengalami proses
oksidasi menghasilkan fumarat (membutuhkan FAD dan menghasilkan FADH), reaksi ini
membutuhkan suksinat dehydrogenase. 1,2
5
Fumarat akan mengalami hidrasi menjadi malat dengan enzim fumarase. Malat akan
mengalami oksidasi menjadi oksaloasetat (membutuhkan NAD+ dan menghasilkan NADH).
Pada akhir siklus asam sitrat dihasilkan 24 mol ATP (12 ATP tiap asetil ko-A). Produksi ATP
total melalui ketiga tahap metabolisme glukosa tersebut adalah 38 ATP.1,2
Selain digunakan langsung untuk energi, glukosa juga disimpan dalam bentuk glikogen,
melalui proses glikogenesis. Pada saat tubuh kekurangan glukosa dalam darah (Post Absortive)
glikogen akan dipecah kembali menjadi glukosa melalui proses glikogenolisis. 1,2
Glikogenesis dimulai dari pengikatan glukosa bebas dengan fosfat pada C ke-6 menjadi
glukosa 6-P, reaksi ini memerlukan enzim glukokinase (karena pembentukan glikogen banyak di
hati). Selanjutnya glukosa 6-P mengalami mutasi menjadi glukosa 1-P, enzim yang berperan
dalam reaksi ini adalah fosfoglukomutase. Glukosa 1-P akan mengalami proses hidrolisis dan
penambahan pirofosfatase menjadi uridil difosfat glukosa (UDPG), dengan enzim UDPG
pirofosfatase serta melepaskan dua fosfat energi tinggi. UDPG bersama dengan glikogen primer
(inti glikogen berupa glikogenin) akan membentuk unit glukosil 1,4, dengan enzim glikogen
sintase. Setelah itu unit glukosil 1,4 akan mengalami percabangan menjadi unit glukosil 1,4 dan
1,6, reaksi ini memerlukan braching enzyme. 1,2
Berlawanan dengan glikogenesis, glikogenolisis dimulai dari pemotongan pada rantai utama
unit glikosil 1,4 dan 1,6 (rantai utama 1,4) menghasilkan glukosa 1-P. Enzim yang digunakan
pada reaksi ini adalah fosforilase. Selanjutnya terjadi pemindahan tiga segmen glukosa dari
empat sisa glukosa ke rantai lurus yang berdekatan, dengan enzim glukan transferase. Sisa
cabang rantai utama (rantai cabang 1,6) dipotong dengan debraching enzyme.1,2
Selain glukosa terdapat beberapa monosakarida yang sering dikonsumsi, seperti fruktosa dan
galaktosa. Metabolisme fruktosa dimulai dengan penambahan fosfat pada ikatan C ke-1,
menghasilkan fruktosa 1-P. Reaksi ini memerlukan enzim fruktokinase. Selain fruktokinase,
heksokinase juga dapat mengikatkan fosfat pada ikatan C ke-6 menjadi fruktosa 6-P, fruktosa 6-
P dapat langsung membentuk glukosa 6-P, dengan enzim fosfoheksosa isomerase. Sementara itu
Fruktosa 1-P dapat menjadi DHAP atau gliseraldehid, dengan enzim aldolase B. Gliseraldehid
akan mengalami penambahan fosfat menjadi gliseraldehid 3-P oleh enzim triokinase dan reaksi
akan berlanjut pada glikolisis EM. DHAP akan mengalami proses perubahan struktur dengan
enzim isomerase menjadi gliseraldehid 3-P, dan reaksi akan berlanjut pada glikolisis EM.1,2
6
Galaktosa diikat dengan fosfat pada ikatan C ke-1 menjadi Galaktosa 1-P, dengan enzim
galaktokinase. Galaktosa 1-P bersama dengan UDPG membentuk UDP-Galaktosa dan glukosa
1-P. Enzim yang berperan dalam reaksi ini adalah Galaktosa 1-P Uridil Transferase. Struktur
UDP-Galaktosa akan diubah menjadi UDPG oleh enzim UDP-Galaktosa 4-Epimerase. Reaksi
akan berlanjut pada glikogenesis, di mana UDPG diubah menjadi glikogen.1,2
2. Metabolisme Protein
Protein dicerna dalam tubuh menjadi asam amino. Asam amino memiliki banyak fungsi dalam
tubuh, yaitu; sebagai komponen membran sel, komponen intrasel, komponen organ atau
jaringan, enzim, hormon, transporter, reseptor, sistem imun humoral dan seluler, dan komponen
pada replikasi dan sintesis protein. Dalam keadaan kelaparan, katabolisme asam amino
mengalami peningkatan, selain itu terjadi peningkatan sintesis urea, dan penurunan sintesis
protein.1
Asam amino yang mengalami katabolisme akan masuk ke dalam siklus asam sitrat
menghasilkan asetil ko-A, melalui salah satu substrat (atau produk) dari siklus asam sitrat. Asam
amino terbagi menjadi dua jenis berdasarkan masuknya asam amino tersebut ke dalam siklus
asam sitrat, yaitu asam amino glukogenik dan asam amino ketogenik. Asam amino glukogenik
masuk pada substrat α-ketoglutarat, suksinil ko-A, asam suksinat, fumarat, oksaloasetat, dan
piruvat. Sedangkan asam amino ketogenik masuk pada substrat asetil ko-A dan asetoasetil ko-A.1
Arginin, Glutamin, Histidin, dan Prolin adalah asam amino yang masuk ke dalam siklus
asam sitrat melalui glutamat, dan menjadi α-ketoglutarat. Isoleusin, Metionin, Treonin, dan
Valin adalah golongan asam amino yang masuk dalam siklus asam sitrat melalui suksinil-koA.
Fenilalanin dan tirosin masuk ke dalam siklus asam sitrat melalui fumarat, sementara asparginin
dan aspartate masuk melalui oksaloasetat. Alanin, Sistein, Glisin, Serin, Treonin, dan Triptofan
masuk ke dalam siklus asam sitrat melalui piruvat. Leusin, Lisin, Fenilalanin, Triptofan, dan
Tirosin masuk ke dalam siklus asam sitrat melalui asetoasetil ko-A. Isoleusin, Leusin, Treonin,
dan Triptofan dapat langsung menjadi asetil ko-A.1
Glutamat adalah asam amino yang paling cepat mengalami katabolisme. Proses
katabolisme protein memerlukan transaminase, pada glutamate enzim alanine transaminase.
Transaminase membutuhkan B6 dan dapat digunakan secara reversibel baik untuk katabolisme
7
maupun anabolisme protein.Piruvat+Glutamat ← → Alanin+α−ketoglutarat . Hampir semua
asam amino dapat mengalami transaminasi, kecuali Lisin, Tronin, Prolin, dan Hidroksiprolin,
transaminasi berpusat pada pembentukan glutamat. Selanjutnya glutamat akan mengalami proses
deaminasi oksidatif. Glutamat+NAD ←→ α−ketoglutarat+NH 3+NADH +H , reaksi ke kanan
pada katabolisme protein dan ke kiri pada anabolisme protein. Reaksi ini membutuhkan enzim
glutamate dehydrogenase dan bersifat reversibel.1
Pada katabolisme protein dihasilkan senyawa yang menghasilkan nitrogen yaitu amoniak,
penumpukan amoniak dapat meracuni tubuh sehingga amoniak perlu disekresikan. Amoniak
dibawa ke hati (mitokondria dan sitosol) untuk disintesis menjadi urea, kemudian urea akan
dibuang dalam urin. 1
Amoniak dan HCO3- diubah menjadi karbamomil fosfat (membutuhkan 2 mol ATP),
dengan enzim karbamomil fosfat sintase-1. Karbamomil fosfat bersama dengan ornitin
menghasilkan sitrulin dengan enzim ornitin transkarbamilase. Selanjutnya sitrulin bersama
dengan Aspartat bereaksi membentuk arginosuksinat (membutuhkan 1 mol ATP dan tersisa 1
AMP) dengan enzim argininosuksinat sintase. Argininosuksinat akan mengalami oksidasi
menjadi arginin dan fumarat. Enzim yang berperan adalah argininosuksinat liase. Arginin yang
dihasilkan akan mengalami hidrasi menjadi urea dan ornitin. Ornitin akan kembali masuk ke
dalam proses metabolisme amoniak bersama dengan karbamomil fosfat apabila terjadi
peningkatan amoniak. 1
3. Metabolisme Lemak
Lemak dalam tubuh digunakan sebagai sumber cadangan energi, komponen membran, bahan
baku hormone, surfaktan, asam lemak esensial, komponen lipoprotein, dan insulator suhu dan
listrik. Lemak dicerna dalam bentuk terkecil free fatty acid (FFA). Dalam keadaan kelaparan
lemak diubah melalui oksidasi asam lemak sehingga didapatkan ATP untuk melakukan aktivitas.
Terdapat 3 oksidasi asam lemak, berdasarkan tempat memotong rantai lemak α, β, dan Ω.
Oksidasi β asam lemak terbagi atas; oksidasi β asam lemak utama dan oksidasi β asam lemak
peroksisom. Hanya oksidasi β asam lemak yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
ATP, karena oksidasi lainya tidak menghasilkan ATP. 1
8
Oksidasi β asam lemak terjadi di mitokondria dan bersifat aerobik. Asam lemak ikatan
panjang berikatan bersama-sama dengan koenzim-A akan membentuk asil ko-A. Asil ko-A diubah
menjadi 2,3 enoil ko-A, dengan enzim asil ko-A dehydrogenase (membutuhkan FAD dan
menghasilkan FADH2, yang menghasilkan 2 ATP pada rantai pernapasan). Selanjutnya 2,3 enoil
ko-A akan mengalami hidrase dengan enzim 2,3 enoil ko-A hydrase menjadi 3-hidroksiasil-ko-A.
Kemudian 3-hidroasil-ko-A bereaksi menjadi 3-ketoasil-ko-A, enzim yang digunakan adalah 3-
hidroksilasi-ko-A dehidrogenase (Membutuhkan NAD dan menghasilkan NADH, yang
menghasilkan 3 ATP pada rantai pernapasan). 3-ketoasil-ko-A bersama dengan koenzim A akan
bereaksi menjadi asetil ko-A yang akan masuk pada siklus asam sitrat dan asil ko-A pendek
dengan enzim 3-ketoasil-ko-A tiolase. Akhir siklus oksidasi β asam lemak menghasilkan 5 ATP.1
Peningkatan oksidasi asam lemak pada kelaparan, dapat meningkatkan asetil ko-A di
mana setelah itu akan terbentuk asetoasetil ko-A dengan enzim asetil ko-A thiolase. Asetoasetil
ko-A kemudian akan diubah menjadi hidroksi β-metilglutaril ko-A (HMG Ko-A) dengan enzim
HMG Ko-A Sintase. Selanjutnya HMG Ko-A akan diubah menjadi asetoasetat melalui enzim
HMG Ko-A liase. Asetoasetat mengalami oksidasi menjadi β-hidroksibutirat, aseton, dan CO2.
Enzim yang digunakan adalah β-hidroksibutirat hidrogenase. Oksidasi lemak sebagai sumber
energi menghasilkan keton (ketogenesis), berupa aseton. Aseton dapat digunakan sebagai sumber
energi otak namun dalam jumlah kecil.1, 3
4. Regulasi Gula Darah
Regulasi gula darah adalah homeostasis tubuh untuk menjaga kadar glukosa pada kadar tertentu.
Pada keadaan absortive (pada saat makan sampai 30 menit setelah makan) terjadi penyerapan
glukosa dari lumen usus kedalam darah, sehingga glukosa dalam darah meningkat. Banyaknya
nutrient di dalam usus akan memicu ekskresi glucagon like peptide-1 (GLP-1) dan glucose-
dependent insulinotropic hormone atau gastric inhibitoric polipeptide (GIP). GLP-1 dan GIP
akan meningkatkan aktivitas β sel pankreas dan menurunkan aktivitas α sel pankreas.
Peningkatan aktivitas β sel pankreas menyebabkan peningkatan eksresi insulin.4,5
Selain rangsangan kimiawi, ekresi insulin dirangsang oleh persarafan parasimpatis
dengan meningkatkan penyerapan pada gastrointestinal tract (GIT). Sementara ransangan
simpatis (epinefrin) bersifat kebalikanya, menurunkan ekskresi insulin dengan menghambat
penyerapan pada GIT.5
9
Mekanisme kerja insulin adalah dengan meningkatkan glikogenesis, penyerapan asam
amino, lipogenesis, dan pembentukan FFA, serta menurunkan lipolysis, glukoneogenesis, dan
autofagia. Selain meningkatkan glikogenesis, secara langsung insulin meningkatkan pemasukan
glukosa melalui otot, sel α pankreas dan otak bagian hipotalamus. Dengan adanya glukosa pada
sel α pankreas terjadi penekanan ekskresi glucagon, sementara glukosa pada hipotalamus
menurunkan ransangan untuk makan.5
Produksi insulin yang berlebihan pada tumor sel β pankreas (over responsive to glucose)
dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia yang berbahaya bagi keselamatan. Sementara
produksi insulin yang kurang pada diabetes mellitus tipe I dapat menyebabkan terjadinya
hiperglikemia. 5
Hiperglikemia (ambang glukosa ginjal 180mg/dL) berakibatkan glukosuria, di mana tidak
seluruh glukosa difiltrasi oleh ginjal dan masuk ke dalam tubulus ginjal. Glukosa bersifat
diuretik osmotik, sehingga dapat mengurangi jumlah air yang direabsorsi. Hal ini berakibat
polisuria (banyak kencing) dan polidipsia (banyak minum). Jumlah glukosa dalam jaringan yang
berkurang menyebabkan terjadinya gluconeogenesis, lipolisis, dan glikogenolisis. Lipolisis
meningkatkan terjadinya ketogenesis, di mana apabila sekresi keton lebih banyak daripada yang
digunakan dapat menyebabkan ketoasidosis.5
Pada keadaan post-absortive (90-180 menit setelah makan), kadar gula darah mengalami
penurunan, akibatnya terjadi sekresi beberapa hormon untuk meningkatkan kadar gula darah,
seperti; glukagon, epinefrin, growth hormone (GH), tiroid dan glukokortikoid. Glukagon
dihasilkan oleh sel α pankreas, sementara epinefrin dihasilkan oleh medula kelenjar suprarenal.
Keduanya terutama berfungsi untuk meningkatkan glikogenolisis hati-otot, glukoneogenesis, dan
lipolisis. Glukagon dan epinefrin merangsang adenilat siklase merubah ATP menjadi cAMP,
cAMP akan mengaktifkan protein kinase dan merubah glikogen menjadi glukosa. 5
GH dihasilkan oleh hipofisis anterior, dan berfungsi untuk glukoneogenesis di hati dan
lipolisis. Kelenjar Tiroid dirangsang oleh tyrotrophic stimulating hormone (TSH) untuk
menghasilkan tiroid, TSH berasal dari hipofisis anterior. Ransangan hipofisis anterior untuk
menghasilkan TSH berasal dari tyrotrohpic releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh
hipotalamus. Kerja tiroid terhadap metabolisme karbohidrat adalah dengan meningkatkan
glikolisis, glukoneogenesis, dan kecepatan absorsi hidrat arang di usus. Glukokortikoid
10
dihasilkan pada zona fasikulata dan zona retikularis korteks adrenal, glukokortikoid merangsang
gluconeogenesis hati, katabolisme protein otot, dan lipolisis. 5
Penutup
Energi yang didapat oleh manusia sebagian besar didapat dari glukosa. Glukosa yang didapat
dari makanan dapat langsung digunakan sebagi sumber energi maupun disimpan dalam tubuh
sebagai cadangan energi. Proses penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen membutuhkan
hormon insulin. Tidak hadirnya insulin dalam proses metabolisme menyebabkan terjadinya
hiperglikemia yang menyebabkan polisuria dan polidipsia. Selain itu ketidak hadiran insulin
menyebabkan terjadinya proses katabolisme protein dan lemak untuk dijadikan sumber energi.
Akibat dari katabolisme lemak yang berlebihan adalah ketogenesis, di mana apabila outuput
keton tidak diimbangi dengan input keton akan berakibat ketoasidosis.
Daftar Pustaka
1. Nelson D L, Cox M M. Lehninger principles of biochemistry. New York: W.H Freeman
and Company; 2007.h. 527-615, 647-701
2. Murray R K, Granner D K, Rodwel V W. Harper’s illustrated biochemistry. 27th ed.
Penerbit Buku KEdokteran EGC; 2006.h. 139-94
3. Kitabchi AE, Umpierrez GE, Miles JM, Fisher JN (July 2009). Hyperglycemic crises in
adult patients with diabetes.Diabetes Care 32 (7): 1335–43.
4. Nannipieri M, Baldi S, Mari A, et al. (November 2013). Roux-en-Y gastric bypass and
sleeve gastrectomy: mechanisms of diabetes remission and role of gut hormones.The
Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism 98 (11): 4391–9.
5. Sherwood, L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed ke-3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007. h. 691 -739.
11