meningkatkan kemampuan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) melalui in-house...

12
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI IN-HOUSE TRAINING DI SMKN 1 PASIE RAJA Roynisfan E-mail : roynisfan @yahoo.co.id Guru SMKN 1 Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah dengan subjek penelitian 23 orang guru SMK Negeri 1 Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan. Waktu penelitian dimulai dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013, dengan proses penelitian dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdapat empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan diskusi, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif dalam bentuk pendekatan deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. Adapun hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan adalah rata-rata nilai akhir kemampuan guru dalam menyusun RPP pada pra siklus 61,25 dengan kategori kurang, siklus I 73,91 dengan kategori cukup, dan siklus II 83,52 dengan kategori baik. Sedangkan persentase keberhasilan guru dalam menyusun RPP pada pra siklus sebesar 21,74%, siklus I 65,22% dan siklus II 95,65% guru berhasil menyelesaikan penyusunan RPP. Berdasarkan hasil yang dicapai maka dapat disimpulkan bahwa In- House Training merupakan salah satu metode pelatihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP di SMK Negeri 1 Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan. Kata Kunci: Kemampuan Guru, RPP, In-House Training. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga kependidikan guru dan non guru. Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa ”komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola

Upload: roy-nisfan

Post on 30-Sep-2015

51 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Roynisfan Proseeding

TRANSCRIPT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)MELALUI IN-HOUSE TRAINING DI SMKN 1 PASIE RAJA

RoynisfanE-mail : [email protected] Guru SMKN 1 Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah dengan subjek penelitian 23 orang guru SMK Negeri 1 Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan. Waktu penelitian dimulai dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013, dengan proses penelitian dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdapat empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan diskusi, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif dalam bentuk pendekatan deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. Adapun hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan adalah rata-rata nilai akhir kemampuan guru dalam menyusun RPP pada pra siklus 61,25 dengan kategori kurang, siklus I 73,91 dengan kategori cukup, dan siklus II 83,52 dengan kategori baik. Sedangkan persentase keberhasilan guru dalam menyusun RPP pada pra siklus sebesar 21,74%, siklus I 65,22% dan siklus II 95,65% guru berhasil menyelesaikan penyusunan RPP. Berdasarkan hasil yang dicapai maka dapat disimpulkan bahwa In-House Training merupakan salah satu metode pelatihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP di SMK Negeri 1 Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan.

Kata Kunci: Kemampuan Guru, RPP, In-House Training.

PENDAHULUANPendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga kependidikan guru dan non guru. Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola satuan pendidikan (penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan). Tenaga gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.Usaha-usaha mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan, namun kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan, yaitu: (1) guru sering mengeluh kurikulum yang berubah-ubah; (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan beban; (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik; dan (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang telah direvisi menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP) menyatakan standar proses merupakan salah satu SNP untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang mencakup: (1) perencanaan proses pembelajaran; (2) pelaksanaan proses pembelajaran; (3) penilaian hasil pembelajaran; dan (4) pengawasan proses pembelajaran. Masalah pokok yang dihadapi SMK Negeri 1 Pasie Raja adalah hasil belajar yang cenderung masih rendah. Hal ini diindikasikan dari rendahnya nilai ujian nasional dan nilai uji kompetensi pada tahun pelajaran 2012-2013. Untuk meningkatkan prestasi belajar sekolah telah berupaya melalui proses pembelajaran dengan sistem ganda sesuai KTSP yaitu siswa belajar di sekolah dan di industri yang telah melalui proses penilaian secara berkelanjutan oleh pendidik. Namun demikian tetap saja prestasi belajar peserta didik saat dievaluasi baik ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan akhir semester menurut data yang diinventarisir oleh bagian kurikulum masih cenderung rendah dan belum memuaskan. Rata-rata siswa yang dapat tuntas sesuai KKM berkisar antara 40- 60%, sedangkan sisanya untuk menuntaskan harus menempuh remedial.Keberhasilan sebuah pembelajaran setidaknya dipengaruhi oleh lima komponen kunci, yaitu: (1) guru; (2) sumber dan media pembelajaran; (3) lingkungan; (4) siswa; dan (5) proses pembelajaran. Guru dalam pembelajaran memiliki peran yang sangat strategis karena akan berkaitan dengan pengelolaan empat komponen kunci lainnya. Bahkan dalam konsep tentang sumber belajar yang ditulis oleh Sudjarwo dikutip oleh (Saripudin, 2008) guru dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran, SMK Negeri 1 Pasie Raja berkomitmen untuk meningkatkan mutu guru karena guru merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pendidikan. Ditangan gurulah cita-cita pembangunan, pendidikan nasional, kurikulum nasional, visi-misi lembaga penyelenggara pendidikan hingga visi-misi sekolah dapat terwujud. Guru yang baik akan mampu mengoptimalkan seluruh potensi sumber dan media belajar yang ada di lingkungannya untuk pembelajaran yang optimal. Dengan mengacu kepada strategisnya peran guru pada sebuah lembaga pendidikan maka SMK Negeri 1 Pasie Raja memberikan perhatian yang besar bagi terwujudnya guru professional. Untuk mewujudkan guru yang profesional sehingga mampu meningkatkan kompetensi dan mutu guru yang bersangkutan, maka SMK Negeri 1 Pasie Raja merancang program-program dan kegiatan yang mengarah pada peningkatan mutu guru misalnya dengan mengikut sertakan guru dalam pelatihan-pelatihan dan salah satunya melalui In-House Training penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hal ini mendesak dilakukan karena dari hasil observasi di SMK Negeri 1 Pasie Raja, sebagaian besar guru-guru masih belum mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik dan benar. Guru SMK Negeri 1 Pasie Raja masih belum mengetahui urutan komponen-komponen RPP yang benar dan menyelaraskan antara materi dengan penggunaan pendekatan, model, strategi dan metode yang tepat dalam menyusun RPP.RPP merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam RPP atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran. RPP memuat kompetensi dasar, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian.Guru harus mampu berperan sebagai perencana (desainer), pelaksana (implementor), dan penilai (evaluator) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Seorang guru dikatakan profesional apabila: (1) serius melaksanakan tugas profesinya; (2) bangga dengan tugas profesinya; (3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan kompetensinya; (4) bekerja dengan sungguh tanpa harus diawasi; (5) menjaga nama baik profesinya; dan (6) bersyukur atas imbalan yang diperoleh dari profesinya.Perencanaan pembelajaran meliputi Silabus dan RPP. Silabus dan RPP dikembangkan oleh guru pada satuan pendidikan. Guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Silabus dan RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.RPP harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, biasanya pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RPP dengan lengkap berdasarkan silabus yang disusunnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sangat penting bagi seorang guru karena merupakan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Masalah yang terjadi di lapangan, masih ditemukan adanya guru yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuat dengan alasan ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RPP masih ditemukan adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian (soal, skor dan kunci jawaban), serta langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Soal, skor, dan kunci jawaban merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pada komponen penilaian (penskoran dan kunci jawaban) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di kepala. Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar guru yaitu belum mendapatkan pelatihan pengembangan RPP. Selama ini guru-guru yang mengajar pada sekolah-sekolah tertentu saja, dan kebanyakan guru di SMK Negeri 1 Pasie Raja banyak guru yang belum mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai Diklat peningkatan profesionalisme guru dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. Hal ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan dan atau pembuatan RPP secara baik atau lengkap. Beberapa guru hanya mengadopsi RPP orang lain. Hal ini peneliti ketahui dari hasil pelaksanaan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas) pada masing-masing guru yang dilakukan oleh tim supervisor. Sehingga menjadi Permasalahan dan berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.Dengan keadaan demikian, peneliti selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum di SMK Negeri 1 Pasie Raja bersama-sama kepala sekolah dan guru-guru senior berusaha memberikan bimbingan kepada guru dalam menyusun RPP secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional pendidikan. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan masalah-masalah yang muncul, diantaranya:1. Rendahnya motivasi dan kompetensi guru dalam menyusun RPP dengan baik dan lengkap;2. Rendahnya pemahaman guru tentang rambu-rambu penyusunan RPP;3. RPP yang dibuat guru komponennya belum lengkap khususnya pada komponen langkah-langkah pembelajaran dan penilaian;4. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan KTSP;5. Guru yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuatnya dengan berbagai alasan;6. Guru yang mengadopsi RPP orang lain dan atau mendownload di internet.Dalam penelitian ini, peneliti hanya membatasi permasalahan yang disinyalir oleh peneliti sebagai akar permasalahan dari semua masalah yang teridentifikasi yaitu rendahnya kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP melalui In-House Training.

KAJIAN PUSTAKA DAN METODE In House Training adalah bentuk pelatihan, di mana materi yang diberikan disesuaikan dengani permintaan para peserta/pihak yang meminta pelatihan. Umumnya pelatihan ini diadakan oleh Dinas/Institusi/Perusahaan/Sekolah yang menginginkan peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia) di dalam organisasinya. Pelatihan dalam bentuk In House Training adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di KKG/MGMP, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan.Strategi pembinaan melalui In House Training dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya.Penelitian Tindakan Sekolah ini di lakukan di SMK Negeri 1 Pasie Raja tahun pelajaran 2013/2014, selama tiga bulan, mulai dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Negeri 1 Pasie Raja dengan jumlah 23 orang yang terdiri atas: guru normatif tujuh orang, guru adaptif delapan orang, dan guru produktif delapan orang. Yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah: kemampuan guru dalam menyusun RPP sebagai variabel masalah dan In-House Training sebagai variabel tindakan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: wawancara, observasi, dan diskusi.Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif dalam bentuk pendekatan deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, dan observasi/pengamatan. Hal itu sesuai dengan metode dan pendekatan yang peneliti gunakan yaitu metode kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru dalam menyusun RPP, selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP yaitu melalui In-House Training. Data hasil wawancara dan observasi akan dikelompokan dan dianalisis berdasarkan aspeknya untuk tiap siklus dengan tehnik analisis diskriptif dan dilihat perkembanganya tiap pertemuan, apakah sudah mencapai indikator yang diharapkan. Pada siklus I akan dianalisis kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan target pencapaian 50% guru mempunyai kemampuan sama dengan lebih kategori baik, sedangkan pada siklus II akan dianalisis kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan target pencapaian 80% guru mempunyai kemampuan sama dengan lebih kategori baik.Penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dengan strategi siklus yang berangkat dari identifikasi masalah yang dihadapi oleh kepala sekolah, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan dan refleksi. Rangkaian kegiatan berurutan mulai dari rencana tindakan sampai refleksi disebut satu siklus penelitian. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Penelitian ini diakhiri pada siklus kedua.

HASIL DAN DISKUSIBerdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap hasil kerja guru (RPP yang disusun) pada setiap akhir pertemuan siklus I dan siklus II dapat dinyatakan bahwa metode pelatihan In-House Training dapat meningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP di SMK Negeri 1 Pasie Raja. Hal tersebut terlihat dari analisis data hasil observasi pada siklus I dan siklus II. Hasil tindakan pada setiap siklus berupa pemeriksaan dan penilaian terhadap RPP yang telah disusun guru dalam bentuk file sesuai indikator yang telah ditetapkan. Hasil tersebut selanjutnya dianalisis sesuai dengan lembar observasi dan instrumen penilaian RPP yang telah dipersiapkan. Berdasarkan hasil observasi dan penilaian terhadap RPP yang telah disusun guru pada akhir siklus I dan siklus II diperoleh keterangan seperti pada diagram di bawah ini:

Gambar 1. Kemampuan guru menyusun RPP masing-masing komponen pada pra siklus, siklus I dan siklus II

Keterangan:1. Kelengkapan RPP2. Rumusan indikator pencapaian kompetensi3. Rumusan tujuan pembelajaran4. Pengorganisasian materi5. Pemilihan metode pembelajaran6. Skenario pembelajaran7. Pemilihan media pembelajaran8. Penilaian hasil belajar

Berdasarkan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan guru menyusun RPP pada masing-masing komponen adalah sebagai berikut:1. Kelengkapan RPPPada komponen ini hasil yang diperoleh pada pra siklus hanya sebesar 87,35% (kategori sangat baik), sedangkan pada siklus I dan II meningkat menjadi 100% (kategori sangat baik) pada siklus I dan siklus II. Secara umum guru sudah memahami tentang komponen kelengkapan RPP.2. Rumusan indikator pencapaian kompetensiPada komponen rumusan indikator pencapaian kompetensi, hasil yang diperoleh guru yaitu: pra siklus sebesar 53,62% (kategori kurang), siklus I sebesar 66,67% (kategori cukup), dan siklus II menjadi 85,51% (kategori sangat baik).3. Rumusan tujuan pembelajaranPada komponen rumusan tujuan pembelajaran, hasil yang diperoleh guru yaitu: pada pra siklus sebesar 71,74% (kategori cukup), siklus I sebesar 72,83% (kategori cukup), dan pada siklus II meningkat menjadi 85,87% (kategori sangat baik).4. Pengorganisasian materiPada komponen pengorganisasian materi, hasil yang diperoleh guru yaitu: pra siklus sebesar 52,90% (kategori sangat kurang), siklus I sebesar 63,77% (kategori kurang), dan pada siklus II menjadi 76,81% (kategori baik).5. Pemilihan metode pembelajaranPada komponen metode pembelajaran, kemampuan guru pada pra siklus hanya sebesar 52,17% (kategori sangat kurang), siklus I meningkat menjadi 60,87% (kategori kurang), dan pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 89,57% (kategori sangat baik).6. Skenario pembelajaranPada komponen skenario pembelajaran, kemampuan guru pada pra siklus sebesar 58,70% (kategori kurang), siklus I menjadi 80,75% (kategori baik), dan pada siklus II menjadi 80,43% (kategori baik).7. Pemilihan media pembelajaranPada komponen pemilihan media pembelajaran, diperoleh data pada pra siklus sebesar 48,55% (kategori sangat kurang), siklus I 50,00% (kategori sangat kurang), sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 63,77% (kategori kurang).8. Penilaian hasil belajarPada komponen hasil belajar, hasil yang diperoleh guru yaitu pada pra siklus sebesar 46,09% (kategori sangat kurang), siklus I sebesar 60,87% (kategori kurang), dan pada siklus II meningkat menjadi 77,39% (kategori cukup).Prosentase kemampuan guru menyusun RPP pada pra siklus, siklus I dan siklus II juga terjadi peningkatan yang signifikan, hal tersebut dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata setiap komponen oleh masing-masing guru, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Prosentase kemampuan guru menyusun RPP pra siklus, siklus I dan siklus II

NilaiKategoriPersentase (%)

Pra SiklusSiklus ISiklus II

85-100Sangat Baik0,0013,0439,13

75-84Baik8,7030,4343,48

65-74Cukup13,0434,7817,39

55-64Kurang60,8721,740,00

0-54Sangat Kurang17,390,000,00

Sumber: Data primer penilaian RPP pra siklus, siklus I dan siklus II

Berdasarkan hasil analisis data skor komponen dan prosentase kemampuan guru menyusun RPP di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai akhir kemampuan guru dalam menyusun RPP pada pra siklus, siklus I dan siklus II, sebagaimana dideskripsikan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2. Nilai akhir kemampuan guru menyusun RPP pra siklus, siklus I dan siklus II,

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa pada pra siklus nilai akhir sebesar 61,25 (kategori kurang) dengan persentase keberhasilan guru dalam menyusun RPP sebesar 21,74%. Sedangkan nilai akhir yang diperoleh pada siklus I meningkat menjadi 73,91 (kategori cukup) dengan persentase keberhasilan guru menyelesaikan penyusunan RPP sebesar 65,22%. Dalam siklus I, kemampuan guru dalam menyusun RPP sudah nampak adanya peningkatan dibandingan dengan pra siklus, yaitu sebesar 43,48%. Sedangkan pada siklus II, kemampuan guru menyusun RPP terjadi peningkatan lagi bila dibandingkan dengan hasil pada siklus I. Dimana pada siklus II nilai akhir yang diperoleh sebesar 83,52 (kategori baik) dengan prosentase keberhasilan guru menyelesaikan penyusunan RPP sebesar 95,65%. Peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP pada siklus II sebesar 33,43%.

KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian dan data yang dihimpun serta diinterpretasikan oleh penulis, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:1. In-House Training terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP di SMK Negeri 1 Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya nilai akhir dari penilaian RPP yang telah disusun guru dalam bentuk file sesuai indikator yang telah ditetapkan pada akhir siklus I dan siklus II. 2. Nilai Akhir kemampuan guru dalam menyusun RPP pada siklus I 73,91 dengan kategori cukup, dan siklus II 83,52 dengan kategori baik.3. Pada Siklus I terdapat 65,22% guru berhasil menyelesaikan penyusunan RPP, dan pada Siklus II terdapat 95,65% guru berhasil menyelesaikan penyusunan RPP. Jadi ada peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP sebesar 33,43%

Sebagai bagian akhir dari penulisan ini, ada beberapa saran yang perlu penulis kemukakan berkaitan dengan peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP melalui In-House Training pada SMK Negeri 1 Pasie Raja Kabupaten Aceh Selatan, yaitu:1. Bagi kepala sekolah selaku pimpinan sekolah hendaknya secara berkala melakukan pemeriksaan terhadap perangkat pembelajaran guru terutama RPP, agar para guru senantiasa melaksanakan proses pembelajaran secara terencana. 2. Kepala sekolah perlu melakukan bimbingan dan pembinaan kepada para guru khususnya dalam penyusunan RPP terutama kepada guru yang masih pemula atau guru yang mengajar bukan pada bidangnya karena ada kecenderungan mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran terutama RPP.3. Kepala sekolah perlu melakukan kegiatan penyegaran kepada para guru agar dapat mengikuti perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam penyusunan RPP. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan In-House Training.4. Bagi seluruh kepala sekolah selingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Selatan, diharapkan dapat menerapkan In-House Training, karena In-House Training sangat cocok digunakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP yang selama ini masih menjadi administrasi yang masih sulit diminta dari guru-guru. 5. Bagi Guru hendaknya setiap awal tahun pelajaran menyusun RPP sesuai dengan standarisasi yang berlaku. Selanjutnya, RPP yang telah disusun hendaknya digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.6. Kepada guru-guru yang pengetahuan dan pengalamannya masih kurang agar dapat meminta bimbingan atau berkoordinasi dengan teman sejawat yang lebih berpengalaman atau meminta bimbingan kepada kepala sekolah atau yang ditunjuk.7. Untuk pengawas sekolah yang berperan sebagai supervisor, diharapkan dapat memberikan masukan yang lebih jelas dan terarah dalam pembinaan terhadap guru terutama dalam menyusun RPP.

DAFTAR PUSTAKAArikunto, Suharsimi, (1997). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta : Rineka Cipta.Arifin, Ahmad. (2012). Perencanaan Pembelajaran Dari Desain Sampai Implementasi. Yogyakarta: Pedagogia.BSNP. (2007). Model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta:.Depdiknas.Dahlan,Dadang, In-house Training Sebagai Sarana Peningkatan Kualitas Guru Tsanawiyah, file.upi.edu/al.php.Depdiknas. (2001). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.Depdiknas. (2010). Supervisi Akademik (Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta: Depdiknas.Isdisusilo. (2002). Panduan Lengkap Menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran. Jakarta : Kata Pena.Majid, Abdul. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.__________. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.__________. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University PressPeraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007a tentang Standar Proses. Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.Suhardjono et.al. (2005). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis.Suyadi. (2012). Buku Panduan Guru Profesional (Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah). Yogyakarta: Andi.Wardani, IGK. (1996). Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti.