beam house operation
DESCRIPTION
Proses BHO Penyamakan KulitTRANSCRIPT
Pengantar
Industri Penyamakan Kulit pada dasarnya adalah industri yang
mempunyai struktur proses operasi yang bersifat ‘continues’ yang tidak
dapat dihentilkan setiap saat karena basis operasinya adalah aksi kimia
terhadap bahan organic yang rentan terhadap prilaku kimiawi yang
digunakan. Namun demikian ada beberapa tahapan proses yang dapat
digunakan sebagai waktu sela untuk menyimpan kulit dalam keadaan status
belum tersamak, yaitu dalam kondisi ‘pickled’ atau diasam.
Secara umum tahapan proses penyamakan dapat dikelompokan dalam
empat tahapan, dan dalam setiap tahapan proses tsb dapat dihentikan
dalam kurun waktu tertentu karena proses belum berachir. Tahap pertama
yaitu BHO atau Beam House Operation dalam bahasa Indonesia disebut
Proses Rumah Basah, yang meliputi proses Soaking, Liming & Unhairing,
Fleshing, Deliming, Bating, Pickling. Hasil dari tahap satu disebut pickled
skin/hide atau kulit pikel.Tahap kedua Taning atau penyamakan, hasilnya
merupakan kulit samak wet-blue. Tahap ketiga Pasca taning atau pasca
penyamakan yang meliputi Shaving, Neutralizing, Retaning, Dyeing,
Fatliquoring, Fixing. Out put proses tahap ini disebut kulit crust . Tahap
keempat Finishing atau Coating. Hasil achir disubut leather atau kulit jadi.
Demikian secara singkat dapat digambarkan tahapan proses
penyamakan secara keseluruhan. Sedangkan proses BHO sendiri merupakan
proses awal yang sangat menentukan hasil akhir kuaitas leather-nya karena
banyak cacat dan defek yang dapat ditimbulkan saat proses apabila tidak
dilakukan dengan cermat dan hati-hati.
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
1.BHO
2.Struktur dan Komponen Kimia Kulit Mentah
3.Kualifikasi Kulit Mentah
4.Soaking
Tujuan
Bahan Kimia Yang digunakan
Prosesing
5.Liming & Unhairing
Tujuan
Bahan Kimia Yang digunakan
Prosesing
6.Buang daging & Scudding & Spliting
7.Deliming & Bating
Tujuan
Bahan Kimia Yang digunakan
Prosesing
8.Pickling
Tujuan
Bahan Kimia Yang digunakan
Prosesing
1. BHO.
BHO singkatan dari Beam House Operation atau proses rumah
basah yang mempunyai tujuan umum menghilangkan komponen yang
tidak terpakai seperti bulu, lemak, protein tak pakai, kotoran, darah dll.
Secara umum BHO meliputi proses Soaking ( perendaman ), Liming &
Unhairing ( pengapuran & buang bulu ), Deliming & Bating ( buang
kapur & bating ), Pickling ( pengasaman ). Skema proses BHO dapat
dilihat dalam diagram dibawah ini.
Ganbar 1: Diagram Proses BHO
Yang perlu diperhatikan dalam setiap tahapan proses BHO
berlangsung terjadi proses pembuangan komponen kulit yang tidak
bermanfaat bagi kulit jadinya, sehingga buangan BHO merupakan
campuran dari bahan kimia yang digunakan dan komponen kulit
seperti bulu, lemak, daging, darah dll.
2. Struktur dan Komponen Kimia Kulit Mentah.
Soaking
Liming & Unhairing
Fleshing & Spliting
Deliming &Bating
Pickling
Struktur kulit secara fisik merupakan jaringan ikat yang merupakan
komponen mikro fibril, fibril, fibroblast yang membentuk jaringan kolagen
dan elastin sebagai masa utama pembentuk kulit yang sangat rapat dan
terstruktur seperti ayaman. Secara umum struktur kulit terdiri dari tiga
lapisan :
1. Epidermis.
2. Dermis ( Corium )
3. Subcutis ( Hypodermis )
Gambar 2 : Struktur kulit dengan lapisan: 1. Epidermis ; 2 Dermis ; 3 Subcutis ; 4 Hair follicle ; 5 Sebaceous gland ;6 Sweat gland.
Dalam proses lapisan epidermis dan subcutis akan dihilangkan dan
tinggal lapisan Dermis atau Corium yang merupakan “ true skin “.
Dermis (Corium).
Dermis (derm berarti skin/corium) membentuk batas yang jelas
dengan epidermis (scarf skin) dan juga dengan subcutis (subcutaneous fatty
tissue) yang lebih lunak dan banyak mengandung air. Gambar dibawah ini
menunjukan adanya batas yang jelas antara dermis dan epidermis.
Gambar 3: Dermis terdiri dari 1. Stratum papilare ;2. Basal
membrane ;3. Basal Cells ;4. Epidermis
Dermis, disusun bahan seperti gel dan elastic, air dan terutama
collagen. Melekat pada lapisan ini adalah struktur dan system atau organ
seperti lymph channels, blood vessels, nerve fibers, dan muscle cells, tetapi
yang uniq adalah terdapat pada dermis hair follicles, sebaceous glands, dan
sweat glands. Dermis inilah yang nantinya menjadi leather.
Secara kimiawi kulit sapi/kambing/domba mentah tersusun atas
komponen sebagai berikut
Air = 65 %
Protein Fiber= 28-30 %
Protein Globular = 2-2,5 %
Keratin = 2-2,5 %
Mineral = 0,5 %
Lemak = 2-4 % (sapi); 2-10 %(kambing); 5-30% (domba)
Substansi lain = 0-0,5%.
Selama dalam proses semua komponen selain protein fiber, dalam hal
ini kolagen, dihilangkan. Protein fiber juga merupakan penyusun utama
lapisan dermis.
3.Kualifikasi Kulit Mentah
Pada awalnya kualifikasi kulit mentah berdasarkan pada kondisi kulit
awetannya, apakah kering atau garaman, tetapi dalam berkembangannya
kualifikasi juga ditambahkan atas dasar berat kulit (untuk sapi) atau ukuran
panjang punggung kulit ( kambing domba ) mengingat kulit yang terlalu
besar atau tua dengan luas kulit yang melebihi ukuran tidak dapat
menghasilkan kualitas baik.
a.Kualifikasi Cacat
Gambar 3 : Potongan kulit
Kualitas I: Cacat
0-5% dibagian
kaki
Kualitas II: Cacat 6-10% dibagian kaki /perut
Kualitas III: Cacat 11-15% dibagian kaki/perut/kepala
Kualitas IV:Cacat 16-20% dibagian kaki/perut/kepala/pinggul
Kualitas V: Cacat 20-25% termasuk punggung
Kualitas VI: Diatas 25 % merata
Afkir/Reject: Tidak bisa dimanfaatkan untuk leather.
Dalam situasi yang tertentu, jumlah kulit terbatas atau permintaan
eksport tinggi tidak jarang kualitas I-IV menjadi satu harga bahkan terkadang
pembelian dengan kualifikasi A, B, C dan afkir saja. Hal ini tergantung kondisi
lapangan.
b.Kualifikasi Berat.
Kulifikasi berat umumnya hanya untuk kulit sapi. Di Indonesia kulit sapi
terutama berasal dari sapi turunan Onggole atau Zebu berpunuk yang
menghasilkan kulit yang sangat berkulitas karena ringa, tipis dan grainnya
halus. Ukuran berat kulit 20-25 kg adalah yang mempunyai nilai lebih tinggi
dibandingkan dengan kulit berat 26-30 kg. Untuk ukuran diatas 30 kg harga
relative lebih rendah karena umumya merupakan peranakan sapi Mental
atau Limousine dengan grain yang lebih kasar dan hasil rendemennya juga
lebih rendah. Sapi jawa dengaan berat 20-25 kg mempunyai rendemen =
1,8-1,85 sqft/ 1kg. Diatasnya 26-30 kg antara 1,7-1,75 sgft. Untuk kelas 30
kg keatas rendemen 1,5-1,6 sqft. Semakin tinggi rendemennya perusahaan
akan membeli dengan harga yang lebih baik.
c.Kualifikasi Ukuran.
Kulifikasi ukuran umumnya untuk kulit kecil ( skin ) domba dan
kambing. Berkembangan ini disebabkan munculnya permintaan jenis kulit
yang bervariasi dari sarun tangan, garmen, suede garmen, atasan sepatu
yang umumnya mempunyai prasyarat ukuran dan tebal kulit tertentu untuk
mendapatkan hasil kualitas atau efisiensi penggunaan yang lebih baik.
Dibawah ini ukuran kulit kambing dan domba diIndonesia yang diadopsi
secara International
Sebagai catatan penting untuk diketahui tidak semua kulit domba atau
kambing dapat digunakan untuk kulit sarung tangan atau atasan sepatu atau
garmen, karena kulit sarung tangan tidak memerlukan ketebalan seperti
sepatu atau garmen sehingga dicari bahan baku yang benar memang tipis
dari asalnya untuk mendapatkan hasil kulit terbaik. Demikian pula
sebaliknya kul;it sepatu tidak mungkin dibuat dari kulit tipis karena
memerlukan ketebalan yang lebih dari sarung tangan.
1. Ukuran panjang garis punggung kurang dr 70 cm (3-4 sqft)
digunakan untuk atasan sepatu
2. Ukuran garis punggung antara 70-79 cm (5-5,5 sqft) digunakan
untuk sarung tangan golf.
3. Ukuran garis punggung 90-99 cm (6-7 sqft) digunakan untuk bating
glove dan garmen.
4. Ukuran garis punggung 90 cm keatas (7,5-9 sqft) biasanya untuk
kulit lapis atau suede garmen kualitas rendah.
4.Soaking
Soaking atau perendaman merupakan proses awal dalam
penyamakan. Namun demikian tidak jarang sebelum proses perendaman
dilakukan pencucian terlebih dahulu untuk sekedar membersihkan kotoran,
garam, bahan pengawet atau bahan lain yang digunakan selama masa
pengawetan.
a.Tujuan.
Mengembalikan kadar air dalam kulit yang hilang atau berkurang
selama masa pengawetan sehingga serat akan kembali longgar dan
mencapai kelemasan seperti kulit segar.
b. Bahan kimia yang digunakan.
- Surfaktan atau wetting agent ( bahan pembasah ), bahan ini
digunakan agar air lebih cepat masuk kedalam kulit. Bahan pembasah
ini satu kelompok dengan jenis sampo atau sabun cair dan umumnya
yang digunakan tidak bermutan (non ionic) atau bermutan negativ
(anionic). Jumlah penggunaan 0,75%-1,2 % dihitung dari berat kulit
awetannya.
- Alkali atau bahan yang bersifat alkali / basa. Bahan digunakan untuk
mengatur pH larutan perendaman agar mencapai pH 10-11. Biasanya
yang digunakan adalah soda api (NaOH) atau soda ash (Na2CO3).
Penggunaannya Na(OH) antara 0,2% -0,3% terhitung dari berat kulit
awetan.
- Biocide atau bakterisida yang digunakan untuk mencegah
tumbuhnya bakteri pembusuk selama masa perendaman dalam air. Ini
sangat penting mengingat kulit adalah protein yang sangat mudah
busuk, dan apabila mengalami pembusukan maka kulit akan rusak
bahkan mungkin hancur membusuk. Beberapa biosida yang umum
antara lain kaporit CaOCl atau NaOCl digunakan 0,5%-1,0%. Biosida
organic antara lain Methylene- bisthiocyanate (MBT); 2-Bromo-2-nitro-
propane1,3– diol (Bronopol); Sodium atau Kalium
dimethyldithiocarbamate ; Thiadiazine dll. Sedangkan produk paten
dapat dijumpai Molescal BW, Molescal S dari BASF dan masih bayak
lainnya. Penggunaannya antara 0,01-0,02 %.
- Enzym. Pengembangan terakhir adalah penggunaan enzyme untuk
mempercepat pembasahan terutama untuk kulit yang terlalu kering.
Penggunaan enzyme tidak mutlak tetapi sebagai bahan additive saja
untuk mempercepat atau menyempurnakan fungsi untuk
menghilangkan globular protein dan sebagian lemak dalam kulit
sehingga kulit akan lebih longgar dan diharapkan pada akhir
penyamakan menghasilkan kulit dengan rendemen yang lebih tnggi.
Banyak diaplikasikan untuk perendaman kulit sapi. Penggunaannya
berkisar antara 0,3-0,4 % dari berat kulit segar.
d. Prosesing
-Kulit ditimbang = X kg
-Cuci dengan air biasa dalam drum pencucian selama 60-90’, bilas,
kulit siap masuk perendaman.
-Perendaman dapat menggunakan bak atau padle atau drum proses.
Formula/Resep ®
-Air = 700-800 %
-NaOH = 0,2 % (larutkan 1:10)
Campur larutan dengan air. Aduk merata dan masukan kulit, pH larutan =10,
putar drum/ aduk aduk bak 5-10 menit dan tambahkan bersama sama
-Surfaktan / Wetting agent =0,75%
-Biosida = 0,01 %
-Enzym = 0,3 %
Bahan bahan diencerkan dan campurkan bersama kemudian dimasukan
dalam bak atau drum dan diputar atau diaduk aduk dan kulit rendam selama
18 jam.
Kontrol Proses
Pagi hari kulit dibongkar dan cukup apabila : 1. Kulit sudah lemas
seperti kulit segar .2) Mempunyai berat antara 200 % - 250% dari
berat semula.
5. Liming & Unhairing
Liming (pengapuran) & Unhairing (buang bulu), merupakan
proses selanjutnya. Metoda liming ini disebut juga metoda bubur kapur
atau hair pulping, dimana bulu akan hancur menjadi bubur selama
proses berlangsung. Ada metoda lain yang disebut painting atau
pasting dimana bulu dilepas utuh dari kulitnya namun sangat tinggi
biayanya / boros dan tidak populer di Indonesia.
Gambar 4: Bubur bulu bercampur kapur dan natrium sulfida dalam buangan
pengapuran.
a.Tujuan
1. Menghilangkan bulu dari kulit.
2. Melarutkan sebagian lemak
3. Menghilangkan protein globular dari kulit
4. Membuka serat kulit untuk lebih longgar.
b. Bahan Kimia.
- Alkali. Bahan utama yang digunakan adalah kapur (lime),
Ca(OH)2. Penggunaan kapur antara 3% -3,5% dihitung dari berat
kulit (X). Fungsi kapur yang utama untuk mengatur pH larutan
= 12-13 sehingga globular protein yang tidak digunakan dan
lemak akan terlarut. Disamping itu kapur meningkatkan kerja
bahan lain seperti Na2S. Untuk beberapa kasus terkadang
ditambahkan Na(OH) untuk mempercepat penyabunan lemak
dan meningkatkan kebengkakan kulit.
- Natrium Sulfida (Na2S). Disebut juga unhairing agent.
Natrium sulfida berfungsi untuk menghancurkan semua keratin
seperti bulu dan lapisan epidermis. Jumlah Na2S yang
digunakan antara =2,5%-3% dihitung dari berat kulit. Bahan
lain yang juga sering digunakan untuk membantu penghacuran
bulu NaHS ( natrium hydra sulfide) digunakan antara 0,5%-1%
atau garam amina aromatis (jarang digunakan) umumnya
kusus untuk domba yang banyak memiliki bulu halus.
c. Prosesing.
Berat kulit = X kg.
Alat yang digunakan adalah drum pengapuran dengan RPM 2,5-
3 atau bak pengpuran. Untuk drum kapuran umumnya
mempuyai diameter yang lebih pendek dari panjang drum.
Fungsi nya agar kulit tidak terbanting keras dan dalam putaran
hanya mengelinding mengingat kulit daloam kondisi lemah dan
rawan kerusakan apabila bergeseran dengan dinding
drum.Lihat gambar.
Formula/Resep®
-Air = 150%.
-Na2S = 3,0%
Na2S terlebih dahulu dilarutkan dengan air panas sebanyak 15-20 kali
beratnya. Setelah larut semua masukan dalam drum atau bak yang
telah berisi air. Putar / aduk agar merata. Kulit basah masukan dalam
drum dan putar selama 5 menit.Tunggu 30’ tambahkan kapur.
- Kapur = 2,5-3,0 %
Larutkan kapur secukupnya dengan air, aduk merata, masukan
dalam drum yang telah berisi kulit dan Na2S,pH larutan 13-14. Putar /
aduk selama 5-7 menit dan diamkan selama 60’. Ulangi putaran 5-7
menit dan hentikan selama 60’. Ulangi selama 6-7 kali. Rendam
selama satu malam. Pagi hari dikontrol.
Kontrol Proses.
-Bulu kulit sudah lepas semua dari kulitnya.
-Kulit dalam kondisi membengkak (swelling), licin dan beratnya
bertambah 50-80 %.
6. Flesing & Scudding & Spliting.
Fleshing (buang daging)
Proses untuk menghilangkan sisa daging atau jaringan lemak
yang terdapat pada bagian daging yang dapat mengganggu proses
selanjutnya. Di industry penyamak kulit kecil, dalam jumlah terbatas
biasanya dilakukan dengan secara manual menggunakan pisau buang
daging sedangkan dalam jumlah besar umumnya menggunakan mesin
buang daging.
Gambar 7 : Buang daging manual.
-Scudding & Unhairing
Tujuan scudding adalah menghilangkan keratin
yang tidak dapat lepas, akar bulu, sisa bulu halus yang masih
menempel pada permukaan kulit. Sama dengan fleshing , buang
bulu dapat dilakukan dengan cara manual atau masinal. Dengan
manual menggunakan pisau buang bulu lengkung dan beam
seperti diatas.
Gambar 8 : Pisau lengkung scudding dan buang bulu halus.
Gambar 9 : Mesin buang bulu halus.
Setelah bersih dari bulu, daging, lemak kulit untuk kulit kecil
seperti kambing dan domba langsung ditimbang ( berat bloten )
dan diproses selanjutnya tetapi untuk kulit sapi atau kerbau kulit
harus dibelah ( splitting) terlebih dahulu dengan mesin belah (
Spliting Machine ).
Gambar : mbar 10 :
Mesin belah ( splitting )
Dari hasil split akan didapat dua belahan kulit, yang atas full
grain leather (2) dan yang bawah untuk suede (3).
7.Deliming & Bating.
Deliming ( buang kapur ) dan bating ( pengkikisan protein )
proses kimiawi yang dilakukan dalam waktu bersamaan dalam satu
drum, namun tujuan keduanya berbeda
a.1.Tujuan Deliming
1. Menghilangkan kapur terikat & bebas dalam kulit.
2. Menyiapkan kulit pada pH = 8 untuk masuk proses Bating.
a.2. Tujuan Bating
1. Menghilangkan & membersihkanprotein globular yang tidak
larut dalam kapuran melalui proses enzimatis.
2. Melonggarkan dan meningkatkan porositas kulit.
b. Bahan Kimia
- Garam ammonium. Jenis garam ammonium yang banyak
digunakan adalah (NH4)2SO4 (ammonium sulfat /ZA) dan NH4Cl
(ammonium klorida) Di Indonesia garam ammonium yang
digunakan umumnya (NH4)2SO4 karena murah dan mudah
didapat. Garam ini lebih berfungsi sebagai buffer atau
penyangga pH dibandingkan fungsinya sebagai deliming agent.
Jumlah penggunaannya berkisar antara 2%-2,5% dari berat
bloten. Garam lain juga dapat digunakan seperti NaHSO3
(natrium bisulfit) tetapi kurang ekonomis.
- Asam. Asam yang digunakan terutama asam lemah seperti
asam formiat ( HCOOH), asetat ( CH3COOH). Sedangkan Asam
kuat yang banyak digunakan adalah asam sulfat H2SO4 namun
digunakan sebagai pembantu saja. Asam inilah yang pada
dasarnya bereaksi dengan kapur dalam kulit. Penggunaan asam
bervariasi karena umumnya dilakukan dengan cara
mengkombinasi antara asam formiat ( 0,75 % - 1,0 %) dengan
asam sulfat ( 0,25 %-0,5 % ). Penggunaan tunggal asam formiat
untuk kulit yang kualitasnya tinggi tetapi tidak jarang hanya
menggunakan asam sulfat saja terutama untuk suede atau kulit
kualitas jelek.
- Enzyme / Bating Agent. Untuk bating umumnya sudah
tersedia bating agent yang mengandung enzyme, garam
amonium fosfat, garam ammonium sulfat atau klorida yang
dicampur dengan serbuk kayu. Namun intinya penggunaan
enzim. Untuk kulit yang lemas digunakan enzyme yang tinggi
nilai penghancur proteinnya (1500-2000 LVU), untuk kulit sepatu
biasa digunakan yang mempunyai nilai 1000 LVU.
Penggunaannya antara 0,5%-1%. Untuk menjaga kerja enzyme
maksimal maka pH larutan diatur = 8, dan suhu proses diatur
antara 35o-36o C.
-Surfaktan/degreasing agent. Digunakan untuk mengurangi
atau bahkan bila mungkin menghilangkan lemak natural dalam
kulit. Biasanya jenis alkil sulfat atau etoksi etilena yang tidak
bermuatan atau bermuatan negative. Penggunaannya sangat
bervariasi tergantung jenis kulitnya (domba/kambing atau sapi)
namun umumnya antara 1%-1,5 % untuk kambing atau sapi
sedangkan untuk domba biasanya menggunakan campuran
pelarut organic seperti kerosene (minyak tanah) dan dilakukan
setelah selesai proses bating.
c. Prosesing.
Kulit kapuran setelah ditimbang disebut berat bloten=Y kg.
Drum yang digunakan mempunyai kecepatan RPM = 8-9.
Formula/Resep ®
-Air = 100%-125 % (35o-36o C)
-ZA = 2 %
Kulit masukan dalam drum diikuti oleh ZA tanpa harus melarutkan
terlebih dahulu, putar selama 10’-15’, tambahkan asam formiat yang
telah diencerka 10 kalinya dengan air biasa.
- Asam format (HCOOH) = 0.5 %
Masukan asam fomiat tersebut dalam tiga tahapan. 1/3 bagian yang
telah diencerkan masukan melalui lubang as drum dan putarselama
15’. Kemudian masukan 1/3 bagian lagi dan putar selama 15’ dan
ulangi untuk yang 1/3 bagian lagi hingga semua asam habis. Setelah
total putaran 45 kulit harus dikontrol pH cairan = 8-8,5 dan 1/3
penampang lintang dengan indicator PP (Phenolphtaline) berwarna
merah . Setelah itu masukan enzyme tanpa harus dilarutkan terlebih
dahulu.
Gambar 12: Penampang lintang 1/3 merah dengan In.PP
- Bating Agent = 0,75 %-1 %.
Masukan melalui pintu bating agent dan putar drum selama 45’.
Untuk mengetahui kecukupan proses bating dilakukan control proses.
Kontrol.
-Tumb Test
Tekan kulit dengan ibu jari, apabila bagian yang ditekan
membekas dan tidak kembali seperti semula proses bating
dianggap cukup.
-Air-Permeability Test.
Uji gelembung udara untuk menguji apakah ruang kulit sudah
cukup longgar untuk dilewati udara. Uji ini menadakan bahwa
globular protein yang banyak mengisi ruang antara serat sudah
hilang sehingga udara bisa masuk. Setelah pengujian dirasakan
cukup, kulit siap masuk proses degreasing
- Degreasing agent = 1,5%.
Masukan degreasing agent kedalam drum melalui pintu drum
dan putar selama 30-45 menit. Buang cairan, cuci dengan air
mengalir selama 5’, bilas dan kulit siap masuk proses pickling
atau pengasaman.
8.Pikling.
a.Tujuan.
Proses ini mempunyai beberapa tujuan.
1. Menyiapkan kulit untuk masuk proses penyamakan kususnya
penyamakan krom ( chrome tanning ).
2. Menyiapkan kulit untuk diawetkan dalam jangka panjang
(1-2th).
b.Bahan Kimia
- Garam dapur (NaCl). Digunakan sebagai penahan
kebengkakan kulit apabila diasamkan sampai mencapai pH 2-3.
Penggunaannya sangat bervariasi antara 7%-15 %, tergantung
dari tujuannya. Apabila ingin langsung disamak maka
penggunaannya cukup 7%-8 % atau kepekatan 6,0o-6,5o Be
( baume’ ). Namun apabila kulit akan diawetkan atau disimpan
atau dieksport maka kepekatan garam mencapai 100-120 Be atau
menggunakan 12%-15% garam dihitung dari berat bloten.
- Asam. Asam yang sangat umum digunakan adalah asam sulfat
( H2SO4) dan asam formiat (HCOOH). Penggunaannya selalu
dikombinasi dari keduanya. Penggunaan asam sulfat berkisar
1%-1,5% sedang asam formiat antara 0,5%-0,75% dihitung dari
berat bloten. Standar baku untuk kulit yang langsung untuk
disamak krom adalah = 3,0-3,1, tetapi unuk kulit yang akan
disimpan atau dieksport biasanya pH akhir dipatok 2,2-2,4.
-Antimould/ Anti jamur. Bahan ini terutama digunakan bila
kulit akandisimpan dalam jangka panjang atau untuk diekport.
Jamur akan mudah tumbuh terutama diudara lembab walaupun
dalam suasana asam seperti jamur tipe aspergilus niger yang
berwarna hitam. Terkena jamur akan membekas pada kulitnya
dan sulit untuk dihilangkan. Anti jamur yang banyak digunakan
antara lain turunan dari clorophenol, seperti Triclosan,
Heksaklorofenol, Komponen nitro contoh Bronapol, Bronidox dll.
c.Prosesing.
Drum proses menggunakan kecepatan yang sama dengan
proses deliming RPM 8-9.
1.Formula/Resep® normal.
-Air = 100 % Standar larutan garam adalah 6,0o-6,5o Be
-NaCl = 8 %
Air masukan dalam drum yang ada kulitnya, diikuti dengan garam,
putar 5’ dikontrol kepekatan garam dengan alat Baume Meter apabila
kepekatan menunjukan standar diatas proses dilanjutkan, tetapi bila
kurang ditambahkan garam lagi.Putar kulit selama 10 menit dan mulai
masukan asam formiat dan sulfat yang telah diencerkan 10 kalinya
dengan air biasa.
-Asam Formiat (HCOOH) = 0,5 % (1:10).
-Asam Sulfat (H2SO4) = 1,0 % (1:10)
Masukan asam yang lebih lemah dahulu yaitu asam formiat yang telah
diencerkan dalam tida tahapan. Tahap pertama 1/3 bagian masukan
lewat as drum dan putar 15 ‘. Ulangi dengan cara yang sama untuk
sisanya dan juga asam sulfat hingga semua asam masuk. Putaran
dilanjutkan tanpa berhenti 4-5 jam. Hentikan putaran, kulit direndam
selama satu malam. Pagi hari control pH larutan apabila mencapai pH
3 maka pengasaman cukup dan dapat dilanjutkan langsung ke
penyamakan krom, tetapi bila pH masih diatas 3 maka tambahkan
0,2%-0,3% asam sulfat yang diencerkan dan masukan dalam drum
seraya drum diputar selama 60’. Kontrol ulang seperti diatas.
2.Formula/Resep ® awetan.
-Air = 75%-100%. Kepekatan 10o-12o Be
-NaCl = 10%- 14%