menteri dalam negeri - klungkungkab.go.id · peraturan menteri dalam negeri nomor 52 tahun 2015...

52
BUPATI KLUNGKUNG Semarapura, 29 Juni 2015 Nomor : 903/454/DPPKA Lampira : 1 (satu) gabung Hal : Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD T A 2016 SURAT EDARAN Sesuai Pasal 89 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) se-Kabupaten Klungkung, Kepala Bagian di lingkungan Setda Kabupaten Klungkung dan Kepala SKPKD Kabupaten Klungkung dalam menyusun Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dan RKA - SKPKD agar berpedoman pada hal-hal sebagai berikut : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016. 2. Petunjuk Teknis Penyusunan RKA-SKPD dan RKA SKPKD yang terdapat pada Lampiran Surat Edaran ini. 3. Penganggaran kegiatan agar berpedoman pada Kode Rekening APBD yang telah tersedia pada program SIMDA. 4. Standar Harga Barang mengacu pada Peraturan Bupati Klungkung tentang Standarisasi Harga Barang/Jasa Keperluan Pemerintah Kabupaten Klungkung Tahun 2016. 5. RKA-SKPD dan RKA-SKPKD yang sudah dibuat selanjutnya disampaikan kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Klungkung Cq. Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Klungkung selaku PPKD serta tembusannya disampaikan kepada Kepala Bappeda Kabupaten Klungkung dan dilanjutkan dengan Verifikasi sesuai dengan jadwal (Jadwal verifikasi menyusul). Demikian disampaikan untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta Kepada, Yth. : 1 .Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) se-Kabupaten Klungkung, 2. Kepala Bagian di lingkungan Setda Kabupaten Klungkung 3. Kepala SKPKD Kabupaten Klungkung

Upload: duongliem

Post on 20-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

B U P A T I K L U N G K U N G

Semarapura, 29 Juni 2015

Nomor : 903/454/DPPKALampira : 1 (satu) gabungHal : Surat Edaran Pedoman

Penyusunan RKA-SKPDdan RKA-PPKD T A 2016

SURAT EDARAN

Sesuai Pasal 89 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka Kepala Satuan KerjaPerangkat Daerah (SKPD) se-Kabupaten Klungkung, Kepala Bagian di lingkunganSetda Kabupaten Klungkung dan Kepala SKPKD Kabupaten Klungkung dalammenyusun Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD)dan RKA - SKPKD agar berpedoman pada hal-hal sebagai berikut :1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016.2. Petunjuk Teknis Penyusunan RKA-SKPD dan RKA SKPKD yang terdapat

pada Lampiran Surat Edaran ini.3. Penganggaran kegiatan agar berpedoman pada Kode Rekening APBD yang

telah tersedia pada program SIMDA.4. Standar Harga Barang mengacu pada Peraturan Bupati Klungkung tentang

Standarisasi Harga Barang/Jasa Keperluan Pemerintah Kabupaten KlungkungTahun 2016.

5. RKA-SKPD dan RKA-SKPKD yang sudah dibuat selanjutnya disampaikankepada Sekretaris Daerah Kabupaten Klungkung Cq. Kepala DinasPendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Klungkungselaku PPKD serta tembusannya disampaikan kepada Kepala BappedaKabupaten Klungkung dan dilanjutkan dengan Verifikasi sesuai denganjadwal (Jadwal verifikasi menyusul).

Demikian disampaikan untuk menjadi perhatian dan dilaksanakansebagaimana mestinya.

Bupati Klungkung

I Nyoman Suwirta

Kepada,

Yth. : 1 .Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD) se-Kabupaten Klungkung,

2. Kepala Bagian di lingkungan SetdaKabupaten Klungkung

3. Kepala SKPKD Kabupaten Klungkung

2

Lampiran : Surat Edaran Bupati KlungkungNomor : 903/454/DPPKATanggal : 29 Juni 2015Hal : Surat Edaran Pedoman Penyusunan

RKA-SKPD dan RKA-PPKD TahunAnggaran 2016

PETUNJUK TEKNISPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RKA-SKPD) Dan RKA- PPKDTAHUN AGGARAN 2016

A.RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJAPERANGKAT DAERAH (RKA-SKPD) dan RKA-PPKD

RKA-SKPD dan RKA-PPKD memuat :1). Ringkasan;2). Rincian pendapatan;3). Rincian anggaran belanja tidak langsung SKPD (gaji pokok dan

tunjangan pegawai, tambahan penghasilan, khusus pada SKPDSekretariat DPRD dianggarkan juga belanja penunjang operasionalPimpinan DPRD); dan

4). Rincian anggaran belanja langsung menurut program dan kegiatanSKPD.

B.PENDAPATAN DAERAH

Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakanperkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian sertadasar hukum penerimaannya. Berkaitan dengan hal tersebut,penganggaran pendapatan daerah memperhatikan hal-hal sebagaiberikut :

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari PADmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Penganggaran pajak daerah dan retribusi daerah:a) Peraturan daerah tentang pajak daerah dan retribusi daerah

yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan PeraturanPemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang RetribusiPengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

b) Penetapan target pajak daerah dan retribusi daerah harusdidasarkan pada data potensi pajak daerah dan retribusidaerah, serta memperhatikan perkiraan pertumbuhan ekonomipada Tahun 2016 yang berpotensi terhadap target pendapatanpajak daerah dan retribusi daerah, serta realisasi penerimaanpajak daerah dan retribusi daerah tahun sebelumnya.

c) Dalam rangka mengoptimalkan pendapatan daerah yangbersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah, Pemerintah

3

Daerah harus melakukan kegiatan penghimpunan data obyekdan subyek pajak daerah dan retribusi daerah, penentuanbesarnya pajak daerah dan retribusi daerah yang terhutangsampai dengan kegiatan penagihan pajak daerah dan retribusidaerah kepada wajib pajak daerah dan retribusi daerah sertapengawasan penyetorannya.

d) Pendapatan yang bersumber dari bagi hasil Pajak KendaraanBermotor paling sedikit 10% (sepuluh per seratus),dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/ataupemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan saranatransportasi umum sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8ayat (5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

e) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Rokok bagiankabupaten, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakatdan penegakan hukum oleh aparat yang berwenangsebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 Undang-UndangNomor 28 Tahun 2009.

f) Pendapatan yang bersumber dari Pajak Penerangan Jalansebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalansebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.

g) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Perpanjangan IzinMempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) dialokasikan untukmendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan,penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dariperpanjangan IMTA, dan kegiatan pengembangan keahlian danketerampilan tenaga kerja lokal dan diatur dalam peraturandaerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 PeraturanPemerintah Nomor 97 Tahun 2012.

h) Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Pengendalian LaluLintas dialokasikan untuk mendanai peningkatan kinerja lalulintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangansebagaimana diamanatkan dalam Pasal 9 PeraturanPemerintah Nomor 97 Tahun 2012.

i) Retribusi pelayanan kesehatan yang bersumber dari hasilklaim kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)yang diterima oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atauUnit Kerja pada SKPD yang belum menerapkan PolaPengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD), dianggarkan pada akun pendapatan, kelompokpendapatan PAD, jenis pendapatan Retribusi Daerah, obyekpendapatan Retribusi Jasa Umum, rincian obyek pendapatanRetribusi Pelayanan Kesehatan.

2) Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkanmemperhatikan rasionalitas dengan memperhitungkan nilaikekayaan daerah yang dipisahkan dan memperhatikan perolehanmanfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangkawaktu tertentu, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri

4

Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang PedomanPengelolaan Investasi Daerah.

Pengertian rasionalitas dalam konteks hasil pengelolaan kekayaandaerah yang dipisahkan:

a) Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsipemupukan laba (profit oriented) adalah mampu menghasilkankeuntungan atau deviden dalam rangka meningkatkan PAD;dan

b) Bagi Badan Usaha Milik Daerah yang menjalankan fungsikemanfaatan umum (public service oriented) adalah mampumeningkatkan baik kualitas maupun cakupan layanan dalamrangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Untuk perolehan hasil pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkan yang belum menunjukkan kinerja yang memadai(performance based), karena tidak memberikan bagian laba ataspenyertaan modal tersebut, pemerintah daerah harus melakukanantara lain langkah-langkah penyehatan perusahaan daerahtersebut, mulai dari melakukan efisiensi, rasionalisasi danrestrukturisasi sampai dengan pilihan untuk melakukanpenjualan aset (disposal) sesuai ketentuan peraturanperundangundangan, dengan terlebih dulu melakukan proses duediligence melalui lembaga appraisal yang certified terkait hak dankewajiban perusahaan daerah tersebut, dan/atau upaya hukumatas penyertaan modal tersebut, mengingat seluruh/sebagian asetdan kekayaan perusahaan dimaksud tetap merupakan kekayaanpemerintah daerah yang tercatat dalam ikhtisar laporan keuanganperusahaan dimaksud sebagai salah satu lampiran LaporanKeuangan Pemerintah Daerah.

3) Penganggaran Lain-lain PAD Yang Sah:a) Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah

satu bentuk investasi jangka panjang non permanen,dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenisLain-lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan DanaBergulir, rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dariKelompok Masyarakat Penerima.

b) Pendapatan bunga atau jasa giro dari dana cadangan,dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenisLain-lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Giro DanaCadangan, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro DanaCadangan sesuai peruntukannya.

c) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional padaFasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik pemerintahdaerah yang belum menerapkan PPK-BLUD mempedomaniPeraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaandan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasionalpada FKTP Milik Pemerintah Daerah dan Surat Edaran MenteriDalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 HalPetunjuk Teknis Penganggaran, Pelaksanaan danPenatausahaan serta Pertanggungjawaban Dana KapitasiJaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik PemerintahDaerah.

5

d) Pendapatan atas denda pajak daerah dan retribusi daerahdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenisLain-Lain PAD Yang Sah dan diuraikan ke dalam obyek danrincian obyek sesuai kode rekening berkenaan.

b. Dana PerimbanganPenganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari danaperimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH):a) Pendapatan dari DBH-Pajak yang terdiri atas DBH-Pajak Bumi

dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Perkotaan danPerdesaan, dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) yang terdiridari DBH-PPh Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang PribadiDalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21 dianggarkan sesuaiPeraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai AlokasiDBH-Pajak Tahun Anggaran 2016 dan dengan memperhatikanperkembangan realisasi pendapatan DBH Pajak selama 3 (tiga)tahun terakhir.

Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan,penganggaran pendapatan dari DBH-Pajak didasarkan pada:

(1) Realisasi pendapatan DBH-Pajak 3 (tiga) tahun terakhiryaitu Tahun Anggaran 2014, Tahun Anggaran 2013 danTahun Anggaran 2012; atau

(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenaidaftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi DBH-Pajak Tahun Anggaran 2016 terdapat perubahandan ditetapkan setelah Peraturan Daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi DBH-Pajak dimaksud pada PeraturanDaerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagipemerintah daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBDTahun Anggaran 2016.

b) Pendapatan dari DBH-Cukai Hasil Tembakau (DBH-CHT)dianggarkan sesuai Peraturan Presiden mengenai RincianAPBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuanganmengenai Rincian DBH-CHT menurut kabupaten TahunAnggaran 2016, dan dengan memperhatikan perkembanganrealisasi pendapatan DBH-CHT selama 3 (tiga) tahun terakhir.

Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiRincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota TahunAnggaran 2016 belum ditetapkan, penganggaran pendapatandari DBH-CHT didasarkan pada:

6

(1) Realisasi pendapatan DBH-CHT 3 (tiga) tahun terakhiryaitu Tahun Anggaran 2014, Tahun Anggaran 2013 danTahun Anggaran 2012; atau

(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenaidaftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiRincian DBH-CHT menurut provinsi/kabupaten/kota TahunAnggaran 2016 terdapat perubahan dan ditetapkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016ditetapkan, pemerintah daerah harus menyesuaikan alokasiDBH-CHT dimaksud dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepadaPimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalamperaturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerahyang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016dengan terlebih dahulu melakukan perubahan peraturankepala daerah tentang penjabaran APBD Tahun Anggaran2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

Penggunaan DBH-CHT diarahkan untuk meningkatkankualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaanlingkungan sosial, sosialisasi ketentuan dibidang cukaidan/atau pemberantasan barang kena cukai palsu (cukaiillegal) sesuai dengan amanat dalam Pasal 66C Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atasUndang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai danPeraturan Menteri Keuangan yang dijabarkan dengankeputusan gubernur.

c) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH-SDA),yang terdiri dari DBH-Kehutanan, DBH-Pertambangan Mineraldan Batubara, DBH-Perikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-GasBumi, dan DBH-Pengusahaan Panas Bumi dianggarkan sesuaiPeraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDATahun Anggaran 2016.

Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaialokasi DBH-SDA Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan,penganggaran pendapatan dari DBH-SDA didasarkan pada:

(1) Realisasi pendapatan DBH-SDA 3 (tiga) tahun terakhir,yaitu Tahun Anggaran 2014, Tahun Anggaran 2013 danTahun Anggaran 2012, dengan mengantisipasikemungkinan tidak stabilnya harga dan hasil produksi(lifting) minyak bumi dan gas bumi Tahun Anggaran 2016,serta dengan memperhatikan adanya pengalihanpenyelenggaraan urusan pemerintahan sebagaimana diaturdalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentangPemerintahan Daerah; atau

(2) Informasi resmi dari Kementerian Keuangan mengenaidaftar alokasi transfer ke daerah Tahun Anggaran 2016.

7

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi DBH-SDA diluar Dana Reboisasi yang merupakanbagian dari DBH-Kehutanan terdapat perubahan danditetapkan setelah peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi DBH-SDA dimaksud pada peraturandaerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

Apabila terdapat pendapatan lebih DBH-SDA diluar DanaReboisasi Tahun Anggaran 2016 seperti pendapatan kurangsalur tahun-tahun sebelumnya atau selisih pendapatan TahunAnggaran 2015, pendapatan lebih tersebut dianggarkan dalamperaturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerahyang tidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturankepala daerah tentang penjabaran APBD TahunAnggaran 2016, untuk selanjutnya diberitahukan kepadaPimpinan DPRD.

Dalam rangka optimalisasi penggunaan Dana Bagi Hasil-DanaReboisasi (DBH-DR) tahun-tahun anggaran sebelumnya yangbelum dimanfaatkan dan masih ada di rekening kas umumdaerah kabupaten sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2015,pemerintah daerah Kabupaten menganggarkan kembali dalamPeraturan daerah tentang APBD Tahun 2016 atau Peraturandaerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 untukmenunjang program dan kegiatan yang terkait denganrehabilitasi hutan dan lahan dengan berpedoman padaperaturan perundang-undangan.

Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan oleh PemerintahKabupaten/Kota tersebut dilakukan sampai berakhirnyaTahun Anggaran 2016 sesuai Surat Edaran Menteri DalamNegeri Nomor 120/253/SJ tanggal 16 Januari 2015 tentangPenyelenggaraan Urusan Pemerintahan Setelah DitetapkannyaUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Pendapatan yang berasal dari DBH-Migas wajib dialokasikanuntuk menambah anggaran pendidikan dasar yang besarannyaadalah 0,5% (nol koma lima per seratus) dari total DBH-Migassebagaimana diamanatkan dalam Pasal 25 PeraturanPemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan

2) Penganggaran Dana Alokasi Umum (DAU):Penganggaran DAU sesuai dengan Peraturan Presiden mengenaiRincian APBN Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden dimaksud belum ditetapkan, makapenganggaran DAU didasarkan pada alokasi DAU kabupatenTahun Anggaran 2016 yang diinformasikan secara resmi olehKementerian Keuangan.

Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi olehKementerian Keuangan dimaksud belum diterbitkan, maka

8

penganggaran DAU didasarkan pada alokasi DAU TahunAnggaran 2015.

Apabila Peraturan Presiden atau informasi resmi olehKementerian Keuangan diterbitkan setelah peraturan daerahtentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, pemerintahdaerah harus menyesuaikan alokasi DAU dimaksud padaperaturan daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yangtidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

3) Penganggaran Dana Alokasi Khusus (DAK):DAK dan/atau DAK Tambahan dianggarkan sesuai PeraturanPresiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi DAK TahunAnggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi DAK Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan, makapenganggaran DAK didasarkan pada alokasi DAK kabupatenTahun Anggaran 2016 yang diinformasikan secara resmi olehKementerian Keuangan, setelah Rancangan Undang-Undangtentang APBN Tahun Anggaran 2016 disetujui bersama antaraPemerintah dan DPR-RI.

Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaran 2016 tersebutditerbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi Dana Alokasi Khusus dimaksud denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnyaditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBDTahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBDTahun Anggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD.

Penyediaan dana pendamping atau sebutan lainnya hanyadiperkenankan untuk kegiatan yang telah diwajibkan olehperaturan perundang-undangan.

c. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang SahPenganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-LainPendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:

1) Penganggaran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)dialokasikan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai rincianAPBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuanganmengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana BantuanOperasional Sekolah Tahun Anggaran 2016.

9

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Operasional SekolahTahun Anggaran 2016 belum ditetapkan, penganggaraan danaBOS tersebut didasarkan pada alokasi dana BOS TahunAnggaran 2015.

Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Operasional SekolahTahun Anggaran 2016 tersebut diterbitkan setelah peraturandaerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi Dana BOSdimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD TahunAnggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentangperubahan APBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkandalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukanPerubahan APBD Tahun Anggaran 2016 dengan terlebih dahulumelakukan perubahan peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD.

2) Penganggaran Tunjangan Profesi Guru (TPG) dialokasikan sesuaidengan Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru PegawaiNegeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru PegawaiNegeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2016 belum ditetapkan,penganggaraan TPG tersebut didasarkan pada alokasi TPGTahun Anggaran 2015 dengan memperhatikan realisasi TahunAnggaran 2014.

Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru PegawaiNegeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2016 tersebut diterbitkansetelah peraturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikanalokasi TPG dimaksud dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerahtentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 ataudicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidakmelakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

3) Penganggaran Dana Otonomi Khusus dialokasikan sesuai denganPeraturan Presiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai PedomanUmum dan Alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran2016.

10

Apabila Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2016 belumditetapkan, maka penganggaran Dana Otonomi Khusus tersebutdidasarkan pada alokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran2015 dengan memperhatikan realisasi Tahun Anggaran 2014.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Otonomi Khusus Tahun Anggaran 2016 tersebutditerbitkan setelah peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, maka pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi Dana Otonomi Khusus dimaksud denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnyaditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBDTahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBDTahun Anggaran 2016 dengan terlebih dahulu melakukanperubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBDTahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada PimpinanDPRD.

4) Pendapatan yang diperuntukan bagi desa dan desa adat yangbersumber dari APBN dalam rangka membiayai penyelenggaraanpemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pembinaankemasyarakatan serta pemberdayaan masyarakat desa, dankemasyarakatan sebagaimana maksud Pasal 72 ayat (1) huruf bdan ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desadan Pasal 294 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014dianggarkan dalam APBD pemerintah kabupaten/kota TahunAnggaran 2016 dengan mempedomani Peraturan PemerintahNomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dariAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaiman diubahdengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2015 tentangPerubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatandan Belanja Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Penganggaran Dana Desa dialokasikan sesuai dengan PeraturanPresiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaran 2016 atauPeraturan Menteri Keuangan mengenai Alokasi Dana Desa TahunAnggaran 2016 Apabila Peraturan Presiden mengenai RincianAPBN Tahun Anggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuanganmengenai Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2016 belumditetapkan, maka penganggaran Dana Desa tersebut didasarkanpada alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2015.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai Rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2016 ada perubahan danditetapkan setelah peraturan daerah tentang APBD TahunAnggaran 2016 ditetapkan, pemerintah daerah harusmenyesuaikan alokasi dana desa dimaksud dengan terlebihdahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang

11

penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalamperaturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yangtidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

5) Penganggaran Dana Transfer lainnya dialokasikan sesuai denganPeraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai PedomanUmum dan Alokasi Dana Transfer lainnya Tahun Anggaran 2016.

Apabila Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiPedoman Umum dan Alokasi Dana Transfer lainnya TahunAnggaran 2016 tersebut diterbitkan setelah peraturan daerahtentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi Dana Transferlainnya dimaksud dengan terlebih dahulu melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang penjabaran APBD TahunAnggaran 2016 dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD,untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentangperubahan APBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkandalam LRA bagi pemerintah daerah yang tidak melakukanPerubahan APBD Tahun Anggaran 2016 dengan terlebih dahulumelakukan perubahan peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD.

Pendapatan Pemerintah Kabupaten yang bersumber dari danatransfer lainnya, penggunaannya harus berpedoman padamasing-masing Peraturan/Petunjuk Teknis yang melandasipenerimaan dana transfer lainnya dimaksud.

6) Penganggaran pendapatan kabupaten yang bersumber dari BagiHasil Pajak Daerah yang diterima dari pemerintah provinsididasarkan pada alokasi belanja Bagi Hasil Pajak Daerah daripemerintah provinsi Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal penetapan APBD kabupaten Tahun Anggaran 2016mendahului penetapan APBD provinsi Tahun Anggaran 2016,penganggarannya didasarkan pada alokasi Bagi Hasil PajakDaerah Tahun Anggaran 2015 dengan memperhatikan realisasiBagi Hasil Pajak Daerah Tahun Anggaran 2014, sedangkanbagian pemerintah kabupaten yang belum direalisasikan olehpemerintah provinsi akibat pelampauan target Tahun Anggaran2015, ditampung dalam peraturan daerah tentang PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBDTahun Anggaran 2016.

7) Pendapatan daerah yang bersumber dari bantuan keuangan,baik yang bersifat umum maupun bersifat khusus yang diterimadari pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kotalainnya dianggarkan dalam APBD penerima bantuan, sepanjangsudah dianggarkan dalam APBD pemberi bantuan.

Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuankeuangan bersifat umum tersebut diterima setelah peraturan

12

daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuankeuangan dimaksud pada peraturan daerah tentang PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagipemerintah daerah yang tidak melakukan Perubahan APBDTahun Anggaran 2016.

Apabila pendapatan daerah yang bersumber dari bantuankeuangan bersifat khusus tersebut diterima setelah peraturandaerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016 ditetapkan, makapemerintah daerah harus menyesuaikan alokasi bantuankeuangan bersifat khusus dimaksud dengan terlebih dahulumelakukan perubahan peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalamperaturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yangtidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016, untukselanjutnya diberitahukan kepada Pimpinan DPRD.

8) Penganggaran pendapatan hibah yang bersumber daripemerintah, pemerintah daerah lainnya atau pihak ketiga, baikdari badan, lembaga, organisasi swasta dalam negeri/luar negeri,kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidak mengikatdan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran ataupengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi hibah,dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatandimaksud.

Untuk kepastian pendapatan hibah yang bersumber daripemerintah daerah lainnya tersebut didasarkan pada perjanjianhibah antara kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selakupemberi dengan kepala daerah/pejabat yang diberi kuasa selakupenerima, sedangkan untuk penerimaan hibah yang bersumberdari pihak ketiga juga didasarkan pada perjanjian hibah antarapihak ketiga selaku pemberi dengan kepala daerah/pejabat yangdiberi kuasa selaku penerima.

Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atasdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalamjenis, obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekeningberkenaan.

9) Penganggaran pendapatan yang bersumber dari sumbanganpihak ketiga, baik dari badan, lembaga, organisasi swasta dalamnegeri, kelompok masyarakat maupun perorangan yang tidakmengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaran ataupengurangan kewajiban pihak ketiga atau pemberi sumbangan,dianggarkan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatandimaksud.

Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan tersebut di atasdianggarkan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,obyek dan rincian obyek pendapatan sesuai kode rekeningberkenaan.

13

10) Dalam hal pemerintah daerah memperoleh dana darurat daripemerintah dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, dan diuraikan ke dalam jenis,obyek dan rincian obyek pendapatan Dana Darurat.

Dana darurat diberikan pada tahap pasca bencana untukmendanai perbaikan fasilitas umum untuk melayani masyarakatsebagaimana ditegaskan dalam Pasal 296 ayat (3) dan ayat (4)Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

Pendapatan dana darurat dapat dianggarkan sepanjang sudahditerbitkannya Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaiAlokasi Dana Darurat Tahun Anggaran 2016.

Dalam hal Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TahunAnggaran 2016 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenaialokasi Dana Darurat Tahun Anggaran 2016 ditetapkan setelahperaturan daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2016ditetapkan, maka pemerintah daerah harus menyesuaikanalokasi dana darurat dimaksud dengan terlebih dahulumelakukan perubahan peraturan kepala daerah tentangpenjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 dengan pemberitahuankepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalamperaturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemerintah daerah yangtidak melakukan Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016 denganterlebih dahulu melakukan perubahan peraturan kepala daerahtentang penjabaran APBD Tahun Anggaran 2016 denganpemberitahuan kepada Pimpinan DPRD.

C. BELANJA DAERAH

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerahdigunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yangmenjadi kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahanwajib dan urusan pemerintahan pilihan.

Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusanpemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan denganstandar pelayanan minimal serta berpedoman pada standar teknis danharga satuan regional sesuai dengan ketentuan peraturanperundangundangan.

Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkaitdengan pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedomanpada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.

Urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasarmeliputi: (a) pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekerjaan umum danpenataan ruang, (d) perumahan rakyat dan kawasan permukiman, (e)ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, dan (f)sosial.

Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanandasar meliputi: (a) tenaga kerja, (b) pemberdayaan perempuan danperlindungan anak, (c) pangan, (d) pertanahan, (e) lingkungan hidup, (f)administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, (g) pemberdayaanmasyarakat dan desa, (h) pengendalian penduduk dan keluarga

14

berencana, (i) perhubungan, (j) komunikasi dan informatika, (k)koperasi, usaha kecil, dan menengah, (l) penanaman modal, (m)kepemudaan dan olahraga, (n) statistik, (o) persandian, (p) kebudayaan,(q) perpustakaan, dan (r) kearsipan.

Urusan pemerintahan pilihan meliputi: (a) kelautan dan perikanan, (b)pariwisata, (c) pertanian, (d) kehutanan, (e) energi dan sumber dayamineral, (f) perdagangan, (g) perindustrian, dan (h) transmigrasi.

Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja,baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupunprogram dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkanakuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas danefisiensi penggunaan anggaran. Program dan kegiatan harusmemberikan informasi yang jelas dan terukur serta memiliki korelasilangsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatandimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan targetkinerjanya.

a. Belanja Tidak LangsungPenganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:

1) Belanja Pegawai

a) Penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai NegeriSipil Daerah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peraturanperundang-undangan serta memperhitungkan rencanakenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD serta pemberian gajiketiga belas.

b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhanpengangkatan Calon PNSD sesuai formasi pegawai Tahun2015.

c) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gajiberkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasipegawai dengan memperhitungkan acress yang besarnyamaksimum 2,5% (dua koma lima per seratus) dari jumlahbelanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan.

d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi KepalaDaerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRDserta PNSD dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2016dengan mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-UndangNomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara JaminanSosial (BPJS) dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah denganPeraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang PerubahanAtas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentangJaminan Kesehatan.

Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untukpengembangan cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatanbagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan danAnggota DPRD serta PNSD di luar cakupan penyelenggaraanjaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidakdiperkenankan dianggarkan dalam APBD.

15

e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dankematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinandan Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD denganmempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004,Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, Peraturan PemerintahNomor 84 Tahun 2013 tentang Perubahan Kesembilan AtasPeraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentangPenyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja danPeraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentangPenahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

f) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD harusmemperhatikan kemampuan keuangan daerah denganpersetujuan DPRD sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Kebijakan dan penentuankriterianya ditetapkan terlebih dahulu dengan peraturankepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 39 PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

Besaran uang makan kepada PNSD dianggarkan sebesar Rp.15.000/hari.

Besaran tambahan penghasilan berdasarkan beban kerjaberpedoman Kepada Keputusan Bupati Klungkung Nomor22/16/H20/2015 tentang Pemberian Tambahan PenghasilanBerdasarkan Beban Kerja Kepada Pegawai Negeri Sipil danCalon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan PemerintahKabupaten Klungkung, seperti tabel berikut :

No Uraian Harga Satuan(Rp/Bulan)

(1) (2) (3)1 Sekretaris Daerah Kab Klungkung 8.100.000

2 Para Asisten/Stap Ahli/KepalaBadan/Dinas/Inspektur/Sekwan

6.000.000

3 Kepala Kantor/Kepala Bagian pada SekretariatDaerah/Camat Se-Kab Klungkung/DirekturRSUD/Kasat Pol PP/Sekretaris KPU

3.900.000

4 Pejabat Eselon III.A selain Nomor 3. 3.000.0005 Pejabat Eselon III.B Gol IV di lingkungan

Pemkab Klungkung dan KPU2.850.000

6 Pejabat Eselon III.B Gol III di lingkunganPemkab Klungkung dan KPU

2.550.000

7 Pejabat Eselon IV.A Gol IV di lingkunganPemkab Klungkung dan KPU

2.550.000

8 Pejabat Eselon IV.A Gol III di lingkunganPemkab Klungkung dan KPU

2.250.000

9 Pejabat Eselon IV.B Gol IV di lingkunganPemkab dan KPU

2.250.000

10 Pejabat Eselon IV.B Gol III di lingkunganPemkab Klungkung dan KPU

2.025.000

11 Pejabat Eselon V di lingkungan PemkabKlungkung

1.500.000

12 Staf Golongan IV di lingkungan PemkabKlungkung

1.008.000

16

13 Staf Golongan III di Lingkungan PemkabKlungkung

882.000

14 Staf Gololongan II di Lingkungan PemkabKlungkung

630.000

15 Staf Golongan I di Lingkungan PemkabKlungkung

600.000

16 Guru Golongan III dan IV di Lingkungan PemdaKab. Klungkung

477.000

17 Guru Golongan II di Lingkungan Pemda KabKlungkung

360.000

18 Dokter ahli Golongan IV 5.150.00019 Dokter ahli Golongan III 5.075.00020 Tenaga honorer Daerah di Lingkungan Pemda

Kabupaten Klungkung400.000

Ajudan Bupati/Wakil Bupati, para Lurah dan para Sopir PNS, para SopirTenaga Harian Daerah di Lingkungan Pemda Kabupaten Klungkung selainmenerima tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja, juga diberikantambahan sebagai berikut :

1 Ajudan Bupati/Wakil Bupati di lingkunganPemda Kabupaten Klungkung

350.000

2 Para Lurah di lingkungan PemerintahKabupaten Klungkung

300.000

3 Para sopir PNS, di lingkungan PemeritahKabupaten Klungkung

300.000

4 Para sopir tenaga harian daerah di LingkunganPemerintah Kabupaten Klungkung

250.000

g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah danRetribusi Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan PemanfaatanInsentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

h) Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilanguru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2016melalui dana transfer ke daerah dianggarkan dalam APBDpada jenis belanja pegawai, dan diuraikan ke dalam obyek danrincian obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.

2) Belanja Bunga

Bagi daerah yang belum memenuhi kewajiban pembayaran bungapinjaman, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangkapanjang supaya dianggarkan pembayarannya dalam APBD TahunAnggaran 2016.

3) Belanja Subsidi

Pemerintah daerah dapat menganggarkan belanja subsidi kepadaperusahaan/lembaga tertentu yang menyelenggarakan pelayananpublik, antara lain dalam bentuk penugasan pelaksanaanKewajiban Pelayanan Umum (Public Service Obligation). BelanjaSubsidi tersebut hanya diberikan kepada perusahaan/lembagatertentu agar harga jual dari hasil produksinya terjangkau olehmasyarakat yang daya belinya terbatas. Perusahaan/lembagatertentu yang diberi subsidi tersebut menghasilkan produk yangmerupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orangbanyak.

17

Sebelum belanja subsidi tersebut dianggarkan dalam APBDTahun Anggaran 2015, perusahaan/lembaga penerima subsidiharus terlebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuanpemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negarasebagaimana diatur dalam Pasal 41 Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 21 Tahun 2011.

4) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial

Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumberdari APBD mempedomani peraturan kepala daerah yang telahdisesuaikan dengan Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibahdan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor39Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibahdan Bantuan Sosial Yang Bersumber dari APBD, serta peraturanperundang-undangan lain di bidang hibah dan bantuan sosial.

5) Belanja Bagi Hasil Pajak

a) Penganggaran dana Bagi Hasil Pajak Daerah yang bersumberdari pendapatan pemerintah provinsi kepada pemerintahkabupaten harus mempedomani Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009.

Tata cara penganggaran dana bagi hasil pajak daerah tersebutharus memperhitungkan rencana pendapatan pajak daerahpada Tahun Anggaran 2016, sedangkan pelampauan targetTahun Anggaran 2015 yang belum direalisasikan kepadapemerintah kabupaten/kota ditampung dalam PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016 atau dicantumkan dalam LRAbagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan PerubahanAPBD Tahun Anggaran 2016.

b) Penganggaran dana bagi hasil yang bersumber dari retribusidaerah dilarang untuk dianggarkan dalam APBD Tahun 2016sebagaimana maksud Pasal 94 Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009 dan Pasal 18 ayat (2) Peraturan PemerintahNomor58 Tahun 2005.

c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf c dan ayat(3) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 97Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pemerintahkabupaten menganggarkan belanja Bagi Hasil Pajak Daerahdan Retribusi Daerah kepada pemerintah desa paling sedikit10% (sepuluh per seratus) dari pajak daerah dan retribusidaerah kabupaten.

d) Dari aspek teknis penganggaran, pendapatan Bagi Hasil PajakDaerah dari pemerintah provinsi untuk pemerintah kabupatendan pendapatan Bagi Hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerahdari pemerintah kabupaten untuk pemerintah desa dalamAPBD harus diuraikan ke dalam daftar nama pemerintahkabupaten dan pemerintah desa selaku penerima sebagai

18

rincian obyek penerima bagi hasil pajak daerah dan retribusidaerah sesuai kode rekening berkenaan.

6) Belanja Bantuan Keuangan

a) Belanja bantuan keuangan dari pemerintah daerah kepadapemerintah daerah lainnya dapat dianggarkan dalam APBDsesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah alokasibelanja yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangandipenuhi oleh pemerintah daerah dalam APBD TahunAnggaran 2016.

Belanja bantuan keuangan tersebut, harus didasarkan padapertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantupelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersediaalokasi dananya dan/atau menerima manfaat dari pemberianbantuan keuangan tersebut, serta dalam rangka kerjasamaantar daerah sesuai kemampuan keuangan masing-masingdaerah.

Pemberian bantuan keuangan dapat bersifat umum danbersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umumdigunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal denganmenggunakan formula antara lain variabel: pendapatandaerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luaswilayah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untukmembantu capaian kinerja program prioritas pemerintahdaerah penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusanpemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan.Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khususditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan.

b) Bantuan keuangan kepada partai politik harus dialokasikandalam APBD Tahun Anggaran 2016 dan dianggarkan padajenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuankeuangan kepada partai politik dan rincian obyek belanjanama partai politik penerima bantuan keuangan. Besaranpenganggaran bantuan keuangan kepada partai politikberpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, danLaporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan KeuanganPartai Politik sebagaimana telah diubah dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2013 tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan,Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, danLaporan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan KeuanganPartai Politik.

c) Dalam rangka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huruf b dan ayat(2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 95Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014, pemerintahkabupaten harus menganggarkan alokasi dana untuk desa dandesa adat yang diterima dari APBN dalam jenis belanjabantuan keuangan kepada pemerintah desa dalam APBDkabupaten Tahun Anggaran 2016 untuk membiayai

19

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan sertapemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.

Selain itu, pemerintah kabupaten harus menganggarkanAlokasi Dana Desa (ADD) untuk pemerintah desa dalam jenisbelanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa palingsedikit 10% (sepuluh per seratus) dari dana perimbangan yangditerima oleh kabupaten dalam APBD Tahun Anggaran 2016setelah dikurangi DAK sebagaimana diatur dalam Pasal 72ayat (4) dan ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 danPasal 96 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014.

Selanjutnya, pemerintah provinsi dan kabupaten dapatmemberikan bantuan keuangan lainnya kepada pemerintahdesa, sebagaimana diatur dalam Pasal 72 ayat (1) huruf eUndang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Pasal 98 PeraturanPemerintah Nomor 43 Tahun 2014.

Dari aspek teknis penganggaran, dalam APBD pemberibantuan keuangan, belanja bantuan keuangan tersebut harusdiuraikan daftar nama pemerintah daerah/desa selakupenerima bantuan keuangan sebagai rincian obyek penerimabantuan keuangan sesuai kode rekening berkenaan.

7) Belanja Tidak Terduga

Penganggaran belanja tidak terduga dilakukan secara rasionaldengan mempertimbangkan realisasi Tahun Anggaran 2015 dankemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapatdiprediksi sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintahdaerah. Belanja tidak terduga merupakan belanja untukmendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidakdiharapkan terjadi berulang, seperti kebutuhan tanggap daruratbencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial,dana pendamping DAK yang tidak tertampung dalam bentukprogram dan kegiatan pada Tahun Anggaran 2016, termasukpengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahunsebelumnya.

b. Belanja LangsungPenganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakanprogram dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-halsebagai berikut:

1) Penganggaran belanja langsung dalam APBD digunakan untukpelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadikewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajibdan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajibterdiri atas urusan pemerintahan wajib yang berkaitan denganpelayanan dasar dan urusan pemerintahan wajib yang tidakberkaitan dengan pelayanan dasar.

Penganggaran belanja langsung dituangkan dalam bentukprogram dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapatdirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatankualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerahkepada kepentingan publik. Penyusunan anggaran belanja padasetiap program dan kegiatan untuk urusan pemerintahan wajib

20

terkait pelayanan dasar ditetapkan dengan SPM dan berpedomanpada standar teknis dan harga satuan regional sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyusunan anggaran belanja pada setiap program dan kegiatanuntuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait denganpelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedomanpada analisis standar belanja dan standar harga satuan regional.

Alokasi belanja untuk program dan kegiatan pada masing-masingurusan pemerintahan tersebut di atas, digunakan sebagai dasarpenyusunan RKA-SKPD.

Selain itu, penganggaran belanja barang dan jasa agarmengutamakan produksi dalam negeri dan melibatkan usahamikro dan usaha kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikanprinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitaskemampuan teknis.

2). Belanja PegawaiDalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah,penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSDmemperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitasdalam pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengankebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangkamencapai target kinerja kegiatan dimaksud. Berkaitan dengan haltersebut, pemberian honorarium bagi PNSD dan Non PNSDdibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan bahwakeberadaan PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan benar-benarmemiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap efektifitaspelaksanaan kegiatan dimaksud dengan memperhatikanpemberian Tambahan Penghasilan bagi PNSD sesuai ketentuantersebut pada a.1).f) dan pemberian Insentif Pemungutan PajakDaerah dan Retribusi Daerah sesuai ketentuan tersebut padaa.1).g).

Suatu kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalamjenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium dan rincianobyek belanja honorarium PNSD dan Non PNSD. Besaranhonorarium bagi PNSD dan Non PNSD dalam kegiatan ditetapkandengan keputusan kepala daerah.

Pemberian honorarium mengacu pada Tabel Berikut :

(a) Belanja langsung untuk kegiatan non fisik yaitu pembinaan,bimbingan teknis, penataran, pelatihan, monitoring dansejenisnya.

URAIAN SATUAN BIAYA(Rp)/bulan

1. Pagu Kegiatan sampai dengan Rp25 jutaPembina I OB 100,000Pembina II OB 90,000Penasehat I OB 85,000Penasehat II OB 80,000Penanggung Jawab OB 75,000Ketua OB 70,000

21

Sekretaris OB 65,000Anggota OB 60,000Staf Administrasi OB 55,000

2. Pagu Kegiatan diatas Rp 25 juta s.d. Rp 50 jutaPembina I OB 110,000Pembina II OB 100,000Penasehat I OB 95,000Penasehat II OB 90,000Penanggung Jawab OB 85,000Ketua OB 80,000Sekretaris OB 75,000Anggota OB 70,000Staf Administrasi OB 65,000

3. Pagu Kegiatan diatas Rp 50 juta s.d. Rp 75 jutaPembina I OB 135,000Pembina II OB 125,000Penasehat I OB 115,000Penasehat II OB 110,000Penanggung Jawab OB 105,000Ketua OB 100,000Sekretaris OB 95,000Anggota OB 90,000Staf Administrasi OB 80,000

4. Pagu Kegiatan diatas Rp 75 juta s.d. Rp 100juta

Pembina I OB 180,000Pembina II OB 170,000Penasehat I OB 160,000Penasehat II OB 150,000Penanggung Jawab OB 145,000Ketua OB 135,000Sekretaris OB 130,000Anggota OB 125,000Staf Administrasi OB 105,000

5. Pagu Kegiatan diatas Rp 100 juta s.d. Rp 200juta

Pembina I OB 195,000Pembina II OB 185,000Penasehat I OB 175,000Penasehat II OB 165,000Penanggung Jawab OB 160,000Ketua OB 145,000Sekretaris OB 135,000Anggota OB 125,000Staf Administrasi OB 110,000

6. Pagu Kegiatan diatas Rp 200 jutaPembina I OB 200,000Pembina II OB 190,000Penasehat I OB 180,000

22

Penasehat II OB 170,000Penanggung Jawab OB 165,000Ketua OB 150,000Sekretaris OB 145,000Anggota OB 135,000Staf Administrasi OB 115,000

(b). Belanja Langsung untuk kegiatan fisik :URAIAN SATUAN BIAYA

(Rp)/bulan1. Pagu Kegiatan sampai dengan Rp25 juta

Pembina I OB 100,000Pembina II OB 90,000Penasehat I OB 85,000Penasehat II OB 80,000Penanggung Jawab OB 75,000Ketua OB 70,000Sekretaris OB 65,000Staf Teknis OB 60,000Staf Administrasi OB 55,000

2. Pagu Kegiatan diatas Rp 25 juta s.d. Rp 50 jutaPembina I OB 105,000Pembina II OB 95,000Penasehat I OB 90,000Penasehat II OB 85,000Penanggung Jawab OB 80,000Ketua OB 75,000Sekretaris OB 70,000Staf Teknis OB 65,000Staf Administrasi OB 60,000

3. 3. Pagu Kegiatan diatas Rp 50 juta s.d. Rp 75 jutaPembina I OB 110,000Pembina II OB 100,000Penasehat I OB 95,000Penasehat II OB 90,000Penanggung Jawab OB 85,000Ketua OB 80,000Sekretaris OB 75,000Staf Teknis OB 70,000Staf Administrasi OB 65,000

4. Pagu Kegiatan diatas Rp 75 juta s.d. Rp 100 jutaPembina I OB 165,000Pembina II OB 155,000Penasehat I OB 145,000Penasehat II OB 135,000Penanggung Jawab OB 125,000Ketua OB 115,000Sekretaris OB 110,000Staf Teknis OB 100,000Staf Administrasi OB 95,000

23

5. Pagu Kegiatan diatas Rp 100 juta s.d. Rp 200 jutaPembina I OB 180,000Pembina II OB 170,000Penasehat I OB 160,000Penasehat II OB 150,000Penanggung Jawab OB 145,000Ketua OB 135,000Sekretaris OB 125,000Staf Teknis OB 120,000Staf Administrasi OB 110,000

6. Pagu Kegiatan diatas Rp 200 juta s.d. Rp. 500 jutaPembina I OB 200,000Pembina II OB 195,000Penasehat I OB 180,000Penasehat II OB 170,000Penanggung Jawab OB 160,000Ketua OB 150,000Sekretaris OB 145,000Staf Teknis OB 135,000Staf Administrasi OB 115,000

7. Pagu Kegiatan diatas Rp. 500 jutaPembina I OB 225,000Pembina II OB 210,000Penasehat I OB 195,000Penasehat II OB 180,000Penanggung Jawab OB 170,000Ketua OB 155,000Sekretaris OB 150,000Staf Teknis OB 140,000Staf Administrasi OB 120,000

(c). Pejabat/Pegawai yang melaksanakan kegiatan pendidikanseperti penataran, kursus, pembinaan, bimbimbingan teknisdan sejenisnya dapat diberikan honorarium maksimal sebagaiberikut :

1. Pengajar/instruktur dan widyaiswara dari instansi diluarPemerintah Kabupaten Klungkung diberikan honorariumsesuai dengan standar honorarium pada instansi tempatpengajar/instruktur dan widyaiswara tersebut bekerja.

2. Pengajar dari Pemerintah Kabupaten Klungkung golonganIV atau yang dipersamakan dengan golongan IV diberikanhonorarium sebesar Rp. 75.000,00/jam.

3. Pengajar dari Pemerintah Kabupaten Klungkung golonganIII atau yang dipersamakan dengan golongan III diberikanhonorarium sebesar Rp. 60.000,00/jam.

4. Pengajar dari Pemerintah Kabupaten Klungkung golongan IIatau yang dipersamakan dengan golongan II diberikanhonorarium sebesar Rp. 50.000,00/jam.

24

(d). Pejabat/pegawai yang melaksanakan kegiatan yang bersifatkhusus seperti menerjemahkan, penulis kertas kerja, modul,artikel dan pengetikan/penulisan dan sejenisnya diberikanhonor maksimal sebagai berikut :1. Penerjemah :

­ Asing – Indonesia Rp. 10.000,00/lembar­ Indonesia – Asing Rp. 10.000,00/lembar­ Bali – Indonesia Rp. 10.000,00/lembar­ Indonesia – Bali Rp. 10.000,00/lembar

2. Penulisan kertas kerja/Modul Rp. 8.000,00/lembar

3. Pengetikan- bahasa Indonesia Rp. 2.000,00/lembar- Pengetikan bahasa asing Rp. 3.000,00/lembar- Pengetikan lontar aksara bali Rp. 200,00/kata

(e). Pejabat/pegawai yang ditunjuk sebagai Pejabat PembuatKomitmen (PPK) diberikan honor sebagai berikut :

No Pagu Anggaran (Rp) Honor per Bulan (Rp.)

1 S/d 100 Juta 325.0002 Diatas 100 juta s/d 250 juta 350.0003 Datas 250 juta s/d 500 juta 375.0004 Diatas 500 juta s/d 1 milyar 400.0005 Diatas 1 milyar s/d 2,5 milyar 425.0006 Diatas 2,5 milayr s/d 5 milyar 450.0007 Diatas 5 milyar s/d 10 milyar 475.0008 Diatas 10 milyar s/d 25 milyar 500.0009 Diatas 25 milyar 525.000

(f). Pejabat/pegawai yang ditunjuk sebagai Pejabat PelaksanaTeknis Kegiatan (PPTK) diberikan honor sebagai berikut :

No Pagu Anggaran (Rp)(Belanja Langsung)

Honor per Bulan (Rp.)

1 S/d 100 Juta 300.0002 Diatas 100 juta s/d 250 juta 325.0003 Datas 250 juta s/d 500 juta 350.0004 Diatas 500 juta s/d 1 milyar 375.0005 Diatas 1 milyar s/d 2,5 milyar 400.0006 Diatas 2,5 milayr s/d 5 milyar 425.0007 Diatas 5 milyar s/d 10 milyar 450.0008 Diatas 10 milyar s/d 25 milyar 475.0009 Diatas 25 milyar 500.000

(g). Pejabat/pegawai yang ditunjuk sebagai PejabatPenatausahaan Keuangan SKPD diberikan honor sebagaiberikut :

No Pagu Anggaran (Rp)(Belanja Tidak Langsung+Belanja

Langsung)

Honor per Bulan (Rp)

1 S/d 100 Juta 250.0002 Diatas 100 juta s/d 250 juta 275.0003 Datas 250 juta s/d 500 juta 300.0004 Diatas 500 juta s/d 1 milyar 325.0005 Diatas 1 milyar s/d 2,5 milyar 350.0006 Diatas 2,5 milayr s/d 5 milyar 375.0007 Diatas 5 milyar s/d 10 milyar 400.0008 Diatas 10 milyar s/d 25 milyar 425.0009 Diatas 25 milyar 450.000

25

(h). Pejabat/pegawai yang ditunjuk sebagai Pembantu PejabatPenatausahaan Keuangan SKPD diberikan honor sebagaiberikut :

No Pagu Anggaran(Rp)(Belanja Tidak Langsung+Belanja

Langsung)

Honor per Bulan (Rp)

1 S/d 100 Juta 200.0002 Diatas 100 juta s/d 250 juta 225.0003 Datas 250 juta s/d 500 juta 250.0004 Diatas 500 juta s/d 1 milyar 275.0005 Diatas 1 milyar s/d 2,5 milyar 300.0006 Diatas 2,5 milayr s/d 5 milyar 325.0007 Diatas 5 milyar s/d 10 milyar 350.0008 Diatas 10 milyar s/d 25 milyar 375.0009 Diatas 25 milyar 400.000

(i) Honorarium Bendahara Umum Daerah, Kuasa BendaharaUmum Daerah, Pejabat Penata Usaha Keuangan Satuan KerjaPengelolaan Keuangan Daerah (PPK-SKPKD), BendaharaPengeluaran – SKPKD, Bendahara Penerimaan SKPKD,Pembantu Bendahara Pengeluaran SKPKD, PembantuBendahara Penerimaan SKPKD, Pembantu PPK-SKPKD,Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),Bendahara Penerimaan/Pengeluaran dari PembantuBendahara diberikan honor sebagai berikut :

No Uraian Honor Perbulan/orang

(Rp)1 Bendahara Umum Daerah 850.0002 Kuasa Bendahara Umum Daerah 700.0003 PPK-SKPKD 450.0004 Bendahara Pengeluaran SKPKD 450.0005 Bendahara Penerimaan SKPKD 450.0006 Pembantu Bendahara Pengeluaran-SKPKD 400.0007 Pembantu Bendahara Penerimaan-SKPKD 400.0008 Pembantu PPK-SKPKD 400.000

9 PA/KPA(Belanja Tidak Langsung+Belanja Langsung)

a. Pagu s/d 100 Juta 350.000b. Diatas 100 juta s/d 250 juta 375.000c. Datas 250 juta s/d 500 juta 400.000d. Diatas 500 juta s/d 1 milyar 425.000e. Diatas 1 milyar s/d 2,5 milyar 450.000f. Diatas 2,5 milayr s/d 5 milyar 475.000g. Diatas 5 milyar s/d 10 milyar 500.000h. Diatas 10 milyar s/d 25 milyar 525.000i. Diatas 25 milyar 550.000

10 Bendahara Penerimaan/Pengeluarana. Pagu s/d 100 Juta 250.000b. Diatas 100 juta s/d 250 juta 275.000c. Datas 250 juta s/d 500 juta 300.000d. Diatas 500 juta s/d 1 milyar 325.000e. Diatas 1 milyar s/d 2,5 milyar 350.000f. Diatas 2,5 milayr s/d 5 milyar 375.000g. Diatas 5 milyar s/d 10 milyar 400.000h. Diatas 10 milyar s/d 25 milyar 425.000i. Diatas 25 milyar 450.000

11 Pembantu Bendaharaa. Pagu s/d 100 Juta 200.000

26

b. Diatas 100 juta s/d 250 juta 225.000c. Datas 250 juta s/d 500 juta 250.000d. Diatas 500 juta s/d 1 milyar 275.000e. Diatas 1 milyar s/d 2,5 milyar 300.000f. Diatas 2,5 milayr s/d 5 milyar 325.000g. Diatas 5 milyar s/d 10 milyar 350.000h. Diatas 10 milyar s/d 25 milyar 375.000i. Diatas 25 milyar 400.000

Catatan Bendahara penerimaan berdasarkan target PAD, BendaharaPengeluaran dan Pembantu Bendahara berdasarkan Belanja TidakLangsung + Belanja Langsung

(j). Honorarium pengurus dan penyimpan barang didasarkan padaharga perolehan aset dengan kriteria sebagai berikut:

No Nilai Perolehan Aset Honor Per bulan/orang(Rp)

1 Sampai dengan 1 milyar 250.0002 Diatas 1 milyar s/d 10 milyar 350.0003 Diatas 10 milyar s/d 20 milyar 450.0004 Diatas 20 milyar 500.000

(1) Dinas Pendidikan, pemuda dan olah raga, Dinas Kesehatan,Rumah Sakit Umum Daerah, Dinas Pekerjaan Umum, DinasPendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset, BagianPerlengkapan dapat mengangkat 1 (satu) orang PembantuPengurus Barang dan Penyimpan Barang denganhonorarium sebesar Rp. 250.000,00 per orang per bulan.

(2) Pengurus dan penyimpan barang di masing-masing SekolahDasar Negeri diberikan honorarium sebesar Rp. 200.000,00per orang per bulan, dan dianggarkan di Dinas PendidikanPemuda dan Olah Raga.

(k). Pejabat pengadaan barang dan jasa, pemeriksa barang dan jasasebagai berikut :

(a). Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa sebesar Rp.300.000/bulan

(b). Pejabat penerima hasil pekerjaan sebesar Rp.250.000/bulan

(l). Bendahara Umum Daerah (BUD) dan Kuasa BUD dianggarkanpada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.

(m).Pemberian honorarium pada tim/panitia pada belanjalangsung di masing-masing SKPD dapat diberikan paling tinggiatau sebanyak–banyaknya 12 (dua belas) kali setiap orangsetahun serta besarnya mengacu pada pagu masing-masingRKA tetapi tidak termasuk pada pemberian honor padahonorarium Tim Penyusunan Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah Kabupaten Klungkung, Tim PengelolaAdministrasi Keuangan Daerah Kabupaten Klungkung, TimPerencanaan Umum Kabupaten Klungkung, , HonorariumUnit Pelayanan Pengadaan Pemilihan Penyedia Barang /Jasa di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Klungkung,Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan di LingkunganPemerintah Kabupaten Klungkung, Tim Ketertiban UmumPemerintah Kabupaten Klungkung, Tim Pembahasan ProdukHukum Daerah Kabupaten Klungkung, Tim Pembina, Peneliti,Penyuratan dan Pengukuhan Awig-Awig Desa Pakraman, Tim

27

Pengelola Aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)Kabupaten Klungkung, Tim Pengelola Sistem InformasiAdministrasi Kependudukan Kabupaten Klungkung, TimHukum dalam Bidang Keperdataan dan Tata Usaha NegaraKabupaten Klungkung, dan Tim InventarisasiPenguasaan/Kepemilikan Tanah di Kawasan EksPertambangan Bahan Galian C, Tim Penyusunan NaskahAkademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung,Tim Satuan Tugas SIMDA Keuangan, Tim Evaluasi RancanganPeraturan Desa dan Tim Klarifikasi Peraturan Desa.

(n). Pembantu Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) yang NonPNS atau tenaga Harian Daerah (THD), dianggarkan pada koderekening Belanja Jasa Tenaga Kerja Non Pegawai.

(o). Honorarium tetap diberikan kepada Tenaga Honorer/TenagaHarian Daerah (THD) sebesar Rp.1.000.000,00 per orang, perbulan, dianggarkan pada Program dan Kegitan sebagai berikut:

1. Tenaga harian administrasi dan dianggarkan pada ProgramPelayanan Administrasi Perkantoran, Nama Kegaitan :Penyediaan Jasa tenaga Pendukung Administrasi/TeknisPerkantoran;

2. Diluar Tenaga Kerja tersebut di atas, dianggarkan pada koderekening Belanja jasa tenaga kerja non pegawai, padaProgram dan Kegiatan berkenaan.

(p). Tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja kepadaTenaga Honorer Daerah/tenaga harian daerah diberikansebesar Rp. 400.000,00/orang/bulan yang dibayarkan setiap 3(tiga) bulan dan dianggarkan pada belanja langsung koderekening Belanja Pegawai dengan menambahkan padaHonorarium/Upah perbulan.

Tenaga Honorer Daerah/Tenaga Harian Daerah dianggarkanIuran Peserta BPJS Ketenaga Kerjaan yaitu:

- Jaminan Kecelakaaan Kerja (JKK) = 0,54% x Rp.1.545.000,-x12 bulan x 1 orang

- Jaminan Kematian (JK) = 0,3% x Rp.1.545.000,- x 12 bulan x1 orang,

- Jaminan Hari Tua (JHT) = 5,7% x Rp.1.545.000,- x 12 bulan x1 orang, dan

- BPJS Kesehatan = 5% x Rp.1.545.000,00 x 1 orang x 12bulan.

(q). Dengan telah dianggarkannya tambahan penghasilan dalambentuk uang makan, maka penganggaran penyediaan makanandan minuman harian pegawai dalam bentuk kegiatan tidakdiperkenankan lagi.

3). Belanja Barang dan Jasaa) Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan

dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa denganmenambahkan obyek dan rincian obyek belanja baru sertabesarannya ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

28

b) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihakketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangkapemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaanatau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanjatersebut dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasasesuai kode rekening berkenaan.

c) Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikandengan kebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaantugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volumepekerjaan serta memperhitungkan estimasi sisa persediaanbarang Tahun Anggaran 2014.

d) Pengembangan pelayanan kesehatan di luar cakupanpenyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan olehBPJS hanya diberikan kepada Kepala Daerah/Wakil KepalaDaerah, Pimpinan dan Anggota DPRD. Pengembanganpelayanan kesehatan tersebut hanya berupa pelayananMedical check up sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun,termasuk keluarga (satu istri/suami dan dua anak) dalamrangka pemeliharaan kesehatan dan dianggarkan dalambentuk program dan kegiatan pada SKPD yang secarafungsional terkait dan dilaksanakan pada Rumah SakitUmum Daerah setempat/Rumah Sakit Umum Pusat didaerah.

e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakirmiskin dan orang tidak mampu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24Tahun 2011, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan danPeraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 sebagaimanadiubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013,yang tidak menjadi cakupan penyelenggaraan jaminankesehatan melalui BPJS yang bersumber dari APBN,pemerintah daerah dapat menganggarkannya dalam bentukprogram dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusankesehatan pemberi pelayanan kesehatan.

f) Penganggaran belanja yang bersumber dari dana kapitasiJaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas KesehatanTingkat Pertama (FKTP) Milik Pemerintah Daerah yang belummenerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan PresidenNomor 32 Tahun 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor19 Tahun 2014 tentang Penggunaan Dana Kapitasi JaminanKesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan danDukungan Biaya Operasional Pada FKTP Milik PemerintahDaerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.Dalam hal dana kapitasi tidak digunakan seluruhnya padatahun anggaran sebelumnya, dana kapitasi tersebut harusdigunakan tahun anggaran berikutnya dan penggunaannya

29

tetap mempedomani Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28Tahun 2014 dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014.

g) Penganggaran Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea BalikNama Kendaraan Bermotor milik pemerintah daerahdialokasikan pada masing-masing SKPD sesuai amanat Pasal6 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 danbesarannya sesuai dengan masing-masing peraturan daerah.

h) Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihakketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan,dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa denganmempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun2012, serta peraturan perundang-undangan lain dibidanghibah dan bantuan sosial.

Pengadaan belanja barang/jasa yang akan diserahkankepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaranberkenaan dimaksud dianggarkan sebesar harga beli/bangunbarang/jasa yang akan diserahkan kepada pihakketiga/masyarakat ditambah seluruh belanja yang terkaitdengan pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siapdiserahkan.

i) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangkakunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinasdalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri,dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinyadibatasi serta memperhatikan target kinerja dari perjalanandinas dimaksud sehingga relevan dengan substansi kebijakanpemerintah daerah. Hasil kunjungan kerja dan studi bandingdilaporkan sesuai peraturan perundang-undangan. Khususpenganggaran perjalanan dinas luar negeri berpedoman padaInstruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2005 tentang PerjalananDinas Luar Negeri dan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 11 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas KeLuar Negeri Bagi Pejabat/Pegawai di lingkungan KementerianDalam Negeri, Pemerintah Daerah, dan Pimpinan sertaAnggota DPRD.

j) Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaankeuangan daerah, penganggaran belanja perjalanan dinasharus memperhatikan aspek pertanggungjawaban sesuaibiaya riil atau lumpsum, khususnya untuk hal-hal sebagaiberikut:

1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai denganbiaya riil. Komponen sewa kendaraan hanya diberikanuntuk Bupati/Wakil Bupati, Pimpinan DPRD;

2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil;

3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;

4) Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakanfasilitas hotel atau tempat penginapan lainnya, kepadayang bersangkutan diberikan biaya penginapan sebesar

30

30% (tiga puluh per seratus) dari tarif hotel di kota tempattujuan sesuai dengan tingkatan pelaksana perjalanandinas dan dibayarkan secara lumpsum.

5) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secaralumpsum.

Untuk sementara standar satuan biaya untuk perjalanandinas, mengacu pada Peraturan Bupati Klungkung Nomor 6Tahun 2015 yang diubah dengan Peraturan Bupati KlungkungNomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PeraturanBupati Klungkung Nomor 6 Tahun 2015 tentang PelaksanaanPerjalanan Dinas menunggu petunjuk lebih lanjut.

k) Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yangmengikutsertakan non PNSD diperhitungkan dalam belanjaperjalanan dinas. Tata cara penganggaran perjalanan dinasdimaksud mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yangditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

l) Penganggaran untuk orientasi dan pendalaman tugas berupapendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis,sosialisasi,workshop, lokakarya, seminar atau sejenisnyayang terkait dengan pengembangan kapasitas sumber dayamanusia bagi Pejabat Daerah dan Staf Pemerintah Daerah,Pimpinan dan Anggota DPRD serta unsur lainnya sepertitenaga ahli diprioritaskan penyelenggaraannya di masing-masing wilayah provinsi/kabupaten/kota bersangkutan.

Dalam hal terdapat kebutuhan untuk melakukanpenyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, bimbinganteknis, sosialisasi, workshop, lokakarya, seminar atau sejenislainnya di luar daerah tetap dilakukan secara selektif denganmemperhatikan aspek urgensi, kualitas penyelenggaraan,muatan substansi, kompetensi narasumber, kualitasadvokasi dan pelayanan penyelenggara serta manfaat yangakan diperoleh guna efisiensi dan efektifitas penggunaananggaran daerah serta tertib anggaran dan administrasi olehpenyelenggara.

Orientasi dan Pendalaman Tugas bagi Pimpinan dan AnggotaDPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota berupapendidikan dan pelatihan pada prinsipnya mempedomaniPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2011tentang Pedoman Orientasi dan Pendalaman Tugas AnggotaDPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota sebagaimanadiubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 57 Tahun 2011 tentang PedomanOrientasi dan Pendalaman Tugas Anggota DPRD Provinsi danDPRD Kabupaten/Kota.

Pendalaman tugas/pengembangan kapasitas Pejabat Daerahdan Staf Pemerintah Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRDserta unsur lainnya seperti tenaga ahli yang pelaksanaannyakurang dari 4 (empat) hari atau kurang dari 30 (tiga puluh)jam pelajaran, dapat berupa bimbingan teknis, sosialisasi,workshop, lokakarya, seminar atau sejenis lainnya difasilitasidan dikoordinasikan oleh Kementerian Dalam Negeri sertadapat bekerjasama dengan:

31

1) Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) pada InstitutPemerintahan Dalam Negeri (IPDN);

2) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian DalamNegeri sesuai dengan tugas dan fungsinya;

3) Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) atau dengannama lain pada Perguruan Tinggi yang memilikipeminatan/spesifikasi bidang Pemerintahan,Ekonomi/Keuangan Daerah, Pembangunan, Sosial danKemasyarakatan; dan/atau

4) Pihak penyelenggara lain yang berhimpun dan mendapatpembinaan dari Asosiasi Lembaga Peningkatan KapasitasSumber Daya Manusia (ALPEKSI) sesuai peraturanperundang-undangan.

m) Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat,pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis, sosialisasi,workshop, lokakarya, seminar atau sejenis lainnyadiprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah,seperti ruang rapat atau aula yang sudah tersedia milikpemerintah daerah dengan mempedomani Peraturan MenteriPendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi BirokrasiNomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman PembatasanPertemuan/Rapat di Luar Kantor Dalam Rangka PeningkatanEfisiensi dan Efektifitas Kerja Aparatur.

n) Penganggaran pemeliharaan barang milik daerah yang beradadalam penguasaan pengelolaan barang, pengguna barangberpedoman pada daftar kebutuhan pemeliharaan barang,sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) PeraturanPemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang PengelolaanBarang Milik Negara/Daerah dan Pasal 48 Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang PedomanTeknisPengelolaan Barang Milik Daerah.

o) Uang transport dalam pelaksanaan pelatihan/pendidikandapat diberikan bagi peserta non PNS yang berasal dariKlungkung daratan sebesar Rp. 15.000/hari, dari NusaPenida 30.000/hari, bila diselenggarakan di Klungkungdaratan dan sebaliknya.

p) Belanja Barang Pakai Habis

Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengankebutuhan nyata yang didasarkan atas pelaksanaan tugasdan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan sertamemperhitungkan sisa persediaan barang Tahun Anggaran2014.

Selain dari kode rekening yang telah ditentukan dalamPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimanadiubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, untuk kebutuhanpiodalan/aci-aci, penghargaan/hibah, materi pameran danpemberian makanan tambahan (PMT) dapat dianggarkan padakode rekening berkenaan dalam batas-batas yang wajar dandapat dipertanggungjawabkan.

q) Belanja Bahan/Material

32

Yang termasuk belanja bahan material dan bangunan adalahbahan baku bangunan, bahan/bibit tanaman, bibit ternak,bahan obat-obatan, bahan kimia, dan bahan percontohan.Belanja bahan material dan bangunan diperhitungkan sesuaikebutuhan riil dari kegiatan yang direncanakan serta dalampelaksanaan pengadaannya agar berpedoman pada PeraturanPresiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang PengadaanBarang/Jasa Pemerintah beserta perubahanya.

r) Belanja Jasa Kantor

(1) Belanja telepon, air, dan listrik supaya direncanakandengan baik berdasarkan data realisasi rata-rata bulansebelumnya selama satu tahun anggaran dan dalampelaksanaannya agar dilakukan langkah-langkahpenghematan.

(2) Belanja surat kabar/majalah, kawat/faksimile/internet danpaket/pengiriman direncanakan berdasarkan kebutuhanriil dan realisasi pelaksanaan tahun sebelumnya.

(3) Dalam Belanja jasa kantor dapat direncanakan untuk biayajasa tenaga kerja non pegawai, biaya transportasi danakomodasi, biaya dokumentasi serta biaya untuk dekorasi.

(4) Upah tenaga kerja dan tenaga lainnya yang terkait denganjasa pemeliharaan atau jasa konsultasi baik yangdilakukan secara swakelola maupun dengan pihak ketigaagar dianggarkan pada belaja barang dan jasa pada akunbelanja jasa tenaga kerja non pegawai.

s) Belanja Perawatan Kendaraan Bermotor

Digunakan untuk belanja jasa service, Bahan Bakar Minyak,penggantian suku cadang, pelumas, Pajak KendaraanBermotor (PKB) dan biaya STNK untuk kendaran dinasoperasional pada masing-masing SKPD, dengandiperhitungkan berdasarkan kebutuhan dan dapatdipertanggungjawabkan.

t) Belanja Pemeliharaan Peralatan Kantor

Belanja tersebut dipergunakan antara lain pengadaan bahanbakar seperti gentzet, mesin cukur rumput dan yang adakaitannya dengan mesin penggerak, bukan katagorikendaraan bermotor.

u) Belanja Cetak dan Penggandaan

Untuk pengadaan biaya cetak dan penggandaan/fotocopydisesuaikan dengan kegiatan yang direncanakan denganperhitungan berdasarkan kebutuhan dikalikan dengan hargasatuan yang berlaku.

v) Belanja makanan dan minuman

Untuk Snack maksimal Rp. 7.000,00/orang, Nasi kotak Rp.25.000,00/kotak dan prasmanan sebesar Rp.35.000,00/orang. Perencanaan belanja makanan danminuman agar diperhitungakan secara cermat dan dapatdipertanggungjawabkan bila dikaitkan dengan kegiatan yangdirencanakan.

33

4). Belanja Modal

a) Pemerintah daerah harus memprioritaskan alokasi belanjamodal pada APBD Tahun Anggaran 2016 untuk pembangunandan pengembangan sarana dan prasarana yang terkait denganpeningkatan pelayanan kepada masyarakat.

b) Penganggaran untuk barang milik daerah dilakukan sesuaidengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerahberdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas, ekonomis dantransparansi dengan mengutamakan produk-produk dalamnegeri.

Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang milikdaerah didasarkan pada perencanaan kebutuhan barang milikdaerah yang disusun dengan memperhatikan kebutuhanpelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barangmilik daerah yang ada. Selanjutnya, perencanaan kebutuhanbarang milik daerah merupakan salah satu dasar bagi SKPDdalam pengusulan anggaran untuk kebutuhan barang milikdaerah yang baru (new initiative) dan angka dasar (baselineserta penyusunan RKA-SKPD. Perencanaan kebutuhan barangmilik daerah dimaksud berpedoman pada standar barang,standar kebutuhan dan/atau standar harga, sebagaimanadiatur dalam Pasal 9 ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4)Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014.

Khusus penganggaran untuk pembangunan gedung danbangunan milik daerah mempedomani Peraturan PresidenNomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan BangunanGedung Negara.

Selanjutnya, untuk efisiensi penggunaan anggaran,pembangunan gedung kantor baru milik pemerintah daerahtidak diperkenankan sesuai dengan Surat Menteri KeuanganNomor S-841/MK.02/2014 tanggal 16 Desember 2014 halPenundaan/Moratorium Pembangunan Gedung KantorKementerian Negara/Lembaga, kecuali penggunaan anggarantersebut terkait langsung dengan upaya peningkatankuantitas dan kualitas pelayanan publik.

c) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umummempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah BagiPembangunan Untuk Kepentingan Umum, sebagaimana telahdiubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan PresidenNomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga AtasPeraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentangPenyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan UntukKepentingan Umum, dan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 72 Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan BiayaPendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah BagiPembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang BersumberDari APBD.

d) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaranyang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan asettetap dan aset lainnya (aset tak berwujud) yang mempunyaimasa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan, digunakan

34

dalam kegiatan pemerintahan dan memenuhi nilai batasminimal kapitalisasi aset (capitalization threshold).

Nilai aset tetap dan aset lainnya yang dianggarkan dalambelanja modal tersebut adalah sebesar harga beli/bangun asetditambah seluruh belanja yang terkait denganpengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siapdigunakan, sesuai maksud Pasal 27 ayat (7) huruf c PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Pasal 53 PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimanadiubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dan Lampiran IPernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) 01 danPSAP 07, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010tentang Standar Akuntansi Pemerintahan serta Buletin TeknisStandar Akuntansi Pemerintahan Nomor 17 tentangAkuntansi Aset Tak Berwujud Berbasis Akrual.

e) Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal asettetap (biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi nilaibatas minimal kapitalisasi aset (capitalization threshold), dandapat memperpanjang masa manfaat atau yang dapatmemberikan manfaat ekonomi dimasa yang akan datangdalam bentuk peningkatan kapasitas, atau peningkatan mutuproduksi atau peningkatan kinerja dianggarkan dalam belanjamodal sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I PSAP Nomor7, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Pasal 53Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

f. Biaya perencanaan dan pengawasan belanja modal yangbersifat fisik adalah sebagai berikut :

(1). Biaya perencanaan dan pengawasan bagikegiatan/pekerjaan fisik ditetapkan secara merata,maksimum sebesar 6% dari total biaya kontruksi fisikyang akan dilaksanakan dengan perincian sebagaiberikut :

(a). 3,6% atau 60% untuk biaya perencanaan.

(b). 2,4% atau 40% untuk biaya pengawasan.

(2). Bagi kegiatan/pekerjaan yang sudah ada perencanaanyamaka biaya pengawasannya ditetapkan maksimumsebesar 2,4% dari total biaya kontruksi fisik yang akandilaksanakan.

g. Belanja modal pengadaan komputer dan perlengkapan kantor,agar dialokasikan pada Program Pelayanan AdministrasiPerkantoran, Kegiatan Penyediaan Peralatan danPerlengkapan Kantor.

h. Belanja modal pengadaan papan informasi, kipas angin, danperlengkapan lainnya agar dialokasikan pada ProgramPeningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, KegiatanPengadaan Perlengkapan Gedung Kantor.

i. Belanja modal pengadaan AC, papan tulis elektronik, papanvisual elektronik, tabung pemadam kebakaran agardialokasikan pada Program Peningkatan Sarana dan

35

Prasarana Aparatur, Kegiatan Pengadaan Peralatan GedungKantor.

j. Belanja modal pengadaan mebeulair agar dialokasikan padaProgram Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur,Kegiatan Pengadaan Mebeulair.

k. Penganggaran pembangunan/pemeliharaan gedung agar padasaat pengusulan melampirkan bukti kepemilikan atau buktipenguasaan lahan tempat rencana bangunan dimaksuddibangun atau bukti penguasaan bangunan yang akandipelihara.

5) Surplus/Defisit APBDa) Surplus atau defisit APBD adalah selisih antara anggaran

pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah.

b) Dalam hal APBD diperkirakan surplus, dapat digunakanuntuk pembiayaan pembayaran cicilan pokok utang yangjatuh tempo, penyertaan modal (investasi) daerah,pembentukan dana cadangan, dan/atau pemberian pinjamankepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/ataupendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Pendanaanbelanja peningkatan jaminan sosial tersebut diwujudkandalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasarmasyarakat yang dianggarkan pada SKPD yang secarafungsional terkait dengan tugasnya melaksanakan programdan kegiatan tersebut.

c) Dalam hal APBD diperkirakan defisit, pemerintah daerahmenetapkan penerimaan pembiayaan untuk menutup defisittersebut, yang bersumber dari sisa lebih perhitungananggaran tahun anggaran sebelumnya, pencairan danacadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,penerimaan pinjaman, dan/atau penerimaan kembalipemberian pinjaman atau penerimaan piutang.

d) Dalam penyusunan perencanaan penganggaran danpembahasan dalam hal ini KUA dan PPAS antara KepalaDaerah dengan DPRD pada bulan Juni-Juli 2015 terkaitdengan Belanja perlu prinsip kehati-hatian (prudential) bagiPemerintah Daerah. Hal ini perlu dikaitkan denganpenyusunan asumsi kebijakan, pertumbuhan ekonomi danproyeksi pendapatan serta kondisi ekonomi makro daerah,dengan wajib mempedomani penetapan batas maksimal defisitAPBD Tahun Anggaran 2016 yang ditetapkan oleh MenteriKeuangan, dan melaporkan posisi surplus/defisit APBDkepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiapsemester sesuai maksud Pasal 106 ayat (1) PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 57 ayat (2)Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

Dalam kaitan itu, sedapat mungkin Pemerintah Daerah harusmenghindari Belanja melampaui batas defisit APBD yangdiperkenankan oleh ketentuan tersebut di atas.

e) Dalam hal pemerintah daerah melakukan pinjaman, makaPemerintah Daerah wajib mempedomani penetapan batas

36

maksimal jumlah kumulatif pinjaman daerah yang ditetapkanoleh Menteri Keuangan

D. PEMBIAYAAN DAERAHa. Penerimaan Pembiayaan

1) Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran TahunSebelumnya (SiLPA) harus didasarkan pada penghitunganyang cermat dan rasional dengan mempertimbangkanperkiraan realisasi anggaran Tahun Anggaran 2015 dalamrangka menghindari kemungkinan adanya pengeluaran padaTahun Anggaran 2016 yang tidak dapat didanai akibat tidaktercapainya SiLPA yang direncanakan. Selanjutnya SiLPAdimaksud harus diuraikan pada obyek dan rincian obyeksumber SiLPA Tahun Anggaran 2015.

2) Dalam menetapkan anggaran penerimaan pembiayaan yangbersumber dari pencairan dana cadangan, waktu pencairandan besarannya sesuai peraturan daerah tentangpembentukan dana cadangan.

3) Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan dalam APBDpada akun pembiayaan, kelompok penerimaan pembiayaandaerah, jenis penerimaan kembali investasi pemerintahdaerah, obyek dana bergulir dan rincian obyek dana bergulirdari kelompokmasyarakat penerima.

Dalam kaitan itu, dana bergulir yang belum dapat diterimaakibat tidak dapat tertagih atau yang diragukan tertagih,pemerintah daerah harus segera melakukan penagihan danabergulir dimaksud sesuai peraturan perundang-undangan.

4) Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dapatmelakukan pinjaman daerah berdasarkan peraturanperundang-undangan dibidang pinjaman daerah. Bagipemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yangberencana untuk melakukan pinjaman daerah harusdianggarkan terlebih dahulu dalam rancangan peraturandaerah tentang APBD tahun anggaran berkenaan sesuai Pasal35 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011tentang Pinjaman Daerah.

Sesuai amanat Pasal 300 dan Pasal 301 Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 serta Pasal 35 Peraturan PemerintahNomor 30 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 10Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman LuarNegeri dan Penerimaan Hibah antara lain menyatakan bahwabagi Pemerintah Daerah yang akan melakukan pinjaman yangbersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, PemerintahDaerah Lain, Lembaga Keuangan Bank, Lembaga KeuanganBukan Bank, dan Masyarakat (obligasi) harus mendapatpertimbangan terlebih dahulu dari Menteri Dalam Negeri.

Untuk pinjaman jangka pendek digunakan hanya untukmenutup kekurangan arus kas sesuai maksud Pasal 12 ayat(4) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011.

Untuk pinjaman jangka menengah digunakan untukmembiayai pelayanan publik yang tidak menghasilkanpenerimaan sesuai maksud Pasal 13 ayat (4) PeraturanPemerintah Nomor 30 Tahun 2011.

37

Untuk pinjaman jangka panjang yang bersumber daripemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank,dan lembaga keuangan bukan bank sesuai maksud Pasal 14ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011digunakan untuk membiayai kegiatan investasi prasaranadan/atau sarana dalam rangka pelayanan publik yang:

a. menghasilkan penerimaan langsung berupa pendapatanbagi APBD yang berkaitan dengan pembangunan prasaranadan sarana tersebut;

b. menghasilkan penerimaan tidak langsung berupapenghematan terhadap belanja APBD yang seharusnyadikeluarkan apabila kegiatan tersebut tidak dilaksanakan;dan/atau

c. memberikan manfaat ekonomi dan sosial.

5) Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkanobligasi daerah untuk membiayai infrastruktur dan/atauinvestasi yang menghasilkan penerimaan daerah setelahmemperoleh pertimbangan dari Menteri Dalam Negeri danpersetujuan dari Menteri Keuangan sesuai maksud Pasal 300ayat (2) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014.

6) Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasaldari penerusan pinjaman utang luar negeri dari MenteriKeuangan setelah memperoleh pertimbangan Menteri DalamNegeri. Perjanjian penerusan pinjaman dilakukan antaraMenteri Keuangan dan Kepala Daerah sesuai maksud Pasal301 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

b. Pengeluaran Pembiayaan

1) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerahdapat menganggarkan investasi jangka panjang non permanendalam bentuk dana bergulir sesuai Pasal 118 ayat (3)Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah. Dana bergulir dalam APBDdianggarkan pada akun pembiayaan, kelompok pengeluaranpembiayaan daerah, jenis penyertaan modal/investasipemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian obyekdana bergulir kepada kelompok masyarakat penerima.

2) Penyertaan modal pemerintah daerah pada badan usaha miliknegara/daerah dan/atau badan usaha lainnya ditetapkandengan peraturan daerah tentang penyertaan modal.Penyertaan modal dalam rangka pemenuhan kewajiban yangtelah tercantum dalam peraturan daerah tentang penyertaanmodal pada tahun sebelumnya, tidak perlu diterbitkanperaturan daerah tersendiri sepanjang jumlah anggaranpenyertaan modal tersebut belum melebihi jumlah penyertaanmodal yang telah ditetapkan pada peraturan daerah tentangpenyertaan modal.

Dalam hal pemerintah daerah akan menambah jumlahpenyertaan modal melebihi jumlah penyertaan modal yangtelah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaanmodal dimaksud, pemerintah daerah melakukan perubahanperaturan daerah tentang penyertaan modal tersebut.

38

3) Pemerintah daerah dapat menambah modal yang disetordan/atau melakukan penambahan penyertaan modal padaBadan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk memperkuatstruktur permodalan, sehingga BUMD dimaksud dapat lebihberkompetisi, tumbuh dan berkembang.

Khusus untuk BUMD sektor perbankan, pemerintah daerahdapat melakukan penambahan penyertaan modal dimaksudguna menambah modal inti sebagaimana dipersyaratkan BankIndonesia dan untuk memenuhi Capital Adequacy Ratio (CAR).

4) Dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan bagi UsahaMikro Kecil dan Menengah (UMKM), pemerintah daerah dapatmelakukan penyertaan modal dan/atau penambahan modalkepada bank perkreditan rakyat milik pemerintah daerahsesuai dengan peraturan perundang-undangan.

5) Dalam rangka mendukung pencapaian target SustainableDevelopment Goal’s (SDG’s) Tahun 2025 yaitu cakupanpelayanan air perpipaan di wilayah perkotaan sebanyak 80%(delapan puluh per seratus) dan di wilayah perdesaansebanyak 60% (enam puluh per seratus), pemerintah daerahperlu memperkuat struktur permodalan Perusahaan DaerahAir Minum (PDAM). Penguatan struktur permodalan tersebutdilakukan dengan menambah penyertaan modal pemerintahdaerah yang antara lain bersumber dari pemanfaatan bagianlaba bersih PDAM. Penyertaan Modal dimaksud dilakukanuntuk penambahan, peningkatan, perluasan prasarana dansarana sistem penyediaan air minum, serta peningkatankualitas dan pengembangan cakupan pelayanan. Selain itu,pemerintah daerah dapat melakukan penambahan penyertaanmodal guna meningkatkan kualitas, kuantitas dan kapasitaspelayanan air minum kepada masyarakat untuk mencapaiSDG’s dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Penyertaan modal pada PDAM berupa laba ditahan dapatlangsung digunakan sebagai penambahan penyertaan modalpada PDAM dan besaran penyertaan modal tersebut agardisesuaikan dengan tata cara yang diatur dalam peraturanperundangundangan PDAM akan menjadi penyedia air minumdi daerah sebagai implikasi Putusan Mahkamah KonstitusiNomor 85/PUU-XI/2013 yang membatalkan Undang-UndangNomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Untuk itu,pemerintah daerah dapat melakukan penambahan penyertaanmodal kepada PDAM dalam rangka memperbesar skala usahaPDAM.

Bagi PDAM yang skala usahanya belum sesuai dengan fungsiPDAM sebagai penyedia air minum di daerah, agardipertimbangkan untuk melakukan penggabungan PDAMdimaksud.

6) Untuk menganggarkan dana cadangan, pemerintah daerahharus menetapkan terlebih dahulu peraturan daerah tentangpembentukan dana cadangan yang mengatur tujuanpembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yangakan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rinciantahunan dana cadangan yang harus dianggarkan, denganmempedomani Pasal 122 dan Pasal 123 Peraturan Pemerintah

39

Nomor 58 Tahun 2005 serta Pasal 63 Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21Tahun 2011.

7) Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisitanggaran sebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5)Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Pasal 61ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun2006, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

c. Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan

1) Pemerintah daerah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA)Tahun Anggaran 2016 bersaldo nol.

2) Dalam hal perhitungan penyusunan Rancangan APBDmenghasilkan SILPA Tahun Berjalan positif, pemerintah daerahharus memanfaatkannya untuk penambahan program dankegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program dankegiatan yang telah dianggarkan, dan/atau pengeluaranpembiayaan.

3)Dalam hal perhitungan SILPA Tahun Berjalan negatif,pemerintah daerah melakukan pengurangan bahkanpenghapusan pengeluaran pembiayaan yang bukan merupakankewajiban daerah, pengurangan program dan kegiatan yangkurang prioritas dan/atau pengurangan volume program dankegiatannya.

E. HAL-HAL KHUSUS LAINNYADalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2016, selain memperhatikankebijakan dan teknis penyusunan APBD, juga memperhatikan hal-halkhusus, antara lain sebagai berikut:

1. Penganggaran Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu TandaPenduduk dan Akta Catatan Sipil tidak diperkenankan untukdianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran 2016 sesuai maksudPasal 79A Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentangPerubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentangAdministrasi Kependudukan yang menegaskan bahwapengurusan dan penerbitan dokumen kependudukan tidakdipungut biaya. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintahdaerah harus segera menyesuaikan peraturan daerah dimaksudsesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013.

Selanjutnya, pendanaan penyelenggaraan program dan kegiatanadministrasi kependudukan yang meliputi kegiatan fisik dan nonfisik, baik di provinsi maupun kabupaten/kota bersumber daridan atas beban APBN sesuai maksud Pasal 87A Undang-UndangNomor 24 Tahun 2013.

2. Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun2014 tentang Pemerintahan Daerah terjadi beberapa perubahanmendasar terkait dengan penyelenggaraan urusan pemerintahandi daerah. Untuk itu, dalam rangka menghindari stagnasipenyelenggaraan pemerintahan daerah yang berakibat terhentinyapelayanan kepada masyarakat, maka penyelenggaraan urusan

40

pemerintahan konkuren yang bersifat pelayanan kepadamasyarakat luas dan masif, yang pelaksanaannya tidak dapatditunda dan tidak dapat dilaksanakan tanpa dukungan Personel,Pendanaan, Sarana dan Prasarana, serta Dokumen (P3D), tetapdilaksanakan oleh tingkatan/susunan pemerintahan yang saatini menyelenggarakan urusan pemerintahan konkurentersebut sampai dengan diserahkannya P3D.Adapun urusan pemerintahan konkuren tersebut meliputipenyelenggaraan sub urusan:

a. Pengelolaan pendidikan menengah;

b. Pengelolaan terminal penumpang Tipe A dan Tipe B;

c. Pelaksanaan rehabilitasi di luar kawasan hutan negara;

d. Pelaksanaan perlindungan hutan di hutan lindung dan hutanproduksi;

e. Pemberdayaan masyarakat dibidang kehutanan;

f. Pelaksanaan penyuluhan kehutanan provinsi;

g. Pelaksanaan metrologi legal berupa tera, tera ulang danpengawasan;

h. Pengelolaan tenaga penyuluh KB/Petugas lapangan KB(PKB/PLKB);

i. Pengelolaan tenaga pengawas ketenaga kerjaan;

j. Penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional; dan

k. Penyediaan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu,pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik belumberkembang, daerah terpencil dan pedesaan.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren di luar urusanpemerintahan sebagamana tersebut di atas dilaksanakan olehsusunan/tingkatan pemerintahan sesuai dengan pembagianurusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

3. Dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan setelahUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ditetapkan, pemerintahdaerah menyelesaikan secara seksama inventarisasi P3D antartingkatan/susunan pemerintahan sebagai akibat pengalihanurusan pemerintahan konkuren paling lambat tanggal 31 Maret2016 dan serah terima Personel, Sarana dan Prasarana sertaDokumen (P2D) paling lambat 2 Oktober 2016 sebagaimanadimaksud Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor120/253/SJ tanggal 16 Januari 2015 tentang PenyelenggaraanUrusan Pemerintahan Setelah Ditetapkannya Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014.

Selanjutnya, terhadap barang milik daerah yang akan diserahkansebagai akibat pengalihan urusan pemerintahan tersebut,pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk melakukanmutasi/perpindahan barang milik daerah baik antar penggunabarang dan/atau kuasa pengguna barang sebelum adanyapenyerahan barang milik daerah sesuai maksud ketentuantersebut di atas.

Dalam kaitan itu, prinsip penganggaran, pelaksanaan,penatausahaan, akuntansi dan pelaporan pada APBD Tahun

41

Anggaran 2016 terkait dengan pengelolaan urusan pemerintahankonkuren sebagaimana tersebut pada huruf a sampai denganhuruf k sesuai maksud Surat Edaran Menteri Dalam NegeriNomor 120/253/SJ tanggal 16 Januari 2015 tidak dikenaldengan istilah “cut off” pada posisi tanggal 2 Oktober 2016 sebagaiakibat pemberlakuan Pasal 404 Undang-Undang Nomor 23 Tahun2014. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa DanaTransfer dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah antara lainDAU, DAK dan Dana Transfer Lainnya (Tunjangan Profesi GuruPNSD,Tambahan Penghasilan Guru PNSD) pada tahun berkenaantidak dapat dilakukan pengalihan/pemotongan (begitu saja) darisemula kewenangan Kabupaten/Kota (belanja 9 bulan) beralihkepada Pemerintah Provinsi (belanja 3 bulan), begitu pula halnyadari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah, dimana alokasianggaran dimaksud telah ditetapkan dengan Undang-Undangmengenai APBN maupun Peraturan Presiden mengenai alokasidana transfer.

Dengan demikian, beralihnya kewenangan dan penganggarandari urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud padahuruf a sampai dengan huruf k berlaku efektif terhitung mulaitanggal 1 Januari 2017.

4. Dalam rangka peningkatan bidang pendidikan, pemerintahdaerah secara konsisten dan berkesinambungan harusmengalokasikan anggaran fungsi pendidikan sekurang-kurangnya 20% (dua puluh per seratus) dari belanja daerah,sesuai amanat peraturan perundang-undangan, termasuk danaBOS yang bersumber dari APBD.

5. Untuk meningkatkan efektifitas penyusunan anggaran BOSTahun Anggaran 2016, pemerintah daerah perlu memperhatikanbahwa dana BOS yang bersumber dari APBN diperuntukkan bagipenyelenggaraan satuan pendidikan dasar dan pendidikanmenengah sebagai pelaksanaan program wajib belajar. Untukdana BOS yang bersumber dari APBD, penganggarannya dalambentuk program dan kegiatan.

6. Dalam rangka peningkatan bidang kesehatan, pemerintah daerahsecara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikananggaran kesehatan minimal 10% (sepuluh per seratus) daritotal belanja APBD di luar gaji, sesuai amanat Pasal 171 ayat (2)Undang-Undang 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Penjelasan Pasal 171 ayat (2) Undang-Undang 36 Tahun 2009menegaskan bahwa bagi daerah yang telah menetapkan lebih dari10% (sepuluh per seratus) agar tidak menurunkan jumlahalokasinya dan bagi daerah yang belum mempunyai kemampuanagar dilaksanakan secara bertahap.

7. Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapatmengadakan kerjasama yang didasarkan pada pertimbanganefisiensi dan efektifitas pelayanan publik serta salingmenguntungkan. Kerjasama dapat dilakukan oleh daerah dengan:

a. Daerah lain;

b. Pihak ketiga; dan/atau

c. Lembaga atau pemerintah daerah diluar negeri sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

42

Dalam penyelenggaraan pembangunan yang melibatkan beberapadaerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat secaralebih efektif dan efisien, pemerintah daerah dapatmenganggarkan program dan kegiatan melalui pola kerjasamaantar daerah dengan mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan KerjasamaPemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara KerjasamaDaerah serta peraturan perundang-undangan lainnya. Apabilapemerintah daerah membentuk badan kerjasama, maka masing-masing pemerintah daerah menganggarkan dalam APBD dalambentuk belanja hibah kepada badan kerjasama denganmempedomani peraturan perundang-undangan mengenai hibahdaerah.

Dalam hal pemerintah daerah melakukan kerjasama denganbadan usaha dalam penyediaan infrastruktur harusmempedomani Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentangKerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam PenyediaanInfrastruktur.

9. Daerah dapat membentuk asosiasi untuk mendukungkerjasama antar Daerah, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal364 ayat (9) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, yangpendanaannya bersumber dari APBD dan dianggarkan pada jenisbelanja hibah dengan mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat(5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubahdengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012,serta peraturan perundang-undangan lain dibidang hibah.

10. Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan pendanaanoperasional yang bersumber dari APBD kepada organisasikemasyarakatan (termasuk organisasi keagamaan) dandianggarkan dalam jenis belanja hibah dengan mempedomaniPasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 23 Tahun2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011,sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 39 Tahun 2012, serta peraturan perundang-undangan lain dibidang hibah.

12. Belanja Tidak Terduga yang akan digunakan untuk mendanaitanggap darurat, penanggulangan bencana alam dan/ataubencana sosial serta kebutuhan mendesak lainnya, sepertipenanganan konflik sosial sesuai amanat Undang-Undang Nomor7 Tahun 2012 dan penanganan gangguan keamanan dalam negerisesuai amanat Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2014,dilakukan dengan cara:

a. Kepala Daerah menetapkan kegiatan yang akan didanai daribelanja tidak terduga dengan keputusan kepala daerah dandiberitahukan kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulanterhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan;

b. Atas dasar keputusan kepala daerah tersebut, pimpinaninstansi/lembaga yang akan bertanggungjawab terhadappelaksanaan kegiatan mengajukan usulan kebutuhan;

c. Kepala Daerah dapat mengambil kebijakan percepatanpencairan dana belanja tidak terduga untuk mendanaipenanganan tanggap darurat yang mekanisme pemberian dan

43

pertanggungjawabannya diatur dengan peraturan kepaladaerah sebagaimana dimaksud Pasal 134 ayat (4) PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; dan

d. Kegiatan lain diluar tanggap darurat yang didanai melaluibelanja tidak terduga dilakukan dengan pergeseran anggarandari belanja tidak terduga ke belanja SKPD berkenaandan/atau belanja PPKD.

13. Penyediaan anggaran untuk penanggulangan bencanaalam/bencana sosial dan/atau pemberian bantuan kepadadaerah lain dalam rangka penanggulangan bencanaalam/bencana sosial dapat memanfaatkan saldo anggaran yangtersedia dalam Sisa Lebih Perhitungan APBD tahun anggaransebelumnya dan/atau dengan melakukan penggeseran BelanjaTidak Terduga atau dengan melakukan penjadwalan ulang atasprogram dan kegiatan yang kurang mendesak, denganmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penyediaan anggaran untuk mobilisasi tenaga medis dan obat-obatan, logistik/sandang dan pangan diformulasikan kedalamRKASKPD yang secara fungsional terkait dengan pelaksanaankegiatan dimaksud;

b. Penyediaan anggaran untuk bantuan keuangan yang akandisalurkan kepada provinsi/kabupaten/kota yang dilandabencana alam/bencana sosial dianggarkan pada BelanjaBantuan Keuangan.

Sambil menunggu Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016,kegiatan atau pemberian bantuan keuangan tersebut di atasdapat dilaksanakan dengan cara melakukan perubahanperaturan kepala daerah tentang Penjabaran APBD, untukselanjutnya ditampung dalam peraturan daerah tentangPerubahan APBD Tahun Anggaran 2016. Apabila penyediaananggaran untuk kegiatan atau bantuan keuangan dilakukansetelah Perubahan APBD agar dicantumkan dalam LRA; dan

c. Pemanfaatan saldo anggaran yang tersedia dalam Sisa LebihPerhitungan APBD Tahun Anggaran sebelumnya dan/ataudengan melakukan penggeseran Belanja Tidak Terduga untukbantuan penanggulangan bencana alam/bencana sosialdiberitahukan kepada DPRD paling lama 1 (satu) bulan.

14. Program dan kegiatan yang dibiayai dari DBH-CHT, DBH-DR,DAK, Dana BOS, Dana Otonomi Khusus, Dana Insentif Daerah,Dana Darurat, Bantuan keuangan yang bersifat khusus dan danatransfer lainnya yang sudah jelas peruntukannya sertapelaksanaan kegiatan dalam keadaan darurat dan/ataumendesak lainnya yang belum cukup tersedia dan/atau belumdianggarkan dalam APBD, dapat dilaksanakan mendahuluipenetapan peraturan daerah tentang Perubahan APBD dengancara:

a. Menetapkan peraturan kepala daerah tentang perubahanpenjabaran APBD dan memberitahukan kepada PimpinanDPRD;

b. Menyusun RKA-SKPD dan mengesahkan DPA-SKPD sebagaidasar pelaksanaan kegiatan;

44

c. Ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahanAPBD, atau dicantumkan dalam LRA, apabila pemerintahdaerah telah menetapkan perubahan APBD atau tidakmelakukan perubahan APBD.

15. Untuk mendukung pelaksanaan tugas sekretariat fraksi DPRDdisediakan sarana, anggaran dan tenaga ahli sesuai dengankebutuhan dan memperhatikan kemampuan APBD, sebagaimanadimaksud dalam Pasal 109 ayat (10) Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014 dan Pasal 33 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan TataTertib DPRD. Penyediaan sarana meliputi ruang kantor padasekretariat DPRD, kelengkapan kantor, tidak termasuk saranamobilitas, sedangkan penyediaan anggaran untuk sekretariatfraksi meliputi kebutuhan belanja untuk alat tulis kantor danmakan minum bagi rapat fraksi yang diselenggarakan dilingkungan kantor sekretariat fraksi.

16. Tunjangan Perumahan Pimpinan dan Anggota DPRD disediakandalam rangka menjamin kesejahteraan untuk pemenuhan rumahjabatan/rumah dinas bagi Pimpinan dan Anggota DPRDsebagaimana maksud Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 37Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan PemerintahNomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler danKeuangan Pimpinan dan Anggota DPRD.

Suami dan/atau istri yang menduduki jabatan sebagai Pimpinandan/atau Anggota DPRD pada DPRD yang sama hanya diberikansalah satu tunjangan perumahan. Bagi Pimpinan dan AnggotaDPRD yang suami atau istrinya menjabat sebagai KepalaDaerah/Wakil Kepala Daerah pada tingkatan daerah yang samatidak diberikan tunjangan perumahan.

17. Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 109Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah danWakil Kepala Daerah, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerahdisediakan masing-masing rumah jabatan beserta perlengkapandan biaya pemeliharaan.

Dalam hal pemerintah daerah belum menyediakan rumah jabatankepala daerah/wakil kepala daerah, pemerintah daerah dapatmenyediakan anggaran sewa rumah untuk dijadikan rumahjabatan yang memenuhi standar rumah jabatan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

18. Dalam Pasal 69 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ditegaskanbahwa SKPD atau Unit Kerja pada SKPD yang memiliki spesifikasiteknis di bidang layanan umum dan memenuhi persyaratan yangditentukan, diberikan fleksibilitas dalam pola pengelolaankeuangannya.

Untuk menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan-BLUD (PPK-BLUD) diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah yangberpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Dalam penerapan PPK-BLUD, pemerintah daerah memperhatikanantara lain sebagai berikut:

a. Bagi Rumah Sakit Daerah (RSD) yang belum menerapkan PPK-BLUD, agar pemerintah daerah segera melakukan langkah-langkah untuk mempercepat penerapan PPK-BLUD pada RSDtersebut. Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 7 ayat (3) dan

45

Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009tentang Rumah Sakit.

b. Bagi SKPD atau unit kerja pada SKPD yang telah menerapkanPPKBLUD, agar:

1) Penyusunan RKA dalam APBD menggunakan formatRencana Bisnis dan Anggaran (RBA);

2) Tahapan dan jadwal proses penyusunan RKA/RBA,mengikuti tahapan dan jadwal proses penyusunan APBD.

Dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan LayananUmum, khususnya dalam Pasal 11 ayat (3a), SKPD atau Unit Kerjapada SKPD yang telah menerapkan PPK-BLUD, pagu anggaranBLUD dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD yangsumber dananya berasal dari pendapatan dan surplus BLUD,dirinci dalam 1 (satu) program, 1 (satu) kegiatan, 1 (satu)output dan jenis belanja.

19. Dalam rangka efektifitas pemberlakuan Peraturan PemerintahNomor 71 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar AkuntansiPemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah,pemerintah daerah mengalokasikan anggaran dalam APBD TahunAnggaran 2016 untuk mendanai kegiatan seperti: inventarisasiaset daerah, koordinasi, pembinaan, supervisi, pendidikan danpelatihan/peningkatan kapasitas, bimbingan teknis, seminar dan

sejenis lainnya.

Pelaksanaan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM)bagi Pemerintah Kabupaten difasilitasi dan dikoordinasikan olehKementerian Dalam Negeri yang dapat bekerjasama denganinstansi terkait lainnya atau Perguruan Tinggi yang memilikipeminatan/spesifikasi bidang Ekonomi/Keuangan Daerahdan/atau Pusat Pengembangan Akuntasi (PPA) yang dapatmempertimbangkan regionalisasi.

20. Dalam rangka peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia(SDM) bagi Pemerintah Kabupaten di bidang keuangan daerah,pemerintah daerah mengalokasikan anggaran dalam APBD TahunAnggaran 2016 untuk mendanai kegiatan seperti koordinasi,pembinaan, supervisi, pendidikan dan pelatihan/peningkatankapasitas SDM, bimbingan teknis, seminar dan sejenis lainnya.

Pelaksanaan peningkatan kapasitas SDM sebagaimana tersebut diatas di bidang seperti aset daerah/barang milik daerah, penilaidan penilaian aset, pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD),investasi daerah, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), BadanUsaha Milik Daerah (BUMD) baik yang bersifat profit (misalnyaPerbankan) maupun non profit (misalnya Perusahan Daerah AirMinum-PDAM) serta Aneka Usaha Lainnya difasilitasi dandikoordinasikan oleh Kementerian Dalam Negeri yang dapatbekerjasama dengan instansi terkait lainnya ataupihak/lembaga/Perguruan Tinggi yang memilikipeminatan/spesifikasi bidang Ekonomi/Keuangan Daerah

21. Pendanaan untuk organisasi cabang olahraga profesional tidakdianggarkan dalam APBD karena menjadi tanggung jawab indukorganisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahraga

46

professional yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan amanatPasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentangSistem Keolahragaan Nasional, bahwa pembinaan danpengembangan olahraga professional dilakukan oleh indukorganisasi cabang olahraga dan/atau organisasi olahragaprofesional. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 15 Undang-UndangNomor 3 Tahun 2005, didefinisikan bahwa cabang olahragaprofesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperolehpendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkanatas kemahiran berolahraga.

22. Penganggaran program “Peningkatan pelayanan kedinasan kepaladaerah/wakil kepala daerah” mengacu pada Lampiran A.VIIPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

23. Penganggaran untuk pelaksanaan kegiatan lanjutan yang tidakselesai pada Tahun Anggaran 2015 dengan menggunakanDokumen Pelaksanaan Anggaran Lanjutan SKPD (DPAL-SKPD)mempedomani Pasal 138 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhirdengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pendanaan kegiatan lanjutan menggunakan SiLPA TahunAnggaran 2015.

b. Dituangkan ke dalam Dokumen Pelaksanaan AnggaranLanjutan SKPD (DPAL-SKPD) Tahun Anggaran 2016 sesuaiDokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja PerangkatDaerah (DPA-SKPD) Tahun Anggaran 2015 denganberpedoman pada format Lampiran B.III Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telahdiubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011.

c. DPAL-SKPD disahkan oleh PPKD sebagai dasar pelaksanaananggaran dan dalam rangka penyelesaian pekerjaan sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Untuk penetapan jumlah anggaran yang disahkan dalamDPALSKPD masing-masing dilakukan sebagai berikut:

1) Penelitian terhadap penyebab keterlambatan penyelesaianpekerjaan, sepanjang penyebabnya di luar kelalaianPenyedia Barang/Jasa atau Pengguna Barang/Jasa,kegiatan tersebut dapat di DPAL-kan.

Apabila keterlambatan penyelesaian pekerjaan disebabkankelalaian Penyedia Barang/Jasa atau PenggunaBarang/Jasa maka tidak dapat di-DPAL-kan, sehinggakegiatan yang belum dilaksanakan dianggarkan kembalisesuai ketentuan yang berlaku.

2) Jumlah anggaran yang disahkan dalam DPAL setelahterlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap:

a) Sisa DPA-SKPD yang belum diterbitkan SPD dan/ataubelum diterbitkan SP2D Tahun Anggaran 2015 ataskegiatan yang bersangkutan;

47

b) Sisa SPD yang belum diterbitkan SPP, SPM atau SP2DTahun Anggaran 2015; dan

c) SP2D yang belum diuangkan.

e Penganggaran beban belanja atas pelaksanaan kegiatanlanjutan yang telah dituangkan dalam DPAL-SKPD dimaksud,agar ditampung kembali di dalam perubahan APBD TahunAnggaran 2016 pada anggaran belanja langsung SKPDberkenaan.

f Kegiatan yang dapat dibuatkan DPAL harus memenuhikriteria bahwa kegiatan tersebut tidak selesai sesuai denganjadwal yang ditetapkan dalam perjanjian pelaksanaanpekerjaan/kontrak, akibat di luar kendali penyediabarang/jasa dan pengguna barang/jasa (force majeure).

24. Dalam hal pemerintah daerah mempunyai kewajiban kepadapihak ketiga terkait dengan pekerjaan yang telah selesai padatahun anggaran sebelumnya, maka harus dianggarkan kembalipada akun belanja dalam APBD Tahun Anggaran 2016 sesuaikode rekening berkenaan.

Tata cara penganggaran dimaksud terlebih dahulu melakukanperubahan atas peraturan kepala daerah tentang penjabaranAPBD Tahun Anggaran 2016, dan diberitahukan kepada PimpinanDPRD untuk selanjutnya ditampung dalam peraturan daerahtentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2016.

25. Dalam Pasal 54A Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 ditegaskan bahwa kegiatandapat mengikat dana anggaran:

a. untuk 1 (satu) tahun anggaran; atau

b. lebih dari 1 (satu) tahun anggaran dalam bentuk kegiatantahun jamak sesuai peraturan perundang-undangan.

Kegiatan tahun jamak tersebut pada huruf b harus memenuhikriteria sekurang-kurangnya:

a. pekerjaan konstruksi atas pelaksanaan kegiatan yang secarateknis merupakan satu kesatuan untuk menghasilkan satuoutput yang memerlukan waktu penyelesaian lebih dari 12 (duabelas) bulan; atau

b. pekerjaan atas pelaksanaan kegiatan yang menurut sifatnyaharus tetap berlangsung pada pergantian tahun anggaranseperti penanaman benih/bibit, penghijauan, pelayananperintis laut/udara, makanan dan obat di rumah sakit,layanan pembuangan sampah dan pengadaan jasa cleaningservice.

Penganggaran kegiatan tahun jamak dimaksud berdasarkan ataspersetujuan DPRD yang dituangkan dalam nota kesepakatanbersama antara Kepala Daerah dan DPRD, yang ditandatanganibersamaan dengan penandatanganan nota kesepakatan KUA danPPAS pada tahun pertama rencana pelaksanaan kegiatan tahunjamak.

Nota kesepakatan bersama tersebut sekurang-kurangnyamemuat:

a. nama kegiatan;

48

b. jangka waktu pelaksanaan kegiatan;

c. jumlah anggaran; dan

d. alokasi anggaran per tahun.

Jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak tidakmelampaui akhir tahun masa jabatan Kepala Daerah berakhir.

26. Pemerintah daerah tidak diperkenankan untuk menganggarkanbelanja tali asih kepada PNSD dan penawaran kepada PNSD yangpensiun dini dengan uang pesangon, mengingat tidak memilikidasar hukum yang melandasinya.

27. Dalam rangka pengawasan penyerapan anggaran daerah oleh TimEvaluasi Percepatan Realisasi Anggaran (TEPRA) pada Kantor StafPresiden, pemerintah daerah dapat menganggarkan kegiatan yangmendukung efektifitas kerja TEPRA.

29. Pemerintah kabupaten menganggarkan biaya pemilihan KepalaDesa dalam APBD Kabupaten Tahun Anggaran 2016 untukpengadaan surat suara, kotak suara, kelengkapan peralatanlainnya, honorarium panitia, dan biaya pelantikan sesuai amanatPasal 34 ayat (6) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014.

30. Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten menganggarkandalam APBD Tahun Anggaran 2016 dalam rangka pembinaan danpengawasan pemerintahan desa sebagaimana diatur dalam Pasal112,Pasal 114 dan Pasal 115 Undang-Undang Nomor 6 Tahun2014.

31. Dalam rangka mendukung pembangunan Lembaga PenempatanAnak Sementara (LPAS), Lembaga Pembinaan Khusus Anak(LPKA) dan Balai Pemasyarakatan, Pemerintah daerahmenyediakan lahan untuk mendukung pembangunan tersebutsesuai maksud Pasal 105 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

32. Dalam rangka mendukung peningkatan akses, mutu, daya saing,dan relevansi pendidikan islam (madrasah, pendidikan diniyah,dan pondok pesantren) dan pendidikan non islam di bawahbinaan Kementerian Agama sebagai bagian integral pendidikannasional, pemerintah daerah dapat memberikan dukunganpendanaan yang dianggarkan dalam belanja hibah denganmempedomani Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-UndangNomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubah denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012, sertaperaturan perundang-undangan lain dibidang hibah.

33. Dalam rangka memenuhi akuntabilitas dan transparansipengelolaan keuangan desa, pemerintah kabupaten wajibmelakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaanpengelolaan keuangan desa pada pemerintah desa di wilayahnyasesuai maksud Pasal 44 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam NegeriNomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Dalam kaitan itu, Pemerintah Desa harus menyusun LaporanPertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa yangdisampaikan kepada Bupati dan disusun dengan mempedomaniPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014.Selanjutnya, pemerintah daerah menyusun Laporan dimaksud

49

dalam bentuk ikhtisar yang dilampirkan dalam LaporanKeuangan Pemerintah Daerah.

34. Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program dankegiatan dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 dengankebijakan nasional, antara lain:

a. Pencapaian SDG’s, seperti: kesetaraan gender, penanggulanganHIV/AIDS, malaria, penanggulangan kemiskinan, dan AksesPenyandang Masalah Kesejahteraan Sosial sebagaimanadiamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan danPeraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dengan uraian sebagai berikut:

1) Upaya percepatan pengarusutamaan gender melaluiperencanaan dan penganggaran responsif gender,pemerintah daerah mempedomani Surat Edaran MenteriNegara Perencanaan Pembangunan Nasional/KepalaBAPPENAS, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri danMenteri Negara Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak Nomor: 270/M.PPN/11/2012, Nomor:SE-33/MK.02/2012, Nomor: 050/4379A/SJ, Nomor: SE-46/MPP-PA/11/2011 tentang Strategi Nasional PercepatanPengarusutamaan Gender (PUG) melalui Perencanaan danPenganggaran yang Responsif Gender (PPRG);

2) Pengendalian dan pemberantasan malaria mempedomaniKeputusan Menteri Kesehatan Nomor 293 Tahun 2009tentang Eliminasi Malaria, Peraturan Menteri KesehatanNomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman Tata LaksanaMalaria, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor044/MENKES/SK/I/2007 tentang Pedoman Malaria danSurat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 443.41/465Tahun 2010 perihal Perecepatan Eliminasi Malaria;

3) Pengentasan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial(PMKS) mempedomasi Peraturan Menteri Sosial Nomor129/HUK/2008 tentang SPM Bidang Sosial DaerahProvinsi, Kabupaten/Kota dan Keputusan Menteri SosialNomor 80/HUK/2010 tentang Panduan PerencanaanPembiayan Pencapaian SPM Bidang Sosial Daerah Provinsidan Daerah Kabupaten/Kota;

b. Pelaksanaan dan Pengawasan Program Simpanan KeluargaSejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program IndonesiaSehat sebagaimana diamanatkan Instruksi Presiden Nomor 7Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan KeluargaSejahtera, Program Indonesia Pintar dan Program IndonesiaSehat untuk Membangun Keluarga Produktif;

c. Rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi para lanjut usiasebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 13Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, serta programrehabilitasi dan perlindungan sosial penyandang cacat;

d. Pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaandan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) kabupaten denganmempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

50

Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat MelaluiGerakan Pemberdayan dan Kesejahteraan Keluarga;

e. Efektifitas tugas Forum Koordinasi Pimpinan di Daerah(FORKOPIMDA) Provinsi, FORKOPIMDA Kabupaten,FORKOPIMDA Kota, dan Forum Koordinasi PimpinanKecamatan sebagai pelaksanaan urusan pemerintahan umumyang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepalapemerintahan dan dilaksanakan olehGubernur/Bupati/Walikota di wilayah kerja masing-masing.Pendanaan untuk FORKOPIMDAProvinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan tersebut bersumber daridan atas beban APBN sesuai maksud Pasal 9, Pasal 25 danPasal 26 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan tidakdiperkenankan untuk dianggarkan dalam APBD TahunAnggaran 2016;

f. Pengembangan kearsipan di daerah dalam rangka peningkatankualitas pelayanan publik mempedomani amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan danPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 78 Tahun 2012tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kementerian DalamNegeri dan Pemerintah Daerah;

g. Penyelenggaraan, pengelolaan dan pengembanganperpustakaan mempedomani Undang-Undang Nomor 43Tahun 2007 tentang Perpustakaan sesuai dengan standarnasional perpustakaan yang terdiri atas (1) Standar koleksiperpustakaan; (2) Standar sarana dan prasarana; (3) Standarpelayanan perpustakaan; (4) Standar tenaga perpustakaan; (5)Standar penyelenggaraan; dan (6) Standar pengelolaan;

h. Revitalisasi dan aktualisasi nilai-nilai Pancasila danpendidikan wawasan kebangsaan dengan mempedomaniPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2011tentang Pedoman Pemerintah Daerah Dalam RangkaRevitalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dan PeraturanMenteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun 2012 tentang PedomanPendidikan Wawasan Kebangsaan.

Penanganan konflik sosial, penyelenggaraan pusat komunikasidan informasi bidang sosial kemasyarakatan denganmempedomani Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentangPenanganan Konflik Sosial dan Peraturan Pemerintah Nomor 2Tahun 2015 tentangPeraturan Pelaksanaan Undang-UndangNomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial.

Penanganan faham radikal dan terorisme (khususnya ISIS)melalui mekanisme deteksi dini dan cegah dini denganmempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12Tahun 2006 tentang Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat.

Penanganan gangguan penyakit masyarakat khususnyapemberantasan dan pencegahan penyalahgunaan narkotikadengan mempedomani Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi NasionalPencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan danPeredaran Gelap Narkoba (P4GN) Tahun 2011-2015 danPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2013tentang Fasilitasi Pencegahan Narkoba.

51

Penguatan kondisi kehidupan sosial kemasyarakatan,berbangsa dan bernegara dilaksanakan melalui upayamewujudkan kerukunan umat beragama, tingginya rasatoleransi dan saling pengertian intra dan antara para pemelukagama dengan mempedomani Peraturan Bersama MenteriAgama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas KepalaDaerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan KerukunanUmat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan UmatBeragama dan Pendirian Rumah Ibadah.

Penyelenggaraan pemantauan, pelaporan dan evaluasiperkembangan politik di daerah dengan mempedomaniPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2011tentang Pedoman Pemantauan, Pelaporan dan EvaluasiPerkembangan Politik di Daerah.

Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan denganmempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan PembauranKebangsaan di Daerah;

i. Penguatan inovasi daerah dalam rangka peningkatan kinerjapenyelenggaraan pemerintahan daerah terkait peningkatanpelayanan kesejahteraan masyarakat dengan mempedomaniPasal 386 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 danPeraturan Bersama Menteri Riset dan Teknologi dan MenteriDalam Negeri Nomor 03 Tahun 2012 dan Nomor 36 Tahun2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah;

j. Peningkatan akselerasi penguasaan, pemanfaatan, dankemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi denganmempedomani Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentangSistem Nasional Penelitian,Pengembangan dan Penerapan IlmuPengetahuan dan Teknologi;

k. Penanganan gangguan keamanan dalam negeri sebagaimanadiamanatkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2014 tentangPenanganan Gangguan Dalam Negeri di Daerah;

l. Tunjangan PNSD yang bertugas pada unit kerja yangmempunyai tugas dan fungsi terkait dengan pengamananpersandian sebagaimana diatur dalam Peraturan PresidenNomor 79 Tahun 2008 tentang Tunjangan PengamananPersandian;

m. Penerapan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) berbasisNIK secara Nasional dengan mempedomani Undang-UndangNomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukansebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun2013, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan PemerintahNomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-UndangNomor 23 Tahun 2006, Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara PendaftaranPenduduk dan Pencatatan Sipil dan peraturan perundang-undangan lainnya;

n. Fasilitasi pengaduan masyarakat dan pengembangan aksesinformasi secara transparan, cepat, tepat dan sederhanadengan mempedomani Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Menteri

52

Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 tentang PedomanPengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi diLingkungan Kementerian Dalam Negeri dan PemerintahanDaerah; dan

o. Peningkatan daya saing nasional dalam pelaksanaanMasyarakat Ekonomi ASEAN dengan mempedomani InstruksiPresiden Nomor 6 Tahun 2014 tentang Peningkatan DayaSaing Nasional dalam Rangka Menghadapi MasyarakatEkonomi ASEAN.

Bupati Klungkung

I Nyoman Suwirta