menyusun laporan

37
Laporan Akhir Pendampingan : Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Cukai merupakan salah satu pos penerimaan negara yang kontribusinya cukup besar dalam APBN. Cukai merupakan suatu jenis pungutan oleh negara yang dikenakan terhadap jenis-jenis barang yang memiliki karakteristik diantaranya: konsumsinya perlu dikendalikan; peredarannya perlu diawasi; pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup; atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan (UU No 39 Tahun 2007). Otonomi daerah yang telah diterapkan saat ini ikut mempengaruhi kebijakan fiskal tidak terkecuali dalam hal perimbangan keuangan pemerintahan pusat dan daerah maupun antar satu daerah dengan daerah lainnya. Dana Bagi Hasil Cukai merupakan salah satu bentuk dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. DBH CHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau) merupakan amanat Pasal 66A Undang- Undang Nomor 39 Tahun 2007 yang bersumber dari penerimaan cukai hasil tembakau yang diproduksi dalam negeri yang dibagikan kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau yakni sebesar 2% (dua persen). Dalam pengelolaan dan penggunaannya, gubernur menetapkan pembagian dana bagi hasil cukai hasil tembakau kepada bupati/walikota di daerahnya masing-masing berdasarkan besaran kontribusi penerimaan cukai hasil tembakaunya. Pembagian DBH CHT dilakukan dengan persetujuan menteri, dengan komposisi 30% Departemen Ilmu Ekonomu FEUA Juli 2010 1

Upload: -foe

Post on 20-Jun-2015

652 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

Bab 1Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Cukai merupakan salah satu pos penerimaan negara yang kontribusinya cukup besar

dalam APBN. Cukai merupakan suatu jenis pungutan oleh negara yang dikenakan terhadap

jenis-jenis barang yang memiliki karakteristik diantaranya: konsumsinya perlu dikendalikan;

peredarannya perlu diawasi; pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi

masyarakat atau lingkungan hidup; atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara

demi keadilan dan keseimbangan (UU No 39 Tahun 2007).

Otonomi daerah yang telah diterapkan saat ini ikut mempengaruhi kebijakan fiskal

tidak terkecuali dalam hal perimbangan keuangan pemerintahan pusat dan daerah maupun

antar satu daerah dengan daerah lainnya. Dana Bagi Hasil Cukai merupakan salah satu

bentuk dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. DBH

CHT (Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau) merupakan amanat Pasal 66A Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 2007 yang bersumber dari penerimaan cukai hasil tembakau yang

diproduksi dalam negeri yang dibagikan kepada provinsi penghasil cukai hasil tembakau

yakni sebesar 2% (dua persen).

Dalam pengelolaan dan penggunaannya, gubernur menetapkan pembagian dana

bagi hasil cukai hasil tembakau kepada bupati/walikota di daerahnya masing-masing

berdasarkan besaran kontribusi penerimaan cukai hasil tembakaunya. Pembagian DBH CHT

dilakukan dengan persetujuan menteri, dengan komposisi 30% (tiga puluh persen) untuk

provinsi penghasil, 40% (empat puluh persen) untuk kabupaten/kota daerah penghasil, dan

30% (tiga puluh persen) untuk kabupaten/kota lainnya.

Untuk tahun anggaran 2010 kementrian keuangan melalui PMK No 66 Tahun 2010

menyatakan bahwa DBH CHT yang dialokasikan sebesar Rp 1.118.500.000.000,- yang akan

dialokasikan kepada pemerintah daerah dengan komposisi seperti yang telah dijelaskan

dalam UU No 39 Tahun 2007. Dalam pengelolaan dan penggunaannya, gubernur

menetapkan pembagian dana bagi hasil cukai hasil tembakau kepada bupati/walikota di

daerahnya masing-masing berdasarkan besaran kontribusi penerimaan cukai hasil

tembakaunya. Berdasarkan lampiran PMK No 66 Tahun 2010 diketahui bahwa Kabupaten

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

1

Page 2: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

Pasuruan mendapatkan alokasi DBH CHT sebesar Rp 40.002.123.381,-. Jumlah tersebut

merupakan jumlah alokasi terbesar ketiga di provinsi Jawa Timur setelah Kota Kediri dan

Kabupaten Kediri. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009, untuk

tiap kabupaten lainnya dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini.

Gambar 1.1Dana Bagi Hasil Cukai tiap Kabupaten di Jawa Timur

Tahun 2009 dan 2010 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/Pmk.07/2009 dan Nomor 66/PMK.07/2010

Dalam pelaksanaannya gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab untuk

menggerakkan, mendorong, dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan prioritas dan

karakteristik masing-masing daerah. Adapun penggunaan DBH CHT diarahkan untuk

mendanai kegiatan. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 mengamanatkan penggunaan

DBH CHT kedalam lima kelompok kegiatan utama, yaitu :

1. Peningkatan bahan baku industri hasil tembakau,

2. Pembinaan industri hasil tembakau,

3. Pembinaan lingkungan sosial,

4. Sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan

5. Pemberantasan barang kena cukai illegal

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

2

Page 3: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

Selanjutnya untuk provinsi Jawa Timur pedoman umum penggunaan dana bagi hasil cukai

hasil tembakau di jawa timur tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 51

Tahun 2009.

Berdasarkan uraian diatas, maka tim pendampingan bidang kelembagaan

departemen ilmu ekonomi fakultas ekonomi universitas airlangga bermaksud untuk

melaksanakan program pendampingan bagi industri rokok khususnya skala kecil dan

menengah khususnya dalam hal penguatan permasalahan kelembagaan. Obyek dalam

pendampingan ini ialah kabupaten pasuruan.

1.2. Maksud dan Tujuan

Program pendampingan ini bertujuan untuk membantu pengusaha rokok khususnya

yang berskala kecil, mikro dan menengah dimana secara umum meliputi pembinaan industri,

pembinaan lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan di bidang cukai, dan/atau pemberantasan

barang kena cukai illegal seperti yang disebutkan dalam Pasal 66 C Undang-Undang Nomor

39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang

Cukai. Tujuan tersebut secara umum dimaksudkan untuk :

1. Mengembangkan pelaksanaan kegiatan kelembagaan (asosiasi atau

perkumpulan) khususnya koperasi sebagai wadah organisasi bagi para pengusaha

rokok skala kecil, mikro dan menengah; pengurusan ijin usaha; dan pemahaman

tentang pentingnya perjanjian bagi pengusaha rokok terutama berkaitan dengan

pencarian solusi bagi permasalahan yang timbul.

2. Memfasilitasi penguatan kemampuan para pengusaha atau organisasi

perkumpulan pengusaha rokok melalui aksi-refleksi dalam rangka peningkatan

pengetahuan kelembagaan, perijinan dan hukum kontrak, secara professional

dan berkesinambungan.

1.3. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari kegiatan pendampingan masyarakat pengusaha industri

hasil tembakau (rokok) adalah:

1. Teridentifikasinya permasalahan yang dihadapi pengusaha rokok.

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

3

Page 4: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

2. Terwujudnya peningkatan skill dan kesadaran serta penguatan kelembagaan

secara ekonomi pengusaha rokok/ Asosiasi / Koperasi pengusaha rokok sehingga

tercapai kualitas, produktivitas dan produksi rokok yang sesuai dengan prosedur.

3. Peningkatan kemampuan manajerial pengusaha rokok

4. Terwujudnya peningkatan pendapatan pengusaha rokok sehingga tercipta

kesinambungan usaha melalui kemitraan;

5. Terwujudnya peningkatan kualitas kelompok mitra, peningkatan skala usaha

petani tembakau dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan usaha

pengusaha rokok mandiri.

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

4

Page 5: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

Bab 2Metode Pendampingan

2.1. Kerangka Pikir Kegiatan Pendampingan

Secara ringkas kerangka pikir program tenaga pendampingan masyarakat (TPM)

Bidang kelembagaan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1Kerangka Pikir pendampingan

Kerangka pikir diatas dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Penerimaan negara dari sector cukai rokok/ hasil industri tembakau belum optimal,

hal ini disebabkan antara lain : beredarnya cukai illegal dari sisi industri dan

kurangnya pemahaman pengusaha akan perijinan usaha, pentingnya asosiasi dan

hukum sehingga banyak perusahaan rokok skala kecil dan menengah sehingga

mengakibatkan adanya potential loss negara dalam penerimaan cukai hasil

tembakau.

Permasalahan cukai illegal sebagai akibat kurangnya pemahaman masalah hukum

dan perijinan dari pengusaha industri hasil tembakau (rokok) serta kurangnya peran

asosiasi pengusaha/instansi terkait dalam melakukan diseminasi tentang peraturan-

peraturan yang ada khususnya di bidang cukai. Permasalahan lain yang muncul

adalah keharusan bagi pengusaha rokok skala kecil dan menengah untuk membeli

cukai rokok secara tunai, hal tersebut dirasa cukup memberatkan pengusaha karena

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

Peningkatan Penerimaan negara dari Cukai

Tembakau

Permasalahan Cukai Ilegal, Kurangnya Pemahaman tentang

Kelembagaan, Perijinan dan Hukum

Perusahaan Rokok Kecil dan Menengah

Peningkatan Pengetahuan, Keterampilan Manajerial Pengusaha

Rokok di Bidang Kelembagaan, Perijinan dan Hukum

Program Pendampingan

Intensifikasi Cukai Rokok

5

Page 6: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

sebagian besar pengusaha skala kecil dan menengah memiliki keterbatasan dalam

masalah permodalan.

Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan program pendampingan, dimana hasil

yang diharapakan dari program peendampingan tersebut antara lain : i)

teridentifikasinya permasalahan yang dihadapi para pengusaha rokok; ii)

terwujudnya peningkatan skill dan kesadaran serta penguatan kelembagaan ekonomi

pengusaha rokok, sehingga tercapai kualitas, produktivitas dan produksi rokok sesuai

standar; iii) peningkatan kemampuan manajerial pengusaha rokok; iv) terwujudnya

peningkatan pendapatan pengusaha rokok sehingga tercipta kesinambungan usaha

melalui kemitraan dan; v) terwujudnya peningkatan kualitas kelompok mitra,

peningkatan skala usaha pengusaha hasil tembakau dalam rangka menumbuhkan

dan meningkatkan usaha kelompok pengusaha rokok, dimana sasaran utama dari

keluaran tersebut adalah peningkatan penerimaan negara yang berasal dari cukai

rokok/hasil industri tembakau.

2.2. Tahapan Rencana Kegiatan Pendampingan

Kegiatan PendampinganPeriode (Minggu)

1 2 3 4 5 6 7Kegiatan Awal Pengurusan Perijinan Koordinasi dengan Intansi terkait Orientasi Lapangan Identifikasi Lapangan Survey Lapangan-Identifikasi Pencarian Data Sekunder Kegiatan Pendampingan Sosialisasi Bimbingan Teknis Diskusi Kelompok Monitoring evaluasi Konsultasi dengan P.J Program Tindak Lanjut MONEV Pelaporan Penyerahan Data Lapangan Penyusunan Laporan Presentasi Revisi

Bab 3

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

6

Page 7: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

Gambaran Umum Pelaksanaan Pendampingan

3.1. Tahap Persiapan/ Kegiatan Awal

Persiapan tahap awal dilakukan dengan mengunjungi instansi-intasi pemerintahan

yang terkait dengan permasalahan industri hasil tembakau di Kabupaten Pasuruan. Hal

tersebut dimaksudkan untuk mencari gambaran mengenai kondisi secara umum, baik

dengan wawancara maupun permintaan data sekunder mengenai industri hasil tembakau di

Kabupaten Pasuruan. Pengurusan ijin lapangan ke BAKESBANGLINMAS Pasuruan merupakan

langkah paling awal sebelum menuju instansi-intansi yang lain. Setelah surat ijin penelitian

lapangan turun, langkah selanjutnya adalah memasukkan surat kepada kepala daerah

kabupaten Pasuruan. Hal tersebut dimaksudkan agar kepala daerah dapat memberikan

instruksi (disposisi) tugas kepada dinas-dinas (instansi yang ditunjuk) yang berada di

bawahnya. Instansi-instansi yang selanjutnya dikunjungi antara lain :

- BAPPEDA Kabupaten Pasuruan - KPPBC Pasuruan

- Dinas Industri dan Perdagangan - BPS Kabupaten Pasuruan

- Dinas Perijinan Usaha -

- Dinas Koperasi dan UMKM

- Dinas Perkebunan

Setelah mendatangi beberapa instansi-instansi pemerintahan di kabupaten Pasuruan,

selanjutnya Tim mencoba untuk mencari lokasi tempat tinggal yang ideal untuk

pendampingan. Pertimbangan yang digunakan oleh tim untuk mencari lokasi tempat tinggal

ialah kedekatan jarak dengan Pusat pemerintahan; banyak terdapat perusahaan rokok kecil

dan menengah; serta kemudahan dalam mengakses informasi. Akhirnya setelah meninjau

beberapa lokasi, tim memutuskan untuk tinggal di Desa Purwosari Kecamatan Purwosari.

3.2. Tahap Identifikasi Lapangan

Setelah gambaran secara umum diperoleh melalui instansi-instansi pemerintah, tim

melakukan survey ke beberapa perusahaan rokok berdasarkan data perusahaan rokok yang

masih terdaftar aktif di KPPBC Kabupaten Pasuruan. Selain data yang berasal dari KPPBC

kabupaten Pasuruan, tim juga meninjau P.R (Perusahaan Rokok) berdasarkan data yang

diberikan oleh GAPERO (Gabungan Pengusaha Rokok) Kabupaten Pasuruan.

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

7

Page 8: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

3.2.1. Gambaran Umum Industri Rokok di Kabupaten/ Kota

Berdasarkan data dari KPPBC Pasuruan, pada Tahun 2008, 2009 dan 2010 jumlah perusahaan rokok dari berbagai skala produksi masing- masing berjumlah 178, 130 dan 101 buah. Dari jumlah tersebut, tidak semua perusahaan berproduksi secara kontinu. Beberapa perusahaan rokok khususnya yang berskala kecil dan menengah berproduksi dengan jumlah

yang tidak konsisten, bahkan terdapat perusahaan yang beberapa bulan sempat tidak berproduksi.

Terdapat beberapa perusahaan rokok skala besar yang berproduksi di kabupaten pasuruan diantaranya PT. H.M Sampoerna, Tbk, PT. Gudang Garam, Tbk dan PT. Swedish Match Cigars Indonesia. Jika digolongkan berdasarkan jenisnya , jumlah rokok terbesar yang

diproduksi adalah SKM (Sigaret Kretek Mesin) disusul oleh SKT (Sigaret Kretek Tangan), CRT (Cerutu) dan sisanya 3 jenis lainnya baik di Tahun 2008, 2009 maupun 2010.

Gambar 3.1Persentase dan Jumlah Batang Rokok Yang diproduksi

Berdasarkan Jenis Tahun 2008 dan 2009

Sumber: KPPBC Pasuruan (Diolah)

Sumber: KPPBC Pasuruan (Diolah)

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

8

Page 9: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

Persentase jumlah rokok jenis SKM mengalami peningkatan sebesar 3 persen pada tahun 2010 dibandingkan tahun sebelumnya diiringi dengan penurunan persentase rokok jenis SKT. Mulai tahun 2009 terdapat penambahan penggolongan jenis rokok yakni jenis

rokok KLM (Klobot Kemenyan) dengan persentase masing-masing pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 0,024 persen dan 0,042 persen.

Gambar 3.2Persentase dan Jumlah Batang Rokok Yang diproduksi

Berdasarkan Jenis Tahun 2010

Sumber: KPPBC Pasuruan (Diolah) Berdasarkan wilayah kecamatan, dari 24 kecamatan hanya 14 wilayah

kecamatan yang memiliki perusahaan rokok yang masih aktif sampai pertengahan 2010. Jumlah Perusahaan rokok terbanyak terletak di wilayah kecamatan Purwosari dengan 20

perusahaan disusul masing masing oleh sukorejo 17 perusahaan, Gempol 13 perusahaan, Beji 11 perusahaan dan kecamatan lainnya di bawah 10 perusahaan. Wilayah kecamatan beserta jumlah perusahaan rokok yang masih aktif dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1Jumlah Perusahaan Rokok Menurut Wilayah Kecamatan

(Juli 2010)

KecamatanJumlah

P.R  Jumlah

P.RBangil 4 Pohjentrek 1Beji 11 Prigen 7Gempol 13 Puspo -Gondangwetan - Purwodadi 2Grati 5 Purwosari 20Kejayan - Rejoso -Kraton 5 Rembang 1Lekok 3 Sukorejo 17Lumbang - Tosari -Nguling - Tutur -Pandaan 10 Winongan -Pasrepan - Wonorejo 2

Sumber : KPPBC Pasuruan

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

9

Page 10: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

3.2.2. Gambaran Umum Responden (Hasil Survei Lapangan)

Langkah pertama yang dilakukan disamping mendatangi pabrik rokok yang telah

terdaftar di Bea Cukai, tim menanyakan tentang keberadaan pabrik rokok ilegal. Tidak semua

pengusaha rokok tersebut menjawab tentang keberadaan pabrik rokok ilegal, akan tetapi

ketika kami mendatangi lokasi yang disinyalir berproduksi secara ilegal, pemilik usaha rokok

tersebut susah untuk ditemui.

Setelah menemui kesulitan dalam menemui pemilik dari usaha rokok yang diduga

belum memiliki ijin, tim selanjutnya hanya menemui perusahaan rokok yang beroperasi

secara legal saja. Dari hasil kunjungan ke perusahaan-perusahaan tersebut, tampak bahwa

tidak semua perusahaan beroperasi secara terus-menerus. Terdapat beberapa perusahaan

yang berproduksi hanya 3-5 hari per minggu saja.

Berdasarkan tingkat kesulitan akses kendaraan khususnya kendaraan roda empat,

hampir seluruh pabrik berlokasi di daerah yang mudah untuk diakses. Disamping itu, para

pemilik dari perusahaan-perusahaan rokok tersebut umumnya ialah pemain lama atau

orang-orang yang telah lama bekerja dalam bidang tanaman tembakau. Beberapa

pengusaha rokok memiliki lebih dari satu perusahaan rokok, baik yang lokasinya berdekatan

maupun yang tersebar di beberapa wilayah.

3.3. Kegiatan Pendampingan

Kegiatan pendampingan kelembagaan ini meliputi 4 tahapan yakni i) Sosialisasi

Program; ii) Bimbingan Teknis; iii) Diskusi Kelompok; dan iv) Monitoring dan Evaluasi. Penjelasan dari masing-masing tahapan dijelaskan dalam sub-sub bab diwah ini.

3.3.1. Sosialisasi Program

Seluruh perusahaan rokok yang dikunjungi menyatakan mengetahui tentang akan

diterapkannya Peraturan menteri Keuangan No 200/PMK.04/2008 yang mensyaratkan luas

bangunan minimal pabrik sebesar 200 meter persegi. Disamping itu perusahaan-perusahaan

rokok tersebut telah melakukan pencatatan meskipun mayoritas masih bersifat sederhana

dan berbentuk data fisik. Laporan produksi tersebut selanjutnya dilaporkan secara berkala

kepada KPPBC pasuruan dua kali dalam satu bulan. Kondisi tersebut mengindikasikan telah

sampainya informasi mengenai peraturan perundang-undangan yang mengatur

permasalahn cukai hasil tembakau.

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

10

Page 11: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

3.3.2. Gambaran Umum Responden Peserta Pendampingan

A. P.R. Djangkar Mas

Perusahaan rokok Djangkar Mas beralamat di Dusun Cangkring Malang Desa

Cangkring Malang Kecamatan Beji. Pemilik dari perusahaan ini ialah M. Agus Bustomi,

47 Tahun. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2004 dengan Nomor Pokok Pengusaha

Barang Kena Cukai (NPPBKC) 0714.1.3.0273 tertanggal 31 desember 2004. Luas

bangunan pabrik hingga saat ini belum mencapai 200 meter persegi.

Pabrik rokok ini memiliki semua jenis surat kelegalan dalam usaha yang

meliputi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Tanda Daftar Perusahaan (TDR); Ijin

Gangguan Keamanan (HO); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC.

Pengeluaran rata-rata perusahaan ini untuk membeli cukai, bahan baku, kurang dari

lima juta per bulannya. Perusahaan ini juga terdaftar sebagai anggota GAPERO

(Gabungan Pengusaha Rokok) Pasuruan. Dalam prakteknya tidak terdapat pemisahan

yang jelas antara aset dari pemilik dengan aset perusahaan.

Produk yang dihasilkan oleh pabrik ini ialah rokok jenis SKT (Sigaret Kretek

Tangan) kemasan 12 batang per bungkus dengan merek dagang Exclusive 252 dan

Exclusive 232. Pabrik ini mampu memproduksi antara 2500-5000 batang rokok setiap

harinya. Dalam proses produksi pemilik melakukan pengawasan khususnya dalam hal

bahan baku. Disamping itu, pemilik juga melakukan perencanaan mengenai jumlah

produksi sebelum melakukan produksi. Bahan baku yang digunakan dalam produksi

berasal dari pasar lokal sekitar wilayah produksi.

B. P.R. Garuda

Perusahaan Rokok Garuda berdiri pada tahun 2009 dengan NPPBKC Nomor

0713.1.3.5091 tertanggal 16 April 2009, atas nama Agung Sanjaya. Pabrik ini

memproduksi rokok jenis SKT (Sigaret Kretek Tangan) dengan merek Garuda Hijau

dan ZOE. Dari awal berdiri hingga saat ini produk dari pabrik ini dipasarkan baik di

pasar lokal maupun pasar antar daerah. Perusahaan ini masuk dalam wilayah Dusun

Jati Anom RT03/RW06 Desa Karang Jati Kecamatan Pandaan. Saat ini luas bangunan

pabrik belum mencapai 200 meter persegi. Perusahaan ini memiliki ijin dalam

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

11

Page 12: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

legalitas usaha antara lain Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan

Keamanan (HO); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC.

Pabrik ini menjadi anggota GAPERO karena bertujuan ingin memperluas

pangsa pasarnya, meskipun belum seluruhnya tercapai. Hal tersebut dikarenakan

GAPERO masih baru terbentuk di awal tahun 2010, sehingga belum dapat

menampung seluruh aspirasi anggotanya. Dalam hal kepemilikan aset, pemilik belum

memisahkan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan. Pabrik ini

memiliki karyawan 5-10 orang dengan kapasitas produksi sekitar 5000-11000 batang

per harinya. Pemilik juga melakukan pengawasan dalam proses produksi, khususnya

dalam hal bahan baku. Perusahaan menjalankan perencanaan sebelum

melaksanakan produksi, sedangkan bahan baku yang digunakan dalam produksi

berasal dari pasar lokal dan sekitar wilayah produksi. Dalam hal pemasaran,

perusahaan ini menggunakan media promosi berupa stiker, poster serta kaos.

C. P.R. Banyak Puteh

Pemilik P.R. Banyak Puteh bernama H Subali dengan pabrik beralamat di

dusun Banyak Putih Rt 02 Rw 06 desa Lecari kecamatan Sukorejo. Pabrik ini berdiri

tahun 2004 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang GFajar Utama. Luas

Bangunan Pabrik kurang lebih 194 m2. Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah

memenuhi persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha

Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR);

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.2570

tertanggal 16 Juni 2004.

Karyawan P.R. Banyak Puteh berjumlah 10-15 orang tergantung jumlah

produksi, produksi dilakukan jika ada pesanan dari luar daerah/provinsi. Kapasitas

produksi lebih lebih dari 2500-5000 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-rata

Rp. 400.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan pemisahan kekayaan

pribadi dengan perusahaan. Pemilik sudah melakukan pengawasan pengawasan

produksi sendiri berupa pengawasan bahan baku.

D. P.R. Sumber Keling

P.R. Sumber Keling masuk dalam wilayah Dusun Karang Rejo Desa Karang

Rejo Kecamatan Purwosari dengan pemilik bernama Pariadi. Pabrik yang berdiri pada

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

12

Page 13: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

tahun 2007 ini memproduksi rokok jenis SKT dengan merek Tirta Mas. Produk dari

pabrik ini dipasarkan di pasar lokal serta antar propinsi. Legalitas perusahan ini

meliputi Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan (HO); Tanda

Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan

nomor 0713.1.3.5040 tertanggal 3 desember 2007. Pemilik perusahaan belum

memisahkan kekayaan antara pemilik dengan perusahaan.

Perusahaan ini memiliki sekitar 20 karyawan dengan kapasitas produksi

mencapai lebih dari 5000 batang perharinya. Dalam proses produksi, pemilik

melakukan pengawasan dalam hal bahan baku. Sedangkan bahan baku yang

digunakan dalam proses produksi berasal dari pasar lokal/ daerah sekitar wilayah

produksi. Luas bangunan pabrik hingga saat ini sudah lebih 200 meter persegi.

E. P.R. Jangger

P.R. Jangger berada di wilayah Jalan Ahmad Yani no 48, Kelurahan Pandaan

kecamatan Pandaan. Pabrik ini berdiri pada tahun 2000 dengan produk berupa rokok

jenis SKT, merk rokok yang diproduksi adalah Jangger Super Exclusive. Pemilik P.R

Jangger bernama H. Ahmad Baihaqi. Legalitas perusahaan ini sudah memenuhi

persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin

Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0714.1.3.0272 tertanggal 31 januari 2003.

Perusahaan ini belum memisahkan antara kekayaan pribadi dengan perusahaan.

Karyawan perusahaan ini berkisar antara 10 - 15 orang tergantung besarnya

produksi, produksi perusahaan ini berdasarkan pesanan dari luar daerah/provinsi.

Kapasitas produksi lebih dari 5000 batang per hari. Pemilik melakukan pengawasan

pengawasan produksi sendiri, berupa pengawasan bahan baku dan pengawasan

barang jadi. Luas lahan dan bangunan pabrik ini sekitar 150 m2 .

F. P.R. Damar Jati

Pemilik P.R. Damar Jati adalah M. Yusuf, lokasi pabrik berada di Dusun Krajan

Rt/Rw 04/04 Desa Karangrejo Kecamatan Purwosari. Pabrik ini berdiri tahun 2007

memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang Damar Jati alami. Luas Bangunan

Pabrik kurang lebih 150 m2. Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah memenuhi

persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

13

Page 14: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.5041 tertanggal 3 Desember

2007.

Karyawan P.R. Damar Jati berjumlah 5-10 tergantung jumlah produksi,

produksi dilakukan berdasarkan pesanan dari luar daerah/ provinsi. Kapasitas

produksi lebih dari 1000-2500 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-rata Rp.

400.000.000 per tahun. Perusahaan sudah melakukan pemisahan kekayaan pribadi

dengan perusahaan. Pemilik melakukan pengawasan pengawasan produksi sendiri,

berupa pengawasan bahan baku dan barang jadi.

G. P.R Al Mubarok

Pemilik P.R. Al Mubarok adalah Rofik, lokasi pabrik berada di Dusun Wedoro

RT 01 RW 1 desa Wedoro kecamatan Pandaan. Pabrik ini berdiri tahun 2006

memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang Gelang Mas. Luas Bangunan

Pabrik kurang lebih 150 m2. Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah memenuhi

persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin

Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.5003 tertanggal 22 Januari 2007.

Karyawan P.R. Al Mubarok berjumlah 5-10 tergantung jumlah produksi,

produksi dilakukan berdasarkan pesanan dari luar daerah/ provinsi. Kapasitas

produksi lebih 2500-5000 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-rata Rp.

1.200.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan pemisahan kekayaan pribadi

dengan perusahaan. Pemilik melakukan pengawasan pengawasan produksi sendiri,

berupa pengawasan barang jadi. Selama tahun 2010 perusahaan belum melakukan

produksi dikarenakan piutang macet.

H. P.R. Berkah Karunia

Pemilik P.R. Berkah Karunia bernama Busiri. lokasi pabrik berada di Dusun

Pucang Pendowo Rt 04 Rw 8 desa Sumbersuko kecamatan Purwosari. Pabrik ini

berdiri tahun 2005 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang Malaka 10.

Luas Bangunan Pabrik kurang lebih 200 m2. Legalitas yang dimiliki perusahaan ini

sudah memenuhi persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha

Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR);

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

14

Page 15: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.3346

tertanggal 10 Juni 2005.

Karyawan P.R. Berkah Karunia berjumlah lebih dari 20 orang tergantung

jumlah produksi, produksi dilakukan berdasarkan pesanan dari luar daerah/ provinsi.

Kapasitas produksi lebih 2500-5000 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-rata

Rp. 400.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan pemisahan kekayaan

pribadi dengan perusahaan. Pemilik tidak melakukan pengawasan pengawasan

produksi sendiri.

I. P.R. Putri Bali

Pemilik P.R. Putri Bali bernama Uswatun Khasanah, pemilik merupakan Ketua

Asosiasi Pengusaha Rokok Kabupaten Pasuruan (GAPERO KABPAS). lokasi pabrik

berada di Dusun Kemirahan RT 06 RW 05 desa Tejowangi kecamatan Purwosari.

Pabrik ini berdiri tahun 2003 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang

Jangger, Timbul Alami 12 dan Piala Mas. Luas Bangunan Pabrik kurang lebih 120 m2.

Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah memenuhi persyaratan berdirinya

perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan

(HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan

NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.1468 tertanggal 6 Juni 2003.

Karyawan P.R. Putri Bali berjumlah lebih dari 10-15 orang tergantung jumlah

produksi, produksi dilakukan berdasarkan pesanan dari luar daerah/ provinsi.

Kapasitas produksi lebih 2500-5000 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-rata

Rp. 850.000.000 per tahun. Perusahaan sudah melakukan pemisahan kekayaan

pribadi dengan perusahaan. Pemilik melakukan pengawasan pengawasan produksi

sendiri berupa pengawasan bahan baku, pengawasan sebelum pengiriman,

pemeliharaan alat-alat produksi, Pengawasan barang setengah jadi dan pengawasan

barang jadi.

J. P.R. Jiro Sejati Utama

Pemilik P.R. Jiro Sejati Utama bernama M Sai Ridwan. lokasi pabrik berada di

Jl Pertukangan Timur dowo RT 01 RW 5 desa Purwosari kecamatan Purwosari. Pabrik

ini berdiri tahun 2005 memproduksi rokok jenis SKT, dengan Jiro Kretek. Luas

Bangunan Pabrik kurang lebih 100 m2. Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

15

Page 16: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

memenuhi persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha

Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR);

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.3516

tertanggal 29 September 2005.

Karyawan P.R. Jiro Sejati Utama berjumlah lebih dari 20 orang tergantung

jumlah produksi, produksi dilakukan berdasarkan pesanan dari luar daerah/ provinsi.

Kapasitas produksi lebih lebih dari 5000 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-

rata Rp. 370.000.000 per tahun. Perusahaan sudah melakukan pemisahan kekayaan

pribadi dengan perusahaan. Pemilik sudah melakukan pengawasan pengawasan

produksi sendiri berupa pengawasan bahan baku, pengawasan sebelum pengiriman,

pemeliharaan alat-alat produksi, Pengawasan barang setengah jadi dan pengawasan

barang jadi.

K. P.R. Sumber Mulya Abadi

Pemilik P.R. Sumber Mulya Abadi bernama Ainul Fadilah. Lokasi pabrik berada

di dusun Talun Rt.01 Rw 03 desa Gunung Gangsir Kecamatan Beji. Pabrik ini berdiri

tahun 2007 memproduksi rokok jenis SKT, dengan Bintang Lenggono. Luas Bangunan

Pabrik kurang lebih 100 m2. Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah memenuhi

persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin

Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.5030 tertanggal 7 September

2007.

Karyawan P.R. Sumber Mulya Abadi berjumlah lebih dari 5-10 orang.

Kapasitas produksi lebih lebih dari 1000-2500 batang per hari. Omset perusahaan ini

rata-rata Rp. 1.500.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan pemisahan

kekayaan pribadi dengan perusahaan. Pemilik sudah melakukan pengawasan

pengawasan produksi sendiri berupa pengawasan bahan baku.

L. CV. Sumber Tukel Subur Makmur

Pemilik CV. Sumber Tukel Subur Makmur bernama H Faiz Ubaidillah, lokasi

pabrik berada di dusun Kulon Embong Rt 01 Rw 07 desa Suwayuwo kecamatan

Sukorejo. Merupakan pabrik rokok golongan III terbesar yang telah disurvey dengan

luas bangunan pabrik kurang lebih 900m2. Pabrik ini berdiri tahun 2008 memproduksi

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

16

Page 17: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

rokok jenis SKT, dengan merk dagang Exclusive MA dan New Special MH. Legalitas

yang dimiliki perusahaan ini sudah memenuhi persyaratan berdirinya perusahaan

meliputi; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan (HO); Tanda

Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan

nomor 0713.1.3.5077 tertanggal 21 Juli 2008.

Karyawan CV. Sumber Tukel Subur Makmur berjumlah 320 orang. Kapasitas

produksi lebih lebih dari 5000 batang per hari. Perusahaan ini berbeda dengan P.R.

Rokok golongan kecil lainnya di pasuruan, dimana sebagian besar P.R tersebut

berproduksi berdasarkan pesanan, CV. Sumber Tukel Subur Makmur berproduksi

secara rutin tanpa menunggu pesanan. Omset perusahaan ini rata-rata Rp.

13.000.000.000 per tahun. Perusahaan ini termasuk perusahaan yang sudah

menerapkan sistem manajemen yang baik sehingga sudah termasuk pemisahaan

antara kekayaan pribadi dengan perusahaan. Pemilik melalui manajer melakukan

pengawasan produksi berupa pengawasan bahan baku, pengawasan sebelum

pengiriman, pemeliharaan alat-alat produksi, Pengawasan barang setengah jadi dan

pengawasan barang jadi.

M. P.R Loman Arto

Pemilik P.R. Loman Arto bernama Abdul Hamid dengan pabrik beralamat di

dusun Sudimoro Rt 04 Rw 02 desa Capang kecamatan Purwodadi. Pabrik ini berdiri

tahun 2008 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang Nasional JK dan

Gedong Lodji. Luas Bangunan Pabrik kurang lebih 200 m2. Legalitas yang dimiliki

perusahaan ini sudah memenuhi persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat

Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar

Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor

0713.1.3.5087 tertanggal 21 Oktober 2008.

Karyawan P.R. Loman Arto berjumlah 10-15 orang tergantung jumlah

produksi, produksi dilakukan jika ada pesanan dari luar daerah/provinsi. Kapasitas

produksi diantara 1000-2500 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-rata Rp.

3.000.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan pemisahan kekayaan pribadi

dengan perusahaan. Pemilik sudah melakukan pengawasan pengawasan produksi

sendiri berupa pengawasan bahan baku, pengawsan sebelum pengiriman,

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

17

Page 18: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

pemeliharaan alat-alat produksi, Pengawasan barang setengah jadi dan pengawasan

barang jadi.

N. P.R. Harmonisyah tobacco

Pemilik Harmonisyah tobacco bernama M. Hasyim, dengan pabrik beralamat

di dusun Kulon Embong Rt 02 Rw 04 desa Suwayuwo kecamatan Sukorejo. Pabrik ini

berdiri tahun 2008 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang Puncak

Tangga Mas dan Puncak Transformer. Luas Bangunan Pabrik kurang lebih 500 m2.

Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah memenuhi persyaratan berdirinya

perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan

(HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan

NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.5099 tertanggal 30 Desember 2009.

Karyawan P.R. Harmonisyah Tobaco berjumlah lebih dari 20 orang tergantung

jumlah produksi, produksi dilakukan jika ada pesanan dari luar daerah/provinsi.

Kapasitas produksi diantara 2500-5000 batang per hari. Perusahaan belum

melakukan pemisahan kekayaan pribadi dengan perusahaan. Pemilik sudah

melakukan pengawasan pengawasan produksi sendiri berupa pengawasan bahan

baku, pengawsan sebelum pengiriman, pemeliharaan alat-alat produksi, Pengawasan

barang setengah jadi dan pengawasan barang jadi.

O. P.R. Dua Putra

Pemilik P.R. Dua Putra bernama Muhaimin, dengan pabrik beralamat di dusun

Kedanten Rt 03 Rw 15 desa Ngerong kecamatan Gempol. Pabrik ini berdiri tahun

1999 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang Gibol Sport, Gibol Kuning

dan Gibol Super. Luas Bangunan Pabrik kurang lebih 200 m2. Legalitas yang dimiliki

perusahaan ini sudah memenuhi persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat

Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar

Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor

0714.1.3.0821 tertanggal 6 September 1999.

Karyawan P.R. Dua Putra berjumlah lebih dari 20 orang tergantung jumlah

produksi, produksi dilakukan secara rutin dengan daerah pemasaran luar daerah dan

luar provinsi. Kapasitas produksi diantara 2500-5000 batang per hari. Omset

perusahaan ini rata-rata Rp. 5.000.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

18

Page 19: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

pemisahan kekayaan pribadi dengan perusahaan. Pemilik sudah melakukan

pengawasan pengawasan produksi sendiri berupa pengawasan bahan baku.

P. P.R. Putra Ran

Pemilik P.R. Putra Ran bernama H Yasir Arafat dengan pabrik beralamat di

dusun Klanting Rt 01 Rw 10 desa suwayuwo kecamatan Sukorejo. Pabrik ini berdiri

tahun 2007 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang R. 20. 12 Kretek

Kuning, R. 20. 10 Kretek Kuning dan Spesial SE. Luas Bangunan Pabrik kurang lebih

200 m2. Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah memenuhi persyaratan

berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan

Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.5011 tertanggal 30 Maret 2007.

Karyawan P.R. Putra Ran berjumlah 15-20 orang tergantung jumlah produksi,

produksi dilakukan jika ada pesanan dari luar daerah/provinsi. Kapasitas produksi

lebih lebih dari 2500-5000 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-rata Rp.

3.000.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan pemisahan kekayaan

pribadi dengan perusahaan. Pemilik sudah melakukan pengawasan pengawasan

produksi sendiri berupa pengawasan bahan baku, pengawsan sebelum pengiriman,

pemeliharaan alat-alat produksi, dan pengawasan barang jadi.

Q. P.R. Gudang Gayam

Pemilik P.R. Gudang Gayam bernama Drs. Thohir dengan pabrik beralamat di

dusun Lumbang Rt 02 Rw 2 desa Lumbangrejo kecamatan Prigen. Pabrik ini berdiri

tahun 2003 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang Gudang Gayam dan

Gudang Gayam Surga 10. Luas Bangunan Pabrik kurang lebih 200 m2. Legalitas yang

dimiliki perusahaan ini sudah memenuhi persyaratan berdirinya perusahaan

meliputi; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan (HO); Tanda

Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan

nomor 0713.1.3.1946 tertanggal 3 November 2003.

Karyawan P.R. Gudang Gayam berjumlah 10-15 orang tergantung jumlah

produksi, produksi dilakukan jika ada pesanan dari luar daerah/provinsi. Kapasitas

produksi lebih lebih dari 2500-5000 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-rata

Rp. 2.000.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan pemisahan kekayaan

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

19

Page 20: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

pribadi dengan perusahaan. Pemilik sudah melakukan pengawasan pengawasan

produksi sendiri berupa pengawasan bahan baku, pemeliharaan alat-alat produksi,

dan pengawasan barang jadi.

R. P.R. Mitra Jaya 26

Pemilik P.R. Mitra Jaya 26 bernama H Munib dengan pabrik beralamat di

dusun Selotambak Rt 02 Rw 07 desa selotambak kecamatan Kraton. Pabrik ini berdiri

tahun 2003 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang Mitra Jaya 26. Luas

Bangunan Pabrik kurang lebih 64 m2. Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah

memenuhi persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha

Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR);

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.1477

tertanggal 8 April 2003.

Karyawan P.R. Mitra Jaya 26 berjumlah 5-10 orang tergantung jumlah

produksi, produksi dilakukan jika ada pesanan dari luar daerah/provinsi. Kapasitas

produksi lebih lebih dari 1000-2500 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-rata

Rp. 300.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan pemisahan kekayaan

pribadi dengan perusahaan. Pemilik sudah melakukan pengawasan pengawasan

produksi sendiri berupa pengawasan bahan baku.

S. P.R. Armada

Pemilik P.R. Armada bernama Ainun Jariah dengan pabrik beralamat di dusun

Tanjung Sari Rt 03 Rw 04 desa Tanjung Arum kecamatan Sukorejo. Pabrik ini berdiri

tahun 2003 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang Peta Mas, 261 Dji Lok

It, Gudang Garmen, Roxy Trendy, dan Roxy Revolution. Luas Bangunan Pabrik kurang

lebih 200 m2. Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah memenuhi persyaratan

berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan

Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR); Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.2091 tertanggal 15 Desember 2003.

Karyawan P.R. Armada berjumlah 15-20 orang tergantung jumlah produksi,

produksi dilakukan jika ada pesanan dari luar daerah/provinsi. Kapasitas produksi

lebih lebih dari 2500-5000 batang per hari. Omset perusahaan ini rata-rata Rp.

5.500.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan pemisahan kekayaan pribadi

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

20

Page 21: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

dengan perusahaan. Pemilik sudah melakukan pengawasan pengawasan produksi

sendiri berupa pengawasan pengawasn bahan baku, pengawsan sebelum

pengiriman, pemeliharaan alat-alat produksi, Pengawasan barang setengah jadi dan

pengawasan barang jadi.

T. P.R. Sakinah Zaha Putra

Pemilik P.R. Sakinah Zaha Putra bernama H M cholil dengan pabrik beralamat

di dusun Glagahsari Rt 02 Rw 01 desa Glagahsari kecamatan Sukorejo. Pabrik ini

berdiri tahun 2003 memproduksi rokok jenis SKT, dengan merk dagang Payung. Luas

Bangunan Pabrik kurang lebih 200 m2. Legalitas yang dimiliki perusahaan ini sudah

memenuhi persyaratan berdirinya perusahaan meliputi; Surat Ijin Usaha

Perdagangan (SIUP); Ijin Gangguan Keamanan (HO); Tanda Daftar Perusahaan (TDR);

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);dan NPPBKC dengan nomor 0713.1.3.2482

tertanggal 7 Mei 2004.

Karyawan P.R. Sakinah Zaha Putra 5-10 orang tergantung jumlah produksi,

produksi dilakukan secara rutin dengan pasar local dan luar daerah/provinsi.

Kapasitas produksi lebih lebih dari 2500-5000 batang per hari. Omset perusahaan ini

rata-rata Rp. 2.500.000.000 per tahun. Perusahaan belum melakukan pemisahan

kekayaan pribadi dengan perusahaan. Pemilik sudah melakukan pengawasan

pengawasan produksi sendiri berupa pengawasan pengawasn bahan baku,

pengawsan sebelum pengiriman, pemeliharaan alat-alat produksi, Pengawasan

barang setengah jadi dan pengawasan barang jadi.

3.3.3. Bimbingan Teknis

abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh

abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh

abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh.

3.3.4. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2010 ketika diadakannya

pertemuan rutin para pengusaha rokok di sekretariat GAPERO. Peserta yang hadir dalam

pertemuan tersebut adalah para pengurus inti serta para pengusaha rokok yang lain. Para

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

21

Page 22: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

pengurus inti umumnya terdiri dari para pengusaha yang telah memiliki pabrik dengan skala

yang cukup besar dibandingkan dengan yang lainnya. Dalam diskusi tersebut kami

menanyakan tentang keberadaan GAPERO, anggaran dasar/anggaran rumah tangga, serta

peran dan kontribusinya bagi pengusaha rokok skala kecil dan menengah.

Dalam diskusi ini juga terungkap permasalahan yang dihadapi pengusaha rokok skala

kecil pada umumnya. Disamping hal tersebut, mekanisme tentang penggunaan Dana Bagi

Hasil Cukai khususnya melalui penguatan lembaga/perkumpulan para pengusaha menjadi

topik bahasan. Para pengurus telah mengajukan beberapa program bagi peningkatan

manajemen pabrik-pabrik rokok, seperti pengadaan peralatan komputer, papan nama

perusahaan serta alat keselamatan dalam bekerja. Akan tetapi sampai saat ini program yang

disetujui baru sebatas pemberian papan nama serta bantuan beberapa alat bantu linting.

Program-program lain yang telah lama diajukan belum memperoleh respon yang jelas dari

pemerintahan Kabupaten Pasuruan.

Ketika diajukan pertanyaan mengenai langkah/strategi pengusaha skala kecil dalam

menghadapi perusahaan skala besar yang ikut bermain dalam segmen rokok menengah

kebawah, mereka belum bisa menjawab. Hal tersebut disebabkan karena mereka merasa

kalah bersaing khususnya dalam hal bahan baku, pemasaran (promosi) dan terutama dalam

hal skala produksi.

3.4. Monitorting dan Evaluasi

abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh

abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh

abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh.

3.4.1. Temuan-temuan di Lapangan

Setelah mendatangi perusahaan-perusahaan rokok skala kecil dan menengah serta

Gabungan Pengusaha Rokok (GAPERO), ditemukan beberapa permasalahan yang umumnya

dhadapi industri rokok skala kecil dan menengah, antara lain :

- Permasalahan pemasaran, umumnya perusahaan skala kecil dan menengah tidak

mempunyai jalur distribusi hasil produksi yang jelas. Perusahaan kecil umumnya

berproduksi ketika memperoleh pesanan, terutama dari pasar luar daerah. Hampir

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

22

Page 23: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

jarang ditemui produk hasil P.R di kabupaten pasuruan dipasarkan di pasar tngkat

lokal.

- Persaingan yang kurang sehat dengan perusahaan skala besar. Perusahaan skala

besar juga bermain di segmen rokok menengah kebawah, yakni dengan mendirikan

anak perusahaan yang memproduksi rokok-rokok menengah ke bawah. Hal

tersebut diduga yang menjadi penyeab kurang lakunya rokok buatan lokal di pasar

lokal itu sendiri.

- Mengenai kelembagaan khususnya asosiasi/perkumpulan pengusaha rokok, hal

yang dikeluhkan adalah mengenai mekanisme penggunaan Dana Bagi Hasil Cukai

dimana Kabupaten pasuruan mendapat dana sebesar 39 Miliar pada tahun 2010.

GAPERO sebagai wadah perkumpulan pengusaha telah mengajukan beberapa

usulan program kepada pemerintahan Kabupaten Pasuruan, akan tetapi yang telah

terealisasi sampai tahun 2010 hanya pengadaan papan nama pabrik serta bantuan

beberapa alat bantu linting.

- Pengurusan ijin, dalam kenyataannya sering terjadi pungutan liar yang dialami oleh

pengusaha rokok. Hal tersebut yang dijadikan alasan bagi pengusaha rokok yang

belum memiliki ijin untuk mengurus ijin sesuai dengan aturan yang berlaku.

- Luas lahan, kendala yang dihadapi umumnya adalah keterbatasan lahan di sekitar

bangunan pabrik. Kemungkinan yang dihadapi oleh pengusaha ialah dengan

memindahkan lokasi pabrik, hal tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Kemungkinan kedua, pabrik-pabrik tersebut bergabung dengan pabrik sejenis atau

yang sudah memiliki lahan yang cukup, akan tetapi hal tersebut dirasa cukup sulit

dilaksanakan karena berhubungan dengan pembagian aset perusahaan.

3.4.2. Tindaklanjut Temuan Lapangan

abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh

abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh abcdefgh.

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

23

Page 24: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

Bab 4Penutup

4.1. Simpulan

Setelah seluruh kegiatan pendampingan dilakukan, diperoleh temuan data tentang

kondisi riil dan masalah yang dihadapi oleh perusahaan rokok di kabupaten Pasuruan terutama PR skala kecil terkait dengan bidang kelembagaan. Dari data jumlah perusahaan rokok yang diberikan Bea Cukai terdapat 106 Perusahaan Rokok berbagai skala produksi di kabuapten Pasuruan, 8 perusahaan berbentuk PT dan sisanya termasuk golongan III atau menengah kecil. Lebih lanjut, dari 40 perusahaan yang didatangi/disurvey, hanya 20 yang

benar-benar aktif dan berproduksi. Sebagian besar PR tersebut sudah tergabung dalam asosiasi pengusaha rokok (GAPERO KABPAS). Berkaitan dengan bidang kelembagaan seluruh PR (yang di survey) di Kabupaten Pasuruan telah berijin lengkap dan mengetahui tentang peraturan keharusan luas lahan PR minimal 200m2

Dari proses pendampingan dapat disimpulkan permasalahan yang dihadapi perusahaan rokok di kabupaten Pasuruan bervariasi, antara lain;

1. Peraturan menteri Keuangan No 200/PMK.04/2008 yang mensyaratkan luas bangunan minimal pabrik sebesar 200 meter persegi, yang akan berlaku tahun2011 dinilai memberatkan perusahaan rokok skala kecil.

2. Kenaikan harga pita cukai rokok. Menyebabkan kenaikan biaya produksi tapi PR tidak dapat langsung menaikan harga jual rokoknya.

3. sulitnya pemasaran hasil produksi/ hanya berdasar pesanan sehingga tidak dapat berproduksi secara berkelanjutan.

Ketiga masalah diatas dinilai sebagai masalah bersama yang paling utama bagi PR skala

menengah kecil di Pasuruan. Uniknya, tidak ada PR yang menyatakan modal sebagai masalah. Selain permasalahan tersebut sebagian PR juga menyatakan tentang proporsi dana

alokasi cukai yang dinilai tidak adil bagi PR.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil pendampingan maka kami dapat memberi saran sebagaio berikut;

1. Kelonggaran penerapan Peraturan menteri Keuangan No 200/PMK.04/2008 yang mensyaratkan luas bangunan minimal pabrik sebesar 200 meter persegi, tidak berlaku surut.

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

24

Page 25: Menyusun Laporan

Laporan Akhir Pendampingan: Program Tenaga Pendampingan Masyarakat (TPM) Bidang Kelembagaan di Kabupaten Pasuruan

2.

Departemen Ilmu Ekonomu – FEUA Juli 2010

25

Page 26: Menyusun Laporan

Lanjutan.....

26

Page 27: Menyusun Laporan

Lampiran

1. Data perusahaan rokok yang diberikan pendampingan;

2. Laporan Keuangan perusahaan yang diberikan pendmpingan (khusus untuk Bidang Akuntansi);3. Keusioner bidang dan kuesioner Monev;

4. Dokumentasi kegiatan pendampingan;5. Formulir-formulir

27