mengukur kinerja pustakawan melalui penyusunan rencana operasional

Upload: akulah-ikhsan

Post on 08-Mar-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mengukur kinerja pustakawan

TRANSCRIPT

  • MENGUKUR KINERJA PUSTAKAWAN MELALUI PENYUSUNAN RENCANA

    OPERASIONAL

    Oleh : Kamaludin, S.Sos. *)

    Abstrak :

    Salah satu bentuk penghargaan atas kinerja yang dicapai Pejabat Fungsional Pustakawan adalah kenaikan jabatan/pangkat, tetapi seringkali penghargaan ini susah didapat. Hal ini disebabkan tidak dibuatnya rencana operasional (ROP) atas kegiatan-kegiatan kepustakawanan yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Tulisan ini memuat betapa pentingnya penyusunan ROP serta memberikan analisa keuntungan yang diperoleh. Disamping itu ROP ini bisa dijadikan rujukan untuk Pejabat Fungsional Pusakawan dalam menjalankan tugas keseharian, serta perkiraan perolehan angka kredit dalam kurun waktu tertentu. Untuk Pejabat Struktural sebagai Atasan langsung Pustakawan ROP ini dapat dijadikan monitoring dan evaluasi dalam mengendalikan dan membimbing Pustakawan.

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Salah satu bentuk penghargaan atas kinerja yang dicapai Pustakawan adalah kenaikan

    jabatan/pangkat, tetapi seringkali penghargaan ini susah didapat. Hal ini disebabkan tidak

    dibuatnya rencana operasional (ROP) atas kegiatan-kegiatan kepustakawanan yang akan

    dilakukan dalam kurun waktu tertentu.

    Pustakawan seringkali mengajukan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) pada

    saat telah diperingatkan oleh Pembina Kepagawaian karena masa pengusulan DUPAK hampir

    mencapai batas akhir masa usulan, hal ini menyebabkan DUPAK diusulkan terburu-buru dan

    sekedar menghindari pembebasan sementara dari jabatan fungsional pustakawan.

    Karena usulan dilakukan pada masa akhir waktu sudah dapat diduga hasilnya tidak

    optimal, Pejabat Fungsional Pustakawan mengajukan usulan sekenanya, disisi lain Atasan

    langsung juga memeriksa secara tergesa-gesa. Proses demikian sering menggelitik perasaan

    Pejabat Struktural maupun Fungsional, pada saat mereka membaca ulang usulan dengan waktu

    yang cukup dan dengan analisa yang cermat.

    ---------------------------

    *) Pustakawan Pertama pada UPT Balai Informasi Teknologi LIPI, Bandung

  • Padahal pada Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2

    Tahun 2008, tentang Petunjuk Teknik Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya,

    Perpustakaan Nasional RI, 2008 (hal. 4) : telah diatur tentang rencana operasional yaitu :

    rencana program setiap kegiatan yang memuat latar belakang, tujuan, sasaran, keluaran,

    metodologi/prosedur kerja dan jadwal pelaksanaan yang akan dikerjakan oleh Pustakawan untuk

    kurun waktu tertentu dan disetujui oleh pimpinan unit kerja Pustakawan atau pejabat yang

    ditunjuk.

    Renacana menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh Prof. Dr. J.S.

    Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain (2001:1155) adalah rancangan; sesuatu yang disusun

    untuk suatu pekerjaan nanti.

    Semua kegiatan kepustakawanan yang dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pustakawan

    adalah semata-mata ditujukkan untuk pelayanan kepada masyarakat luas umumnya dan

    pemustaka pada khususnya, sebagai termuat dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor

    43 Tahun 2007, tentang Perpustakaan Bab II, Hak, Kewajiban, dan Kewenangan, Bagian Kesatu

    Hak, Pasal 5 ayat (1) Masyarakat mempunyai hak yang sama untuk : a. memperoleh serta

    memanfaatkan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan. Dan lebih ditegaskan lagi dalam Bab

    V, Layanan Perpustakaan, Pasal 14 ayat (1) Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan

    berorientasi bagi kepentingan pemustaka.

    Agar pelayanan tersebut terukur, maka pada Bab VIII, Tenaga Perpustakaan, Pendidikan,

    dan Organisasi Profesi, Bagian Kesatu Tenaga Perpustakaan, Pasal 29 ayat (4) Ketentuan

    mengenai tugas, tanggung jawab, pengangkatan, pembinaan, promosi, pemindahan tugas, dan

    pemberhentian tenaga perpustakaan yang berstatus pegawai negeri sipil dilakukan dengan

    peraturan perundang-undangan.

    Pelayanan kepustakawanan dapat dikukur melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan

    Aparatur Negara Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002, tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan

    Angka Kreditnya, pada Pasal 22 Disamping persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 21,

    pengangkatan dalam jabatan pustakawan harus pula : ayat (b) Memenuhi jumlah angka kredit

    minimal yang ditetapkan untuk jenjang jabatan/pangkatnya.

    Sebagai bentuk penghargaan atas prestasi yang telah dicapai oleh Pustakawan pemerintah

    melalui Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Kepala

    Badan Kepegawaian Negara, Nomor 23 Tahun 2003, Nomor 21 Tahun 2003, tentang Petunjuk

  • Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya, Bab IV, Kenaikan Jabatan

    dan Pangkat, Pasal 8 ayat (2) bahwa Pustakwan dapat naik jabatan bila (a) Sekurang-kurangnya

    telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir; (b) Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk

    kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi;

    B. Permasalahan

    Dengan memperhatikan uraian sebagaimana tersebut dalam latar belakang diatas, maka dapat

    dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana pemahaman Pejabat Fungsional

    Pustakawan merencanakan operasionalisasi butir-butir kegiatan kepustakawanan dalam

    pencapaian angka kredit.

    C. Tujuan Penulisan

    Ada 2 (dua) tujuan yang ingin dicapai dalam tulisan ini, yaitu :

    1. Memberikan pemahaman kepada Pejabat Fungsional Pustakawan betapa pentingnya

    membuat Rencana Operasional (ROP) sebagai indikator prestasi kerja yang akan dicapai

    dalam kurun waktu tertentu.

    2. Memberikan masukan kepada Atasan langsung pustakawan dalam melakukan

    monitoring, dan evaluasi terhadap kinerja Pejabat Fungsional Pustakawan.

    Kegunaan tulisan

    Kegunaan penulisan yang diharapkan adalah tercapainya kemudahan serta terlaksananya

    penyusunan rencana operasional kegiatan kepustakawanan.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Rencana Operasional

    Dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

    2008, tentang Petunjuk Teknik Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya,

    Perpustakaan Nasional RI, 2008 halaman 4 disebutkan Rencana operasional yang selanjutnya

    disebut ROP adalah rencana program setiap kegiatan yang memuat latar belakang, tujuan,

    sasaran, keluaran, metodologi/prosedur kerja dan jadwal pelaksanaan yang akan dikerjakan oleh

    Pustakawan untuk kurun waktu tertentu dan disetujui oleh pimpinan unit kerja Pustakawan atau

    pejabat yang ditunjuk.

    Sedangkan pada halaman 3 dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa Angka kredit

    adalah angka yang diberikan berdasarkan penilaian atas prestasi yang telah dicapai oleh

    Pustakawan dalam mengerjakan butir kegiatan yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk

    pengangkatan dan kenaikan jabatan dan/atau pangkat.

    Pada Bab VI. Penilaian dan penetapan angka kredit, pasal 13, ayat (1) dalam peraturan

    tersebut dinyatakan bahwa : Untuk kelancaran penilaian dan penetapan angka kredit, setiap

    pustakawan diwajibkan mencatat atau menginventarisasi seluruh kegiatan yang dilakukan.

    Sedangkan pada ayat (2) dusebutkan Apabila hasil catatan atau inventarisasi seluruh kegiatan

    sebagaimana dimaksud ayat (1) dipandang sudah dapat memenuhi jumlah angka kredit yang

    ditentukan untuk kenaikan jabatan/ pangkat, secara hirarkhi pustakawan dapat mengajukan usul

    penilaian dan penetapan angka kredit.

    Daftar Usul Penetapan Angkat Kredit (DUPAK)

    Dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

    2008, tentang Petunjuk Teknik Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya,

    Perpustakaan Nasional RI, 2008, Bab V Angka Kredit Pustakawan, huruf B Daftar usul

    Penetapan Angka Kredit (DUPAK), angka 1 (satu) disebutkan : DUPAK yang akan diajukan

    penilaian dan penetapan angka kredit harus dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut :

    a. Surat pengantar/surat permohonan dari pejabat pengusul,

  • b. Surat tugas, yang dibedakan :

    (1) Surat tugas bagi pejabat fungsional Pustakawan yang akan melaksanakan/mengerjakan

    butir-butir kegiatan yang menjadi tugas pokonya dalam kurun waktu tertentu. Surat

    tugas cukup satu yang dibuat pada awal tahun dengan menyebutkan rincian tugas yang

    akan dilakukan.

    (2) Surat tugas yang juga berfungsi sebagai Rencana Kerja Tingkat Pustakawan (RKTP)

    yang dibuat setiap tahun anggaran oleh masing-masing pejabat Pustakawan. (Contoh :

    Anak Lampiran 1)

    (3) Surat tugas limpah bagi Pustakawan yang melakukan tugas/kegiatan yang bukan tugas

    pkok sesuai jenjang jbatannya. (Contoh Anak Lampiran 24)

    (4) Surat tugas bagi Pustakawan yang mengerjakan suatu paket kegitan tertentu dan/atau

    yang dikerjakan di luar jam kerja.

    (5) Surat tugas bagi Pustakawan yang melaksanakan tugas kegiatan di luar unit kerja yang

    bersangkutan.

  • BAB III

    ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

    (ditinjau berdasarkan teori dan kondisi lapangan)

    III.a. Rencana Operasioal

    Sering terjadi rencana operasional suatu kegiatan dilakukan justru pada akhir kegiatan,

    hal ini mengakibatkan

    a. Pustakawan tidak akan bisa memprediksi peroleh angka kredit yang diperlukan dalam kurun

    waktu tertentu

    b. Atasan langsung Pustakawan menandatangani/menyetujui perolehan angka kredit yang

    dibuat oleh pustakawan tanpa mengetahui bagaimana angka kredit tersebut diperoleh

    c. Atasan langsung Pustakawan tidak dapat memonitor, mengevaluasi dan melakukan

    pembinaan kepada Pustakawan

    d. angka kredit yang diperoleh tidak memenuhi kebutuhan yang diperlukan untuk kenaikan

    jabatan/pangkat

    e. angka kredit yang diperoleh melebihi kebutuhan yang diperlukan dan sering fantastis, yang

    menurut logika sangat tidak mungkin bisa diperoleh oleh Pustakawan

    Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI nomor 2

    tahun 2008 bahwa rencana operasional merupakan rancangan program yang akan dikerjakan

    oleh Pustakawan untuk kurun waktu tertentu yang disetujui oleh pimpinan unit kerja Pustakawan

    atau pejabat yang ditunjuk.

    Dibawah ini penulis mengajukan suatu tafasiran terhadap komponen-komponen ROP

    yang dimuat dalam Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional RI, nomor 2 tahun 2008 sebagai

    berikut :

    III.1 Latar belakang : dalam latar belakang ini adalah dasar suatu perbuatan dan/atau motif

    Pustakawan dalam melakukan butir kegiatan;

  • III.2 Tujuan : Hasil kegiatan yang ingin diperoleh dari latar belakang dalam rentang waktu

    jangka panjang

    III.3 Sasaran : Hasil/tahapan kegiatan yang ingin diperoleh dari tujuan dalam rentang waktu

    tertentu/pendek

    III.4 Keluaran : Hasil kegiatan yang diperoleh baik barang maupun jasa atas suatu kegiatan

    III.5 Metodologi/prosedur kerja : Tata cara untuk memperoleh hasil kegiatan

    III.6 Jadwal pelaksanaan : Ukuran waktu yang diperlukan dalam memperoleh hasil kegiatan

    Dari 6 (enam) butir tahapan pelaksanaan kegiatan tersebut di atas penulis masih ingin

    menambahkan satu butir (kolom) lagi yaitu perkiraan angka kredit (a.k) yang akan diperoleh

    apabila kegiatan tersebut dilaksanakan, sehingga sehingga dalam kurun waktu tertentu misalnya

    1 (satu) tahun Pejabat Fungsional Pustakawan sudah dapat memprediksi perolehan angka kredit,

    adapun kolom tersebut adalah :

    III.7 Perkiraan a.k. yang diperoleh : Pustakawan dapat mencantumkan perkiraan perolehan angka

    kredit sesuai dengan peraturan yang berlaku.

    III.b. Surat tugas

    Rencana operasional merupakan rencana yang akan dilaksanakan oleh Pejabat

    Fungsional Pustakawan dalam kurun waktu tertentu, hal ini belum mencerminkan pelaksanaan

    tugas yang sesungguhnya, agar rencana tersebut terlaksana dengan baik, maka diperlukan surat

    tugas yang harus dibuat oleh Atasan langsung/Ketua kelompok pada awal perencanaan kegiatan,

    surat tugas tersebut adalah :

    III.b.1 Surat tugas bagi pejabat fungsional Pustakawan yang akan melaksanakan/mengerjakan

    butir-butir kegiatan yang menjadi tugas pokonya dalam kurun waktu tertentu. Surat tugas

    cukup satu yang dibuat pada awal tahun dengan menyebutkan rincian tugas yang akan

    dilakukan.

  • III.b.2 Surat tugas yang juga berfungsi sebagai Rencana Kerja Tingkat Pustakawan (RKTP) yang

    dibuat setiap tahun anggaran oleh masing-masing pejabat Pustakawan. (Contoh : Anak

    Lampiran 1)

    III.b.3 Surat tugas limpah bagi Pustakawan yang melakukan tugas/kegiatan yang bukan tugas

    pokok sesuai jenjang jbatannya. (Contoh Anak Lampiran 24)

    III.b.4 Surat tugas bagi Pustakawan yang mengerjakan suatu paket kegitan tertentu dan/atau yang

    dikerjakan di luar jam kerja.

    III.b.5 Surat tugas bagi Pustakawan yang melaksanakan tugas kegiatan di luar unit kerja yang

    bersangkutan.

  • BAB IV

    PENUTUP

    IV.1 Kesimpulan

    Berdasarkan analisis dan intepretasi diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

    a. Rencana Operasional (ROP) harus dibuat oleh Pejabat Fungsional Pustakawan pada awal

    tahun

    b. Agar perkiraan peroleh angka kredit (a.k) dapat diketahui lebih dini, perlu ditambahkan

    satu kolom dalam formulir ROP yaitu kolom untuk perkiraan perolehan a.k

    c. Sebagai bahan monitoring dan evaluasi Atasan langsung, surat tugas harus dibuat oleh

    Atasan langsung Pustakawan.

    IV.2 Rekomendasi/Saran

    a. Penyusunan recana operasional kegiatan kepustakawanan disarankan dilakukan pada

    setiap awal tahun, sehingga perkiraan perolehan angka kredit akan diketahui baik oleh

    Pejabat Fungsional Pustakawan maupun Atasan langsung (Pejabat Struktural), dengan

    demikian dapat dilakukan pembenahan dan penyesuaian pekerjaan dapat dilakukan

    secara dini.

    b. Surat-surata tugas sebagai tindak lanjut dari rencana operasional dapat segera dilakukan

    sehingga kepastian dalam menjalankan tugas/kegiatan kepustakawanan bagi Pustakawan

    dapat segera dilakukan, disamping itu penugasan ini juga akan sangat penting bagi

    Atasan langsung Pustakawan dalam memonitor dan mengevaluasi kienerja Pejabat

    Fungsional Pustakwan.

  • DAFTAR BACAAN

    1. Perpustakaan Nasional RI : Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

    132/KEP/M.PAN/12/2002, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2006.

    2. Perpustakaan Nasional RI: Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

    Nomor 2 Tahun, tentang Petunjuk Teknik Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka

    Kreditnya, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2008

    3. Prof. Dr. J.S. Badudu (Prof. Sutan Mohammad Zain) : Kamus Umum Bahasa Indonesia,

    Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2001.

    4. Perpustakaan Nasional RI : Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 Tahun 2007,

    tantang Perpustakaan, Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2007.

    LAMPIRAN

    1. Formulir Rencana Operasional (ROP)

  • MENGUKUR KINERJA PUSTAKAWAN MELALUI PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL

    Kamaludin, S.Sos.

  • LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

    UPT Balai Informasi Teknologi LIPI

    Jl. Sangkuriang Gd. 40, Bandung

    Telepon : (022) 2502832; 2504265