konsep eco industrial park
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Konsep Eco Industrial Park pada Industri Kertas
ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada
matakuliah Kesling Kawasan Industri. Selain itu, makalah ini juga dapat menambah
pengetahuan mahasiswa atau pembaca mengenai Konsep Eco Industrial park dan Cara
Pengolaan Limbah Industri Kertas dengan menggunakan sistem tertutup.
Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Olehnya itu,
penulis menyampaikan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak
membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.Karenanya, saran
dan kritik yang membangun selalu penyusun harapkan demi perbaikan-perbaikan selanjutnya.
Makassar, September 2012
Penulis
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................................1
Daftar Isi................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
I.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
I.3 Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Konsep Eco-Industrial Park...................................................................................6
II.2 Proses Produksi Dalam Industri Kertas..................................................................9
II.3 Layout EcoIndustrial Park Industri Kertas...........................................................
BAB III PENUTUP
III.1 Kesimpulan...........................................................................................................
III.2 Saran.....................................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................................
Lampiran................................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Pada dewasa ini yang menjadi bahan perdebatan adalah bagaimana menyusun
suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Semakin meningkatnya
populasi manusia mengakibatkan tingkat konsumsi produk dan energi meningkat juga.
Permasalahan ini ditambah dengan ketergantungan penggunaan energi dan bahan baku yang
tidak dapat diperbarui. Pada awal perkembangan pembangunan, industri dibangun sebagai
suatu unit proses yang tersendiri, terpisah dengan industri lain dan lingkungan. Proses
industri ini menghasilkan produk, produk samping dan limbah yang dibuang ke lingkungan.
Kertas merupakan barang yang banyak digunakan oleh masyarakat dengan
berbagai usia. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, permintaan akan kertas
juga semakin meningkat. Menurut Robert (1996), produksi kertas dan papan di dunia per
tahun adalah sekitar 250 juta ton dan setengahnya diproduksi oleh Amerika Serikat dan
negara-negara EEC. Produksi kertas yang banyak ini tentu saja sebagai akibat dari konsumsi
kertas dunia yang juga meningkat.
Industri kertas memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap penyediaan
lapangan kerja serta pendapatan nasional. Pada tahun 2007 sumbangan industri kertas
terhadap pendapatan nasional mencapai 45,4 triliun Rupiah (harga berlaku) atau sekitar 1,3%
dari total pendapatan nasional. Nilai tambah industri kertas juga sedikit mengalami
peningkatan dari sekitar 20,0 triliun Rupiah (harga konstan 2000) pada tahun 2000 menjadi
sekitar 25,9 triliun Rupiah (harga konstan 2000) pada tahun 2007 atau meningkat rata-rata
sebesar 3,8% per tahun. Dengan peningkatan ini maka kebutuhan energi di industri kertas
diprakirakan juga akan semakin meningkat.
Penggunaan kertas di dunia saat ini telah mencapai angka yang sangat tinggi.
Menyikapi hal ini pemerintah berencana menjadi produsen pulp dan kertas terbesar dunia
(Syafii, 2000). Permasalahannya adalah, produsen pulp dan kertas di tanah air pada umumnya
menggunakan kayu hutan sebagai bahan baku. Simajuntak (1994) mengemukakan 90% pulp
dan kertas yang dihasilkan menggunakan bahan baku kayu sebagai sumber bahan berserat
selulosa. Dapat diprediksikan bahwa akan terjadi eksploitasi hutan secara besar-besaran
apabila kelak Indonesia menjadi produsen pulp terbesar di dunia. Terganggunya kestabilan
lingkungan menjadi dampak yang perlu mendapat perhatian khusus. Untuk mengatasi hal ini
3
pemerintah harus mencari alternatif penggunaan kayu hutan sebagai bahan baku pembuat
pulp dan kertas.
Meningkatnya pertumbuhan industri kertas di indonesia telah membawa dampak
terhadap meningkatnya permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah.
Oleh karenanya dalam upaya terpeliharanya kualitas lingkungan industri harus meningkatkan
pengelolaan limbagnya melalui pengolahan yang lebih efektif dan kemungkinan
pemanfaatannya.
Industri kertas pada saat ini dihadapkan pada masalah penanganan limbah padat
yang jumlahnya cukup besar. Kontribusi terbesar berasal dari lumpur hasil pengolahaanair
limbah. Di lokasi pabrik limbah padat tersebut hanya di tumpuk dan belum di manfaatkan
sehingga selain menimbulkan gangguan terhadap estetika, juga menyebabkan pencemaran
tanah, air tanah, dan menimbulkan bau bagi masyarakat sekitar.
Setiap unit proses pada industri kertas menghasilkan limbah cair yang
keseluruhannya di olah di unit effluent treatment. Pengolahaan limbah cair yang komponen
utamanya berupa serat dan senyawa organik kompleks lignin dilakukan dengan pengolahaan
primer dan pengolahaan proses biologi lumpur aktif dengan suplai oksigen dari udara dan
penambahan nutrisi. Hasil dari pengolahan limbah cair diperoleh air limbah terolah yang
telah memenuhi baku mutu persyaratan pembuangan air limbah ke lingkungan dan
menghasilkanpula lumpur sebagai limbah padat. Bahan sisa lumpur instalasi pengolah air
limbah (IPAL) yang bersumber pada pengolahan air limbah bisa mencapai 1-3% berat produk
untuk industri pulp dan kertas terpadu, 0,6-0,7% berat produk industri kertas dengan bahan
baku pulp, dan 0,8-1,2% berat produk untuk industri kertas dengan bahan baku kertas
bekas(dasar kering) (Purwati dkk, 2006). Jumlah limbah yang cukup besar tersebut sebagai
konsekuensinya, tampa pengolahaan yang tepat maka limbah tersebut akan menimbulkan
pencemaran lingkungan yang serius.
Untuk itu, perlu adanya upaya yang searah dan terkoordinir antara seluruh
stakeholder dalam mengupayakan terciptanya dunia industri yang ramah lingkungan dan
berkesinambungan melalui konsep eco-industrial park (EIP).
I.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep Eco Industrial Park ?
2. Bagaimana proses produksi dalam Industri Kertas ?
3. Bagaimana layout Eco industrial park industri kertas ?
4
I.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep Eco Industrial Park .
2. Untuk mengetahui proses produksi dalam Industri Kertas.
4. Untuk mengetahui layout Eco industrial park industri kertas.
5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Konsep Eco Industrial Park (EIP)
a. Defenisi
Benturan (ketidakserasian) antara dunia bisnis dengan alam, antara ekonomi
dan ekologi ,terutama karena adanya kenyataan bahwa alam adalah suatu silklus,
sedangkan sistem industri adalah adalah linear.Sistem linear (siklus terbuka)
memanfaatkan energi dan sumberdaya alam kemudian mentransportasikannya
menjadi produk ditambah limbah.Limbah yang dihasilkan kemudian di buang dan
akhirnya membuang produkunya setelah dimanfaatkan.Pola produksi dan konsumsi
yang berkelanjutan membutuhkan suatu siklus yang tertutup,meniru proses
ekosistem.Untuk mencapai pola siklus tertutup, dibutuhkan rancangan ulang yang
mendasar dari bisnis dan ekonomi,pola siklus terbuka harus di ubah menjadi pola
siklus tertutup.
Eco-industrial park (EIP)merupakan sekumpulan industri(penghasil produk
jasa) yang berlokasi pada suatu tempat dimana para pelaku-pelaku di dalamnya secara
bersama mencoba meningkatkan perfomansi lingkungan, ekonomi, dan
sosialnya.Tujuan dari EIP ini tidak lain adalah memperbaiki perfomansi ekonomi bagi
industri-industri didalamnya melalui minimalisasi dampak lingkungan.Dalam hal ini
pendekatan-pendekatan yang dilakukan akan diarahkan pada :desain hijau (green
design) infrasturktur , perencanaan dan penerapan konsep produk bersih, pencegahan
polusi, efisiensi energi, dan hubungan antara perusahaan-perusahaan (inter-company
partnering).
Oktober 1996,hasil workshop yang diselenggarakan oleh United States
President’s Council untuk pembangunan berkelanjutan menyebutkan dua defenisi
penting untuk sebuah EIP.Pertama,EIP merupakan suatu komunitas bisnis yang
bekerjasama satu sama lain dan serta melibatkan masyarakat disekitarnya untuk lebih
mengefisienkan pemanfaatan sumber daya (informasi,material,air,energi,infrastruktur,
dan habitat alam) secara bersama-sama, meningkatkan kualitas sumber daya manusia
bagi kepentingan bisnis dan juga masyarakat sekitarnya.Defenisi kedua mengenai EIP
adalah suatu sistem industri yang merencanakan adanya pertukaran material dan
6
energi guna meminimalisasi penggunaan energi dan bahan baku, meminimalisasi
sampah, dan membangun suatu ekonomi berkelanjutan, ekologi dan hubungan sosial.
EIP merupakan evolusi dari konsep dari kawasan-kawasan industri yang sudah
ada.EIP mencoba mengkoreksi konsep kawasan-kawasan industri yang sudah ada
selama ini.Konsep kawasan industri yangs selama ini hanyalah merupakan kumpulan
industri yang hampir sama sekali tidak memiliki keterkaitan terutama dalam
pengelolaan lingkungan, atau dengan kata lain, konsep kawasan industri tradisional
memiliki pertentangan dan mengindahkan konsep co-lokasi (co-location) dalam
perkembangannya.Konsep co-lokasi mengembangkan cara-cara baru untuk meraih
suatu kesinergian dan efisiensi yang lebih besar lagi, dengan memperkuat prospek-
prospek peningkatan nilai tambah dalam proses-proses industri yang diambil dari
keuntungan yang diperoleh karena pengelompokan industri pada suatu kawasan.
Perbedaan Eco industrial-park dengan kawasan industri biasanya menurut
Anca-Katrin Fleig (2000) adalah:
Tingginya kerjasama/pertukaran antara perusahaan-perusahaan , pengelola
kawasan dan para pembuat kebijakan lokal diwilayah tempat EIP tersebut
berada.
Para pelaku usaha dalam EIP selalu bekerja keras untuk mewujudkan visi dari
aktivitas industri yang dilakukan untuk mencapai suatu keberlanjutan yang
berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologis.
b. Manfaat Eco industrial park (EIP)
Manfaat bagi industri
EIP akan memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk mengurangi
biaya-biaya produksi melalui efisiensi terhadap material dan energi, daur ulang
sampah/limbah industridan minimalisasi biaya-biaya tambahan yang mungkin
timbul karena denda yang berhubungan dengan aturan pemerintah terhadap
pelanggaran perusakan lingkungan dan aktivitas produksi yang dilakukan.
Selain itu dengan konsep EIP ini memungkinkan juga adanya suatu
pemanfaatan berbagai fasilitas atau layanan jasa bersama antaranggotanya
dalam kawasan tersebut,misalnya adanya suatu usaha manajemen limbah
bersama, pelatihan-pelatihan bersama, pembelian bahan baku bersama,
penggunaan sistem informasi lingkungan bersama dan beberapa layanan jasa
lainnya.Dengan adanya sharing biaya-biaya antar perusahaan ini akan
7
membantu para anggotanya untuk memperoleh efisiensi ekonomi yang lebih
besar melalui kolaborasi tersebut.
Konsep EIP ini akan memberikan keuntungan lebih bagi industri-
industri kecil dan menengah.Lemahnya kemampuan industri kecil dan
menengah terhadap akses informasi , merupakan kendala besar bagi mereka
untuk meraih pasar dan menghadapi persaingan dari skala ekonomi perusahaan
lokal.
Manfaat Bagi Lingkungan
Penerapan konsep EIP akan mengurangi banyak sumber-sumber polusi,
limbah, dan sampah juga mengurangi pemanfaatan sumberdaya alam secara
berlebihan .Dari sisi perusahaan yang merupakan anggota EIP dengan
penerapan konsep EIP ini akan mengurangi beban mereka terhadap tuntutan
ramah lingkungan melalui pendekatan yang lebih inovatif bagi penerapan
produksi bersih, diantaranya termasuk usaha-usaha pengendaliaan polusi,
efisiensi energi,manajemen limbah, pemulihan sumber daya alam, dan teknik
serta metode lainnya bagi penerapan konsep manajemen lingkungan.
Manfaat Bagi Masyarakat
Dengan meningkatnya performansi perusahaan-perusahaan anggota EIP akan
menjadikan EIP sebagai suatu kekuatan alat pembangunan ekonomi suatu
masyarakat.EIP akan memberikan kesempatan usaha-usaha baru bagi
masyarakat.Berkembangnya EIP akan menciptakan program-program baru
bagi kemajuan ekonomi regional bersangkutan dan juga memperoleh
keuntungan lingkungan dari kemajuan yang diperoleh dari sektor industri
mereka,diantaranya masyarakat disekitarnya akan memperoleh udara,air, dan
tanah yang lebih bersih, berkurangnya sampah dalam jumlah besardan
keuntungan-keuntungan lingkungan lainnya.
c. Pertukaran Hasil Samping Antar Perusahaan
Pertukaran hasil samping perusahaan atau by-product synergy atau by-
product network.Pada dasarnya hasil samping merupakan sekumpulan
perusahaan yang memanfaatkan dan mempertukarkan hasil sampingannya
sebagai bahan baku lagi dari satu perusahaan kepada perusahaan lain, daripada
hanya membuangnya sebagai sampah atau limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi.Perwujudan dari suatu pertukaran hasil samping merupakan
8
hal yang paling esensial dalam penerapan strategi dalam melaksanakan konsep
ekologi industri.
Untuk mewujudkan suatu pertukaran hasil samping tidak hanya sebatas
pertukaran material atau pun energi saja.Akan tetapi membutuhkan dukungan
dari banyak pihak, sehingga pertukaran hasil samping yang dikembangkan
tidak hanya mendorong keuntungan dari sisi lingkungan saja (pengurangan
penggunaan sumber daya dan polusi), tetapi juga memberikan suatu
keuntungan ekonomi (peningkatan efisiensi dan produktivitas) dari para
pelaku yang terlibat, serta mendorong pembangunan masyarakat dalam rangka
pembangunan berkelanjutan.
II.2 Proses Produksi Dalam Industri Kertas
a. Bahan Baku
Kertas merupakan suatu kebutuhan manusia saat ini. Kertas digunakan untuk
berbagai kepentingan, baik untuk kebutuhan sekolah, perkantoran bahkan sampai
kebutuhan rumah tangga. Kertas yang sering kita gunakan itu biasanya terbuat dari
kayu yang diolah dengan teknologi modern sehingga sampai ke tangan kita. Pulp
merupakan bahan mentah dari pembuatan kertas, dus, corrugated board serta produk-
produk lain yang serupa dengan itu. Pulp dibuat dari serat tumbuhan yang merupakan
bahan terbarukan.
Kertas yang sering kita gunakan itu terbuat umumnya terbuat dari kayu atau
lebih tepatnya dari serat kayu dicampur dengan bahan-bahan kimia sebagai pengisi
dan penguat kertas. Kayu yang digunakan di Indonesia umumnya jenis Akasia. Kayu
jenis ini berserat pendek sehingga kertas menjadi rapuh. Di mesin pembuat kertas
(paper machine), serat kayu ini dicampur dengan kayu yang berserat panjang
contohnya pohon pinus.
Penggunaan kertas di dunia saat ini telah mencapai angka yang sangat tinggi. .
Permasalahannya adalah produsen pulp dan kertas di tanah air pada umumnya
menggunakan kayu hutan sebagai bahan baku. Simajuntak (1994) mengemukakan
90% pulp dan kertas yang dihasilkan menggunakan bahan baku kayu sebagai sumber
bahan berserat selulosa. Dapat diprediksikan bahwa akan terjadi eksploitasi hutan
secara besar-besaran apabila kelak Indonesia menjadi produsen pulp terbesar di dunia.
Terganggunya kestabilan lingkungan menjadi dampak yang perlu mendapat perhatian
9
khusus. Untuk mengatasi hal ini harus dicari alternatif penggunaan kayu hutan
sebagai bahan baku pembuat pulp dan kertas.
Pulp diproduksi dari bahan baku yang mengandung selulosa. Baskoro (1986)
mengatakan bahwa ampas tebu (bagase), limbah dari batang tebu setelah dilakukan
pengempaan dan pemerasan, secara umum mempunyai sifat serat yang hampir sama
dengan sifat serat kayu daun lebar. Berdasarkan pustaka (Paturau, 1982), komponen
utama ampas tebu terdiri dari serat sekitar 43-52%, dan padatan terlarut 2-3%.
Panjang serat 1,43 mm dan nisbah antara panjang serat dangan diameter 138,43
(Baskoro,1986).
Bagase adalah hasil samping industri gula yang merupakan residu berserat dari
tanaman tebu (Saccharum officinarum) setalah dilakukan ekstraksi dan pengempaan
(Casey, 1960). Menurut Baskoro (1986) bagase mempunyai komposisi yang hampir
sama dengan komposisi kimia kayu daun lebar, kecuali kadar airnya. Misra (1980
dalam Baskoro, 1986) menyebutkan bahwa bagase terdiri dari tiga komponen, yaitu:
(1) kulit (rind) yang meliputi epidermis, kortek, dan perisikel, (2) ikatan serat
pembuluh, (3) jaringan dasar (parenkim) atau pith dengan ikatan yang tersebar tidak
teratur. Ampas tebu merupakan limbah lignoselulosa yang dihasilkan oleh pabrik gula
setelah tebu diambil niranya.
Gambar1.Bagase
b. Proses Pembuatan Kertas
10
a) Pembuatan Kertas Dari Bahan Baku Kayu
Gambar2.Skema proses pembuatan bubur kertas (pulp)
Proses pembuatan pulp ada dua macam yaitu secara kimia (chemical pulping) dan
proses mekanikal (mechanical pulping). Proses pembuatan pulp dimulai dari penyediaan
bahan baku, dengan cara mengambil dari hutan tanam industri kemudian disimpan dengan
tujuan untuk pelapukan dan persediaan bahan baku. Kayu yang siap diolah ini disebut dengan
Log. Kemudian log di kupas kulitnya dengan alat yang berbentuk drum disebut Drum barker.
Setelah itu log melewati stone trap (alat yang berbentuk silinder berfungsi untuk
membuang batu yang menempel pada log), setelah itu log dicuci.Log yang sudah bersih ini
kemudian di iris menjadi potongan-potongan kecil yang di sebut dengan chip. Chip kemudian
dikirim ke penyaringan utama untuk memisahkan chip yang bisa dipakai (ukuran standar
25x25x10mm) dengan yang tidak. Chip yang standar disimpan ditempat penampungan.
Dari tempat penampungan chip dibawa dengan konveyor ke bejana pemasak
(digester). Steam dimasak dengan beberapa tahap. Pertama di kukus (presteamed), kemudian
baru dipanaskan dengan steam di steaming vessel. chip di masak dengan cairan pemasak
yang disebut dengan cooking liquor.
Tahap selanjutnya setelah setelah bubur kertas siap kemudian dicuci dengan tujuan
untuk memisahkan cairan sisa hasil pemasakan dan mengurangi dampak terhadap
lingkungan.
Proses selanjutnya pulp di saring (screaning) agar terbebas dari bahan-bahan pengotor
yang dapat mengurangi kualitas pulp. Proses penyaringan ini ada dua tahap, yaitu
penyaringan kasar dan penyaringan halus. Proses akhir dari penyaringan berada pada sand
removal cyclones yang berfungsi untuk memisahkan pasir dari pulp.
11
Kemudian bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2) dan sodium hidroksida (NaOH) di
dalam delignification tower sebelum di cuci didalam washer. Tujuan dari pencampuran ini
adalah untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan kimia pada tahap pengelantangan
(bleacing), mengurangi kandungan lignin, serta memutihkan pulp.
Bubur kertas ini kemudian dikelantang (bleacing) dengan bahan kimia di dalam
proses bleacing untuk mencapai derajat keputihan sesuai standar ISO. Pulp kemudian
disimpan atau dikirim ke paper machine untuk diolah menjadi kertas.
Gambar3.pengolahan pulp menjadi kertas di paper machine
12
Gambar4. Proses Pembuatan Kertas (Paper machine)
Sebelum masuk keareal paper machine pulp diolah dulu pada bagian stock
preparation. bagian ini berfung si untuk meramu bahan baku seperti: menambahkan pewarna
untuk kertas (dye), menambahkan zat retensi, menambahkan filler (untuk mengisi pori - pori
diantara serat kayu), dlln. Bahan yang keluar dari bagian ini di sebut stock 9campuran pulp,
bahan kimia dan air)
Dari stock preparation sebelum masuk ke headbox dibersihkan dulu dengan alat yang
disebut cleaner. Dari cleaner stock masuk ke headbox. headbox berfungsi untuk membentuk
lembaran kertas (membentuk formasi) diatas fourdinier table.
Fourdinier berfungsi untuk membuang air yang berada dalam stock (dewatering). Hasil yang
keluar disebut dengan web (kertas basah). Kadar padatnya sekitar 20 %.Press part berfungsi
untuk membuang air dari web sehingga kadar padatnya mencapai 50 %. Hasilnya masuk ke
bagaian pengering (dryer). Cara kerja press part ini adalah. Kertas masuk diantara dua roll
yang berputar. Satu roll bagian atas di beri tekanan sehingga air keluar dari web. Bagian ini
dapat menghemat energi, karena kerja dryer tidak terlalu berat (air sudah dibuang 30 %).
Dryer berfungsi untuk mengeringkan web sehingga kadar airnya mencapai 6 %.
Hasilnya digulung di pop reel sehingga berbentuk gulungan kertas yang besar (paper roll).
Paper roll ini yang dipotong - potong sesuai ukuran dan dikirim ke konsumen.
13
Gambar5.
b) Pembuatan Pulp Dan Kertas Dari Ampas Tebu Dengan Proses Asetosolv
Penggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut dengan proses
acetosolv. Proses acetosolv dalam pengolahan pulp memiliki beberapa keunggulan,
antara lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan hanya dengan
metode penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi, dan nilai hasil daur
ulangnya jauh lebih mahal dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft
14
(Simanjutak, 1994). Lebih dari itu Aziz dan Sarkanen (1989) menguatkan pernyataan
tersebut dengan mengatakan bahwa rendemen pulp lebih tinggi, pendauran lindi hitam
dapat dilakukan dengan mudah, dapat diperoleh hasil samping berupa lignin dan
furfural dengan kemurnian yang relatif tinggi, dan ekonomis dalam skala yang relatif
kecil. Nimz dan Casten (1984 dalam Muladi, 1992), yang mempatenkan proses
pulping dengan menggunakan asam asetat terhadap kayu atau tanaman semusim
ditambah sedikit garam asam sebagai katalisator, menyebutkan bahwa keuntungan
dari proses acetosolv adalah bahwa bahan pemasak yang digunakan dapat diambil
kembali tanpa adanya proses pembakaran bahan bekas pemasak. Selain itu proses
tersebut dapat dilakukan tanpa menggunakan bahan-bahan organik.
Tata cara pelaksanaan,yaitu :
A.Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah oven, rotary digester, disintegrator, hidrolic
screener, centrifuge, niagara heater hollander, canadian standar freeness, stock chest,
alat pres lembaran pulp, ember, saringan kawat, alat pembentuk lembaran pulp,
tearing tester,folding tester,danbrightness tester.
Bahan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp adalah 24 kg
bagase. Larutan pemasak yang digunakan adalah asam asetat glasial (konsentrasi
96%)sebanyak 168L dan 72L air.
B.Persiapan Bagase
Proses pembuatan pulp dimulai dengan mencuci ampas tebu dan dijemur
sampai kering, kemudian dihilangkan empulurnya dengan menumbuk ampas tebu
sampai tinggal serat-seratnya (depithing), ditampi kemudian diambil 1000 g per satu
kali masak.
C.Pemasakan Pulp
Pemasakan dilakukan dengan pelarut asam asetat dan air (proses acetosolv).
Sebanyak 1000 g ampas tebu dimasukkan ke dalam rotary digester (alat pemasak,
gambar 5 ). Pemasakan menggunakan perbedaan konsentrasi asetat yang berbeda
(100%,80%, dan 60%) dan nisbah larutan pemasak dengan bobot serpih bagase 8:1
dan 12:1. Suhu pemasakan maksimum 160 C dengan tekanan yang terjadi pada suhu
15
tersebut, waktu tuju ke suhu maksimum 69-90 menit, waktu pada suhu maksimum 90
menit. Proses ini bertujuan untuk memisahkan selulosa dari lignin (delignifikasi)
melalui proses hidrolisis.
Gambar 6. Rotary digister
D.Pencucian Pulp
Pulp hasil pemasakan selanjutnya dicuci dengan menggunakan air. Proses ini
bertujuan membebaskan pulp dari larutan pemasak. Pencucian dilakukan hingga pulp
tidak mengandung lagi asam asetat yang ditandai dengan hasil cucian bening.
E. Disintegrasi
Gambar 7. Disintegrator
Disintegrasi adalah proses yang bertujuan untuk memisahkan serat. Proses ini
dilakukan dengan disintegrator yang memiliki prinsip kerja seperti blender. Pulp yang
telah jenuh dimasukkan ke dalam disintegrator dengan menggunakan air sebagai
media pemisahan serat. Disintegrasi dilakukan hingga pulp terurai menjadi serat-serat
mandiri. Proses ini dilakukan selama 3-5 menit.
16
F. Penyaringan Pulp
Pulp disaring dengan menggunakan hidrolic screener. Hidrolic screener
bekerja menyaring pulp yang telah menjadi serat-serat yang mandiri pada kisaran 80
mesh. Setelah pulp tersaring, dikeringkan dengan memasukkan pulp tersaring ke
dalam centrifuge. Pulp hasil sentrifugasi ditimbang untuk ditentukan rendemennya.
G. Penggilingan Pulp
Pulp digiling dengan menggunakan niagara beater hollander. Untuk membuat
lembaran pulp dengan gramatur kurang lebih 60 g/m2 atau untuk setiap lembaran
dengan diameter 21,5 cm dibutuhkan pulp sebanyak 2,1783 g pulp kering oven.
Pulp sebanyak 234 g kering oven, ditambah air hingga mencapai 15,4 L
kemudian dimasukkan ke dalam niagara beater hollander. Mesin dijalankan selama
15-20 menit. Uji derajat freeness pada waktu 0 menit dilakukan dengan mesin dalam
keadaan beroperasi. Memberi beban 5500 g dan uji kembali derjat freeness pada
waktu yang dikehendaki (sesuai penelitian). Pengujian derajat freeness dilakukan
secara duplo hingga pulp mencapai 200-300 derjat freeness. Setelah waktu giling
dicapai, angkat beban dan ambil sampel untuk pengujian derajat freeness dan untuk
pembuatan lembaran.Pengujian derajat freeness dilakukan dengan mengambil 200 mL
suspensi pulp (setara dengan 3 g pulp kering oven) masukkan ke dalam gelas ukur dan
tambahkan air sampai 1000 mL. Memasukkan ke dalam alat uji canadian standar
freeness dan uji derjat freness-nya. Uji dilakukan secara duplo dengan menggunakan
alat uji derajat freeness..
17
Gambar 8. Canadian Standar Freeness
H.Pembuatan Lembaran Pulp
Lembaran pulp dibentuk pada derajat kehalusan 200-300 derajat freeness.
Suspensi pulp sebanyak 1430 ML dimasukkan ke dalam stock chest (pengaduk),
ditambahkan air sampai 10 L untuk10 lembaran pulp. Bentuk lembaran dengan setiap
pengambilan suspensi dari stock chest. Bentuk lembaran sampai suspensi dalam stock
chest habis,yaitu 10 lembar pulp.
I.Pembuatan Lembaran Kertas
Proses membuat lembaran kertas dimulai saat pulp mulai masuk ke mesin
kertas atau paper machine sampai dengan lembaran kertas tergulung rapi dalam
gelondongan atau roll
18