meningitis viral
DESCRIPTION
--TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi dan Pendahuluan
Meningitis viral merupakan inflamasi dari leptomeningen sebagai manifestasi
dari infeksi SSP. Istilah viral digunakan karena merupakan agen penyebab, dan
penggunaan meningitis saja mengimplikasikan tidak terlibatnya parenkim otak dan
medula spinalis. Namun, patogen virus dapat menyebabkan kombinasi dari infeksi
yaitu meningoencephalitis atau meningomielitis.
Pada meningitis viral, perjalanan klinis biasanya terbatas, dengan pemulihan
komplit pada 7-10 hari. Lebih dari 85% kasus disebabkan oleh enterovirus non polio;
maka, karakteristik penyakit, manifestasi klinis, dan epidemiologi menunjukkan
infeksi enteroviral. Campak, polio, dan limfositik choriomeningitis virus (LCMV)
saat ini merupakan ancaman untuk negara berkembang. Polio tetap merupakan
penyebab utama dari mielitis pada beberapa daerah di dunia
II.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, lebih dari 10,000 kasus dilaporkan setiap tahunnya,
tetapi insiden sesungguhnya dapat mencapai hingga 75,000. Kurangnya pelaporan
dikarenakan tidak ada hasil klinis kebanyakan kasus dan ketidakmampuan dari
beberapa agen viral untuk tumbuh dalam kultur. Menurut laporan CDC, perawatan
pasien dalam rumah sakit dari meningitis virus bervariasi dari 25,000-50,0000 setiap
tahun. Dalam beberapa laporan insiden diperkirakan 11 per 100,000 populasi
pertahun.
Persebaran insiden dari klinis meningitis viral di dunia bervariasi. Penyebab
meningitis viral di dunia termasuk enterovirus, virus campak, VZV, dan HIV. Gejala
meningitis dapat timbul sedikit pada 1 dari 3000 kasus infeksi oleh agen ini. Studi
dari Finlandia memperkirakan insiden 19 per 100,000 populasi pada anak usia 1-4
tahun. Hal ini merupakan contrast signifikan hingga 219 kasus per 100,000 yang
diperkirakan untuk anak lebih muda dari 1 tahun. Virus encephalitis B Japaneese,
patogen tersering pada meningitis virus di dunia, menyebabkan lebih dari 35,000
infeksi setiap tahunnya melalui Asia tetapi diperkirakan menyebabkan 200-300 kali
penjumlahannya dari infeksi subklinis. Distribusi dan karakteristik penyerangan oleh
vector arthropod, menunjukkan variabilitas geografis yang kuat. Kurangnya aturan
vaksinasi yang efektif pada Negara dunia ketiga memainkan peranan pada
ketimpangan geografis dari agen infeksi lain.
II.3 Faktor Risiko
Diluar periode neonatal, angka mortalitas dikaitkan dengan meningitis viral
kurang dari 1%; angka morbiditas juga rendah. Dokter harus menyadari virus yang
dapat menyebabkan meningitis juga dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius
pada CNS sama halnya dengan organ lain. Laporan statistik World Health
Organization (WHO) dari tahun 1997 melaporkan meningitis enteroviral dengan
sepsis merupakan penyebab ke-5 tersering dari mortalitas pada neonatus. Komplikasi
seperti edema otak, hidrosefalus, dan kejang dapat timbul pada periode akut.
Ras
Tidak ada predileksi rasial spesifik telah diidentifikasi
Sex
Tergantung dari patogen viral, rasio yang mempengaruhi wanita dan pria
dapat bervariasi. Enterovirus diduga untuk mempengaruhi pria 1.3-1.5 kali lebih
sering dibandingkan wanita. Kebanyakan arbovirus mempunyai karakteristik
penyerangan yang beragam, mempengaruhi kedua gender tetapi pada usia berbagi.
Usia
o Insidensi meningitis viral menurun sesuai dengan usia
o Neonatus berada pada resiko terbesar dan mempunyai resiko signifikan akan
morbiditas dan mortalitas.
o Beberapa serangan arbovirus sangat ekstrem pada beberapa usia, dengan
orang yang lebih tua berada pada risiko terbesar untuk infeksi, sementara
puncak campak dan cacar timbul pada usia remaja akhir.
II.4 Etiologi
Enteroviruses menyebabkan lebih dari 85% semua kasus meningitis virus.
Mereka merupakan keluarga dari Picornaviridae (“pico” untuk kecil, “rna”
untuk asam ribonukleat), dan termasuk echovirus, coxsackie virus A dan B,
poliovirus, dan sejumlah enterovirus. Nonpolio enterovirus merupakan
virus yang sering, sama dekat ya dengan prevalensi rhinoviruses (flu
Arboviruses menyebabkan hanya 5% kasus di Amerika Utara
Cacar: sejumlah keluarga dari Paramyxovirus, virus cacar merupakan agen
pertama dari meningitis dan meningoensefalitis.
Virus keluarga herpes: HSV-1, HSV-2, VZV, EBV, CMV, dan herpes
virus manusia 6 secara kolektif menyebabkan sekitar 4% kasus meningitis
viral, dengan HSV-2 menjadi penyerang terbanyak.
Lymphocytic choriomeningitis virus: LCMV masuk k edalam keluarga
arenaviruses. Saat ini adalah jarang penyebab meningitis, virus
ditransmisikan ke manusia melalui kontak dengan tikus atau ekskeresi
mereka. Mereka berada pada resiko tinggi pada pekerja laboratorium,
pemilik binatang peliharaan, atau orang yang hidup dia area non higienis.
Adenovirus: Adenovirus merupakan penyebab jarang dari meningitis pada
individu immunocompeten tetapi merupakan penyebab utama pada pasien
AIDS, Infeksi dapat timbul secara simultan dengan infeksi saluran nafas
atas.
Campak: Morbili virus ini merupakan penyebab yang paling jarang saat ini.
Karakteristik ruam makulopapular membantu dalam diagnosis.
Kebanyakan kasus timbul pada orang usia muda di sekolah dan
perkuliahan. Campak tetap merupakan ancaman kesehatan dunia dengan
angka penyerangan tertinggi dari infeksi yang ada; eradikasi dari campak
merupakan tujuan kesehatan masyarakat yang penting dari WHO.
Klinisi harus mempertimbangkan secara sebagian meningitis bakterial
sebagai kemungkinan etiologi untuk aseptic dari penyakit pasien; sebagai
contoh, pasien dengan otitits bakteri dan sinusitis yang telah mengambil
antibiotic dapat timbul dengan meningitis dan penemuan CSF yang identik
terhadap meningitis viral.
II.5 Patofisiologi
Patogen virus dapat mencapai akses SSP melalui 2 jalur utama: hematogen
atau neural. Hematogen merupakan jalur tersering dari viral patogen yang diketahui.
Penetrasi neural menunjukkan penyebaran disepanjang saraf dan biasanya terbatas
pada herpes viruses (HSV-1, HSV-2, dan varicella zoster virus [VZV] B virus), dan
kemungkinan beberapa enterovirus.
Pertahanan tubuh multiple mencegah inokulum virus dari penyebab infeksi
signifikan secara klinis. Hal ini termasuk respon imun sistemik dan local, barier
mukosa dan kulit, dan blood-brain barrier (BBB). Virus bereplikasi pada system
organ awal (ie, respiratory atau gastrointestinal mucosa) dan mencapai akses ke
pembuluh darah. Viremia primer memperkenalkan virus ke organ retikuloendotelial
(hati, spleen dan nodus lymph) jika replikasinya timbul disamping pertahanan
imunologis, viremia sekunder dapat timbul, dimana dipikirkan untuk bertanggung
jawab dalam CNS. Replikasi viral cepat tampaknya memainkan peranan dalam
melawan pertahanan host.
Mekanisme sebenarnya dari penetrasi viral kedalam CNS tidak sepenuhnya
dimengerti. Virus dapat melewati BBB secara langsung pada level endotel kapiler
atau melalui defek natural (area posttrauma dan tempat lainyang kurang BBB).
Respon inflamasi terlihat dalam bentuk pleocytosis; polymorphonuclear leukocytes
(PMNs) menyebabkan perbedaan jumlah sel pada 24-48 jam pertama, diikuti
kemudian dengan penambahan jumlah monosit dan limfosit. Limfosit CSF telag
dikenali sebagai sel T, meskipun imunitas sel B juga merupakan pertahanan dalam
melawan benberapa virus.
Bukti menunjukkan bahwa beberapa virus dapat mencapai akses ke CNS
dengan transport retrograde sepanjang akar saraf. Sebagai contoh, jalur ensefalitis
HSV-1 adalah melalui akar saraf olfaktori atau trigeminal, dengan virus dibawa oleh
serat olfaktori ke basal frontal dan lobus temporal anterior.
II.6 Manifestasi Klinis
Riwayat Penyakit
Kebanyakan pasien melaporkan demam, sakit kepala, iritabilitasm nausea,
muntah, kaku leher, atau kelelahan dalam 18-36 jam sebelumnya.
Nyeri kepala hampir selalu ada dan seringkali dilaporkan dengan intensitas
yang berat. Bagaimanapun, deskripsi klasik dari ‘sakit kepala terburuk dari
hidup saya’, ditujukan kepada perdarahan sub arachnoid aneurisma, adalah
tidak biasa
Gejala konstitusional lain adalah muntah, diare, batuk dan mialgia yang
timbul pada lebih 50% pasien.
Riwayat kenaikan temperature timbul pada 76-100% pasien yang dating
untuk mendapatkan perjatian medis. Pola yang sering adalah demam dengan
derajat rendah pada tahap prodromal dan kenaikan temperature yang lebih
tinggi pada saat terdapat tanda neurologis.
Beberapa virus menyebabkan onset cepat dari gejala diatas, sementara
lainnya bermanifest sebagai prodromal viral nonspesifik, seperti mialgia,
gejala seperti flu, dan demam derajat rendah yang timbul selama gejala
neurologis sekitar 48 jam. Dengan onset kaku kuduk dan nyeri kepala,
demam biasanya kembali.
Pengambilan riwayat yang hati-hati dan harus termasuk evaluasi paparan
kontak kesakitan, gigitan nyamuk, debu, aktivitas outdoor pada daerah
endemis penyakit lyme, riwayat bepergian dengan kemungkinan terpapar
terhadap tuberculosis, sama halnya dengan penggunaan medikasi,
penggunaan obat intravena, dan resiko penyebaran penyakit menular
seksual.
Bagian yang penting dari riwayat adalah penggunaan antibiotic sebelumnya,
dimana dapat mempengaruhi gambaran klinis meningitis bakterial.
Fisik
Penemuan fisik umum pada meningitis viral adalah sering untuk semua agen
penyebab, tetapi beberapa virus mempinyai manifestasi klinis unik yang
dapat membantu pendekatan diagnostic yang terfokus. Pembelajaran klasik
mengajarkan bahwa trias meningitis meliputi demam, rigiditas nuchal, dan
perubahan status mental, meskipun tidak semua pasien mempunyai gejala
ini, dan nyeri kepala hamper selalu timbul. Pemeriksaan menunjukkan tidak
ada deficit neurologis fokal pada kebanyakan kasus.
Demam lebih sering (80-100% cases) dan biasanya bervariasi antara 38ºC
and 40ºC.
Rigiditas nuchal atau tanda lain dari iritasi meningea (tanda Brudzinski atau
Kernig) dapat terlihat lebih pada setengah pasien tetapi secara umum kurang
berat dibandingkan dengan meningitis bakterial.
Iritabilitas, disorientasi, dan perubahan status mental dapat terlihat.
Nyeri kepala lebih sering dan berat.
Photophobia secara ralatif adalah sering namun dapat ringan, Fonofobia juga
dapat timbul.
Kejang timbul pada keadaaan biasanya dari demam, meskipun keterlibatan
dari parenkim otak (encephalitis) juga dipertimbangkan, Encephalopathy
Gambar 6 Tanda Kernig(10)Gambar 5 Tanda Brudzinski(9)
global dan deficit neurologis fokal adalah jarang tetapi dapat timbul. Refleks
tendon dalam biasanya normal tetapi dapat berat.
Tanda lain dari infeksi viral spesifik dapat membantu dalam diagnosis. Hal
ini meliputi faringitis dan pleurodynia pada infeksi enteroviral, manifestasi
kulit seperti erupsi zoster pada VZV, ruam maculopapular dari campak dan
enterovirus, erupsi vesicular oleh herpes simpleks, dan herpangina pada
infeksi coxsackie virus. Infeksi Epstein Bar virus didukung oleh faringitis,
limfadenopati, cytomegalovirus, atau HLV sebagai agent penyebab. Parotitis
dan orchitis dapat timbul dengan campak, sementara kebanyakan infeksi
enteroviral dikaitkan dengan gastroenteritis dan ruam.
II.7 Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorium
Pemeriksaan hematologi dan kimia harus dilakukan
Pemeriksaan CSF merupakan pemeriksaan yang penting dalam pemeriksaan
penyebab meningitis. CT Scan harus dilakukan pada kasus yang berkaitan
dengan tanda neurologis abnormal untuk menyingkirkan lesi intrakranial
atau hidrosefalus obstruktif sebelum pungsi lumbal (LP). Kultur CSF tetap
kriteria standar pada pemeriksaan bakteri atau piogen dari meningitis
aseptic. Lagi-lagi, pasien yang tertangani sebagian dari meningitis bakteri
dapat timbul dengan pewarnaan gram negative dan maka timbul aseptic. Hal
berikut ini merupakan karakteristik CSF yang digunakan untuk mendukung
diagnosis meningitis viral:
o Sel: Pleocytosis dengan hitung WBC pada kisaran 50 hingga >1000 x
109/L darah telah dilaporkan pada meningitis virus, Sel mononuclear
predominan merupakan aturannya, tetapi PMN dapat merupakan sel
utama pada 12-24 jam pertama; hitung sel biasanya kemudian
didominasi oleh limfosit pada pole CSF klasik meningitis viral. Hal ini
menolong untuk membedakan meningitis bakterial dari viral, dimana
mempunyai lebih tinggi hitung sel dan predominan PMN pada sel pada
perbedaan sel; hal ini merupakan bukan merupakan atran yang absolute
bagaimanapun.
o Protein: Kadar protein CSF biasanya sedikit meningkat, tetapi dapat
bervariasi dari normal hingga setinggi 200 mg/dL.
Studi Pencitraan
o Pencitraan untuk kecurigaan meningitis viral dan ensefalitis dapat
termasuk CT Scan kepala dengan dan tanpa kontras, atau MRI otak
dengan gadolinium.
o CT scan dengan contrast menolong dalam menyingkirkan patologi
intrakranial. Scan contrast harus didapatkan untuk mengevaluasi untuk
penambahan sepanjang mening dan untuk menyingkirkan cerebritis,
abses intrakranial, empyema subdural, ataulesi lain. Secara alternative,
dan jika tersedia, MRI otak dengan gadolinium dapat dilakukan.
o MRI dengan contrast merupakan standar kriteria pada
memvisualisasikan patologi intrakranial pada encephalitis viral. HSV-1
lebih sering mempengaruhi basal frontal dan lobus temporal dengan
gambaran sering lesi bilateral yang difus.
Tes Lain
o Semua pasien yang kondisinya tidak membaik secara klinis dalam 24-48
jam harus dilakukan rencana kerja untuk mengetahuo penyebab
meningitis.
o Dalam kasus ensefalitis yang dicurigai, MRI dengan penambahan
kontras dan visualisasi yang adekuat dari frontal basal dan area temporal
adalah diperlukan.
o EEG dapat dilakukan jika ensefalitis atau kejang subklinis dicurigai
pada pasien yang terganggu, Periodic lateralized epileptiform
discharges (PLEDs) seringkali terlihat pada ensefalitis herpetic.
Prosedur
o Pungsi Lumbal merupakan prosedur penting yang digunakan dalam
mendiagnosis meningitis viral. Prosedur potensial lain, tergantung pada
indikasi individu dan keparahan penyakit, termasuk monitoring tekanan
intrakranial, biopsi otak, dan drainase ventricular atau shunting.
Penemuan Histologis
Dikarenakan dari angka mortalitas rendah dengan meningitis viral akut,
gambaran patologis lain dibandingkan dengan respon limfositik dalam CSF
secara umum bukan merupakan bukti. Leptomeningea yang terdapat
inflamasi dengan PMN dan sel mononuklear pada fase akut penyakit.
neuronophagia, dan peningkatan jumlah sel microglia telah dicatat pada
specimen dari sejumplah pasien yang meninggal karena enchepalitis virus
II.8 Diagnosis Banding
Viral Meningoencephalitis
Aseptic Meningitis
Brucellosis
Cytomegalovirus Encephalitis
Herpes Simplex Encephalitis
II.9 Penatalaksanaan
Perawatan Medis
Terapi untuk meningitis viral kebanyakan suportif. Istirahat, hidrasi,
antipiretik, dan medikasi nyeri atau anti inflamasi dapat diberikan jika
diperlukan, Keputusan yang paling penting adalah baik memberikan terapi
antimikroba awal untuk meningitis bakteri sementara menunggu penyebabnya
untuk bias diidentifikasi. Antibiotik intravena harus diberikan lebih awal jika
meningitis bakterial dicurigai. Pasien dengan tanda dan gejala dari
meningoensefalitis harus menerima asiklovir lebih awal untuk mencegah
encephalitis HSV. Terapi dapat dimodifikasi sebagai hasil dari pewarnaan
gram, kultur dan uji PCR ketika telah tersedia. Pasien dalam kondisi yang tidak
stabil membutuhkan perawatan di critical care unit untuk menjaga saluran
nafas, pemeriksaan neurologis, dan pencegahan dari komplikasi sekunder.
Enterovirus dan HSV keduanya mampu menyebabkan septic shock
viral pada bayi baru lahir dan bayi. Pada pasien muda ini, broad spectrum
antibiotic dan asikloviar harus diberikan secepatnya ketika diagnosis
dicurigai. Perhatian khusus harus diberikan terhadap cairan dan keseimbangan
elektrolit (terutama natrum(, semenjak SIADH telah dilaporkan. Restriksi
cairan, diuretic, dan secara jarang infuse salin dapat digunakan untuk
mengatasi hiponatremia. Pencegahan terhadap infeksi sekunder dari traktus
urinarius dan system pulmoner juga penting untuk dilaksanakan
Medikasi
Kontrol simptomatik dengan antipiretik, analgetik dan anti emetic
biasanya itu semua yang dibutuhkan dalam management dari meningitis viral
yang tidak komplikasi.
Keputusan untuk memulai terapi antibakterial untuk kemungkinan
meningitis bakteri adalah penting; terapi antebakterial empiris untuk
kemungkinan patogen harus dipertimbangkan dalam konteks keadaan klinis.
Asiklovir harus digunakan pada kasus dengan kecurigaan HSV (pasien
dengan lesi herpetic), dan biasanya digunakan secara empiris pada kasus yang
lebih berat yang komplikasinya encephalitis atau sepsis.
Agen Antiemetik: Agen ini digunakan dengan luas untuk mencegah mual
dan muntah.
- Ondansetron (Zofran) Antagonis selektif 5-HT3-receptor yang
menghentikan serotonin di perifer dan sentral, Mempunyai efikasi pada
pasien yang tidak berespon baikterhadap anti emetik lain. Dewasa: 4-8
mg IV q8h/q12h. Pediatrik: 0.1 mg/kg IV lambat maximum 4 mg/dosis;
dapat diulang q12h
- Droperidol (Inapsine): Agen neuroleptik yang mengurangi muntah
dengan menghentikan stimulasi dopamine dari zona pemicu
kemoreseptor. Juga mempunyai kandungan antipsikotik dan sedative.
Dewasa: 2.5-5 mg IV/IM q4-6 prn. Pediatrik: 6 bulan: 0.05-0.06
mg/kg/dose IV/IM q4-6 prn
Agen Antiviral: Terapi anti enteroviral masih dibawah investigasi untuk
meningitis viral dan dapat segera tersedia. Regimen anti HIV dan anti
tuberculosis tidak dibicarakan disini, tetapi sebaiknya digunakan jika infeksi
ini dengan kuat mendukung secara klinis atau telah dikonfirmasi dengan
pengujian. Terapi empiris dapat dihentikan ketika penyebab meningitis viral
telah tegak dan meningitis bakterial telah disingkirkan
- Acyclovir (Zovirax): Untuk diberikan secepatnya ketika diagnosis
herpetic meningoencephalitis dicurigai. Menghambat aktivitas untuk
kedua HSV-1 and HSV-2. Dewasa: 30 mg/kg/d IV dibagi q8h for 10-14
hari. Pediatrik: 30 mg/kg/d IV dibagi q8h untuk 10 hari.
II.10 Prognosis
Penderita dengan penurunan kesadaran memiliki resiko tinggi mendapatkan
sekuele atau risiko kematian. Adanya kejang dalam suatu episode meningitis
merupakan faktor resiko adanya sekuele neurologis atau mortalitas.