makalah eco house
TRANSCRIPT
MAKALAH
ECO-HOUSE
Makalah ini diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah analisis struktur
Oleh:
Jurizka Jhamastri (F44080009)
Nanda Savira Ersa (F44080020)
Ahmad Husni (F44080047)
Fransisca Hicca (F44080064)
Fathimatuz Zahra Asy syifa (F44080069)
Dosen:
Ir. Mieske Widyarti, M.Si
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2010
PENDAHULUAN
Bangunan ramah lingkungan yang juga dikenal sebagai konstruksi
ramah lingkungan atau bangunan berkelanjutan adalah menciptakan
struktur dan proses pembuatannya juga ramah lingkungan dan sumber
daya yang efisien di seluruh bangunan daur-hidup, mulai dari survey hingga
desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, dan deconstruction.
Praktek ini meluas dan menyempurnakan desain bangunan klasik yang
memperhitungkan biaya, kegunaan, daya tahan dan kenyamanan. Walaupun
teknologi-teknologi baru terus dikembangkan untuk menyempurnakan
pembuatan struktur yang lebih “eco-friendly”, tujuan yang sama adalah
bangunan ramah lingkungan didesain untuk mengurangi akibat buruk
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia melalui:
Penggunaan energi secara efektif, air dan sumber daya lainnya
Melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktifitas
pekerja
Mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan
Terdapat beberapa istilah dengan konsep yang hampir sama diantaranya
Natural Building dan Solar passive house. Natural building adalah sebuah
konsep untuk bangunan dengan menggunakan skala lebih kecil dan
cenderung fokus pada penggunaan bahan-bahan alami yang tersedia. Dan
Solar pasisive house merupakan sebuah konsep yang cenderung focus
terhadap penghematan energi. Terdapat empat elemen untuk menjalankan
konsep Solar passive house tersebut, yaitu basis matahari, desain rumah,
struktur rumah, dan teknologi.
Penyelamatan Bumi yang sedang sakit bisa dimulai dari hal-hal kecil
yang ada di sekitar kita. Seperti pembanguan rumah tinggal yang ramah
lingkungan (eco house) dengan sanitasi yang baik. Seperti
mempertimbangkan penghematan listrik, hemat air, pembuangan limbah
rumah tangga menggunakan peresapan sendiri dengan tidak langsung
disalurkan ke got serta mendesain sistem sirkulasi udara alami. Tidak
menggunakan barang yang dapat merusak ozon seperti AC, busa dan rokok
juga bagian dari konsep eco house ini. Pada dasarnya menanam pohon
sebanyak-banyaknya dan dirawat dengan sehat pertumbuhannya juga bisa
mengembangkan konsep eco-house ini. Demikian pula penggunaan bahan
yang bisa digunakan kembali seperti kain lap dari pada tisu juga bagian dari
konsep eco-house.
Sejak 1996 negara maju sudah sepakat untuk tidak memakai barang-
barang yang menggunakan bahan kimia CFC yang bisa merusak ozon dan
mengakibatkan pemanasan global. Namun, Indonesia malah menjadi tempat
pembuangan pemasaran produk-produk yang tidak ramah lingkungan.
Pengembangan Eco-house di negara berkembang pada saat ini didasarkan
pada prinsip-prinsip ramah lingkungan seperti:
Meminimalkan penggunaan energi melalui banyaknya bukaan dan
lubang-lubang ventilasi yang diharapkan akan menekan kebutuhan
penggunaan listrik untuk penerangan atau sirkulasi udara. Pola
pembagian ruang yang terbuka ini juga untuk meningkatkan kualitas
kesehatan rumah.
Penggunaan bahan alami lokal namun tidak membebani sumber daya
alam setempat dan bahkan dapat mempromosikan perekonomian
setempat. Contohnya adalah kombinasi kayu (misalnya kayu kelapa)
dengan batu serta penggunaan bata merah yang merupakan hasil
industri setempat.
Memiliki cukup ruang dan sarana dasar untuk mengembangkan pola
pengolahan sampah sendiri (pengkomposan) maupun penambahan
fasilitas pengolahan air kotor atau daur ulang air pada saatnya.
Tersedia pula cukup ruang untuk mengembangkan taman dan apotik
hidup yang diharapkan turut memperbaiki kualitas udara rumah.
Pada akhirnya pengembangan rumah ramah lingkungan ini akan
dilanjutkan menjadi pengembangan Desa Ramah Lingkungan atau Eco-
village yang semata-mata ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
lingkungan.
ISI
1.1 PENGGUNAAN ECO-HOUSE DI CINA
Banyak metode tradisional, teknik dan material yang sekarang kembali
popular digunakan, walaupun popularitas teknik-teknik ini berbeda di tiap
negara. Di daerah timur-laut Cina dibangun 600 rumah menggunakan
dinding dari jerami yang mampu menahan panas. Rumah-rumah ini hanya
memerlukan sepertiga pemanasan dibandingkan rumah batu-bata biasa,
dan berhasil memperbaiki kondisi penghuni dengan berkurangnya biaya
pemanasan, emisi CO2 dan polusi udara. Dalam proyek ini tumpukan jerami
dipakai sebagai bahan dinding eksterior bangunan. Tumpukan jerami ini
kemudian diplester dua sisi. Hasilnya, dinding setebal 45-60 cm yang
kelihatannya mirip dengan dinding adobe atau batu. Struktur dinding ini
dapat menahan beban atap atau hanya sebagai dinding pengisi.
Konstruksi dinding jerami ini ternyata sesuai untuk iklim timur-laut
Cina. Ujicoba pertama dilakukan tahun 1998 untuk membangun sebuah
sekolah yang bangunan batu-bata aslinya hancur diguncang gempa ringan.
Rumah-rumah yang dibangun dengan program ini sejauh ini mampu
bertahan terhadap gempa karena dinding jerami yang ringan dan lentur ini
mampu menyerap goncangan gempa. Penghuni rumah biasanya
memanaskan ruangan dengan membakar batubara. Akibat sampingannya,
tingkat polusi tinggi dan diduga menjadi penyebab banyaknya penduduk
yang mengidap kanker paru-paru dan sakit pernafasan. Dengan rumah
jerami yang mampu menahan panas, jumlah batubara yang perlu dibakar
berkurang 40-50%. Menurut para penghuni, penghangatan di rumah jerami
ini lebih stabil dan merata, dan jumlah sakit pernafasan pun berkurang.
Manfaat jangka panjang penggunaan jerami telah berhasil mengurangi
dua pertiga jumlah batu-bata yang dipakai dalam membangun dinding
eksterior, dengan demikian mengurangi polusi dan pemakaian tanah liat
yang langka. Pemantauan menunjukkan bahwa pada hari yang dingin, di
rumah jerami dibakar 5 kilogram lebih sedikit arang batu akar
dibandingkan dengan di rumah batu-bata biasa. Rumah jerami 68% lebih
effisien dalam pengunaan energi dibandingkan dengan rumah batu-bata
berukuran sama dan emisi CO2 per rumah berkurang sebanyak 0,6 sampai
1,2 ton per tahun. Dinding yang terbuat dari jerami menawarkan nilai
insulasi yang tinggi sehinnga mengurangi biaya bahan bakar, emisi CO2
dan polusi udara. Jerami memiliki nilai CRSI 5,8 dibandingkan dengan 0,33
untuk dinding batu-bata. Ia juga memiliki kandungan energi yang lebih
kecil.
1.2 KONSTRUKSI ECO-HOUSE
Eco-house dibangun dari material yang ramah lingkungan, tersedia di
alam, berkelanjutan dan lebih ekonomis. Material untuk bangunan ini
dapat terbuat dari tanah liat dan pasir. Ketika bercampur dengan air dan,
biasanya, jerami dan serat lainnya, campuran tersebut dapat berbentuk cob
atau adobe (balok tanah liat). Material lain yang biasanya dipakai adalah
tanah, kayu, jerami, sekam, bamboo dan batu. Banyak jenis material daur
ulang yang lazim digunakan, termasuk urbanite (potongan pondasi beton
bekas) dan kaca-kaca daur ulang. Beberapa material semakin dihindari
penggunaannya dalam bangunan karena akibat negativenya terhadap
lingkungan dan kesehatan. Material-material ini misalnya kayu hasil
penebangan liar, semen portland sebagai dasar campuran, pengecatan dan
lapisan lainnya yang mengeluarkan volatile organic compounds (VOCs) dan
beberapa plastik, terutama polyvinyl chloride (PVC) yang berbahaya.
Sesuai dengan pengertian eco-house yaitu rumah huni yang ramah
lingkungan, disini kami membaginya dari aspek material yang tersedia di
alam dan teknologi hemat energi.
A. Material
1. Adobe
Adobe merupakan metode konstruksi tertua yang terdiri dari
campuran tanah liat, pasir dan air. Kadang-kadang potongan jerami atau
serat lain untuk menambah kekuatan. Campuran ini kemudian dibiarkan
kering dalam bentuk yang dikehendaki. Setelah kering 50-60% pasir dan
35-40% tanah liat akan meningkatkan kekuatan batu. New Mexico US
Extension Service menyarankan pencampuran yang terdiri dari tidak lebih
1/3 tanah liat, tidak kurang ½ pasir dan tidak lebih dari 1/3 debu. Biasanya
adobe dibentuk menjadi batu bata yang dapat ditumpuk untuk membentuk
dinding. Kadang-kadang adobe stabil dengan sedikit semen atau aspal
emulsi untuk memberikan sifat kedap air lebih baik.
Untuk melindungi dinding dan mengurangi pemeliharaan, bangunan
adobe memiliki atap besar yang menjorok dan pondasi cukup besar. Adobe
dapat diplester dengan cob atau kapur untuk meningkatkan penampilan dan
perlindungan.
Adobe banyak digunakan sebagai arsitektur di daerah beriklim gurun.
Selain karena mudah didapatkan, adobe juga melindungi penghuni dari
siang yang panas dan malam yang dingin. Adobe memiliki massa termal
yang baik, yang berarti adobe sulit untuk mengirimkan panas atau dingin.
Dinding yang besar menghambat panas dari matahari dan udara sebelum
akhirnya memanaskan suhu ruangan. Setelah matahari terbenam, dinding
yang hnagat melanjutkan mentransfer panas ke dalam ruangan.
Perencanaan ketebalan dinding adobe sangat mempengaruhi temperatur
suhu ruangan di iklim ekstrim seperti gurun.
Tergantung pada bahan-bahan yang tersedia, atap dapat dirakit
dengan menggunakan kayu panjang atau logam untuk menciptakan sebuah
kerangka kerja untuk memulai lapisan batu bata adobe. Tergantung pada
ketebalan batu bata adobe, kerangka kerja telah menggunakan kerangka
baja dan lapisan logam di atas kerangka untuk memungkinkan bahkan
massa beban adobe tersebar di batas logam seperti cob dan diizinkan udara
kering yang sesuai. Metode ini didemonstrasikan dengan menggunakan
adobe yang dicampur hingga meresap dengan semen untuk membolehkan
pengeringan dan mencegah keretakan besar.
Konstruksi rumah bata adobe di Kyrgyzstan. Bata adobe di dekat lokasi
konstruksi di Milyanfan,
Kyrgyzstan
2. Cob
Istilah cob digunakan untuk mendeskripsikan sistem bangunan monolitik
dengan bahan dasar campuran tanah liat, pasir dan jerami. Konstruksinya
tidak menggunakan batu atau rangka kayu. Variasi bentuk dari bangunan
“cob” telah digunakan dalam banyak bagian di dunia selama berabad-abad.
Cob mulai digunakan di Inggris dan menghilang ketika Perang Dunia I. Cob
salah satu teknik yang paling sederhana dan murah, serta dapat dibuat
dalam berbagai bentuk.
Sebuah bangunan cob kecil dengan atap bersambung
3. Cordwood
Konstruksi cordwood adalah istilah yang digunakan untuk metode
dimana “cordwood” atau bagian pohon yang pendek diletakkan melintang
dengan batu atau campuran cob untuk membangun dinding. Bagian
cordwood, menjadi isi untuk dinding, biasanya diantara tiang di struktur
rangka kayu. Batu cardwood dapat dikombinasikan dengan metode lain
untuk menghasilkan kombinasi yang atraktif. Konstruksi cordwood memiliki
massa thermal yang tinggi, sehingga mudah mentrasfer panas dan dingin.
Bagian dari rumah cordwood
4. Earth Bag
Tanah adalah bahan paling khas yang digunakan untuk konstruksi
dinding. Metode ini menggunakan tumpukan polypropylene atau serat alami
(goni). Kantong dinding diisi dengan tanah atau campuran lain, dengan atau
tanpa stabilizer seperti semen Portland untuk membentuk footings, pondasi,
dinding dan bahkan kubah atap. Penggunaannya yang semakin popular
berhubungan dengan ketersediaannya yang berlimpah seringkali material
ini berpotensi digunakan pada bangunan murah yang fleksibel. Namun
karena tanah adalah isolator yang buruk, dalam iklim yang lebih ekstrem
variasi pengisi dinding lain kini sedang dicari, misalnya batu apung, sekam
atau material lain dengan nilai insulasi yang lebih baik dari tanah.
5. Rammed Earth
Rammed Earth adalah sistem dinding dengan dasar tanah terbuat dari
kerikil, pasir, dan tanah liat; yang sangat kuat dan tahan lama. Kualitas
dinding rammed earth padat, solid, dan mirip batu dengan tidak mencemari
lingkungan dan biaya pemeliharaan rendah. Rammed earth telah digunakan
selama sekitar 10.000 tahun di semua jenis bangunan dari tingkat rendah
hingga tinggi dan dari pondok-pondok kecil ke istana.
Konstruksi ini optimal dibuat dari campuran sekitar 70% agregat
(kerikil, pasir) dan 30% tanah liat. Semen dapat ditambahkan jika
memerlukan campuran atau pigmentasi untuk mencapai warna yang
diinginkan. Sekitar 5-10 inci campuran sub-tanah basah ditempatkan di
dalam bentuk dan dipukul-pukul dengan total pemadatan dan proses akan
diulang sampai ketinggian yang diinginkan tercapai. Dinding yang
terbentuk dapat bertahan lebih dari 1000 tahun.
6. Batu, Granit dan Beton
Batu tersedia dimana-mana dan telah digunakan sebagai bahan
bangunan alami selama berabad-abad. Dikombinasikan dengan bahan
dan teknik modern seperti beton dan baja, yang tahan lama.
7. Rangka Kayu
Unsur penting dari bangunan berangka kayu adalah sambungan kayu,
dinding dari tanah liat dan atap ilalang. Teknik bangunan ini sudah ada sejk
abad ke-9 di Eropa dan Asia dan selanjutnya menjadi konstruksi umum di
daerah utara hingga abad ke-19. Struktur bingkai kayu tertua (misalnya,
gereja-gereja berbingkai kayu dari Skandinavia) menunjukkan keahlian dan
pemahaman yang kuat dari aspek-aspek teknis desain struktural, seperti
halnya di Jepang.
Rangka kayu biasanya menggunakan sebuah "tekukan (bent)." “Bent”
adalah struktur pendukung, seperti truss, terdiri dari dua titik, sebuah
pengikat balok dan dua kasau (rafter) yang disambung ke dalam suatu
rangka persambungan. Pengetahuan tentang persambungan, merupakan
dasar dari banguan kerangka kayu. Konstruksi bangunan rangka kayu
modern, cocok untuk rumah serta gedung-gedung publik. Struktur
kerangka kayu sering digunakan dalam kombinasi dengan teknik bangunan
alam lainnya, seperti cob, straw bale, atau cordwood/ batu.
Rangka lengkap rumah rangka kayu modern
B. TEKNOLOGI
Praktik eco-house bertujuan mengurangi dampak pencemaran
lingkungan dari bangunan. Bangunan membutuhkan penggunaan lahan,
konsumsi energi, air dan udara yang besar. berdasarkan perhitungan
statistik EPA, pengurangan konsumsi sumber daya alam untuk bangunan
dan jumlah polusi yang dilepaskan itu dianggap penting bagi keberlanjutan
masa depan. Dampak bangunan terhadap pencemaran lingkungan sering
diremehkan, karena biaya yang dibutuhkan untuk membuat eco-house lebih
mahal. Sebuah survei yang dilakukan oleh Dewan Bisnis Dunia untuk
Pembangunan Berkelanjutan menyebutkan bahwa biaya untuk eco-house
lebih tinggi 300 persen, sedangkan kontraktor real estat memperkirakan
biaya tambahan yang dibutuhkan 17 persen lebih tinggi dari konstruksi
konvensional
Adapun Langkah-langkah dari proses konstruksi eco-house adalah sebagi
berikut
meratakan tanah
meletakan tangki air dalam tanah
membuat pondasi
memasang sistem sanitasi (plumbing)
memasang ubin di lantai beton
meletakkan beton untuk balok
membuat rangka dinding
memasang atap dan membuat sistem saluran pembuangan air hujan
memberikan lapisan luar
memasang jendela-jendela dan pintu-pintu
memasang kabel untuk sistem tenaga surya
menambahkan sekat interior
melakukan plesteran
memberikan hiasan eksterior
• memasang papan gypsum
• member tekstur dan pengecatan dinding
• memasang fixtures
• memasang hiasan interior
• menyusun dan menghubungkan panel surya
• memasang inverter
PENUTUP
Kesimpulan
Eco-house atau green building merupakan bangunan yang
dikembangkan dengan konsep ramah lingkungan. Bahan-bahan
yang digunakan untuk bangunan ini merupakan bahan-bahan
dari alam yang pemakaiannya pun disesuaikan dengan daerah
yang menggunakannya dan tidak merusak lingkungan sekitar.
Green building dikembangkan karena melihat kondisi bumi saat
ini yang merupakan akibat dari pemanasan global atau global
warming.