menyiapkan sekolah praktik yang baik filesd, mi, smp, dan mts di setiap kabupaten/kota mitra menjadi...

20
ISSN 2303 - 0852 PRIORITAS PENDIDIKAN Edisi 8 Jul - Sept 2014 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa UNTUK memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam merumuskan program pelatihan guru yang tepat dan sistematis, USAID PRIORITAS mengembangkan modul dan perangkat lunak program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). Program ini untuk membantu daerah dalam membuat peta kebutuhan peningkatan mutu guru yang selanjutnya dituangkan dalam perencanaan peningkatan mutu guru secara berkelanjutan dari sisi jenis pelatihan, materi, dan biaya yang diperlukan berdasar pada data yang akurat. ”Kita akan membantu pemerintah daerah untuk menganalisis kebutuhan pelatihan guru secara berkelanjutan sehingga setiap guru dapat diketahui peta kebutuhan pelatihannya,” kata Dr. Aos Santosa, Spesialis Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS. Beritanya di halaman 3. (Arz) Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org BUDAYA baca yang dikembangkan sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS, diperkuat dengan program bantuan 132.300 buku bacaan. Setiap sekolah mitra USAID PRIORITAS kohor 1 dan sekolah mitra LPTK mendapatkan rata-rata sekitar 150 buku bacaan fiksi dan nonfiksi.“Buku-buku ini dapat memperkaya koleksi buku yang kami gunakan untuk program membaca selama 10 menit di semua kelas sebelum pembelajaran dimulai,” kata Suharti, S.Pd, kepala SDN Gringging 1, Sragen, Jawa Tengah. Sementara Drs. Dindin Hardi, kepala SMPN 1 Cikoneng, Jabar, memanfaatkan buku tersebut untuk meningkatkan budaya baca guru dan siswa di sekolahnya. “Budaya baca juga harus diawali dan dicontohkan oleh guru sehingga siswa bisa melihat dan mau mengikuti budaya membaca seperti gurunya,” tukasnya. (Anw) Berikan 132.300 Buku ke Sekolah Mitra Peta Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd, dosen Universitas Negeri Medan, menjelaskan metode PKB. Jakarta - Untuk mengembangkan sekolah rujukan yang berhasil dalam menerapkan pembelajaran dan manajemen sekolah, USAID PRIORITAS memfasilitasi satu sekolah di tingkat SD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik adalah sekolah yang dirancang dan dikembangkan menjadi sekolah yang dapat menjadi contoh baik dari segi pembelajaran dan manajemen sekolah. ”Sebagai tahap awal, kepala sekolah, guru, dan pemangku kepentingan kabupaten/kota mitra difasilitasi melakukan studi banding untuk saling belajar ke sekolah dan madrasah praktik yang baik lintas provinsi,” tutur Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS. Dari hasil studi banding ini, mereka akan membuat rencana implementasi di sekolahnya. Kemudian kepala sekolah dan seluruh guru akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan secara khusus dalam menerapkan pembelajaran dan manajemen sekolah yang baik. Pelatihan tersebut akan difasilitasi oleh para dosen dari 16 LPTK mitra USAID PRIORITAS. ”Pelibatan para dosen LPTK agar mereka menjadi lebih dekat dengan sekolah, dan sekolah praktik yang baik dapat menjadi sekolah tempat praktik mengajar mahasiswa,” kata Lynne Hill Penasehat Pembelajaran USAID PRIORITAS. Berita lainnya di halaman 2. (Anw) Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik Peserta studi banding dari Aceh mengamati proses pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan saintifik di SDN Rajamandalakulon 2, Jawa Barat. Buku-buku yang diterima MTsN Sukasari, Cimahi, Jawa Barat.

Upload: vokhanh

Post on 21-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

ISSN2303 - 0852

PRIORITAS PENDIDIKANEdisi 8Jul - Sept

2014 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

UNTUK memperkuat kapasitas pemerintah daerah dalam merumuskan program pelatihan guru yang tepat dan sistematis, USAID PRIORITAS mengembangkan modul dan perangkat lunak program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). Program ini untuk membantu daerah dalam membuat peta kebutuhan peningkatan mutu guru yang selanjutnya dituangkan dalam perencanaan peningkatan mutu guru secara berkelanjutan dari sisi jenis pelatihan, materi, dan biaya yang diperlukan berdasar pada data yang akurat.

”Kita akan membantu pemerintah daerah untuk menganalisis kebutuhan pelatihan guru secara berkelanjutan sehingga setiap guru dapat diketahui peta kebutuhan pelatihannya,” kata Dr. Aos Santosa, Spesialis Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS. Beritanya di halaman 3. (Arz)

Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org

BUDAYA baca yang dikembangkan sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS, diperkuat dengan program bantuan 132.300 buku bacaan. Setiap sekolah mitra USAID PRIORITAS kohor 1 dan sekolah mitra LPTK mendapatkan rata-rata sekitar 150 buku bacaan fiksi dan nonfiksi.“Buku-buku ini dapat memperkaya koleksi buku yang kami gunakan untuk program membaca selama 10 menit di semua kelas sebelum pembelajaran dimulai,” kata Suharti, S.Pd, kepala SDN Gringging 1, Sragen, Jawa Tengah.

Sementara Drs. Dindin Hardi, kepala SMPN 1 Cikoneng, Jabar, memanfaatkan buku tersebut untuk meningkatkan budaya baca guru dan siswa di sekolahnya. “Budaya baca juga harus diawali dan dicontohkan oleh guru sehingga siswa bisa melihat dan mau mengikuti budaya membaca seperti gurunya,” tukasnya. (Anw)

Berikan 132.300 Buku ke Sekolah Mitra

Peta Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd Dosen Universitas Negeri Medan sedang menjelaskan

Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd, dosen Universitas Negeri Medan, menjelaskan metode PKB.

Jakarta - Untuk mengembangkan sekolah rujukan yang berhasil dalam menerapkan pembelajaran dan manajemen sekolah, USAID PRIORITAS memfasilitasi satu sekolah di tingkat SD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school.

Sekolah praktik yang baik adalah sekolah yang dirancang dan dikembangkan menjadi sekolah yang dapat menjadi contoh baik dari segi pembelajaran dan manajemen sekolah. ”Sebagai tahap awal, kepala sekolah, guru, dan pemangku kepentingan kabupaten/kota mitra difasilitasi melakukan studi banding untuk saling belajar ke sekolah dan madrasah praktik yang baik lintas provinsi,” tutur Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS.

Dari hasil studi banding ini, mereka akan membuat rencana implementasi di sekolahnya. Kemudian kepala sekolah dan seluruh guru akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan secara khusus dalam menerapkan pembelajaran dan manajemen sekolah yang baik. Pelatihan tersebut akan difasilitasi oleh para dosen dari 16 LPTK mitra USAID PRIORITAS. ”Pelibatan para dosen LPTK agar mereka menjadi lebih dekat dengan sekolah, dan sekolah praktik yang baik dapat menjadi sekolah tempat praktik mengajar mahasiswa,” kata Lynne Hill Penasehat Pembelajaran USAID PRIORITAS. Berita lainnya di halaman 2. (Anw)

Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik

Peserta studi banding dari Aceh mengamati proses pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan saintifik di SDN Rajamandalakulon 2, Jawa Barat.

Buku-buku yang diterima MTsN Sukasari, Cimahi, Jawa Barat.

Page 2: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - NasionalPRIORITAS - Nasional

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 3

Petakan Kebutuhan Guru untuk

Tingkatkan Profesionalisme

SETELAH program penataan dan pemerataan guru, tim tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS mengembangkan program baru untuk membantu pemerintah daerah dalam merumuskan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang diperuntukkan bagi guru.

”Kita akan membantu pemerintah daerah agar dapat menganalisis kebutuhan peningkatan profesi guru berbasis pada data yang tersedia. Kita akan menggunakan data hasil uji kompetensi guru (UKG), penilaian kinerja guru (PKG), dan analisis daya serap ujian nasional (UN) untuk dianalisis sebagai dasar merumuskan perencanaan peningkatan mutu guru secara berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk mendukung program pengembangan keprofesian berkelanjutan yang

dikembangkan oleh Kemdikbud dan Kemenag,” kata Dr. Aos Santosa, spesialis tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS.

Untuk merealisasikan PKB, pada awal September 2014 lalu, USAID PRIORITAS melaksanakan pelatihan Teacher Professional Development Analysis & Education Finance Analysis di Hotel Horison, Semarang, Jawa Tengah (2-5/9). Pelatihan tersebut diikuti para dosen, guru, kepala sekolah, dan pengawas yang dipersiapkan untuk membantu kabupaten/kota dalam mengimplementasikan PKB.

Peserta dilatih melakukan analisis kebutuhan pelatihan guru (training need assessment-TNA), analisis satuan biaya pelatihan guru (APBG), dan analisis keuangan pendidikan.

Menurut Penasihat Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS Dr. Mark Heyward, guru harus dilatih agar menjadi tenaga profesional. Guru profesional diharapkan mampu meningkatkan prestasi siswa secara signifikan. “Agar kualitas guru terjamin, sangat penting dilakukan penilaian kinerja dan pengembangan profesionalisme guru secara terus-menerus. Sebab, kualitas pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru,” tegasnya.

Lebih lanjut Mark Heyward mengatakan, agar PKB didesain secara utuh, diperlukan sejumlah analisis kebutuhan pelatihan. Pelatihan akan menjadi efisien dan efektif jika sebelumnya dilakukan analisis biaya dan kebutuhan pelatihan. Setelah jenis dan materi pelatihan diketahui, dibutuhkan anggaran untuk melaksanakannya. Agar pelatihan dapat dibiayai, maka harus dilakukan analisis keuangan pendidikan kabupaten. ”Analisisnya dilaksanakan secara komprehensif agar peningkatan profesionalisme guru dapat dilaksanakan secara terus-menerus,” terangnya.

(Arz)

PKB akan membuat semakin jelas peta kebutuhan pelatihan setiap guru.

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

“USAID PRIORITAS Bantu Program Kemdikbud”

KEPALA Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Dikdas BPSDMP-PMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Dian Wahyuni MEd mengapresiasi dukungan USAID PRIORITAS untuk mengimplementasikan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru. Menurut dia, hal itu sangat membantu pihaknya dalam memetakan kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalisme.

”Apalagi, saat ini kompetensi guru

pendidikan dasar masih cukup rendah. Nilai uji kompetensi guru pada tahun 2013 rata-rata nasional baru mencapai 47,86 dari skor maksimal 100,” tuturnya

Melihat kenyataan tersebut, Kemdikbud telah mengembangkan berbagai program untuk peningkatan profesionalisme guru. ”Bantuan USAID PRIORITAS yang akan mendampingi kabupaten/kota melakukan analisis dan perencanaan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan akan sangat membantu Kemdikbud,” katanya.

Kemdikbud sudah menargetkan semua guru harus sudah mendapatkan sertifikat pendidik sebagai guru profesional pada tahun 2015. Sekitar 3 juta guru di Indonesia diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan berkualitas. “Namun, kenyataannya, walaupun banyak guru yang sudah tersertifikasi, banyak pula yang profesionalitasnya belum meningkat. Karena itu, guru perlu diberi bimbingan dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan,” tuturnya.

Melatih ke Seluruh IndonesiaBerkaitan dengan implementasi kurikulum 2013, Bu Dian menyampaikan apresiasinya karena para fasilitator USAID PRIORITAS juga terlibat melatih sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan, LPMP, dan Kemdikbud tersebut terkait dengan implementasi kurikulum 2013 dan peningkatan kualitas standar proses dalam implementasi SBSNP (sekolah berbasis standar nasional pendidikan).

“Saat ini ada sekitar 530 fasilitator USAID PRIORITAS yang dilibatkan menjadi narasumber maupun instruktur nasional dalam pelatihan kurikulum 2013. Puluhan fasilitator lainnya juga dilibatkan dalam pelatihan LPMP yang melatih sekolah-sekolah pilot SBSNP (sekolah berbasis standar nasional pendidikan) di seluruh Indonesia,” kata Ruwi Ahmadi, koordinator teknis USAID PRIORITAS untuk pemerintah.

(Arz/Anw)

Sekolah Rujukan Pembelajaran dan Manajemen yang Baik

USAID PRIORITAS membentuk sekolah praktik yang baik (SPB) atau good practice school di setiap kabupaten/kota. SPB ini dipilih dari satu sekolah mitra SD dan MI serta satu SMP dan MTs yang akan menjadi contoh atau rujukan dalam implementasi praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah.

Pemilihan dan seleksi SPB ini dilakukan oleh tim dosen LPTK yang selama ini terlibat dalam program USAID PRIORITAS. Ada lima aspek yang menjadi kriteria seleksi, yaitu kegiatan siswa menunjukkan pembelajaran aktif, guru dalam mengajar menerapkan pendekatan pembelajaran aktif, kepemimpinan sekolah mendukung keberhasilan pembelajaran, manajemen sekolah dijalankan secara akuntabel dan terbuka, serta peran serta masyarakat yang terlibat aktif dalam proses pendidikan di sekolah.

Kunjungan SekolahPerwakilan SPB yang terdiri atas kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, serta perwakilan pengawas, dinas pendidikan, Kemenag, dan dosen LPTK mitra, juga mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi beberapa sekolah mitra USAID PRIORITAS.

Komite MTsN 2 Medan Dr. Burhanudin yang berkunjung ke SMPN 8 Purworejo dan MI Al-Fatah Banjarnegara, Jawa Tengah, terkesan dengan keterbukaan pengelolaan keuangan di sekolah yang dikunjunginya. ”Di sini, PSM juga terlibat aktif agar sekolah dapat mencapai standar nasional pendidikan,” katanya.

Prof. Dr. Abdul Hamid, dosen Universitas Negeri Medan, yang ikut dalam rombongan juga terkesan dengan pembelajaran kelas berpindah (moving class) yang dapat efektif dilaksanakan SMPN 19 Purworejo. (Kom)

”Belanja Ilmu”

BUPATI Aceh Jaya Ir Azhar Abdurrahman berkesempatan memberikan arahan dan motivasi kepada rombongan studi banding sebelum mereka melakukan kunjungan. “Manfaatkan belanja pendidikan, belanja pengalaman, dan ilmu pengetahuan dari sekolah di sini untuk dibawa pulang ke daerah kita,” kata bupati didampingi kepala Dinas Pendidikan dan

Olahraga serta kepala Kemenag Aceh Jaya.

Bupati menilai program kunjungan ke SPB di Jawa Barat yang dilakukan guru dan kepala SD, MI, SMP, dan MTs Kabupaten Aceh Jaya merupakan kesempatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Aceh Jaya. “Jangan terlalu banyak belanja material. Belanja ilmu pengetahuan tentu lebih penting karena tidak semua pendidik mendapat kesempatan seperti ini, apalagi di tengah keterbatasan APBD di daerah kita. Jadi, janganlah kita sia-siakan anggaran yang telah disediakan oleh USAID PRIORITAS untuk kegiatan ini tanpa menghasilkan perubahan di daerah kita,” pesan bupati. (Tkm)

Para dosen peserta lokakarya sedang berdiskusi merancang materi pengayaan untuk SPB di Medan (20/9).

UNTUK memperkuat implementasi pembelajaran aktif di sekolah praktik yang baik (SPB), USAID PRIORITAS bersama 16 LPTK (lembaga pendidik tenaga kependidikan) mengembangkan materi pengayaan pelatihan pembelajaran untuk guru-guru SPB di Medan (17-19/9). Materi yang dikembangkan di antaranya implementasi pendekatan saintifik, portofolio, dan integrasi literasi dalam pembelajaran.

”Materi literasi menjadi bagian khusus yang dikembangkan dalam materi ini. Desainnya akan dibuat lebih praktis, artinya lebih gampang digunakan oleh guru-guru dalam mengembangkan budaya baca,” kata Ajar Budi Kuncoro, Senior Manager Pengembangan LPTK dan Koordinasi dengan Pemangku Kepentingan USAID PRIORITAS.

Guru Besar Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof. Dr. H. Patta Bundu, M.Ed mengatakan penguasaan literasi tidak hanya berhubungan dengan bahasa Indonesia, tetapi juga dengan mata pelajaran lain. Ia mencontohkan mata pelajaran IPA. Banyak konsep IPA yang harus dipahami anak dengan cara membaca. Anak tidak cukup mampu membaca teks, namun harus pula mampu memahami konteks bacaan. ”Selama ini banyak kencenderungan IPA dihafal. Ini disebabkan IPA tidak diajarkan dengan model-model yang lebih subtansial,” katanya. (Eh)

Materi Pengayaan untuk SPB

Guru-guru dari SPB Bandung Barat, Jawa Barat, mengamati proses pembelajaran di SDN 023895 Binjai, Sumatra Utara.

Dian Wahyuni MEd

Ir. Azhar Abdurrahman

Dian Wahyuni MEd

Ir. Azhar Abdurrahman

Page 3: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - NasionalPRIORITAS - Nasional

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 3

Petakan Kebutuhan Guru untuk

Tingkatkan Profesionalisme

SETELAH program penataan dan pemerataan guru, tim tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS mengembangkan program baru untuk membantu pemerintah daerah dalam merumuskan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) yang diperuntukkan bagi guru.

”Kita akan membantu pemerintah daerah agar dapat menganalisis kebutuhan peningkatan profesi guru berbasis pada data yang tersedia. Kita akan menggunakan data hasil uji kompetensi guru (UKG), penilaian kinerja guru (PKG), dan analisis daya serap ujian nasional (UN) untuk dianalisis sebagai dasar merumuskan perencanaan peningkatan mutu guru secara berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk mendukung program pengembangan keprofesian berkelanjutan yang

dikembangkan oleh Kemdikbud dan Kemenag,” kata Dr. Aos Santosa, spesialis tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS.

Untuk merealisasikan PKB, pada awal September 2014 lalu, USAID PRIORITAS melaksanakan pelatihan Teacher Professional Development Analysis & Education Finance Analysis di Hotel Horison, Semarang, Jawa Tengah (2-5/9). Pelatihan tersebut diikuti para dosen, guru, kepala sekolah, dan pengawas yang dipersiapkan untuk membantu kabupaten/kota dalam mengimplementasikan PKB.

Peserta dilatih melakukan analisis kebutuhan pelatihan guru (training need assessment-TNA), analisis satuan biaya pelatihan guru (APBG), dan analisis keuangan pendidikan.

Menurut Penasihat Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS Dr. Mark Heyward, guru harus dilatih agar menjadi tenaga profesional. Guru profesional diharapkan mampu meningkatkan prestasi siswa secara signifikan. “Agar kualitas guru terjamin, sangat penting dilakukan penilaian kinerja dan pengembangan profesionalisme guru secara terus-menerus. Sebab, kualitas pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru,” tegasnya.

Lebih lanjut Mark Heyward mengatakan, agar PKB didesain secara utuh, diperlukan sejumlah analisis kebutuhan pelatihan. Pelatihan akan menjadi efisien dan efektif jika sebelumnya dilakukan analisis biaya dan kebutuhan pelatihan. Setelah jenis dan materi pelatihan diketahui, dibutuhkan anggaran untuk melaksanakannya. Agar pelatihan dapat dibiayai, maka harus dilakukan analisis keuangan pendidikan kabupaten. ”Analisisnya dilaksanakan secara komprehensif agar peningkatan profesionalisme guru dapat dilaksanakan secara terus-menerus,” terangnya.

(Arz)

PKB akan membuat semakin jelas peta kebutuhan pelatihan setiap guru.

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

“USAID PRIORITAS Bantu Program Kemdikbud”

KEPALA Bidang Pengembangan Profesi Pendidik Dikdas BPSDMP-PMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Dian Wahyuni MEd mengapresiasi dukungan USAID PRIORITAS untuk mengimplementasikan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru. Menurut dia, hal itu sangat membantu pihaknya dalam memetakan kebutuhan guru untuk meningkatkan profesionalisme.

”Apalagi, saat ini kompetensi guru

pendidikan dasar masih cukup rendah. Nilai uji kompetensi guru pada tahun 2013 rata-rata nasional baru mencapai 47,86 dari skor maksimal 100,” tuturnya

Melihat kenyataan tersebut, Kemdikbud telah mengembangkan berbagai program untuk peningkatan profesionalisme guru. ”Bantuan USAID PRIORITAS yang akan mendampingi kabupaten/kota melakukan analisis dan perencanaan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan akan sangat membantu Kemdikbud,” katanya.

Kemdikbud sudah menargetkan semua guru harus sudah mendapatkan sertifikat pendidik sebagai guru profesional pada tahun 2015. Sekitar 3 juta guru di Indonesia diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan berkualitas. “Namun, kenyataannya, walaupun banyak guru yang sudah tersertifikasi, banyak pula yang profesionalitasnya belum meningkat. Karena itu, guru perlu diberi bimbingan dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan,” tuturnya.

Melatih ke Seluruh IndonesiaBerkaitan dengan implementasi kurikulum 2013, Bu Dian menyampaikan apresiasinya karena para fasilitator USAID PRIORITAS juga terlibat melatih sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Pelatihan yang diselenggarakan oleh dinas pendidikan, LPMP, dan Kemdikbud tersebut terkait dengan implementasi kurikulum 2013 dan peningkatan kualitas standar proses dalam implementasi SBSNP (sekolah berbasis standar nasional pendidikan).

“Saat ini ada sekitar 530 fasilitator USAID PRIORITAS yang dilibatkan menjadi narasumber maupun instruktur nasional dalam pelatihan kurikulum 2013. Puluhan fasilitator lainnya juga dilibatkan dalam pelatihan LPMP yang melatih sekolah-sekolah pilot SBSNP (sekolah berbasis standar nasional pendidikan) di seluruh Indonesia,” kata Ruwi Ahmadi, koordinator teknis USAID PRIORITAS untuk pemerintah.

(Arz/Anw)

Sekolah Rujukan Pembelajaran dan Manajemen yang Baik

USAID PRIORITAS membentuk sekolah praktik yang baik (SPB) atau good practice school di setiap kabupaten/kota. SPB ini dipilih dari satu sekolah mitra SD dan MI serta satu SMP dan MTs yang akan menjadi contoh atau rujukan dalam implementasi praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah.

Pemilihan dan seleksi SPB ini dilakukan oleh tim dosen LPTK yang selama ini terlibat dalam program USAID PRIORITAS. Ada lima aspek yang menjadi kriteria seleksi, yaitu kegiatan siswa menunjukkan pembelajaran aktif, guru dalam mengajar menerapkan pendekatan pembelajaran aktif, kepemimpinan sekolah mendukung keberhasilan pembelajaran, manajemen sekolah dijalankan secara akuntabel dan terbuka, serta peran serta masyarakat yang terlibat aktif dalam proses pendidikan di sekolah.

Kunjungan SekolahPerwakilan SPB yang terdiri atas kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, serta perwakilan pengawas, dinas pendidikan, Kemenag, dan dosen LPTK mitra, juga mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi beberapa sekolah mitra USAID PRIORITAS.

Komite MTsN 2 Medan Dr. Burhanudin yang berkunjung ke SMPN 8 Purworejo dan MI Al-Fatah Banjarnegara, Jawa Tengah, terkesan dengan keterbukaan pengelolaan keuangan di sekolah yang dikunjunginya. ”Di sini, PSM juga terlibat aktif agar sekolah dapat mencapai standar nasional pendidikan,” katanya.

Prof. Dr. Abdul Hamid, dosen Universitas Negeri Medan, yang ikut dalam rombongan juga terkesan dengan pembelajaran kelas berpindah (moving class) yang dapat efektif dilaksanakan SMPN 19 Purworejo. (Kom)

”Belanja Ilmu”

BUPATI Aceh Jaya Ir Azhar Abdurrahman berkesempatan memberikan arahan dan motivasi kepada rombongan studi banding sebelum mereka melakukan kunjungan. “Manfaatkan belanja pendidikan, belanja pengalaman, dan ilmu pengetahuan dari sekolah di sini untuk dibawa pulang ke daerah kita,” kata bupati didampingi kepala Dinas Pendidikan dan

Olahraga serta kepala Kemenag Aceh Jaya.

Bupati menilai program kunjungan ke SPB di Jawa Barat yang dilakukan guru dan kepala SD, MI, SMP, dan MTs Kabupaten Aceh Jaya merupakan kesempatan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Aceh Jaya. “Jangan terlalu banyak belanja material. Belanja ilmu pengetahuan tentu lebih penting karena tidak semua pendidik mendapat kesempatan seperti ini, apalagi di tengah keterbatasan APBD di daerah kita. Jadi, janganlah kita sia-siakan anggaran yang telah disediakan oleh USAID PRIORITAS untuk kegiatan ini tanpa menghasilkan perubahan di daerah kita,” pesan bupati. (Tkm)

Para dosen peserta lokakarya sedang berdiskusi merancang materi pengayaan untuk SPB di Medan (20/9).

UNTUK memperkuat implementasi pembelajaran aktif di sekolah praktik yang baik (SPB), USAID PRIORITAS bersama 16 LPTK (lembaga pendidik tenaga kependidikan) mengembangkan materi pengayaan pelatihan pembelajaran untuk guru-guru SPB di Medan (17-19/9). Materi yang dikembangkan di antaranya implementasi pendekatan saintifik, portofolio, dan integrasi literasi dalam pembelajaran.

”Materi literasi menjadi bagian khusus yang dikembangkan dalam materi ini. Desainnya akan dibuat lebih praktis, artinya lebih gampang digunakan oleh guru-guru dalam mengembangkan budaya baca,” kata Ajar Budi Kuncoro, Senior Manager Pengembangan LPTK dan Koordinasi dengan Pemangku Kepentingan USAID PRIORITAS.

Guru Besar Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof. Dr. H. Patta Bundu, M.Ed mengatakan penguasaan literasi tidak hanya berhubungan dengan bahasa Indonesia, tetapi juga dengan mata pelajaran lain. Ia mencontohkan mata pelajaran IPA. Banyak konsep IPA yang harus dipahami anak dengan cara membaca. Anak tidak cukup mampu membaca teks, namun harus pula mampu memahami konteks bacaan. ”Selama ini banyak kencenderungan IPA dihafal. Ini disebabkan IPA tidak diajarkan dengan model-model yang lebih subtansial,” katanya. (Eh)

Materi Pengayaan untuk SPB

Guru-guru dari SPB Bandung Barat, Jawa Barat, mengamati proses pembelajaran di SDN 023895 Binjai, Sumatra Utara.

Dian Wahyuni MEd

Ir. Azhar Abdurrahman

Dian Wahyuni MEd

Ir. Azhar Abdurrahman

Page 4: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - Papua PRIORITAS - Nasional

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 5

Program Diseminasi Berdampak Nyata

Jakarta- Prof. Robert Cannon, peneliti bidang pendidikan dari Australia, bersama Rina Arlianti dan Idha Riu melakukan studi pelaksanaan program diseminasi dan keberlanjutan program di lima daerah mitra decentralized basic education (DBE) yang saat ini dikembangkan USAID PRIORITAS. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang dilaksanakan di Deli Serdang, Sumatera Utara, Pasuruan, dan Sidoarjo di Jawa Timur, serta Pinrang dan Pangkep di Sulawesi Selatan. Setiap daerah diambil empat sekolah dan madrasah sebagai sampel.

Tim peneliti juga mengunjungi Labuhanbatu, daerah mitra USAID PRIORITAS yang melaksanakan akselerasi di seluruh kecamatan dengan dana APBD.

Pelaksanaan studi ini bertujuan untuk (1) mengukur penyebarluasan diseminasi dan keberlanjutan program di daerah mitra DBE, (2) memaparkan dampak dari program diseminasi, (3) membuat rekomendasi untuk pelaksanaan program diseminasi.

Fokus tim peneliti sebagian besar pada penyebaran pendekatan pembelajaran aktif untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Temuan mereka sangat menarik. Sebagai contoh, penyebaran pembelajaran aktif di daerah mitra DBE terus berkembang. Dalam rentang waktu enam bulan (Oktober 2013-Maret 2014), ada 3.465 sekolah dan 13.933 guru yang telah mendapatkan diseminasi program. Angka ini bisa jauh

lebih tinggi karena ada penyebaran yang cukup besar di sekolah-sekolah lainnya dan di antara sekolah-sekolah gugus.

Temuan penelitian lainnya adalah tingkat kepuasan yang sangat tinggi dengan perubahan pada siswa, guru, kepala sekolah, dan komite sekolah. Hasil belajar siswa dan perubahan positif dalam sikap, motivasi, dan keterampilan sosial juga meningkat. Ditemukan juga adanya indikasi yang kuat dari tanggung jawab di tingkat daerah, rasa memiliki terhadap program, kebanggaan, dan antusiasme untuk perbaikan yang telah dibuat dari kemitraan USAID PRIORITAS dengan pemerintah daerah dalam program diseminasi.

”Hasil ini di luar ekspektasi kami. Sering kami temukan setelah program selesai, maka dampak program juga selesai. Tetapi, temuan kami jauh berbeda,” kata Prof. Robert Cannon saat mempresentasikan hasil penelitian tersebut di hadapan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad Ph.D (26/6).

Salah satu indikator dari tingginya rasa memiliki dan tanggung jawab pemerintah daerah terhadap program ialah adanya sharing pendanaan program diseminasi. Pada rentang bulan Juli 2013 sampai Maret 2014, pemerintah daerah telah mengeluarkan dana untuk program diseminasi sekitar

Rp 7.568.000.000, sedangkan USAID membantu Rp 1.420.000.000.

Implikasi kebijakan dari hasil penelitian ini di antaranya sangat penting untuk mendukung peran fasilitator daerah dalam memfasilitasi pelatihan dan mendampingi sekolah. Implementasi pembelajaran yang baik juga harus dilakukan secara berkelanjutan karena perubahan adalah sesuatu yang tidak pernah selesai.

Tim peneliti juga merekomendasikan bahwa program diseminasi USAID PRIORITAS sudah di jalur yang benar. Keberhasilannya, yaitu dapat meningkatkan kapasitas para fasilitator daerah untuk membantu peningkatan mutu pendidikan di daerahnya, menunjukkan keberhasilan pembelajaran yang dicapai sebuah sekolah kepada sekolah lainnya. Termasuk melibatkan pemangku kepentingan untuk memberdayakan fasilitator daerah dalam menjaga keberlanjutan program.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad Ph.D menyambut positif hasil penelitian ini. Menurutnya, lembaga-lembaga donor lainnya juga perlu mendapatkan hasil penelitian ini untuk mendapatkan referensi dalam memperkuat pelaksanaan program diseminasi penyebaran praktik-praktik yang baik untuk sekolah-sekolah di Indonesia.

(Ida/Rin/Anw)

Hasil Studi Diseminasi Prof. Robert Cannon

Pelaksanaan diseminasi program USAID PRIORITAS di daerah mitra DBE berhasil meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang membudayakan pembelajaran aktif.

Jakarta - Menindaklanjuti kerja sama untuk memperkuat implementasi program sekolah berbasis standar nasional pendidikan (SBSNP), Pusat Peningkatan Mutu Pendidikan (PPMP) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP-PMP) Kemdikbud, dan USAID PRIORITAS mengadakan sharing pengalaman praktik yang baik dalam pembelajaran pada acara rapat koordinasi kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dari seluruh Indonesia di ruang auditorium Gedung D Kemdikbud, Jakarta (20/8).

”Kami akan melatih para fasilitator SBSNP yang dipersiapkan untuk melatih 416 SMP di seluruh Indonesia dalam melaksanakan program SBSNP untuk mempercepat pencapaian mutu standar nasional pendidikan. Sekolah tersebut akan menjadi rujukan bagi sekolah di

sekitarnya,” kata Kepala PPMP Dr. Bastari yang juga menjelaskan bahwa SBSNP merupakan program pilot yang akan berlangsung selama empat tahun.

Pada acara tersebut juga dipamerkan contoh keberhasilan pembelajaran aktif di sekolah mitra USAID PRIORITAS. Seperti presentasi siswa dari SMPN 5 Cimahi, Jawa Barat, yang menunjukkan implementasi Hukum Newton III pada mobil dengan pendorong tenaga angin serta siswa SMP Swasta Bintang Laut Nias Selatan, Sumatra Utara, yang membuktikan cara menemukan nilai pi dari lingkaran benda-benda yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Presentasi para siswa tersebut berhasil memukau para undangan yang hadir.

Road Show SBSNPSosialisasi program SBSNP pada tingkat provinsi dilakukan kali pertama di

Provinsi Jawa Timur (27/8). Acara yang bertempat di Universitas Negeri Malang (UM) itu dihadiri seluruh kepala dinas pendidikan kabupaten/kota di Jawa Timur, Rektor UM, Walikota Malang, dan perwakilan kepala sekolah dan guru. Stuart Weston, direktur program USAID PRIORITAS, pada kesempatan itu menyampaikan gambaran program USAID PRIORITAS dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Kepala BPSDMP-PMP Kemdikbud Prof. Dr. Syawal Gultom menyambut baik kerja sama dalam pengembangan SBSNP. ”Kalau ingin melihat Indonesia pada tahun 2045, lihat yang terjadi di kelas saat ini. Karena itu, tidak boleh ada guru yang tidak mendapatkan pelatihan dari Kemdikbud. Guru harus mampu memimpin dalam melakukan perubahan di kelas,” katanya. (Anw)

Kemdikbud Gandeng USAID PRIORITAS Perkuat SBSNP

Prof. Dr. Syawal Gulton, kepala BPSDMPK-PMP Kemdikbud, memberi penjelasan tentang pelaksanaan program SBSNP (27/8). Siswa SMP Swasta Bintang Laut Nias Selatan mempresentasikan cara mendapatkan nilai pi lingkaran di hadapan para kepala LPMP (20/8).

KEGIATAN media briefing yang dilaksanakan di Jawa Timur (26-27/8), Jawa Barat (11-12/9), dan Banten (14-15/9) berhasil membuat para wartawan memahami implementasi praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah. Acara yang diikuti sekitar 37 wartawan itu dirasakan sangat mendukung tugas mereka dalam meliput bidang pendidikan. Kegiatan ini juga membuka wawasan wartawan bahwa keberhasilan pembelajaran dan manajemen sekolah juga memiliki nilai berita.

Pada saat kunjungan ke sekolah, para wartawan dapat melihat langsung implementasi pembelajaran aktif di sekolah mitra USAID PRIORITAS. Edy Yakub, wartawan Kantor Berita Antara Jawa Timur mengaku senang dengan proses pembelajaran yang dilihatnya di kelas. ”Siswa juga mengatakan lebih menyukai model pembelajaran aktif ini,” katanya setelah mengunjungi SMP Lab Universitas Negeri Malang dan SMPN 4 Malang, Jawa Timur.

Agus Mustawan dari Radar Kuningan juga terkesan dengan pembelajaran dan program budaya baca di SDN Utama Mandiri 1 Cimahi, Jawa Barat. Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, para wartawan berkomitmen untuk menulis praktik-praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah untuk menyebarluaskan keberhasilan tersebut agar menjadi contoh yang baik atau inspirasi bagi para pembacanya. (Kom)

Media Briefing Bermanfaat untuk Wartawan

Yunita, wartawan Kompas, dan Nurkozim, wartawan Radar Bojonegoro, mempresentasikan hasil diskusi MBS kelompoknya dalam media briefing di Malang.

Laporan studi pelaksanaan diseminasi

dan keberlanjutan program ini dapat diunduh

melalui prioritaspendidikan.org.

Page 5: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - Papua PRIORITAS - Nasional

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 5

Program Diseminasi Berdampak Nyata

Jakarta- Prof. Robert Cannon, peneliti bidang pendidikan dari Australia, bersama Rina Arlianti dan Idha Riu melakukan studi pelaksanaan program diseminasi dan keberlanjutan program di lima daerah mitra decentralized basic education (DBE) yang saat ini dikembangkan USAID PRIORITAS. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang dilaksanakan di Deli Serdang, Sumatera Utara, Pasuruan, dan Sidoarjo di Jawa Timur, serta Pinrang dan Pangkep di Sulawesi Selatan. Setiap daerah diambil empat sekolah dan madrasah sebagai sampel.

Tim peneliti juga mengunjungi Labuhanbatu, daerah mitra USAID PRIORITAS yang melaksanakan akselerasi di seluruh kecamatan dengan dana APBD.

Pelaksanaan studi ini bertujuan untuk (1) mengukur penyebarluasan diseminasi dan keberlanjutan program di daerah mitra DBE, (2) memaparkan dampak dari program diseminasi, (3) membuat rekomendasi untuk pelaksanaan program diseminasi.

Fokus tim peneliti sebagian besar pada penyebaran pendekatan pembelajaran aktif untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Temuan mereka sangat menarik. Sebagai contoh, penyebaran pembelajaran aktif di daerah mitra DBE terus berkembang. Dalam rentang waktu enam bulan (Oktober 2013-Maret 2014), ada 3.465 sekolah dan 13.933 guru yang telah mendapatkan diseminasi program. Angka ini bisa jauh

lebih tinggi karena ada penyebaran yang cukup besar di sekolah-sekolah lainnya dan di antara sekolah-sekolah gugus.

Temuan penelitian lainnya adalah tingkat kepuasan yang sangat tinggi dengan perubahan pada siswa, guru, kepala sekolah, dan komite sekolah. Hasil belajar siswa dan perubahan positif dalam sikap, motivasi, dan keterampilan sosial juga meningkat. Ditemukan juga adanya indikasi yang kuat dari tanggung jawab di tingkat daerah, rasa memiliki terhadap program, kebanggaan, dan antusiasme untuk perbaikan yang telah dibuat dari kemitraan USAID PRIORITAS dengan pemerintah daerah dalam program diseminasi.

”Hasil ini di luar ekspektasi kami. Sering kami temukan setelah program selesai, maka dampak program juga selesai. Tetapi, temuan kami jauh berbeda,” kata Prof. Robert Cannon saat mempresentasikan hasil penelitian tersebut di hadapan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad Ph.D (26/6).

Salah satu indikator dari tingginya rasa memiliki dan tanggung jawab pemerintah daerah terhadap program ialah adanya sharing pendanaan program diseminasi. Pada rentang bulan Juli 2013 sampai Maret 2014, pemerintah daerah telah mengeluarkan dana untuk program diseminasi sekitar

Rp 7.568.000.000, sedangkan USAID membantu Rp 1.420.000.000.

Implikasi kebijakan dari hasil penelitian ini di antaranya sangat penting untuk mendukung peran fasilitator daerah dalam memfasilitasi pelatihan dan mendampingi sekolah. Implementasi pembelajaran yang baik juga harus dilakukan secara berkelanjutan karena perubahan adalah sesuatu yang tidak pernah selesai.

Tim peneliti juga merekomendasikan bahwa program diseminasi USAID PRIORITAS sudah di jalur yang benar. Keberhasilannya, yaitu dapat meningkatkan kapasitas para fasilitator daerah untuk membantu peningkatan mutu pendidikan di daerahnya, menunjukkan keberhasilan pembelajaran yang dicapai sebuah sekolah kepada sekolah lainnya. Termasuk melibatkan pemangku kepentingan untuk memberdayakan fasilitator daerah dalam menjaga keberlanjutan program.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad Ph.D menyambut positif hasil penelitian ini. Menurutnya, lembaga-lembaga donor lainnya juga perlu mendapatkan hasil penelitian ini untuk mendapatkan referensi dalam memperkuat pelaksanaan program diseminasi penyebaran praktik-praktik yang baik untuk sekolah-sekolah di Indonesia.

(Ida/Rin/Anw)

Hasil Studi Diseminasi Prof. Robert Cannon

Pelaksanaan diseminasi program USAID PRIORITAS di daerah mitra DBE berhasil meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang membudayakan pembelajaran aktif.

Jakarta - Menindaklanjuti kerja sama untuk memperkuat implementasi program sekolah berbasis standar nasional pendidikan (SBSNP), Pusat Peningkatan Mutu Pendidikan (PPMP) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP-PMP) Kemdikbud, dan USAID PRIORITAS mengadakan sharing pengalaman praktik yang baik dalam pembelajaran pada acara rapat koordinasi kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dari seluruh Indonesia di ruang auditorium Gedung D Kemdikbud, Jakarta (20/8).

”Kami akan melatih para fasilitator SBSNP yang dipersiapkan untuk melatih 416 SMP di seluruh Indonesia dalam melaksanakan program SBSNP untuk mempercepat pencapaian mutu standar nasional pendidikan. Sekolah tersebut akan menjadi rujukan bagi sekolah di

sekitarnya,” kata Kepala PPMP Dr. Bastari yang juga menjelaskan bahwa SBSNP merupakan program pilot yang akan berlangsung selama empat tahun.

Pada acara tersebut juga dipamerkan contoh keberhasilan pembelajaran aktif di sekolah mitra USAID PRIORITAS. Seperti presentasi siswa dari SMPN 5 Cimahi, Jawa Barat, yang menunjukkan implementasi Hukum Newton III pada mobil dengan pendorong tenaga angin serta siswa SMP Swasta Bintang Laut Nias Selatan, Sumatra Utara, yang membuktikan cara menemukan nilai pi dari lingkaran benda-benda yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Presentasi para siswa tersebut berhasil memukau para undangan yang hadir.

Road Show SBSNPSosialisasi program SBSNP pada tingkat provinsi dilakukan kali pertama di

Provinsi Jawa Timur (27/8). Acara yang bertempat di Universitas Negeri Malang (UM) itu dihadiri seluruh kepala dinas pendidikan kabupaten/kota di Jawa Timur, Rektor UM, Walikota Malang, dan perwakilan kepala sekolah dan guru. Stuart Weston, direktur program USAID PRIORITAS, pada kesempatan itu menyampaikan gambaran program USAID PRIORITAS dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Kepala BPSDMP-PMP Kemdikbud Prof. Dr. Syawal Gultom menyambut baik kerja sama dalam pengembangan SBSNP. ”Kalau ingin melihat Indonesia pada tahun 2045, lihat yang terjadi di kelas saat ini. Karena itu, tidak boleh ada guru yang tidak mendapatkan pelatihan dari Kemdikbud. Guru harus mampu memimpin dalam melakukan perubahan di kelas,” katanya. (Anw)

Kemdikbud Gandeng USAID PRIORITAS Perkuat SBSNP

Prof. Dr. Syawal Gulton, kepala BPSDMPK-PMP Kemdikbud, memberi penjelasan tentang pelaksanaan program SBSNP (27/8). Siswa SMP Swasta Bintang Laut Nias Selatan mempresentasikan cara mendapatkan nilai pi lingkaran di hadapan para kepala LPMP (20/8).

KEGIATAN media briefing yang dilaksanakan di Jawa Timur (26-27/8), Jawa Barat (11-12/9), dan Banten (14-15/9) berhasil membuat para wartawan memahami implementasi praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah. Acara yang diikuti sekitar 37 wartawan itu dirasakan sangat mendukung tugas mereka dalam meliput bidang pendidikan. Kegiatan ini juga membuka wawasan wartawan bahwa keberhasilan pembelajaran dan manajemen sekolah juga memiliki nilai berita.

Pada saat kunjungan ke sekolah, para wartawan dapat melihat langsung implementasi pembelajaran aktif di sekolah mitra USAID PRIORITAS. Edy Yakub, wartawan Kantor Berita Antara Jawa Timur mengaku senang dengan proses pembelajaran yang dilihatnya di kelas. ”Siswa juga mengatakan lebih menyukai model pembelajaran aktif ini,” katanya setelah mengunjungi SMP Lab Universitas Negeri Malang dan SMPN 4 Malang, Jawa Timur.

Agus Mustawan dari Radar Kuningan juga terkesan dengan pembelajaran dan program budaya baca di SDN Utama Mandiri 1 Cimahi, Jawa Barat. Sebagai tindak lanjut kegiatan ini, para wartawan berkomitmen untuk menulis praktik-praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah untuk menyebarluaskan keberhasilan tersebut agar menjadi contoh yang baik atau inspirasi bagi para pembacanya. (Kom)

Media Briefing Bermanfaat untuk Wartawan

Yunita, wartawan Kompas, dan Nurkozim, wartawan Radar Bojonegoro, mempresentasikan hasil diskusi MBS kelompoknya dalam media briefing di Malang.

Laporan studi pelaksanaan diseminasi

dan keberlanjutan program ini dapat diunduh

melalui prioritaspendidikan.org.

Page 6: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - Provinsi PRIORITAS - Provinsi

6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 7

Yahukimo, Papua - “Yang paling sulit bagi kami adalah mendidik anak yang minat sekolahnya tidak ada. Orang tuanya tidak peduli anaknya sekolah atau tidak. Ada kalanya anak diajak orang tuanya pergi ke kebun dalam waktu lama dan tentu saja membuat si anak tidak sekolah,” kata seorang mantri kesehatan dari Distrik (Kecamatan) Ninia, Yahukimo, yang dilatih Yayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil (Yasumat) menjadi seorang pengajar.

Yasumat memang terpaksa meminta mantri kesehatan ini mengajar di sekolah mitranya yang ditinggalkan oleh guru yang seharusnya mengajar. “Kami melatih bukan saja mantri atau polisi untuk mengajar. Sebagian besar guru pendamping yang kami rekrut adalah sukarelawan yang hanya berpendidikan formal sampai SMP,” imbuh Ibu Ester Magho Naga, direktur Yasumat yang menjadi mitra USAID PRIORITAS dalam mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan di Yahukimo, Papua.

Sebagian besar wilayah Yahukimo adalah pegunungan yang hanya

dapat diakses dengan menggunakan pesawat

kecil atau berjalan kaki dalam waktu yang cukup lama. Dari empat suku besar di

Yahukimo, hanya Suku Momuna yang relatif menempati daerah dataran, sedangkan Suku Yali, Hubla, dan Kimya berada di pegunungan yang sulit dijangkau. “Masyarakat Yahukimo setiap hari menggunakan bahasa sukunya masing-masing, jadi sangat sulit mengerti bagi anak-anak untuk mengerti apabila guru mengajar dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia,” demikian alasan Ibu Ester memilih menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) yang dikembangkan YKW untuk menyiasati cara mengajar yang dianggap efektif bagi guru di sekolah pedalaman.

Manfaatkan Guru Pendamping Yasumat melalui tim guru pendamping melatih para guru baik PNS, honorer, dan sukarelawan yang betah berada di sekolah pedalaman. Secara perlahan tim pelatih membimbing menggunakan BPKP dalam pembelajaran. “Kita tahu mereka sebenarnya bukan guru, jadi harus diberikan bimbingan secara perlahan agar mereka dapat memahami betul setiap bahasan dalam setiap RPP isi buku itu,”

demikian penjelasan Ibu Antonieta, koordinator pelatihan guru Yasumat. Target pelatihan difokuskan pada pemahaman dan kemampuan para guru menggunakan BPKP dalam pembelajaran dan bukan pada target lamanya hari pelatihan.

Selain melatih guru pedalaman, guru pendamping akan berada di kampung-kampung tempat sekolah mitra. Sekolah-sekolah mitra telah dibagi dalam kluster tertentu yang terdiri atas sekolah yang berdekatan. Di setiap kluster ditempatkan seorang guru pendamping. Secara periodik guru pendamping akan memantau dan mendampingi para guru melaksanakan hasil pelatihan dalam pembelajaran.

Pemerintah Kabupaten Yahukimo memberikan apresiasi kepada Yasumat yang telah membantu pemerintah dalam pembangunan pendidikan dengan membangunkan SMP dan SMA beserta bangunan asramanya untuk dikelola Yasumat. “Sekolah ini difokuskan untuk menampung tamatan sekolah mitra Yasumat yang berada di kampung-kampung terpencil. Pemerintah daerah telah membangun sekolah dan memulai pembangunan asrama siswa agar mereka dapat meneruskan sekolahnya,” jelas Bapak Deleng Magayang, pelaksana tugas (Plt) kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Yahukimo.

(Sds)

Mantri dan Polisi Ikut Mengajar di Sekolah Pedalaman Yahukimo

Wamena, Papua - Mulai Agustus 2014, USAID RIORITAS yang bekerja sama dengan YKW (Yayasan Kristen Wamena) dan Yasumat (Yayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil) mengembangkan pelatihan untuk guru kelas awal. Pelatihan difokuskan untuk melatih guru kelas awal mampu mengajar membaca, menulis, dan menghitung. Pelatihan menggunakan

buku paket kontekstual Papua (BPKP) yang dikembangkan oleh YKW. Fasilitator pelatihan berasal dari tim yang dikoordinasi oleh STKIP Wamena yang berada di bawah manajemen YKW Wamena.

“Pelatihan ini membuat saya bisa dengan mudah mengajar anak-anak membaca dan menghitung, sudah dicontohkan juga cara pengucapan setiap huruf,” ujar Pak Petrus, guru SD YPPK Elagaima, Wamena. Lebih lanjut Martijn van Driel, konsultan YKW yang

mengembangkan buku paket kontekstual Papua menjelaskan, “Penggunaan bahasa Indonesia oleh guru dalam pembelajaran sangat sulit dimengerti anak secara baik. Mereka lebih bisa mengerti bila menggunakan bahasa mereka sehari-hari. Atas kondisi itulah, buku panduan pembelajaran kelas awal ini dibuat.” (Sds)

Guru Kelas Awal Wamena, Belajar Metode Calistung

Pidie, Aceh - Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie bersama USAID PRIORITAS melatih 100 guru bimbingan khusus (GBK) yang mewakili 90 sekolah inklusif di Kabupaten Pidie (81 SD dan 9 SMP). Mereka mendapatkan pendalaman teknik khusus dalam melayani anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam

proses pembelajaran di sekolah.

Kabid Dikdas H. Ruslan, S.Pd menegaskan bahwa dalam dunia pendidikan, terutama kurikulum 2013, tidak membedakan kondisi fisik anak untuk memperoleh pendidikan yang layak. ”Kurikulum 2013 mengedepankan sikap dan moral anak didik, tidak membedakan kondisi fisik anak. Kurikulum ini memberikan kebebasan dan menghargai perbedaan,” katanya.

Tarmizi, guru SDN Cot Glumpang, menyatakan pentingnya pendidikan inklusif bagi masyarakat yang memiliki anak ABK.

“Pendidikan inklusif merupakan harapan masyarakat agar ABK dapat bersekolah di sekolah reguler. Manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat luas, khususnya mereka yang mempunyai anak berkebutuhan khusus. Setelah mengikuti pelatihan ini, sekolah dapat

menyelenggarakan pendidikan inklusif di sekolah agar ABK tidak lagi berdiam diri di rumah,” jelas Tarmizi.

Selama 3 hari para peserta memperoleh berbagai materi pelatihan. Misalnya, landasan hukum pendidikan inklusif, konsep pendidikan inklusif, melayani perbedaan individu dalam pembelajaran, gender di sekolah, profil peserta didik berkebutuhan khusus (ABK), manajemen kelas inklusif, dan sistem pembelajaran ABK. Selain itu, peserta akan diajak untuk mengunjungi salah satu sekolah inklusif selama setengah hari pada hari kedua untuk mendapatkan gambaran praktik yang baik pelaksanaan sekolah inklusif di Pidie.

“Kita berharap dinas pendidikan dapat mendampingi GBK agar mereka tetap semangat meningkatkan kapasitasnya. Bagi sekolah yang memiliki banyak ABK, dapat mengusulkan untuk diterbitkan surat keputusan Sekolah Penyelenggara Inklusif agar sekolah dapat mengakses dukungan dana dari Direktorat PK-LK Kemdikbud,” tutur Spesialis Inklusi dan Gender USAID PRIORITAS Wiwit Sri Arianti.

(Tkm)

Guru Bimbingan Khusus di Pidie Perdalam Teknik Inklusif

ABK yang didampingi oleh orang tua dan guru.

Banda Aceh, Aceh - Sebanyak 20 peserta dari 4 LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan) konsorsium USAID PRIORITAS yang terdiri atas para rektor dan dekan melakukan pertemuan konsorsium untuk berbagi pengalaman dalam pelaksanaan perkuliahan yang dikaitkan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 (K13) bersama Dinas Pendidikan Aceh (11/8).

Kasi Kurikulum Dinas Pendidikan yang menjadi pembicara pada kegiatan tersebut menjelaskan bahwa K13 bukan sesuatu yang baru. Dindik sendiri sudah melatih 2.880 guru pada tingkat SMP dan 2.440 guru tingkat SMA/SMK. Untuk tingkat SD, telah dilatih 20.000 guru oleh LPMP Aceh. Guru yang telah dilatih adalah guru yang sudah mengajar di sekolah. “Kami membutuhkan dukungan LPTK untuk menyinergikan antara sekolah dan LPTK sebagai pencetak calon guru,” ujar Nailul Authar, Kabid Pendidikan Menengah Dindik Aceh.

Sementara itu, Rektor Universitas

Muhammadiyah Aceh Drs. Muharrir Asari, M.Ag mengapresiasi pertemuan konsorsium tersebut. Menurut dia, penting untuk mengetahui apa yang terjadi saat ini di sekolah guna meningkatkan calon guru yang masih belajar di bangku perkuliahan. “Pertemuan dengan dinas pendidikan untuk mengetahui kondisi terkini tentang pembelajaran di sekolah. LPTK sebagai lembaga pencetak guru diharapkan tidak tertinggal dengan yang telah berjalan di sekolah,” katanya.

Rektor Universitas Jabal Ghafur Aceh Prof. Dr. Bansu I Ansari, M.Pd sependapat dengan rektor Unmuha. Menurut dia, implementasi K13 harus diketahui secara menyeluruh oleh dosen LPTK agar LPTK tidak disalahkan setelah mencetak guru. “Seluruh dosen perlu diberi

pemahaman dan pelatihan tentang K13. Jangan nanti setelah guru dihasilkan oleh LPTK tidak mampu mengimplementasikan K13 di sekolah sehingga LPTK disalahkan,” katanya.

Dalam sesi diskusi, dinas pendidikan berharap LPTK memfasilitasi mahasiswanya untuk dapat mengajar menggunakan pendekatan pembelajaran aktif yang sejalan dengan penerapan K13, terutama saat mahasiswa PPL. Diskusi dilanjutkan dengan berbagi pengalaman dalam proses belajar mengajar masing-masing LPTK dalam menerapkan pembelajaran aktif. (Tkm)

Dinas Pendidikan Aceh dan LPTK Bahas Implementasi K13

Kelompok Universitas Jabal Ghafur (Rektor, PR, Dekan FKIP) saat pertemuan LPTK konsorsium Provinsi Aceh. Universitas ini baru saja berbagung menjadi LPTK konsorsia mitra USAID PRIORITAS.

Ibu Ester sedang melatih calon guru pendamping di sekolah pedalaman Yahukimo.

Soleman Haluk, guru SD YPPGI Pugima, menyanyi lagu Satu-Satu dengan gerakan seperti panduan yang ada di BPKP. Peserta pelatihan mengamati pembelajaran di kelas yang memanfaatkan BPKP.

Page 7: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - Provinsi PRIORITAS - Provinsi

6 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 7

Yahukimo, Papua - “Yang paling sulit bagi kami adalah mendidik anak yang minat sekolahnya tidak ada. Orang tuanya tidak peduli anaknya sekolah atau tidak. Ada kalanya anak diajak orang tuanya pergi ke kebun dalam waktu lama dan tentu saja membuat si anak tidak sekolah,” kata seorang mantri kesehatan dari Distrik (Kecamatan) Ninia, Yahukimo, yang dilatih Yayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil (Yasumat) menjadi seorang pengajar.

Yasumat memang terpaksa meminta mantri kesehatan ini mengajar di sekolah mitranya yang ditinggalkan oleh guru yang seharusnya mengajar. “Kami melatih bukan saja mantri atau polisi untuk mengajar. Sebagian besar guru pendamping yang kami rekrut adalah sukarelawan yang hanya berpendidikan formal sampai SMP,” imbuh Ibu Ester Magho Naga, direktur Yasumat yang menjadi mitra USAID PRIORITAS dalam mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan di Yahukimo, Papua.

Sebagian besar wilayah Yahukimo adalah pegunungan yang hanya

dapat diakses dengan menggunakan pesawat

kecil atau berjalan kaki dalam waktu yang cukup lama. Dari empat suku besar di

Yahukimo, hanya Suku Momuna yang relatif menempati daerah dataran, sedangkan Suku Yali, Hubla, dan Kimya berada di pegunungan yang sulit dijangkau. “Masyarakat Yahukimo setiap hari menggunakan bahasa sukunya masing-masing, jadi sangat sulit mengerti bagi anak-anak untuk mengerti apabila guru mengajar dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia,” demikian alasan Ibu Ester memilih menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP) yang dikembangkan YKW untuk menyiasati cara mengajar yang dianggap efektif bagi guru di sekolah pedalaman.

Manfaatkan Guru Pendamping Yasumat melalui tim guru pendamping melatih para guru baik PNS, honorer, dan sukarelawan yang betah berada di sekolah pedalaman. Secara perlahan tim pelatih membimbing menggunakan BPKP dalam pembelajaran. “Kita tahu mereka sebenarnya bukan guru, jadi harus diberikan bimbingan secara perlahan agar mereka dapat memahami betul setiap bahasan dalam setiap RPP isi buku itu,”

demikian penjelasan Ibu Antonieta, koordinator pelatihan guru Yasumat. Target pelatihan difokuskan pada pemahaman dan kemampuan para guru menggunakan BPKP dalam pembelajaran dan bukan pada target lamanya hari pelatihan.

Selain melatih guru pedalaman, guru pendamping akan berada di kampung-kampung tempat sekolah mitra. Sekolah-sekolah mitra telah dibagi dalam kluster tertentu yang terdiri atas sekolah yang berdekatan. Di setiap kluster ditempatkan seorang guru pendamping. Secara periodik guru pendamping akan memantau dan mendampingi para guru melaksanakan hasil pelatihan dalam pembelajaran.

Pemerintah Kabupaten Yahukimo memberikan apresiasi kepada Yasumat yang telah membantu pemerintah dalam pembangunan pendidikan dengan membangunkan SMP dan SMA beserta bangunan asramanya untuk dikelola Yasumat. “Sekolah ini difokuskan untuk menampung tamatan sekolah mitra Yasumat yang berada di kampung-kampung terpencil. Pemerintah daerah telah membangun sekolah dan memulai pembangunan asrama siswa agar mereka dapat meneruskan sekolahnya,” jelas Bapak Deleng Magayang, pelaksana tugas (Plt) kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Yahukimo.

(Sds)

Mantri dan Polisi Ikut Mengajar di Sekolah Pedalaman Yahukimo

Wamena, Papua - Mulai Agustus 2014, USAID RIORITAS yang bekerja sama dengan YKW (Yayasan Kristen Wamena) dan Yasumat (Yayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil) mengembangkan pelatihan untuk guru kelas awal. Pelatihan difokuskan untuk melatih guru kelas awal mampu mengajar membaca, menulis, dan menghitung. Pelatihan menggunakan

buku paket kontekstual Papua (BPKP) yang dikembangkan oleh YKW. Fasilitator pelatihan berasal dari tim yang dikoordinasi oleh STKIP Wamena yang berada di bawah manajemen YKW Wamena.

“Pelatihan ini membuat saya bisa dengan mudah mengajar anak-anak membaca dan menghitung, sudah dicontohkan juga cara pengucapan setiap huruf,” ujar Pak Petrus, guru SD YPPK Elagaima, Wamena. Lebih lanjut Martijn van Driel, konsultan YKW yang

mengembangkan buku paket kontekstual Papua menjelaskan, “Penggunaan bahasa Indonesia oleh guru dalam pembelajaran sangat sulit dimengerti anak secara baik. Mereka lebih bisa mengerti bila menggunakan bahasa mereka sehari-hari. Atas kondisi itulah, buku panduan pembelajaran kelas awal ini dibuat.” (Sds)

Guru Kelas Awal Wamena, Belajar Metode Calistung

Pidie, Aceh - Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie bersama USAID PRIORITAS melatih 100 guru bimbingan khusus (GBK) yang mewakili 90 sekolah inklusif di Kabupaten Pidie (81 SD dan 9 SMP). Mereka mendapatkan pendalaman teknik khusus dalam melayani anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam

proses pembelajaran di sekolah.

Kabid Dikdas H. Ruslan, S.Pd menegaskan bahwa dalam dunia pendidikan, terutama kurikulum 2013, tidak membedakan kondisi fisik anak untuk memperoleh pendidikan yang layak. ”Kurikulum 2013 mengedepankan sikap dan moral anak didik, tidak membedakan kondisi fisik anak. Kurikulum ini memberikan kebebasan dan menghargai perbedaan,” katanya.

Tarmizi, guru SDN Cot Glumpang, menyatakan pentingnya pendidikan inklusif bagi masyarakat yang memiliki anak ABK.

“Pendidikan inklusif merupakan harapan masyarakat agar ABK dapat bersekolah di sekolah reguler. Manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat luas, khususnya mereka yang mempunyai anak berkebutuhan khusus. Setelah mengikuti pelatihan ini, sekolah dapat

menyelenggarakan pendidikan inklusif di sekolah agar ABK tidak lagi berdiam diri di rumah,” jelas Tarmizi.

Selama 3 hari para peserta memperoleh berbagai materi pelatihan. Misalnya, landasan hukum pendidikan inklusif, konsep pendidikan inklusif, melayani perbedaan individu dalam pembelajaran, gender di sekolah, profil peserta didik berkebutuhan khusus (ABK), manajemen kelas inklusif, dan sistem pembelajaran ABK. Selain itu, peserta akan diajak untuk mengunjungi salah satu sekolah inklusif selama setengah hari pada hari kedua untuk mendapatkan gambaran praktik yang baik pelaksanaan sekolah inklusif di Pidie.

“Kita berharap dinas pendidikan dapat mendampingi GBK agar mereka tetap semangat meningkatkan kapasitasnya. Bagi sekolah yang memiliki banyak ABK, dapat mengusulkan untuk diterbitkan surat keputusan Sekolah Penyelenggara Inklusif agar sekolah dapat mengakses dukungan dana dari Direktorat PK-LK Kemdikbud,” tutur Spesialis Inklusi dan Gender USAID PRIORITAS Wiwit Sri Arianti.

(Tkm)

Guru Bimbingan Khusus di Pidie Perdalam Teknik Inklusif

ABK yang didampingi oleh orang tua dan guru.

Banda Aceh, Aceh - Sebanyak 20 peserta dari 4 LPTK (lembaga pendidikan tenaga kependidikan) konsorsium USAID PRIORITAS yang terdiri atas para rektor dan dekan melakukan pertemuan konsorsium untuk berbagi pengalaman dalam pelaksanaan perkuliahan yang dikaitkan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 (K13) bersama Dinas Pendidikan Aceh (11/8).

Kasi Kurikulum Dinas Pendidikan yang menjadi pembicara pada kegiatan tersebut menjelaskan bahwa K13 bukan sesuatu yang baru. Dindik sendiri sudah melatih 2.880 guru pada tingkat SMP dan 2.440 guru tingkat SMA/SMK. Untuk tingkat SD, telah dilatih 20.000 guru oleh LPMP Aceh. Guru yang telah dilatih adalah guru yang sudah mengajar di sekolah. “Kami membutuhkan dukungan LPTK untuk menyinergikan antara sekolah dan LPTK sebagai pencetak calon guru,” ujar Nailul Authar, Kabid Pendidikan Menengah Dindik Aceh.

Sementara itu, Rektor Universitas

Muhammadiyah Aceh Drs. Muharrir Asari, M.Ag mengapresiasi pertemuan konsorsium tersebut. Menurut dia, penting untuk mengetahui apa yang terjadi saat ini di sekolah guna meningkatkan calon guru yang masih belajar di bangku perkuliahan. “Pertemuan dengan dinas pendidikan untuk mengetahui kondisi terkini tentang pembelajaran di sekolah. LPTK sebagai lembaga pencetak guru diharapkan tidak tertinggal dengan yang telah berjalan di sekolah,” katanya.

Rektor Universitas Jabal Ghafur Aceh Prof. Dr. Bansu I Ansari, M.Pd sependapat dengan rektor Unmuha. Menurut dia, implementasi K13 harus diketahui secara menyeluruh oleh dosen LPTK agar LPTK tidak disalahkan setelah mencetak guru. “Seluruh dosen perlu diberi

pemahaman dan pelatihan tentang K13. Jangan nanti setelah guru dihasilkan oleh LPTK tidak mampu mengimplementasikan K13 di sekolah sehingga LPTK disalahkan,” katanya.

Dalam sesi diskusi, dinas pendidikan berharap LPTK memfasilitasi mahasiswanya untuk dapat mengajar menggunakan pendekatan pembelajaran aktif yang sejalan dengan penerapan K13, terutama saat mahasiswa PPL. Diskusi dilanjutkan dengan berbagi pengalaman dalam proses belajar mengajar masing-masing LPTK dalam menerapkan pembelajaran aktif. (Tkm)

Dinas Pendidikan Aceh dan LPTK Bahas Implementasi K13

Kelompok Universitas Jabal Ghafur (Rektor, PR, Dekan FKIP) saat pertemuan LPTK konsorsium Provinsi Aceh. Universitas ini baru saja berbagung menjadi LPTK konsorsia mitra USAID PRIORITAS.

Ibu Ester sedang melatih calon guru pendamping di sekolah pedalaman Yahukimo.

Soleman Haluk, guru SD YPPGI Pugima, menyanyi lagu Satu-Satu dengan gerakan seperti panduan yang ada di BPKP. Peserta pelatihan mengamati pembelajaran di kelas yang memanfaatkan BPKP.

Page 8: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - Provinsi Aceh

Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 9

PRIORITAS - Provinsi

Medan, Sumatra Utara - Sepuluh kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS di Sumut sepakat mengalokasikan dana Rp 20 miliar untuk melakukan program perluasan (diseminasi). Program ini bertujuan memperluas jangkauan layanan pendidikan bermutu untuk tahun 2015. Impelementasi program ini sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah kabupaten/kota melalui APBD dan BOS (biaya operasional sekolah).

Kesepakatan ini merupakan hasil Lokakarya Perencanaan Program Diseminasi USAID PRIORITAS di Ballroom Hotel Aryaduta, Medan, yang diikuti Medan, Langkat, Binjai, Deli Serdang, Tebing Tinggi, Tanjungbalai, Labuhanbatu, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Sibolga, dan Nias Selatan.Kabupaten seperti Deli Serdang, Tebing Tinggi, Labuhanbatu, dan Nias Selatan bahkan mengalokasikan dana diseminasi dari APBD di atas Rp 1 miliar.

Kepala Dinas Pendidikan Labuhanbatu Drs. Iskandar, M.Pd mengatakan, pihaknya telah mengalokasikan Rp 3,2 miliar untuk diseminasi tahun 2014. Implementasi akan dilaksanakan dengan

pendekatan pengembangan kecamatan. Tahun ini pihaknya sedang mengembang-kan dua kecamatan baru. Di Labuhanbatu terdapat 9 kecamatan.

“Kami targetkan pada tahun 2015 seluruh kecamatan sudah selesai kita kembangkan. Jadi, pada tahun 2016 kita tinggal fokus pada penguatan. Melalui pengembangan ini, kami berusaha agar mutu pendidikan di Labuhanbatu unggul di tingkat provinsi dan nasional,” ungkapnya.Kepala Bidang Perencanaan Sumberdaya Manusia (SDM) dan Sosial Budaya Bappeda Provsu Ir. Syahrial Pulungan, M.Si mendukung pelaksanaan program diseminasi.

Diseminasi ini diyakininya bisa mempercepat pencapaian misi gubenur Sumatra Utara untuk meningkatkan daya saing SDM Sumut. Pihaknya juga berusaha untuk mendorong perluasan program USAID PRIORITAS ke banyak kabupaten/kota lain melalui APBD. “Kami meminta USAID PRIORITAS melakukan koordinasi dengan bappeda provinsi untuk melakukan perencanaan selanjutnya,” tegasnya. (Eh)

8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014

20 Miliar untuk Diseminasi Program USAID PRIORITAS

PRIORITAS - Provinsi

Perwakilan dari Tapanuli Utara mempresentasasikan rencana kerja program diseminasi di daerahnya. USAID PRIORITAS menggelar Lokakarya Perencanaan Program Diseminasi USAID PRIORITAS untuk memperluas jangkauan pendidikan berkualitas.

Rantauprapat, Sumatra Utara - Program percepatan perluasan program USAID PRIORITAS di Labuhanbatu menunjukkan hasil yang mengesankan. Dua kecamatan sasaran, Pangkatan dan Panei Hulu, berhasil mendemontrasikan perubahan positif. Semua produk keberhasilan itu dipamerkan dalam acara Lokakarya Keberhasilan Program Akselerasi Labuhanbatu di Ballroom Hotel Suzuya, Rantauprata, Labuhanbatu.

Bupati Labuhanbatu dr. H. Tigor Panusunan Siregar mengapresiasi kinerja sekolah-sekolah sasaran program percepatan. Ia puas dengan hasil yang ditujukkan. Bupati juga meminta guru dan kepala sekolah sasaran menjaga hasil baik yang sudah diperoleh.” Semua produk pembelajaran ini menunjukkan bahwa kita bisa menjadi bangsa yang percaya diri,” katanya.

Lebih lanjut bupati mengatakan pemerintahannya berkomitmen menyediakan layanan pendidikan berkualitas. Pemerintahnya menargetkan pada tahun 2015 semua guru di Labuhanbatu sudah mendapatkan pelatihan yang dikembangkan USAID PRIORITAS. ” Tahun depan kami akan alokasikan 30 persen APBD

untuk meningkatkan layanan pendidikan,” tambahnya.

Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Labuhanbatu Drs. Iskandar, M.Pd mengatakan, pihaknya fokus untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui program percepatan. Secara bertahap guru SD dan SMP dilatih dan dikembangkan kemampuannya. “ Tahun 2016 kami tinggal melakukan program penguatan karena semua guru telah selesai dilatih. Harapannya, Labuhanbatu bisa berprestasi di tingkat provinsi dan nasional,” terangnya.

Tiominar, S.Pd, guru SDN 112050 Sidodadi, Pangkatan, mengakui perubah signifikan yang dirasakannya. Setelah mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari fasilitator, kemampuannya mengajar meningkat drastis. Ia sudah bisa merancang pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa belajar aktif .”Saya sendiri tidak menyangka bisa mengajar seperti ini,” ucapnya. (Eh)

No Rumusan tindak lanjut untuk menjamin mutu pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu

1 Sampai 2015 semua kecamatan (9 kecamatan) di Labuhanbatu akan mendapatkan program akselerasi USAID PRIORITAS. Sampai tahun 2014 sudah lima kecamatan yang sedang mendapatkan program akselerasi. Sisa 2 kecamatan berikutnya di tahun 2015.

2 Akan dibuat rencana pereaturan daerah untuk penjaminan mutu pendidikan di Labuhanbatu.

3 Sebanyak 9 KUPT akan melakukan MOU (komitmen mengikat) dengan Kepala Dinas Pendidikan untuk mengawal dan mengimplementasikan program akselerasi USAID PRIORITAS di masing-masing kecamatan.

4 Sebanyak 9 KUPT dengan Kepsek akan membuat MOU untuk implementasikan program akselerasi.

5 Akan dibentuk tim monitoring dan evaluasi yang melibatkan stakeholder untuk memonitoring program akselerasi USAID PRIORITAS.

6 Ke depan akan dilakukan showcase program akselerasi USAID PRIORITAS di setiap kecamatan dengan melibatkan banyak masyarakat dan orang tua siswa. Kegiatan akan dilakukan di lapangan terbuka atau di sekolah yang memiliki lapangan yg luas.

7 Semua kegiatan point 1 s/d point 6 akan menggunakan dana APBD.

Hasil Program Percepatan di Labuhanbatu Mengesankan

Bandung, Jawa Barat - Calon guru di perguruan tinggi perlu membangun keterampilan mendorong budaya baca di sekolah. Guru hendaknya mampu mengitegrasikan pendidikan literasi dalam setiap mata pelajaran dan pembelajaran literasi bagi siswa hendaknya bersifat praktik dan menyenangkan. Hal itu disampaikan Prof. Sumaroto, ketua LPPM UPI Bandung, pada pertemuan sekolah lab dan mitra UPI dan UIN Bandung (20/9). Pertemuan tersebut diikuti 60 orang yang terdiri atas kepala sekolah, komite sekolah, guru, dan dosen dari 18 sekolah mitra, UPI, serta UIN Bandung.

Chaerul Rochman, spesialis pengembangan LPTK USAID PRIORITAS Jawa Barat, mengatakan bahwa rapat kerja ini dimaksudkan untuk evaluasi dan perencanaan program. "Selain itu, kami mencoba mengidentifikasi praktik yang baik di perguruan tinggi dan sekolah mitranya untuk persiapan showcase awal tahun

depan," ujarnya."Beragam karya siswa sangat membanggakan kami," kata Yusuf Suparlan, guru SMPN 3 Lembang. Ia menggambarkan tingginya kreativitas siswa saat diberi tugas membuat bangun benda dengan menggunakan barang bekas. "Guru juga sudah terbiasa membuat lembar kerja yang mendorong siswa kreatif," tambah Yusuf.Tyas Ayu, guru SDN 1 Gegerkalong, menyampaikan saat siswa membuat poster bertema 'berbeda itu indah,' awalnya siswa cenderung imitatif. "Kami kemudian bekerja sama dengan komite membuat alat peraga yang berupa kincir air. Siswa tampak mendapat inspirasi dan terpicu kreativitasnya," tuturnya.

Tendi Setiadi, guru MTsN 2 Kota Bandung, mengaku gembira dengan strategi USAID mendorong literasi di madrasah. "Kami akui budaya baca di madrasah masih rendah, bahkan di kalangan guru sekalipun. Maka, program USAID PRIORITAS yang fokus pada literasi menjadi amat penting bagi madrasah," tegasnya. (Ds)

Berbagi Praktik Budaya Literasi di Sekolah Mitra LPTK

Jawa Timur - Sebanyak 80 peserta studi banding yang terdiri atas guru, kepala, sekolah, pengawas, dan pemangku pendidikan yang terpilih dari Kabupaten Wajo, Maros, dan Bantaeng menimba ilmu ke Jatim. Rombongan diikuti kepala Dinas Pendidikan Maros, Kabid Mapenda Kemenag Bantaeng, dan beberapa pejabat lainnya.

Mereka memulai studi banding di beberapa sekolah mitra USAID PRIORITAS di Blitar, yaitu SDN Kalipang 1, SDN Kebonduren 1, MTsN Jambewangi, dan SMPN 1 Sanankulon (10/9). Keesokan harinya, rombongan melanjutkan kunjungan ke Sidoarjo. Mereka mengunjungi SD Hangtuah X, SDN Sedatigede 2, MTs Nurul Huda,

dan SMPN 5 Sidoarjo.

Para peserta yang mengikuti studi banding merasakan manfaat yang luar biasa setelah mengamati sekolah-sekolah di Blitar dan Sidoarjo. Bahkan, beberapa di antaranya berjanji akan mengadopsinya untuk sekolah mereka sendiri.

Anshar Salam, kepala bidang kurikulum Maros, yang ikut dalam rombongan tersebut juga memberikan apresiasi besar terhadap inovasi kepala sekolah dengan konsep kepemimpinan kolektif yang diterapkan di SD Kebonduren 1. Untuk memberi rasa tanggung jawab dan rasa memiliki

terhadap sekolah, kepala sekolah menerapkan prinsip bahwa semua guru adalah kepala sekolah. “Hal ini agak sulit diterapkan di Sulsel. Tapi, praktik terbaik ini akan kami coba share sebagai pengalaman terbaik nantinya di tempat kami,” katanya. (Jib/Dkd)

Peserta study visit dari Makassar saat mengamati pembelajaran yang dilakukan di perpustakaan di SD Hangtuah X, Juanda, Sidoarjo.

Berkunjung ke Blitar, Sulsel Tertarik dengan Inovasi Kepala Sekolah

Para kepala sekolah dan guru sekolah lab dan mitra UPI dan UIN Bandung berbagi praktik yang baik mengembangkan budaya literasi di sekolahnya.

Bupati Labuhanbatu dr. Tigor Panusunanan Siregar, Sp.PD mendapat penjelasan tentang penggunaan media pembelajaran sistem tata surya dari dua siswa SDN 118387 Tanjung Sarang Elang Panai Hulu.

Page 9: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - Provinsi Aceh

Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 9

PRIORITAS - Provinsi

Medan, Sumatra Utara - Sepuluh kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS di Sumut sepakat mengalokasikan dana Rp 20 miliar untuk melakukan program perluasan (diseminasi). Program ini bertujuan memperluas jangkauan layanan pendidikan bermutu untuk tahun 2015. Impelementasi program ini sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah kabupaten/kota melalui APBD dan BOS (biaya operasional sekolah).

Kesepakatan ini merupakan hasil Lokakarya Perencanaan Program Diseminasi USAID PRIORITAS di Ballroom Hotel Aryaduta, Medan, yang diikuti Medan, Langkat, Binjai, Deli Serdang, Tebing Tinggi, Tanjungbalai, Labuhanbatu, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Sibolga, dan Nias Selatan.Kabupaten seperti Deli Serdang, Tebing Tinggi, Labuhanbatu, dan Nias Selatan bahkan mengalokasikan dana diseminasi dari APBD di atas Rp 1 miliar.

Kepala Dinas Pendidikan Labuhanbatu Drs. Iskandar, M.Pd mengatakan, pihaknya telah mengalokasikan Rp 3,2 miliar untuk diseminasi tahun 2014. Implementasi akan dilaksanakan dengan

pendekatan pengembangan kecamatan. Tahun ini pihaknya sedang mengembang-kan dua kecamatan baru. Di Labuhanbatu terdapat 9 kecamatan.

“Kami targetkan pada tahun 2015 seluruh kecamatan sudah selesai kita kembangkan. Jadi, pada tahun 2016 kita tinggal fokus pada penguatan. Melalui pengembangan ini, kami berusaha agar mutu pendidikan di Labuhanbatu unggul di tingkat provinsi dan nasional,” ungkapnya.Kepala Bidang Perencanaan Sumberdaya Manusia (SDM) dan Sosial Budaya Bappeda Provsu Ir. Syahrial Pulungan, M.Si mendukung pelaksanaan program diseminasi.

Diseminasi ini diyakininya bisa mempercepat pencapaian misi gubenur Sumatra Utara untuk meningkatkan daya saing SDM Sumut. Pihaknya juga berusaha untuk mendorong perluasan program USAID PRIORITAS ke banyak kabupaten/kota lain melalui APBD. “Kami meminta USAID PRIORITAS melakukan koordinasi dengan bappeda provinsi untuk melakukan perencanaan selanjutnya,” tegasnya. (Eh)

8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014

20 Miliar untuk Diseminasi Program USAID PRIORITAS

PRIORITAS - Provinsi

Perwakilan dari Tapanuli Utara mempresentasasikan rencana kerja program diseminasi di daerahnya. USAID PRIORITAS menggelar Lokakarya Perencanaan Program Diseminasi USAID PRIORITAS untuk memperluas jangkauan pendidikan berkualitas.

Rantauprapat, Sumatra Utara - Program percepatan perluasan program USAID PRIORITAS di Labuhanbatu menunjukkan hasil yang mengesankan. Dua kecamatan sasaran, Pangkatan dan Panei Hulu, berhasil mendemontrasikan perubahan positif. Semua produk keberhasilan itu dipamerkan dalam acara Lokakarya Keberhasilan Program Akselerasi Labuhanbatu di Ballroom Hotel Suzuya, Rantauprata, Labuhanbatu.

Bupati Labuhanbatu dr. H. Tigor Panusunan Siregar mengapresiasi kinerja sekolah-sekolah sasaran program percepatan. Ia puas dengan hasil yang ditujukkan. Bupati juga meminta guru dan kepala sekolah sasaran menjaga hasil baik yang sudah diperoleh.” Semua produk pembelajaran ini menunjukkan bahwa kita bisa menjadi bangsa yang percaya diri,” katanya.

Lebih lanjut bupati mengatakan pemerintahannya berkomitmen menyediakan layanan pendidikan berkualitas. Pemerintahnya menargetkan pada tahun 2015 semua guru di Labuhanbatu sudah mendapatkan pelatihan yang dikembangkan USAID PRIORITAS. ” Tahun depan kami akan alokasikan 30 persen APBD

untuk meningkatkan layanan pendidikan,” tambahnya.

Kepala Dinas (Kadis) Pendidikan Labuhanbatu Drs. Iskandar, M.Pd mengatakan, pihaknya fokus untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui program percepatan. Secara bertahap guru SD dan SMP dilatih dan dikembangkan kemampuannya. “ Tahun 2016 kami tinggal melakukan program penguatan karena semua guru telah selesai dilatih. Harapannya, Labuhanbatu bisa berprestasi di tingkat provinsi dan nasional,” terangnya.

Tiominar, S.Pd, guru SDN 112050 Sidodadi, Pangkatan, mengakui perubah signifikan yang dirasakannya. Setelah mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari fasilitator, kemampuannya mengajar meningkat drastis. Ia sudah bisa merancang pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa belajar aktif .”Saya sendiri tidak menyangka bisa mengajar seperti ini,” ucapnya. (Eh)

No Rumusan tindak lanjut untuk menjamin mutu pendidikan di Kabupaten Labuhanbatu

1 Sampai 2015 semua kecamatan (9 kecamatan) di Labuhanbatu akan mendapatkan program akselerasi USAID PRIORITAS. Sampai tahun 2014 sudah lima kecamatan yang sedang mendapatkan program akselerasi. Sisa 2 kecamatan berikutnya di tahun 2015.

2 Akan dibuat rencana pereaturan daerah untuk penjaminan mutu pendidikan di Labuhanbatu.

3 Sebanyak 9 KUPT akan melakukan MOU (komitmen mengikat) dengan Kepala Dinas Pendidikan untuk mengawal dan mengimplementasikan program akselerasi USAID PRIORITAS di masing-masing kecamatan.

4 Sebanyak 9 KUPT dengan Kepsek akan membuat MOU untuk implementasikan program akselerasi.

5 Akan dibentuk tim monitoring dan evaluasi yang melibatkan stakeholder untuk memonitoring program akselerasi USAID PRIORITAS.

6 Ke depan akan dilakukan showcase program akselerasi USAID PRIORITAS di setiap kecamatan dengan melibatkan banyak masyarakat dan orang tua siswa. Kegiatan akan dilakukan di lapangan terbuka atau di sekolah yang memiliki lapangan yg luas.

7 Semua kegiatan point 1 s/d point 6 akan menggunakan dana APBD.

Hasil Program Percepatan di Labuhanbatu Mengesankan

Bandung, Jawa Barat - Calon guru di perguruan tinggi perlu membangun keterampilan mendorong budaya baca di sekolah. Guru hendaknya mampu mengitegrasikan pendidikan literasi dalam setiap mata pelajaran dan pembelajaran literasi bagi siswa hendaknya bersifat praktik dan menyenangkan. Hal itu disampaikan Prof. Sumaroto, ketua LPPM UPI Bandung, pada pertemuan sekolah lab dan mitra UPI dan UIN Bandung (20/9). Pertemuan tersebut diikuti 60 orang yang terdiri atas kepala sekolah, komite sekolah, guru, dan dosen dari 18 sekolah mitra, UPI, serta UIN Bandung.

Chaerul Rochman, spesialis pengembangan LPTK USAID PRIORITAS Jawa Barat, mengatakan bahwa rapat kerja ini dimaksudkan untuk evaluasi dan perencanaan program. "Selain itu, kami mencoba mengidentifikasi praktik yang baik di perguruan tinggi dan sekolah mitranya untuk persiapan showcase awal tahun

depan," ujarnya."Beragam karya siswa sangat membanggakan kami," kata Yusuf Suparlan, guru SMPN 3 Lembang. Ia menggambarkan tingginya kreativitas siswa saat diberi tugas membuat bangun benda dengan menggunakan barang bekas. "Guru juga sudah terbiasa membuat lembar kerja yang mendorong siswa kreatif," tambah Yusuf.Tyas Ayu, guru SDN 1 Gegerkalong, menyampaikan saat siswa membuat poster bertema 'berbeda itu indah,' awalnya siswa cenderung imitatif. "Kami kemudian bekerja sama dengan komite membuat alat peraga yang berupa kincir air. Siswa tampak mendapat inspirasi dan terpicu kreativitasnya," tuturnya.

Tendi Setiadi, guru MTsN 2 Kota Bandung, mengaku gembira dengan strategi USAID mendorong literasi di madrasah. "Kami akui budaya baca di madrasah masih rendah, bahkan di kalangan guru sekalipun. Maka, program USAID PRIORITAS yang fokus pada literasi menjadi amat penting bagi madrasah," tegasnya. (Ds)

Berbagi Praktik Budaya Literasi di Sekolah Mitra LPTK

Jawa Timur - Sebanyak 80 peserta studi banding yang terdiri atas guru, kepala, sekolah, pengawas, dan pemangku pendidikan yang terpilih dari Kabupaten Wajo, Maros, dan Bantaeng menimba ilmu ke Jatim. Rombongan diikuti kepala Dinas Pendidikan Maros, Kabid Mapenda Kemenag Bantaeng, dan beberapa pejabat lainnya.

Mereka memulai studi banding di beberapa sekolah mitra USAID PRIORITAS di Blitar, yaitu SDN Kalipang 1, SDN Kebonduren 1, MTsN Jambewangi, dan SMPN 1 Sanankulon (10/9). Keesokan harinya, rombongan melanjutkan kunjungan ke Sidoarjo. Mereka mengunjungi SD Hangtuah X, SDN Sedatigede 2, MTs Nurul Huda,

dan SMPN 5 Sidoarjo.

Para peserta yang mengikuti studi banding merasakan manfaat yang luar biasa setelah mengamati sekolah-sekolah di Blitar dan Sidoarjo. Bahkan, beberapa di antaranya berjanji akan mengadopsinya untuk sekolah mereka sendiri.

Anshar Salam, kepala bidang kurikulum Maros, yang ikut dalam rombongan tersebut juga memberikan apresiasi besar terhadap inovasi kepala sekolah dengan konsep kepemimpinan kolektif yang diterapkan di SD Kebonduren 1. Untuk memberi rasa tanggung jawab dan rasa memiliki

terhadap sekolah, kepala sekolah menerapkan prinsip bahwa semua guru adalah kepala sekolah. “Hal ini agak sulit diterapkan di Sulsel. Tapi, praktik terbaik ini akan kami coba share sebagai pengalaman terbaik nantinya di tempat kami,” katanya. (Jib/Dkd)

Peserta study visit dari Makassar saat mengamati pembelajaran yang dilakukan di perpustakaan di SD Hangtuah X, Juanda, Sidoarjo.

Berkunjung ke Blitar, Sulsel Tertarik dengan Inovasi Kepala Sekolah

Para kepala sekolah dan guru sekolah lab dan mitra UPI dan UIN Bandung berbagi praktik yang baik mengembangkan budaya literasi di sekolahnya.

Bupati Labuhanbatu dr. Tigor Panusunanan Siregar, Sp.PD mendapat penjelasan tentang penggunaan media pembelajaran sistem tata surya dari dua siswa SDN 118387 Tanjung Sarang Elang Panai Hulu.

Page 10: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014

Bangladesh Belajar Pengelolaan Madrasah di Indonesia

PRIORITAS - Provinsi PRIORITAS - Provinsi

Rombongan Kunjungan dari USAID Bangladesh dan Kementerian Pendidikan Agama Bangladesh setelah bertemu Kakanwil Kemenag Drs. Khaeruddin (dari empat kiri), Joint Secretary Technical and Madrasah Education Ministry of Education Bangladesh, Hosne Ara Begum, Kasi Subdit Kelembagaan Direktorat Madrasah Kemenag Jakarta Rudy Nurudin Ambary, dan USAID Indonesia Mimy Santika.

Cirebon, Jawa Barat - USAID PRIORITAS melaksanakan pelatihan pembelajaran aktif dengan pendekatan saintifik sesuai kurikulum 2013 untuk para dosen Unswagati Cirebon. Pelatihan itu diikuti 50 dosen fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) selama tiga hari (16-18/9).

Prof. Dr. Abdul Rozak, dekan FKIP Unswagati, menjelaskan bahwa pihaknya sengaja meminta para dosen dilatih oleh USAID guna mengoptimalkan implementasi kurikulum 2013 yang gencar disosialisasikan oleh Kemdikbud.

“Kami ingin membekali dosen dengan pengalaman praktik pembelajaran di sekolah menggunakan pendekatan kurikulum 2013,” ujar Prof. Rozak.

“Ini praktik pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi dosen karena terasa ringan dan tidak melelahkan.

Siswa lebih aktif dan mereka menyukainya, sampai-sampai beberapa di antara kami lupa waktu dalam praktik mengajar di sekolah” kata Subali Noto, dosen matematika.

Untuk dosen, pelatihan dan

praktik mengajar ini adalah sebuah refleksi dan upgrading. Bagi dosen yang tidak berlatar belakang pendidikan, ini adalah sesuatu yang baru dan menyenangkan. “Pengelolaan kelas yang bervariasi, aktivitas siswa secara individual, berpasangan, hingga berkelompok, lembar kerja yang menuntut kreativitas siswa, dan dibukanya kesempatan siswa untuk bertanya, itu semua benar-benar mengasyikkan baik bagi siswa maupun bagi guru. Saya yakin para mahasiswa, sebagai calon guru pun akan menyukai model pembelajaran ini,” kata Mira Nuryanti, dosen bahasa Indonesia.

“Pelatihan ini menyadarkan kekeliruan kami selama ini dalam melaksanakan perkuliahan. Bagaimana kita bisa mencetak calon-calon guru yang inovatif dan kreatif di lapangan bila perkuliahan masih dilaksanakan secara

konvensional,” kata Bela Nurzaman, ketua jurusan bahasa Indonesia.

Pelatihan untuk Dosen LPTK Mitra Sementara di Banten, Drs. Rohman, M.A, dosen bahasa Inggris IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, memberikan tanggapan positif atas pelatihan modul 2 yang diikutinya. ”Kami sangat terbantu dengan berbagai variasi pendekatan pembelajaran di kelas. Ini memperkaya jurus mengajar kami,” ujarnya.

Ia mengatakan, transformasi jurus mengajar tersebut kepada mahasiswa akan membuat mereka lebih siap mengajar dengan pendekatan pembelajaran aktif.

Pelatihan Modul 2 tingkat SMP/MTs bagi para dosen konsorsium LPTK di Banten itu dihadiri 60 dosen dari konsorsium enam LPTK, yaitu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Universitas Mathlaul Anwar (Unma), Universitas Banten Jaya (Unbaja), STKIP Setiabudi, dan Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) (1-30/9). Para peserta diberi kesempatan untuk praktik mengajar di SMPN 16, SMPN 20, dan MTs Ar-Rahmaniyah. Pelatihan ini juga dilaksanakan di seluruh LPTK mitra USAID PRIORITAS di 7 provinsi. (Ds/Nic)

Diseminasi di Unswagati

Para dosen FKIP Unswagati Cirebon menunjukkan hasil kerja kelompok.

Jawa Tengah - Pembelajaran dan manajemen madrasah di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi rombongan dari Bangladesh. Rombongan yang berjumlah 14 orang itu terdiri atas USAID Bangladesh, Kementerian Pendidikan Bangladesh, dan pemangku kepentingan pendidikan di Bangladesh. Perwakilan Kementerian Agama di Jakarta dan USAID Indonesia juga ikut mendampingi dalam kunjungan tersebut. “Kami tertarik dengan pola integrasi pendidikan madrasah di Indonesia. Khususnya integrasi pendidikan agama dan pendidikan umum,” jelas ketua rombongan dan perwakilan dari USAID Bangladesh, Muhammad Shahidul Islam.

Kunjungan yang dilaksanakan selama 5 hari itu (15-19/9) diawali dengan pertemuan dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Drs. Khairuddin yang membahas peran dari Kementerian Agama dalam manajemen pengelolaan

madrasah di level provinsi.

Di Semarang, rombongan mengunjungi MI Klero Tengaran, MTs Al Manar, MI Kalibenger, dan MTs Nuril Huda. Di Kabupaten Batang, mereka mengunjungi MTs Subah, MTs NU 01 Batang, MI Sojomerto, dan MI Muhammadiyah Batang, serta berkunjung ke pondok pesantren di Kabupaten Batang. Mereka juga mengunjungi guru dan kepala sekolah mitra yang sedang melakukan pelatihan modul 2 USAID PRIORITAS di dua kabupaten tersebut.

Di madrasah, mereka berdiskusi tentang manajemen sekolah, partisipasi masyarakat, pembelajaran aktif, dan kemampuan penguasaan keagamaan mereka. “Baca! Silakan dibaca,” pinta Muhammad Ruhul Amin, salah satu kepala sekolah Bangladesh, sambil membuka salah satu musaf Alquran yang ditujukan ke seorang siswa MI Klero Tengaran, Semarang. Dengan percaya diri,

siswa tersebut membaca Alquran dengan lanyah dan tartil. Hal tersebut membuat rombongan terkagum-kagum.

Hosne Ara Begum,Joint Secretary Technical and Madrasah Education, Ministry of Education Bangladesh, mengatakan, dirinya sangat terinspirasi dari pengalaman selama mengunjungi madrasah di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Dia merasa antara pendidikan umum dan pendidikan agama ternyata bisa bersinergi. Regulasi perundang-undangan dan kemajemukan dalam beragama ternyata tidak berpengaruh terhadap pendidikan agama.

Dukungan dari masyarakat juga dirasakan sangat kuat dalam membentuk kegotongroyongan sekolah. “Banyak pengalaman yang baik yang saya dapatkan dari kunjungan ke Indonesia ini. Pengalaman ini akan saya bawa dan coba implementasikan di Bangladesh,” ungkapnya. (Arz)

Serpong, Banten - Seluruh daerah mitra USAID PRIORITAS di Provinsi Banten sepakat untuk melaksanakan program diseminasi di daerahnya masing-masing. Hal ini terungkap dalam lokakarya diseminasi USAID PRIORITAS Provinsi Banten di Hotel Ara, Rabu (10/9). Diseminasi adalah kegiatan replikasi program USAID PRIORITAS yang meliputi pelatihan serta pendampingan ke sekolah dan madrasah dengan memanfaatkan anggaran daerah.

“Kami di Pandeglang telah mengagendakan kegiatan diseminasi yang bersinergi dengan program atau kegiatan di dinas pendidikan dengan total dana Rp 4,2 miliar pada 2014. Kami tinggal action,” ungkap Kasi Kurikulum SMP Dinas Pendidikan Pandeglang Warso, M.Pd.

Daerah lain pun sama. “Di Kabupaten Serang, kami menganggarkan Rp 800 juta untuk pembinaan MBS, pengembangan pembelajaran kontekstual, dan pendampingannya,” ujar Dra. Hj. Elis Yulaeti M.Pd, Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Serang, dalam kesempatan yang sama.

Lokakarya tersebut diselenggarakan selama 2 hari dan

melibatkan perwakilan dinas pendidikan, Kantor Kemenag, dan bappeda dari 5 kabupaten/kota di Provinsi Banten. Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang adalah daerah mitra USAID PRIORITAS sejak 2012. Tiga daerah lain, yaitu Kabupaten Lebak, Kota Cilegon, dan Kota Tangerang merupakan mitra USAID DBE.

Dinas Pendidikan Provinsi Banten juga mengapresiasi dan mendukung kegiatan diseminasi. Kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan oleh kabupaten/kota karena keterbatasan anggaran dapat diusulkan kepada dinas pendidikan provinsi. Dinas pendidikan provinsi lantas menyelenggarakan kegiatan tersebut dengan melibatkan kabupaten/kota terkait. “Kami siap membantu,” tegas Rukman Tedy, MPdI, sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Banten. (Nic)

Pemprov Banten Sepakat Diseminasi

Rukman Tedy, M.Pd.I, sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Banten

Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 11

Rukman Tedy MPdI, Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Banten.

Hosne Ara Begum, Joint Secretary Ministry of Education Bangladesh (berbaju merah) dan Mimy Santika (USAID Indonesia), serta rombongan dari USAID Bangladesh saat mengunjungi MI Kalibenger, Sumowono, Semarang.

Page 11: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014

Bangladesh Belajar Pengelolaan Madrasah di Indonesia

PRIORITAS - Provinsi PRIORITAS - Provinsi

Rombongan Kunjungan dari USAID Bangladesh dan Kementerian Pendidikan Agama Bangladesh setelah bertemu Kakanwil Kemenag Drs. Khaeruddin (dari empat kiri), Joint Secretary Technical and Madrasah Education Ministry of Education Bangladesh, Hosne Ara Begum, Kasi Subdit Kelembagaan Direktorat Madrasah Kemenag Jakarta Rudy Nurudin Ambary, dan USAID Indonesia Mimy Santika.

Cirebon, Jawa Barat - USAID PRIORITAS melaksanakan pelatihan pembelajaran aktif dengan pendekatan saintifik sesuai kurikulum 2013 untuk para dosen Unswagati Cirebon. Pelatihan itu diikuti 50 dosen fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) selama tiga hari (16-18/9).

Prof. Dr. Abdul Rozak, dekan FKIP Unswagati, menjelaskan bahwa pihaknya sengaja meminta para dosen dilatih oleh USAID guna mengoptimalkan implementasi kurikulum 2013 yang gencar disosialisasikan oleh Kemdikbud.

“Kami ingin membekali dosen dengan pengalaman praktik pembelajaran di sekolah menggunakan pendekatan kurikulum 2013,” ujar Prof. Rozak.

“Ini praktik pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi dosen karena terasa ringan dan tidak melelahkan.

Siswa lebih aktif dan mereka menyukainya, sampai-sampai beberapa di antara kami lupa waktu dalam praktik mengajar di sekolah” kata Subali Noto, dosen matematika.

Untuk dosen, pelatihan dan

praktik mengajar ini adalah sebuah refleksi dan upgrading. Bagi dosen yang tidak berlatar belakang pendidikan, ini adalah sesuatu yang baru dan menyenangkan. “Pengelolaan kelas yang bervariasi, aktivitas siswa secara individual, berpasangan, hingga berkelompok, lembar kerja yang menuntut kreativitas siswa, dan dibukanya kesempatan siswa untuk bertanya, itu semua benar-benar mengasyikkan baik bagi siswa maupun bagi guru. Saya yakin para mahasiswa, sebagai calon guru pun akan menyukai model pembelajaran ini,” kata Mira Nuryanti, dosen bahasa Indonesia.

“Pelatihan ini menyadarkan kekeliruan kami selama ini dalam melaksanakan perkuliahan. Bagaimana kita bisa mencetak calon-calon guru yang inovatif dan kreatif di lapangan bila perkuliahan masih dilaksanakan secara

konvensional,” kata Bela Nurzaman, ketua jurusan bahasa Indonesia.

Pelatihan untuk Dosen LPTK Mitra Sementara di Banten, Drs. Rohman, M.A, dosen bahasa Inggris IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, memberikan tanggapan positif atas pelatihan modul 2 yang diikutinya. ”Kami sangat terbantu dengan berbagai variasi pendekatan pembelajaran di kelas. Ini memperkaya jurus mengajar kami,” ujarnya.

Ia mengatakan, transformasi jurus mengajar tersebut kepada mahasiswa akan membuat mereka lebih siap mengajar dengan pendekatan pembelajaran aktif.

Pelatihan Modul 2 tingkat SMP/MTs bagi para dosen konsorsium LPTK di Banten itu dihadiri 60 dosen dari konsorsium enam LPTK, yaitu Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, Universitas Mathlaul Anwar (Unma), Universitas Banten Jaya (Unbaja), STKIP Setiabudi, dan Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) (1-30/9). Para peserta diberi kesempatan untuk praktik mengajar di SMPN 16, SMPN 20, dan MTs Ar-Rahmaniyah. Pelatihan ini juga dilaksanakan di seluruh LPTK mitra USAID PRIORITAS di 7 provinsi. (Ds/Nic)

Diseminasi di Unswagati

Para dosen FKIP Unswagati Cirebon menunjukkan hasil kerja kelompok.

Jawa Tengah - Pembelajaran dan manajemen madrasah di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi rombongan dari Bangladesh. Rombongan yang berjumlah 14 orang itu terdiri atas USAID Bangladesh, Kementerian Pendidikan Bangladesh, dan pemangku kepentingan pendidikan di Bangladesh. Perwakilan Kementerian Agama di Jakarta dan USAID Indonesia juga ikut mendampingi dalam kunjungan tersebut. “Kami tertarik dengan pola integrasi pendidikan madrasah di Indonesia. Khususnya integrasi pendidikan agama dan pendidikan umum,” jelas ketua rombongan dan perwakilan dari USAID Bangladesh, Muhammad Shahidul Islam.

Kunjungan yang dilaksanakan selama 5 hari itu (15-19/9) diawali dengan pertemuan dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Drs. Khairuddin yang membahas peran dari Kementerian Agama dalam manajemen pengelolaan

madrasah di level provinsi.

Di Semarang, rombongan mengunjungi MI Klero Tengaran, MTs Al Manar, MI Kalibenger, dan MTs Nuril Huda. Di Kabupaten Batang, mereka mengunjungi MTs Subah, MTs NU 01 Batang, MI Sojomerto, dan MI Muhammadiyah Batang, serta berkunjung ke pondok pesantren di Kabupaten Batang. Mereka juga mengunjungi guru dan kepala sekolah mitra yang sedang melakukan pelatihan modul 2 USAID PRIORITAS di dua kabupaten tersebut.

Di madrasah, mereka berdiskusi tentang manajemen sekolah, partisipasi masyarakat, pembelajaran aktif, dan kemampuan penguasaan keagamaan mereka. “Baca! Silakan dibaca,” pinta Muhammad Ruhul Amin, salah satu kepala sekolah Bangladesh, sambil membuka salah satu musaf Alquran yang ditujukan ke seorang siswa MI Klero Tengaran, Semarang. Dengan percaya diri,

siswa tersebut membaca Alquran dengan lanyah dan tartil. Hal tersebut membuat rombongan terkagum-kagum.

Hosne Ara Begum,Joint Secretary Technical and Madrasah Education, Ministry of Education Bangladesh, mengatakan, dirinya sangat terinspirasi dari pengalaman selama mengunjungi madrasah di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Dia merasa antara pendidikan umum dan pendidikan agama ternyata bisa bersinergi. Regulasi perundang-undangan dan kemajemukan dalam beragama ternyata tidak berpengaruh terhadap pendidikan agama.

Dukungan dari masyarakat juga dirasakan sangat kuat dalam membentuk kegotongroyongan sekolah. “Banyak pengalaman yang baik yang saya dapatkan dari kunjungan ke Indonesia ini. Pengalaman ini akan saya bawa dan coba implementasikan di Bangladesh,” ungkapnya. (Arz)

Serpong, Banten - Seluruh daerah mitra USAID PRIORITAS di Provinsi Banten sepakat untuk melaksanakan program diseminasi di daerahnya masing-masing. Hal ini terungkap dalam lokakarya diseminasi USAID PRIORITAS Provinsi Banten di Hotel Ara, Rabu (10/9). Diseminasi adalah kegiatan replikasi program USAID PRIORITAS yang meliputi pelatihan serta pendampingan ke sekolah dan madrasah dengan memanfaatkan anggaran daerah.

“Kami di Pandeglang telah mengagendakan kegiatan diseminasi yang bersinergi dengan program atau kegiatan di dinas pendidikan dengan total dana Rp 4,2 miliar pada 2014. Kami tinggal action,” ungkap Kasi Kurikulum SMP Dinas Pendidikan Pandeglang Warso, M.Pd.

Daerah lain pun sama. “Di Kabupaten Serang, kami menganggarkan Rp 800 juta untuk pembinaan MBS, pengembangan pembelajaran kontekstual, dan pendampingannya,” ujar Dra. Hj. Elis Yulaeti M.Pd, Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Serang, dalam kesempatan yang sama.

Lokakarya tersebut diselenggarakan selama 2 hari dan

melibatkan perwakilan dinas pendidikan, Kantor Kemenag, dan bappeda dari 5 kabupaten/kota di Provinsi Banten. Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang adalah daerah mitra USAID PRIORITAS sejak 2012. Tiga daerah lain, yaitu Kabupaten Lebak, Kota Cilegon, dan Kota Tangerang merupakan mitra USAID DBE.

Dinas Pendidikan Provinsi Banten juga mengapresiasi dan mendukung kegiatan diseminasi. Kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan oleh kabupaten/kota karena keterbatasan anggaran dapat diusulkan kepada dinas pendidikan provinsi. Dinas pendidikan provinsi lantas menyelenggarakan kegiatan tersebut dengan melibatkan kabupaten/kota terkait. “Kami siap membantu,” tegas Rukman Tedy, MPdI, sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Banten. (Nic)

Pemprov Banten Sepakat Diseminasi

Rukman Tedy, M.Pd.I, sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Banten

Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 11

Rukman Tedy MPdI, Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Banten.

Hosne Ara Begum, Joint Secretary Ministry of Education Bangladesh (berbaju merah) dan Mimy Santika (USAID Indonesia), serta rombongan dari USAID Bangladesh saat mengunjungi MI Kalibenger, Sumowono, Semarang.

Page 12: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - Praktik yang Baik

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 13

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Semarang, Jawa Tengah - Setelah melakukan pemetaan distribusi guru di daerahnya, Kabupaten Semarang telah memulai mengimplementasikan kebijakan dalam penataan dan pemerataan guru. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah menata sekolah kecil melalui penggabungan sekolah dasar negeri yang satu lingkungan sekolah dan memiliki jumlah siswa di bawah standar pelayanan minimum. Untuk memperkuat kebijakan ini Bupati Kabupaten Semarang

menerbitkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Teknis Penggabungan Sekolah Dasar Negeri dan ditandaklanjuti dengan Keputusan Bupati tentang Penggabungan Sekolah Dasar negeri.

”Penggabungan sekolah ini penting untuk dilaksanakan terutama untuk menyelesaikan masalah penataan dan pemerataan guru di Kabupaten Semarang, penataan guru merupakan pintu masuk untuk menata kelembagaan sekolah” kata Bupati Semarang Mundjirin. Lebih lanjut Bupati mengatakan bahwa menata sekolah merupakan langkah awal dalam rangka peningkatan mutu pendidikan secara menyeluruh.

Agar pelaksanaannya dapat berjalan baik dan diterima masyarakat, dinas pendidikan melakukan sosialisasi dengan mengundang para tokoh masyarakat, kepala desa, camat, kepala sekolah, guru, dan komite sekolah yang sekolahnya akan digabung.

Penggabungan sekolah tersebut sebagai langkah efisiensi anggaran dan SDM. Guru

dari sekolah yang digabungkan bisa dialihkan untuk sekolah-sekolah yang saat ini kekurangan guru. ”Kepala sekolah yang sekolahnya akan digabung juga jangan serta merta diberhentikan. Perlu dikoordinasikan dengan baik sehingga tidak ada yang dirugikan dalam penggabungan sekolah ini,” pesan bupati.

Tahap awal penggabungan sekolah dilakukan pada sekolah dasar negeri yang satu halaman atau berjarak kurang dari 200m. Pada tahun 2014 Kabupaten Semarang melakukan penggabungan 25 SD negeri menjadi 12 SD. Dari penggabungan itu, diharapkan pemangku kepentingan, warga sekolah, dan masyarakat sepaham dan mendukung penggabungan tersebut. Tahap berikutnya, melakukan penggabungan sekolah kecil dengan mempertimbangkan tidak ada hambatan akses anak untuk bersekolah dan ketersediaan sekolah di wilayah tersebut. Kabupaten Semarang tetap memiliki komitmen yang kuat tentang dampak dari penggabungan sekolah, dicontohkan jangan sampai anak menjadi tidak bersekolah akibat adanya penggabungan sekolah.

Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan peserta didik dan melakukan efektifitas serta efisiensi terhadap keterbatasan jumlah guru.

Syarat dan kriteria penggabungan adalah satu kampus dan sekolah kecil. Satu kampus yaitu dua SD atau lebih yang terletak dalam satu lingkungan sekolah. Sekolah kecil yaitu jumlah siswa kurang dari 80 orang. “SDN hasil penggabungan akan dikembangkan oleh dinas pendidikan dan pemerintah daerah. Bentuk pengembangan sekolah meliputi aspek manajemen sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, pembelajaran, dan peserta didik,” tambahnya.

(Arz/ Aos /Anw)

Terbitkan Peraturan Bupati untuk Gabung Sekolah Kecil

Manfaat Penggabungan Sekolah Kecil:

Efisiensi biaya dalam pengelolaan keuangan sekolah.

Terjadi pemerataan jumlah murid di beberapa sekolah.

Mengatasi kekurangan guru. Mengatasi kekurangan ruang pembelajaran, ruang

perpustakaan, ruang UKS, ruang kepala sekolah, dan sebagainya.

Gedung sekolah dasar yang lama dapat digunakan untuk kebutuhan lainnya sesuai dengan program di setiap daerah.

Mutu pendidikan di sekolah dasar yang digabung dapat meningkat karena sarana/prasarana dapat terpenuhi dengan baik.

Bupati Semarang, Mundjirin.

Sejumlah 25 SD negeri di Kabupaten Semarang akan digabung untuk meningkatkan pelayanan pendidikan kepada murid.

Banda Aceh, Aceh - Drs. Teuku Alamsyah, M.Pd, dosen bahasa Indonesia FKIP Universitas Syiah Kuala, mencoba menggali potensi menulis mahasiswanya dengan menerapkan perkuliahan aktif. “Langkah awal setelah membuka kuliah, dosen dan mahasiswa akan berubah peran menjadi guru dan murid. Hal ini dapat membiasakan mahasiswa menerapkan pembelajaran aktif saat menjadi pendidik karena mereka sudah merasakan langsung manfaatnya,” jelas Pak Alamsyah.

Setelah berubah peran dan siswa duduk berkelompok, guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Kemudian siswa diminta menceritakan pengalaman mereka saat kali pertama menjadi siswa. Dari cerita tersebut, siswa mengemukakan kalimat utama dalam paragraf pada siswa lainnya.

Selanjutnya, siswa diberi waktu selama 10 menit untuk mengamati objek di luar kelas (berobservasi). Sekembalinya ke dalam kelas, guru membagikan kertas warna dan pensil warna serta meminta siswa untuk mengambarkan hasil amatan (observasi) mereka selama 15

menit. Dengan berkeliling kelas, guru memperhatikan karya siswa. Setelah mengambar, masing-masing siswa dalam kelompok dibagikan kembali kertas warna, sekarang guru meminta siswa untuk menulis hasil gambarnya menjadi tulisan menggunakan paragraf deskriptif selama 20 menit.

Setiap kelompok memperoleh kertas plano dan menempelkan hasil tulisan di bawah gambar pada kertas plano. Plano dipajangkan dan siswa diberi kesempatan untuk mengomentari hasil tulisan kelompok lainnya sesuai dengan tujuan pembelajaran (termasuk penggunaan EYD, kesesuaian gambar hasil observasi dengan tulisan).

Setelah proses pembelajaran selesai, Pak Alamsyah memberikan penguatan tentang ragam paragraf dan menutup perkuliahan. Mahasiswa mengapresiasi bentuk perkuliahan yang dilakukan

dengan cukup postif. “Kami semakin mengenal model-model pembelajaran. Model ini langsung kami rasakan manfaatnya sehingga saat menjadi guru nanti kami bisa menerapkannya kepada siswa,” kata Husni, mahasiswa asal Pulau Semeulue, Aceh.

(Tkm)

Membuat Karya Kreatif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Perkuliahan Aktif dalam Menulis Ragam Paragraf

Mahasiswa FKIP Unsyiah menyusun gambar untuk membuat ragam paragraf dalam perkuliahan bahasa Indonesia yang difasilitasi Drs. Teuku Alamsyah. M.Pd.

Ibu Tita mendampingi siswanya di kelompok membuat karya kreatif lalu siswanya diminta menulis dan menjelaskan cara pembuatan dan cara kerjanya dalam bahasa Inggris.

Cimahi, Jawa Barat - Dalam kelompok masing-masing, siswa mengamati benda-benda/barang-barang yang akan dijadikan sumber belajar. Setiap kelompok mendapatkan sumber belajar yang berbeda. Ada yang berupa kalender bergambar makanan, mobil-mobilan, kamera, laptop, dan mikrofon. Pada tahap selanjutnya, saya meminta

siswa untuk memunculkan gagasan apa yang bisa dimunculkan terkait dengan benda-benda/barang tersebut. Ide-ide itu dijabarkan dalam bentuk instruksi. Artinya, anak-anak mampu membuat dan melaksanakan instruksi dalam bahasa Inggris dengan jelas. Untuk memiliki

kompetensi tersebut, dalam kelompok masing-masing, siswa saling bertanya jawab mengenai alat dan bahan yang dibutuhkan serta tahapan membuat karya sesuai pilihan kelompok. Siswa juga banyak bertanya kepada saya. Artinya, kegiatan saya pada saat kerja kelompok betul-betul mendampingi siswa, terutama yang mengalami

kesulitan.

Semua siswa mencari informasi yang mendukung terbentuknya karya setiap kelompok. Ada yang mencari informasi cara membuat mobil yang bertenaga angin. Ada yang mencari informasi cara menjalankan instruksi membuat makanan yang lezat. Ada yang mencari instruksi mengoperasikan mikrofon. Ada juga yang mencari informasi tentang cara mengoperasikan laptop dengan benar.

Informasi yang mereka peroleh kemudian didiskusikan sehingga terbangun rancangan karya setiap kelompok. Pada setiap tahapan, saya selalu membimbing siswa terutama yang mengalami kesulitan.

Dengan menggunakan bahasa Inggris, setiap kelompok (kelompok kamera, mobil, laptop, makanan) menjelaskan cara kerja, kemudian saling memberikan masukan antarkelompok.

(Tita Trisnawati, S.Pd. Guru Bahasa Inggris SMPN 5 Kota Cimahi)

Page 13: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - Praktik yang Baik

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 13

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Semarang, Jawa Tengah - Setelah melakukan pemetaan distribusi guru di daerahnya, Kabupaten Semarang telah memulai mengimplementasikan kebijakan dalam penataan dan pemerataan guru. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah menata sekolah kecil melalui penggabungan sekolah dasar negeri yang satu lingkungan sekolah dan memiliki jumlah siswa di bawah standar pelayanan minimum. Untuk memperkuat kebijakan ini Bupati Kabupaten Semarang

menerbitkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Teknis Penggabungan Sekolah Dasar Negeri dan ditandaklanjuti dengan Keputusan Bupati tentang Penggabungan Sekolah Dasar negeri.

”Penggabungan sekolah ini penting untuk dilaksanakan terutama untuk menyelesaikan masalah penataan dan pemerataan guru di Kabupaten Semarang, penataan guru merupakan pintu masuk untuk menata kelembagaan sekolah” kata Bupati Semarang Mundjirin. Lebih lanjut Bupati mengatakan bahwa menata sekolah merupakan langkah awal dalam rangka peningkatan mutu pendidikan secara menyeluruh.

Agar pelaksanaannya dapat berjalan baik dan diterima masyarakat, dinas pendidikan melakukan sosialisasi dengan mengundang para tokoh masyarakat, kepala desa, camat, kepala sekolah, guru, dan komite sekolah yang sekolahnya akan digabung.

Penggabungan sekolah tersebut sebagai langkah efisiensi anggaran dan SDM. Guru

dari sekolah yang digabungkan bisa dialihkan untuk sekolah-sekolah yang saat ini kekurangan guru. ”Kepala sekolah yang sekolahnya akan digabung juga jangan serta merta diberhentikan. Perlu dikoordinasikan dengan baik sehingga tidak ada yang dirugikan dalam penggabungan sekolah ini,” pesan bupati.

Tahap awal penggabungan sekolah dilakukan pada sekolah dasar negeri yang satu halaman atau berjarak kurang dari 200m. Pada tahun 2014 Kabupaten Semarang melakukan penggabungan 25 SD negeri menjadi 12 SD. Dari penggabungan itu, diharapkan pemangku kepentingan, warga sekolah, dan masyarakat sepaham dan mendukung penggabungan tersebut. Tahap berikutnya, melakukan penggabungan sekolah kecil dengan mempertimbangkan tidak ada hambatan akses anak untuk bersekolah dan ketersediaan sekolah di wilayah tersebut. Kabupaten Semarang tetap memiliki komitmen yang kuat tentang dampak dari penggabungan sekolah, dicontohkan jangan sampai anak menjadi tidak bersekolah akibat adanya penggabungan sekolah.

Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan peserta didik dan melakukan efektifitas serta efisiensi terhadap keterbatasan jumlah guru.

Syarat dan kriteria penggabungan adalah satu kampus dan sekolah kecil. Satu kampus yaitu dua SD atau lebih yang terletak dalam satu lingkungan sekolah. Sekolah kecil yaitu jumlah siswa kurang dari 80 orang. “SDN hasil penggabungan akan dikembangkan oleh dinas pendidikan dan pemerintah daerah. Bentuk pengembangan sekolah meliputi aspek manajemen sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, pembelajaran, dan peserta didik,” tambahnya.

(Arz/ Aos /Anw)

Terbitkan Peraturan Bupati untuk Gabung Sekolah Kecil

Manfaat Penggabungan Sekolah Kecil:

Efisiensi biaya dalam pengelolaan keuangan sekolah.

Terjadi pemerataan jumlah murid di beberapa sekolah.

Mengatasi kekurangan guru. Mengatasi kekurangan ruang pembelajaran, ruang

perpustakaan, ruang UKS, ruang kepala sekolah, dan sebagainya.

Gedung sekolah dasar yang lama dapat digunakan untuk kebutuhan lainnya sesuai dengan program di setiap daerah.

Mutu pendidikan di sekolah dasar yang digabung dapat meningkat karena sarana/prasarana dapat terpenuhi dengan baik.

Bupati Semarang, Mundjirin.

Sejumlah 25 SD negeri di Kabupaten Semarang akan digabung untuk meningkatkan pelayanan pendidikan kepada murid.

Banda Aceh, Aceh - Drs. Teuku Alamsyah, M.Pd, dosen bahasa Indonesia FKIP Universitas Syiah Kuala, mencoba menggali potensi menulis mahasiswanya dengan menerapkan perkuliahan aktif. “Langkah awal setelah membuka kuliah, dosen dan mahasiswa akan berubah peran menjadi guru dan murid. Hal ini dapat membiasakan mahasiswa menerapkan pembelajaran aktif saat menjadi pendidik karena mereka sudah merasakan langsung manfaatnya,” jelas Pak Alamsyah.

Setelah berubah peran dan siswa duduk berkelompok, guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Kemudian siswa diminta menceritakan pengalaman mereka saat kali pertama menjadi siswa. Dari cerita tersebut, siswa mengemukakan kalimat utama dalam paragraf pada siswa lainnya.

Selanjutnya, siswa diberi waktu selama 10 menit untuk mengamati objek di luar kelas (berobservasi). Sekembalinya ke dalam kelas, guru membagikan kertas warna dan pensil warna serta meminta siswa untuk mengambarkan hasil amatan (observasi) mereka selama 15

menit. Dengan berkeliling kelas, guru memperhatikan karya siswa. Setelah mengambar, masing-masing siswa dalam kelompok dibagikan kembali kertas warna, sekarang guru meminta siswa untuk menulis hasil gambarnya menjadi tulisan menggunakan paragraf deskriptif selama 20 menit.

Setiap kelompok memperoleh kertas plano dan menempelkan hasil tulisan di bawah gambar pada kertas plano. Plano dipajangkan dan siswa diberi kesempatan untuk mengomentari hasil tulisan kelompok lainnya sesuai dengan tujuan pembelajaran (termasuk penggunaan EYD, kesesuaian gambar hasil observasi dengan tulisan).

Setelah proses pembelajaran selesai, Pak Alamsyah memberikan penguatan tentang ragam paragraf dan menutup perkuliahan. Mahasiswa mengapresiasi bentuk perkuliahan yang dilakukan

dengan cukup postif. “Kami semakin mengenal model-model pembelajaran. Model ini langsung kami rasakan manfaatnya sehingga saat menjadi guru nanti kami bisa menerapkannya kepada siswa,” kata Husni, mahasiswa asal Pulau Semeulue, Aceh.

(Tkm)

Membuat Karya Kreatif dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Perkuliahan Aktif dalam Menulis Ragam Paragraf

Mahasiswa FKIP Unsyiah menyusun gambar untuk membuat ragam paragraf dalam perkuliahan bahasa Indonesia yang difasilitasi Drs. Teuku Alamsyah. M.Pd.

Ibu Tita mendampingi siswanya di kelompok membuat karya kreatif lalu siswanya diminta menulis dan menjelaskan cara pembuatan dan cara kerjanya dalam bahasa Inggris.

Cimahi, Jawa Barat - Dalam kelompok masing-masing, siswa mengamati benda-benda/barang-barang yang akan dijadikan sumber belajar. Setiap kelompok mendapatkan sumber belajar yang berbeda. Ada yang berupa kalender bergambar makanan, mobil-mobilan, kamera, laptop, dan mikrofon. Pada tahap selanjutnya, saya meminta

siswa untuk memunculkan gagasan apa yang bisa dimunculkan terkait dengan benda-benda/barang tersebut. Ide-ide itu dijabarkan dalam bentuk instruksi. Artinya, anak-anak mampu membuat dan melaksanakan instruksi dalam bahasa Inggris dengan jelas. Untuk memiliki

kompetensi tersebut, dalam kelompok masing-masing, siswa saling bertanya jawab mengenai alat dan bahan yang dibutuhkan serta tahapan membuat karya sesuai pilihan kelompok. Siswa juga banyak bertanya kepada saya. Artinya, kegiatan saya pada saat kerja kelompok betul-betul mendampingi siswa, terutama yang mengalami

kesulitan.

Semua siswa mencari informasi yang mendukung terbentuknya karya setiap kelompok. Ada yang mencari informasi cara membuat mobil yang bertenaga angin. Ada yang mencari informasi cara menjalankan instruksi membuat makanan yang lezat. Ada yang mencari instruksi mengoperasikan mikrofon. Ada juga yang mencari informasi tentang cara mengoperasikan laptop dengan benar.

Informasi yang mereka peroleh kemudian didiskusikan sehingga terbangun rancangan karya setiap kelompok. Pada setiap tahapan, saya selalu membimbing siswa terutama yang mengalami kesulitan.

Dengan menggunakan bahasa Inggris, setiap kelompok (kelompok kamera, mobil, laptop, makanan) menjelaskan cara kerja, kemudian saling memberikan masukan antarkelompok.

(Tita Trisnawati, S.Pd. Guru Bahasa Inggris SMPN 5 Kota Cimahi)

Page 14: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 15

PRIORITAS - Praktik yang BaikPRIORITAS - Praktik yang Baik

Panen Bawang untuk Menambah ATK Pembelajaran

Oleh Wardiati, kepala SDN 12 Teunom, Aceh Jaya

Aceh, Jaya, Aceh - Sepetak lahan kosong yang saya miliki di dekat sekolah ternyata dapat memberikan manfaat bagi sekolah. Selama ini memang lahan tersebut tidak produktif dan terbiarkan begitu saja. Setelah mengikuti pelatihan MBS USAID PRIORITAS, muncul ide saya untuk memanfaatkan lahan tersebut untuk kebutuhan sekolah yang semakin meningkat dengan diterapkannya pembelajaran aktif.

Memang selama ini banyak orang beranggapan bahwa semua biaya untuk kebutuhan penunjang pembelajaran harus berasal dari dana sekolah. Saya coba menunjukkan bahwa masyarakat

juga dapat melakukan atau mendukung pembelajaran secara bersama.

Ide yang tercetus saat membuat RTL Pelatihan MBS itu saya wujudkan bersama komite sekolah dengan mengundang para wali murid untuk untuk menyampaikan program tersebut. Komite bersama para wali murid pun bersepakat untuk menanam bawang pada lahan kosong seluas 5 x 12 meter itu. Wali murid menyediakan bibit bawang dan pupuk kandang, sedangkan proses penanaman serta perawatannya dilakukan secara bersama.

Proses penanaman diawali dengan pengolahan dan pemupukan awal serta membuat bedeng (tumpukan tanah berbentuk jalur) seluas 1x10 meter sebanyak 3 bedeng. Proses tersebut

dilakukan secara bersama selama 1 minggu setelah jam sekolah usai. Proses dilanjutkan dengan penanaman bibit bawang oleh wali murid sebanyak 5 kg. Setelah bawang ditanam, penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari.

Untuk kegiatan ini, wali murid dan masyarakat melakukannya secara bergiliran. Setelah bawang berumur 1 bulan, dilakukan proses pemupukan kembali dengan pupuk kandang yang diteruskan dengan pencabutan rumput liar di sekitar tanaman bawang. Pada bulan ketiga, bawang sudah dapat dipanen, kemudian dilakukan penjemuran dan siap dijual. Bawang dijual kepada masyarakat, guru, wali murid dengan penghasilan sebesar Rp 450.000. Uang hasil penjualan tersebut kami gunakan untuk membeli peralatan ATK untuk mendukung pembelajaran.

Dampaknya, kami melihat orang tua siswa merasa senang dilibatkan dalam proses pembelajaran di sekolah dan dapat menepis anggapan bahwa biaya untuk proses pembelajaran tidak hanya bersumber dari sekolah, tetapi juga dapat disediakan secara bersama oleh masyarakat, wali murid, dan komite. Salah seorang orang tua murid menyatakan rasa bangganya ikut serta dalam proses ini.

“Kami sangat senang bisa membantu pembiayaan untuk proses belajar mengajar anak-anak kami di sekolah. Mungkin kalau diminta sumbangan dana, kami memiliki keterbatasan. Hanya sumbangan tenaga yang bisa kami berikan untuk menunjang proses pembelajaran anak-anak kami. Kami juga senang jika dapat dilibatkan secara langsung kedalam program-program yang ada di sekolah,” kata Ernawati, orang tua Elvi Fazlina, siswa kelas 4.

Kepala sekolah, siswa, guru, dan orang tua bekerja sama menanam, merawat, dan memanen bawang yang ditanam. Hasilnya digunakan untuk menambah pembelian ATK yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif di sekolah.

Wamena, Jayawijaya - Yayasan Kristen Wamena (YKW) bersama USAID PRIORITAS mengadakan pembekalan orang tua di 20 sekolah dasar di Pegunungan Tengah. Pembekalan tersebut dilaksanakan dalam bulan Agustus dan September. Tim pelatihan dari YKW bekerja sama dengan masing-masing sekolah mengundang orang tua untuk berbagi pentingnya pendidikan anak dan peran orang tua terhadap pendidikan anak.“Banyak orang tua yang tidak kenal huruf sehingga mereka tidak tahu harus mengajar apa kepada anak. Dalam kesempatan ini, kami sampaikan bahwa ada cara lain, yaitu memberi jam belajar dan mengingatkan anak untuk belajar,” tutur Grandy Muaja, salah satu pelatih.

Selain itu, salah satu yang ditekankan dalam pembekalan ini adalah kepedulian orang tua untuk mengantar anak sampai di sekolah. Beberapa kasus yang pernah terjadi adalah anak berpamitan untuk berangkat sekolah, tetapi tidak sampai di sekolah karena bertemu teman yang tidak sekolah dan diajak bermain. Tim pelatihan YKW juga menggunakan kesempatan tersebut untuk mengenalkan program pelatihan guru. Fokusnya adalah penggunaan buku paket kontekstual Papua (BPKP) yang sedang dilaksanakan kepada orang tua. (Jp)

Ajak Orang Tua di Papua Peduli Pendidikan Anak

Pertemuan orang tua murid yang difasilitasi YKW.

Belajar Sistem Tata Surya di Halaman Kelas

Tapanuli Utara, Sumatra Utara - Sabam Tobing adalah kepala SMPN 3 Siatas Barita, Tapanuli Utara (Taput). Ia mengembangkan PSM (peran serta masyarakat) dengan menerapkan kemitraan. Kemitraan dilakukan dengan memanfaatkan lahan warga yang ada di sekitar sekolah. Pemanfaatan lahan ini dilakukan bersama antara sekolah, warga, dan dua perusahaan pertanian, yaitu PT MUARA dan PT CIFA. Menurut Sabam Tobing, kerja sama ini merupakan implementasi kemitraan antara sekolah serta dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Gagasan Sabam Tobing diawali ketika sekolahnya memfokuskan kegiatan ekstrakurikuler di bidang pertanian dan perternakan. Ia ingin siswanya memiliki keterampilan dalam mengelola lahan pertanian dan berternak. Rencana ini rupanya mendapat

dukungan dari PT MUARA dan PT CIFA. Perusahaan ini menyediakan bibit yang bisa digunakan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler pun dimulai dari lahan kecil yang dimiliki sekolah. Pengelolaaan ini dikerjakan oleh siswa dibawah bimbingan guru.

Setelah lahan pertanian siswa berhasil, Sabam Tobing memperluas lahan dengan mengajak warga sekitar berpartisipasi. Warga diminta menyediakan lahan dan mengolah lahan itu sendiri. PT MUARA dan PT CIFA menyediakan bibit, alat pertanian, alat transportasi, dan menjadi penampung hasil tani. Lahan yang dikelola saat ini luas 15 hektare dengan pekerja sebanyak 15-20 orang. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan hasil tani dibagi antara pemilik lahan, pekerja dan sekolah.

Keuntungan sekolah akan digunakan untuk menyediakan seragam sekolah, tas sekolah, alat tulis sekolah, serta berbagai perlengkapan sekolah seperti topi dan sepatu. Guru, tenaga kependidikan dan siswa juga mendapatkan susu dan makan siang setiap hari. (Eh)Sekolah Bermitra dengan

Perusahaan Pertanian

Serpong, Banten - Para siswa dan siswi kelas VI itu sejenak mendengarkan petunjuk gurunya. Tak lama kemudian, salah seorang di antaranya berdiri di tengah, sedangkan delapan orang lain berlari mengelilinginya. Mereka bukan mengikuti pendidikan jasmani, namun

sedang memperagakan sistem tata surya yang terdiri atas matahari yang diorbit oleh 8 planet.

Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok yang terdiri atas 9 orang. Masing-masing anak memegang gambar benda langit anggota tata surya, matahari, dan 8 planet yang bergerak mengelilinginya. Mereka berdiri di lapangan di luar kelas. Lantas seorang anak membuat sebuah lingkaran dengan kapur. Di luar lingkaran itu dibuat lagi

lingkaran yang lebih besar. Proses ini diulang sampai ada 8 lingkaran yang berbeda ukurannya.

“Saya sengaja menggunakan ruangan di luar kelas untuk memberikan ruang bagi anak membayangkan diri mereka menjadi

benda-benda langit dalam susunan tata surya,” ujar Ibu Wiwik Budiasih, M.Pd, guru SDN Pondok Kacang 03, yang sedang berpraktik mengajar dalam pelatihan modul II di MI Ianathul Huda Serpong Utara, Tangerang Selatan. Dengan memerankan diri sebagai benda langit, siswa bisa lebih cepat mengingat nama-nama planet. Saya tinggal menyediakan gambar planet dan namanya di kertas,” ujarnya.

Pendekatan seperti ini menyenangkan para siswa. Andre, seorang siswa kelas 6, mengakui bahwa cara ini tidak membosankan. “Senang, Pak. Kami bisa belajar di luar kelas dan jadi tahu tentang planet,” tuturnya. Hal senada dikatakan Erika Amelia. “Dengan menggunakan gambar dan bermain seperti ini, saya jadi tahu Mars itu merah dan letaknya di antara Bumi dan Jupiter,” ucap Erika.

(Nic)

Murid MI Ianathul Huda memperagakan pergerakan planet mengelilingi matahari dalam sistem tata surya.

Siswa sedang mengelola lahan yang dikelola oleh warga dan sekolah.

Kebun ubi kayu untuk menghasilkan tapioka yang siap panen. Hasilnya dimanfaatkan untuk menyediakan berbagai perlengkapan sekolah.

Page 15: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 15

PRIORITAS - Praktik yang BaikPRIORITAS - Praktik yang Baik

Panen Bawang untuk Menambah ATK Pembelajaran

Oleh Wardiati, kepala SDN 12 Teunom, Aceh Jaya

Aceh, Jaya, Aceh - Sepetak lahan kosong yang saya miliki di dekat sekolah ternyata dapat memberikan manfaat bagi sekolah. Selama ini memang lahan tersebut tidak produktif dan terbiarkan begitu saja. Setelah mengikuti pelatihan MBS USAID PRIORITAS, muncul ide saya untuk memanfaatkan lahan tersebut untuk kebutuhan sekolah yang semakin meningkat dengan diterapkannya pembelajaran aktif.

Memang selama ini banyak orang beranggapan bahwa semua biaya untuk kebutuhan penunjang pembelajaran harus berasal dari dana sekolah. Saya coba menunjukkan bahwa masyarakat

juga dapat melakukan atau mendukung pembelajaran secara bersama.

Ide yang tercetus saat membuat RTL Pelatihan MBS itu saya wujudkan bersama komite sekolah dengan mengundang para wali murid untuk untuk menyampaikan program tersebut. Komite bersama para wali murid pun bersepakat untuk menanam bawang pada lahan kosong seluas 5 x 12 meter itu. Wali murid menyediakan bibit bawang dan pupuk kandang, sedangkan proses penanaman serta perawatannya dilakukan secara bersama.

Proses penanaman diawali dengan pengolahan dan pemupukan awal serta membuat bedeng (tumpukan tanah berbentuk jalur) seluas 1x10 meter sebanyak 3 bedeng. Proses tersebut

dilakukan secara bersama selama 1 minggu setelah jam sekolah usai. Proses dilanjutkan dengan penanaman bibit bawang oleh wali murid sebanyak 5 kg. Setelah bawang ditanam, penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari.

Untuk kegiatan ini, wali murid dan masyarakat melakukannya secara bergiliran. Setelah bawang berumur 1 bulan, dilakukan proses pemupukan kembali dengan pupuk kandang yang diteruskan dengan pencabutan rumput liar di sekitar tanaman bawang. Pada bulan ketiga, bawang sudah dapat dipanen, kemudian dilakukan penjemuran dan siap dijual. Bawang dijual kepada masyarakat, guru, wali murid dengan penghasilan sebesar Rp 450.000. Uang hasil penjualan tersebut kami gunakan untuk membeli peralatan ATK untuk mendukung pembelajaran.

Dampaknya, kami melihat orang tua siswa merasa senang dilibatkan dalam proses pembelajaran di sekolah dan dapat menepis anggapan bahwa biaya untuk proses pembelajaran tidak hanya bersumber dari sekolah, tetapi juga dapat disediakan secara bersama oleh masyarakat, wali murid, dan komite. Salah seorang orang tua murid menyatakan rasa bangganya ikut serta dalam proses ini.

“Kami sangat senang bisa membantu pembiayaan untuk proses belajar mengajar anak-anak kami di sekolah. Mungkin kalau diminta sumbangan dana, kami memiliki keterbatasan. Hanya sumbangan tenaga yang bisa kami berikan untuk menunjang proses pembelajaran anak-anak kami. Kami juga senang jika dapat dilibatkan secara langsung kedalam program-program yang ada di sekolah,” kata Ernawati, orang tua Elvi Fazlina, siswa kelas 4.

Kepala sekolah, siswa, guru, dan orang tua bekerja sama menanam, merawat, dan memanen bawang yang ditanam. Hasilnya digunakan untuk menambah pembelian ATK yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran aktif di sekolah.

Wamena, Jayawijaya - Yayasan Kristen Wamena (YKW) bersama USAID PRIORITAS mengadakan pembekalan orang tua di 20 sekolah dasar di Pegunungan Tengah. Pembekalan tersebut dilaksanakan dalam bulan Agustus dan September. Tim pelatihan dari YKW bekerja sama dengan masing-masing sekolah mengundang orang tua untuk berbagi pentingnya pendidikan anak dan peran orang tua terhadap pendidikan anak.“Banyak orang tua yang tidak kenal huruf sehingga mereka tidak tahu harus mengajar apa kepada anak. Dalam kesempatan ini, kami sampaikan bahwa ada cara lain, yaitu memberi jam belajar dan mengingatkan anak untuk belajar,” tutur Grandy Muaja, salah satu pelatih.

Selain itu, salah satu yang ditekankan dalam pembekalan ini adalah kepedulian orang tua untuk mengantar anak sampai di sekolah. Beberapa kasus yang pernah terjadi adalah anak berpamitan untuk berangkat sekolah, tetapi tidak sampai di sekolah karena bertemu teman yang tidak sekolah dan diajak bermain. Tim pelatihan YKW juga menggunakan kesempatan tersebut untuk mengenalkan program pelatihan guru. Fokusnya adalah penggunaan buku paket kontekstual Papua (BPKP) yang sedang dilaksanakan kepada orang tua. (Jp)

Ajak Orang Tua di Papua Peduli Pendidikan Anak

Pertemuan orang tua murid yang difasilitasi YKW.

Belajar Sistem Tata Surya di Halaman Kelas

Tapanuli Utara, Sumatra Utara - Sabam Tobing adalah kepala SMPN 3 Siatas Barita, Tapanuli Utara (Taput). Ia mengembangkan PSM (peran serta masyarakat) dengan menerapkan kemitraan. Kemitraan dilakukan dengan memanfaatkan lahan warga yang ada di sekitar sekolah. Pemanfaatan lahan ini dilakukan bersama antara sekolah, warga, dan dua perusahaan pertanian, yaitu PT MUARA dan PT CIFA. Menurut Sabam Tobing, kerja sama ini merupakan implementasi kemitraan antara sekolah serta dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Gagasan Sabam Tobing diawali ketika sekolahnya memfokuskan kegiatan ekstrakurikuler di bidang pertanian dan perternakan. Ia ingin siswanya memiliki keterampilan dalam mengelola lahan pertanian dan berternak. Rencana ini rupanya mendapat

dukungan dari PT MUARA dan PT CIFA. Perusahaan ini menyediakan bibit yang bisa digunakan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler pun dimulai dari lahan kecil yang dimiliki sekolah. Pengelolaaan ini dikerjakan oleh siswa dibawah bimbingan guru.

Setelah lahan pertanian siswa berhasil, Sabam Tobing memperluas lahan dengan mengajak warga sekitar berpartisipasi. Warga diminta menyediakan lahan dan mengolah lahan itu sendiri. PT MUARA dan PT CIFA menyediakan bibit, alat pertanian, alat transportasi, dan menjadi penampung hasil tani. Lahan yang dikelola saat ini luas 15 hektare dengan pekerja sebanyak 15-20 orang. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan hasil tani dibagi antara pemilik lahan, pekerja dan sekolah.

Keuntungan sekolah akan digunakan untuk menyediakan seragam sekolah, tas sekolah, alat tulis sekolah, serta berbagai perlengkapan sekolah seperti topi dan sepatu. Guru, tenaga kependidikan dan siswa juga mendapatkan susu dan makan siang setiap hari. (Eh)Sekolah Bermitra dengan

Perusahaan Pertanian

Serpong, Banten - Para siswa dan siswi kelas VI itu sejenak mendengarkan petunjuk gurunya. Tak lama kemudian, salah seorang di antaranya berdiri di tengah, sedangkan delapan orang lain berlari mengelilinginya. Mereka bukan mengikuti pendidikan jasmani, namun

sedang memperagakan sistem tata surya yang terdiri atas matahari yang diorbit oleh 8 planet.

Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok yang terdiri atas 9 orang. Masing-masing anak memegang gambar benda langit anggota tata surya, matahari, dan 8 planet yang bergerak mengelilinginya. Mereka berdiri di lapangan di luar kelas. Lantas seorang anak membuat sebuah lingkaran dengan kapur. Di luar lingkaran itu dibuat lagi

lingkaran yang lebih besar. Proses ini diulang sampai ada 8 lingkaran yang berbeda ukurannya.

“Saya sengaja menggunakan ruangan di luar kelas untuk memberikan ruang bagi anak membayangkan diri mereka menjadi

benda-benda langit dalam susunan tata surya,” ujar Ibu Wiwik Budiasih, M.Pd, guru SDN Pondok Kacang 03, yang sedang berpraktik mengajar dalam pelatihan modul II di MI Ianathul Huda Serpong Utara, Tangerang Selatan. Dengan memerankan diri sebagai benda langit, siswa bisa lebih cepat mengingat nama-nama planet. Saya tinggal menyediakan gambar planet dan namanya di kertas,” ujarnya.

Pendekatan seperti ini menyenangkan para siswa. Andre, seorang siswa kelas 6, mengakui bahwa cara ini tidak membosankan. “Senang, Pak. Kami bisa belajar di luar kelas dan jadi tahu tentang planet,” tuturnya. Hal senada dikatakan Erika Amelia. “Dengan menggunakan gambar dan bermain seperti ini, saya jadi tahu Mars itu merah dan letaknya di antara Bumi dan Jupiter,” ucap Erika.

(Nic)

Murid MI Ianathul Huda memperagakan pergerakan planet mengelilingi matahari dalam sistem tata surya.

Siswa sedang mengelola lahan yang dikelola oleh warga dan sekolah.

Kebun ubi kayu untuk menghasilkan tapioka yang siap panen. Hasilnya dimanfaatkan untuk menyediakan berbagai perlengkapan sekolah.

Page 16: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 -

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Datangkan Guru ABK dengan Dana Swadana Orang Tua

Bantaeng, Sulawesi Selatan - SDN 63 Bontojonga, Bantaeng, memiliki kelas jauh yang berada di Desa Pa’bumbungan di Hutan Babangin di puncak Pegunungan Lompobattang. Hutan Babangin adalah hutan lindung yang merupakan tempat pelestarian binatang langka anoa. Ada sekitar 40 siswa di sekolah ini. Setiap kelas terdiri atas 5-10 siswa. Awalnya, pembelajaran di sekolah ini dilakukan di bawah kolong rumah. Tempat yang sempit ini dianggap tidak layak untuk melangsungkan proses pembelajaran. Setelah kepala sekolah, guru, dan komite sekolah mengikuti pelatihan manajemen berbasis sekolah yang difasilitasi USAID PRIORITAS, mereka menjadi paham cara meningkatkan peran serta masyarakat dalam membangun sekolah tersebut.

Komite sekolah mengadakan pertemuan dengan masyarakat sekitar sekolah untuk mendorong mereka berperan

serta membangun sekolah. Kepedulian masyarakat mulai tumbuh. Hampir semua anggota masyarakat dengan sukarela bersedia membantu. Bahkan, Pak Sampara, salah seorang tokoh masyarakat pendiri perkampungan, bersedia menghibahkan tanahnya untuk lokasi sekolah. Sementara warga lain menyumbangkan tripleks, bambu, paku, tali, dan lain-lain.

Pemerintah daerah juga membantu pengadaan seng untuk bahan atapnya. Karena wilayah tersebut terletak di pegunungan tempat perlindungan anoa, masyarakat tidak boleh menebang kayu hutan. Maka, pilar-pilar bangunannya memakai bambu.

Kualitas pembelajaran dibuat agar kualitasnya tidak jauh berbeda dengan sekolah induk. Para guru SDN 63 Bontojonga tetap menerapkan PAKEM. Para murid belajar berdiskusi secara berkelompok, memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar.

Dengan penerapan pembelajaran aktif, kualitas pendidikan anak-anak di desa terpencil tersebut meningkat. “Dulu jangankan bertanya, menyapa guru pun anak-anak tidak ada yang berani. Mereka takut-takut dengan orang luar. Namun, sekarang ini anak-anak sudah banyak yang tampil berani. Pengaruh tersebut paling nyata kelihatan diantara mereka,” ujar Pak Rahman.

Selain itu, para murid semua mampu membaca dengan baik, tak kalah dengan sekolah-sekolah yang lain. “Ini kemajuan yang luar biasa bagi masyarakat terpencil seperti itu,” tegas Pak Rahman. (Ajb)

Sekolah Terpencil pun Terapkan MBS dan Pembelajaran Aktif

Lumajang, Jawa Timur - Wildari dulu bukanlah anak yang ceria. Salah satu siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) kelas 3 di SDN Bondoyudo 02, Kec. Sukodono, Lumajang, ini selalu

menangis dan minder dengan teman-temannya. Berbagai cara telah ditempuh oleh Bu Eko Ariningsih, guru kelas 3 SDN Bondoyudo 02 agar Wildari semangat belajar dan mau berbaur dengan teman-temannya, namun belum berhasil. Setelah mengikuti pelatihan PAKEM dari USAID PRIORITAS, guru yang akrab dipanggil Bu Eko tersebut benar-benar mendapatkan pencerahan.

“Saya terapkan pembelajaran PAKEM di kelas, siswa duduk berkelompok dan saya biasakan setiap siswa wajib melakukan presentasi di depan kelas, termasuk Wildari,” ungkapnya.

Ternyata, apa yang dilakukan Bu Eko membawa hasil. Pelan-pelan Wildari berani maju di depan kelas. Ia mulai bergaul dan mau mengobrol dengan teman-temannya. Bahkan, ketika karyanya dipajang di kelas, senyum Wildari merekah bangga. Kini Wildari mulai berani tampil di acara seni dan karnaval di sekolahnya. Dalam pembelajaran, Wildari juga mulai lancar membaca dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

(Rad)

Wildari Kini Berani Tampil di Depan Kelas

Orang tua murid SDN Kutorenon 02 Lumajang memfasilitasi adanya guru khusus bagi siswa ABK. Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah bekerja sama untuk memfasilitasi siswa ABK mendapatkan pelayanan pembelajaran yang optimal seperti siswa lainnya.

Wildari (berdiri) didampingi guru saat diminta presentasi di depan kelas. Kini Wildari sudah berani tampil di depan kelas. Dulu Wildari selalu menangis dan minder apabila diminta maju di depan kelas.

Lumajang, Jawa Timur - SDN Kutorenon 02, Kab. Lumajang, memiliki 10 siswa anak berkebutuhan khusus (ABK). Kebijakan pemerintah mewajibkan setiap sekolah yang tidak diperbolehkan menolak siswa ABK berdampak pada peminat siswa ABK yang bersekolah cukup tinggi.

Kepala SDN Kutorenon 02 Kab. Lumajang Henry Syaifullah, S.Pd perlu mengambil langkah agar siswa ABK tetap mendapatkan hak belajar yang sama dengan siswa lainnya. Meskipun, beliau mengakui bahwa kemampuan para gurunya untuk menangani siswa ABK masih sangat terbatas. Apalagi, setelah bermitra dengan USAID PRIORITAS dan mendapat kesempatan berkunjung ke sekolah mitra USAID DBE di Nganjuk dan Sidoarjo, semakin memotivasi Henry untuk menjadikan sekolahnya lebih baik.

Tak hilang ide, Henry kemudian berdiskusi dengan komite sekolah dan orang tua siswa yang tergabung dalam paguyuban kelas. “Ternyata mereka juga memiliki semangat yang tinggi untuk memajukan siswa ABK yang bersekolah disini,” terangnya. Apalagi, Ketua Komite Sekolah Ari Gunawan sangat mendukung rencana ini.

Ketua Komite Sekolah kemudian mengumpulkan paguyuban kelas untuk berembuk. Sadar akan lemahnya

kemampuan guru dalam menangani siswa ABK, dari hasil pertemuan tersebut paguyuban kelas setuju untuk mengeluarkan dana mandiri khusus untuk menangani siswa ABK. Para orang tua ini rela iuran swadana mendatangkan 2 guru dari SDLB yang khusus memberikan pendampingan pembelajaran selama 2 kali dalam seminggu setiap hari Rabu dan Kamis.

Para orang tua yang tergabung dalam paguyuban kelas juga membuat jadwal piket di sekolah setiap hari. Tugasnya, membantu guru dalam mempersiapkan kebutuhan pembelajaran siswa dan membantu siswa ABK dalam proses pembelajaran.

Ternyata upaya ini memberikan kemajuan belajar yang siginifikan pada siswa ABK. Tidak hanya terbatas dalam pelajaran saja, siswa ABK juga diberikan kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakatnya dalam bidang kesenian. Menurut Henry, minat bakat

siswanya harus dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas anak. Minat bakat anak dikembangkan berdasar talenta masing-masing. Ternyata siswa ABK juga memiliki talenta di bidang puisi, tari, dan seni drama. Ada 7 siswa yang menyukai seni tari dan drama dan 3 siswa berminat di bidang puisi. Dengan pembinaan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, ternyata rasa percaya diri mereka semakin bertambah dan termotivasi untuk sekolah. Bahkan, ada siswa ABK yang prestasi akademiknya naik. Ia mampu mencapai prestasi pembelajaran dan masuk 10 besar di kelas IV.

(Rad)

Komite sekolah rapat membahas pembangunan sekolah. Dalam pembangunan, seluruh warga sekitar bekerja sama membantu sekolah dengan menyumbangkan tanah, bambu, tenaga, uang untuk memulai pendirian bangunan sekolah secara sederhana.

Pembelajaran di kelas jauh SDN 63 Bontojonga yang berada di daerah terpencil juga menerapkan PAKEM.

Perlu Diberi Penghargaan

JARAK dari Kota Bantaeng ke SDN 63 Bontojonga sekitar 21 km, dan jarak dari sekolah induk SD Negeri 63 Bontojonga dengan kelas jauhnya yang berada di Desa Pa’bumbungan kurang lebih 4 kilometer. Gurunya berasal dari sekolah induk yang berjumlah 11 orang. Tiga guru berstatus PNS, lainnya honorer.

Untuk mengajar di kelas jauh tersebut, para guru harus berjalan kaki melewati jalanan berkelok-kelok naik dan berbatu. Tidak ada kendaraan yang bisa mencapai sekolah di desa yang berdiri 40 rumah tersebut. Para guru setiap hari harus bangun pagi-pagi berjalan kaki menempuh waktu sekitar satu jam. “Semangat mengajar para guru sangat tinggi. Mereka perlu diberi penghargaan karena mau mengajar di sekolah yang susah dijangkau,” kata Kepala SDN 63 Bontojonga Rahman, S.Pd. (Ajb)

Page 17: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 -

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Datangkan Guru ABK dengan Dana Swadana Orang Tua

Bantaeng, Sulawesi Selatan - SDN 63 Bontojonga, Bantaeng, memiliki kelas jauh yang berada di Desa Pa’bumbungan di Hutan Babangin di puncak Pegunungan Lompobattang. Hutan Babangin adalah hutan lindung yang merupakan tempat pelestarian binatang langka anoa. Ada sekitar 40 siswa di sekolah ini. Setiap kelas terdiri atas 5-10 siswa. Awalnya, pembelajaran di sekolah ini dilakukan di bawah kolong rumah. Tempat yang sempit ini dianggap tidak layak untuk melangsungkan proses pembelajaran. Setelah kepala sekolah, guru, dan komite sekolah mengikuti pelatihan manajemen berbasis sekolah yang difasilitasi USAID PRIORITAS, mereka menjadi paham cara meningkatkan peran serta masyarakat dalam membangun sekolah tersebut.

Komite sekolah mengadakan pertemuan dengan masyarakat sekitar sekolah untuk mendorong mereka berperan

serta membangun sekolah. Kepedulian masyarakat mulai tumbuh. Hampir semua anggota masyarakat dengan sukarela bersedia membantu. Bahkan, Pak Sampara, salah seorang tokoh masyarakat pendiri perkampungan, bersedia menghibahkan tanahnya untuk lokasi sekolah. Sementara warga lain menyumbangkan tripleks, bambu, paku, tali, dan lain-lain.

Pemerintah daerah juga membantu pengadaan seng untuk bahan atapnya. Karena wilayah tersebut terletak di pegunungan tempat perlindungan anoa, masyarakat tidak boleh menebang kayu hutan. Maka, pilar-pilar bangunannya memakai bambu.

Kualitas pembelajaran dibuat agar kualitasnya tidak jauh berbeda dengan sekolah induk. Para guru SDN 63 Bontojonga tetap menerapkan PAKEM. Para murid belajar berdiskusi secara berkelompok, memanfaatkan lingkungan

sebagai sumber belajar.

Dengan penerapan pembelajaran aktif, kualitas pendidikan anak-anak di desa terpencil tersebut meningkat. “Dulu jangankan bertanya, menyapa guru pun anak-anak tidak ada yang berani. Mereka takut-takut dengan orang luar. Namun, sekarang ini anak-anak sudah banyak yang tampil berani. Pengaruh tersebut paling nyata kelihatan diantara mereka,” ujar Pak Rahman.

Selain itu, para murid semua mampu membaca dengan baik, tak kalah dengan sekolah-sekolah yang lain. “Ini kemajuan yang luar biasa bagi masyarakat terpencil seperti itu,” tegas Pak Rahman. (Ajb)

Sekolah Terpencil pun Terapkan MBS dan Pembelajaran Aktif

Lumajang, Jawa Timur - Wildari dulu bukanlah anak yang ceria. Salah satu siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) kelas 3 di SDN Bondoyudo 02, Kec. Sukodono, Lumajang, ini selalu

menangis dan minder dengan teman-temannya. Berbagai cara telah ditempuh oleh Bu Eko Ariningsih, guru kelas 3 SDN Bondoyudo 02 agar Wildari semangat belajar dan mau berbaur dengan teman-temannya, namun belum berhasil. Setelah mengikuti pelatihan PAKEM dari USAID PRIORITAS, guru yang akrab dipanggil Bu Eko tersebut benar-benar mendapatkan pencerahan.

“Saya terapkan pembelajaran PAKEM di kelas, siswa duduk berkelompok dan saya biasakan setiap siswa wajib melakukan presentasi di depan kelas, termasuk Wildari,” ungkapnya.

Ternyata, apa yang dilakukan Bu Eko membawa hasil. Pelan-pelan Wildari berani maju di depan kelas. Ia mulai bergaul dan mau mengobrol dengan teman-temannya. Bahkan, ketika karyanya dipajang di kelas, senyum Wildari merekah bangga. Kini Wildari mulai berani tampil di acara seni dan karnaval di sekolahnya. Dalam pembelajaran, Wildari juga mulai lancar membaca dan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

(Rad)

Wildari Kini Berani Tampil di Depan Kelas

Orang tua murid SDN Kutorenon 02 Lumajang memfasilitasi adanya guru khusus bagi siswa ABK. Kepala sekolah, guru, dan komite sekolah bekerja sama untuk memfasilitasi siswa ABK mendapatkan pelayanan pembelajaran yang optimal seperti siswa lainnya.

Wildari (berdiri) didampingi guru saat diminta presentasi di depan kelas. Kini Wildari sudah berani tampil di depan kelas. Dulu Wildari selalu menangis dan minder apabila diminta maju di depan kelas.

Lumajang, Jawa Timur - SDN Kutorenon 02, Kab. Lumajang, memiliki 10 siswa anak berkebutuhan khusus (ABK). Kebijakan pemerintah mewajibkan setiap sekolah yang tidak diperbolehkan menolak siswa ABK berdampak pada peminat siswa ABK yang bersekolah cukup tinggi.

Kepala SDN Kutorenon 02 Kab. Lumajang Henry Syaifullah, S.Pd perlu mengambil langkah agar siswa ABK tetap mendapatkan hak belajar yang sama dengan siswa lainnya. Meskipun, beliau mengakui bahwa kemampuan para gurunya untuk menangani siswa ABK masih sangat terbatas. Apalagi, setelah bermitra dengan USAID PRIORITAS dan mendapat kesempatan berkunjung ke sekolah mitra USAID DBE di Nganjuk dan Sidoarjo, semakin memotivasi Henry untuk menjadikan sekolahnya lebih baik.

Tak hilang ide, Henry kemudian berdiskusi dengan komite sekolah dan orang tua siswa yang tergabung dalam paguyuban kelas. “Ternyata mereka juga memiliki semangat yang tinggi untuk memajukan siswa ABK yang bersekolah disini,” terangnya. Apalagi, Ketua Komite Sekolah Ari Gunawan sangat mendukung rencana ini.

Ketua Komite Sekolah kemudian mengumpulkan paguyuban kelas untuk berembuk. Sadar akan lemahnya

kemampuan guru dalam menangani siswa ABK, dari hasil pertemuan tersebut paguyuban kelas setuju untuk mengeluarkan dana mandiri khusus untuk menangani siswa ABK. Para orang tua ini rela iuran swadana mendatangkan 2 guru dari SDLB yang khusus memberikan pendampingan pembelajaran selama 2 kali dalam seminggu setiap hari Rabu dan Kamis.

Para orang tua yang tergabung dalam paguyuban kelas juga membuat jadwal piket di sekolah setiap hari. Tugasnya, membantu guru dalam mempersiapkan kebutuhan pembelajaran siswa dan membantu siswa ABK dalam proses pembelajaran.

Ternyata upaya ini memberikan kemajuan belajar yang siginifikan pada siswa ABK. Tidak hanya terbatas dalam pelajaran saja, siswa ABK juga diberikan kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakatnya dalam bidang kesenian. Menurut Henry, minat bakat

siswanya harus dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas anak. Minat bakat anak dikembangkan berdasar talenta masing-masing. Ternyata siswa ABK juga memiliki talenta di bidang puisi, tari, dan seni drama. Ada 7 siswa yang menyukai seni tari dan drama dan 3 siswa berminat di bidang puisi. Dengan pembinaan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka, ternyata rasa percaya diri mereka semakin bertambah dan termotivasi untuk sekolah. Bahkan, ada siswa ABK yang prestasi akademiknya naik. Ia mampu mencapai prestasi pembelajaran dan masuk 10 besar di kelas IV.

(Rad)

Komite sekolah rapat membahas pembangunan sekolah. Dalam pembangunan, seluruh warga sekitar bekerja sama membantu sekolah dengan menyumbangkan tanah, bambu, tenaga, uang untuk memulai pendirian bangunan sekolah secara sederhana.

Pembelajaran di kelas jauh SDN 63 Bontojonga yang berada di daerah terpencil juga menerapkan PAKEM.

Perlu Diberi Penghargaan

JARAK dari Kota Bantaeng ke SDN 63 Bontojonga sekitar 21 km, dan jarak dari sekolah induk SD Negeri 63 Bontojonga dengan kelas jauhnya yang berada di Desa Pa’bumbungan kurang lebih 4 kilometer. Gurunya berasal dari sekolah induk yang berjumlah 11 orang. Tiga guru berstatus PNS, lainnya honorer.

Untuk mengajar di kelas jauh tersebut, para guru harus berjalan kaki melewati jalanan berkelok-kelok naik dan berbatu. Tidak ada kendaraan yang bisa mencapai sekolah di desa yang berdiri 40 rumah tersebut. Para guru setiap hari harus bangun pagi-pagi berjalan kaki menempuh waktu sekitar satu jam. “Semangat mengajar para guru sangat tinggi. Mereka perlu diberi penghargaan karena mau mengajar di sekolah yang susah dijangkau,” kata Kepala SDN 63 Bontojonga Rahman, S.Pd. (Ajb)

Page 18: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014

PRIORITAS - Praktik yang BaikPRIORITAS - Praktik yang Baik

Kreativitas Sekolah dalam Kembangkan Budaya BacaSalah satu kegiatan yang dipromosikan USAID PRIORITAS adalah pengembangan budaya baca di sekolah. USAID PRIORITAS melatih fasilitator untuk mendorong sekolah mengembangkan budaya baca. Contoh nyata telah muncul di sekolah- sekolah mitra USAID PRIORITAS atau sekolah tempat para fasilitator bertugas. Berikut beberapa contoh yang menarik untuk diadaptasi.

Kembangkan Beragam Layanan untuk Tingkatkan Minat Baca

SDN 2 Rajamandalakulon, Cipatat Bandung Barat,

Jawa Barat mengembangkan program layanan perpustakaan

untuk meningkatkan budaya baca para siswa. Berikut laporan

Deni Nurjaman, guru yang juga pengelola perpustakaan di

sekolah tersebut.

Cilegon, Banten - Budaya membaca yang diterapkan SMPIT Raudlatul Jannah, Cilegon, berhasil membuat para siswanya terampil dalam menulis. Sekolah ini telah menerbitkan buku-buku hasil tulisan siswanya. Menurut Ibu Endang Hanimah, kepala SMPIT Raudlatul Jannah, sekolahnya telah menerbitkan buku kumpulan puisi dan cerpen karya para siswa untuk edisi yang ketujuh.

Untuk menerbitkan kumpulan tulisan para siswa, sejumlah orang tua ikut membantu biaya cetaknya. “Setiap tamu yang datang ke sekolah kami selalu terkejut menerima bingkisan buku ini. Tak ada yang menyangka siswa SMP bisa menghasilkan karya seperti ini,” ujarnya.

Kemampuan menulis yang baik tersebut merupakan dampak budaya baca yang

diterapkan sekolah. Setiap hari Senin sampai Jumat sebelum pembelajaran

dimulai, seluruh siswa, guru, dan karyawan sekolah membaca ayat suci Alquran dan dilanjutkan dengan membaca selama 15 menit. Khusus hari Senin dan Selasa, kegiatan ini ditambah dengan 50 menit membaca buku pilihan sendiri. “Jadi, begitu bel berbunyi pukul 7 lewat 15 menit, sekolah hening. Semua membaca,” ujar Ibu Endang.

Gerakkan Siswa Senang Baca BukuKetika memulai kegiatan budaya baca, siswa dibebaskan untuk membaca buku apa saja selama tidak bertentangan dengan dunia pendidikan. Ada yang membawa komik, cerita bergambar, dan majalah. Hal ini untuk menumbuhkan minat membaca mereka yang sebagian besar diantara mereka sangat kurang atau tidak gemar membaca.

Awalnya, kegelisahan tampak pada beberapa siswa ketika mereka harus berhadapan dengan buku bacaan.

Mereka tidak terbiasa duduk dengan tenang menghadapi buku. Ada yang sekadar memperhatikan, ada yang hanya termenung, ada yang selalu membolak-balikan halaman namun tidak fokus. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai terbiasa dengan membaca buku.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan membaca ini, setiap peserta didik diwajibkan untuk membuat resensi dari buku yang telah dibacanya. Target resensi minimal satu buku, namun

beberapa siswa ada yang melaporkannya lebih dari satu buku bacaan. Hal ini tentu perkembangan yang sangat baik. Kemampuan membaca mereka meningkat, mereka pun bertambah wawasan. (Nic/Anw)

SMPIT Raudlatul Jannah, Cilegon

Budaya Baca Buat Siswa Produktif

Terbitkan Buku Koleksi buku baru selalu dipajang diperpustakaan untuk menarik minat siswa berkunjung ke perpustakaan.

Ibu Endang Hanimah, kepala SMPIT Raudlatul Jannah, menunjukkan beberapa buku yang ditulis para siswanya.

Pada saat jam membaca dimulai, guru, kepala sekolah, karyawan, dan semua yang ada di sekolah wajib untuk membaca. Program ini berhasil membuat warga sekolah menjadi produktif dalam menulis karena mereka memiliki banyak referensi untuk menuangkan gagasannya.

Siswa membaca buku bacaan yang disukainya. Siswa membaca buku bacaan yang disukainya.

Bandung Barat, Jawa Barat - Perpustakaan SDN 2 Rajamandalakulon menggunakan sistem layanan terbuka. Setiap pemustaka bisa langsung memilih sendiri bahan pustaka ke dalam rak koleksi. Dengan sistem pelayanan terbuka, para siswa lebih leluasa untuk memilih ataupun mencari bahan pustaka yang diinginkan.

Sebagai nilai tambah, perpustakaan ini juga menyediakan layanan informasi visual sebagai produk unggulan. Pengelolaan perpustakaan berubah pula dari awalnya hanya mengunakan sistem manual kini menjadi sistem terotomasi dengan mengunakan software Senayan Manajemen Library Sistem Versi Meranti.

Dengan sistem otomasi ini, pustakawan lebih mudah mengetahui siapa saja yang sering berkunjung. Setiap tahun ada pemberian penghargaan pada anggota perpustakaan yang sering berkunjung. Penghargaan ternyata menumbuhkan motivasi siswa untuk berkunjung.

Robot SAIDUntuk menambah daya tarik pengunjung, perpustakaan dilengkapi sebuah robot cerdas dan pintar. Robot tersebut menyambut setiap kedatangan pemustaka. Robot itu diberi nama SAID yang diambil dari kata USA–Indonesia. Robot SAID pandai berdialog dengan para pemustaka. Robot tersebut dirakit oleh para siswa SDN 2 Rajamandalakulon.

Robot cerdas dan pintar ini ternyata pembuatannya sangat sederhana. Bahannya terbuat dari barang-barang bekas, antara lain:1. 6 kaleng bekas minuman,2. 2 plastik bekas minuman seperti Milkuat,3. Sendok dan garpu bekas mi instan,4. 1 batang lilin bakar,5. 1 buah mobil mainan bekas,6. 1 buah speaker bluetooth.

Robot SAID bisa dikendalikan melalui remote control, komputer, iPad, ataupun handphone dengan mengunakan sinyal bluetooth.

Layanan untuk KemudahanBerbagai layanan perpustakaan disediakan untuk membuat pemustaka mau berkunjung ke perpustakaan. Misalnya, layanan referensi, audio visual, sirkulasi, pojok baca, story telling, perpustakaan keliling, internet, komputer, dan lain-lain.

1. Layanan referensi Diberikan kepada para pemustaka yang sedang mencari bahan-bahan rujukan yang diperlukan. Layanan ini lebih banyak dibutuhkan oleh guru yang sedang mencari bahan untuk pembelajaran di kelas. Layanan audio

visual diberikan untuk pembelajaran yang bersifat interaktif dan rekreatif, seperti pembelajaran yang mengunakan CD interaktif dan pemutaran film yang bersifat mendidik dan menunjang terhadap pembelajaran.

2. Layanan sirkulasi Layanan ini menjadi yang paling utama di perpustakaan.

Pemustaka bisa meminjam bacaan ke rumah. Keterlambatan mengembalikan bahan pustaka dikenai denda. Data peminjaman sudah terintegrasi dengan program komputer. Apabila terjadi keterlambatan, komputer otomatis memberikan peringatan sekaligus menginformasikan jumlah denda.

3. Layanan Pojok BacaLayanan ini disediakan untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung karena perpustakaan belum bisa memenuhi kebutuhan ±750 anggota. Di luar perpustakaan yang hanya berukuran 56 m2, sudut baca disiapkan di sudut-sudut strategis sekolah. Siswa tampak nyaman membaca baik di ruang perpustakaan maupun di sudut baca sesuai dengan 'selera' masing-masing. Selain di dalam perpustakaan, di luar perpustakaan pojok baca juga tersedia di setiap ruang kelas.

4. Layanan Story TellingLayanan story telling dapat membentuk karakter anak dengan cara menyenangkan. Cerita-cerita menarik ternyata menumbuhkan karakter positif siswa. Selain pustakawan dan guru, ternyata tidak sedikit siswa yang ingin belajar membawakan cerita di depan teman-temannya sendiri.

5. Layanan Perpustakaan Keliling Ada juga layanan perpustakaan keliling yang merupakan kerja sama antara perpustakaan sekolah dan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Prov. Jawa Barat (Bapusipda Jabar) serta Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kab. Bandung Barat.

Setiap ada perpustakaan keliling, siswa begitu antusias membaca. Bapusipda Jabar juga membantu penambahan koleksi perpustakaan sebanyak 300 eksemplar buku yang bisa ditukar kembali apabila para pemustaka sudah merasa bosan dengan koleksi tersebut.

Berbagai layanan perpustakaan yang dikembangkan SDN 2 Rajamandalakulon dapat meningkatkan minat baca para siswanya. Tampak siswa sedang mencari buku pada katalog pustaka di komputer dan memanfaatkan pojok baca.

Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 19

Siswa membaca buku bacaan yang disukainya. Siswa membaca buku bacaan yang disukainya.

Page 19: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014

PRIORITAS - Praktik yang BaikPRIORITAS - Praktik yang Baik

Kreativitas Sekolah dalam Kembangkan Budaya BacaSalah satu kegiatan yang dipromosikan USAID PRIORITAS adalah pengembangan budaya baca di sekolah. USAID PRIORITAS melatih fasilitator untuk mendorong sekolah mengembangkan budaya baca. Contoh nyata telah muncul di sekolah- sekolah mitra USAID PRIORITAS atau sekolah tempat para fasilitator bertugas. Berikut beberapa contoh yang menarik untuk diadaptasi.

Kembangkan Beragam Layanan untuk Tingkatkan Minat Baca

SDN 2 Rajamandalakulon, Cipatat Bandung Barat,

Jawa Barat mengembangkan program layanan perpustakaan

untuk meningkatkan budaya baca para siswa. Berikut laporan

Deni Nurjaman, guru yang juga pengelola perpustakaan di

sekolah tersebut.

Cilegon, Banten - Budaya membaca yang diterapkan SMPIT Raudlatul Jannah, Cilegon, berhasil membuat para siswanya terampil dalam menulis. Sekolah ini telah menerbitkan buku-buku hasil tulisan siswanya. Menurut Ibu Endang Hanimah, kepala SMPIT Raudlatul Jannah, sekolahnya telah menerbitkan buku kumpulan puisi dan cerpen karya para siswa untuk edisi yang ketujuh.

Untuk menerbitkan kumpulan tulisan para siswa, sejumlah orang tua ikut membantu biaya cetaknya. “Setiap tamu yang datang ke sekolah kami selalu terkejut menerima bingkisan buku ini. Tak ada yang menyangka siswa SMP bisa menghasilkan karya seperti ini,” ujarnya.

Kemampuan menulis yang baik tersebut merupakan dampak budaya baca yang

diterapkan sekolah. Setiap hari Senin sampai Jumat sebelum pembelajaran

dimulai, seluruh siswa, guru, dan karyawan sekolah membaca ayat suci Alquran dan dilanjutkan dengan membaca selama 15 menit. Khusus hari Senin dan Selasa, kegiatan ini ditambah dengan 50 menit membaca buku pilihan sendiri. “Jadi, begitu bel berbunyi pukul 7 lewat 15 menit, sekolah hening. Semua membaca,” ujar Ibu Endang.

Gerakkan Siswa Senang Baca BukuKetika memulai kegiatan budaya baca, siswa dibebaskan untuk membaca buku apa saja selama tidak bertentangan dengan dunia pendidikan. Ada yang membawa komik, cerita bergambar, dan majalah. Hal ini untuk menumbuhkan minat membaca mereka yang sebagian besar diantara mereka sangat kurang atau tidak gemar membaca.

Awalnya, kegelisahan tampak pada beberapa siswa ketika mereka harus berhadapan dengan buku bacaan.

Mereka tidak terbiasa duduk dengan tenang menghadapi buku. Ada yang sekadar memperhatikan, ada yang hanya termenung, ada yang selalu membolak-balikan halaman namun tidak fokus. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai terbiasa dengan membaca buku.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan membaca ini, setiap peserta didik diwajibkan untuk membuat resensi dari buku yang telah dibacanya. Target resensi minimal satu buku, namun

beberapa siswa ada yang melaporkannya lebih dari satu buku bacaan. Hal ini tentu perkembangan yang sangat baik. Kemampuan membaca mereka meningkat, mereka pun bertambah wawasan. (Nic/Anw)

SMPIT Raudlatul Jannah, Cilegon

Budaya Baca Buat Siswa Produktif

Terbitkan Buku Koleksi buku baru selalu dipajang diperpustakaan untuk menarik minat siswa berkunjung ke perpustakaan.

Ibu Endang Hanimah, kepala SMPIT Raudlatul Jannah, menunjukkan beberapa buku yang ditulis para siswanya.

Pada saat jam membaca dimulai, guru, kepala sekolah, karyawan, dan semua yang ada di sekolah wajib untuk membaca. Program ini berhasil membuat warga sekolah menjadi produktif dalam menulis karena mereka memiliki banyak referensi untuk menuangkan gagasannya.

Siswa membaca buku bacaan yang disukainya. Siswa membaca buku bacaan yang disukainya.

Bandung Barat, Jawa Barat - Perpustakaan SDN 2 Rajamandalakulon menggunakan sistem layanan terbuka. Setiap pemustaka bisa langsung memilih sendiri bahan pustaka ke dalam rak koleksi. Dengan sistem pelayanan terbuka, para siswa lebih leluasa untuk memilih ataupun mencari bahan pustaka yang diinginkan.

Sebagai nilai tambah, perpustakaan ini juga menyediakan layanan informasi visual sebagai produk unggulan. Pengelolaan perpustakaan berubah pula dari awalnya hanya mengunakan sistem manual kini menjadi sistem terotomasi dengan mengunakan software Senayan Manajemen Library Sistem Versi Meranti.

Dengan sistem otomasi ini, pustakawan lebih mudah mengetahui siapa saja yang sering berkunjung. Setiap tahun ada pemberian penghargaan pada anggota perpustakaan yang sering berkunjung. Penghargaan ternyata menumbuhkan motivasi siswa untuk berkunjung.

Robot SAIDUntuk menambah daya tarik pengunjung, perpustakaan dilengkapi sebuah robot cerdas dan pintar. Robot tersebut menyambut setiap kedatangan pemustaka. Robot itu diberi nama SAID yang diambil dari kata USA–Indonesia. Robot SAID pandai berdialog dengan para pemustaka. Robot tersebut dirakit oleh para siswa SDN 2 Rajamandalakulon.

Robot cerdas dan pintar ini ternyata pembuatannya sangat sederhana. Bahannya terbuat dari barang-barang bekas, antara lain:1. 6 kaleng bekas minuman,2. 2 plastik bekas minuman seperti Milkuat,3. Sendok dan garpu bekas mi instan,4. 1 batang lilin bakar,5. 1 buah mobil mainan bekas,6. 1 buah speaker bluetooth.

Robot SAID bisa dikendalikan melalui remote control, komputer, iPad, ataupun handphone dengan mengunakan sinyal bluetooth.

Layanan untuk KemudahanBerbagai layanan perpustakaan disediakan untuk membuat pemustaka mau berkunjung ke perpustakaan. Misalnya, layanan referensi, audio visual, sirkulasi, pojok baca, story telling, perpustakaan keliling, internet, komputer, dan lain-lain.

1. Layanan referensi Diberikan kepada para pemustaka yang sedang mencari bahan-bahan rujukan yang diperlukan. Layanan ini lebih banyak dibutuhkan oleh guru yang sedang mencari bahan untuk pembelajaran di kelas. Layanan audio

visual diberikan untuk pembelajaran yang bersifat interaktif dan rekreatif, seperti pembelajaran yang mengunakan CD interaktif dan pemutaran film yang bersifat mendidik dan menunjang terhadap pembelajaran.

2. Layanan sirkulasi Layanan ini menjadi yang paling utama di perpustakaan.

Pemustaka bisa meminjam bacaan ke rumah. Keterlambatan mengembalikan bahan pustaka dikenai denda. Data peminjaman sudah terintegrasi dengan program komputer. Apabila terjadi keterlambatan, komputer otomatis memberikan peringatan sekaligus menginformasikan jumlah denda.

3. Layanan Pojok BacaLayanan ini disediakan untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung karena perpustakaan belum bisa memenuhi kebutuhan ±750 anggota. Di luar perpustakaan yang hanya berukuran 56 m2, sudut baca disiapkan di sudut-sudut strategis sekolah. Siswa tampak nyaman membaca baik di ruang perpustakaan maupun di sudut baca sesuai dengan 'selera' masing-masing. Selain di dalam perpustakaan, di luar perpustakaan pojok baca juga tersedia di setiap ruang kelas.

4. Layanan Story TellingLayanan story telling dapat membentuk karakter anak dengan cara menyenangkan. Cerita-cerita menarik ternyata menumbuhkan karakter positif siswa. Selain pustakawan dan guru, ternyata tidak sedikit siswa yang ingin belajar membawakan cerita di depan teman-temannya sendiri.

5. Layanan Perpustakaan Keliling Ada juga layanan perpustakaan keliling yang merupakan kerja sama antara perpustakaan sekolah dan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Prov. Jawa Barat (Bapusipda Jabar) serta Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kab. Bandung Barat.

Setiap ada perpustakaan keliling, siswa begitu antusias membaca. Bapusipda Jabar juga membantu penambahan koleksi perpustakaan sebanyak 300 eksemplar buku yang bisa ditukar kembali apabila para pemustaka sudah merasa bosan dengan koleksi tersebut.

Berbagai layanan perpustakaan yang dikembangkan SDN 2 Rajamandalakulon dapat meningkatkan minat baca para siswanya. Tampak siswa sedang mencari buku pada katalog pustaka di komputer dan memanfaatkan pojok baca.

Prioritas Pendidikan: Edisi 8/Juli-September/2014 - 19

Siswa membaca buku bacaan yang disukainya. Siswa membaca buku bacaan yang disukainya.

Page 20: Menyiapkan Sekolah Praktik yang Baik fileSD, MI, SMP, dan MTs di setiap kabupaten/kota mitra menjadi sekolah praktik yang baik atau good practice school. Sekolah praktik yang baik

Ace

h U

tara

Ace

h Ta

mia

ng

Pid

ie Jay

a

Del

i Ser

dan

g

Lang

katSu

matr

a U

tara

Toba

Sam

osi

r

Kun

inga

n

Suka

bum

i Tasi

kmal

aya

Bek

asi

Peka

long

an

Wono

sobo

Srag

enN

gaw

i

Lum

ajan

g

Par

e-Par

e

Mak

asar

Taka

lar

Bone

Tana

Tora

ja

Cir

ebon

Su

law

esi

S

ela

tan

Jaw

a B

ara

t

Jaw

a T

en

gah

Jaw

a T

imu

r

Nia

s Se

lata

n

Ace

h B

arat

Day

aA

ceh

Teng

ah

Kota

Tan

gera

ng

Tang

eran

g Se

lata

n

Kota

B

ogo

r

Kota

Cim

ahi

Ban

dun

g B

arat

DA

ER

AH

MIT

RA

US

AID

PR

IOR

ITA

S

Pap

ua

Bir

eun

Yahu

kim

o

Jaya

wija

ya

Pap

ua

Bara

t

Serd

ang

Bed

agai

Hum

bang

H

asun

dut

an

Kota

Bat

u

Lam

ong

anJo

mba

ng

Ban

yuw

angi

Labu

han

Bat

u U

tara

Daera

h M

itra

Ko

ho

r 1 U

SA

ID P

RIO

RIT

AS

Daera

h M

itra

Ko

ho

r 2 U

SA

ID P

RIO

RIT

AS

Daera

h M

itra

DB

E y

an

g D

ikem

ban

gkan

U

SA

ID P

RIO

RIT

AS

Daera

h M

itra

Ko

ho

r 3 U

SA

ID P

RIO

RIT

AS