meningkatkan keterampilan berbicara pada …fakultas keguruan dan ilmu pendidikan surat pernyataan...
TRANSCRIPT
i
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN
MODEL TALKING STICK DI KELAS VIII A MTs KADUAJA
TANA TORAJA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Aina
NIM 105331107216
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aina
Stambuk : 105331107216
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Pembelajaran
Bahasa Indonesia Menggunakan Model Talking Stick di
Kelas VIII A MTs. Kaduaja Tana Torja
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji
adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh
siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2020
Yang Membuat Perjanjian
AINA
NIM: 105331115516
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Aina
Stambuk : 105331107216
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Pembelajaran
Bahasa Indonesia Menggunakan Model Talking Stick di
Kelas VIII A MTs. Kaduaja Tana Torja
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji
adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh
siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, September 2020
Yang Membuat Perjanjian
AINA
NIM: 105331115516
iv
MOTO
Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatihnya terekapitulasi dari
keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah
fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kampus saya dan almamater tercinta, dan
untuk kedua orang tuaku yang telah sabar menantinya selama ini dan orang-orang
yang telah banyak membantu hingga akhirnya sampai pada titik ini.
v
ABSTRAK
Aina. 2020. Penerapan Model Talking Stick untuk Meningkatkan Keterampilan
Berbicar pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas VIIIA MTs. Kaduaja
Tana Toraja. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Hambali dan pembimbing II Mu’aliyah Hi Asnawi.
Penelitian ini merupakan penelitian tindak kelas (classroom action
research) yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui
model talking stick siswa kelas VIII A MTs. Kaduaja Tana Toraja. Subjek
penelitian adalah siswa kelas VIII A yang berjumlah 35 siswa. Objek penelitian
adalah keterampilan berbicara. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Tindakan pembelajaran siklus I siswa berpidato berdasarkan naskah.
Siswa tidak mengalami kendala dalam aspek kebahasaan (kosa kata/ungkapan dan
struktur kalimat yang digunakan) dan aspek nonkebahasaan (keberanian,
keramahan, dan sikap). Tindakan berpidato siklus II berdasarkan naskah. Siklus II
lebih difokuskan pada aspek kebahasaan (tekanan, ucapan, serta nada dan irama)
dan aspek nonkebahasaan (kelancaran dan penguasaan materi) yang masih
kurang. Pembelajaran keterampilan berbicara melalui model talking stick
berdasarkan naskah menunjukkan peningkatan keterampilan berbicara siswa.
Peningkatan ditunjukkan dengan hasil nilai keterampilan berbicara siswa.
Peningkatan yang terjadi yaitu, (1) rata-rata nilai pratindakan siswa sebesar 59,2
dengan persentase ketuntasan sebesar 14%, (2) rata-rata nilai evaluasi siklus I
sebesar 77,0 dengan persentase ketuntasan sebesar 51%, (3) rata-rata nilai
evaluasi siklus II sebesar 81,5 dengan persentase ketuntasan 88%.
Kata kunci: keterampilan berbicara, pidato
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR KARTU KONTROL PEMBIMBING I
LEMBAR KARTU KONTROL PEMBIMBING II
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
MOTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR.iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 9
C. Tujuan penelitian.............................................................................. 9
D. Manfaat penelitian.......................................................................... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Penelitian Releven.......................................................................... 12
B. Kajian Teori ................................................................................... 13
C. Kerangka Pikir ............................................................................... 36
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 41
B. Populasi dan Sampel ..................................................................... 42
C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 43
D. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ........................................ 43
E. Desain Penelitian ........................................................................... 43
F. Prosedur Penelitian ....................................................................... 45
G. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 48
vii
H. Instrumen Penelitian ...................................................................... 50
I. Teknik Analisis Data ..................................................................... 56
J. Kriteria Keberhasilan .................................................................... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HasilPenelitian ......................................................................... ..61
B. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 90
B. Saran................................................................................................. 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengajaran bahasa Indonesia merupakan program pengajaran yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum. Harapan dari para guru dan masyarakat
pada pengajaran bahasa Indonesia agar setiap lulusan memiliki kemampuan
berbahasa dan dapat menggunakannya dengan baik dan benar. Keberhasilan
pengajaran bahasa ditentukan oleh sikap, tingkah laku seseorang dalam
kehidupan di masyarakat, karena setiap langkah pengajaran bahasa di sekolah
perlu dibuktikan keberhasilannya. Pada setiap satuan pelajaran dalam materi
pelajaran bahasa Indonesia, terdapat empat aspek keterampilan berbahasa
yang harus dikuasai oleh siswa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Dari keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan
berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif dan tidak kalah pentingnya dari keterampilan berbahasa lainnya.
Pembelajaran berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
memegang peran yang cukup penting dalam menunjang perkembangan
intelektual, emosional, dan sosial siswa. Serta merupakan faktor penunjang
keberhasilan siswa dalam pembelajaran semua mata pelajaran. Keterampilan
berbicara mendasari siswa untuk aktif dalam mengikuti proses belajar-
mengajar di kelas.
Menurut (Tarigan, 2008:16) berbicara berarti kemampuan
mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan,
menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dengan
2
demikian, pembelajaran keterampilan berbicara di sekolah tidak hanya
menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan
bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat berkomunikasi. Salah satu
aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab
keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya. Walaupun pada
dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan
berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif.
Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya
akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya.
Setiap orang mampu berbicara secara alamiah. Namun, tidak semua
orang mampu berbicara secara terampil dan teratur sehingga kegiatan
berbicara menimbulkan kegugupan dan gagasan yang dikemukakan menjadi
tidak teratur. Pembelajaran keterampilan berbicara sangat perlu dan penting
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan baik tingkat SMP maupun sampai ke
jenjang yang lebih tinggi, karena adanya pembelajaran tersebut siswa mampu
untuk berkomunikasi dengan baik. Dengan demikian, mereka mampu
menguasai perkembangan kosa kata dan berani untuk menyampaikan ide atau
gagasan secara lisan, baik dalam situasi formal maupun nonformal yang
dibimbing oleh guru terkait materi yang diberikan. Pembelajaran bahasa
memegang andil besar dalam pembinaan kemampuan berbicara. Hal ini
menunjukkan bahwa keterampilan berbicara siswa dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran bahasa yang efektif dan efisien. Penggunaan model
pembelajaran yang sesuai sangat diperlukan setiap pengajaran materi apapun.
3
Hal ini disebabkan oleh kondisi kelas berbeda-beda, sehingga pemilihan
model pembelajaran dan proses penerapannya dapat disesuaikan dalam upaya
peningkatan mutu pembelajaran. Pemilihan model serta penerapannya yang
tepat mampu meningkatkan motivasi siswa untuk aktif mengikuti proses
pembelajaran.
Orang yang ingin mengatakan tanggapan, atau hasil pemikirannya
yang ditujukan kepada seseorang ataupun suatu forum sering kali
mendapatkan masalah, baik itu pelafalan ataupun kesulitan mengungkapkan
apa yang ingin dibicarakan. Cara berbicara ini memang memiliki efek yang
cukup besar pengaruhnya atas diri maupun keberadaan seseorang. Oleh karena
itu, setiap orang mesti memiliki pengetahuan atau kemampuan retorika (cara
berbicara) yang menyakinkan.
Tidak hanya manusia dewasa yang harus memiliki kemampuan
beretorika yang baik. Murid sekolah dasar pun alangkah sangat baiknya
memiliki kemampuan seperti itu. Kemampuan berbicara murid diperlukan
untuk mengutarakan pendapat dalam bentuk pernyataan maupun pertanyaan.
Ungkapan tersebut harus memiliki susunan kalimat yang terstruktur yang
dibangun oleh kata-kata yang sesuai dengan isi kandungan makna yang
dimaksud. Dengan pembelajaran dan pembiasaanlah semua dimulai. Tidak
sedikit murid di sekolah yang malu-malu mengutarakan apa yang ingin
disampaikan walaupun hanya satu kalimat atau dalam bentuk pertanyaan. Hal
ini bisa jadi merupakan pembiasaan berbicara baik bertanya atau
menyampaikan pendapat yang kurang di terapkan di sekolah, sehingga siswa
4
merasa enggan ataupun merasa kesulitan apa yang ingin sebenarnya mereka
ungkapkan. Ini bukan hanya masalah pembiasaan, dalam kurikulum 2013,
disebutkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan komunikatif. Artinya apa yang disampaikan
oleh pendidik harus bisa dicerna dengan baik sehingga siswa tidak vakum
dalam sebuah kebisuan. Menguasai kemampuan berbahasa dan keterampilan
berbicara menjadi alasan utama orang-orang bisa terkenal karena
kemampuannya dalam mengemas kata-kata menjadi kalimat yang sangat baik,
dengan didukung oleh kemampuan berbicara yang sangat baik sekali sehingga
setiap kata yang diucapkan akan menjadi perhatian banyak orang yang
mendengarnya.
Keterampilan berbicara yang rendah akan membuat siswa kesulitan
dalam mengungkapkan ide, gagasan, dan pendapat. Siswa akan sulit untuk
berkomunikasi, sulit untuk bertanya, menjelaskan, menceritakan, dan
menafsirkan makna pembicaraan. Padahal, pembelajaran berbicara adalah
utama dan pokok setelah proses menyimak yaitu 42% kegiatan menyimak,
32% berbicara, 15% membaca, dan 11% menulis. Kegiatan berbicara perlu
adanya interaksi yang baik antara guru dan siswa. Jika guru dan siswa tidak
ada interaksi atau komunikasi yang baik, maka tujuan kegiatan berbicara akan
sulit tercapai.
Saat penelitian dilakukan pengamatan selama melakukan Magang satu
dan Magang dua. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa kelas VIII
MTs. Kaduaja Tana Toraja kurang aktif selama guru menjelaskan. Hal ini
5
disebabkan karena faktor proses belajar mengajar yang kurang menarik
sehingga siswa pun tidak tertarik untuk belajar, akibatnya siswa pasif saat
berbicara. Kurang perhatian, banyak siswa yang bermain dengan teman,
seperti mengajak teman sebangkunya bercerita ketika guru sedang
menjelaskan materi. Hampir 70% siswa ketika ditanya oleh guru, mereka
hanya diam saja tidak mau berbicara. Contohnya siswa malu untuk
menyampaikan isi gagasannya, karena penguasaan kosa kata dari siswa
tersebut yang kurang. Saat siswa hendak berbicara, siswa terbata-bata seperti
mengucapkan kata ee aa mm saat akan berbicara. Penguasaan bahasa atau
kalimat yang baik masih belum sepenuhnya bagus saat sedang berbicara.
Contohnya ketika berbicara siswa masih menggunakan bahasa daerah. Hal ini
diketahui saat siswa di minta untuk menjelaskan ulang materi yang sudah
disampaikan guru, siswa tersebut banyak menggunakan bahasa daerah dan
dicampur menggunakan bahasa Indonesia, karena faktor kebiasaan dari
rumahnya di bawah ke sekolah siswa terbiasa menggunakan bahasa daerah di
lingkungan rumahnya dan bahkan di masyarakat, sangat jarang siswa di
sekolah yang menggunakan bahasa Indonesia.
Faktor kedua adalah siswa. Selain karena proses belajar mengajar
yang kurang menarik. Diketahui bahwa penghambat keterampilan berbicara
siswa adalah faktor internal siswa. Siswa malu untuk berbicara saat ditanya
oleh gurunya karena keberanian dan rasa percaya dirinya kurang. Contoh
siswa masih merasa bahwa jawaban yang akan disampaikan tidak benar, tidak
percaya diri untuk mengungkapkan ide, gagasan, karena tidak semua siswa
6
mampu memahami secara cepat apa yang disampaikan oleh guru. Ada siswa
yang cepat tanggap dan ada juga siswa yang harus dijelaskan secara merinci
baru bisa dipahami.
Berdasarkan analisis masalah tersebut, maka hendaknya dalam
mengajar bahasa Indonesia, seorang guru diharapkan mampu meningkatkan
keterampilan berbicara siswa khususnya pembelajaran pidato, yaitu dengan
memperhatikan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Melalui penggunaan
model yang tepat, maka keterampilan berbicara siswa akan meningkat dan
tujuan pembelajaran akan tercapai. Kriteria keberhasilan siswa Sesuai dengan
KKM yaitu 75.
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah model yang awalnya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar
suku).
Model pembelajaran talking stick berkembang dari penelitian belajar
kooperatif oleh Slavin pada tahun 1995. Model pembelajaran ini merupakan
suatu cara yang efektif untuk melaksanakan pembelajaran yang mampu
mengaktifkan peserta didik. Dalam model pembelajaran ini anak dituntut
untuk mandiri sehingga tidak bergantung pada temannya. Pederta didik harus
mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri anak harus percaya diri dan
yakin dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan di atas peneliti bermaksud untuk melaksanakan penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul penerapan model pembelajaran Talking
7
Stick untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa di MTs. Kaduaja
Tana Toraja
Model pembelajaran talking stick tepat digunakan untuk pembelajaran
keterampilan berbicara khususnya pidato. Alasan peneliti menggunakan model
pembelajaran talking stick untuk meningkatkan keterampilan berbicara
khususnya berpidato, karena model pembelajaran ini sudah sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara,
siswa akan dibagi dalam beberapa kelompok yang terdidri dari 5 atau 6 siswa
yang akan bekerja sama untuk menyusun sebuah pidato untuk didiskusikan
dan dibacakan langsung oleh peserta didik. Kemudian ada respon balik dari
peserta didik yang lain sehingga pembelajaran tidak membosankan karena
menuntut peserta didik untuk aktif berbicara di kelas.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini berdasarkan latar
belakang di atas adalah sebagai berikut.
Bagaimanakah hasil pembelajaran keterampilan berbicara setelah diajar
menggunakan model pembelajaran talking stick.?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan sebagai
berikut.
Untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran keterampilan berbicara setelah
diajar menggunakan model pembelajaran talking stick.
8
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
untuk menambah khasana ilmu pengetahuan dan teknologi bagi peneliti
dan pembaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya tentang
keterampilan berbicara melalui model pembelajaran Talking stick.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Siswa
Penerapan model pembelajaran Talking stick dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dapat menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan, santai, dan tidak tertekan. sehingga dapat
meningkatkan aktivitas serta keterampilan berbicara siswa. Diharapkan
peserta didik memiliki rasa percaya diri dengan gagasannya sendiri
ketika mengungkapkan pendapat dari hasil temuan jawabannya sendiri.
Selain itu, dapat mendorong siswa untuk dapat bekerja sama dengan
temannya dan dapat menghargai pendapat orang lain.
b. Guru
Menambah wawasan tentang model pembelajaran serta
menambahkan kreativitas dalam usaha pembenahan proses
pembelajaran. Selain itu, guru lebih percaya diri dan mampu
menunjukkan kinerja professional serta mendapat kesempatan
9
berperan aktif mengembangkan keterampilan diri dan pengetahuan
terkusus menambah pengetahuannya tentang model pembelajaran.
c. Sekolah
Penerapan model pembelajaran Talking Stick akan memberikan
kontribusi dalam perbaikan pembelajaran di sekolah, khususnya
pembelajaran bahasa Indonesia. Sehingga mutu sekolah dapat
meningkat.
d. Peneliti
Peneliti mampu menggunakan penelitian ini sebagai sarana
untuk mengembangkan pengalaman dan pengetahuan yang berkaitan
dengan model pembelajaran serta dapat meningkatkan pengetahuannya
tentang materi keterampilan berbicara.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Penelitian Relevan
Penelitian dilakukan oleh Mamonto Samuel meningkatkan
keterampilan berbicara siswa kelas VIII SMP Hikma Yaois Jayapura
Melalui Pendekatan Komunikatif dan Teknik Cerita Berantai. Hasil yang
di dapatkan dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan. Hasil tes
berdasarkan analisis data pada siklus I pertemuan I nilai rata-rata kelas
mencapai 54,83%, meningkat menjadi 5, 63%. Siklus II pertemuan I nilai
rata-rata mencapai 56,83% atau meningkat 1,48%. Pada siklus III prestasi
yang dicapai oleh siswa telah mencapai KKM yang telah ditetapkan 75.
Penelitian ini mengalami peningkatan dari sebelumnya
Persamaan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang
keterampilan berbicara yang membedakan adalah lokasi penelitian, dan
model pembelajaran penelitian diatas menggunakan pendekatan
komunikatif dan teknik cerita berantai. Sedangkan penelitian ini
menggunakan model pembelajaran talking stick.
Penelitian dilakukan oleh Wulansari. Rahmawati (2016 )
Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia.
Penelitian ini memiliki tiga siklus. Tiap siklus memiliki empat tahapan,
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjeknya adalah
siswi kelas V SDN Peundeuy 2 garut Propinsi Jawa Barat. Hasil kegiatan
11
prasiklus dipenelitian ini, sebanyak 13 siswa dari 34 siswa kelas V
dinyatakan memenuhi KKM dengan presentase 38,23%. Hasil
pelaksanaan kegiatan siklus I terjadi peningkatan, yaitu sebanyak 18 murid
dari 34 murid kelas V memenihi KKM. Berarti sebanyak 5 orang murid
mengalami peningkatan kemampuan keterampilan berbicara. Kegiatan
siklus satu sebesar 73% ketiga aspek aktifitas murid terpenuhi, siklus dua
ketiga aktivitas aspek yang terpenuhi sebanyak 82%, untuk siklus tiga
terlihat peningkatan sebanyak 93% ketiga aspek terpenuhi.
Penelitian yang dilakukan oleh Wulansari Rahmawat.
Menggunakan model pembelajaran talking stick, dalam hal ini
menggunakan model pembelajaran yang sama yang menjadi pembeda
adalah peneliti sebelumnya menggunakan III siklus sedangkan penelitian
yang akan dilakukan menggunakan II siklus. Perbedaan lainnya adalah
terletak pada objek peneliti sebelunya meneliti siswa kelas V SD.
Kajian teori akan membahas tentang teori-teori apa saja yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain:,pengertian keterampilan
berbicara, tujuan berbicara, peran berbicara, ragam seni berbicara, Faktor
penunjang kegiatan berbicara, dan model pembelajaran yang akan
digunakan.
a. Pengertian Keterampilan berbicara.
Menurut Nurgiyantoro (2001:276) berbicara adalah aktivitas
berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa,
yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang
12
didengar itu, kemudian manusia belajar untuk mengucapkan dan
akhirnya terampil berbicara.
Selanjutnya berbicara menurut Tarigan, (2008:16) merupakan
suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun
serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang
pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen yang
mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung
apakah pembicara memahami atau tidak, baik bahan pembicaraannya
maupun para penyimaknya; apakah ia bersikap tenang atau dapat
menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunikasikan
gagasan-gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan
berbahasa selain menyimak, membaca, dan menulis. Selain alamiah,
perolehan keterampilan tersebut dapat diuraikan dari menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Ketika anak masi kecil, ia
membangun kompetensi komunikatif melalui kegiatan menyimak
pajanan bahasa yang diucapkan oleh orang-orang disekelilingnya dan
kemudian ia belajar berbicara. Jika tidak meneruskan belajar membaca
dan menulis, si anak tidak memiliki dua keterampilan tersebut.
Berbicara adalah kemampuan mengemukakan hal-hal yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari secara lisan dengan kemudahan
dan kefasihan yang memadai sehingga dapat dipahami oleh lawan
bicaranya. Berbicara adalah salah satu proses pengiriman pesan kepada
13
orang lain dengan menggunakan bahasa lisan yang secara langsung
maupun tidak langsung mempunyai efek terhadap
pembicara/pendengar atau kedua-duanya. Kegiatan berbicara selalu
diikuti kegiatan menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam
kegiatan berbicara. Dua-duanya fungsional bagi komunikasi lisan, dua-
duanya tak terpisahkan. Ibarat mata uang, sisi muka ditempati kegiatan
berbicara sedang sisi belakang ditempati kegiatan menyimak.
Sebagaimana mata uang tidak akan laku bila kedua sisinya
tidak terisi, maka komunikasi lisan pun tak akan berjalan bila kedua
kegiatan tidak berlangsung saling melengkapi. Pembicara yang baik
selalu berusaha agar penyimaknya mudah menangkap isi
pembicaraannya Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan
menulis dan membaca.
Bukankah berbicara pada hakikatnya sama dengan menulis,
paling tidak dalam segi ekspresi atau produksi informasi? Hasil
berbicara bila direkam dan disalin kembali sudah merupakan
tulisan.dan ini sudah merupakan wujud keterampilan menulis.
Penggunaan bahasa dalam berbicara banyak kesamaannya dengan
penggunaan bahasa dalam teks bacaan. Apalagi organisasi
pembicaraan kurang lebih sama dengan pengorganisasian isi bahan
bacaan Retorika atau keterampilan berbicara merupakan suatu seni
berbicara yang dipunya seseorang.
14
b. Tujuan Berbicara
Menurut Tarigan (2008: 16), tujuan utama dari berbicara
adalah berkomunikasi. Lebih lanjut, Tarigan (2008:8) menegaskan
bahwa manusia sebagai makhuk sosial tindakan pertama dan paling
penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tepat saling menukar
pengalaman, saling mengemukakan dan saling menukar pengalaman,
saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan
perasaan atau saling mengekspresikan, serta menyetujui suatu
pendirian atau atau keyakinan.
Komunikasi mempersatukan para individu ke dalam kelompok-
kelompok dengan jalan menggolongkan konsep-konsep umum. Selain
itu, menciptakan serta mengawetkan ikatan-ikatan kepentingan umum,
menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya
dari kelompok-kelompok lain, dan menetapkan suatu tindakan.
Menurut Ochs dan Winker (dalam Tarigan, 2008:16), pada
dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu sebagai
berikut.
1) Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
2) Menjamu dan menghibur (to entertain)
3) Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade)
Selanjutnya menurut Setyonegoro, (2013:68) terdapat
beberapa tujuan manusia berbicara antara lain:
15
1) Mengekpresikan pikiran, perasaan, imajinasi, gagasan, ide, dan
pendapat.
2) Memberikan respon atas makna pembicaraan dari orang lain.
3) Ingin menghibur orang lain.
4) Menyampaikan informasi.
5) Membujuk atau mempengaruhi orang lain.
c. Peran Berbicara
Kemahiran berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan
berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern
termasuk bahasa Indonesia. Berbicara merupakan sarana untuk
membina saling pengertian dan komunikasi timbal balik, dengan
menggunakan bahasa sebagai mediannya.
Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek
komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan dengan
pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara
harus terlebih dahulu didasari oleh kemampuan mendengarkan,
kemampuan mengucapkan, dan penguasan kosa kata serta ungkapan
yang memungkinkan anak didik dapat mengkomunikasikan maksud
atau pikirannya.
Ada banyak manfaat yang bisa dirasakan langsung menurut
Musaba (2012:13) jika seseorang mampu atau terampil berbicara.
Beberapa manfaat tersebut dilihat sebagai berikut.
16
1) Memperlancar Komunikasi Antarsesama
Komunikasi antar manusia terbantak dilakukan dengan
lisan atau melalui berbica. Oleh karena itu, secara mendasar bahwa
kemampuan berbicara menduduki peranan penting dalam
komunikasi antar sesama.
Ketika berkomunikasi antar sesama, orang terlibat dalam
pembicaraan tidak sekedar saling dapat memahami, tetapi
komunikasi lewat pembicaraan harus berjalan efektif. Masing-
masing yang terlihat dalam pembicaraan tidak mengalami kendala
yang berarti, harus ada kemudahan atau kecepatan yang memadai
dalam menerima dan memberi sesuatu dalam interaksi saat
pembicaraan.
2) Mempermudah Pemberian Berbagai Informasi
Ketepatan dan kecepatan informasi yang diberikan melalui
lisan dari seseorang kepada yang lain amat tergatung pada mutu
dan kejelasan pembicaraan pemberi informasi. Karena itu orang
yang mampu berbicara dengan baik kemungkinan besar
menyampaikan informasi secara tepat dan cepat kepada lawan
bicaranya. Betapapun seseorang memiliki kemampuan secara
intelektual, jika ia lemah dalam berbicara, maka ia akan mengalami
kesulitan dalam mengungkapkan ide atau gagasannuya kepada
orang lain. Banyak orang pandai gagal berkomunikasi, terhambat
dalam menyampaikan ide atau pemikirannya kepada orang banyak,
17
karena ia tidak memiliki kemampuan dalam berbicara di depan
umum.
3) Meningkatkan Kepercayaan Diri
Biasanya pembicara yang baik memiliki kepercayaan diri
yang tinggi. Ia dengan mantap mengungkapkan gagasan atau buah
pikirannya kepada orang lain, tanpa disertai keraguan. Pembicara
yang baik lebih percaya diri dalam menyampaikan sesuatu kepada
orang lain. Pembicara yang baik juga mengandung pengertian
bahwa yang bersangkutan memiliki ketegasan dalam
menyampaikan sesuatu, tetapi bukan berarti ia menunjukkan
kekakuan.
Pembicara yang baik bukan berarti orang dianggap pandai
bersilat lidah atau dalam pengertian negative bukan asal bunyi.
Pembicara yang dimaksudkan bukan pula digambarkan seperti
pembicara yang berapi-api atau terampil secara berlebih-lebihan.
Pembicara yang baik adalah seseorang yamg mampu
mengungkapkan sesuatu kepada orang lain dengan jelas dan bisa
memahami keadaan lawan bicara atau mitra tuturnya. Dengan kata
lain, pembicara yang baik berarti juga dapat menguasai
audiensnya.
4) Meningkatkan Kewibawahan Diri
Pembicara yang baik memiliki kepercayaan diri yang
tinggi. Karena itu, secara langsung akan meningkatkan
18
kewibawahan dirinya pada saat dia tampil sebagai pembicara,
sekaligus memungkinkan kewibawahan itu akan menyatu atau
berpengaruh terhadap keberadaan dirinya yang utuh. Kewibawahan
yang dimaksud bukan hanya terletak pada kemampuan berbicara,
tapi masih banyak factor yang mempengaruhinya. Seseorang yang
berbicara bukan sekedar mampu mengungkapkan sesuatu secara
lisan, tetapi kualitas apa yang diungkapkan jauh lebih penting dari
wujud pengungkapannya sendiri. Hal ini terkait dengan kualitas
pengetahuan atau penguasan bahan pembicaraan.
5) Mempertinggi Dukungan Masyarakat
Tidak diragukan lagi seseorang yang memiliki kemampuan
berbicara yang baik atau seseorang yang disebut sebagai orator
akan lebih mudah mendapat simpati dan dukungan dari puplik atau
masyarakat. Biasanya masyarakat akan lebih mudah atau tertarik
untuk memberikan dukungan kepada seseorang yang dapat
berkomunikasi secara efektif dengan mereka. Bagi kalangan
masyarakat awan, tampaknya akan lebih mudah mendapat
pengaruh atau dipengaruhi oleh seseorang yang tergolong
pembicara yang baik.
Satu hal yang perlu ditanamkan bahwa kemampuan
berbicara bukan satu-satunya penentu seseorang untuk memperoleh
dukungan yang luas dari masyarakat. Masih banyak hal lainnya
yang mempengaruhi besar kecilnya dukungan masyarakat terhadap
19
seseorang, seperti bagaimana sikap dan perilaku dalam bergaul di
masyarakat serta bagaimana jasa atau pengabdiannya dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk tinggi kemampuan intelektual atau
daya pikirnya dalam menyikapi dan memecahkan berbagai
persoalan yang ada.
6) Menjadi Penunjang Meraih Propesi
Banyak profesi atau lapangan kerja yang memerlukan
kemampuan berbicara. Orang yang ingin menjadi guru atau dosen
juga harus dilatarbelakangi kemampuan berbicara yang memadai.
Sebab, pekerjaan atau profesi sebagai guru atau dosen, sehari-hari
banyak berhadapan dengan murid atau mahasiswanya. Interaksi
antar keduanya tentu lebih disarana dengan kegiatan berbicara.
Guru atau dosen yang berkualitas hendaknya juga mampu
berbicara di depan peserta didiknya dengan baik. Ia harus mampu
menjelaskan ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada murid dan
mahasiswanya.
7) Meningkatkan Mutu Profesi dan Pekerjaan
Kemampuan berbicara tidak sekedar bermanfaat untuk
memperoleh profesi dan pekerjaan, tetapi sekaligus dapat
meningkatkan mutu profesi dan yang diambil seseorang. Seseorang
kepada sekolah akan lebih berwibawa dan lebih berhasil dalam
menjalankan tugas-tugasnya jika ia dapat berkomunikasi dengan
para guru dan staf sekolah secara efektif.
20
Seorang psikolog atau ahli jiwa juga dituntut untuk mampu
berbicara dengan baik. Ia setiap harinya banyak terlibat dalam
menagani orang-orang yang memerlukan bantuan atau bimbingan
kejiwaan. Ia biasanya banyak berbicara langsung depan pasien atau
orang yang memerlukannya.
d. Ragam Seni Berbicara
Secara garis besar, berbicara (speaking) menurut Tarigan
(2008: 24) dapat dibagi atas:
a. Berbicara di muka umum pada masyarakat (publik speaking) yang
mencakup empat jenis, yaitu:
1) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberiahukan
atau melaporkan, yang bersifat informatif (informative
speaking);
2) Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan,
persahabatan (fellowship speaking);
3) Berbicara dalam situasi-situasi yang membujuk, mengajak,
mendesak, dan meyakinkan (persuasive speaking);
4) Berbicara dalam siatuasi-situasi yang merundingkan dengan
tenang dan hati-hati (deliberative speaking).
b. Berbicara dalam konferensi (conference speaking) yang meliputi:
1) Diskusi kelompok (group discussion), yang dapat dibedakan
atas:
2) Tidak resmi (informal) dan dapat diperinci lagi atas:
21
3) Kelompok studi (study groups)
4) Kelompok pembuat kebijakan (policy making groups)
5) Komik
c. Resmi (formal) yang mencakup pula:
1) Konferensi
2) Diskusi panel
3) Simposium
d. Prosedur parlemen (parliamentary prosedure), dan debat.
Nurgiyantoro (2001: 287) membagi keterampilan berbicara
menjadi lima bentuk, antara lain: 1) berbicara berdasarkan gambar,
2) wawancara, 3) bercerita, 4) pidato, 5) diskusi.
e. Faktor Penunjang Kegiatan Berbicara
Berbicara atau kegiatan berkomunikas lisan merupakan
kegiatan individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan
kepada sekelompok orang yang disebut juga audiens dengan baik,
sebaiknya pembicaraan betul-betul memahami isi pembicaraan dan
perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang
keefektifan berbicara.
Menurut Siti Fatonah (2004:59), faktor penunjang pada
kegiatan berbicara ada dua macam yaitu
a. Faktor kebahasaan
Faktor-faktor yang menunjang secara kebahasaan, meliputi:
22
1) Ketetapan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan
bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat akan menimbulkan
kebosanan. Kurang menyenangkan, kurang menarik, atau
sedikitnya dapat mengalihkan perhatian pendengar.
Pengucapan bunyi bahasa dianggap tidak tepat kalau
menyimpang terlalu jauh dari ragam lisan bahasa, sehingga
terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi dan
pembicara dianggap aneh.
Biasanya pola ucapan dari artikulasi yang kita
gunakan tidak selalu sama, masing-masing mempunyai
gaya tersendiri dan gaya bahasa yang kita pakai sering
berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan,
dan sasaran. Kita menyadari bahwa latar belakang penutur
bahasa Indonesia memang berbeda-beda, biasanya setiap
penutur dipengaruhi oleh bahasa ibunya.
2) Penempatan tekanan, nada, durasi, dan intonasi yang
sesuai.
Kesesuaian penempatan tekanan, nada, durasi, dan
intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara,
bahkan kadang-kadang menjadi faktor penentu
keberhasilan penyajian lisan. Walaupun masalah yang
23
dibicarakan kurang menarik namun pembicara pandai
menempatkan tekanan, nada, durasi, dan intonasi bicara
maka penampilan dan masalahnya menjadi menarik,
sebaliknya meskipun masalahnya actual tetapi kalau
penyajiannya datar-datar saja, tidak ada variasi suara,
irama, nada dan sebagainya maka menimbulkan kebosanan
pada pendengar dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
3) Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, sesuai, jelas, dan
bervariasi. Jelas maksudnya mudah dipahami oleh
pendengar yang menjadi sasaran kita. Pendengar akan lebih
tertarik minatnya dan mudah memahami makna kata
apabila kata-kata yang didengarkan adalah kata-kata yang
biasa dan sudah dikenal kata-kata asing yang belum dikenal
memang akan membangkitkan rasa ingin tahu, namun itu
akan menghambat kelancaran komunikasi.
Pilihan kata hendaknya juga disesuaikan dengan
pokok pembicaraan dan kepada siapa kita berbicara. Kalau
masalah yang dibicarakan adalah masalah ilmiah maka
kata-kata yang kita gunakan juga harus ilmiah dan baku.
Cara berbicaranya pun harus serius menyesuaikan dengan
situasi yang berlangsung. Pendengar akan lebih senang
mendengarkan kalau pembicara berbicara dengan jelas
24
dalam bahasa yang disesuaikan, dalam arti yang betul-betul
menjadi miliknya.
4) Ketetapan penggunaan kalimat serta bahasanya.
Ketetapan kalimat di sini menyangkut masalah
penggunaan kalimat efektif agar pendengar mudah
menangkap pembicaraan. Seorang pembicara harus mampu
menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran,
sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan
kesan yang mendalam di hati pendengar. Kalimat efektif
mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan
tergambar lengkap dalam pikiran pendengar sama persis
seperti apa yang dimaksud oleh pembicara.
b. Faktor Nonkebahasaan
Faktor-faktor yang menjadi penunjang secara non
kebahasaan meliputi:
1) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku
Sikap ini penting sekali untuk membangun kesan
pertama bagi penampilan pembicaraan, dan kesan pertama
yang menarik ini sangat diperlukan untuk menjamin adanya
kesinambungan perhatian dari pendengar. Sikap ini banyak
ditemukan oleh situasi, tempat, dan penguasan materi. Untuk
itu diperlukan latihan. Karena sikap ini merupakan modal
25
utama dan kalau sudah biasa maka perasaan gugup akan hilang
dan akan timbul sikap tenang dan wajar.
2) Pandangan Harus Diarahkan Ke Lawan Bicara
Komunikasi mata selama pembicaraan berlangsung
sangat perlu agar antara pembicara dan pendengar ada
kontak, pendengar merasa diperhatikan, dan pembicara juga
tahu efek komunikasinya. Pandangan yang hanya tertuju
pada satu arah saja tidak akan menarik dan cenderung
menimbulkan sikap yang kurang baik, misalnya
menertawakan, meremehkan, pandangan mata yang baik
adalah pandangan yang menyeluru ke semua pendengar,
sehingga mereka merasa diajak berkomunikasi.
3) Kesediaan Menghargai Orang Lain
Penyajian lisan sering terjadi tanya jawab,
sanggahan, kritikan, dan sebagainya. Sebagai seorang
pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka artinya dapat
menerima pendapat orang lain, bersedia menerima kritikan,
sepanjang pendapat atau kritikan tersebut bersifat
membangun dan mempunyai argumen yang kuat. Kalau
terpaksa ada perbedaan pendapat sebagaiknya disampaikan
dengan sopan dan rendah hati, jangan sampai menyinggung
perasaan orang lain.
26
4) Gerak-Gerik dan Ekspresi Wajah
Untuk menunjang keefektifan berbicara selain
memberikan tekanan nada bicara, gerak-gerik dan mimik
yang tepat memegang peran yang penting. Hal ini dapat
menghidupkan komunikasi, dengan catatan gerak-gerik dan
mimik ini tidak berlebihan karena perhatian pendengar
justru akan beralih yang akhirnya pesan yang ingin kita
sampaikan tidak tercapai. Segala sesuatu yang berlebihan
itu tidak baik.
5) Kenyaringan Suara
Suara yang tinggi melengking atau sebaliknya yang
lemah gemulai tidak akan menarik. Kenyaringan suara yang
dimaksud bukanlah berbicara dengan berteriak, melainkan
suara yang jelas, dapat diterima oleh semua pendengar.
Tingkat kenyaringan ini biasanya ditentukan oleh situasi,
tempat, dan jumlah pendengar.
6) Kelancaran
Seorang pembicara yang lancar berbicara pada saat
pidato akan mempermudah pendengar menangkap isi
pembicaraannya. Sering kita jumpai pembicara berbicara
terputus-putus atau kadang diselipi kata ee, aa, dan
sebagainya, itu sangat mengganggu penangkapan
pendengar.
27
7) Penguasan Topik
Penguasan topik merupakan faktor yang penting
dalam mencapai efektifiras berbicara. Tanpa penguasan
topik yang baik penyajian lisan tidak akan berjalan dengan
efektif, pembicara tidak akan lancar berbicara, untuk itu
perlu persiapan. Dengan persiapan yang matang, maka
topik yang dipilih betul-betul dikuasai, dan dengan
penguasan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian
dan rasa percaya diri.
f. Faktor Penghampat Kegiatan Berbicara
Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang
mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama
dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Hal tersebut
dikarenakan perbedaan diantara keduanya yang kurang bisa
melakukan hubungan timbal balik. Tidak semua orang memiliki
kemahiran dalam berbicara di muka umum. Namun, keterampilan
ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar dan
latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam
proses belajar mengajar pun belum bisa mendapatkan hasil yang
memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan
hambatan dalam kegiatan berbicara. Isah Cahyani (2007:63).
Mengemukakan bahwa hambatan tersebut terdiri atas hambatan
28
yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan
yang dating dari luar pembicaraan(eksternal).
a. Hambatan Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari
dalam diri pembicara. Hal ini yang dapat menghambat kegiatan
berbicara ini sebagai berikut.
1) Ketidak sempurnaan alat ucap.
2) Penguasan komponen kebahasaan.
3) Penguasan komponen isi.
4) Kelemahan dan kesehatan fisik maupun mental.
b. Hambatan Eksternal
Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi
hambatan yang dating dari luar dirinya, hambatan ini kadang-
kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara.
Hambatan eksternal meliputi hal-hal dibawah ini:
1) Suara atau bunyi
2) Kondisi ruangan
3) Medis
4) Pengetahuan pendengar.
g. Model Pembelajaran Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah model yang
awalnya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak
29
semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu
forum (pertemuan antar suku).
Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk
memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat
pimpinan rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus
memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain
apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini
tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke orang lain jika
orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua
mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi
ke ketua/pimpinan rapat.
Menurut Kurniasih dan Sani (2015:82), model
pembelajaran talking stick merupakan satu dari sekian banyak satu
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan
dengan bantuan tongkat. Tongkat dijadikan sebagai jatah atau
giliran untuk berpendapat atau menjawab pertanyaan dari guru
setelah siswa mempelajari materi pelajaran.
Menurut Maufur (2009:88), Talking Stick merupakan
sebuah model pembelajaran yang berguna untuk melatih
keberanian siswa dalam menjawab dan berbicara kepada orang
lain. Sedangkan penggunaan tongkat secara bergiliran sebagai
media untuk merangsang siswa bertindak cepat dan tepat sekaligus
untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi.
30
a. Langkah-langka model pembelajaran talking stick
Menurut Kurniasih dan Sani (2015:83), langkah-
langkah yang dijalankan dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Talking Stick yaitu sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada saat itu.
2) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
3) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
4) Setelah itu, materi yang akan dipelajari kemudian
memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca
dan mempelajari materi pelajaran tersebut dalam waktu
yang telah ditentukan.
5) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di
dalam wacana.
6) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilakan anggota kelompok
untuk menutup isi bacaan.
7) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah
satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi
pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat
tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru.
31
8) Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika
anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
9) Setelah semuanya mendapat giliran, guru membuat
kesimpulan dan melakukan evaluasi, baik individu atau pun
secara berkelompok. Setelah itu guru menutup pelajaran.
Sedangkan menurut Suprijono (2009:109), langkah-
langkah dalam model pembelajaran tipe Talking Stick adalah
sebagai berikut.
1) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 4 orang.
2) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.
4) Memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca
dan mempelajari materi pelajaran.
5) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di
dalam wacana.
6) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan
mempelajari isinya, guru mempersilakan anggota kelompok
untuk menutup isi bacaan.
7) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah
satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi
pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat
32
tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab
setiap pertanyaan dari guru.
8) Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika
anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
9) Ketika stick bergulir dari kelompok ke kelompok lainnya
sebaiknya diiringi musik atau lagu.
10) Guru memberikan kesimpulan.
11) Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok
maupun individu.
12) Guru menutup pembelajaran.
b. Kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Talking Stick
Menurut Arif Shoimin (2014:83), kelebihan model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick adalah sebagai berikut:
1. Menguji kesiapan peserta didik dalam pembelajaran.
2. Melatih peserta didik memahami materi dengan cepat.
3. Memacu agar peserta didik untuk lebih giat belajar, karena
peserta didik tidak pernah tahu tongkat akan sampai pada
gilirannya
4. Peserta didik berani mengemukakan pendapat.
33
Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Stick, yaitu sebagai berikut:
1. Membuat peserta didik senam jantung.
2. Peserta didik yang tidak siap tidak bisa menjawab.
3. Membuat peserta didik tegang.
4. Ketakutan akan pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.
Model talking stick sekarang sudah digunakan sebagai
strategi pembelajaran ruang kelas. Sebagaimana namanya, menurut
Suprijono talking stick merupakan salah satu strategi pembelajaran
kooperatif dengan bantuan tongkat. Kelompok yang memegang
tongkat terlebih dahulu wajib menjawab pertanyaan dari guru
setelah mereka mempelajari materi pokoknya. Kegiatan ini diulang
terus-menerus sampai semua kelompok mendapat giliran untuk
menjawab pertanyaan dari guru. Pembelajaran dengan strategi
talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan
pendapat.
Model pembelajaran talking stick berkembang dari
penelitian belajar kooperatif oleh Slavin pada tahun 1995. Model
pembelajaran ini merupakan suatu cara yang efektif untuk
melaksanakan pembelajaran yang mampu mengaktifkan peserta
didik. Dalam model pembelajaran ini anak dituntut untuk mandidri
sehingga tidak bergantung pada temannya. Pederta didik harus
34
mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan anak harus
percaya diri dan yakin dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan di atas penulis bermaksud untuk
melaksanakan penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul
penerapan model pembelajaran talking stick untuk meningkatkan
keterampiulan berbicara siswa di MTs. Kaduaja Tana Toraja
B. Kerangka Pikir
Kurikulum menurut undang-undang nomor 20 2003 1 pasal ayat 19
adalah seperangkat rencana dan pengaturan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggara
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sedangkan kurukulum 2013 adalah langkah lanjutan pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan ktsp
2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai
jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum 2006, serta sesuai
dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Kurikulum 2013
merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan
masyarakat bangsa dalam penguasan teknologi seperti yang digariskan dalam
haluan Negara. Pengembangan kurikulum 2013 didasari oleh pemikiran
tentang tantangan masa depan, persepsi masyarakat pengetahuan dan
pedagogi, kompetensi masa depan, serta fenomena negative yang mengemuka.
35
Kata Pembelajaran mengandung dua konsep yang berbeda yang tidak
dapat dipisahkan, yaitu belajar mengajar, dalam mengajar proses yang terjadi
adalah guru, sedangkan dalam belajar prosesnya terjadi pada siswa. Meskipun
proses pembelajaran merupakan dua proses yang berbeda, namun keduanya
terkait, bagaimana agar terjadi perubahan yang optimal pada siswa. Proses
pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen
yang saling berinteraksi, berhubungan, dan bergantung satu sama lain.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model
pembelajaran Talking stick penting untuk melatih keterampilan berbicara
siswa. Melalui model Talking Stick ini, siswa MTs. Kaduaja berlati
mengoptimalkan kemampuan berbicara, bagaimana menyampaikan ide,
gagasan, maupun pendapat melalui berbicara dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi kemampuan mengkomunikasikan pikiran maupun gagasan saat berbicara
penting di dalam model pembelajaran Talking Stick. Selain itu dengan model
pembelajaran talking stick siswa dapat berlatih berani untuk berbicara dalam
situasi apapun. Langkah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
menggunakan dua siklus. Siklus I terdapat perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Begitupun dengan siklus II. Siklus ini bertujuan
untuk mengamati proses siswa dalam meningkatkan keterampilan berbicara.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini. Jika kedua siklus
tersebut belum berhasil maka akan di lanjutkan pada siklus III.
36
Kerangka Pikir
K13 Pembelajaran Bahasa
INDONESIA
Keterampilan
Menyimak
Keterampilan
Berbicara
Keterampilan
Membaca
Keterampilan
Menulis
Model Pembelajaran Talking
Stick
Siklus I Siklus II
Temuan
37
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka, rumusan masalah, dan kerangka pikir
yang diuraikan di atas hipotesis tindakan dalam penelitian ini, adalah
penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa kelas VIII MTs. Kaduaja Tana Toraja.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu Penelitian kualitatif berbentuk
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama (Arikunto, dkk. 2009: 3). Mulyasa (2012: 11)
mendefinisikan penelitian tindakan kelas merupakan upaya untuk mencermati
kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah
tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan
oleh guru bersama-sama peserta didik atau peserta didik di bawah bimbingan
dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pendidikan.
Senada dengan pendapat Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama (2012:
1) yang mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara
merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif
dan partisipatif, dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan di atas dapat
disimpulkan, bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah penelitian
yang berisi tindakan-tindakan yang dilakukan guru dalam rangka
39
meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Peneliti
menjalin kerja sama dengan guru kelas VIII MTs. Kaduaja.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Suatu penelitian perlu ditentukan populasi yang akan diteliti.
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2006: 130).
Populasi dalam penelitian tindak kelas ini adalah siswa kelas VIII MTs.
Kaduaja dengan jumlah siswa sebagai berikut.
Kelas Jumlah
VIII A 35
VIII B 33
Total 68
Sumber: suharsimi, 2006: 130
2. Sampel
Sampel adalah sebagian jumlah dari populasi. (Sugiyono,
2013:124). Sedangkan sampel dari penelitian tindakan kelas ini adalah
seluruh siswa kelas VIII A yang berjumlah 35 siswa, karena jumlah
populasi yang sedikit, maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling,
“teknik total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan cara
mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel
(Sugiyono, 2013). Maka, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35
siswa.
40
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII MTs. Kaduaja, Kecamatan
Mengkendek Kabupaten Tana Toraja. Waktu penelitian dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2019/2020.
D. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs. kaduaja.
Sedangkan objek dalam penelitian ini, yaitu kemampuan berbicara siswa kelas
VIII. MTs. Kaduaja.
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai observer, pengumpul
data, penganalisis data dan sekaligus pelapor hasil penelitian. Guru melakukan
tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dengan metode yang lebih
baik dari sebelumnya. Menurut Suharsimi Arikunto, dkk. (2009: 17) dalam
penelitian kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan adalah guru itu sendiri,
sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.
E. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
melalui model pembelajaran talking stick. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan tindakan- tindakan alternatif yang dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Arikunto, dkk. (2009:
16) menyebutkan ada empat garis besar tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Berikut ini merupakan penjelasan dari setiap tahapan tersebut.
41
1. Tahap I Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)
Peneliti dalam tahap ini menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan secara
berpasangan (penelitian kolaborasi). Peneliti dan guru menyusun
rencana tindakan secara bersama-sama. Dalam tahap ini peneliti
menentukan titik atau fokus yang perlu mendapatkan perhatian
khusus untuk diamati kemudian membuat sebuah instrumen
pengamatan untuk membantu peneliti mendapatkan fakta yang
terjadi selama penelitian.
2. Tahap II Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap kedua ini pelaksanaan yang dilakukan merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai
tindakan di kelas. Guru menaati apa yang sudah dirumuskan dalam
rancangan, tetapi tindakan tersebut wajar dan tidak dibuat-buat.
3. Tahap III Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan oleh peneliti dalam tahap ketiga
ketika tindakan sedang dilakukan guru. Peneliti mencatat sedikit
demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat
untuk perbaikan siklus berikutnya.
4. Tahap IV Refleksi (Reflecting)
Tahap keempat ini merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Refleksi
42
dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi
rancangan tindakan pada siklus berikutnya.
F. Prosedur Penelitian
Ada beberapa model penelitian tindakan kelas yang dikembangkan
oleh pakar. Diantara model itu memiliki persamaan dan perbedaan. Model-
model tersebut dapat dipilih sebagai acuan untuk melakukan tindakan.
Menurut Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama (2012: 19), model tersebut
yaitu Model Kurt Lewin, Kemmis dan Mc Taggart, Model Dave Ebbut,
Model John Elliot, Model Hopkins dan Model Mc Kernan.
Berdasarkan beberapa model tersebut, peneliti memilih model
Kemmis & Mc. Taggart dalam Kusumah & Dedi Dwitagama (2012: 21),
yang masing-masing siklus terdiri dari 4 komponen, yaitu perencanaan,
tindakan, observasi (pengamatan), dan refleksi, seperti yang tampak pada
gambar berikut.
Keterangan :
Siklus 1
Plan : Perencanaan
Act and observe : Tindakan dan observasi
Reflect : Refleksi
Siklus 2
Revision plan : Perbaikan perencanaan
Act and observe : Tindakan dan observasi
Reflect : Refleksi
43
Gambar 2. Siklus PTK menurut Kemmis & Mc Taggart dalam Kusumah
& Dedi Dwitagama (2012: 21)
Penelitian dilaksanakan dalam siklus-siklus. Masing-masing siklus
tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi (pengamatan),
dan refleksi. Dalam satu siklus kegiatan pembelajaran dilaksanakan satu
sampai empat kali pembelajaran, disesuaikan dengan indikator
pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan dalam siklus pertama mempengaruhi kegiatan pembelajaran
pada siklus selanjutnya yaitu pada siklus kedua, dan seterusnya. Refleksi
hasil siklus pertama sangat menentukan rencana tindakan pada siklus yang
kedua.
Berikut merupakan penjelasan alur dari siklus tindakan yang
dilaksanakan dalam penelitian ini.
1. Siklus Pertama (Siklus I)
Siklus pertama ini akan dilakukan dalam empat kali pertemuan.
a. Perencanaan
Rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
mencakup beberapa kegiatan, antara lain sebagai berikut.
1) Peneliti melakukan analisis standar isi untuk mengetahui
kompotensi dasar dan inti yang akan diajarkan kepada peserta
didik.
2) Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan memperhatikan indikator-indikator yang hendak
dicapai siswa dengan berkonsultasi dengan guru kelas.
44
3) Menyusun pedoman lembar observasi kegiatan pembelajaran
guru.
4) Menyusun pedoman lembar observasi kegiatan siswa dalam
diskusi dan mengevaluasi materi yang diberikan.
5) Menyusun alat evaluasi pembelajaran dengan
mempertimbangkan indikator-indikator yang dicapai siswa.
b. Tindakan
Tindakan dalam penelitian ini dilaksanakan mengacu pada
rencana pembelajaran yang telah dibuat. Pembelajaran yang
dilakukan bersifat fleksibel, dengan kata lain dapat berubah sesuai
dengan kondisi yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Guru
mengajar dengan menggunakan RPP yang telah dibuat sedangkan
peneliti mengamati dengan mengikuti pedoman observasi yang
telah dibuat pada tahap perencanaan.
c. Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (observasi) dilaksanakan oleh peneliti dengan
mengamati selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
Peneliti mengobservasi dengan menggunakan pedomana observasi
untuk mengumpulkan data aktivitas kegiatan pembelajaran siswa.
d. Refleksi
Data yang telah didapat selama observasi kemudian
direfleksikan oleh guru dan peneliti. Refleksi ini menguraikan
mengenai prosedur analisis hasil observasi dan refleksi tentang
45
proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan,
serta kriteria dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada
siklus selanjutnya atau siklus kedua.
2. Siklus Selanjutnya.
Berdasarkan tahapan dalam siklus I tersebut, kegiatan dalam
siklus selanjutnya ini merupakan perbaikan tindakan dari hasil refleksi
pada siklus pertama. Tahapan dalam siklus selanjutnya juga sama
dengan siklus yang pertama dimulai dari perencanaan, tindakan,
pengamatan (observasi), dan refleksi.
G. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui metode pengumpulan data maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono,
2009: 308).
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi hal dibawah
ini:
1. Pengamatan
Pengamatan merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara
yang terpenting adalah proses-proses mengamati dan ingatan. Sutrisno
Hadi dalam Sugiyono,(2009: 203).
Pengamatan dilaksanakan dengan mengamati kegiatan (tindakan)
yang dilakukan guru dengan mengacu pada pedoman observasi. Peneliti
46
mengobservasi guru dengan mengumpulkan data (mencatat) tindakan-
tindakan yang dilaksanakan guru sesuai dengan fokus permaslahan yang
diteliti, sedangkan observasi terhadap siswa dilaksanakan dengan mencatat
perilaku-perilaku siswa akibat tindakan-tindakan guru dalam kegiatan
pembelajaran.
2. Tes
Menilai keterampilan berbicara siswa bukanlah hal yang mudah
untuk dilakukan. Kundharu Saddhono & Slamet (2012: 59)
mengungkapkan bahwa alat penilaian (tes) itu harus dapat menilai
kemampuan mengkomunikasikan gagasan yang tentu saja mencakup
kemampuan menggunakan kata, kalimat, dan wacana yang sekaligus
mencakup kemampuan kognitif dan psikomotorik.
Tes dalam penelitian ini dilaksanakan yaitu dengan tes kinerja
perbuatan. Hasil nilai tes ini diperoleh dengan mengamati siswa selama
proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Burhan Nurgiyantoro
(2012: 142), tes kinerja disamakan dengan tes praktik, praktik melakukan
suatu aktivitas sebagai bukti capaian hasil belajar. Tes kinerja/perbuatan
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berbicara siswa
dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking
stick.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
47
dari seseorang (Sugiyono, 2009: 329). Penelitian ini menggunakan gambar
foto dari siklus satu ke siklus berikutnya.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru
digunakan untuk mengumpulkan data tindakan yang dilakukan guru dalam
siklus pembelajaran, sedangkan lembar observasi siswa digunakan untuk
mengumpulkan informasi atau data siswa akibat (pengaruh) dari tindakan-
tindakan yang diberikan guru dalam siklus pembelajaran dalam rangka
meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode talking stick
Tabel 1. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
No Aspek yang diamati Pelaksanaan
Ket
Ya Tidak
1. Kegiatan Awal
a. Melakukan brainstorming (curah
pendapat) untuk memilih topik
b. Memahami dan menguji topik
c. Menyiapkan kerangka
48
pembicaraan (pendahuluan, isi,
dan penutup)
d. Memanaskan suasana kelompok
e. Memilih partisipan
f. Mengatur tempat diskusi dan
pidato
2. Kegiatan Inti
a. Memberi kesempatan siswa
berpidato dan mendiskusikan
judul materi yang telah diberikan.
b. Memberikan diskusi dan evaluasi
c. Membimbing siswa berbagi
pengalaman
3. Kegiatan Akhir
Melakukan refleksi pembelajaran
49
Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam
Diskusi dan Mengevaluasi pembelajaran
No.
Aspek yang diamati
Kriteria Penskoran
1
2
3
4
1.
Pemerataan kesempatan
berbicara
2.
Keterarahan
pembicaraan
3.
Kejelasan bahasa yang
digunakan
4.
Kebakuan bahasa yang
digunakan
5.
Penalaran dalam
berbicara
6.
Kemampuan mengemukakan ide
baru
7.
Kemampuan menarik
kesimpulan
8.
Kesopanan dan rasa saling
menghargai
9.
Keterkendalian proses
berbicara
10. Ketertiban
berbicara
11. Kehangatan dan kegairahan dalam
berbicara
12. Pengendalian emosi
50
Keterangan:
1 : Tidak ada
2 : Beberapa
3 : Sebagian besar
4 : Semua
Untuk mempermudah pemahaman peneliti dalam menentukan skor
hasil observasi kegiatan siswa di atas dipaparkan rublik penilaian menurut
pandangan Awaliyah (2011: 65-66) yang tersaji pada lampiran 2.
2. Pedoman Penilaian Tes (Alat Evaluasi)
Tes kinerja atau tugas-tugas berunjuk kerja bahasa yang memakai
saluran lisan misalnya, wawancara, menceritakan kembali wacana yang
didengar atau dibaca, berbagai jenis membaca bersuara seperti membaca
nyaring, membaca puisi, cerpen, drama, deklamasi, dan lain-lain
(Nurgiyantoro, 2012: 143).
Penilaian dalam penelitian ini mengacu pendapat Rof’uddin &
Darmiyati Zuhdi (1999: 244) yang dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek
kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi: (1) tekanan,
(2) ucapan, (3) nada dan irama, (4) kosa kata/ungkapan atau diksi, dan (5)
struktur kalimat yang digunakan. Sedangkan, aspek nonkebahasaan
meliputi: (1) kelancaran, (2) pengungkapan materi wicara (penguasaan
materi), (3) keberanian, (4) keramahan, dan (5) sikap. Oleh karena aspek
yang dinilai tidak lengkap maka berikut ini dipaparkan penilaian yang
diramu berdasarkan pendapat Rofi‟uddin & Darmiyati Zuhdi (1999: 244).
51
Tabel 3. Kisi-Kisi Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa yang
Dikembangkan Peneliti
No Kebahasaan Skor Maksimal
1. Tekanan 6
2. Nada dan irama 8
3. Kosa kata/diksi 10
4. Struktur kalimat yang digunakan 10
No Nonkebahasaan Skor Maksimal
1. Kelancaran 10
2. Penguasaan materi 30
3. Keberanian 10
4. keramahan 8
4. sikap 6
Sumber: Modifikasi dari peneliti yang mengacu pada Ahmad
Rofi‟uddin & Darmiyati Zuhdi, (1999: 244)
Untuk mempermudah pemahaman peneliti atau pembaca dalam
menentukan skor penilaian keterampilan berbicara siswa dipaparkan rublik
penilaian yang dikembangkan peneliti tersaji pada lampiran 3.
3. Alat untuk Mengumpulkan Dokumen
Menurut Sugiyono (2009: 329), dokumen yang berbentuk tulisan
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), serita, biografi,
peraturan, dan kebijakan. Sedangkan, dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.
Dokumentasi dalam menelitian ini meliputi rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), data hasil penilaian siswa, serta gambar foto selama
52
kegiatan pembelajaran. Gambar foto dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan kamera digital.
I. Teknik Analisis Data
Menurut Sanjaya (2006: 106), analisis data adalah suatu proses
mengolah dan menginterpretasikan data dengan tujuan untuk mendudukkan
berbagai informasi dengan tujuan dan fungsinya hingga memiliki makna dan
arti yang jelas sesuai tujuan penlitian. Analisis data penelitian tindakan kelas
berupa derkriptif kualitatif dan deskriptif kuantatif.
Analisis derkriptif kualitatif dalam penelitian ini bersifat
menggambarkan fakta yang sesuai data yang diperoleh untuk mengetahui
keterampilan berbicara yang diperoleh siswa secara kualitatif selama proses
pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui respon dan aktivitas siswa
terhadap kegiatan pembelajaran.
Hasil refleksi dari siklus I menjadi dasar untuk melaksanakan siklus II, dan
begitu seterusnya.
1. Analisis Hasil Pengamatan (Observasi)
Data yang diperoleh dari lembar observasi terdiri atas dua macam.
Data tersebut meliputi data pengamatan terhadap pembelajaran
keterampilan berbicara yang dilakukan guru dan data pengamatan terhadap
siswa dalam kegiatan diskusi dan mengevaluasi pembelajaran.
a. Pengamatan Pembelajaran Keterampilan Berbicara
Data observasi terhadap pembelajaran keterampilan berbicara yang
dilakukan guru dipaparkan dengan deskriptif kualitatif.
53
b. Pengamatan Kegiatan Berdiskusi dan Mengevaluasi pembelajaran
siswa
Semua data skor yang diperoleh dari lembar observasi kegiatan
siswa dalam diskusi dan mengevaluasi pembelajaran dijumlahkan
sehingga diperoleh skor mentah (R), kemudian dianalisi menggunakan
persentase dengan rumus dan kriterian penilaian sebagai berikut:
NP = 𝑅
𝑆𝑀X 100
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh
SM = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap (Ngalim Purwanto, 2010: 102)
Berdasarkan rumus tersebut, dalam penelitian ini digunakan
kriteria menurut Suharsimi Arikunto sebagai berikut.
Kriteria penilaian
90 - 100% = Baik Sekali
80 - 85% = Baik
75- 80% = Cukup
50 – 65% = Kurang
≤ 21% = Kurang Sekali (Suharsimi Arikunto, 2010: 35)
54
2. Analisis Hasil Tes
Tes kinerja dilakukan untuk mengukur keterampilan berbicara
siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia dengan model pembelajaran
talking stick. Hasil tes ini dianalisi secara kuantitatif. Untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan keterampilan berbicara siswa
dilakukan dengan membandingkan hasil tes diakhir setiap siklus.
Hasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai akhir tes
keterampilan berbicara siswa. Oleh karena hasil penilaian keterampilan
berbicara hasilnya berupa skor, maka skor tersebut hasil dikonfersikan
ke dalam bentuk nilai. Nilai diperoleh menggunakan rumus sebagai
berikut.
S = 𝑅
𝑁X 100
Keterangan:
S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor di item (skor yang didapat)
N = skor maksimum dari tes tersebut (Ngalim Purwanto, 2010:
112)
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan melakukan
perhitungan rerata (mean) hasil tes siswa ketika tindakan dilakukan.
Perhitungan rerata dihitung menggunakan rumus mean sebagai berikut.
�̅� ∑𝑋
𝑁
55
Keterangan:
X = rata-rata kelas (mean)
Ʃ x = jumlah nilai siswa
N = banyaknya siswa (Arikunto, 2007: 284-285)
Jika persentase ≥ 75% dan mengalami kenaikan setiap siklusnya,
maka diasumsikan bahwa metode talking stick dapat mengingkatkan
keterampilan berbicara siswa. Untuk mengetahui persentase kategori nilai
siswa dicari dengan rumus sebagai berikut.
P = 𝐹
𝑁 X 100%
Keterangan:
p = angka persentase
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = number of classes (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
(Anas Sudijono, 2010: 43)
3. Analisis Hasil Dokementasi
Data gambar foto dari siklus satu ke siklus berikutnya
dipaparkan dengan deskriptif kualitatif. Gambar foto digunakan untuk
melengkapi hasil observasi.
56
J. Kriteria Keberhasilan
Siswa dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika nilai yang diperoleh
sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75 dengan rentang
antara 1-100. Kelas dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika banyaknya
siswa yang mencapai KKM ≥75% dari keseluruhan jumlah siswa (Sumber:
MTs. kaduaja Tahun 2019 yang tersaji pada lampiran 4).
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Langka awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan
penelitian yaitu mengamati pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa
Indonesia siswa kelas VIII A MTs. Kaduaja Tana Toraja. Berdasarkan
pengamatan dan wawancara dengan guru model pembelajaran yang digunakan
selama pembelajaran berlangsung menggunakan metode ceramah dan diskusi.
Metode tersebut digunakan karena memudahkan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran yang disampaikan. Kegiatan berbicara dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia masih dianggap hal yang sulit bagi siswa kelas VIIIA.
Kesulitan ini dapat dilihat selama pembelajaran berlangsung, sebagian siswa
tidak aktif. Keaktifan yang dimaksud mengandung arti aktif mengajukan
pertanyaan, pendapat, menjawab pertanyaan maupun aktif dalam kegiatan
diskusi. Siswa cenderung diam bila guru mengajukan pertanyaan, bahkan ada
pula yang tidak memperhatikan pertanyaan dari guru. Ada juga siswa yang
meminta temannya yang dianggap pintar di kelas itu untuk menjawab,
sehingga yang aktif siswa yang dianggap pintar tersebut. Siswa yang tidak
aktif menjadi semakin tidak aktif.
Rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut.
Pertama, guru membuka pelajaran dengan salam. Kedua, siswa bersama guru
berdo‟a bersama. Berdo‟a dipimpin oleh salah satu siswa yang bertugas pada
hari itu. Ketiga, siswa ditanya oleh guru siapa yang pada hari itu tidak masuk.
Pembelajaran pada hari itu diikuti oleh semua siswa. Keempat, siswa
dikondisikan sebelum memulai pelajaran. Pengkondisian siswa dilakukan oleh
guru dengan meminta siswa agar duduk tenang ditempat masing-masing untuk
memperhatikan penjelasan yang diberikan guru. Kelima, siswa menyimak
tujuan pembelajaran yang disampaikan guru. Tujuan pembelajaran yang
dipelajari adalah diskusi mengenai materi pidato
57
58
Keenam, siswa diberi penjelasan tentang materi mengenai pengertian
pidato, tujuan berpidato, cara menyusun pidato, dan cara menyampaikan isi
pidato di depan umum. Ketujuh, siswa dibagi menjadi 7 (tujuh) kelompok.
Setiap kelompok anggotanya berjumlah 5 siswa. Kedelapan, siswa diberi
kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Siswa
berdiskusi menanggapi atau memberikan saran tentang isi pidato yang
menjadi pokok pembahasan. Kesembilan, siswa dibimbing guru melakukan
presentasi hasil diskusi. Siswa secara bergantian menyampaikan hasil diskusi.
Kelompok lain diberi kesempatan untuk memberikan sanggahan, jika ada
pernyataan yang tidak sesuai.
Kesepuluh, siswa bersama-sama guru membuat kesimpulan materi
yang telah dipelajari. Kesebelas, siswa bersama guru merefleksi pembelajaran.
Refleksi dilakukan agar siswa mengatahui manfaat belajar tentang pidato.
Keduabelas, siswa dikondisikan guru sebelum pelajaran diakhiri. Kegiatan
terakhir, guru menutup pelajaran dengan salam.
Berdasarkan observasi selama siswa melakukan diskusi, keterampilan
berbicara siswa secara umum mencapai 45%. Hasil observasi terhadap siswa
yang tersaji pada lampiran 7 menunjukkan bahwa jumlah skor total (R) hasil
observasi terhadap kegiatan siswa dalam diskusi dan mengevaluasi pidato
pada siklus I adalah 22 dari skor maksimal (SM) 48. Jadi jumlah nilai persen
(NP) keterampilan berbicara melalui diskusi adalah 45%.
Data awal diperoleh dari hasil tes pratindakan yang dilakukan sebelum
proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Talking Stick
dilakukan. Siswa kelas VIIIA MTs. Kaduaja Tana Toraja terdiri dari 33 siswa
yaitu 15 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Jumlah siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 5 siswa, dan yang belum
mencapai KKM sebanyak 30 siswa. Nilai rata-rata hanya mencapai 59,2. Data
awal hasil nilai siswa dalam pratindakan ini tidak menggunakan skor. Nilai
yang didapat berdasarkan hasil penilaian langsung oleh guru kelas.
Berikut ini merupakan tiga contoh hasil nilai keterampilan berbicara
siswa dari yang terendah, sedang, dan tertinggi.
59
Tabel 4. Contoh Hasil Nilai Pratindakan Keterampilan Berbicara
Nama Nilai Keterangan
Rasti 50 Terendah
Mawar Zakiyah 58 Sedang
Chelsy Al Mubarak 76 Tertinggi
Nilai rata-rata sebesar 59,2 belum mancapai KKM yang ditetapkan.
Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditetapkan sebesar 75,0. Persentase
keberhasilan siswa yang mencapai KKM baru mencapai 14% dari target
pencapaian sebesar 75%. Jadi masih tersisa 61% yang belum mencapai KKM.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I terdiri atas empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan (tindakan), hasil pengamatan (observaasi), dan
refleksi. Keempat tahapan tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut.
a. Perencanaan
Penelitian dilakukan langkah persiapan untuk melaksanakan
tindakan selama kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia. Persiapan
tersebut sebagai berikut.
1) Melakukan analisis kurikulum dengan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD) yang sesuai dengan pelajaran yang
disampaikan (tersaji pada lampiran 9).
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi
ajar Pidato.
3) Menyiapkan alat bantu (tongkat dengan berukuran 20 cm) dan naska
pidato yang digunakan untuk mempermudah mengobservasi dan
memberikan penilaian terhadap siswa ketika proses diskusi dan
berpidato berlangsung.
4) Menyiapkan lembar observasi dan lembar penilaian mengenai
keterampilan berbicara yang mencakup aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan.
60
b. Pelaksanaan (Tindakan) Pembelajaran
1) Pertemuan 1
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan Rabu, 08 Juli 2020.
Kegiatan berlangsung selama 70 menit atau 2×35 menit. Implementasi
tindakan pertemuan pertama sebagai berikut.
a) Kegiatan diawali dengan berdo‟a bersama siswa dengan guru.
Kegiatan dilanjutkan oleh guru yang menanyakan siswa yang tidak
masuk hari itu. Hari itu semua siswa masuk mengikuti kegiatan
pembelajaran. Sebelum memulai pembelajaran guru terlebih
dahulu mengkondisikan siswa, dan menyampaikan tujuan
pembelajaran. Kegiatan awal dalam pertemuan pertama siklus I
berlangsung selama ±5 menit.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti berlangsung selama ±55 menit merupakan
kegiatan pokok dalam suatu pembelajaran. Kegiatan pertama yang
dilakukan yaitu siswa bersama guru melakukan brainstorming
(curah pendapat) untuk memilih tema yang akan dipelajari. Tema
yang dipilih yaitu pidato. Kedua, siswa bersama guru memahami
tema yang akan dipelajari. Memahami tema dilakukan guru untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang masalah yang
akan dipelajari. Melalui kegiatan tanya jawab,
Ketiga, guru membagikan pidato yang berjudul
“kesehatan”. Keempat, guru membagi siswa menjadi tuju
kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan dengan menghitung
urut satu sampai 7 yang dimulai dari pojok kiri depan. Setiap siswa
yang menyebutkan nomor satu berkumpul menjadi satu kelompok,
begitu juga dua, tiga, dan seterusnya hingga terbentuk tuju
kelompok. Kelima, setelah kelompok terbentuk, siswa berkumpul
dengan anggota kelompoknya untuk berdiskusi menentukan peran
masing-masing anggota kelompok.. Kursi dan meja diatur mundur
61
ke belakang sehingga bagian depan kelas cukup untuk tempat
berdiskusi.
Ketujuh, guru menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang
terampil berbicara. Ciri-ciri pembicara yang baik yaitu pandai
menemukan tema atau topik yang tepat dan up to date (terkini),
menguasai materi, memahami pendengar, memahami situasi,
merumuskan tujuan dengan jelas, memiliki keterampilan berbahasa
yang memadai, menjalin kontak dengan pendengar, dan menguasai
pendengar. Kedelapan, guru menjelaskan tentang hal yang perlu
dipersiapkan dalam berbicara. Hal-hal yang perlu dipersiapkan
dalam berbicara diantaranya yaitu menentukan maksud (tujuan)
berbicara, menganalisis pendengar dan situasi, memilih dan
menyempitkan tema atau topik, mengumpulkan bahan, membuat
kerangka, menguraikan kerangka secara mendetail, serta berlatih
dengan suara yang nyaring.
Kesembilan, guru menjelaskan tentang materi pidato.
Kesepuluh, guru menjelaskan tentang langkah berbicara melalui
berpidato. Langkah-langkah tersebut yaitu brainstorming (curah
pendapat) untuk memilih tema, memahami dan menguji tema,
menyiapkan kerangka pembicaraan (pendahuluan, isi dan penutup),
memanaskan suasana kelompok, memilih partisipan, diskusi dan
dan saling berbagi pengalaman, serta refleksi.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan contoh peragaan
pidato oleh guru. Setelah melihat contoh peragaan pidato dari guru,
siswa membaca naskah pidato bersama anggota kelompoknya
secara bergantian. Berdasarkan naskah pidato yang dibacakan,
siswa mengidentifikasi pokok-pokok persoalan yang terjadi.
Sebagian besar siswa bahwa cara berbicaranya kurang nyaring,
mengucapan kalimatnya kurang jelas, masih terbata-bata dan
sebagainya.
62
Berdasarkan masalah yang dikemukan tersebut ada siswa
yang bertanya bagaimana cara mencegah agar penyebaran virus
corona melambat. Kemudian siswa lain menanggapi cara untuk
mencegah penyebaran virus corona dengan menjaga lingkungan
sekitar, rajin cuci tangan, jaga jarak, rajin mencuci tangan seperti
anjuran pemerinta, dan sebagainya. Kegiatan berikutnya siswa
bersama guru membuat kesimpulan tentang materi pelajaran yang
telah dipelajari, dan siswa diberi kesempatan untuk menanyakan
materi yang belum dipahami.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilaksanakan setelah kegiatan awal dan
kegiatan inti. Kegiatan yang berlangsung ±10 menit ini meliputi:
siswa bersama guru melakukan refleksi tentang pembelajaran yang
telah dilakukan, siswa diberikan motivasi oleh guru, siswa
dikondisikan sebelum mengakhiri pembelajaran, dan guru menutup
pelajaran dengan mengucapkan salam.
2) Pertemuan 2
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan kamis, 09 Juli 2020.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2×35 menit).
Implementasi tindakan pertemuan kedua tidak jauh berbeda dengan
pertemuan pertama. Tindakan pertemuan kedua sebagai berikut.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal berlangsung selama ±5 menit. Kegiatan
diawali guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa, dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti berlangsung selama ±55 menit. Kegiatan
pertama yang dilakukan adalah siswa bersama guru mengatur
seting tempat berpidato. pidato dilaksanakan di depan kelas. Kursi
dan meja diatur mundur ke belakang sehari bagian depan kelas
cukup untuk tempat berpidato. Kedua, perwakilan salah satu
63
kelompok membaca naskah pidato di depan kelas. Ketiga, guru
menjelaskan tentang aspek kebahasaan yang menjadi fokus
penilaian dalam keterampilan berbicara.
Aspek kebahasaan yang dijelaskan meliputi tekanan,
ucapan, nada dan irama, kosa kata/ungkapan atau diksi, dan
struktur kalimat yang digunakan. Setelah diberi penjelasan oleh
guru, siswa berlatih menbacakan naska pidato bersama anggota
kelompoknya di depan kelas secara bergantian. Satu persatu
kelompok maju ke depan berdasarkan nomor kelompok, yang
dimulai dari kelompok satu sampai empat. Kegiatan dilanjutkan
dengan membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari hari itu
oleh siswa dengan bimbingan guru. Selain itu, guru juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan materi
yang belum dipahami. Siswa tidak ada yang mengacungkan
jarinnya untuk bertanya karena merasa sudah paham dengan
penjelasan yang diberikan guru.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir berlangsung selama ±10 menit. Kegiatan
pertama yang dilakukan adalah siswa bersama guru melakukan
refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Kedua, siswa
diberikan motivasi oleh guru agar rajin berlatih berbicara dengan
tekun. Ketiga, siswa dikondisikan oleh guru sebelum mengakhiri
pembelajaran. Pengkondisian siswa agar mereka tidak ramai
sendiri karena sudah memasuki waktu istirahat. Kegiatan terakhir
guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam dan
mempersilahkan siswa untuk beristirahat.
3) Pertemuan 3
Pertemuan ketiga siklus I dilaksanakan senin, 13 Juli 2020.
Pembelajaran berlangsung selama 70 menit (2×35 menit).
Implementasi tindakan pertemuan ketiga tidak jauh berbeda dengan
pertemuan kedua. Tindakan pertemuan kedua sebagai berikut.
64
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal berlangsung selama ±5 menit ini diawali
dengan berdo‟a bersama guru dan siswa. Berdo‟a dipimpin salah
satu siswa yang bertugas memimpin do‟a pada hari itu. Kegiatan
kemudian dilanjutkan guru menanyakan siswa siapa yang tidak
masuk hari itu. Hari itu semua siswa masuk mengikuti
pembelajaran. Sebelum memulai pelajaran, siswa menyimak tujuan
pembelajaran yang disampaikan guru.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan pokok kegiatan pembelajaran.
Pada pertemuan ketiga kegiatan inti berlangsung selama ±55
menit. Kegiatan diawali siswa bersama guru mengatur seting
tempat berdiskusi dan membacakan pidato. Berpidato dilaksanakan
di depan kelas. Kursi dan meja diatur mundur ke belakang
sehingga bagian depan kelas cukup untuk tempat diskusi dan
berpidato. Kedua, perwakilan salah satu kelompok membaca
naskah percakapan di depan kelas. Salah satu kelompok secara
suka rela maju ke depan membacakan naskah pidato. Ketiga, guru
menjelaskan tentang aspek nonkebahasaan yang menjadi fokus
penilaian dalam keterampilan berbicara.
Aspek kebahasaan yang dijelaskan meliputi: kelancaran,
penguasaan materi, keberanian, keramahan, dan sikap. Setelah
diberi penjelasan oleh guru, siswa berlatih memerankan peran
sesuai naskah percakapan bersama anggota kelompoknya di depan
kelas secara bergantian. Satu persatu kelompok maju ke depan
berdasarkan nomor kelompok, yang dimulai dari kelompok satu
sampai empat. Kegiatan dilanjutkan siswa membuat kesimpulan
materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru. Selain itu,
guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menanyakan materi yang belum dipahami. Siswa tidak ada yang
65
mengacungkan jarinnya untuk bertanya karena merasa sudah
paham dengan penjelasan yang diberikan guru.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pertemuan ketiga berlangsung selama ±10
menit. Kegiatan yang dilakukan meliputi siswa bersama guru
melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan,
siswa diberikan motivasi agar rajin berlatih berbicara dengan tekun
melalui kegiatan berpidato bersama kelompoknya. Siswa
dikondisikan agar tidak ramai dan guru mengakhiri pembelajaran
dengan mengucapkan salam pada siswa.
4) Pertemuan 4
Pertemuan terakhir siklus I (tes akhir) dilaksanakan Selasa, 14
Juli 2020. Pertemuan ini berlangsung selama 70 menit (2×35 menit).
Implementasi tindakan pada pertemuan terakhir merupakan evaluasi
atau tes akhir berpidato siklus I. Tindakan pertemuan keempat ini
sebagai berikut.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal berlangsung selama ±5 menit. Kegiatan ini
diawali berdo‟a bersama guru dan siswa. Berdo‟a dipimpin salah
satu siswa yang bertugas memimpin do‟a pada hari itu. Kegiatan
lalu dilanjutkan guru menanyakan siswa siapa yang tidak masuk
hari itu. Hari itu semua siswa masuk mengikuti pembelajaran.
Sebelum memulai pelajaran, siswa menyimak tujuan pembelajaran
yang disampaikan guru.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti berlangsung selama ±55 menit. Kegiatan
pertama yang dilakukan adalah . Berpidato dilaksanakan di depan
kelas. Kursi dan meja diatur mundur ke belakang sehingga bagian
depan kelas cukup untuk tempat berpidato. Kedua, Guru
menanyakan pada siswa adakah kelompok yang ingin maju terlebih
dahulu. Akan tetapi karena tidak ada yang bersedia, akhirnya guru
66
memanggil satu per satu kelompok dengan cara diacak. Pada saat
salah satu kelompok sedang berpidato, kelompok lain
memperhatikan dan berdiskusi mengenai pemeranan oleh
kelompok yang sedang berpidato di depan. Bersama dengan
kelompoknya, kelompok yang tidak berpidato berdiskusi untuk
memberikan tanggapan, saran atau masukan pada saat berpidato
kelompok yang maju selasai.
Ketiga, guru bersama siswa melakukan diskusi dan
mengevaluasi pemeranan. Diskusi dan mengevaluasi pemeranan
dilakukan setelah selesai melakukan pemeranan drama. Kemudian
dengan bimbingan guru, siswa melakukan presentasi hasil diskusi
dan saling berbagi pengalaman. Kegiatan selanjutnya siswa
bersama guru membuat kesimpulan tentang materi pelajaran yang
telah dipelajari, dan siswa diberi kesempatan untuk menanyakan
materi yang telah dipelajari hari ini.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir berlangsung selama ± 10 menit. Kegiatan
yang dilakukan adalah siswa bersama guru melakukan refleksi
tentang pembelajaran yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan
pemberian motivasi pada siswa oleh guru. Motivasi diberikan agar
siswa rajin berlatih berbicara melalui berpidato sehingga
keterampilan siswa dapat meningkat. Kegiatan yang terakhir siswa
dikondisikan sebelum mengakhiri pembelajaran, dan guru menutup
pelajaran dengan salam.
Pengamatan dilakukan peneliti ketika proses pembelajaran
berlangsung. Data diperoleh dari lembar observasi dan lembar penilaian
keterampilan berbicara.
a. Siklus I
1) Pengamatan Kegiatan Berdiskusi dan Mengevaluasi Pemeranan Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan selama siswa melakukan diskusi
dan pidato, menunjukkan bahwa jumlah skor total (R) hasil observasi
67
terhadap kegiatan siswa dalam diskusi dan mengevaluasi pidato pada
siklus I adalah 28 dari skor maksimal (SM) sebesar 48. Jadi jumlah
nilai persen (NP) keterampilan berbicara siswa adalah 58%.
Dibandingkan dengan pratindakan, siklus I mengalami kenaikan dari
jumlah semula 22 meningkat 6 angka menjadi 28. Nilai persen juga
meningkat, dibandingkan pratindakan, siklus I mengalami kenaikan
dari nilai persen sebesar 45% meningkat 13% menjadi 58%.
2) Pengamatan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus I
Hasil pengamatan tes keterampilan berbicara siswa kelas VIII
A MTs. Kaduaja Tana Toraja sudah mengalami peningkatan
berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh. Nilai rata-rata hasil
keterampilan berbicara siswa adalah 77,0. Jumlah siswa yang sudah
mencapai KKM 18 siswa, dan yang belum mencapai KKM sebanyak
15 siswa. Selain itu, persentase siswa yang sudah mencapai KKM
sebesar 51%. Nilai keterampilan berbicara yang dicapai siswa
mengalami kenaikan dari sebelumnya di pratindakan. Selain itu rata-
rata nilai keterampilan berbicara siswa pada siklus I juga meningkat
dibandingkan dengan pratindakan. Rata-rata nilai pada pratindakan
sebesar 59,2, sedangkan pada siklus I rata-rata nilai mencapai 77,0.
Hal tersebut berarti rata-rata nilai mengalami peningkatan sebesar
17,8.
68
Gambar 3. Peningkatan Nilai Rata-Rata Pratindakan ke Siklus I
Jumlah siswa yang mencap
Jumlah siswa yang mencapai KKM pada pratindakan sebanyak 5
siswa, sedangkan pada siklus I sebanyak 18 siswa. Hal ini berarti jumlah
siswa yang mencapai KKM meningkat sebesar 13 siswa. Berikut ini
merupakan tiga contoh hasil nilai siswa yang mengalami peningkatan dari
pratindakan ke siklus I keterampilan berbicara.
Tabel 5. Contoh Peningkatan Hasil Nilai Keterampilan Berbicara
Siswa dari Pratindakan ke Siklus I
Hasil nilai keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran
keterampilan berbicara menggunakan Model Pembelajaran Talking Stick
siklus I diperjelas dengan tabel peningkatan nilai pratindakan dan siklus I
sebagai berikut.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pratindakan siklus I
Nilai rata-rata
presentase
Nama Nilai
Pratindakan Siklus I Peningkatan
Rasti 50 74 24
Mawar Zakiyah 58 73 15
Chelsy Al Mubarak 76 82 6
69
Tabel 6. Peningkatan Nilai dari Pratindakan ke Siklus I
No Aspek pratindakan S-1 Peningkata
n
1. Jumlah siswa yang
mencapai KKM
5 18 13
2. Jumlah siswa yang belum
mencapai KKM
28 15 13
3. Rata-rata 59,2 77,0 17,8
4. Presentase ketuntasan 14% 51% 37%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perhitungan hasil nilai
keterampilan berbicara siswa pada siklus I yang diikuti oleh 33 siswa,
diketahui bahwa nilai rata-rata kelas yang dicapai adalah 77,0. Pada siklus
I sejumlah 18 siswa telah mencapai nilai 75 atau lebih dan 15 siswa belum
mencapai nilai 75. Dari data tersebut disimpulkan bahwa hasil evaluasi
keterampilan berbicara siswa belum mencapai angka keberhasilan seperti
yang telah ditetapkan di awal. Hasil ketuntasan KKM baru mencapai 51%
yaitu sebanyak 18 siswa yang sudah mencapai KKM, sedangkan sebesar
49% yaitu 17 siswa belum mencapai KKM. Angka yang diharapkan
adalah 75% dari jumlah siswa adalah mencapai batas ketuntasan.
Nilai pratindakan ke siklus I sudah meningkat, namun rata-rata
kelas sebesar 77,0 dengan persentase ketuntasan KKM 51%, dianggap
belum memenuhi target. Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan lanjutan
yaitu pada siklus II.
Refleksi dilakukan cenderung untuk mengetahui kekurangan
penerapan model pembelajaran yang diterapkan pada siklus I dan
menemukan tindak lanjut siklus II. Berdasarkan beberapa pengamatan
hasil evaluasi dan hasil diskusi dengan guru yang sekaligus sebagai
kolaboratornya, ada hal penting yang direfleksikan ke dalam tindakan
selanjutnya. Refleksi dilakukan agar pelaksanakan proses pembelajaran
70
keterampilan berbicara menggunakan model Talking Stick di MTs.
Kaduaja dapat lebih meningkat kualitas pembelajarannya.
Berdasarkan pengamatan tes keterampilan berbicara pada siklus I
yang diikuti oleh 35 siswa, hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 20 siswa
memperoleh nilai 75 atau lebih, sedangkan 15 siswa memperoleh nilai
dibawah 75. Hal ini berarti jumlah siswa mencapai KKM sebanyak 20
siswa dan yang belum mencapai KKM sebanyak 15 siswa. Persentase
pencapaian KKM baru mencapai 51% sementara yang ditargetkan dalam
penelitian adalah 75% siswa sudah bisa mencapai KKM.
Permasalahan yang terjadi pada siklus I yaitu masih terdapat
beberapa kekurangan atau masalah yang muncul. Masalah yang ada pada
siklus I yaitu siswa belum sepenuhnya menguasai aspek-aspek dalam
keterampilan berbicara, baik aspek kebahasaan maupun nonkebahasaan.
Berikut merupakan refleksi secara umum masing-masing aspek
kebahasaan dan nonkebehasaan keterampilan bicara siswa.
a) Aspek Kebahasaan
a. Tekanan
Penempatan tekanan masih kurang. Rata-rata perolehan
nilai aspek tekanan adalah 3,9. Penyampaian tekanan masih datar,
sehingga menimbulkan kejenuhan bagi pendengar (siswa lain) dan
keefektivan berbicara akan berkurang. Kekurangtepatan siswa
dalam penempatan tekanan pembicara membuta pokok
pembicaraan yang disampaikan kurang diperhatikan. Untuk itu
tindakan siklus II guru lebih menekankan lagi penjelasan mengenai
tekanan dan latihan berpidato berdasarkan naskah pidato pada
setiap pertemuan dengan harapan penguasaan tekanan dalam
keterampilan berbicara dapat meningkat.
b. Ucapan
Ucapan siswa masih kurang tepat dan kurang jelas. Rata-
rata perolehan nilai aspek ucapan adalah 5,1. Pengucapan yang
kurang jelas membuat perhatian pendengar (siswa lain) menjadi
71
kurang memperhatikan pokok pembicaraan. Untuk itu tindakan
siklus II guru lebih menekankan lagi penjelasan mengenai ucapan
dan latihan berpidato berdasarkan naskah pidato pada setiap
pertemuan dengan harapan penguasaan ucapan dalam keterampilan
berbicara dapat meningkat.
c. Nada dan Irama
Penempatan nada dan irama masih kurang tepat. Rata-rata
perolehan nilai aspek nada dan irama adalah 4,2. Topik
pembicaraan menjadi kurang menarik bagi pendengar (siswa lain).
Penyampaiannya nada dan irama masih datar sehingga pokok
pembicaraan yang disampaikan kurang diperhatikan. Untuk itu
tindakan siklus II guru lebih menekankan lagi penjelasan mengenai
nada dan irama dan latihan berpidato berdasarkan naskah pidato
pada setiap pertemuan dengan harapan penguasaan nada dan irama
dalam keterampilan berbicara dapat meningkat.
d. Kosa Kata/Ungkapan atau Diksi
Kata dan ungkapan yang digunakan dalam berbicara sudah
bervariasi. Rata-rata perolehan nilai aspek kata dan ungkapan
adalah 8,0. Pemilihan kata dan ungkapan yang bervariasi,
maksudnya pemilihan kata atau ungkapan dengan bentuk atau kata
lain lebih kurang maknanya sama dengan maksud agar
pembicaraan tidak menjemukan pendengar.
e. Struktur Kalimat yang Digunakan
Struktur kalimat yang digunakan siswa sudah baik. Rata-
rata perolehan nilai aspek struktur kalimat yang digunakan adalah
7,6. Pemakaian kalimat sederhana yang digunakan memudahkan
pendengar (siswa lain) menangkap pembicaraan pembicara.
b) Aspek Nonkebahasaan
1. Kelancaran
Kelancaran berbicara siswa masih kurang. Rata-rata
perolehan nilai aspek kelancaran adalah 6,7. Pembicaraan masih
72
terputus-putus atau bahkan diselingi dengan bunyi-bunyi tertentu,
misalnya, e…, em…, apa itu... Pembicaraan siswa terlalu cepat
sehingga menyulitkan pendengar sulit menangkap isi atau pokok
pembicaraan. Untuk itu tindakan siklus II guru lebih menekankan
lagi penjelasan mengenai kelancaran dan latihan berpidato
berdasarkan naskah pidato pada setiap pertemuan dengan harapan
kelancaran dalam keterampilan berbicara dapat meningkat.
2. Penguasaan Materi
Penguasaan materi pembicaraan siswa masih kurang. Rata-
rata perolehan nilai aspek penguasaan materi adalah 21,4. Sebagian
besar siswa masih lupa materi pembicaraan yang disampaikan.
3. Keberanian
Keberanian siswa sudah baik. Rata-rata perolehan nilai
aspek keberanian adalah 8,0. Sebagian besar siswa sudah
mempunyai keberanian yang baik hal ini ditunjukkan ketika
mereka maju ke depan kelas untuk berpidato
4. Keramahan
Keramahan siswa dalam berbicara sudah baik. Rata-rata
perolehan nilai aspek keramahan adalah 7,0. Keramahan
ditunjukkan adanya hubungan interaksi dan keramahan antara
pembicara dan pendengar.
5. Sikap
Sikap siswa dalam berbicara sudah baik, sebagian siswa
terlihat bersikap wajar dan tidak kaku. Rata-rata perolehan nilai
aspek sikap adalah 5,1. Sikap yang terlihat biasa sebagaimana
adanya tidak mengada-ada.
Berdasarkan refleksi tersebut dapat disimpulkan aspek kebahasaan
yang sudah dikuasai siswa yaitu mengenai kosa kata/ungkapan atau diksi
dan struktur kalimat yang digunakan. Ketiga aspek kebahasaan yang lain
seperti tekanan, ucapan, nada dan irama belum sepenuhnya dikuasai siswa.
Sementara itu, aspek nonkebahasaan yang sudah dikuasai siswa adalah
mengenai keberanian, keramahan, dan sikap. Dua aspek nonkebahasaan
73
yang lain yaitu kelancaran dan penguasaan materi siswa masih rendah.
Berdasarkan wawancara peneliti terhadap salah satu siswa, siswa tersebut
belum hafal naskah pidatonya sehingga pada saat berpidato kurang lancar
dan kurang jelas. Berikut merupakan kutipan singkat wawancara peneliti
dengan siswa tersebut.
Peneliti : “Mengapa kamu terlihat kesulitan berbicara dalam berpidato
yang telah praktekkan?”
SIF : “Saya belum hafal dan belum memahami sepenuhnya cara berpidato
yang baik.”
Berdasarkan refleksi yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan
diskusi dengan guru, ada rekomendasi untuk dilaksanakan pada siklus II.
Semua siswa diwajibkan untuk menghafaldan memahami naska pidato
dan latihan berpidato pada setiap pertemuan dengan harapan aspek
tekanan, ucapan, nada dan irama, kelancaran, serta penguasaan materi
dapat meningkat.
b. Siklus II
Siklus II merupakan tindakan perbaikan dari siklus I. Berdasarkan
hasil refleksi siklus I masih terdapat beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian pada siklus II, sebagai berikut.
1) Berdasarkan hasil pengamatan tes keterampilan berbicara siswa masih
ada 15 siswa yang belum mencapai KKM sehingga persentase
pencapaian KKM baru 51% sementara yang ditargetkan dalam
penelitian adalah 75% siswa sudah bisa mencapai KKM. Jadi masih
tersisa 24% target pencapaian KKM.
2) Semua siswa wajib hafal naskah pidato sehingga pada saat berpidato
menjadi lancar dan jelas.
3) Guru menjelaskan kembali materi mengenai aspek-aspek kebahasaan
dan nonkebahasaan dalam keterampilan berbicara.
4) Siswa berpidato menggunakan naskah. Siklus II berpidato berdasarkan
naskah pidato agar masing-masing siswa benar-benar mendalami. .
74
Pengamatan dilakukan peneliti ketika proses pembelajaran
berlangsung. Data diperoleh dari lembar observasi dan lembar penilaian
keterampilan berbicara.
1) Pengamatan Kegiatan Berdiskusi dan Mengevaluasi Pidato
Berdasarkan pengamatan, keterampilan berbicara siswa
mengalami peningkatan. Hasil observasi menunjukkan bahwa jumlah
skor total (R) hasil observasi terhadap kegiatan siswa dalam diskusi
dan mengevaluasi pidato pada siklus II adalah 34 dari skor maksimal
(SM) sebesar 48. Jadi nilai persen (NP) keterampilan berbicara siswa
adalah 71%. Dibandingkan dengan siklus I, siklus II mengalami
kenaikan dari jumlah semula 28 naik 6 angka menjadi 34. Nilai persen
juga meningkat, dibandingkan siklus I, siklus II mengalami kenaikan
dari nilai persen sebesar 58% meningkat 13% menjadi 71%.
2) Pengamatan Keterampilan Berbicara Siswa pada Siklus II
Hasil pengamatan tes keterampilan berbicara siswa kelas VIII
A MTs. Kaduaja sudah baik. Nilai rata-rata pengamatan tes
keterampilan berbicara siswa yang diikuti 33 siswa adalah 81,5.
Jumlah siswa yang sudah mencapai KKM 30 siswa, dan yang belum
mencapai KKM sebanyak 3 siswa. Selain itu, persentase siswa yang
sudah mencapai KKM sebesar 88%.
Hasil nilai keterampilan berbicara siswa menunjukkan bahwa
pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model
pembelajaran talking stick di MTs. Kaduaja Tana Toraja hasilnya
mengalami peningkatan. Peningkatan terlihat dari nilai keterampilan
berbicara pembelajaran pada siklus II. Nilai keterampilan berbicara
mengalami kenaikan dari sebelumnya pratindakan dan siklus I. Berikut
disajikan grafik peningkatan nilai rata-rata dan persentase pencapaian
KKM pratindakan ke siklus I dan siklus II.
75
Gambar 4. Peningkatan Nilai Rata-Rata Pratindakan ke Siklus I dan Siklus
II
Berdasarkan grafik tersebut diketahui rata-rata nilai pengamatan
keterampilan berbicara siswa pada siklus II juga meningkat dibandingkan
dengan pratindakan dan siklus I. Rata-rata nilai pratindakan sebesar 59,2,
siklus I rata-rata nilai mencapai 77,0, dan siklus II mencapai 81,5. Hal
tersebut berarti rata-rata nilai siklus II mengalami kenaikan sebesar 22,3
dari pratindakan dan 4,5 dari siklus I. Jumlah siswa yang mencapai KKM
pratindakan sebanyak 5 siswa, pada siklus I sebanyak 18 siswa, dan pada
siklus II 30 siswa. Hal ini berarti jumlah siswa yang mencapai KKM siklus
II meningkat sebesar 26 siswa dari pratindakan, dan 13 siswa dari sklus I.
Berikut ini merupakan tiga contoh hasil nilai keterampilan berbicara siswa
yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pratindakan Siklus II Siklus IINilai rata-rata
presentase
Column1
76
Tabel 7. Contoh Peningkatan Hasil Nilai Keterampilan Berbicara dari
Siklus I ke Siklus II
Nama Nilai
Siklus I Siklus II Prasiklus
Rasti 74 79 5
Mawar Zakiyah 73 74 1
Chelsy Al Mubarak 82 83 1
Hasil peningkatan nilai keterampilan berbicara siswa dalam
pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran
talking stick diperjelas dengan tabel sebagai berikut.
Tabel 8. Peningkatan Nilai Siklus I ke Siklus II
NO Aspek S-I S-II Peningkatan
1. Jumlah siswa yang
mencapai KKM
18 30 13
2. Jumlah siswa yang belum
mencapai KKM
17 3 13
3. Rat-rata 75,0 81,5 4,5
4. Presentase ketuntasan 51% 88% 37%
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa perhitungan hasil nilai
keterampilan berbicara siswa diikuti oleh 35 siswa. Hasil pada sklus I
sebanyak 20 siswa telah mencapai KKM, sementara 15 siswa belum
mencapai KKM, dengan rata-rata nilai yang dicapai adalah 77,0 dan
persentase ketuntasan tercapai 51%. Siklus II mengalami peningkatan lagi
sebanyak 30 siswa telah mencapai KKM, sementara 3 siswa belum
mencapai KKM, dengan rata-rata nilai yang dicapai adalah 81,5 dan
persentase ketuntasan tercapai 88%. Dari data tersebut disimpulkan bahwa
peningkatan siklus I ke siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM
sebanyak 13 anak, rata-rata nilai sebesar 4,5, dan persentase 37%. Angka
persentase yang diharapkan adalah sama dengan atau lebih besar 75% dari
jumlah siswa adalah mencapai batas ketuntasan dan target itu sudah
77
tercapai dengan ketuntasan mencapai 88%. Karena target tersebut sudah
tercapai maka penelitian berhenti pada siklus II.
Pelaksanaan pembelajaran siklus II merupakan perbaikan siklus I
berdasarkan hasil diskusi dengan guru. Pembelajaran siklus II berpidato
berdasarkan naskah pidato. Peneliti bersama guru menerapkan cara untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam belajar yaitu dengan
mewajibkan setiap siswa untuk menghafal naskah pidatonya dan berlatih
berpidato pada setiap pertemuan. Perpidato berdasarkan naskah pidato
membuat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa mendapat
pengalaman baru serta dapat mengembangkan wawasan dalam berpidato.
Pelaksanaan siklus II secara umum ditemukan hanya sedikit kendala.
Kendala tersebut yaitu ada 3 siswa yang belum mencapai KKM. Siswa-
siswa tersebut belum mencapai KKM karena penguasaan materinya masih
kurang. Berikut merupakan refleksi secara umum masing-masing aspek
kebahasaan dan nonkebehasaan keterampilan bicara siswa.
1. Aspek Kebahasaan
b. Tekanan
Penempatan tekanan pidato berdasarkan naskah pidato
mengalami peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek tekanan siklus
I adalah 3,9, dan pada siklus II meningkat sebesar 0,8 menjadi 4,7.
Ketepatan penyampaian tekanan lebih menarik perhatian bagi
pendengar (siswa lain) dan meningkatkan keefektivan berbicara.
c. Ucapan
Penempatan pengucapan pidato berdasarkan naskah pidato
mengalami peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek ucapan siklus
I adalah 5,1 dan pada siklus II meningkat sebesar 0,6 menjadi 5,7.
Pengucapan yang tepat membuat perhatian pendengar (siswa lain)
menjadi lebih memperhatikan pokok pembicaraan.
d. Nada dan Irama
Penempatan nada dan irama pidato berdasarkan naskah mengalami
peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek nada dan irama siklus I
78
adalah 4,2 dan pada siklus II meningkat sebesar 0,7 menjadi 4,9.
Ketepatan nada dan irama membuat topik pembicaraan menjadi lebih
menarik bagi pendengar (siswa lain).
2. Aspek nonkebahasaan
a. Kelancaran
Kelancaran pidato berdasarkan naskah mengalami peningkatan.
Rata-rata perolehan nilai aspek nada dan irama siklus I adalah 6,7 dan
pada siklus II meningkat sebesar 0,8 menjadi 7,5. Kelancaran berbicara
mempermudah pendengar (siswa lain) menangkap isi atau pokok
pembicaraan.
b. Penguasaan Materi
Penguasaan materi pidato berdasarkan naskah mengalami
peningkatan. Rata-rata perolehan nilai aspek nada dan irama siklus I
adalah 21,4 dan pada siklus II meningkat sebesar 1,5 menjadi 22,9.
Pengauasaan materi yang baik mempengaruhi kelancaran materi yang
disampaikan.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut di atas, keterampilan
berbicara menggunakan model talking stick (tongkat bicara)
berdasarkan naskah mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat
dari pelaksanaan tindakan siklus II yaitu siswa terlihat antusias ketika
mengikuti pembelajaran menggunakan model talking stick (tongkat
bicara). Perhatian siswa yang ditujukan kepada setiap penjelasan guru
dan pada saat siswa dari kelompok lain melakukan pidato berdasarkan
naskah . Peningkatan tersebut juga didukung dengan peningkatan nilai
keterampilan berbicara siswa.
Berdasarkan hasil nilai pengamatan tes keterampilan berbicara
siklus II yang diikuti oleh 33 siswa mengalami peningkatan. Hasil nilai
keterampilan berbicara yang diperoleh yaitu sebanyak 30 siswa telah
mencapai KKM, sementara 3 siswa belum mencapai KKM, dengan
rata-rata nilai yang dicapai adalah 81,5 dan persentase ketuntasan
tercapai 88%. Persentase pencapaian KKM sudah mencapai 88%, itu
79
artinya sudah mencapai target yang ditetapkan awal sebesar sama
dengan atau lebih besar 75%.
Siklus II siswa sudah menguasai aspek kebahasaan maupun
nonkebahasaan dalam keterampilan berbicara dengan baik. Aspek
kebahasaan yang sudah dikuasai siswa yaitu tekanan, ucapan, nada dan
irama, kosa kata/ungkapan atau diksi, serta struktur kalimat yang
digunakan. Sementara itu, aspek nonkebahasaan yang sudah dikuasai
siswa adalah kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan,
dan sikap. Ada 3 siswa yang belum mencapai KKM. Siswa-siswa
tersebut belum mencapai KKM karena penguasaan materinya masih
kurang. Berdasarkan pengamatan ada salah satu siswa yang terlihat
pucat. Peneliti mendekati siswa tersebut dan melakukan wawancara.
Berikut merupakan kutipan singkat wawancara peneliti dengan siswa
tersebut.
Peneliti : “Mengapa kamu terlihat pucat dan kesulitan berbicara pada
saat berpidato
SIF : “Perut saya sakit karena belum sarapan.”
Berdasarkan wawancara tersebut sesuai dengan pengamatan
yang dilakukan peneliti bahwa siswa tersebut terlihat pucat. Oleh
karena nilai rata-rata mencapai 81,5 dan persentase ketuntasan tercapai
88% sudah mencapai target, maka penelitian berhenti pada siklus II.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya
diterapkan dalam pembelajaran yang menarik dan tidak membuat siswa
menjadi bosan. Bahasa Indonesia SMP adalah program untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa dan sikap positif
terhadap bahasa Indonesia. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara salah
satunya adalah dengan memberikan pemecahan masalah terhadap
80
permasalahan yang menghambat siswa. Hal ini dapat dilaksanakan antara lain
dengan mengadakan penelitian tindakan kelas.
Peneliti bersama guru kelas VIII A mengidentifikasi permasalahan
yang menghambat pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan pada
pembelajaran pratindakan Bahasa Indonesia, guru belum menggunakan Model
talking stick. Guru menggunakan metode ceramah dan diskusi untuk
mempermudah menyampaikan tujuan pembelajaran. Beberapa siswa belum
menguasai materi yang dijadikan bahan diskusi dalam pembelajaran. Siswa
cenderung diam bila guru mengajukan pertanyaan, bahkan ada pula yang tidak
memperhatikan pertanyaan guru. Siswa berbicara hanya seperluanya saja,
misalnya ketika guru bertanya dan menunjuk salah satu siswa, kemudian
siswa tersebut menjawab pertanyaan yang diberikan. Keterampilan berbicara
tidak datang begitu saja, tetapi perlu dilatih secara berkala agar dapat
berkembang maksimal. Keterampilan diperoleh dan dikuasi dengan jalan
praktik.
Guru sebaiknya memberikan banyak kesempatan siswa untuk berlatih
dan praktik secara langsung. Keterampilan berbicara diperoleh melalui jalur
sekolah direncanakan secara khusus dan latihan-latihan. Guru sebaiknya
merancang pembelajaran yang secara berkala dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa. Setiap siswa diberikan dorongan dan motivasi
untuk mengemukakan pandangan dan pendapatnya, sehingga makin lama
terbentuk kebiasaan memperhatikan, memahami, dan menanggapi secara
kristis pembicaraan orang lain.
81
Bertitik tolak dari hal ini guru dan peneliti berusaha untuk
memperbaiki agar permasalahan yang dihadapi segera dapat dipecahkan.
Peneliti berdiskusi dengan guru melakukan penelitian tindakan kelas untuk
melaksanakan proses pembelajaran keterampilan berbicara mata pelajaran
Bahasa Indonesia di kelas VIII A dengan model talking stick. model ini
memberikan kesempatan siswa aktif dan semangat, dan juga terdorong untuk
terampil berbicara, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain,
mengembangkan rasa tenggang rasa, dan toleransi terhadap orang lain dalam
berbicara.
Peneliti menyiapkan sejumlah perangkat yang dibutuhkan, antara lain
RPP, lembar pengamatan guru dan lembar pengamatan kegiatan diskusi dan
evaluasi pidato siswa. Penerapan pembelajaran menggunakan model talking
stick dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I dilakukan
dalam 4 kali pertemuan, dan siklus II dilakukan 3 pertemuan.
Guru berperan sebagai pelaksana dan pembimbing siswa dalam
pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai pengamat jalannya pembelajaran.
Proses tindakan siklus I yang dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran
menggunakan model talking stick. Aktivitas siswa dan guru dalam kelas
diamati dan dinilai dengan berpedoman pada lembar pengamatan siswa dan
guru. Akhir proses pembelajaran hasil pengamatan didiskusikan dengan guru.
Aspek kebahasaan yang sudah dikuasai yaitu kosa kata/ungkapan atau
diksi, dan struktur kalimat yang digunakan. Aspek nonkebahasaan yang sudah
dikuasai yaitu keberanian, keramahan, dan sikap. Sebagian besar siswa belum
82
menguasai aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan dalam keterampilan
berbicara. Aspek kebahasaan yang belum dikuasi diantaranya: tekanan,
ucapan, nada dan irama. Aspek nonkebahasaan yang belum dikuasai meliputi
kelancaran dan penguasaan materi. Aspek-aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan yang belum dikuasai siswa disebabkan karena siswa tidak
menguasai materi, dan tidak hafal naskah percakapan bermain peran.
Penguasaan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan yang masih kurang
menyebabkan pendengar (siswa lain) menjadi bosan dan tidak memperhatikan
pokok pembicaraan yang disampaikan siswa.
Kegiatan berbicara berlangsung jika setidaknya ada dua orang yang
berinteraksi atau dengan kata lain seorang pembicara menghadapi seorang
lawan bicara. Kegiatan berbicara tersebut dapat bermakna jika informasi
(pokok pembicaraan) dapat diterima dengan baik oleh lawan berbicara. Oleh
karena itu, seorang pembicara sebaiknya menguasai aspek-aspek keterampilan
berbicara. Guru sebaiknya mempertahankan pembelajaran dengan model
talking stick agar aspek-aspek kebahasaan dan nonkebahasaan yang telah
dikuasai siswa meningkat. Aspek-aspek yang belum dikuasai guru sebaiknya
perlu menjelaskan kembali aspek-aspek keterampilan berbicara agar siswa
lebih paham dan menguasai aspek-aspek tersebut.
Berdasarkan pengamatan yang didukung diskusi peneliti dengan guru
kelas, kegiatan pembelajaran perlu ditingkatkan. Tindakan pembelajaran
siklus II berbeda dengan siklus I. Siklus I tindakan pembelajaran melalui
model talking stick berdasarkan naskah percakapan. Siklus II melalui model
83
talking stick berdasarkan naskah pidato. Siklus II pidato berdasarkan naskah
dengan tujuan agar masing-masing siswa benar- benar mendalami isi pidato
yang mereka sampaikan. Tujuan lain agar siswa menghayati peran yang
mereka perankan tersebut.
Kegiatan lain yang membedakan siklus I dan siklus II yaitu peneliti
dan guru mempunyai alternatif tindakan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa yaitu dengan mewajibkan setiap siswa untuk menghafal
naskah pidato sehingga pada saat memerankan menjadi lancar dan jelas. Siswa
dilatih berpidato pada setiap pertemuan. Kegiatan berpidato melatih
keterampilan berbicara siswa. Keterampilan berbicara pada dasarnya
merupakan suatu proses yang memerlukan latihan secara berkala. Latihan
keterampilan yang berkala siswa perlu dilatih tekanan, ucapan, nada dan
irama, kosa kata/ungkapan atau diksi, kelancaran, penguasaan materi,
keberanian, keramahan serta sikap dalam berbicara.
Proses pembelajaran siklus II berpidato berdasarkan naskah dilakukan
berdasarkan RPP yang telah disusun sebelumnya. Guru memfokuskan
penjelasan aspek-aspek keterampilan berbicara yang belum dikuasai siswa.
Siklus II lebih difokuskan pada tekanan, ucapan, nada dan irama (aspek
kebahasaan) serta kelancaran dan penguasaan materi (aspek nonkebahasaan)
yang masih kurang. Siswa juga dilatih berpidato pada setiap pertemuan.
Tindakan berpidato siklus II berdasarkan naskah. Siswa antusias dan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika mengikuti pembelajaran.
84
Keterampilan berbicara melalui model pembelajaran talking stick
berdasarkan naskah siklus II mengalami peningkatan. pidato berdasarkan
naskah melatih siswa untuk menghayati dan menghargai perasaan orang lain,
membagi tanggung jawab, mengambil keputusan dalam situasi kelompok,
melatih kerja sama, serta mengerti dan menghargai kelompok.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara ada
empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Pada tahap pelaksanaan peneliti mempersiapkan RPP, menyiapkan alat
bantu(tongkat berukuran 20cm), dan menyiapkan lembar observasi dan lembar
penilaian mengenai keterampilan berbicara.
Pada tahap pelaksanaan atau tindakan terdapat empat kali pertemuan
untuk siklus I dan tiga kali pertemuan untuk siklus II, setiap pertemuan guru
mengajak siswa untuk sama-sama berdoa dipimpin oleh salah satu siswa yang
bertugas saat itu, guru menjelaskan indikator pembelajaran kepada siswa, guru
menjelaskan materi tentan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan terlebih
dahulu, guru membagi kelompok, setiap kelompok terdapat tuju anggota
setiap siswa dituntut untuk bekerja sama dan saling memberi pengertian satu
sama lain saat sedang berdiskusi, guru membagikan naska pidato untuk
dipelajari, guru menyiapkan lembar observasi dan penilaian, kemudian guru
merefleksikan bersama siswa pelajaran yang telah dipelajari, guru menutup
pembelajaran dengan berdoa.
setiap pertemuan guru berupaya meningkatkan keterampilan berbicara
dengan melihat kelemahan siswa dalam berbicara pada pertemuan
85
sebelumnya, guru mengukur keterampilan berbicara dengan menggunakan
teori aspek kebahasaan dan nonkebahasaan untuk mengukur keterampilan
berbicara siswa.
Hasil rata-rata nilai pratindakan yaitu 59,2 dengan persentase 14%.
Jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM sebanyak 5 siswa, 30 siswa yang
lain masih belum mencapai KKM.
Hasil pembelajaran siklus I berdasarkan naskah pidato pada dasarnya
sudah mengalami peningkatan. Rata-rata nilai keterampilan berbicara siklus I
yang diperoleh sebesar 77,0 dengan persentase ketuntasan mencapai 51%.
Peningkatan rata-rata pratindakan ke siklus I sebesar 17,8. Peningkatan
persentase pratindakan ke siklus I sebesar 37%. Kegiatan tersebut kurang
mengena pada siswa, karena ditemukan masalah dalam siklus I. Ada 17 siswa
yang belum mencapai KKM.
Hasil pembelajaran siklus II proses pembelajaran pidato berdasarkan
naskah mengalami peningkatan. Rata-rata nilai keterampilan berbicara yang
diperoleh sebesar 81,5 dengan persentase ketuntasan mencapai 88%.
Peningkatan keterampilan berbicara siswa siklus II ditunjukkan adanya
peningkatan rata-rata nilai yang dicapai oleh siswa dari proses pembelajaran
siklus I ke siklus II. Siklus I diperoleh rata-rata nilai 77,0, sedangkan siklus II
rata-rata nilai meningkat menjadi 81,5 menunjukkan bahwa peningkatan
sebesar 4,5. Sikus I persentase sebesar 51%, sedangkan siklus II persentase
meningkat menjadi 88% menunjukkan bahwa peningkatan sebesar 37%.
86
Berdasarkan peningkatan nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa,
dan persentase di atas diketahui bahwa penggunaan model talking stick dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia pada siswa kelas VIII A MTs. Kaduaja Tana Toraja. Pembelajaran
siklus II masih ditemukan 3 anak yang belum mencapai KKM. Oleh karena
target dalam penelitian nilai rata-rata sama dengan atau lebih besar 75 dan
persentase ketuntasan sama dengan atau lebih besar dari 75% sudah tercapai
pada siklus II maka penelitian berhenti di siklus II.
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia melalui Model Talking
Stick dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VIII A MTs.
Kaduaja. Tindakan pembelajaran siklus I siswa berpidato berdasarkan
naskah dengan memperhatikan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
Berdasarkan hasil tes pengamatan keterampilan berbicara, siswa tidak
mengalami kendala dalam aspek kebahasaan (kosa kata/ungkapan atau diksi
dan struktur kalimat yang digunakan) dan aspek nonkebahasaan (keberanian,
keramahan, dan sikap). Tindakan berpidato siklus II berdasarkan naskah.
Siklus II lebih difokuskan pada aspek kebahasaan (tekanan, ucapan, serta
nada dan irama) dan aspek nonkebahasaan (kelancaran dan penguasaan
materi) yang masih kurang. Hasil tes pengamatan keterampilan berbicara
siklus II mengalami peningkatan. Pembelajaran keterampilan berbicara
melalui model talking stick berdasarkan naskah menunjukkan peningkatan
keterampilan berbicara siswa.
Peningkatan tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas yang
telah diperoleh. Pada saat sebelum dilaksanakan tindakan, nilai rata-rata
kelas yang diperoleh yaitu 59,2. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I
nilai rata-rata kelas 77,0. Pada siklus II nilai rata-rata kelas semakin naik,
rata-rata kelas meningkat menjadi 81,5. Selain dari rata-rata nilai kelas,
pencapaian nilai KKM juga meningkat, yaitu pada pratindakan pencapaian
KKM sebesar 14%, pada siklus I pencapaian nilai KKM sebesar 51%, dan
siklus II pencapaian nilai KKM semakin meningkat yaitu 88%. Hal ini
berarti keterampilan berbicara siswa semakin meningkat dengan
menggunakan model talking stick.
87
88
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka saran-
saran yang peneliti berikan sebagai berikut.
1. Guru
Guru sebaiknya menggunakan model Talking Stick dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia karena terbukti dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa.
2. Siswa
Siswa sebaiknya memperhatikan aspek-aspek kebahasaan dan
nonkebahasaan yang dapat menunjang keefektivan berbicara dalam
kegiatan berpidato.
3. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya
dan memberikan pengalaman belajar yang dapat menumbuhkan inovasi
dalam keterampilan berbahasa.
89
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. Dkk. 2009. Penelitian Tindak Kelas. Jakarta: Bumi
Aksara
Awaliyah Puji Lestari. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Melalui Metode Sosiodrama pada Siswa Kelas V SD N 2
Pengasih Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon
Prpgo.Skripsi.UNY.
Burhan Nurgiyantoro. (2012). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Cahyani, Isah. (2007). Kemampuan berbahasa Indonesia di sekolah.
Bandung: UPI PRESS..
Darmuki, dkk. 2017. Evaluating information-processing-based learning
cooperative model on speaking skill course. Journal of language
teaching and research (online). 8(1),44-51.
Fatona Siti. 2004. Pengaruh Berbicara. Buku Ajar: Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Hamzah B. Uno. (2010). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani, 2011. Strategi belajar mengajar. Bandung: cv pustaka setia
Bandung.
Hajrah. 2018. Peningkatan keterampilan berbicara dengan menggunakan
metode bermain peran (roye playing) siswa kelas VII MTs. Yapit
Tonrorita Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa. Skripsi tidak
diterbitkan. Makassar. Universitas Muhammadiyah Makassar.
Khalidja, Siti. 2010. Evaluasi keterampilan berbicara dalam pembelajaran
bahasa Indonesia. Jurnal visi ilmu pendidikan,(Online),Vol.
2,(http://scholar.google.co.id, diakses 24 Juli 2019).
Kusuma, Wijaya & Dwitagama, Dedi.(2012). Mengenal Penelitian Tindak
Kelas. Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media
Kurniasih dan Sani. 2015. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Kata Pena.
Mulyati, Yeti, dkk. 2014. Bahasa Indonesia. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Megawati. 2013. Penerapan model pembelajaran talking stick berbantuan
media gambar berseri untuk meningkatkan keterampilan
berbahasa lisan. Jurnal pendidikan anak usia dini
undiksa,(Online),Vol. 1 No. 1,
(http://dx.doi.org/10.23887/paud.v1i1.1040, diakses 31 Mei
2019).
Maufur, Hasan dan Fauzu. 2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan.
Semarang: Sindur Press.
Mulyasa. 2012. Praktek Penelitian Tindak Kelas. Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya.
Musaba. 2012. Peningkatan Keterampilan Berbicara. Yogyakarta: cv.
Nurjamal, Daeng, Warta, dan Riadi. 2014. Terampil Berbahasa.
Bandung: Alfabeta, cv.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia. Yogjakarta: BPFE.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Oemar Hamalik. (2008). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmawati Wulansari. 2016 penerapan model pembelajaran talking stick
untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada
pembelajaran bahasa Indonesia.
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan
Indonesia Memasuki Millennium III. Yogyakarta: Adi Cita.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Saddhono, Kundharu dan St. Y. Slamet. (2012). Meningkatkan
Keterampilan Berbahasa Indonesia (Teori Dan Aplikasi).
Bandung: Karya Putra Darwati.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setyonegoro. 2013. Keterampilan berbicara. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Suryosubroto, B. 2009. Proses belajar mengajar di sekolah: wawasan
baru, beberapa metode pendukung dan beberapa komponen
layanan khusus. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Satria. (2008). Pengertian Keterampilan dan Jenisnya. Diakses dari
http://id.shvoong.com/business-management/human-
resources/2197108-pengertian-keterampilan-dan-jenisnya/ pada
13 Desember 2012 jam 21.45 WIB.
Sugihartono, dkk, 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers.
Samuel Mamonto meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas VIII
SMP Hikma Yaois Jayapura Melalui Pendekatan Komunikatif
dan Teknik Cerita Berantai. Skripsi : tidak diterbitkan
Tarigan, H. G. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tim penyusun FKIP Unismuh Makassar. 2016. Pedoman Penilaian
Skripsi. Makassar: FKIP Unismuh Makassar.
Vanda Hardinata. (2012). Peran Guru SD Menyikapi KTSP. Diakses dari
http://vanda.lecture.ub.ac.id/2012/10/peran-guru-sd-menyikapi-
ktsp/ yang diunduh pada 15 September 2016 jam 10.15 WIB.
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
LAMPIRAN
Lampiran 1:
Daftar Nama Siswa kelas VIIIA MTs. Kaduaja
Nomor
Urut
Nama siswa
1 Abdul Salam
2 Abdul Kadir
3 Ahmad Saldi
4 Aisyah
5 Anfa Maulana Raka
6 Asmaul Husna
7 Chelsy Almubarak
8 Fahri Firmansya
9 Fatma
10 Fauzan
11 Halifa
12 Intan Adelia
13 Khaidar Nasir
14 Liska Manggallo
15 Mawar Zakiyah
16 Muhsardan
17 Muh. Aan Al-fatih
18 Muh. Ilham Sukri
19 Muhammad Risal
20 Mustaf Ayubi
21 Mutmainna
22 Nur Halim
23 Nur Halisah
24 Nuranisa Datu Limbong
25 Rahmi Tallao
26 Resti
27 Sadia
28 Sintia
29 Usnul Datma
30 Widya Astuti Hadi M
31 Yusri K
32 Jeprianto
33 Aslam Saputra
34 Ikram
Lampiran 2:
Rubrik Penskoran Lembar Observasi Kegiatan Siswa
dalam Diskusi dan Mengevaluasi Pidato yang Dikembangkan Peneliti
No Aspek yang Diamati Skor
1.
Pemerataan kesempatan berbicara
Tidak terdapat pemerataan kesempatan berbicara
1
Pemerataan kesempatan berbicara hanya pada beberapa siswa
2
Pemerataan kesempatan berbicara pada sebagian besar siswa
3
Pemerataan kesempatan berbicara pada semua siswa
4
2.
Keterarahan pembicaraan
Pembicaraan tidak terarah
Pembicaraan kurang terarah dan tidak jelas
Pembicaraan terarah tapi tidak jelas
Pembicaraan terarah dengan baik dan jelas
3.
Kejelasan bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan tidak jelas
1
Bahasa yang digunakan masih terbata-bata
2
Bahasa yang digunakan jelas tapi belum tepat
3
Bahasa yang digunakan sangat jelas dan tepat
4
4.
Kebakuan bahasa yang digunakan
Semua bahasa yang digunakan tidak baku
1
Bahasa yang digunakan banyak yang tidak baku
2
Bahasa yang digunakan lebih banyak yang baku
3
Semua bahasa yang digunakan sudah baku
4
5.
Penalaran dalam berbicara
Dalam berbicara tidak terdapat penalaran
Dalam berbicara sedikit terdapat penalaran
Dalam berbicara terdapat penalaran tetapi belum jelas
Dalam berbicara terdapat penalaran dengan baik
6.
Kemampuan mengemukakan ide baru
Siswa tidak mampu mengemukakan ide baru
1
Siswa mampu mengemukakan ide baru tetapi masih salah
2
Siswa mampu mengemukakan ide baru sudah hampir benar
3
Siswa mampu mengemukakan ide baru dengan baik dan
benar
4
7.
Kemampuan menarik kesimpulan
Siswa tidak mampu menarik kesimpulan
1
Siswa mampu menarik kesimpulan tetapi masih salah
2
Siswa mampu menarik kesimpulan sudah hampir benar
3
Siswa mampu menarik kesimpulan dengan baik dan benar
4
8.
Kesopanan dan rasa saling menghargai
Tidak ada kesopanan dan rasa saling menghargai
1
Kesopanan dan rasa saling menghargai hanya pada beberapa
siswa
2
Kesopanan dan rasa saling menghargai pada sebagian besar
siswa
3
Kesopanan dan rasa saling menghargai baik pada semua siswa
4
9.
Keterkendalian proses berbicara
Proses pembicaraan tidak terkendali
1
Proses pembicaraan hanya sedikit yang terkendali
2
(Sumber: Awaliyah Puji Lestari, 2011: 65-66)
Proses pembicaraan terkendali tetapi belum baik
Proses pembicaraan terkendali dengan baik
3
10
Ketertiban berbicara
Semua siswa berbicara tidak tertib
Sedikit siswa yang berbicara dengan tertib
Sebagian besar siswa berbicara dengan tertib
Semua siswa berbicara dengan tertib
1
2
3
4
11.
Kehangatan dan kegairahan dalam berbicara
Pengendalian emosi 1
Tidak ada kehangatan dan kegairahan dalam berbicara
2
Kehangatan dan kegairahan berbicara hanya pada beberapa siswa 3
Kehangatan dan kegairahan berbicara pada semua siswa
4
12. Emosi tidak terkendali
Emosi beberapa siswa terkendali
1
Emosi sebagian besar siswa terkendali 2
Emosi terkendali dengan baik pada semua siswa
3
Emosi terkendali dengan baik pada semua siswa
4
Lampiran 3:
Rubrik Penskoran Penilaian Berbicara Siswa yang Dikembangkan Peneliti
No.
Aspek yang dinilai
Skor
Kebahasaan
1. Tekanan
Tidak terdapat penekanan kata dalam berbicara 1-2
Penekanan kata dalam berbicara hanya pada beberapa kata 3-4
Penekanan kata dalam berbicara hanya pada beberapa kata 5-6
Penekanan kata dalam berbicara tepat dan benar
2.
Ucapan
Banyak ucapan yang tidak tepat
0-2
Ucapan ada yang tepat, ada yang tidak tepat 3-5
Ucapan tepat dan
benar
6-8
3.
Nada dan irama
Tidak tepat dan tidak enak di dengarkan
1-2
Tepat tetapi kadang tidak enak didengarkan
3-4
Tepat dan enak didengarkan
5-6
4. Kosa kata/ungkapan atau diksi
Tidak tepat dan monoton
1-3
Tepat tetapi tidak bervariasi
4-6
Tepat dan bervariasi
7-10
5.
Struktur kalimat yang digunakan
Penggunaan kalimat tidak benar
1-3
Penggunaan kalimat tidak benar
Penggunaan kalimat benar
4-6
7-10
Nonkebahasaan
6.
Kelancaran
Tidak lancar, banyak mengalami hambatan berbicara
1-3
Lancar, kadang mengalami hambatan dalam berbicara
4-6
Sangat lancar, tanpa hambatan dalam berbicara
7-10
7.
Penguasaan materi
Tidak menguasai materi sama sekali
1-10
Menguasai materi cukup, kadang-kadang lupa materi
11-20
Menguasai seluruh materi dengan baik
21-30
8.
Keberanian
Tidak berani dan ada rasa takut dalam berbicara
1-3
Berani tetapi ada rasa takut dalam berbicara
4-6
Berani tanpa ada rasa takut dalam berbicara
7-10
Keramahan
Tidak ramah terhadap lawan bicara
0-2
Ramah terhadap beberapa lawan bicara
3-5
Ramah terhadap semua lawan bicara
6-8
Sikap
Banyak tingkah, mengganggu jalannya komunikasi
1-2
Kurang tenang, kadang-kadang melakukan gerakan yang
tidak perlu
3-4
Tenang, tidak banyak tingkah, mendukung jalannya
berbicara
5-6
Sumber: Modifikasi Valette, 1967; Harris, 1969, Akhadiyah, 1988 dalam Ahmad
Rofi‟uddin & Darmiyati Zuhdi, 1998/1999: 245
Lampiran 4:
KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL
(KKM)
Mata Pelajaran : BAHASA INDONESIA
Kelas : V IIIA
Semester : 1 (Sat)
N
o
Standar
Kompetensi
Kompotensi Dasar Penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimal
kompleksi
tas
Daya
kuran
g
Inta
ke
KK
M
(1
)
2 3 4 5 6 7
1. MENDENGARK
AN
1. Memahami isi
pidato tentang
suatu
peristiwa dan
cerita yang
disampaikan
secara optimal
1.1.Menanggapi
cerita tentang
peristiwa yang
terjadi di
sekitar yang
disampaikan
secara lisan
74 76 75 75
1.2.Mengindentifi
kasi unsur
cerita (tokoh,
tema, latar,
amanat)
75 75 75 75
KKM MENDENGARKAN 75
2. BERBICARA
2. Menggunak
an pikiran
dalam
diskusi dan
berpidato
2.1.Mengomentari
persoalan
faktual alasan
yang
mendukung
dengan
memperhatikan
pilihan kata dan
santun
berbahasa
75 74 76 75
2.2.berpidato
dengan lafal,
intonasi, dan
ekspresi yang
tepat
75 75 75 75
KKM BERBICARA 75
3. MEMBACA
3. Memahami
teks dengan
membaca
sekilas,
membaca
memindai dan
membaca
3.1.Membandingk
an isi dua teks
yang dibaca
dengan
mambaca
sekilas
75 75 75 75
3.2.Menentukan
informasi
secara cepat
dari berbagai
teks khusus
yang
dilakukan
melalui
membaca
memindai
76 75 74 75
KKM MEMBACA 75
4. MENULIS
4. Mengungka
pkan
pikiran,
informasi
dan fakta
secara
tertulis
dalam
4.1.Meringkas isi
buku yang
dipilih sendiri
dengan
menggunakan
perhatikan
penggunaan
ejaan
75 75 75 75
bentuk
ringkasan,
laporan, dan
puisi bebas
4.2.Menulis puisi
bebas dengan
pilihan kata
yang tepat
75 76 74 75
KKM MENULIS 75
KKM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA 75
Mengetahui, Kaduaja, 11 Agustus 2020
Kepala Sekolah MTs. Kaduaja Tana Toraja Guru Kelas
Ramli Parewa, S.Ag Mely Alim Rasyid, S.Pd
NIP 197401152005011007
Lampitan5: Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran guru
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII A
Semester : 1 (Satu)
Hari/Tanggal :
Siklus : Pratindakan
Pertemuan : 1
Beri tanda cek pada kolim pelaksanaan yang sesuai !
Isilah kolom keterangan bila perlu !
No Aspek yang diamati Pelaksanaan Keterangan
Ya
Tidak
1. Kegiatan Awal
a. Siswa bersama guru
melakukan
brainstorming untuk
memilih topic
Guru menentukan
langsung topik yang
dipelajari
b. Siswa bersama guru
memahami dan
menguji topic
Guru memberikan
penjelasan materi
persoalan yang akan
dipelajari
c. Guru menyiapkan
kerangka
pembicaraan(pendahu
luan, isi, dan penutup)
Dalam diskusi tidak ada
kerangka pembicaraan,
guru membagi LKS yang
dijadikan bahan diskusi
siswa
d. Siswa bersama guru
memanaskan suasana
kelompok
Tidak ada kegiatan
memanaskan kelompok,
siswa hanya berkumpul
dengan anggota
kelompoknya untuk
berdiskusi
e. Siswa bersama guru
memili partisipan
Pemilihan kelompok
dilakukan berurut sesuai
nomor urut
f. Siswa bersama guru
mengatur tempat
untuk berdiskusi dan
berpidato
Tempat diskusi diatur
dengan menggunakan
dua meja yang
berdekatan(depan
belakang)
2. Kegiatan Inti
a. Siswa diberi
kesempatan untuk
berpidato oleh guru
Model pembelajaran
yang digunakan bukan
model Talking Stick
melainkan metode
ceramah dan diskusi
b. Siswa diberi
kesempatan diskusi
dan evaluasi pidato
oleh guru
Kegiatan hanya
berdiskusi, sehingga
tidak ada kegiatan
mengevaluasi pidato
c. saiswa dibimbing
Siswa dibimbing guru
dalam presentasi
menyampaikan hasil
diskusi
3 Kegiatan Akhir
Siswa bersama guru
melakukan refleksi
pembelajaran
Siswa bersama guru
merefleksi pembelajaran
yang dilakukan tujuannya
agar siswa lebih
memahami cara berpida
agar tidak terbata-bata
dalam menyampaikan
materi
(sumber:Modifikasi Achmad Fawaid Ateilla Mirza,2011:332)
Kaduaja, Agusrus 2020
pengamat
AINA
NIM 105331107216
Lampiran 6:
Tabel Rangkuman Kegiatan Pratindakan Pembelajaran Guru
No Aspek yang Diamati Pratindakan
Ya Tidak
A. Kegiatan Awal
1. Membuka pelajaran √ -
2. Berdoa √ -
3. Menanyakan siapa siswa yang tidak masuk hari
itu
√ -
4. Mengkondisikan siswa sebelum memulai
pelajaran
√ -
5. Menyampaikan tujuan pembelajaran √ -
6. Menjelaskan materi pembelajaran √ -
7. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok √ -
B. Kegiatan Inti
8. Memberi kesempatan siswa melakukan diskusi √ -
9. Membimbing siswa melakukan presentasi √ -
10. Membuat kesimpulan √ -
C. Kegiatan Akhir
11. Melakukan refleksi pembelajaran √ -
12. Mengkondisikan siswa sebelum menutup
pelajaran
√ -
13. Menutup pelajaran √ -
Lampiran 7:
Lembar Observasi pratindakan Terhadap Kegiatan Siswa dalam Diskusi
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII A
Semester : I (Satu)
Hari/Tanggal :
Berilah tanda cek pada kolom kotak yang sesuai
(Sumber: Valette, 1967; Harris, 1969, Akhadiyah, 1988 dalam Ahmad Rofi‟uddin
& Darmiyati Zuhdi, 1998/1999: 245)
Keterangan :
1. : Tidak Ada
2. :Beberapa
3. :Sebagian Besar
4. :Semua
Kaduaja, Agustus 2020
Pengamat
Aina
NO Aspekn yang diamati Kriteria Penilaian
1 2 3 4
1 Pemerataan kesempatan berbicara √
2 Keterarahan pembicaraan √
3 Kejelasan bahasa yang digunakan √
4 Kebakuan bahasa yang digunakan √
5 Penalaran dalam berbicara √
6 Kemampuan mengemukakan ide baru √
7 Kemampuan menarik kesimpulan √
8 Kesopanan dan rasa saling menghargai √
9 Keterkendalian proses berbicara √
10 Ketertiban berbicara √
11 Kehangatan dan kegairahan dalam berbicara √
12 Pengendalian emosi √
Jumlah skor 2 20
Jumlah skor total(R) 22
Skor maksimal (SM) 48
Jumlah presentase Keterampilan Berbicara melalui
diskusi
(𝑁𝑃 =𝑅
𝑆𝑀x 100)
22
48𝑥100 = 45%
Lampiran 8:
Nilai Pratindakan
No Nama nilai Pencapaian KKM
1. Abdul Salam 51 Belum Tercapai
2. Abdul Kadir 56 Belum Tercapai
3. Ahmad Saldi 55 Belum Tercapai
4. Aisyah 57 Belum Tercapai
5. Anfa Maulana Raka 51 Belum Tercapai
6. Asmaul Husna 58 Belum tercapai
7. Chelsy Almubarak 75 Tercapai
8. Fahri Firmansya 76 Belum Tercapai
9. Fatma 52 Belum Tercapai
10. Fauzan 61 Belum Tercapai
11. Halifa 53 Belum Tercapai
12 Intan Adelia 57 Belum Tercapai
13 Khaidar Nasir 53 Belum Tercapai
14 Liska Manggallo 63 Belum Tercapai
15 Mawar Zakiyah 57 Tercapai
16 Muhsardan 58 Belum Tercapai
17 Muh. Aan Al-fatih 55 Belum Tercapai
18 Muh. Ilham Sukri 53 Belum Tercapai
19 Muhammad Risal 52 Belum Tercapai
20 Mustaf Ayubi 65 Belum Tercapai
21 Mutmainna 58 Belum Tercapai
22 Nur Halim 58 Belum Tercapai
23 Nur Halisah 61 Belum Tercapai
24 Nuranisa Datu Limbong 75 Tercapai
25 Rahmi Tallao 77 Tercapai
26 Resti 59 Belum Tercapai
26 Sadia 58 Belum Tercapai
28 Sintia 57 Belum Tercapai
29 Usnul Datma 75 Belum tercapai
30 Widya Astuti Hadi M 61 Belum Tercapai
31 Yusri K 76 Belum tercapai
32 Jeprianto 75 Belum tercapai
33 Aslam Saputra 59 Belum tercpai
34 Ikram 57 Tercapi
35 53 Belum tercapaia
Jumlah
Rata-rata
Jumlah siswa yang mencapai KKM
Jumlah siswa yang belum mencapai
KKM
Presentase pencapaian KKM
Lampiran 9:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah/satuan pendidikan : MTs. Kaduaja
Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : VIII/2
Materi pokok : Pidato
Alokasi waktu : 2x40 menit
A. Kompetensi Inti
KI.1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI.2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur,disiplin,santun,percaya
diri,peduli, danbertanggung jawabdalam berinteraksi secara efektif
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan
regional.
KI3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik
sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentangilmu
pengetahuan,teknologi,seni,budayadengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
KI4 Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji
secarakreatif, produktif,kritis,mandiri,kolaboratif, dan komunikatif,
dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari
di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
C. Tujuan Pembelajaran
pertemuan pertama
setelah mengikuti pembelajaran tentang, siswa diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi informasi dalam teks pidato persuasif
2. menentukan informasi dalam teks pidato persuasif
3. menentukan tujuan dan fungsi teks pidato persuasif
pertemuan kedua
setelah mengikuti pembelajaran teks pidato persuasif, siswa
diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi ungkapan yang menyakinkan berdasarkan etika dalam
pidato persuasif
2. mengidentifikasi ungkapan yang menyakinkan berdasarkan emosi dalam
pidato persuasif
3. mengidentifikasi ungkapan yang menyakinkan berdasarkan logika dalam
pidato persuasif.
Kompetensi Dasar Indikator
3.3 Mengidentifikasi
gagasan, pikiran,
pandangan, arahan
atau pesan dalam
pidato persuasive
tentang
permasalahan actual
yang didengar dan
dibaca.
3.3.1
3.3.2
3.3.3
Mengidentifikasi informasi teks
pidato persuasive yang
didengar/dibaca
Menentukan informasi dalam teks
pidato persuasive yang
didengar/dibaca
Mengidentifikasi ungkapan yang
menyakinkan berdasarkan etika,
emosi,dan logika dalam teks pidato
persuasive yang didengar/dibaca
4.3 menyimpulkan
gagasan,
pandangan, arahan
atau pesan dalam
pidato (lingkungan
hidup, kondisi
social, dan atau
keragaman budaya)
yang didengar atau
dibaca
4.3.1
4.3.3
Mengidentifikasi teks pidato
persuasive yang didengar/dibaca
Menyimpulkan isi pidato yang
didengar/dibaca.
pertemuan ketiga
setelah mengikuti pembelajaran teks pidato persuasif, siswa diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi cara mengungkapkan etika, emosi, dan logika dalam
pidato persuasif
2. menyimpulkan hasil identifikasi pidato persuasif.
pertemuan keempat
setelah mengikuti pembelajaran teks pidato persuasif, siswa diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi isi pidato persuasif
2. menyimpulkan isi pidato persuasif
D. Materi Pembelajaran
1. Teks pidato persuasif
2. tujuan dan fungsi pidato persuasif
3. cara berpidato persuasif
4. unsur-unsur pidaato persuasif
E. Metode/Model pembelajaran
b. talking stick
F. Media/alat, bahan dan sumber belajar
1. media:
Teks pidato dan tongkat berukuran 20cm
2. Bahan:
a. video pidato persuasif
b. teks pidato persuasif
3. Sumber belajar:
Triyanto, Agus. 2016. buku siswa bahasa indonesia SMP/MTS. kelas IX.
jakatra: kemendikbut.
G. Kegiatan Pembelajaran
pertemuan pertama
Langka/tahap Kegiatan pembelajaran waktu
pendahuluan 1. Guru membuka kegiatan pembelajaran
dengan berdoa
2. guru membimbing siswa menyerukan
salam PPK.
3. guru menanyakan ketidakhadiran
siswa.
4. guru menyampaikan KD, indicator, dan
tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan.
5. guru dan siswa menyepakati langkah-
langkah kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai
kompetensi.
6. guru membagi siswa menjadi enam
kelompok
15
Kegiatan inti 1. siswa mendengarkan teks pidato
persuasif.
2. siswa berdiskusi tentang pidato
persuasif yang telah didengarkan.
3. siswa memprediksi isi pidato
tersebut.
4. dengan dipandu guru, siswa
membuat pertanyaan secara
berkelompok mengenai informasi
dalam pidato persuasi.
5. siswa mengidentifikasi informasi
dalam teks pidato persuasif yang
telah didengar.
6. masing-masing kelompok mencari
55
informasi dari berbagai sumber
informasi atau berdiskusi dengan
anggota kelompoknya tentang
pidato persuasi dan cara
mempersuasi berdasarkan etika,
emosi, dan logika.
7. siswa mempersentasikan hasil
kerja diskusi kelompok di depan
kelas.
8. siswa lain diberi kesempatan untuk
menyampaikan tanggapan.
Penutup 1. guru memberi penguatan terkait
dengan materi yang telah
dipelajari.
2. siswa dibantu oleh guru
menyimpulkan hasil pembelajaran
yang telah berlangsung.
3. siswa menerima tugas untuk
membuat sebuah pidato persuasif
yang bertemakan bebas kemudian
di praktikkan didepan kelas.
4. siswa merefleksi proses KBM
yang berlangsung.
5. guru beserta siswa mengakhiri
kegiatan belajar mengajar dengan
mengucap syukur kehadirat Tuhan
yang Maha Esa.
10
pertemuan kedua
Langka/tahap Kegiatan pembelajaran waktu
pendahuluan 1. guru membuka kegiatan
pembelajaran dengan berdoa.
2. guru menanyakan ketidak hadiran
siswa.
3. guru membimbing siswa menyerukan
salam
4. guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dilakukan
5. guru memberikan motivasi kepada
siswa guru dan siswa menyepakati
langka-langka kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai
kompetensi.
15
Kegiatan Inti 1. siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok yang terdiri atas 5 orang
2. siswa membaca dua teks pidato
persuasif(literasi)
3. setiap kelompok mengidentifikasi
teks pidato yang dibaca
4. siswa menuliskan informasi dari dua
teks pidato yang dibaca.
5. dengan dipandu guru, siswa membuat
pertanyaan secara berkelompok
mengenai unsur-unsur pidato
persuasif.
6. siswa menukarkan hasil kerja dengan
hasil kerja kelompok lain.
7. setiap kelompok memberikan
penilaian atas hasil kelompok lain.
8. setiap kelompok menyampaikan
hasil penilaiannya, kelompok lain
menanggapi.
55
Penutup 1. siswa dan guru menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah berlangsung.
2. siswa menerima tugas dari guru,
yaitu menyimak pidato persuasif dari
tayangan televise/radio lalu
menyimpulkan isisnya.
3. guru beserta siswa mengakhiri
kegiatan belajar mengajar dengan
mengucap syukur kehadirat Tuhan
yang Maha Esa.
10
pertemuan ketiga
Langkah/tahap Deskripsi kegiatan Waktu
pendahuluan 1. peserta didik
melakukan doa
sebelum
belajar(meminta
seorang peserta didik
untuk memimpin doa)
2. guru mengecek
kehadiran peserta
didik untuk
mempersiapkan
perlengkapan dan
peralatan yang
diperlukan.
3. peserta didik
menerima informasi
tentang pembelajaran
yang akan
dilaksanakan dengan
materi yang memiliki
keterkaitan dengan
materi sebelumnya.
Kegiatan Inti 1. peserta didik
menerima
informasi tentang
kompetensi, ruang
lingkup materi,
tujuan, manfaat,
langkah
pembelajaran,
metode penilaian
yang akan
dilaksanakan.
2. guru bertanya
mencari informasi
tentang
menyimpulkan
kalimat inti tiap
paragraph dari
bagian isi pidato
peserta didik
menjawab.
3. guru mengaitkan
materi
menyimpulkan
kalimat inti tiap
paragraph dari
bagian isi pidato
peserta didik yang
diajarkan dengan
kehidupan nyata.
4. peserta didik
diminta guru
untuk
mengamatidan
mendengarkan
pidato yang
disampaikan
5. setelah diskusi
dan pidato selesai
beberapa
perwakilan
kelompok
menyajikan secara
tertulis dan lisan
hasil
pembelajaran atau
apa yang telah
dipelajari atau
didiskusikan.
6. guru memberikan
tepuk tangan
kepada kelompok
yang sudah
tampil
mempresentasika
n hasil diskusinya.
Penutup
H. Penilaian
1. Pengamatan Siswa
2. Penilaian Keterampilan Berbicara Siswa ( Tes Akhir)
3. Kriteria Keberhasilan
Oleh karena konteks pembelajaran MTs.Kaduaja, kriteria keberhasilan
dipaparkan sebagai berikut.
a. Siswa dianggap berhasil jika memperoleh nilai > 75.
b. Pembelajaran dianggap mencapai tujuan apabila 75% memperoleh
nilai >75.
4. Teknik Penilaian
a. sikap
observasi
b. pengetahuan
tes tertulis
c. keterampilan
produk
Penilaian Sikap
instrument penilaian sikap
No Waktu Nama peserta
didik
Catatan
perilaku
Butir
sikap
Ttg Tindak
lanjut
1
2
3
Guru Kelas Kaduaja, Agustus 2020
Peneliti
Mely Alim Rasyid Aina
NIM 105331107216
Materi Pembelajaran
A. Ciri-ciri Pembicara yang Baik
Ciri-ciri pembicara yang baik yaitu: (1) pandai menemukan topik yang
tepat dan up to date (terkini), (2) menguasai materi, (3) memahami pendengar,
(4) memahami situasi, (5) merumuskan tujaun dengan jelas, (6) memiliki
keterampilan berbahasa yang memadai, (7) menjalin kontak dengan
pendengar, dan (8) menguasai pendengar.
B. Hal-hal yang Dipersiapkan dalam Berbicara
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara meliputi: (1)
menentukan maksud (tujuan) berbicara, (2) menganalisis pendengar dan
situasi, (3) memilih dan menyempitkan topik, (4) mengumpulkan bahan, (5)
membuat kerangka, (6) menguraikan kerangka secara mendetail, serta (7)
berlatih dengan suara yang nyaring.
C. Pidato
Pidato adalah sebuah uraian dengan metode tertentu yang berisi
pengetahuan dari seseorang kepada khalayak umum. Pidato adalah kegiatan
berbicara satu arah di depan umum untuk menyampaikan pikiran atau gagasan
atau gambaran kepada penggemar yang disampaiakan dalam situasi formal
ataupun nonformal melalui rangkaian kata yang tersusun sistematis dengan
bahasa lisan sebagai media utama yang bertujuan memberi pemahaman atau
informasi dengan rasa percaya diri untuk mempengaruhi pendengar agar
mengikuti ajakan pembicara secara sukarela.
1. Kriteria Berpidato
Pidato yang disampaikan pasti memiliki tujuan tertentu. tujuan
pidato adalah:
a. Menambah wawasan seseorang
b. Mempuplikasikan informasi atau pengetahuan kepada khalayak
c. Mempengaruhi keadaan seseorang
d. mengajak seseorang untuk melakukan hal-hal yang positif
2. Jenis pidato
Semua tema pidato pasti tidak sama dengan yang lain. Pidato ini
disampaikan dengan tema yang berbeda karena suatu kedaan.
contohnya:
a. Pidato sambutan
b. Pidato kenegaraan
c. Pidato keagamaan
d. Pidato pembuka acara
e. Pidato laporan
3. Metode Pidato
a. Ekstemporan adalah metode pidato dengan membuat naska terlebih
dahulu.
b. Improntu adalah metode pidato dengan cara mendadak atau tidak
mempersiapkan apa yang harus disampaikan
c. Memory adalah metode pidato dengan cara menghafal.
d. Reading adalah metode pidato dengan cara membaca teks.
4. Struktur Pidato
a. Salam pembuka
b. Penghormatan (dari jabatan tertinggi ke terenda)
c. Puji sukur
d. Menyampaikan topic pidato
e. Isi
f. Kesimpulan
g. Penutup(permohonan maaf dan salam penutup)
Lampiran 10:
Tabel Rangkuman Kegiatan Pembelajaran Siklus I
No Aspek yang diamati Siklus I
P1 P2 P3 P4(TA)
Y T Y T Y T Y T
A. kegiatan awal
1 Pembuka pelajaran -- - √ - √ - √ -
2 Berdo’a √ - - √ √ √ -
3 Menanyakan siapa siswa
yang tidak hadir hari itu
√ - √ - √ - √ -
4 Mengkondisikan siswa
sebelum memulai pelajaran
√ - √ - √ - √ -
5 Menyampaikan tujuan
pembelajaran
√ - √ - √ - √ -
6 Menjelaskan materi
pembelajaran
√ - √ - √ - - √
7 Memberikan contoh pidato √ - - √ - √ - √
8 Melakukan brainstorming
untuk memilih topik
√ - - √ - √ - √
9 Memahami dan menguji
topik
√ - - √ - √ - √
10 Menyiapkan kerangka
pembicaraan(pendahuluan,
isi, dan penutup)
√ - - √ - √ - √
11 Memanaskan suasana
kelompok
√ - √ - √ - - √
12 Memilih partisipan √ - - √ - √ - √
13 Mengatur tempat berdiskusi
dan pidato
√ - √ √ √ -
B. kegiatan inti
14 Memberikan kesempatan
siswa berpidato
- √ - √ - √ √ -
15 Memberikan diskusi dan
evaluasi pembelajaran
- √ - √ - √ √ -
16 Membimbing siswa berbagi
pengalaman
- √ - √ - √ √ -
C. Kegiatan akhir
17 Membuat kesimpulan - - √ - √ - √ -
18 Membuat refleksi
pembelajaran
- - √ - √ - √ -
19 Mengkondisikan siswa
sebelum menutup pelajaran
- - √ - √ - √ -
20 Menutup pembelajaran - - √ - √ - √ -
Keterangan:
P1: Pertemuan 1 P3: Pertemuan 3
P2: Pertemuan 2 P4: Pertemuan 4
TA: Tes Akhir
121
Lampiran 11:
Nilai Masing-masing Aspek Keterampilan Berbicara Siklus I
No Nama Aspek yang dinilai Skor Nilai
Kebahasaan Nonkebahasaan
tekana
n
ucapa
n
Nada
dan
irama
diks
i
Struktur
kalimat
kelancara
n
Penguas
an
materi
Keberania
n
keramaha
n
sika
p
1 Abdul Salam 3 4 4 8 8 6 20 8 7 5 73 73
2 Abdul Kadir 4 5 4 8 8 8 22 8 8 6 81 81
3 Ahmad Saldi 4 5 5 7 7 7 22 7 7 5 76 76
4 Aisyah 4 4 5 8 7 6 21 7 7 5 74 74
5 Anfa Maulana
Raka
4 5 4 7 7 6 21 7 7 5 73 73
6 Asmaul Husna 3 4 3 8 8 9 25 9 7 5 81 81
7 Chelsy
Almubarak
4 5 4 8 8 7 22 7 7 5 77 77
8 Fahri Firmansya 5 5 5 9 8 7 22 9 7 5 82 82
9 Fatma 5 5 4 8 8 6 21 7 7 5 76 76
10 Fauzan 4 5 4 8 8 9 25 8 7 5 83 83
11 Halifa 4 5 5 7 7 6 20 7 7 5 73 73
12 Intan Adelia 4 4 4 8 7 6 19 9 7 5 73 73
13 Khaidar Nasir 5 7 5 8 8 7 22 7 8 6 83 83
14 Liska Manggallo 5 6 5 8 8 7 22 8 8 6 83 83
15 Mawar Zakiyah 5 6 5 9 8 7 22 9 7 5 83 83
16 Muhsardan 5 5 4 7 7 6 20 7 7 5 73 73
17 Muh. Aan Al-
fatih
5 6 5 9 8 7 22 8 7 5 82 82
18 Muh. Ilham Sukri 3 5 4 8 8 6 21 8 6 5 78 78
19 Muhammad Risal 5 7 7 8 7 7 22 8 7 5 81 81
20 Mustaf Ayubi 3 6 4 8 7 6 21 7 7 5 74 74
21 Mutmainna 4 5 4 8 7 6 20 8 7 5 74 74
22 Nur Halim 3 4 4 7 7 7 22 8 7 5 74 74
23 Nur Halisah 3 7 4 8 8 8 24 8 7 5 82 82
24 Nuranisa Datu
Limbong
4 6 5 8 8 8 22 8 7 7 81 81
25 Rahmi Tallao 4 7 5 8 8 8 22 8 7 7 82 82
26 Resti 3 6 3 8 8 6 20 8 7 4 73 73
27 Sadia 3 5 4 8 7 6 21 8 7 5 74 74
28 Sintia 4 4 4 8 7 6 21 8 7 5 74 74
29 Usnul Datma 5 5 5 9 8 7 22 9 7 6 83 83
30
Widya Astuti
Hadi M
4 6 4 8 8 6 21 8 7 5 77 77
31 Yusri K 4 4 4 8 7 6 20 9 7 5 74 74
32 Jeprianto 3 4 3 8 7 6 20 8 6 5 70 70
33 Aslam Saputra 3 5 3 8 8 7 20 9 6 4 72 72
34 Ikram 3 3 3 8 8 7 22 8 7 5 74 74
35 4 5 4 8 8 6 20 9 6 5 75 75
Jumlah 138 180 147 279 265 236 749 279 244 177 2694 2694
Rata-rata 3,9 5,1 4,2 8,0 7,6 6,7 21,4 8,0 7,0 5,1 77,0 77,0
Rata-rata kelas 77,0
Jumlak siswa yang mencapai KKM 18
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM 17
Presentase siswa yanga mencapai KKM 51%
124
Lampiran 12:
Nilai Siklus I
No
Urut
Nama Nilai Pencapaian KKM
1 Abdul Salam 73
2 Abdul Kadir 81 Tercapai
3 Ahmad Saldi 76 Tercapai
4 Aisyah 74 Belum tercapai
5 Anfa Maulana Raka 73 Belum tercapai
6 Asmaul Husna 81 Tercapai
7 Chelsy Almubarak 85 Tercapai
8 Fahri Firmansya 82 Tercapai
9 Fatma 76 Tercapai
10 Fauzan 83 Tercapai
11 Halifa 73 Belum tercapai
12 Intan Adelia 73 Belum tercapai
13 Khaidar Nasir 83 Tercapai
14 Liska Manggallo 83 Tercapai
15 Mawar Zakiyah 83 Tercapai
16 Muhsardan 73 Belum tercapai
17 Muh. Aan Al-fatih 77 Belum tercapai
18 Muh. Ilham Sukri 74 Belum tercapai
19 Muhammad Risal 81 Tercapai
20 Mustaf Ayubi 74 Belum tercapai
21 Mutmainna 74 Tercapai
22 Nur Halim 74 Belum tercapai
23 Nur Halisah 82 Tercapai
24 Nuranisa Datu Limbong 81 Tercapai
25 Rahmi Tallao 82 Tercapai
26 Resti 73 Belum tercapai
27 Sadia 74 Belum tercapai
28 Sintia 74 Belum tercapai
29 Usnul Datma 73 Belum tercapai
30 Widya Astuti Hadi M 83 Tercapai
31 Yusri K 74 Belum tercapai
32 Jeprianto 70 Belum tercapai
33 Aslam Saputra 72 Belum tercapai
34 Ikram 81 Tercapai
35 75 Tercapai
Jumlah 2694
Rata-rata 77,0
Jumlah siswa yang mencapi KKM 18
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM 17
Presentase pencapaian KKM 51%
126
Lampiran 13:
Peningkatan Nilai Pratindakan ke Siklus I
No
Urut
Nama Nilai
pratindakan Siklus 1 peningkatan
1 Abdul Salam 51 73 22
2 Abdul Kadir 56 81 25
3 Ahmad Saldi 66 76 21
4 Aisyah 67 74 17
5 Anfa Maulana Raka 51 73 22
6 Asmaul Husna 58 81 23
7 Chelsy Almubarak 75 77 2
8 Fahri Firmansya 76 82 6
9 Fatma 72 76 24
10 Fauzan 61 83 22
11 Halifa 53 73 20
12 Intan Adelia 57 73 16
13 Khaidar Nasir 53 83 30
14 Liska Manggallo 63 83 20
15 Mawar Zakiyah 70 83 26
16 Muhsardan 58 73 15
17 Muh. Aan Al-fatih 55 82 27
18 Muh. Ilham Sukri 53 74 21
19 Muhammad Risal 52 81 9
20 Mustaf Ayubi 65 74 16
21 Mutmainna 73 74 16
22 Nur Halim 58 74 7
23 Nur Halisah 53 82 7
24 Nuranisa Datu Limbong 61 81 20
25 Rahmi Tallao 71 82 23
26 Resti 59 73 14
27 Sadia 58 74 16
28 Sintia 50 74 24
29 Usnul Datma 76 83 7
30 Widya Astuti Hadi M 75 77 2
31 Yusri K 59 74 15
32 Jeprianto 58 70 12
33 Aslam Saputra 59 72 13
34 Ikram 70 74 17
35 53 75 22
Jumlah 2073 2694 621
Rata-rata 59,2 77,0 17,8
Jumlah siswa yang mencapai KKM 5 18 13
Jumlah siswa yang belum mencapai
KKM
30 17 13
Presentase pencapaian KKM 14% 51% 37%
peningkatan 37% -
Lampiran 14:
Tabel Rangkuman Kegiatan Pembelajaran Siklus II
No Aspek yang diamati Siklus II
P1 P2 P3(TA)
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
A. Kegiatan Awal √
1 Membuka pelajaran √ √ √
2 Berdo’a √ √ √
3 Menanyakan siapa siswa tidak
masuk hari itu
√ √ √
4 Engkondisikan siswa sebelum
memulai pelajaran
√ √ √
5 Menyampaikan tujuan
pembelajaran
√ √
6 Menjelaskan materi
pembelajaran
√ √ √
7 Memberikan contoh pidato √ √ √
8 Melakukan brainstorming untuk
memili topic
√ √ √
9 Memahami dan menguji topic √ √ √
10 Menyiapkan kerangka
pembicaraan
√ √ √
11 Memanaskan suasan kelompok √ √ √
12 Memilih partisipan √ √ √
13 Mengatur tempat berpidato √ √ √
B. Kegiatan Inti
14 Memberi kesempatan siswa
berpidato
√ √ √
15 Memberikan diskusi dan √ √
evaluasi
16 Membimbing siswa berbagi
pengalaman
√ √ √
17 Membuat kesimpulan √ √ √ √
C. Kegiatan Akhir √
18 Melakukan refleksi
pembelajaran
√ √ √
19 Mengkondisikan siswa sebelum
menutup pembelajaran
√ √ √
20 Menutup pelajaran √ √ √
Keterangan:
P1 : Pertemuan 1
P2 : Pertemuan 2
P3 : Pertemuan 3
TA : Tes Akhir
Lampiran 15:
Tabel Rangkuman Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru
Siklis II
No Aspek yang diamati Siklus II
P1 P2 P3(TA)
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Siswa bersama guru melakukan
brainstorming untuk memilih topic
√ √ √
2 Siswa bersama guru memahami dan
menguju topic
√ √ √
3 Guru menyiapkan kerangka
pembicaraan
√ √ √
4 Guru bersama siswa memanaskan
kelompok
√ √ √
5 Siswa bersama guru memilih
partisipan
√ √ √
6 Siswa bersama guru mengatur tempat √ √ √
7 Siswa dibetri kesempatan untuk
berpidato
√ √ √
8 Siswa diberi kesempatan diskusi √ √ √
9 Siswa dibimbing presentasi dan
berbagi pengalaman oleh guru
√ √ √
10 Siswa bersama guru melakukan
refleksi pembelajaran
√ √ √
Keterangan:
P1 : Pertemuan 1
P2 : Pertemuan 2
P3 : Pertemuan 3
TA : Tes Akhi
131
Lampiran 16:
Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Diskusi
Mata Pelajaran :Bahasa Indonesi
Kelas : VIII A
Semester : 2 (Dua)
Hari/tanggal :
Siklus II :Pertemuan 3
Beri tanda cek (√) pada koltak yang sesuai !
Aspek Yang Diamatikriteria Penilaian Kriteria Penilaian
1 2 3 5
Pemerataan kesempatan berbicara √
Keterarahan pembicaraan √
Kejelasan bahasa yang digunakan √
Kebakuan bahasa yang digunakan √
Penalaran dalam berbicara √
Kemampuan mengemukakan ide baru √
Kemampuan menarik kesimpulan √
Kesopanan dan rasa saling menghargai √
Keterkendalian proses berbicara √
Ketertiban berbicara
Kehangatan dan kegairahan dalam
berbicarapengendalian emosi
√
Jumlah skor 8 18 8
Jumlah skor total 34
Skor maksimal 48
Presentase (NP=𝑅
𝑆𝑀𝑋100 34
48𝑋100 = 71%
(Sumber: Valette, 1967; Harris, 1969, Akhadiyah, 1988 dalam Ahmad Rofi‟uddin
& Darmiyati Zuhdi, 1998/1999: 245)
Keterangan :
1. Tidak Ada
2. Beberapa
3. Sebagian Besar
4. semua
Kaduaja, Agustus 2020
Pengamat
Aina
Nim 10533110721
132
Lampiran 17
Nilai Masing-masing Aspek Keterampilan Berbicara Siklus II
No Nama Aspek yang Diamati Sko
r
Nila
i
Kebahasaan Nonkebahasaan
Tekanan Ucapan Nada
&
Irama
Diks
i
Struktu
r
kalimat
kelancara
n
Penguasa
n materi
Keberani
an
Keramaha
n
Sika
p
1. Abdul Salam 5 79 4 8 8 7 22 7 7 5 79 79
2. Abdul Kadir 5 84 5 8 7 8 23 8 8 6 84 84
3. Ahmad Saldi 5 87 5 8 8 8 25 8 8 6 87 87
4. Aisyah 5 85 5 8 8 9 25 9 7 5 85 85
5. Anfa Maulana Raka 5 79 5 8 7 7 23 7 7 5 79 79
6. Asmaul Husna 5 88 5 8 8 9 26 9 7 5 88 88
7. Chelsy Almubarak 5 85 5 8 8 8 23 8 8 6 85 85
8. Fahri Firmansya 5 83 5 8 8 8 23 8 8 5 83 83
9. Fatma 5 85 5 8 8 8 23 8 8 6 85 85
10. Fauzan 5 86 5 9 8 8 24 8 8 5 86 86
11. Halifa 4 74 5 7 7 7 22 7 6 5 74 74
12. Intan Adelia 4 76 5 8 7 9 21 9 6 5 76 76
13. Khaidar Nasir 5 86 5 8 8 8 24 8 8 5 86 86
14. Liska Manggallo 5 85 5 9 8 9 23 9 8 5 85 85
15. Mawar Zakiyah 5 84 5 8 8 8 23 8 8 5 84 84
16. Muhsardan 4 74 5 7 7 7 21 7 7 4 74 74
17. Muh. Aan Al-fatih 5 86 5 8 8 8 25 8 8 5 86 86
18. Muh. Ilham Sukri 5 81 5 8 8 8 22 8 6 6 81 81
19. Muhammad Risal 5 84 5 8 8 8 23 8 7 6 84 84
20. Mustaf Ayubi 5 84 5 8 7 8 25 9 6 5 84 84
21. Mutmainna 5 79 5 8 7 7 23 7 6 5 79 79
22. Nur Halim 5 77 4 8 7 7 23 7 7 5 77 77
23. Nur Halisah 5 87 5 8 8 8 25 8 8 5 87 87
24. Nuranisa Datu
Limbong
5 85 5 8 8 8 23 8 7 6 85 85
25. Rahmi Tallao 5 84 5 8 8 7 22 9 7 6 84 84
26. Resti 4 74 4 7 7 7 21 8 6 5 74 74
27. Sadia 4 77 5 8 7 7 22 7 7 5 77 77
28. Sintia 5 79 5 7 7 7 22 9 7 5 79 79
29. Usnul Datma 5 86 5 7 8 8 24 9 7 6 86 86
30. Widya Astuti Hadi
M
4 81 5 8 8 7 21 8 7 6 81 81
31. Yusri K 4 77 5 7 7 7 22 9 6 5 77 77
32. Jeprianto 5 80 5 7 7 7 23 8 7 6 80 80
33. Aslam Saputra 4 74 5 8 7 7 20 7 6 5 74 74
34. Ikram 5 80 5 7 7 7 23 8 7 5 80 80
35. 4 76 5 7 8 7 21 7 7 5 76 76
Jumlah 166 201 2851 272 265 261 801 280 248 185 285
1
285
1
Rata-rata 4,7 5,7 81,5 7,77
1
7,6 7,5 22,9 8 7,1 5,3 81,
5
81,
5
Rata-rata kelas 81,5
Jumlah siswa yang mencapai KKM 31
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM 4
Presentase siswa yang mencapai KKM 85%
Lampiran 18:
Peningkatan Nilai Masing-masing Aspek Keterampilan Berbicara Siklus I ke Siklus II
N
o
Nam
a
Aspek yang Diamati Skor Nilai
Kebahasaan Nonkebahasaan
Tekana
n
Ucapa
n
Nada
&irama
Diksi Struktur
kalimat
kelancara
n
Penguasan
materi
keberani
an
Kerama
han
sikap
S-
I
S-
II
S-
I
S-
II
S-I S
-
II
S
-I
SII S-I S-II S-
I
S-II S-
I
S-II S
-I
S-II S-
I
S-
II
S-I S-II S
-I
S-
II
S-
I
S-
II
1. 3 5 4 6 4 4 8 8 8 8 6 7 20 22 8 7 7 7 5 5 7
3
79 7
3
79
2. 4 5 5 6 4 5 8 8 8 7 8 8 22 23 8 8 8 8 6 6 8
1
84 8
1
84
3 4 5 5 6 5 5 7 8 7 8 7 8 22 25 7 8 7 8 5 6 7
6
87 7
6
87
4 4 5 4 5 5 5 8 8 7 8 6 8 21 25 7 9 7 7 5 5 7
4
85 7
4
85
5 4 5 5 5 4 5 7 8 7 7 6 7 21 23 7 7 7 7 5 5 7
3
79 7
3
79
6 3 5 4 6 3 5 8 8 8 8 9 9 25 26 9 9 7 7 5 5 8
1
88 8
1
88
7 4 5 5 6 4 5 8 8 8 8 7 8 22 23 7 8 7 8 5 6 7
7
85 7
7
85
8 5 5 5 6 5 5 9 8 8 8 7 7 22 23 9 8 7 8 5 5 8
2
83 8
2
83
9 5 5 5 6 4 5 8 8 8 8 6 8 21 23 7 8 7 8 5 6 7 85 7 85
6 6
10 4 5 5 6 4 5 8 9 8 8 9 8 25 24 8 8 7 8 5 5 8
3
86 8
3
86
11 4 4 5 4 5 5 7 7 7 7 6 7 20 22 7 7 7 6 5 5 7
3
74 7
3
74
12 4 4 4 4 4 5 8 8 7 7 6 7 19 21 9 9 7 6 5 5 7
3
76 7
3
76
13 5 5 7 7 5 5 8 8 8 8 7 8 22 24 7 8 8 8 6 5 8
3
86 8
3
86
14 5 5 6 6 5 5 8 8 8 8 7 8 22 23 8 9 8 8 6 5 8
3
85 8
3
85
15 5 5 6 6 5 5 9 8 8 8 7 8 22 23 9 8 7 8 5 5 8
3
84 8
3
84
16 5 4 5 5 4 5 7 7 7 7 6 7 20 21 7 7 7 7 5 4 7
3
74 7
3
74
17 5 5 6 6 5 5 9 8 8 8 7 8 22 25 8 8 7 8 5 5 8
2
86 8
2
86
18 3 5 6 6 4 5 8 8 8 8 6 7 21 22 8 8 6 6 5 6 7
4
81 7
4
81
19 5 5 7 7 5 5 8 8 7 8 7 78 22 23 8 8 7 7 5 6 8
1
84 8
1
84
20 3 5 6 6 4 5 8 8 7 7 6 7 21 25 7 9 7 6 5 5 7
4
84 7
4
84
21 4 5 5 6 4 5 8 8 7 7 6 7 20 23 8 7 7 6 5 5 7
4
79 7
4
79
22 3 5 4 4 4 4 7 8 7 7 7 8 22 25 8 7 7 7 5 5 7
4
77 7
4
77
23 3 5 7 7 4 5 8 8 8 8 8 8 24 23 8 8 7 8 5 5 8 87 8 87
2 2
24 4 5 6 7 5 5 8 8 8 8 8 7 22 22 8 8 7 7 5 6 8
1
85 8
1
85
25 4 5 7 7 5 5 8 8 8 8 8 7 20 21 8 9 7 7 5 6 8
2
84 8
2
84
26 3 4 6 5 3 4 8 7 8 7 6 7 21 22 8 8 7 6 4 5 7
3
74 7
3
74
27 3 4 5 5 4 5 8 8 7 7 6 7 21 22 8 7 7 7 5 5 7
4
77 7
4
77
28 4 5 4 5 4 5 8 7 7 7 6 8 22 24 8 9 7 7 5 5 7
4
79 7
4
79
29 5 5 5 7 5 5 9 7 8 8 7 7 21 21 9 9 7 7 6 6 8
3
86 8
3
86
30 4 4 6 7 4 5 8 8 8 8 6 7 20 22 8 8 7 7 5 6 7
7
81 7
7
81
31 4 4 4 5 4 5 8 7 7 7 6 7 20 23 9 9 7 6 5 5 7
4
77 7
4
77
32 3 5 4 5 3 5 8 7 7 7 6 7 20 20 8 8 6 7 5 6 7
0
80 7
0
80
33 3 4 5 5 3 5 8 8 7 7 7 7 22 23 9 7 6 6 4 5 7
2
74 7
2
74
34 3 5 3 6 3 5 8 7 8 7 7 7 20 21 8 8 7 7 5 5 7
4
80 7
4
80
35 4 4 5 5 4 5 8 7 8 8 6 7 20 21 9 7 6 7 5 5 7
5
76 7
5
76
Jumlah 13
8
16
6
1
8
0
20
1
14
7
1
7
2
2
7
9
27
2
26
5
265 23
6
261 74
9
801 2
7
9
280 24
4
24
8
177 185 2
8
5
269
4
2
8
5
285
1
1 1
Peningkat
an
28
21 25 -7 0 25 52 1 4 8 157
157
Rata-rata 3,
9
4,
7
5,
1
5,
7
4,2 4,
9
8 7,
8
7,
6
6,7 7,
5
21,4
22
,9
8 8 7 7,
1
5,1 5,3 77 8
1,
5
77 81,
5
peningkat
an
0,8 0,6 0,7 0,2 0 0,8 1,5 0 0,1 0,2 4,5 4,5
138
Lampiran 19:
Nilai Siklus II
Nomor
Urut
Nama Nilai Pencapaian KKM
1 Abdul Salam 79
2 Abdul Kadir 84
3 Ahmad Saldi 87
4 Aisyah 85
5 Anfa Maulana Raka 79
6 Asmaul Husna 88
7 Chelsy Almubarak 85
8 Fahri Firmansya 83
9 Fatma 85
10 Fauzan 86
11 Halifa 74 Belum tercapai
12 Intan Adelia 76
13 Khaidar Nasir 86
14 Liska Manggallo 85
15 Mawar Zakiyah 84
16 Muhsardan 74 Belum tercapai
17 Muh. Aan Al-fatih 86
18 Muh. Ilham Sukri 85
19 Muhammad Risal 84
20 Mustaf Ayubi 74 Belum tercapai
21 Mutmainna 86
22 Nur Halim 81
23 Nur Halisah 84
24 Nuranisa Datu Limbong 84
25 Rahmi Tallao 79
26 Resti 77 Belum tercapai
27 Sadia 87
28 Sintia 85
29 Usnul Datma 84
30 Widya Astuti Hadi M
31 Yusri K
32 Jeprianto
33 Aslam Saputra
34 Ikram
35
Jumlah
Rata-rata
Jumlah siswa yang mencapai KKM
Jumlah siswa yang belum mencapai KKM
Presentase pencapaian KKM
139
Lampiran 20:
Peningkatan Nilai dari Pratindakan ke Siklus I dan Siklus II
No
urut
Nama Nilai
Nilai
Nilai
PT S-I Peningkatan S-I S-II peningkatan PT S-II Peningkatan
1 Abdul Salam 51 73 22 73 79 6 51 79 28
2 Abdul Kadir 56 81 25 81 84 3 56 84 28
3 Ahmad Saldi 55 76 21 76 87 11 55 87 32
4 Aisyah 57 74 17 74 85 11 57 85 28
5 Anfa Maulana Raka 51 73 22 73 79 6 51 79 28
6 Asmaul Husna 58 81 23 81 88 7 58 88 30
7 Chelsy Almubarak 75 77 2 77 85 8 75 85 10
8 Fahri Firmansya 76 82 6 82 83 1 76 83 7
9 Fatma 52 76 24 76 85 9 52 85 33
10 Fauzan 61 83 22 83 86 3 61 86 25
11 Halifa 53 73 20 73 74 1 53 74 21
12 Intan Adelia 57 73 16 73 76 3 57 76 19
13 Khaidar Nasir 53 83 30 83 86 3 53 86 33
14 Liska Manggallo 63 83 20 83 85 2 63 85 22
15 Mawar Zakiyah 57 83 26 83 84 1 57 84 27
16 Muhsardan 58 73 15 73 74 1 58 74 16
17 Muh. Aan Al-fatih 55 82 27 82 86 4 55 86 31
18 Muh. Ilham Sukri 53 74 21 74 81 7 53 81 28
19 Muhammad Risal 52 81 29 81 84 3 52 84 32
20 Mustaf Ayubi 65 74 9 74 84 10 65 84 19
21 Mutmainna 58 74 16 74 79 5 58 79 21
22 Nur Halim 58 74 16 74 77 3 58 77 19
23 Nur Halisah 75 82 7 82 87 5 75 87 12
24 Nuranisa Datu Limbong 61 81 20 81 85 4 61 85 24
25 Rahmi Tallao 59 82 23 82 84 2 59 84 25
26 Resti 59 73 14 73 84 1 59 74 15
27 Sadia 58 74 16 74 77 3 58 77 19
28 Sintia 50 74 24 74 79 5 50 79 29
29 Usnul Datma 76 83 7 83 86 3 76 86 10
30 Widya Astuti Hadi M 75 77 2 77 81 4 75 81 6
31 Yusri K 59 74 15 74 77 3 59 77 18
32 Jeprianto 58 70 12 70 80 10 58 880 22
33 Aslam Saputra 59 72 13 72 74 2 59 74 15
34 Ikram 57 74 17 74 80 6 57 80 23
35 53 75 22 75 76 1 53 76 24
Jumlah 2073 2694 621 2694 2851 157 2073 2851 778
Rata-rata 59,2 77,0 17,8 77,0 81,5 4,5 59,2 81,5 22,3
Jumlah siswa yang mencapai
KKM
5 18 13 18 31 13 5 31 26
Jumlah siswa yang belum
mencapai KKM
30 17 13 17 4 13 30 4 26
Presentase pencapaian KKM 14% 51% 37 51% 88% 37% 14% 88% 74%
Peningkatan 37% peningkata
n
37% peningkata
n
74%
Presentase pencapaian KKM 14% 88%
Peningkatan dari PT ke S-II 74%
Keterangan:
PT : Pratindakan S-I:Siklus I S-II:Siklus
141
LAMPIRAN 21:
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
Aina. Dilahirkan di Kaduaja Kabupaten Tana Toraja pada
tanngal 10 Agustus 1998, dari pasangan Ayahanda Dedeng
dan Ibunda Bara’. Penulis masuk sekolah dasar pada tahun
2004 di SDS Al-Hilal Tarakan. dan tamat tahun 2010,
tamat MTs. Kaduaja tahun 2013, dan tamat MAN Makale tahun 2016. pada tahun
yang sama (2016), penulis melanjutkan pendidikan pada program studi
pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiya Makassar dan pada tahun 2020 penulis menyelesaikan
studi dengan menyusun sebuah karya tulis ilmiah yang berjudul Penerapan Model
Talking Stick untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas VIIIA MTs. Kaduaja Tana Toriaja.