menuju pengukuran iklan non-klasik 4 a2/m2 three screen ...€¦ · market: jakarta, surabaya,...

6
Rating Program Berita Mingguan; Periode: Januari-13 Juni 2009 Target Pemirsa: Laki-laki 40+ AB; Populasi TV: 1,7 juta Market: Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, Banjarmasin sebanyak 95% dari populasi TV usia pemilih (20 tahun ke atas) yang berjumlah 31,7 juta di 10 kota menyaksikan iklan pasangan SBY-Boediono minimal satu kali (total spot 1765). Dengan jumlah iklan yang lebih sedikit (969 spot), iklan JK- Wiranto menjangkau 92% dari populasi TV usia 20+ yang melihat iklan tersebut minimal satu kali. Sementara itu, iklan Megawati-Prabowo (dengan hanya 189 spot) menjangkau 73% dari pemirsa usia pemilih yang menontonnya minimal satu kali. Dengan jumlah iklan terbanyak, iklan SBY-Boediono menjangkau persentase tertinggi dari pemirsa pemilih usia 20+ yang menontonnya minimal lima kali (87%). Iklan Para Kandidat: Jumlah Spot vs Reach 1+ dan Reach 5+; Periode: Mei-13 Juni 2009 Target Pemirsa: 20 tahun ke atas; Populasi TV: 31,7 juta Market: Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, Banjarmasin Berdasarkan hasil survei kepemirsaan TV, jumlah pemirsa berita (laki-laki usia 40+ dari kelas atas yang berjumlah 1,7 juta orang di 10 kota survei di Indonesia) pada stasiun TV berita (Metro TV dan TVOne) naik 28% di kuartal 2 (April-Juni) 2009 menjadi 23.000 orang dibandingkan dengan kuartal pertama. Sementara jumlah pemirsa berita di stasiun TV non-berita relatif tetap pada jumlah 21.000 orang. Jumlah pemirsa berita di stasiun TV berita bertambah sejak Pemilu Legislatif di bulan April, dan sesudahnya jumlahnya bahkan melampaui perolehan pemirsa ber- ita di stasiun TV non-berita. Di minggu pelaksanaan Pemilu Legislatif, jumlahnya mencapai rata-rata 24.000 orang, lebih tinggi 14% dari stasiun TV non-berita. Se- mentara di minggu pengumuman kandidat Capres-Cawapres di pertengahan Mei, jumlahnya mencapai 31.000, lebih tinggi 24% dari stasiun TV non-berita. Selama Januari-Juni, tercatat pasokan berita tertinggi adalah di bulan April seir- ing dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif, yaitu mencapai rata-rata 45 jam sehari di antara 10 TV swasta nasional. Saat ini, menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden, jumlah jam tayang berita telah mencapai rata-rata 43 jam per hari. Dibanding- kan bulan Maret, waktu menonton berita pemirsa berita pun bertambah 8 menit menjadi 32 menit per hari. Menjelang Pemilu Presiden, jam menonton mereka menjadi 34 menit per hari pada bulan Mei dan Juni. Dengan semakin dekatnya Pemilu Presiden, hampir semua stasiun TV menayang- kan program-program berita, pada umumnya dalam format bincang-bincang, yang menghadirkan para Capres dan Cawapres. Di awal Juni, durasi tayang program ini mencapai 9 jam per hari, 2 jam lebih banyak daripada di awal tahun. Berdasarkan hasil survei, ragam program bincang-bincang ini menarik perha- tian terhadap kandidat yang berbeda-beda. Misalnya, program Presiden Pilihan (TVOne) meraih penonton berita terbanyak (rating 5,4%) saat menghadirkan Jusuf Kalla. Sementara penonton berita terbanyak Atas Nama Rakyat (TVOne) (5,2) diperoleh saat penampilan Megawati, seperti halnya program Capres Bicara Hukum (Global TV) (2,3) dan Barometer (SCTV) (3,5). Lain halnya dengan Capres Bicara, yang meraih penonton berita terbanyak (6,4) saat kemun- culan SBY. Namun perolehan rating ini sangat tergantung pada jam tayang program, kompetisi antarprogram dan stasiun TV yang menyiarkan- nya. Sementara itu, analisis terh- adap kepemirsaan tayangan iklan ketiga pasang kandidat tersebut memperlihatkan bahwa sejak tayang di bu- lan Mei hingga 13 Juni lalu, AGBNielsen Newsletter Pemilu Mengangkat Popularitas Berita ...................................... 1 Reality Show Masih Kompetitif ................................................... 2 Data Highlights Menuju Pengukuran Iklan Non-Klasik ........................................ 4 A2/M2 Three Screen Report ...................................................... 5 Iklan Produk Paling Ditonton di Mei ........................................... 6 Client’s Update Edisi ke-34 | Juni | 2009 TAM Around the Globe ..................................... 6 www.agbnielsen.co.id TRAINING AGENDA Metodologi TAM Senin, 6 & 20 Jul 2009 Silahkan mendaftar melalui Client Service kami. Arianna dari 09.30 sampai 12.00 Senin, 27 Jul 2009 Subjek: Post Evaluation tingkat dasar Senin, 6 Jul 2009 Subjek: Viewing Behavior tingkat dasar dari 14.00 sampai 16.00 Bahasa & Ideologi TV ................................................................. 3 Opinion Data Highlights 92% 95% 73% 77% 87% 30% MEGA- PRABOWO SBY- BOEDIONO JK-WIRANTO Reach 1+ Reach 5+ 189 1765 969 MEGA&PRABOWO SBY&BOEDIONO JK&WIRANTO No. of Spot 92% 95% 73% 77% 87% 30% MEGA- PRABOWO SBY- BOEDIONO JK-WIRANTO Reach 1+ Reach 5+ 189 1765 969 MEGA&PRABOWO SBY&BOEDIONO JK&WIRANTO No. of Spot 0.5 1.0 1.5 2.0 28/12/2008 - 03/01/2009 11/01/2009 - 17/01/2009 25/01/2009 - 31/01/2009 08/02/2009 - 14/02/2009 22/02/2009 - 28/02/2009 08/03/2009 - 14/03/2009 22/03/2009 - 28/03/2009 05/04/2009 - 11/04/2009 19/04/2009 - 25/04/2009 03/05/2009 - 09/05/2009 17/05/2009 - 23/05/2009 31/05/2009 - 06/06/2009 News Channel Other Channel Legislative Election The Candidates Announcement Pemilu Mengangkat Popularitas Berita

Upload: phamthu

Post on 11-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

p. 1

Rating Program Berita Mingguan; Periode: Januari-13 Juni 2009Target Pemirsa: Laki-laki 40+ AB; Populasi TV: 1,7 jutaMarket: Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, Banjarmasin

sebanyak 95% dari populasi TV usia pemilih (20 tahun ke atas) yang berjumlah 31,7 juta di 10 kota menyaksikan iklan pasangan SBY-Boediono minimal satu kali (total spot 1765). Dengan jumlah iklan yang lebih sedikit (969 spot), iklan JK-Wiranto menjangkau 92% dari populasi TV usia 20+ yang melihat iklan tersebut minimal satu kali. Sementara itu, iklan Megawati-Prabowo (dengan hanya 189 spot) menjangkau 73% dari pemirsa usia pemilih yang menontonnya minimal satu kali. Dengan jumlah iklan terbanyak, iklan SBY-Boediono menjangkau persentase tertinggi dari pemirsa pemilih usia 20+ yang menontonnya minimal lima kali (87%).

Iklan Para Kandidat: Jumlah Spot vs Reach 1+ dan Reach 5+; Periode: Mei-13 Juni 2009Target Pemirsa: 20 tahun ke atas; Populasi TV: 31,7 jutaMarket: Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, Banjarmasin

Berdasarkan hasil survei kepemirsaan TV, jumlah pemirsa berita (laki-laki usia 40+ dari kelas atas yang berjumlah 1,7 juta orang di 10 kota survei di Indonesia) pada stasiun TV berita (Metro TV dan TVOne) naik 28% di kuartal 2 (April-Juni) 2009 menjadi 23.000 orang dibandingkan dengan kuartal pertama. Sementara jumlah pemirsa berita di stasiun TV non-berita relatif tetap pada jumlah 21.000 orang.

Jumlah pemirsa berita di stasiun TV berita bertambah sejak Pemilu Legislatif di bulan April, dan sesudahnya jumlahnya bahkan melampaui perolehan pemirsa ber-ita di stasiun TV non-berita. Di minggu pelaksanaan Pemilu Legislatif, jumlahnya mencapai rata-rata 24.000 orang, lebih tinggi 14% dari stasiun TV non-berita. Se-mentara di minggu pengumuman kandidat Capres-Cawapres di pertengahan Mei, jumlahnya mencapai 31.000, lebih tinggi 24% dari stasiun TV non-berita.

Selama Januari-Juni, tercatat pasokan berita tertinggi adalah di bulan April seir-ing dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif, yaitu mencapai rata-rata 45 jam sehari di antara 10 TV swasta nasional. Saat ini, menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden, jumlah jam tayang berita telah mencapai rata-rata 43 jam per hari. Dibanding-kan bulan Maret, waktu menonton berita pemirsa berita pun bertambah 8 menit menjadi 32 menit per hari. Menjelang Pemilu Presiden, jam menonton mereka menjadi 34 menit per hari pada bulan Mei dan Juni.

Dengan semakin dekatnya Pemilu Presiden, hampir semua stasiun TV menayang-kan program-program berita, pada umumnya dalam format bincang-bincang, yang menghadirkan para Capres dan Cawapres. Di awal Juni, durasi tayang program ini mencapai 9 jam per hari, 2 jam lebih banyak daripada di awal tahun.

Berdasarkan hasil survei, ragam program bincang-bincang ini menarik perha-tian terhadap kandidat yang berbeda-beda. Misalnya, program Presiden Pilihan (TVOne) meraih penonton berita terbanyak (rating 5,4%) saat menghadirkan Jusuf Kalla. Sementara penonton berita terbanyak Atas Nama Rakyat (TVOne) (5,2) diperoleh saat penampilan Megawati, seperti halnya program Capres Bicara

Hukum (Global TV) (2,3) dan Barometer (SCTV) (3,5). Lain halnya dengan Capres Bicara, yang meraih penonton berita terbanyak (6,4) saat kemun-culan SBY. Namun perolehan rating ini sangat tergantung pada jam tayang program, kompetisi antarprogram dan stasiun TV yang menyiarkan-nya. Sementara itu, analisis terh-adap kepemirsaan tayangan iklan ketiga pasang kandidat tersebut memperlihatkan bahwa sejak tayang di bu-lan Mei hingga 13 Juni lalu,

AGBNielsen Newsletter

Pemilu Mengangkat Popularitas Berita ...................................... 1 ♦

Reality Show Masih Kompetitif ................................................... 2 ♦

Data Highlights

Menuju Pengukuran Iklan Non-Klasik ........................................ 4 ♦

A2/M2 Three Screen Report ...................................................... 5 ♦

Iklan Produk Paling Ditonton di Mei ........................................... 6 ♦

Client’s Update

Edisi ke-34 | Juni | 2009

TAM Around the Globe ..................................... 6

w w w . a g b n i e l s e n . c o . i d

TRAINING AGENDA

Metodologi TAMSenin, 6 & 20 Jul 2009

Silahkan mendaftar melalui Client Service kami.

Arianna dari 09.30 sampai 12.00

Senin, 27 Jul 2009Subjek: Post Evaluation tingkat dasar

Senin, 6 Jul 2009Subjek: Viewing Behavior tingkat dasar

dari 14.00 sampai 16.00

Bahasa & Ideologi TV ................................................................. 3 ♦

Opinion

Data Highlights

92%95%

73% 77%87%

30%

MEGA-PRABOWO

SBY-BOEDIONO

JK-WIRANTO

Reach 1+ Reach 5+

189

1765

969

MEGA&PRABOWO SBY&BOEDIONO JK&WIRANTO

No. of Spot

92%95%

73% 77%87%

30%

MEGA-PRABOWO

SBY-BOEDIONO

JK-WIRANTO

Reach 1+ Reach 5+

189

1765

969

MEGA&PRABOWO SBY&BOEDIONO JK&WIRANTO

No. of Spot

0.5

1.0

1.5

2.0

28/1

2/20

08 -

03/0

1/20

09

11/0

1/20

09 -

17/0

1/20

09

25/0

1/20

09 -

31/0

1/20

09

08/0

2/20

09 -

14/0

2/20

09

22/0

2/20

09 -

28/0

2/20

09

08/0

3/20

09 -

14/0

3/20

09

22/0

3/20

09 -

28/0

3/20

09

05/0

4/20

09 -

11/0

4/20

09

19/0

4/20

09 -

25/0

4/20

09

03/0

5/20

09 -

09/0

5/20

09

17/0

5/20

09 -

23/0

5/20

09

31/0

5/20

09 -

06/0

6/20

09

News Channel Other Channel

Legislative Election

The Candidates Announcement

Pemilu Mengangkat Popularitas Berita

7:58

6:55

4:25

2007 2008 2009 (Jan-May)

Dari sisi jam tayang, jumlah jam tayang reality show di 10 TV swasta nasional pun bertambah. Sejak 2007, durasi tayangnya telah bertambah hampir dua kali lipat dari sekitar 4 jam per hari menjadi 8 jam per hari di tahun 2009.

Jam Tayang Reality Show pre Hari, 10 TV swasta nasional Periode: 2007-2009 (Januari-Mei)Market: Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Den-pasar, Banjarmasin

Dalam sebulan terakhir, program reality show yang menyedot paling banyak penonton di antaranya adalah Termehek-Mehek, Happy Family Me vs. Mom dan Jika Aku Menjadi.

Top 10 Program Reality ShowPeriode: Mei 2009Target pemirsa: Usia 5 tahun ke atas Market: Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Den-

pasar, Banjarmasin

Program Channel Rating (%) Share (%)

TERMEHEK MEHEK TRANS 9.6 34.0

HAPPY FAMILY ME VS MOM TRANS 5.2 16.8

JIKA AKU MENJADI TRANS 5.2 24.4

REALIGI REALITI RELIGI TRANS 5.0 15.4

JAIL! TRANS 3.2 10.2

MASIHKAH KAU MENCIN-

TAIKU???RCTI 3.1 18.6

TANGAN DI ATAS TRANS 2.8 14.9

TUKAR NASIB SCTV 2.8 12.9

TAK ADA YANG ABADI RCTI 2.8 16.9

DIBAYAR LUNAS RCTI RCTI 2.8 14.7

Hingga bulan Mei 2009, trend reality show belum ter-goyahkan. Jika popularitas diukur dari jumlah penonton, maka berdasarkan riset AGBNielsen, reality show masih populer dibandingkan sinetron yang sempat menjadi primadona pada beberapa waktu yang lalu.

Pada tahun 2007, program yang memperoleh rating tert-inggi di kelompok usia di atas 5 tahun di 10 kota didomi-nasi oleh acara musik dan film lokal bertema legenda. Di tahun 2008, program spesial olahraga, seperti Liga Djar-um, Asia Cup, Thomas dan Uber Cup, adalah beberapa di antaranya yang sukses mendulang pemirsa terbanyak. Namun program (kontes) musik masih memikat penon-ton, saat reality show mulai unjuk gigi. Sementara itu, sinetron harus bersaing ketat dengan program-program tersebut untuk mempertahankan atau meraih penonton. Di awal 2009 (Januari-Mei), beberapa judul reality show memperkuat posisinya di daftar urutan program dengan rating teratas, mengalahkan perolehan jumlah penonton sinetron.

Top 10 Program Periode: Januari-Mei 2009 Target pemirsa: Usia 5 tahun ke atas Market: Jakarta, Surabaya, Medan, Semarang, Bandung, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Den-pasar, Banjarmasin

Program Program Type Rating (%) Share (%)

TERMEHEK MEHEK Entertainment: Reality Show 10.2 36.4

HAPPY FAMILY ME VS MOM SPC ULT

Entertainment: Reality Show 8.7 26.8

TERMEHEK MEHEK SPS TAHUN BARU

Entertainment: Reality Show 8.5 31.8

CINTA FITRI SEA-SON 3 Series:Drama 8.1 25.9

THE TARIX JABRIX Movie:Drama 8.1 27.2

AFC 2011 ACQ:INDONESIA

VS AU(LSport:Match 7.8 23.5

FINDING NEMO Movie: Anima-tion/Puppet 7.6 26.8

INDONESIAN MOVIE AWARDS

Special:Special Event 6.9 33.8

SCTV MUSIC AWARDS

Special:Special Event 6.8 26.0

AMI 12TH ANUGER-AH MUSIK INDONE

Special:Special Event 6.5 27.8

NewsletterEdisi ke-34 | Juni | 2009

p. 2

Data Highlights

REALITY SHOW MASIH KOMPETITIF

”privacy” secara tradisional bukanlah bagian dari cara hidup kita. Orang Indonesia, seperti kebanyakan orang Timur, cenderung lebih kolektivistik, sebaliknya orang Barat cenderung lebih individualistik.

Seperti bahasa tulis, bahasa visual tidak jauh berbeda. Berita yang dipancarkan oleh media elektronik seperti televisi tidaklah pernah netral. Cara pengambilan gambar, sudut pengambilannya, dan gera-kan kamera menghadirkan beragam efek bagi pemirsa televisi. Close up menggambarkan keakraban, dan digunakan untuk menangkap rona emosi dari karakter yang ditampilkan; medium shot berarti objek-tivitas, netralitas, dan ketidakberpihakan; long shot berarti konteks, ruang, dan jarak, dan juga digunakan untuk mengurangi keterlibatan emosional para penonton; full shot berarti hubungan sosial; pan down memberikan pencitraan bahwa seseorang berstatus lebih rendah; pan up memberikan pencitraan bahwa seseorang berstatus lebih tinggi; zoom in berarti pengamatan dan fokus; slow motion menimbulkan kesan lembut dan romantis; dan fast motion menciptakan kesan dra-matis. Dengan demikian, untuk membuat seseorang terlihat superior, atau memberikan citra bahwa konvensi politik tertentu memikat ban-yak orang, kameramen bisa menggunakan salah satu teknik di atas, yaitu dengan mengambil gambar kandidat dari bawah dan mengambil gambar titik keramaian massa tertentu, meski pada kenyataannya kandidat politik tersebut adalah politikus kelas menengah yang mem-berikan pidato politik pada sejumlah kecil orang di dalam sebuah ruangan yang luas. Tonton bagaimana jurnalis TV menggunakan pers-pektif kamera saat mengambil gambar peristiwa politik yang terjadi pada pemilihan presiden Indonesia tahun ini.

Persepsi apakah berita menarik atau tidak juga berkontribusi terh-adap objektivitas tertentu. Orang Amerika tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi di belahan bumi lainnya, terutama di Asia dan Af-rika. Bahkan jika mereka mendengar berita di negara yang terpen-cil, kebanyakan mungkin berita tentang bencana alam, kekacauan politik, dan peristiwa negatif lainnya yang dianggap dramatis dan menarik hati (manusia secara alami lebih tertarik pada sesuatu yang dapat menjawab rasa penasaran mereka). Jadi media massa memi-lih peristiwa tertentu untuk dicetak atau disiarkan sebagai berita, dan para jurnalis fokus pada aspek tertentu dengan mengabaikan yang lain yang mungkin lebih penting, paling tidak dalam pandan-gan masyarakat atau pemerintah lokal. Itulah mengapa peribahasa “Berita buruk adalah berita baik” terkenal di kalangan jurnalis.

Kesimpulannya, untuk menjadi jurnalis yang baik bukan berarti Anda selalu objektif dan tidak memihak pada apapun; namun, Anda harus selalu waspada pada bagaimana karakteristik personal, sosial, dan budaya Anda mempengaruhi persepsi Anda tentang dunia dan memi-nimalisir ketidakadilan saat mengkonstruksi berita. Idealnya, jurnalis harus selalu berada pada pihak yang menderita, siapapun mereka, terutama mereka yang diabaikan oleh pihak yang memiliki kekua-saan.

Prof. Deddy Mulyana, Ph.D., Dekan dan Profesor – Fakultas Ilmu Komunikasi,

Universitas Padjadjaran, Bandung

NewsletterEdisi ke-34 | Juni | 2009

p. 3

Opinion

Pada dasarnya, bahasa secara alami tidaklah objektif ataupun netral; sebaliknya, bahasa bermuatan personal, sosial-budaya, atau ideologi, tidak peduli seberapa halus kata-kata dari ba-hasa itu. Di samping itu, bahasa itu sendiri terbatas dalam meng-gambarkan fenomena, baik fisik maupun abstrak. Kata, khusus-nya kata sifat, cenderung memiliki dua kutub (baik vs. buruk; kaya vs. miskin; pandai vs. bodoh; dll); makna kata seringkali ambigu, kontekstual, dan mengandung penyimpangan budaya.

Umumnya, berita adalah konstruksi (ulang) jurnalis tentang peristiwa atau pernyataan yang telah berlalu. Berita, terutama ketika tidak direkam dan tidak diperiksa ulang, adalah berdasarkan perspektif jurnalis yang bisa saja berbeda dengan perspektif politikus, ilmuwan, pebisnis atau orang awam. Akibatnya, jurnalis dan editor berita akan memilih kata-kata tertentu yang memenuhi persyaratan seseorang atau suatu peristiwa, namun pada waktu yang sama mereka tidak objektif dengan mengeliminasi atribut penting lainnya yang justru menggambarkan karakteristik seseorang atau peristiwa tersebut. Kita cenderung memberi tekanan pada pernyataan tertentu, semen-tara mengabaikan yang lain, dan kita tidak pernah tahu secara pasti apakah yang sebenarnya dikatakan seseorang seperti katanya, karena pikirannya mungkin berbeda dengan perkataannya. Studi mengenai persepsi mendukung karakter aktif dan selektif dalam proses ini. Secara singkat, Merril berpendapat, objektivitas jurnalistik tidaklah mungkin; hal ini bahkan menjadi mitos (Dennis dan Merrill, 1996).

Bahwa kita menafsirkan situasi tertentu dalam kerangka referensi subjektif tertentu dapat dilihat dari cerita berikut: Seorang le-laki dan putranya mengalami kecelakaan saat berkendara menuju pertandingan football. Sang ayah meninggal dunia dan si anak men-derita luka parah yang kemudian dilarikan ke rumah sakit untuk di-operasi. Seorang ahli bedah datang ke ruang gawat darurat untuk memeriksa anak muda itu. Ia mendadak pucat, dan berkata “Saya tidak bisa mengoperasinya. Ia putra saya” (Griffin, 1997). Mu-lanya, mungkin Anda bingung mengapa demikian. Intinya adalah bahwa Anda telah terpenjara oleh makna subjektif Anda atas kata ”ahli bedah”. Anda berpikir bahwa “ahli bedah” berarti seorang lelaki dan tidak mungkin seorang perempuan. Dari cerita di atas, jelaslah bahwa ahli bedah yang dimaksud adalah seorang perempuan.

Sekarang, mari kita teliti karakter bahasa. Bahasa adalah ikatan budaya. Dengan kata lain, bahasa adalah perpanjangan budaya. Menurut hipotesis Sapir-Whorf, bahasa menandakan dunia simbol yang khas yang mewakili pikiran, pengalaman spiritual, emosi, dan kebutuhan penggunanya. Bahasa yang berbeda mempengaruhi peng-gunanya untuk melihat lingkungan fisik dan sosial mereka dan me-mikirkannya dengan cara yang berbeda, dan kemudian mengarahkan mereka untuk bertingkah laku berbeda. Misalnya, fakta bahwa orang Eskimo memiliki lebih dari 20 kata untuk menggambarkan salju me-nandakan bahwa mereka lebih sensitif dalam membedakannya. Ada kata tertentu untuk turunnya salju, salju lembut di tanah, salju yang ditimbulkan angin, dll. Contoh lainnya, dalam bahasa Indonesia kita tidak memiliki sinonim untuk bahasa Inggris ”privacy” karena

Bahasa & Ideologi TV

Seiring dengan semakin berkembangnya kreativitas periklanan, AGBNielsen juga mencoba menciptakan dan mengembangkan pengukuran atas beragam jenis iklan TV. Solusi yang diberikan ini memungkinkan untuk mengukur kepemirsaan atas format-iklan-di dalam-program (iklan non-klasik), yang pada tahapan awal akan lebih difokuskan pada empat tipe iklan TV, yaitu running text, super impose, template, dan squeeze frame.

Basis data telah diperluas karena struktur iklan-di dalam-program ini me-matahkan aturan tradisional dari data monitoring TV. Iklan klasik memiliki jam tayang yang unik dan jelas, sementara iklan non-klasik memiliki waktu mulai dan akhir yang beragam di dalam program. Iklan klasik menggunakan keseluruhan layar sebagai satu-satunya yang menampilkan pesan saat disiarkan,

sementara iklan non-klasik menump-ang pada program dan seharusnya dilaporkan sebagai berbagi layar siaran dengan program.

Di bawah ini adalah contoh laporan iklan non-klasik. Iklan non-klasik, yang dikategorikan menjadi product placement, diklasifikasikan menjadi running text, super impose, tem-plate, dan squeeze frame.

Apa manfaatnya?• Menambah dimensi lain dari analisis terhadap strategi iklan; membantu pengiklan dan agensi iklan:– untuk memahami nilai yang dibawa oleh iklan non-klasik pada sebuah kampanye.– untuk menganalisis perkembangan bentuk iklan non-klasik, selain iklan klasik.– untuk mengevaluasi iklan sisipan terkait dengan jangkauan pemirsa (reach) dan GRP. • Akan tersedia di dalam Arianna (pada environment yang berbeda) yang memungkinkan analisis pen-empatan secara kuantitatif dengan menggunakan variabel dan laporan Post Evaluation yang sudah ada saat ini.

Pemantauan terhadap iklan non-klasik akan dimulai berdasarkan permint-aan dan data akan disediakan secara ekslusif (kecuali disepakati berbeda). Untuk informasi lebih lanjut mengenai pengukuran iklan non-klasik, silahkan menghubungi Marketing Service kami: Christina (228).

NewsletterEdisi ke-34 | Juni | 2009

p. 4

Client’s UpdateMenuju pengukuran iklan non-klasik

Spot Type:- Within (traditional/loose spot)- Product placement

NewsletterEdisi ke-34 | Juni | 2009

p. 5

Client’s UpdateOrang Amerika mungkin mengkonsumsi video “best screen available”, namun waktu meng-konsumsi TV, Internet dan Mobile video mereka tetap meningkat. Hasil laporan Nielsen’s Three Screen terbaru menyatakan – analisis regular dari Nielsen’s Anywhere Anytime Media Measure-ment (A2/M2) – menunjukkan, rata-rata setiap bulan orang Amerika menonton TV kira-kira 153 jam di rumah. Selain itu, 131 juta orang Amerika yang menonton video melalui internet rata-rata menonton video online selama 3 jam setiap bu-lan di rumah ataupun di kantor. 13,4 juta orang Amerika yang menonton video melalui ponsel rata-rata menghabiskan sekitar 3,5 jam setiap bulan.

Data mengenai TV dan Internet dalam laporan ini diperoleh dari panel Internet dan TV nasional Nielsen, yang diukur secara elektronik dan dilaporkan dalam basis regular. Data mengenai ponsel dikumpulkan oleh Nielsen melalui survei per kuartal dan memberikan informasi awal mengenai bagaimana pengguna pemula melaporkan penggunaan mobile video mereka.

Fakta Kunci• Televisi masih menjadi pilihan dominan orang Amerika yang menonton video. Hampir 99% video di AS ditonton melalui televisi.• Penggunaan TV tradisional di AS masih tinggi di sepanjang waktu dengan rata-rata 153 jam per bulan. Secara keseluruhan, dewasa usia 18-24 tahun menghabiskan waktu yang sama untuk penggunaan DVR (perekam video digital) dan video online – mereka melakukan alihwaktu (timeshift) televisi sebanyak 5 jam, 47 menit per bulan, dan video di internet 5 jam, 3 menit per bulan. • Selama kuartal pertama, pertumbuhan video online didorong oleh pemasaran produk yang kuat dan kegiatan media besar, termasuk pelantikan Presiden, Super Bowl, dan March Madness.• Remaja usia 13-17 tahun menjadi penonton penggemar mobile video; rata-rata mereka menonton 6,5 jam video melalui ponsel mereka setiap bulan.

Kecenderungan Menonton• Penggunaan alihwaktu dengan DVR naik 40% dari tahun lalu, di mana orang Amerika memutar ulang 8 jam, 13 menit per bulan. Kenaikan ini lebih besar daripada biasanya, seiring dengan adanya pemogokan penulis naskah pada 2008 dan ketiadaan program TV dengan naskah asli. • Dengan meningkatnya level pita lebar di AS, pemirsa video online akan terus tumbuh karena konsumen mulai meningkatkan kemampuan PC mereka untuk mendukung konsumsi video mereka yang juga meningkat. Pertum-buhan juga berpusat pada bagaimana saluran pita lebar mempromosikan diri. Seiring dengan pemasaran yang agresif dari sejumlah situs, mereka akan menaikkan level pertumbuhan dengan menciptakan permintaan. • Kepemirsaan mobile video berkembang signifikan sebesar 52% di kuartal pertama 2009 dibandingkan tahun sebelum-nya, naik hingga lebih dari 13 juta orang Amerika. Kategori yang paling banyak ditonton melalui ponsel adalah komedi dan prakiraan cuaca.

Laporan per kuartal ini dipublikasikan oleh The Nielsen Company. Untuk informasi lebih lanjut,

silahkan hubungi perwakilan Nielsen Anda.

Komersial TV, GRP (Gross Rating Points), hanya produk komersial

Produk GRP Jumlah SpotMOBILE 8 FREN - CDMA SIM

CARD 4.168% 3238

DJARUM KUDUS, PT 2.771% 1141

AQUA - MINERAL WATER 2.746% 2761

3(THREE) - SIM CARD 2.491% 1952

SEDAAP - INSTANT NOODLE 2.463% 1839

Iklan Produk Paling Ditonton

di Mei

TAM Around the Globe

NewsletterEdisi ke-34 | Juni | 2009

p. 6

AGB Nielsen Media Research17/F, Mayapada Tower

Jl. Jend. Sudirman kav. 28, Jakarta 12920T: +62 21 521 2200 F: +62 21 522 6769

e: [email protected]: www.agbnielsen.co.id

ESOMAR, panduan kepenontonan di-luar-rumah dan pertumbuhan TV - STOCKHOLM: ESOMAR, badan profesional riset pemasaran, mengusulkan cara baru untuk mengukur performa iklan di-luar-rumah.

Menurut ESOMAR, sistem GOODHAM yang baru akan melacak terpaan ter-hadap pesan iklan di poster dan mobilitas dari beragam kelompok popu-lasi melalui lingkungan di-luar-rumah yang sangat luas jangkauannya. Masih menurut ESOMAR, sistem ini akan mengkombinasikan beragam pengukuran yang ada saat ini (survei perjalanan, pembobotan lalulintas, klasifikasi panel dan studi visibilitas) ke dalam satu sistem yang terintegrasi.

Bagaimanapun, diakui bahwa pada tahap ini sistem yang diajukan hanya co-cok untuk panel tetap dibandingkan untuk panel video. >>

>> Dalam acara WM3 (Worldwide Multi Media Measurement) juga dilaporkan bahwa kepemirsaan TV harian di seluruh dunia meningkat lima menit per hari dalam lima tahun terakhir, yang setara dengan 3 milyar penonton potensial.

Rata-rata kepemirsaan TV harian saat ini adalah 3 jam 8 menit, naik 2 menit dari tahun 2008. Angka ini berdasarkan data dari 76 wilayah di seluruh dunia yang dikumpulkan oleh Eurodata TV Worldwide di Perancis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan TV termasuk perkembangan pilihan digital, mencakup lebih banyak saluran, dan perbaikan isi siaran. Meningkatnya lintas-fertilisasi TV dengan komputer melalui internet dan ponsel juga merupakan pengaruh yang berkembang di banyak pasar. Sumber: warc.com

Tradisional TV semakin terjepit – Mampu membayar tagihan bulanan “hanya” untuk beberapa ratus channel TV sepertinya akan menjadi ke-nangan yang menarik perhatian para penonton di masa depan. Masa de-pan itu bagi banyak orang, khususnya yang berusia di bawah 30 tahun, adalah saat ini. Orang-orang ini menonton acara TV favorit mereka kapan-pun mereka inginkan – melalui komputer atau dari komputer ke televisi mereka – dan tanpa membayar tagihan TV kabel bulanan.

Penonton yang demikian adalah pelopor dari ekonomi yang kuat, dan kekua-tan sosial yang dapat melakukan, kepada industri penyiaran, TV kabel dan satelit, apa yang sudah dilakukan berita online gratis terhadap surat kabar. Semua tentang kreasi, produksi, dan pengiriman TV bisa saja berubah. Saat ini, menurut Forrester, episode penuh dari lebih dari 90% tayangan TV sudah dapat diakses secara legal di hari yang sama dengan penayangannya. Sekitar 20% dari siaran TV kabel juga tersedia. Sumber: mediapost.com

Kaum muda belajar mengenai produk pertama kali di TV – LONDON: Sep-erempat konsumen muda mengatakan pertama kali mereka belajar men-genai produk dari TV, sedangkan 60% setuju, media tersebut berperan membentuk pilihan atas produk yang mereka beli. Hal ini ditemukan da-lam studi terhadap usia 12-24 tahun di lima negara.

MTV Network International, Nokia, 20th Century Fox, Fox Mobile Group dan Channel 4, mendukung riset tersebut, yang dinamakan A Beta Life Youth, yang berdasarkan atas polling di antara 8000 orang usia 12-24 tahun di Ing-gris, AS, Jerman, India dan Jepang.

Secara umum, hanya 4% dari partisipan yang mengatakan, mereka tidak memberi perhatian pada merek produk, yang tertinggi mencapai 33% di antara para responden Jepang.

Konsumen elektronik adalah salah satu sektor di mana TV mempunyai pengaruh paling tinggi, sementara lebih dari 50% dari mereka mengatakan media tersebut berperan dalam membentuk pola belanja pakaian dan perlengkapan mereka.

Dalam kaitannya dengan pengaruh nama produk, lebih dari 30% partisipan di Jerman dan Jepang mengatakan, mereka akan membeli produk karena terlihat sebagai produk yang berkualitas, bukan karena mereknya yang terkenal, diband-ingkan dengan 22% kaum muda India dan Inggris, dan 19% kaum muda Amerika.

TV juga dikatakan mendongkrak persepsi tentang kualitas produk, sedang-kan 71% responden mengatakan bahwa jaringan juga memudahkan proses dalam memilih produk mana yang akan dibeli. Sumber: warc.com

Client’s Update