mentoring 22 feb 15

2
Pantaskah Kita Menerima Ucapan Terima Kasih? Mentoring - 22 February 2015 Bacaan Alkitab : Yohanes 15:14-15 ; Lukas17:7-10 ; Mazmur 116:12 ; Rom. 11:36 Tujuan : 1. Mengerti bahwa motivasi berbuat baik adalah wujud kewajiban / hutang yang harus kita bayar kepada Tuhan. 2. Mengerti bahwa berbuat baik jangan berharap balasan. Kita semua tentu memiliki kewajiban dan harus memiliki kerinduan untuk berbuat baik, dan setiap perbuatan baik haruslah didasari dengan niat dan motivasi yang baik pula. Sebab tidak jarang ada orang yang berbuat baik tetapi dengan tujuan yang keliru, misalnya supaya mendapatkan hadiah, sanjungan atau ingin dihormati dan dipandang tinggi oleh orang lain. Ada dua poin yang perlu direnungkan mengenai berbuat baik: 1. Orang percaya adalah orang-orang yang berutang kepada Tuhan. Sebenarnya kita tidak dapat membalas kebaikan Tuhan. Apa pun yang kita lakukan tidak akan sebanding dengan apa yang Tuhan telah lakukan bagi kita. Mat. 18:24 dikisahkan seseorang yang berutang 10.000 talenta. Satu talenta merupakan suatu jumlah yang besar setara upah pekerja selama 164.383 tahun pada saat itu. Ini berbicara bahwa apa yang ditanam Tuhan dalam diri kita adalah sesuatu yang mahal dan berharga. Tuhan menginvestasikan modal-Nya yang besar dalam hidup kita, yaitu dengan darah yang ditumpahkan di bukit Golgota untuk membeli atau menyelamatkan kita. Mazmur 116:12 juga menasihati kita untuk menyadari bahwa kita adalah orang-orang yang telah menerima kebaikan Tuhan yang tiada tara, dan kita harus memberikan reaksi yang baik terhadap-Nya. Kebaikan yang Tuhan berikan bukan hanya kesehatan tubuh, berkat jasmani dalam bentuk rumah, mobil, dan berbagai fasilitasnya. Kebaikan Tuhan bukan hanya jodoh, teman hidup, orang tua yang baik, sehat. Kebaikan Tuhan yang terutama, yang tidak bisa diberikan oleh siapa pun kepada kita adalah keselamatan. Kita telah diluputkan-Nya dari maut, yaitu kematian kekal. Kita dipulihkan sesuai dengan rancangan-Nya semula. 2. Tidak mengharapkan apapun lagi ketika kita berbuat baik, sekedar imbalan atau bahkan ucapan terima kasih. Lalu, apakah kita harus melarang ketika orang mengucapkan terima kasih atas perbuatan baik yang kita lakukan? Tentu tidak, terimalah ucapan terima kasih itu dengan hati yang tulus, namun persembahkanlah itu untuk Tuhan dan bukan untuk kebanggaan diri sendiri. Dalam Luk. 17:710 terdapat kisah mengenai hamba yang bekerja kepada seorang majikan. Majikan tersebut adalah gambaran dari Tuhan, dan hamba tersebut adalah gambaran dari kita. Setelah hamba tersebut melakukan suatu pekerjaan, tidak dikesankan sama sekali bahwa tuannya patut berterima kasih kepadanya (Luk. 17:9). Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak perlu berterima kasih kepada kita, sebab kita memang diciptakan oleh Tuhan untuk melayani Dia. Kita telah ditebus oleh darah Yesus Kristus, sehingga kita bukan milik kita sendiri (1 Kor. 6:1920). Sebagai orang yang berutang ia tidak pantas menuntut apa pun dari Tuhan, sebaliknya ia merasa dituntut untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan yang telah menanam kebaikan dalam hidupnya. Kita adalah orang yang berutang, seperti budak yang telah dibeli oleh tuan yang baru. Dulu kita adalah budak setan yang diseret ke dalam lautan api kekal, sekarang kita telah menjadi milik Tuhan oleh penebusan darah Tuhan Yesus Kristus untuk dibawa ke dalam Kerajaan-Nya. Jadi ketika kita memiliki kesempatan untuk berbuat baik, itu bukanlah saat dimana kita harus menerima ucapan terima kasih, sebaliknya itu adalah saat dimana kita harus berterima kasih, berterima kasih kepada Tuhan yang sekali lagi memberikan kepada kita kesempatan untuk membalas kebaikanNya kepada kita.

Upload: willijr

Post on 07-Feb-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mentoring

TRANSCRIPT

Page 1: Mentoring 22 Feb 15

Pantaskah Kita Menerima Ucapan Terima Kasih? Mentoring - 22 February 2015

Bacaan Alkitab : Yohanes 15:14-15 ; Lukas17:7-10 ; Mazmur 116:12 ; Rom. 11:36 Tujuan :

1. Mengerti bahwa motivasi berbuat baik adalah wujud kewajiban / hutang yang harus kita bayar kepada Tuhan. 2. Mengerti bahwa berbuat baik jangan berharap balasan.

Kita semua tentu memiliki kewajiban dan harus memiliki kerinduan untuk berbuat baik, dan setiap perbuatan baik haruslah

didasari dengan niat dan motivasi yang baik pula. Sebab tidak jarang ada orang yang berbuat baik tetapi dengan tujuan yang

keliru, misalnya supaya mendapatkan hadiah, sanjungan atau ingin dihormati dan dipandang tinggi oleh orang lain.

Ada dua poin yang perlu direnungkan mengenai berbuat baik:

1. Orang percaya adalah orang-orang yang berutang kepada Tuhan.

Sebenarnya kita tidak dapat membalas kebaikan Tuhan. Apa pun yang kita lakukan tidak akan sebanding dengan apa

yang Tuhan telah lakukan bagi kita. Mat. 18:24 dikisahkan seseorang yang berutang 10.000 talenta. Satu talenta

merupakan suatu jumlah yang besar setara upah pekerja selama 164.383 tahun pada saat itu. Ini berbicara bahwa apa

yang ditanam Tuhan dalam diri kita adalah sesuatu yang mahal dan berharga. Tuhan menginvestasikan modal-Nya yang

besar dalam hidup kita, yaitu dengan darah yang ditumpahkan di bukit Golgota untuk membeli atau menyelamatkan kita.

Mazmur 116:12 juga menasihati kita untuk menyadari bahwa kita adalah orang-orang yang telah menerima kebaikan

Tuhan yang tiada tara, dan kita harus memberikan reaksi yang baik terhadap-Nya. Kebaikan yang Tuhan berikan bukan

hanya kesehatan tubuh, berkat jasmani dalam bentuk rumah, mobil, dan berbagai fasilitasnya. Kebaikan Tuhan bukan

hanya jodoh, teman hidup, orang tua yang baik, sehat. Kebaikan Tuhan yang terutama, yang tidak bisa diberikan oleh

siapa pun kepada kita adalah keselamatan. Kita telah diluputkan-Nya dari maut, yaitu kematian kekal. Kita dipulihkan

sesuai dengan rancangan-Nya semula.

2. Tidak mengharapkan apapun lagi ketika kita berbuat baik, sekedar imbalan atau bahkan ucapan terima kasih.

Lalu, apakah kita harus melarang ketika orang mengucapkan terima kasih atas perbuatan baik yang kita lakukan? Tentu

tidak, terimalah ucapan terima kasih itu dengan hati yang tulus, namun persembahkanlah itu untuk Tuhan dan bukan untuk

kebanggaan diri sendiri.

Dalam Luk. 17:7–10 terdapat kisah mengenai hamba yang bekerja kepada seorang majikan. Majikan tersebut adalah

gambaran dari Tuhan, dan hamba tersebut adalah gambaran dari kita. Setelah hamba tersebut melakukan suatu pekerjaan,

tidak dikesankan sama sekali bahwa tuannya patut berterima kasih kepadanya (Luk. 17:9). Ini menunjukkan bahwa Tuhan

tidak perlu berterima kasih kepada kita, sebab kita memang diciptakan oleh Tuhan untuk melayani Dia. Kita telah ditebus

oleh darah Yesus Kristus, sehingga kita bukan milik kita sendiri (1 Kor. 6:19–20).

Sebagai orang yang berutang ia tidak pantas menuntut apa pun dari Tuhan, sebaliknya ia merasa dituntut untuk berbuat

sesuatu bagi Tuhan yang telah menanam kebaikan dalam hidupnya. Kita adalah orang yang berutang, seperti budak yang

telah dibeli oleh tuan yang baru. Dulu kita adalah budak setan yang diseret ke dalam lautan api kekal, sekarang kita telah

menjadi milik Tuhan oleh penebusan darah Tuhan Yesus Kristus untuk dibawa ke dalam Kerajaan-Nya.

Jadi ketika kita memiliki kesempatan untuk berbuat baik, itu bukanlah saat dimana kita harus menerima ucapan terima kasih,

sebaliknya itu adalah saat dimana kita harus berterima kasih, berterima kasih kepada Tuhan yang sekali lagi memberikan

kepada kita kesempatan untuk membalas kebaikanNya kepada kita.

Page 2: Mentoring 22 Feb 15

Referensi luar:

http://www.truth-media.com/kebaikan-karena-kasih/

http://www.truth-media.com/kebaikan-yang-sesuai-kehendak-nya/

http://www.truth-media.com/truth-10-september-2009-membalas-kebaikan-tuhan-melayani-tuhan-selamanya/

http://www.truth-media.com/truth-11-september-2009-membalas-kebaikan-tuhan-tuhan-tidak-perlu-berterima-kasih/

http://www.truth-media.com/bukan-beramal-melainkan-membayar-utang/

http://www.truth-media.com/berbuat-baik-dengan-tulus/