mengkaji kasus dan merumuskan kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan...

54
Kebijakan untuk MANGROVE Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan

Upload: others

Post on 29-Jul-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

Kebijakan untuk

MANGROVEMengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan

Page 2: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

i

Kebijakan untuk

MANGROVEMengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan

Page 3: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

ii

Hak Cipta: © 2007 International Union for Conservation of Nature and Natural Resources& Mangrove Action Project

Reproduksi publikasi ini dilakukan untuk keperluan pendidikan dan non komersil dibolehkan tanpapemberitahuan dengan syarat mencantumkan sumber. Dilarang mereproduksi publikasi ini untukkeperluan komersil tanpa ijin tertulis dari pemegang hak cipta.

IUCN & Mangrove Action Project-Indonesia

Keterangan Foto:Sampul Depan: Nelayan sedang menatap mangrove dan kampungnya yang rusak karena tambak diSemanting Kalimantan TimurSampul Beakang: Staf MAP-Indonesia bersiap melakukan survei hutan desa di Jaring Halus, Langkat,Sumatera Utara

Ditulis oleh IUCN, The World Conservation Union.

Penu lis : Jaj ang Agus So njaya

Kont ribu tor: Ben Brown, Sri Kart aharj a, Ratn a F ad il l ah, Su bki, Ind ra Set i ad harm a

Tata Letak: Jajang Agus Sonjaya

Dicetak oleh:

Available from: IUCN Publications Services Unit219c Huntingdon Road, Cambridge CB3 ODL, United KingdomTel: +44 1223 277894Fax: +44 1223 277175E-mail: [email protected]://www.iucn.orgA catalogue of IUCN publications is also available

Versi elektronik tersedia di: http://www.mangroveactionproject.org

Komposisi: Cover dicetak pada kertan Aconda 300 miligram yang mengandung 40% serat yang dapatdidaurulang; dan Kertas 60% serat kayu yang paling tidak 50% nya memiliki sertifikasi FSC.Isi dicetak pada kertas Normaset Puro 90 miligram yang mengandung 100 % serat kayu dengansetidaknya 30% memiliki sertifikasi FSC.

Dicetak dengan tinta yang berbahan dasar minyak tumbuhan.

Page 4: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

iii

Kebijakan untuk

MANGROVEMengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan

IUCN - The World Conservation Union

Page 5: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

iv

Program Mangroves for the Future IUCN

Strategi program Mangroves for the Future (MFF) didasarkan pada visi untuk mewujudkan masyarakatyang lebih sehat, sejahtera dan lebih terjamin di semua kawasan pesisir negara-nagara di SamuderaHindia, dimana semua ekosistem dijaga dan dikelola secara berkelanjutan. Keterangan lengkap tentangstrategi dan kerangka kerja MFF dapat dilihat di dokumen Mangroves for the Future: A strategy forpromoting investment in coastal ecosystem ceonservation (September 2006), dapat dilihat dihttp://www.iucn.org/tsunami. Sasaran dan tujuan MFF memberikan kontirbusi pada konservasi danrestorasi ekosistem pesisir sebagai bagian penting dari infrastruktur pembangunan pesisir. Sasaranpertama adalah bekerja pada tingkat aksi langusng dan inte rvensi yang dibutuhkan untuk mengelolaekosistem peisisr secara berkelanjutan, adil dan efektif. Sasaran kedua adalah bekerja untukmemperkuat keranka kerja yang lebih luas yang mempengaruhi investasi dan aksi masyarakat, yangmemungkinkan pembangunan eksosistem pesisir secara lestari. Secara bersama-sama, kedua sasaranini menangani baik secara langsung ataupun tidak penyebab -penyebab kerusakan ekosistem,matapencaharian yang tidak ramah lingkungan dan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada kawasanpesisir negara-negara di Samudera Hindia.

Mangrove Action Project

Mangrove Action Project adalah lembaga non profit yang mendedikasikan diri pada perbaikankerusakan dan pengembalian ekosistem hutan mangrove di seluruh dunia. Tujuan utama Map adalahmengedepankan hak masyarakat tradisional setempat, termasuk nelayan dan petani dalam mengelolalingkungan secara berkelanjutan. Melalui jaringan global dan perwakilan di Amerika Serikat (kantorpusat), Thailand (kantor regional Asia), Indonesia dan Amerika Latin, MAP memfasilitasi pertukaranide-ide dan informasi dalam hal konservasi dan restorasi hutan mangrove sekaligus pemanfaatan hutanmangrove secara berkelanjutan oleh masyarakat pesisir.

Page 6: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

v

KATA PENGANTAR

Banyak-banyaklah berj alan dan melihat, niscaya Anda akan lebih bijaksana dalam berpikir danbertindak. Prinsip inilah yang mendorong penulisan buku ini. Dengan menelusuri beberapa hutanmangrove di Indonesia, pembaca diajak untuk lebih mengerti dan memahami pesoalan yang terjadipada hutan mangrove di Indonesia yang sedang mengalami tekanan akibat pengaruh globalisasiekonomi dan industri. Mangrove di Indonesia yang dapat dikatakan sebagai mangrove terluas di duniakini sedang sakit akibat dikonversi menjadi tambak , lahan ekspolari arang, dan dikonversi untukperkebunan kelapa sawit.

Indonesia nampaknya harus belajar dari beberapa kawasan mangrove yang diangkat dalamstudi kasus buku ini. Kasus pertama mengangkat isue di Segara Anakan yang dikelola secara ketat olehpemerintah. Masyarakat membutuhkan alternatif penghidupan yang lain, akan tetapi kebijakan yangditerapkan pemerintah untuk mengelola kawasan mangrove di Segara Anakan tidak mendukungkeinginan masyarakat. Berkebalikan dengan Segara Anakan, masyarakat Jaring Halus adalah contohpengelolaan kawasan mangrove yang murni dikelola oleh masyarakat. Desa Jaring Halus memilikihutan desa yang ditumbuhi mangrove seluas 57,789 hektar. Hutan desa yang tidak kurang dari 19spesies mangrove itu dikelola dengan sangat baik melalui peraturan adat yang disepakati b ersama olehwarga desa; sedangkan ribuan hektar mangrove di sekitarnya yang dikelola negara justru rusak karenatambak dan perusahaan arang. Di antara dua tingakt partisipasi masyarakat tersebut, terdapat kasusBengkalis dan Tiwoho yang berada di tengah-tengah. Dari kawasan ini kita bisa belajar mengenaiproses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan.

Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yangterlibat dalam proses penulisan dan proyek-proyek yang diangkat menjadi kasus dalam buku ini.Mereka antara lain IUCN, Ministerio De Medio Ambiente, BKSDA SUMUT I, ESP-USAID, JALA,MAP-Indodenia/YARL, Yayasan Kelola, Yayasan Laksamana Samudera, Yayasan Konservasi Laut, danKalster Humaniora UGM.

Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat. Yang pasti buku ini bukanlah sebuah akhir, sehinggakritik dan saran kami harapkan untuk menghasilkan karya yang jauh lebih baik.

Yogyakarta, Okrober 2007

Tim Penyusun

Page 7: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR__v

DAFTAR ISI __vi

Bagian Satu: OVERVIEW KEBIJAKAN SEPUTAR PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR

Pengelolaan Sumber Daya Pesisir__1

Ada Apa dengan Mangrove di Indonesia?__2

Bagaimana Peran Kebijakan? __3

Kebijakan Negara__5

Kebijakan Negara dan Kebijakan Kehutanan__5

Kebijakan yang Saling Bertentangan__6

Konflik Antartingkat Pemerintah yang Berbeda__7

Kebijakan dan Konvensi Internasional__7

Bagian Dua: STUDI KASUS PENGELOLAAN MANGROVE DI INDONESIA

Belajar dari Segara Anakan__9

Belajar dari Tiwoho__18

Belajar dari Jaring Halus__22

Belajar dari Bengkalis__32

Bagian Tiga: TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DAN LANGKAH-LANGKAH PERUMUSAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE

Kebijakan Terkait Pengelolaan Hutan Mangrove__38

Strategi dan Mekanisme untuk Implemenatasi Kebijakan Peng elolaan Mangrove__40

REFERENSI__44

Page 8: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

1

Bagian SatuOVERVIEW KEBIJAKAN SEPUTAR

PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR

Pengelolaan Sumber Day a PesisirWilayah pesisir memiliki ar ti strategis karenamerupakan wilay ah peralihan antaraekosi stem darat dan laut, serta memilikipotensi sumberday a alam dan jasa-jasalingkung an yang sangat kaya. Kekay aansumberdaya tersebut menimbulkan dayatarik bagi berbag ai pihak untukmemanfaatkan sumberdayanya dan berbagaiinstansi untuk meregulasi pemanfaatannya.Kekayaan sumberdaya pesisir, meliputipulau-pulau besar dan kecil sekitar 17.500pulau, yang dikelilingi ekosistem pesi sirtropis, seperti hutan mangrov e, terumbukarang, padang l amun, berikut sumberdayahayati dan non-hay ati y ang terkandung didalamny a.A kan tetapi kekayaan sumberdayapesi sir tersebut mulai meng alami kerusakan.Sejak awal tahun 1990-an phenomenadeg radasi biog eofi sik sumberdaya pesi sirsemakin berkembang dan meluas. Laj u

kerusakan sumberday a pesisir tel ah mencapaitingkat yang mengkhawatirkan, terutamapada ekosistem mangrove terumbu karangdan estuari (muara sungai ).

Di wilay ah pesi sir jug a berdiam para nel ayanyang sebagian besar masih prasejahtera.Mempertimbang kan karakteristik masyarakatpesi sir, khususny a nelayan sebagai komponenyang paling banyak, serta cakupan ataubatasan peng elol aan, maka sudah tentupeng elolaan sumber daya pesi sir patutdilakukan secara komprehensif yangmemiliki ciri -ciri (1) berbasis lokal; (2)berorientasi pada peni ngkatan kesejahteraan;(3) berbasi s kemitraan; (4) secara holi stik;dan (5) berkelanjutan. Menurut MenteriKel autan dan P erikanan, Dr. RokhminDahuri, peng el olaan dengan ciri seperti inidikenal deng an i stilah P eng elol aan Pesi sirTerpadu (Int egrat ed CoastalMan agement/ICM).

Keterkaitan masyarakatdan mangrove

Page 9: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

2

Ada Apa denganMangrove diIndonesia?

Indonesia memiliki hutan mangrove yangluas dibandi ngkan dengan negara lain.Hutan-hutan ini dapat menempati bantaransungai-sung ai besar hingga 100 km masuk kepedal aman seperti yang dijumpai disepanjang sungai Mahakam dan S ung ai Musi .Keanekarag aman jug a ter tinggi di duni adengan jumlah spesi es sebanyak 89, terdiridari 35 spesi es tanaman, 9 spesi es perdu, 9spesies liana, 29 spesies epifi t, dan 2 spesiesparasitik (Dahuri, 2001).Hutan mangrove merupakan ekosi stemutama pendukung kehidupan yang penting diwilayah pesi sir. S elain mempunyai fungsiekologi s sebagai peny edi a nutri en bagi bi otaperairan, tempat pemijahan dan asuhan bagibermacam biota, penahan abrasi, penahanamukan angin taufan, dan tsunami , peny eraplimbah, pencegah intrusi air laut, dan lainsebag ainya, hutan mangrove juga mempunyaifung si ekonomi s seperti peny edia kayu,daun-daunan sebag ai bahan baku obatobatan, dan l ain-lain. Mengingat nilaiekonomi s pantai dan hutan mangrov e yangtidak sedikit, maka kawasan ini menjadisasaran berbagai aktivitas y ang bersifatekspl oitatif. Lahan mangrove dibabat untuktambak, di mul ai dari pantai utara Jawa, lal umerambat ke Papua, S umatera, danKalimantan. Hutan mangrov e di utara PulauJawa nyaris tidak tersisa akibat dikonversimenjadi lahan tambak. Padahal tambak-tambak tersebut berproduksi secara optimalhany a dalam periode lima tahun pertama.Setel ah itu, tambak -tambak tersebut sudahtidak lagi produktif dan akhirnya cenderungdibiarkan terbengkalai menjadi lahan kri tis.Setel ah mangrove di Jawa habi s, parainvestor pun lal u mencari daerah baru diPapua, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi .Selain karena tambak, kerusakan hutanmangrov e makin diperparah denganmunculnya pabrik bubur kertas di beberapadaerah yang mengg unakan pohon mangrove

sebag ai bahan bakunya, pabrik arang , danpenebangan untuk keperluan rumah tangga.

Luas hutan mangrove kian berkurang dariwaktu ke waktu, dan ini berakibat pada kianberkurang nya keanekaragaman hayati sertamusnahnya habitat dan satwa-satwa tertentu.Berkurangny a luasan hutan mangrove diIndonesia diperkirakan 1,1% per tahun.Berdasarkan perkembangan data kawasanhutan mangrov e yang terakhir (Proy ekInventari sasi Hutan Nasional, 1993), luashutan mangrov e pada tahun 1982 kuranglebih 4,25 juta hektar , dan pada tahun 1993,luas hutan mangrove tersebut tinggal 3,7 jutahektar. Masy arakat y ang hi dup di sekitarhutan mang rov e yang telah terdegradasimengal ami kemunduran tingkat ekonomidan kesejahteraanny a, seperti yang terjadi diSegara Anakan, Delta Mahakam, dan DeltaBerau. Degradasi hutan mangrove danrusaknya ling kungan kawasan pantaimengakibatkan menurunnya hasil tangkapanikan dan berkurang nya pendapatan paranel ayan kecil di desa-desa pantai.Sebagai aki bat dari adanya kerusakan hutantersebut, banyak kalangan di Indonesia dan dineg ara-negara berkembang lainnya yangkemudian mengaj ukan konsep peng elol aanhutan yang berbasiskan masy arakat atau yangsering disebut dengan community-bas ed forestmanagement (Mirsa, 1982; Webb, 1982;Wiersum, 1990). Konsep tersebut kemudianlebih popul er di kalangan rimbawan danilmuan sosial -humaniora sebag ai communityfores try (kehutanan masy arakat) atau soci alfores try (hutan kemasy arakatan). Konsepkehutanan masy arakat merupakan salah satuwujud kesadaran dari beberapa pihak yangpeduli terhadap nasib kehutanan setelahberbagai masalah muncul akibat eksploi tasihutan (termasuk mangrov e) yang berl ebihan.Namun kesadaran tersebut nampaknyabel um diikuti perasaan insyaf sehingga belumbisa memperlakukan hutan mangrove secaraarif dan bijaksana. Bukti nya, setelah hampirsatu dasawarsa konsep hutan kemasyarakatan

Page 10: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

3

disosiali sakan di Indonesia, hasilny a tetap saj atidak bi sa menahan laj u kerusakan hutan.Sementara itu, masyarakat di seki tar hutankehi dupan dan perekonomiannya kianterpuruk.

Semang at kehutanan masyarakat dankolaborasi peng elol aan kawasan mangrov esudah mul ai dirintis ol eh DepartemenKehutanan antara lain denganmengembangkan Pusat RehabilitasiMangrove (Mangrov e Centre) di Denpasar –Bali (untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara)

yang selanjutnya akan difungsikan untukkepenti ngan pel atihan, penyusunan dansebag ai pusat informasi. Untuk ke depansedang dikembangkan Sub Centre InformasiMangrove di Pemalang – Jawa Tengah(untuk wilayah Pulau Jawa), di Sinjai –Sulawesi Sel atan (untuk wilayah Sul awesi,Maluku dan Irian Jay a), di Lang kat –Sumatera Utara (untuk wilayah S umateradan Kalimantan).

Bagaimana Peran Kebijakan?

Keberhasilan peng embangan masyarakatsebag ai bagian dari pengel olaan pesi sir danlaut sangat tergantung pada ketepatankebijakan yang diambil . Kebijakan yangdikembangkan dengan melibatkan danmemperhatikan kepentingan masyarakat danmenjamin keberhasilan peng elolaan sumberdaya al am dan wilayah. Keterlibatanmasyarakat sang at diperlukan karena akanmenghasilkan kebijakan yang disesuaikandengan potensi, aspirasi dan kepenti nganmasyarakat. Kebijakan yang berbasi s padapotensi masyarakat akan mendorong

keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatandan perli ndungan sumber daya al am. Selainitu juga memberikan keuntung an ganda.Pertama, dengan meng akomodasi aspirasimasyarakat maka peng elol aan pesisir dan l autakan menarik masy arakat sehi ngga akanmempermudah proses penataan. Kedua,memberikan peluang bagi masyarakat untukikut bertangg ung jawab atas keamanan pesi sirdan l aut. Selain i tu yang lebih penti ng lagiadal ah adanya upaya untuk mening katkankepenti ngan hakiki masy arakat y aitukesejahteraan.Pelibatan masyarakat dalam pengambilankebijakan, dapat dilakukan denganpendekatan y ang mengg abungkan bottom up

Lahan mangrove yangtelah dikonversi menjaditambak

Page 11: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

4

dan top down pl anning. Pada ting katperencanaan masyarakat harus dilibatkandalam penyusunan tata ruang untukmenyerap informasi dan aspirasi masyarakat.Hal tersebut akan memberikan manfaat bagiproses peng embang an zona yang akandijadikan sebagai pola dasar penyusunanrencana peng el olaanny a. Informasi danaspirasi masyarakat tersebut juga akanbermanfaat untuk menggali potensimasyarakat terutama dalam rangkamengembangkan sistem perlindungankawasan yang berbasis pada masyarakat.Dilain pihak, top down planning diperlukanuntuk memberikan peluang bagi pemerintahuntuk merancang pola peng elolaan wilayahbagi kepentingan yang l ebih luas.

Kebijakan berperan penting dalampeng elolaan sumber day a pesisir, khususny amangrov e. Meskipun ti dak mungkin untukselalu menggunakan mekanisme kebijakanuntuk memecahkan semua permasalahankerusakan atau konflik dalam penggunaansumber daya, namun hukum dan peraturanyang berlaku merupakan bagian penting dariproses. Rencana untuk mengkonservasi danmengelol a sumber daya pesisir harus sesuaidengan kebijakan yang berada pada semuatingkat pemerintahan: mulai tradisional ,lokal, propinsi, dan nasi onal . Terl ebih lagi ,bany ak perencanaan yang harusmempertimbangkan kebijakan, perjanjian,dan konvensi internasional atau regional .Penting untuk diketahui bahwa kita bisamenggunakan kebijakan internasional atauregional untuk mendukung rencana bagikonservasi pesisir , misalnya konv ensikenakaragaman hayati. Para pengelol asumber daya, aktivis lingkungan, danpemimpin masyarakat mutlak harusmengetahui, meng erti , dan memahamiberagam kebijakan dari berbagai tingkat.Kebijakan negara biasanya yang menjadipaling penting, namun kebijakan dankonv ensi i nternasional yang dianut olehsebuah negara, juga menyediakan dukungan

penti ng bagi perli ndungan peng elol aansumber daya alam.

Dal am konteks epistemologi pembangunan,termasuk arah kebijakan pembangunansektor kel autan sebenarnya masih didomi nasioleh terminologi pemikiran Michael Redcliftentang konsep pembangunan berkelanjutan.Pemikiran ini kemudian diperjelas dandikritisi ol eh seorang pakar ekonomipembang unan yaitu Fey ereban. Menurutnyapemikiran Redclif tentang konseppembang unan berkelanjutan, secaraepi stemol ogy pembangunan terlaludidominasi oleh pemikiran barat. Olehkarena itu menurut Fey ereban diperlukansuatu multiple epistemology dal am memahamipemikiran pembangunan yaknimenggabungkan tradi si abstrak yangdidominasi pemikiran barat dengan tradisihistoris yang menjadi ciri utama negara-neg ara sedang berkembang. Namun, karenaposisi epistemologi lokal ini semakinmelemah dan tersingkir , meskipun telahterbukti mampu menjamin keberlanjutanpenghidupan masyarakatnya, maka perluditemukan metode atau upaya untukmemperkuat posi sinya dalam perkembanganpeng etahuan, khususnya y ang berkai tandengan pembangunan termasukpembang unan sektor kel autan. Penguatanpeng etahuan lokal mensyaratkan redefenisidari pembang unan sektor kelautan sebag aisebuah epistemologi baru guna menunjangotonomi daerah di wilayah pesisir dan lautan.Pembangunan sektor kelautan yang semacamini di mana peng etahuan lokal menjadilandasan utama mensyaratkan adany a cirri-ciri endogen dari pembangunan tersebut.Ciri-ciri endogen tersebut dijelaskan olehFriberg dan Hettne dalam Kusumastanto(2002), yaitu (1) bahwa unit sosi al daripembang unan i tu harusl ah suatu komunitasyang dibatasi ol eh suatu ikatan budaya, danpembang unan i tu harus berakar pada nilai-nilai dan pranatanya; (2) adanyakemandirian, y akni setiap komunitasberg antung pada kekuatan dan

Page 12: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

5

sumberdayanya sendiri bukan pada kekuatanluar; (3) adanya keadilan sosial dalammasyarakat dan (4) keseimbangan ekologis,yang meny angkut kesadaran akan potensiekosi stem lokal dan batas-batasnya padatingkat lokal dan gl obal .

Kebijakan NegaraDi Indonesia, negara terkadangbersingg ung an dengan peraturan provinsiatau tingkat pemerintahan di bawahnya.Ol eh karena itu, para pengelola harusmengerti kebijakan-kebijakan negara yangmengatur penggunaan dan perlindungandaerah dan sumber daya pesisir . Bahkan halpaling sepel e, yang terkait dengan defini sikawasan, misalny a, sangat menggangu prosespeng elolaan yang melibatkan banyak pihak.Apakah batasan pesisisr didasarkan padakontrol nasi onal berawal dari air pasang atausurut, sedang atau rata-rata?; Apakah sarannasional tentang l ebar sabuk hijaumempunyai substansi?; Di mana kekuasaankontrol negara atau daerah berawal?; Apakahkredibilitas kebijakan tradisional dapat diakuijika dilihat mel alui sudut pandang kebijakanneg ara? I tu adalah beberapa pertanyaan dasaryang membutuhkan pemahaman bersama.Setel ah masalah definisi , berikutnya adalahmaslaah kuasa. P ara peng elol a harusmenentukan departemen pemerintah yangterlibat dan mempunyai kekuasaan atas zonapesi sir. Departemen-departemen inimungkin memiliki banyak peraturan yangmempunyai kendali atas sumber day a pesisir ,meskipun tidak disebutkan secara j elas.Mi sal nya, Departemen Perhubunganmungkin memiliki kekuasaan untukmembangun sebuah bandara atau pel abuhandi mana saja yang di anggap sebagaikepenti ngan nasional . Kewenangan inimungkin meliputi sumber daya pesisir yangpenti ng, seperti hutan bakau atau terumbukarang. Untuk mempermudah pekerjaan,para pengelola harusny a mengerti denganbaik akan kebijakan-kebijakan yang

mempengaruhi sumber daya. Mereka jugabisa membuat saran-saran bagaimanakebijakan bisa di ubah untuk mening katkanpeng elolaan sumber day a yang dapatdiperbarui demi keberlang sungan sumber-sumber daya tersebut,.

Kebijakan Negara dan KebijakanKehutanan

Peng embang an kebijakan kehutanan nasionalsecara umum terpusat pada kebutuhan danpersy aratan bagi implementasi peng elol aanhutan secara berkesinambungan. Indonesiamenyadari kebutuhan bagi pengelolaan hutanberkesinambungan, untuk memberikankontribusi bagi pembangunan nasional dankeuntungan bagi penduduk lokal . Adabeberapa permasalahan penting dalamkebijakan pembangunan kehutanan antaralain penebangan hutan, degradasi hutan,illegal loggin g, pembukaan lahan perkebunan,dev olusi dan desentralisasi peng elol aanhutan, keterlibatan masy arakat dalampeng elolaan kehutanan, dan konservasi.Sebuah contoh dari pengutamaan kebijakankehutanan nasioanl adalah ‘proses prog ramhutan nasional’ yang dilaksanakan melal uiKeputusan Presiden No 80/ 2000. Pada Juli2007 berlang sung dial og antarstakehol deryang beragam dal am dukung an prosestersebut yang diadakan di tiga daerah(Sumatra, Kalimantan, dan Nusa Tenggara).Kunci penting dari program hutan nasionalIndonesia adalah perlindung an, produksi,dan parti sipasi. Isu-i su utama yang diang katantara l ain memerangi illeg al logging,pencegahan kebakaran dan perusakan hutan,merestrukturisasi industri berbasiskehutanan, penanaman hutan kembali danreboisasi, dan desentralisasi sektorkehutanan.

Page 13: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

6

Kebijakan yang Saling Bertentangan

Pada umumnya banyak pihak yang terlibatdalam peng elolaan sumber daya seperti satuatau lebih departemen pemerintah (nasional ,neg ara, dan l okal ), masyarakat adat, danpihak-pihak yang memiliki izin leg al dalampeng elolaan sumber day a. Konflik kebutuhanbiasa terjadi pada ag en-ag en y ang berbedadalam satu pemerintah. Ag en-agenlingkung an dan taman-taman nasionalmencoba untuk melindungi lingkung an danspesies y ang terancam kel estariannya.Departemen Kehutanan, Pertanian, danPerikanan mencoba mendapatkan dana untukmenjalankan program-program tersebut.Kerj asama antar berbagai pihak tersebut,dapat menceg ah adanya konflik yangdisebabkan oleh pengel olaan sumber daya.Konsorsium, forum, kel ompok-kel ompokpenasihat, komite atau wadah-wadah apa punnamany a mungkin diperlukan untukmenemukan cara yang terbaik dalampeng elolaan sumber daya deng an memilahkebijakan-kebijakan y ang berbeda.Secara ekol ogis, pertanian di hulu danperi kanan di muara saling tergantung .Kesehatan terumbu karang, tanaman bakau,dan rumput laut saling berhubungan satusama lai n. P enangkapan ikan secara liar dapatmerusak terumbu karang. Kerusakanterumbu karang dan hutan bakau jug amengurangi perikanan. Konsultasi antaraagen-ag en kehutanan dan perikanan dapatmemberikan jalan melal ui metode-metodekehutanan yang dapat mengurangi jumlaherosi dan sedimentasi di sungai-sungai yangmengalir ke laguna , muara, dan terumbukarang.

Konflik antara ag en-ag en yang berbedasering menjadi permasalahan utama bagipihak peng elola sumber daya. I tulahsebabny a mengapa beberapa rencanapeng elolaan gagal. Departemen Pariwisatamemiliki kepentingan kuat pada lingkunganyang belum rusak, dengan pendapatan yangdidapat dari pariwisata yang sering l ebih

besar daripada kehutanan dan perikanan.Pariwisata adalah industri yang berkembangpaling cepat di berbag ai negara.

Departemen Kel autan dan Perikanan jugadapat terkena dampak besar denganterjadiny a pendangkalan air yang dialamiekosi stem pesi sir berdataran tinggi.Kebijakan yang ada sering berdampak padamuara dan pantai, dan undang -undangpenangkapan serta keberadaan ‘en viron mentalflows’ (tempat dimana perairan secara bebasdiberikan untuk membantu perikanan),membutuhkan perti mbangan. Demikianjuga, pengelolaan kehutanan dataran tinggiyang dapat berdampak l uas pada kel estarianhutan bakau, karena hutan bakau sangatberg antung pada pasokan air tawar.Departemen Perindsutrian memilikikebijakan yang mempengaruhi polusi industridan pembuangan limbah yang penting bagipeng elola pesi sir.

Departemen yang lain seperti Pertambangandan Energi, Departemen Transportasi,Departemen Pertahanan (khususnyaAngkatan Laut), Departemen Kesehatan,serta S ekretarian Neg ara sering kalimempunyai peranan koordinatif. A pabilamemungkinkan, di sarankan untuk bekerjamelalui Sekretariat Negara pada areapeng elolaan yang lebih luas. Departemenyang penting lainya adalah departemen yangberhubungan dengan hak-hak masyarakatpribumi. Negara Kamboja, misalnya, telahmembuat sebuah departemen yangmengurusi masalah koordinasi par tisi pasimasyarakat dalam peng el olaan perikanan(PMCR-P arti cipatory Manag ement ofCoastal Resources Agency ).

Koordinasi antardepartemen dan antarpihakdiharapkan dapat menghi ndari terjadinyadisefisiensi dan konflik sehingga peng elol aansumber day a dapat mencapai tuj uanpemanfaatan y ang maksimal secaraberkesinambungan. S ebagai contoh,Departemen P ertanian dan DepartemenPerikanan mestinya berkoordi nasi berupaya

Page 14: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

7

mengurangi dampak-dampak yang ada.Metode-metode pertanian ditingkatkanuntuk mengurangi pengikisan sedimen.

Konflik Antarting kat Pemerintahyang BerbedaKebijakan nasional berlaku di seluruh neg eri ,namun peraturan yang dibuat olehpemerintah daerah sesungguhnya lebihefektif dalam mengendalikan kegiatan yangsifatnya merusak sumber daya pesisir .Peraturan daerah dibentuk agarmemudahkan untuk menentukan batas-bataspeng elolaan dan menunjuk pihak yangberwenang atas pengelolaan sumber daya.Pemerintah y ang bijak akan menyadari nilaiperaturan daerah dan mendukungpemerintah daerah serta masy arakat untukmengawasi sumber day a lokal mereka. DiIndonesia, otonomi daerah telahmemberikan kesempatan utnuk membuatdan mengimplementasikan program-program atas ini siatif pemerintah lokal , danjuga menjamin pertisipasi masy arakat dalamlegal draftin g dan proses impl ementasinya.

Dal am hal kebijakan dalam konteks banyakkepenti ngan seperti ini yang harus diingatadal ah bahwa seberapa pun kuatnya si stemkebijakan, konflik akan tetap selalu ada.Tidak ada sistem kebijakan yang sempurna.Karenany a peraturan sekuat apa punhendakny a cukup fl eksibel ag ar bisamengakomodasi banyak kepenti ngan. Sebagaicatatan, kebijakan-kebijakan yang benar -benar kuat dan bermanfaat adalah yangdidukung ol eh masyarakat dari mayoritasstakeholder.

Kebijakan dan Konv ensi Internasional

Pada tahun 1980-an, negara-negara di duni aini telah menyadari fakta bahwa di sampingkemajuan pembangunan juga terjadideg radasi lingkung an hidup. Pertanyaan-pertanyaan y ang muncul waktu itu, meng apa

sudah ada berbagai aturan deng an ancamanhukuman tinggi tetapi masih terjadiperusakan ling kung an yang antara laindilakukan masyarakat sendiri, dan bagaimanasebag ainya pembangunan itu disempurnakan.Dal am Si dang Umum PBB 1983 di sepakatimembentuk suatu komisi untuk mempelajaritantangan lingkung an dan pembangunanserta cara-cara menanggul anginy a. Sekj enPBB di tahun 1984 mengangkat Nyony a GroHarlem Brundtland (Perdana MenteriNorwegia) sebagai Ketua Komisi Duniauntuk Li ngkungan dan Pembang unan (theWorl d Commission on Environment andDevelopment ); salah seorang anggotany a, Prof.Emil Salim. Sidang kerja pertama Komisi inijustru dilakukan di Jakarta (Maret 1985)berupa dialog langsung deng an pemerintah,pengusaha dan l embaga-lembag a swadayamasyarakat.Tahun 1987, Komisi membuat laporan yangberj udul Our Common Fu ture (Hari DepanKita Bersama), y ang juga dikenal sebag ai TheBrun dtlan d Report. Komisi menyimpulkan,a.l. dalam praktek tidak adanya keterpaduanantara pertimbangan pembangunan denganpertimbangan ekologi , tidak adanyaketerpaduan antar instansi, dan hukum yangada pada umumnya merupakan hukum yangtidak didukung ol eh masy arakat. Untukmendapatkan dukung an masyarakat, Komisimerekomendasikan pembaharuan hukum dimana cara y ang paling baik menurut Komisiadal ah melal ui desentralisasi peng elol aansumberdaya yang menjadi penopang hi dupmasyarakat setempat; dan melalui pemberiansuara yang efektif pada masy arakat itumeng enai pengg unaan sumberday a tersebut.

Jadi, peraturan dan konvensi internasionalawalnya berasal dari agen-agen PBB,selanj utnya berasal dari kerj asama regional(antara satu atau dua negara). P emerintahbisa menandatangani perjanjian danmeng esahkannya, kecuali hal tersebutmerupakan legislasi internasional pada

Page 15: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

8

kebijakan nasi onal mereka sendiri, makatidak bersifat mengikat.

Kebijakan internasional dan konv ensimerupakan kekuatan penting dalammembantu menjaga kel estarian ekosi stemdan pemanfaatannya secaraberkesinambungan. Agen-ag en internasionalsering meny ebarkan informasi yang baik danratifikasi, yang mengindikasikan keingi nanpemerintah untuk memberikan peng aruhpada pengel ola sumber day a, publik, danLembag a Sosial Masyarakat (LS M). Berikutdaf tar kebijakan dan konvensi internasionalyang dapat digunakan oleh peng elol amangrov e di Indonesi a:

United Nations Conference onEnvironment and Development(UNCED): Konferensi internasi onal diRio de Janeiro pada tahun 1992memberikan resolusi untuk melindungilingkung an yang di sebut Ag enda 21. Bab17 dokumen ini meng upas sceara spesifiktentang lingkung an kelautan.

World Heritag e Conv ention: konv ensiuntuk perlindungan wari san budaya danalam dunia pada tahun 1972 didesai nuntuk melindungi warisan budaya(seperti Candi Borobudur) dan si tus-situs khusus al am yang bernilai tinggi(seperti Great Barrier Reef-Australiaatau Ha Long Bai-Vietnam). Konv ensiini adalah perli ndungan terti nggi duni ayang melindungi si tus kelautan danhany a digunakan bagi situs-situs yangbernilai besar deng an persetujuan penuhdari pemeri ntah nasional .

The International Conventi on onWetl ands (Ramsar): konvensi inidiadakan di Ramsar, Iran pada tahun1971 dan umumnya dikenal denganKonvensi Ramsar. L ebih dari 100

neg ara, termasuk Indonesia,menandatang ani konvensi ini untukmendukung pengg unaan lahan basah(berl umpur) yang dikenal dengansustainabl e use, termasuk di dalamnyahutan Mangrove. Ada dua situs R amsaryang terl etak di Indonesia, yaitu DanauSentarum di Kali mantan (tidak terdapattanaman bakau) dan sebuah kawasanmangrov e di Sumatera Selatan.Dibandingkan dengan neg ara lain,seperti Kanada, Indonesia hanyamemiliki sedikit lahan basah yangdirancang sebag ai Situs R amsar, padahalKanada mempunyai 143 Situs Ramsar.Ini satu indikasi bahwa kurangnyaperhatian pemerintah Indonesia untukmenominasikan dan mengajukan l okasi-lokasi penti ng lahan basah untukdilindungi berdasarkan Konv ensiRamsar.

The Conventi on on Biological Diversity:konv ensi ini nmendukung integrasikonservasi keanekarag aman hayatidengan kegiatan sektoral sepertiperi kanan dan pengg unaan sumber dayalainnya. Hal ini bertujuan untukmelindungi sumber dayakeanekaragaman hayati yang besar.Terumbu karang adalah sal ah satunya.

Yang harus kita lakukan dal am meresponKonv ensi Internasional adalah menjalinhubungan dengan orang-orang dandepartemen yang berkemampuan baik dibidang hukum. Orang -orang ini dapatmembantu mempersi apkan urusan merekauntuk konservasi sumber daya sehinggadapat memasukkan bahasa hukum yang biasadigunakan pemeri ntah

Page 16: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

9

Bagian DuaSTUDI KASUS PENGELOLAAN MANGROVE

DI INDONESIA

BELAJARDARI SEGARA ANAKAN

Segara Anakan terletak di antara 7°35'-7°46'S, l08°45'-109°01'E, di sebelah selatanPulau Jawa, perbatasan antara Jawa Barat danJawa Tengah. Luas keseluruhan KawasanSegara Anakan adalah 24.000 hektar ,meliputi perairan, hutan mangrov e, dandaratan-daratan lumpur yang terbentuk

karena sedimentasi. Kawasan yangberketinggian mulai 0 sampai 4 meter di atasmuka air laut tersebut dimanfaatkan olehmasyarakat Kampunglaut y ang tinggal diSegara Anakan antara lain untukkenel ayanan, pertanian, tambak, danpenebangan kayu.

Page 17: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

10

Pulau Nusakambang an, yang membujur daritimur ke barat sepanjang 36 km deng an l ebar4 – 6 km, meli ndungi kawasan S egaraAnakan dari Samudera Hi ndia. Meski pundemikian, perairan Segara Anakan masihterhubung dengan Samudera Hindia melaluidua kanal , yaitu kanal timur dan kanal barat.Kanal ti mur berupa celah sempit, panj ang ,dan dangkal yang memi sahkan ujung timurNusakambangan deng an Kota Cilacap. Kanalbarat berukuran l ebih panjang , lebar, dandalam yang memisahkan uj ung baratNusakambangan dengan KecamatanKalipucang, Kabupaten Ciamis, sehinggakanal barat lebih berperan dalam interaksipasang surut air laut di Seg ara A nakan.Aliran air tawar di S egara A nakan terutamaberasal dari empat sungai, yaitu SungaiCitanduy, Sungai Cibeureum, SungaiCikonde, dan S ungai Cimeneng .Nusakambangan dan Segara Anakan beriklimhumi d tropical mariti me dengan curah hujanmaksimum 3,720 mm per tahun. Suhu rata-rata 27°C.Segara Anakan merupakan kawasan lahanbasah y ang sebagian besar lahannya tertutupoleh hutan mangrove. Meskipun hutantersebut sudah rusak, namun dapat dikatakansebag ai kawasan mangrov e terl uas danterlengkap di J awa yang masih tersi sa.Veg etasi hutan mangrove tersusun ol eh j eni stertentu dan zonasi nya sang at jelas dengantinggi pohonny a yang hampir seragam.Frekuensi dan periode pasang surut sangatpenti ng di dal am menentukan zonasi dankomposi si spesi es hutan mangrove. Sebagaiekosi stem pasang surut, ekosi stem hutanmangrov e ketika air pasang didominasi olehair laut dan ketika air surut yang domi nanadal ah air tawar. Deng an demiki an,komuni tas hutan mangrov e mempunyaitol eransi yang lebar terhadap perubahansalini tas.Di rawa payau tersebut terdapat sekitar 30spesies tumbuhan. Beberapa tumbuhanmangrov e tersebut adalah api-api (terdapat

tiga jenis api -api yaitu Avicenia al ba, Aviceniamarin a, dan Avicenia oficin alis ), bog em(Sonn erati a al ba), bakau (Rizophora mucron atadan Rizophora apicul ata), tancang (Bru guireasp), nyirih (Xylocarpus granatu m danXylocarpus molluccensis) dan nipah (Nypafruticans). Beberapa tumbuhanlai n yangberasosiasi dengan tumbuhan mangroveantara l ain Acrostichum aureu m, jerujon(Acanthus ili cifolius) dan gadel an (Derrisheteroph ylla).

Kawasan S egara Anakan juga merupakanhabitat dari berbagai jenis satwa liar, sepertimonyet, linsang , beragam burung dan jugaikan, udang, serta kepiting. Secara spesifik,Segara Anakan juga merupakan suatuekosi stem akuatik yang kaya akan j enisplankton dan komunitas benthic yangmendukung produktivitas primer yangtinggi. Karenany a, S egara A nakan menjadidaerah asuhan (nurs ery ground) sekaligusmerupakan daerah 45 j eni s ikan P eruaya(migratory species ) dan menjadi juga sebag aitempat mencari makan ikan-ikan yangberasal dari sekitar Cilacap dan SamuderaHindia. Fauna di Segara A nakan banyak yangmemiliki nilai komersial , antara lain Luij anusspp, Formio niger, Pampus spp, Anus spp,Trichiurus spp, Pri acanthus spp, Chorinemus sp,Epin ephalus spp, Pomadacys spp, Nemipterus spp,Sauri da spp, Johnius sp, Eutherapon sp, Upen eusspp, Gerres kapas, Leognathus spp, Anguilla spp,Ps ettodes s p, Cygnoglossus sp, Hi mantura spp andCarchaninus spp.

Berkurangny a jumlah ikan di Seg ara Anakansebenarnya tidak saja karena penggunaan alattang kap modern dan perilaku nelayan yangdestruktif, melainkan pula karena luasperairan Segara Anakan kian hari kianmenyusut. Dalam duapul uh tahun terakhir,terjadi sedimentasi yang hebat di SegaraAnakan. Sung ai-sungai besar dan kecil yangbermuara di Segara Anakan membawalumpur berupa lanau akibat ti ngkat erositinggi di bagian hulu. Akibatny a, SegaraAnakan sekarang menjadi suatu laguna yang

Page 18: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

11

terisi lumpur membentuk pulau-pulau baru,atau masyarakat setempat meny ebutnyatanah timbul. Kini S egara Anakan ti dak lagimerupakan sebuah segara yang luas,melainkan tinggal sungai -sungai yangmemisahkan tanah-tanah ti mbul. Laj usedi mentasi yang sangat tinggi dari tahun ke

tahun ini ti dak hanya meni mbulkanpendangkalan yang sangat hebat, tetapi jugamengganggu jumlah dan lamanya pasangsurut. Tabel di bawah ini menunj ukkan kianmenurunnya luas perairan S eg ara Anakanakibat adanya sedi mentasi.

Tahun Luas1978 4.038 hekt ar1984 2.906 hekt ar1985 2.893 hekt ar1986 2.811 hekt ar1989 2.298 hekt ar1991 2.019 hekt ar1994 1.575 hekt ar1998 1.300 hekt ar2003 600 he ktar2006 400 he ktar

Di sampi ng masalah sedimentasi, sejak tahun1996 sampai saat ini, ekosistem hutanmangrov e S egara Anakan juga mengalamistress lingkungan yang sangat ti nggi akibatpenebangan hutan mangrove yang tidakterkontrol menjadi tambak udang. Yang

sangat meny edihkan, tambak udang tersebutjuga mengalami kegagal an dan meni nyisakanlahan terbuka dengan tumbuhan mangroveyang tidak sehat.Beberapa upaya telah dilakukan untukmemperbaiki hutan mangrove yang rusak

Sedi mentasi di Segara Anakanmembuat luas perai ran makinmenyusut. Kondisi ini just rumelahirkan st rategi pen angkapanikan yang san gat destruktif, sepertipenggun aan wi de dan j arin g apongyang bisa menguras ikan -ikan diperairan yang tersis a

Page 19: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

12

dengan menanam bibit tancang (Bru guiera sp)yang dipel opori pemeri ntah. Namun, usahatersebut tidak berhasil walaupun sudahribuan bibit tancang ditanam. Bibit tancangtersebut tidak berhasil tumbuh deng an baikkarena adany a invasi gadelan (Derrishet eroph ylla). Gadel an ini merupakantumbuhan liana yang tumbuh menjalar dantumbuh sang at cepat membeli t bibit tancang .Keg agalan ini mestinya tidak akan terjadi jikadiikuti ol eh tindakan perawatan sepertimenyiangi gadelan.Degradasi lingkungan di kawasan tersebutberdampak pada kehidupan masyarakat yangkesehariannya bergantung pada sumber day ahutan mang rov e dan perairan. Luas perairanSegara Anakan kian berkurang , sedang kanjumlah penduduknya kian bertambah. Bisadibayangkan bagaimana perairan SegaraAnakan yang luasnya ti nggal 400 hektar bisamenghi dupi 14.000 ji wa yang sebagian besarhidupnya tergantung dari kenelayanan.

Sejak tahun 1980-an, berbag ai permasalahanlingkung an Seg ara Anakan tel ah menjadibuah bibir media massa, baik lokal, nasional ,maupun internasional. Media massa cukupberperan dalam menarik perhatian pihakluar, sehingg a sejak tahun itu perhatian padanasib S egara Anakan pun terus bermuncul an,termasuk pemerintah yang mendapatpinjaman lunak dari A sian Devel opmentBank.Bagi orang-orang luar Kampungl aut, S egaraAnakan tempo dulu adalah tempat yangeksotik karena kei ndahannya. Bagi parapeneliti, Segara Anakan sudah lama menjadiobjek studi, meski pun hasil studi nya itujarang yang dipublikasikan. Bagi mahasi swa,Segara Anakan adalah lokasi praktik yangunik, baik dari segi ekologis maupunkemasyarakatannya. Bagi mi ssionaris, orangKampunglaut yang ti nggal di kawasan SegaraAnakan dan Nusakambangan merupakananak-anak manusia yang harus diberipencerahan karena sebagian besar masihmemeluk agama tradisional , yakni Kejawen.

Bagi pemeri ntah, Kampungl aut adalahtempat sampah untuk membuang parapeg awainya yang melanggar aturan main.Selain i tu, Kampunglaut jug a dikateg orikandaerah miskin sehingga menjadi salah satutujuan proyek-proyek bantuan. Bagibeberapa l embaga swaday a masyarakat,orang Kampungl aut dianggap kurang berdayasehingga perl u pendampingan dan membuatmereka menjadi l ebih berdaya.

Banyak sekali pihak yang berkepenti ngandengan Seg ara Anakan dan Kampungl autsehingga ragam intervensi pihak luar dikawasan ini tidak terhi tung jumlah dankualitasnya. Pada tahun 1981, Yayasan SosialBina Sejahtera (YSBS ) membantu masyarakatKampunglaut dengan membangun tangg uldari mulai Klaces di sebelah barat hinggaPasuruhan di sebelah timur sejauh kuranglebih 6 km. Masyarakat mendukung dansenang terhadap ki prah yay asan berbasisagama yang berkantor di Cilacap ini. P adatahun y ang sama orang Budhis tidak mauketinggal an untuk meny ebarkan ajaranny a diKampunglaut, namun usahanya tidaksesukses YSBSPada tahun 1997, Lembaga Bangun DesaSejahtera (LBDS ) masuk ke Kampungl autmelakukan beberapa kegiatan yang terkaitdengan pembangunan di desa. Akan tetapi,upay a mereka yang datang sebentar tersebuttidak terlal u di meng erti ol eh masyarakat.Pada tahun 1997 jug a terjadi proses penti ngkaitanny a dengan okupasi mangrove olehpara peng usaha tambak dari luarKampunglaut. Setel ah para pengusahatambak kehabisan lahan di pantai utara Jawa,mereka pun mengincar lokasi -lokasi lain,termasuk Segara Anakan. Merekakebanyakan orang-orang Ci na y ang datangdari P angandaran, Jakarta, Lampung,Karawang , dan Pekalong an. Tanah timbulyang menempel pada l ereng Nusakambanganmenjadi rebutan karena tanahny a memadaidan agak tinggi sehingga aman pasang besar(banjir).

Page 20: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

13

Setel ah beberapa pengusaha berhasil panen,bany ak warga yang mengikuti j ejak itumenjadi petambak. Sayangnya mereka gagal ,karena lokasi mereka y ang berada di tanahtimbul bagian tengah S egara Anakantanahnya masih sang at labil sehingga tanggulsering j ebol. Tidak hany a masyarakat, pihakLembag a P ermasyarakatan Nusakambanganpun tertarik untuk membuka lahan tambakbekerjasama dengan sebuah perseroanterbatas. Menurut cacatan di DesaUjungalang, luas lahan yang dibuka untuktambak adalah 187 hektar . Semua tambakgagal, selain sistem hidrologi di SegaraAnakan sudah terganggu, juga karena adany apenjarahany ang terj adi pada tahun 1998.Pada tahun 1997 – 1998, sebuah proyekperkebunan pisang caven dish masuk ke S egaraAnakan dan Nusakambang an. Perusahaanperkebunan tersebut, konon menurut ceritadari mulut ke mulut, adal ah milik MbakTutut. Berhektar-hektar lahan di tanahtimbul dan l ereng nusakambang an, dariPesuruhan hingg a Klaces, dibukamenggunakan bul doser . Pembukaanperkebunan pisang ini meny edot tenaga kerj aperkebunan yang cukup banyak. Anehnya,para pekerja itu ti dak di ambil dariKampunglaut, melai nkan dari daerah JawaBarat. Mereka mendirikan gubuk-g ubuk diperkebunan untuk tingg al sekaligus menjagapohon pi sang dari hama binatang.Belum j uga menghasilkan, pada tahun 1998perkebunan ditutup. Para pekerjanya belumsempat dibay ar sebagai mana mesti nya.Mereka memutuskan tetap tingg al di lahanperkebunan meskipun perusahaan sudahtutup. Untuk melang sungkan kehidupannya,mereka melakukan kegiatan pertanian diNusakambangan. Keberadaan mereka sangatmencolok mata. Di satu sisi orangKampunglaut dilarang naik Nusakambang an,sedangkan di sisi lai n orang luar bolehmelakukan aktivitas pertanian diNusakambangan. Pada tahun 1999 akhirnyaterjadi peng usiran para pendatang itu oleh

orang Kampunglaut deng an dukung an daripemerintah dan tentara. Gubuk-gubukmereka dibakar. S ebagian besar dari merekapulang ke Jawa Barat dan sebagian kecillainnya menetap di Lempong Pucung danKlaces menjadi buruh tani.

Intervensi Pemerintah: PMO-SACDPPemerintah sangat perhatian dengan SegaraAnakan dan Kampungl aut. Ini terbuktidengan banyaknya proyek pembangunanyang masuk ke kawasan Segara A nakan.Proy ek-proyek tersebut antara lain PPK,P2MPD, pemberantasan malaria, danpembang unan sekolah. Hampir setiap tahun,sejak diberl akukannya undang undangtentang desa, desa -desa di Kampungl autmenjadi sasaran pembang uan desa ter tinggal.Proy ek terbesar dimulai tahun 1997, bertitelSegara Anakan Conservation andDev elopment Project. Untuk menjalankanproy ek tersebut, maka di Cilacap dibuatkantor bernama Proj ect Management Offi cesehingga di singkat menjadi PMO-SACDP.Di kalangan masyarakat l ebih dikenal dengannama PMO.

Proposal proyek SACDP mulai dirumuskanoleh pemerintah pada tahun 1995 dandiusulkan pada Asian Dev el opment Bankpada tanggal 19 Juni 1995 sebag ai lembagayang bersedia memberikan pinjaman lunak(baca: utang ) untuk proy ek tersebut. S etelahmelalui proses negosiasi selama satu tahun,akhirnya usulan utang tersebut di setujui olehADB pada tanggal 6 November 1996. A DBmemberikan utang untuk SACDP sebesar22,8 juta dollar AS atau sekitar 200 milyarrupiah (kurs Rp. 9.000,00). P eminjam utangtersebut adalah pemerintah RI melal uiDirektorat J enderal P embangunan R egionalDepartemen Dalam Negeri dan DirektoratJenderal S emberdaya Air DepartemenPekerjaan Umum. Jangka waktu proy ek yangdisepakati adalah 6 Januari 1997 hingga 30September 2002. Meski proy ek dimulai

Page 21: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

14

tahun 1997, namun masy arakat mulai akrabdengan nama PMO baru pada tahun 1999.

SACDP melakukan kegiatan konserv asi ,pembang unan, dan pengelolaan ekosi stemSegara Anakan untuk melindungi nilai sosialdan ekonominya secara berkelanj utan.Proyek tersebut meliputi tiga bagian sebagaiberikut.1. Bagian A adalah manajemen sumberdaya

air dan kontrol sedi mentasi yangmeliputi peng erukan tanah timbul ,sal uran air, dan anak sungai sertapeningkatan kondisi sungai ,perli ndungan terhadap banjir danpembang unan infrastruktur lai n yangberhubungan.

2. Bagian B adalah pengembanganmasyarakat yang meliputi rehabilitasi danpeng elolaan kawasan mangrove,peng embangan akuakultur, menatainfrastruktur dasar desa-desa di KawasanSegara A nakan, serta konservasi tanahdan kontrol erosi .

3. Bagian C adalah manaj emen proyek danpeng embangan kapasitas yang meliputipeng elolaan proy ek, peng elol aanlingkung an, program pelaksanaan danperawatan sarana prasarana proy ek, danperbaikan anggaran untuk menjami nkelangsungan program.

Proyek PMO-SACDP sangat besar danholistik. Dalam tuli san terbatas ini say a tidakmungkin menguraikan secara rinci pekerjaanPMO-SACDP. Saya juga sama sekali tidakbermaksud menilai PMO-SACDP, karenasay a tidak mempunyai kompetensi apa pundengan hal itu. S aya hanya ingi n menyajikanperspektif dan respon masy arakat terhadapPMO-SACDP yang terekam dalam catatandan ing atan say a selama bekerja di SegaraAnakan dari tahun 2001 hingg a sekarang.

Hal yang paling dirasakan manfaatny a olehmasyarakat atas kehadiran P MO-SACDPadal ah pembang unan yang bersifat fisik. DiUjungalang, pembangunan fisik yang telah

dilaksanakan antara lain pembangunan ruas-ruas jalan dengan pavling dan pagar,pembang unan dermaga, café turi s, balaidesa, sekol ah, pemugaran rumah-rumah,pembuatan sal uran irigasi (kalen) danpipanisasi air bersih. Dari pembangunansarana fisik itu, yang dirasa kurang berhasilhany a proyek air bersih dan bangunan untukfasilitas pariwisata. Rumah singgah turi s diPelabuhan Motean runtuh begitu saj a tanpasempat dig unakan untuk pariwi sata.Demikian pula cafe di Kl aces menungguroboh karena tidak ada wisatawan yangsinggah.

Pada tahun 2001, P MO-SA CDP mendapatsorotan kurang baik dari masyarakat, terkaitdengan proy ek penanaman hutan mangrove.Setahun sebelumnya, yaitu tahun 2000,PMO-SACDP menanami tanah ti mbul danhutan mang rove yang telah rusak seluas 250hektar dengan pohon-pohon tancang.Program ini melibatkan tiga kel ompokmasyarakat, di mana masing -masi ngkel ompok terdiri atas 30 orang , termasukada beberapa orang perempuan. Tenagamereka terutama digunakan untukmenanam. P erhariny a mereka di bayar Rp.17.500,00 per orang dan memakan waktuberbulan-bulan. Program penanamanmangrov e itu ti dak di tindaklanjuti denganpemeliharaannya, sehingga bibit yang baruditanam tidak bi sa tumbuh, karena kalah olehgadelan dan jerujon. Program ini pun gag altotal, padahal telah memakan biay a yangsangat besar . Pada tahun 2001, orang -oranglapangan PMO-SACDP menjadi sasarankemarahan masyarakat karena sebagi an upahmereka belum dibayar.

Selain pembangunan sarana fi sik, PMO-SACDP juga berusaha untukmeng embangkan sumber day a manusiaKampunglaut, termasuk Desa Ujungal ang.Pada tanggal 23 – 28 April 2000, mi sal nya,PMO-SACDP meng adakan pelatihanParti cipatory Rural Appraisal (PRA) bagi aparatdesa dan tokoh masy arakat di Kawasan

Page 22: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

15

Segara Anakan dalam rangka Prog ramDi seminasi Proy ek Tahun Angg aran1999/2000. Maksud proyek tersebut adalahuntuk memberikan masukan kepadamasyarakat, baik selaku subj ek maupunobjek, berbagai kegiatan PMO-SACDP.Adapun tujuannya adalah untukmening katkan parti sipasi aktif masyarakatdesa sebagai sasaran proyek, sehinggaterwujud kesamaan pandang dalammewujudkan berbagai kepenti ngan proyekPMO-SACDP. J umlah peserta yangdilibatkan dal am kegi atan ini adal ah 27 orangyang berasal dari Ujungalang enam orang ,Ujung Gagak enam orang, P anikel enamorang, P amotan enam orang , dan organi sasikemasyarakatan tiga orang. Dari 27 orangtersebut, 21 laki-laki (77,78%) dan hany aenam orang perempuan (22,22%).

Pemberdayaan masy arakat jug a dilakukanmelalui pelatihan ekowi sata bagi beberapaanggota masyarakat yang berlang sung padatangg al 5 – 8 J uli 2001. P elatihan inibertujuan untuk mengi mpl ementasikanrencana pengembangan wi sata di SegaraAnakan y ang tel ah di dahului denganpembang unan sarana fisik penunjang wisataseperti rumah singgah dan cafe. Hasilpenelatihan ini kemudian disosialisasikan lagipada bulan Nov ember 2001. Namun aksinyatany a belum tampak hingga fasilitaspari wisatay ang telah dibangun hancur.Salah satu bentuk kegi atan P MO-SACDPdalam pemberdayaan kenel ayanan adalahmengembangkan usaha tambak deng an caramemanfaatkan bekas-bekas tambak yangterbeng kalai. Beberapa orang Motean, yangsemuanya laki-laki, di pilih untuk dilatihmenjadi petambak, dengan cara studibanding ke daerah-daerah tambak yangtersohor, seperti Pekalongan. Usaha ini tidakberhasil, karena lahan y ang dibuka untuktambak adalah tanah timbul, sehingg a kurangmemenuhi persy aratan. Selain itu, orang -orang yang dipilih mengikuti pel atihan,

menurut beberapa sumber, bukan orang-orang yang tepat.

Kegiatan PMO-SACDP yang sangat terkenaldan kontroversial di masyarakat adalahpenyodetan Sungai Citanduy. Menurutpenuturan Kepala Kecamatan PembantuKampunglaut periode 2000 - 2003,Sadmoko, peny odetan Citanduy bertuj uanuntuk meng endalikan sedimen yang masukke S egara Anakan, yang mengancam lag unatersebut menjadi sebuah daratan. Sung aiCitanduy yang merupakan sungai terbesar diJawa Barat itu, alirannya akan dil uruskan,yang semula bermuara di Segara A nakan akandipindahkan ke perairan Nusawere diwilayah Ciamis. Rencana penyodetan alurSungai Citanduy tersebut ternyata ditentangoleh DPR D Kabupaten Ciamis dan kalanganLSM. Mereka khawatir, pemindahan muaraitu akan merusak dan mencemari ling kungankawasan Pantai Pang andaran yang menjadikawasan wi sata andalan Kabupaten Ciami s.

Beberapa ahli juga berpendapat, bahwapenyodetan Citanduy tidak akanmemecahkan masal ah, malah sifatnya hanyamemindahkan masalah dari S egara Anakan kePangandaran. Akibat dari pertentangan ini,ditambah dengan masalah pembebasan tanah,proy ek penyodetan Citanduy dikaji ul ang.Bahkan, menurut berita di salah satu suratkabar nasional tangg al 13 Maret 2002, ADBsebag ai peny andang dana mengancam akanmenarik kembali dana yang dikucurkanuntuk proyek tersebut bila permasalahan itutidak seg era diselesaikan. Ancaman A DB inisangat beralasan, karena penyodetanCitanduy menjadi prasyarat bagidijalankannya pekerjaan P MO-SA CDP yanglain.

Sampai habis tempo proy ek, peny odetanCitanduy ternyata tidak bisa dilaksanakan.Untuk itu, P MO-SA CDP mengajukanperpanjangan waktu proyek pada ADB.Stel ah melal ui debat yang cukup alot, ahirnyaperpanjangan dikabulkan. ADB setuju untukmemperpanjang proyek dengan catatan

Page 23: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

16

bahwa kucuran utang A DB dikurangi, yangsemula SACDP didanai ADB sebanyak100%, mulai tahun 2002 hanya 60% dansisanya ditanggung oleh APBN/APBD.Seiring deng an perubahan kebijakanpendanaan S ACDP, maka PMO berubahnama menjadi Badan Peng elol a KawasanSegara Anakan (BPKSA), yang mana l embagaini diharapkan bisa mandiri setel ah A DBmenghentikan utang pada tahun 2005.

Dal am menjalankan ketiga bagian proyeknya,PMO/BPKSA banyak melakukan studi diSegara A nakan y ang hasilnya dal am bentukdata bas e kondisi sosial ekonomi , peta, danlaporan-laporan studi. Dalam studi tersebut,BPKSA bekerjasama dengan l embagapemerintah lain, seperti BPS , dan perguruantinggi, seperi UNDIP. Hasil studi yangmestinya bi sa dimanfaatkan oleh masyarakatuntuk menjal ani hi dupnya agar lebih baik—seperti tujuan mulia SACDP—ternyatahany a digunakan oleh pemerintah dalammenyusun kebijakan y ang kadangbertentangan dengan keinginan masyarakat,seperti peng erukan, pembatasan penggunaan

apong, dan lain-lai n. Ag enda itu mungkinbaik dan l ogis, namun karena tidak dilakukansecara parti sipatoris, maka praktikny a seri ngditentang oleh masyarakat.Contohny a adalah dal am hal peng erukanSegara Anakan. Untuk mengatasisedi mentasi, selain peny odetan Citanduy,salah satu kegiatan SACDP adalahpeng erukan S eg ara A nakan. Beberapa kapalpeng eruk didatangkan ke S egara A nakan.Lumpur pun dikeruk, lalu disposalnyadipindahkan ke beberapa tempat sepertiKlaces. S elama proses peng erukanberangsung, air Segara Anakan menjadikeruh, sehingga para nelay an tidak bisamenangkap ikan di lokasi yang keruhtersebut. Karena tidak bisa bekerja, paranel ayan akhirnya minta konpensai padaBPKSA. P ermintaan ini jel as tidakdikabulkan karena BPKSA berpikirdemikian, “orang Kampungl aut tuh gimanasih, mau dibantu ag ar lautnya jadi luas koktidak tahu diri, malah minta konpensasi!”.BPKSA berpikir sangat logis.

Pengerukan Segara Anakan

Page 24: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

17

Di sisi lain, masy arakat Kampunglaut punyapendirian y ang nampaknya tidak diketahuiatau terpikirkan ol eh BP KSA. S ebagai orangyang lahir dan tumbuh di Seg ara A nakan,orang Kampungl aut sangat memahami bahwapeng erukan Seg ara A nakan tidak akan berartiapa pun jika tanah-tanah di daerah hul usungai tidak dibenahi. Penyodetan Citaduypun, menurut mereka, hanya sediki tpengaruhnya karena l umpur yang masuk keSegara Anakan tidak hanya dari Citanduy .Masy arakat sudah bi sa membuktikan, bahwadua bulan setelah dikeruk, perairan di depanDesa Uj ung Gagak kembali kandas (dangkal).Masy arakat ternyata juga berpikir sangatlogis.BPKSA yang berpikir logi s dan masyarakatyang jug a berpikir logi s dalam melihat faktasedi mentasi, ternyata berada pada posisi yangberseberang an. Mana yang benar? Mungki ndua-duanya benar, mung kin juga dua-duany asalah. Barangkali cerita tentang demonstrasimasyarakat menentang pengerukan bisamembantu kita menafsirkan (bukan menilai )hal tersebut.

Karena kompensasi tidak dikabulkan, orangKampunglaut melakukan sabotase terhadapkapal keruk. Mereka berdemo danmengacam para operator kapal dan pekerj apeng erukan. Ketika terjadi perang mulutantara orang Kampungl aut dengan orangBPKSA, terjadi dialog menarik, kurang-l ebihseperti ini.

Orang Kampungl aut: “Hentikan saj apeng erukan jika di sposal ti dak dibuang ketempat yang disepakati. Lagi pula kami jaditidak bi sa melaut karena air keruh!”Orang BPKSA: “Sabar Pak, pengerukan inikan demi Bapak-bapak. Kal au lautny akembali luas dan dalam, ikan-ikan kan jadibany ak. Bapak tidak bisa melaut sekarang ,tetapi nanti jika laut sudah dalam,penghasilan Bapak akan jauh meningkat”.Orang Kampunglaut: “Ah, omong kosong ,paling beberapa bulan saja kandas lagi !”

Orang BPKSA: “Kalau nanti kandas, kangampang tinggal dikeruk lagi ”.

Kepada siapa sebenarnya orang BPKS Aberpihak? Orang Kampungl aut merasaBPKSA tidak pernah berpihak pada mereka;yang terjadi, menurut mereka,PMO/BP KSA telah menjual mereka. OrangKampunglaut berpikir bahwa mereka jugaharus mendapat bagi an (uang) dari yangratusan milyar itu, karena yang lain sudahmendapat bagian yang sangat tidak masukakal. Orang Kampunglaut cukup pi ntarmenghi tung bahwa uang pinjaman untukSegara Anakan l ebih banyak habi s di Jakar ta,di Semarang , di Cilacap, di Ciamis, diperusahaan kapal keruk, dan di mana-mana,bukan di Kampunglaut. Entah karena bisamenerima alasan logi s orang Kampungl autatau karena takut, konpensasi akhirnyadiberikan. B eberapa orang Kampungl autyang bersuara kritis direkrut dan digaji untukmengawasi jalannya peng erukan yang tidakjadi dihentikan. Padahal, peny odetanCitanduy sebagai prasy arat dilaksanakanpeng erukan, bel um dilakukan hi ngga naskahini ditulis (2006). “P ekerjaan yang sia-sia”,demikian pikir beberapa orangKampunglaut. Sementara itu beberapanel ayan yang mendapat konpensasitersenyum l ebar , meski pun mereka tahuperairan mereka akan kembali dangkal dalamwaktu beberapa bulan saja seper ti sebelumada peng erukan.

Interv ensi pemerintah terhadap ling kungandi Ujung alang yang jug a cukup penti ngadal ah dalam hal penang anan batas wilay ah.Terbentukny a tanah ti mbul yang meny atudengan lereng-lereng utara Nusakambanganmeny ebabkan luas wilayah pulau itubertambah sekitar 1.000 hektar.Penambahan luas pulau itu meni mbulkansengketa antara Depar temen Kehaki man danHAM sebag ai pemilik Nusakambangandengan Pemeri ntah Kabupaten Cilacapsebag ai pemilik Laguna Segara A nakan.Untuk mengakhiri sengketa itu, Badan

Page 25: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

18

pertanahan Kabupaten Cilacap, DepkehHA M, serta P MO melakukan peng ukuranulang terhadap batas wilayahNusakambangan dan Seg ara Anakan. Proyekini dikoordinir oleh Kantor Kesatuan Bangsa,Ketertiban dan P erlindungan Masyarakat(Kesbang tiblinbas). Tuj uan pengukuran iniadal ah terutama untuk mengetahui manawilayah Nusakambangan dan mana wilayahlagunaSegara Anakan.

Peng ukuran ini ti dak sesederhana teknisnya,karena menimbulkan ekses sosial. Tanah -tanah timbul yang semula merupakanperairan Segara A nakan dan sekarangmenjadi bagian dari daratan Nusakambang an,ternyata sudah sarat deng an pemuki manpenduduk. Bagi penduduk Ujungalangsendiri, sengketa wilayah tersebutberdampak besar secara psikologi s, karenakepemilikan tanah mereka di atas wilayah itumaki n tidak j elas.

Sesungguhnya, memperebutkan SegaraAnakan ibarat memperebutkan “gadi ngretak”, karena kelestarian lingkungannyasendiri—untuk menjamin hi dupberkelanj utan—masih terabaikan. Dr. TjutSugandawaty Djohan, seorang biol og UGMyang terlibat dalam berbagai penelitian dan

kegiatan kuliah lapangan di Segara Anakansejak tahun 1980, berpendapat bahwa SegaraAnakan akan hilang. Komentar itudisampaikan dalam sebuah di skusi meng enaiSegara A nakan pertengahan tahun 2001dalam rangka persi apan Pusat Studi AsiaPasifik Univ ersi tas Gadjah Mada (PSAP-UGM) mel akukan penelitian ekol ogi budayadi Segara Anakan. Menurut TjutSugandawaty Djohan, sekitar 48 juta tonlumpur tertimbun di S egara Anakan setiaptahunnya. Jadi, hilangny a perairan SegaraAnakan mustahil dilawan, yang penti ngdilakukan adalah membantu masyarakatmenghadapi perubahan lingkungan.

Berdasarkan ceri ta tentang masal ah danragam intervensi di S egara A nakan, nampakbahwa dalam membuat kebijakanpeng elolaan kawasan, dalam hal ini melal uiPMO-SACDP , masyarakat sama sekali tidakdilibatkan, baik dal am perencanaan maupunimpl ementasi proyek. Banyak pihak menilaibahwa megaproy ek SACDP telah gag al danmenyisakan situasi yang tidakmenguntung kan, baik bagi kondisilingkung an fisik maupun ling kungan sosial diSegara Anakan.

BELAJARDARI TIWOHO

Ti woho adalah sebuah desa kecil diKecamatan Wori Kabupaten MinahasaUtara, S ulawesi Utara. J arak Desa Tiwohodari ibukota provinsi sekitar 18 km, dapatditempuh dengan mengendarai angkutan

umum kurang-l ebih 45 menit. Desa Tiwohoberbatasan dengan Desa Tongkeina (desapaling uj ung Utara Manado) di sebelah Barat,sebelah S elatan berbatasan deng an GunungTumpa, sebelah Ti mur berbatasan dengan

Page 26: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

19

Desa W ori dan sebelah Utara adal ah pesisirpantai Taman Nasi onal Bunaken. DesaTi woho dihuni oleh 312 kepala keluarga atausekitar 1.212 jiwa deng an beragam suku.Suku y ang mendominasi adalah Sangir ,sedangkan suku lainnya deng an jumlah tidakterlalu bany ak antara lai n Talaud, Mi nahasa,Gorontal o, Bolaang Mongondow, J awa, danBugis. Matapencahari an di desa ini beragam,yaitu petani, nelayan, pegawai negeri, guru,pedagang , serta tibo-tibo (pengepul) danpengrajin.Ti woho terl etak di wilayah pesisir pantaidengan luas hutan mangrove 62,72 hektaryang ditumbuhi sekitar 33 spesi es mangrovesejati dan mangrov e assosi ate. Sejak dul umasyarakat Tiwoho terbiasa memanfaatkanhutan mangrov e sebagai sumberpenghidupan, di antaranya: tempat mencarikayu bakar, tempat mencari ikan, katan g(kepi ting ), biak (sejeni s kerang), tempatmencari biawak, burung, sumber makananternak kambing , ti ang rumah, bahan bakupembuatan atap rumah, dan sumber obat-obatan tradisional. Kebiasaan ini telahberl ang sung turun-temurun hingg a padasuatu ketika di akhir 1989 sebuah perusahaanyang mengusung panji “Wori Mas” datanguntuk membuat sebuah usaha di bi dangperi kanan, yakni usaha tambak udang danbandeng . S ekitar 25 hektar hutan mangrov edikonversi menjadi kolam-kolampembudi dayaan udang dan bandeng .Sebagian masyarakat mendukung kegiatan initapi sebagian merag ukan keberhasilannya.Mereka yang masih merasa ragu tidak bisaberbuat banyak karena perusahaan tersebuttel ah mendapatkan lampu hijau daripemerintah desa dan kecamatan. Menurutseorang warga Desa Ti woho yang peduliterhadap wilay ah pesi sir pantai yang jugaketua Forum Masyarakat Peduli TamanNasional Bunaken (FMP TNB), Lorens Loho,perusahaan ini hanya beroperasi sel ama 3tahun, dan setelah i tu perusahaan pergimeningg alkan hutan mangrove dalamkeadaan terbeng kalai. S aat itu mulai muncul

kel uhan-keluhan neg atif akibat konv ersihutan mangrove tersebut, sepertiberkurang nya j uml ah ikan, kerang, dankepiting karena kehilangan tempat bertelurdan memijah, ti dak adanya penahan ombakdan angin.

Hampir bersamaan deng an itu, pada tahun1991 pemerintah mel alui Depar temenKehutanan menetapkan wilay ah hutanmangrov e Desa Tiwoho masuk ke dalamwilayah Taman Nasional Bunaken (TNB).Sebagai bagian yang tak terpi sahkan dariwilayah TNB, Ti woho harus tunduk padaaturan-aturan TNB. Pada tahun yang samapula, beberapa masyarakat Ti woho yangtergabung dalam Kelompok S wadayaMasy arakat menginisi sasi penanamanmangrov e, dibantu oleh Yayasan Kelola(sebuah NGO lokal yang berg erak di wilayahpesi sir). Penanaman dilakukan pada bagiangaris pantai untuk menghindari terjadinyaabrasi. Jenis mangrove y ang ditanam adalahSonn erati a s p dan Avi cenni a alba denganmangambil benih dari hutan mangrovesekitar yang masih sehat. Empat tahunkemudian kelompok masyarakat ini yangmasih dibantu oleh Yayasan Kelolamelakukan penanaman kembali pada lahanbekas tambak yang luasnya 25 hektar denganpertimbangan keberhasilan penanamansebelumnya. Saat ini masih terjadi dualismedi tingkatan masyarakat, ada yangmengatakan lahan bekas tambak masihmenjadi milik perusahaan Wori Mas, di lainpihak masy arakat l ain menganggap lahantersebut di bawah peng awasan DepartemenKehutanan. Wal aupun demikian penanamantetap dilakukan.

Pada tahun 1998 dan 1999, ti dak kurang dari4 hektar lahan bekas tambak tersebutditanami kembali. Kali ini penanamanmangrov e melibatkan anak- anak sekolahdasar y ang berada di Desa Ti woho. J enismangrov e yang ditanam jug a lebih banyakseperti Brugui era sp, Rhizophora sp dan Ceriopstagal. Benih yang di tanam masih mengambil

Page 27: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

20

dari hutan mangrove yang sehat dan daritempat pembenihan yang tel ah dibuat.Penanaman kali ini disertai deng an harapanterjadi peningkatan j uml ah tang kapan ikanoleh nelay an. Masyarakat sudah mulaimemikirkan fungsi dan manfaat hutanmangrove seiring deng an perkembangankesadaran masyarakat akan pentingny a hutanmangrov e mulai tumbuh. Hal ini baik untukpeng elolaan hutan mangrove ke depan.Ditambah lagi Undang Undang No. 5tentang kehutanan memberikan kesempatankepada masyarakat untuk meng elola hutanneg ara secara kolaborasi dengan pihakpemerintah, dalam hal ini DepartemenKehutanan untuk kepenti ngan konserv asi .Masih pada tahun 1999, diadakan sebuahpertemuan untuk meng evaluasi keberhasilanpenanaman hutan mang rov e tersebut.Pertemuan ini di adakan di Desa Tiwoho yangdihadiri ol eh masyarakat, Yay asan Kel ola,dan pihak pemerintah. Dari pertemuan initerungkap tiga keinginan masyarakatmengenai pemanfaatan hutan mengrove.Pertama, masy arakat menginginkan adanyamanfaat ekonomi dari hutan mangrove yangditandai deng an terjadi nya peningkatan hasiltang kapan ikan. Kedua, masyarakatdibebaskan mel akukan aktivitas kenelayanandi wilayah tersebut. Ketiga, pengel olaanny atidak di serahkan sepenuhny a kepadamasyarakat Tiwoho karena mereka l ebihbany ak berg elut pada kegiatan pertani an.Penanaman mangrove ini masih terusdilakukan hi ngga tahun 2003 yang difasilitasioleh Mangrove Action Proj ect (MAP) danYay asan Kelola.

Rehabilitasi mangrov e di Desa Ti woho dapatdikatakan berhasil karena ting katpertumbuhan mangrovenya cepat dan saat inisebagian bekas tambak udang tel ah di penuhioleh mang rov e, wal aupun masih adabeberapa tempat y ang mang rov eny a masihkecil-kecil. S aat ini tidak ada lagi penanamanmangrov e di Ti woho dengan al asan jumlahmangrov e yang menghasilkan bibi t sudah

mencukupi untuk distribusi ke lahan-lahanyan sesuai untuk pertumbuhan mangrove.Yang perl u dicatat di sini adalah bahwa hutanmangrov e akan lebih cepat pertumbuhannyajika dibi arkan tumbuh secara alami.

Sebelum bergabung dengan TNB,peng elolaan mangrove di Ti woho dikelolalang sung ol eh masyarakat dengan caramereka sendiri. Pengelolaannya pun lebihbebas, misalnya masyarakat bisa mengambilkayu bakar, mancari makanan untuk ternak,bahkan ternak dibiarkan bebas mencarimakanan sendiri di kawasan hutan mangrove.Kondisi ini meny ebabkan kawasan mangrovedi Tiwoho agak memprihatinkan. Tapisemenjak bergabung dal am kawasan TNB,mangrov e di Ti woho mengalami perbaikan.Aturan mengenai pelarangan masyarakatuntuk menebang pohon mangrove membawadampak baik bagi kondisi mangrove diTiwoho. P erlahan tapi pasti, ekosi stemmangrov e mengalami perubahan ke arahyang lebih baik. Hal i ni juga dibarengidengan kesadaran masyarakat untuk l ebihmenjaga hutan mang rov e mereka. Bukanhany a hal itu yang menjadi keuntung an bagimasyarakat Tiwoho, dengan terjaganyalestarinya ekosistem mangrov e merekasecara langsung juml ah ikan, kepiting, dankerang juga ikut meningakat. Sel ain itu,Tiwoho jug a sempat kecipratan dana dariTNB sebany ak tiga kali berturut-turut yangjumlahnya rata-rata Rp. 10.000.000,00untuk pembangunan desa sebagai kompensasiberg abung dengan TNB, wal aupunseharusny a dana seperti itu rutin diterimasetiap tahunnya oleh masing - masing desayang tergabung dalam TNB. Masyarakat jugadiberi kepercayaan dengan mengang katwarganya menjadi petugas patroli keamananuntuk TNB.

Selain dampak positif, warga j uga terkenadampak negatif dengan bergabung dalamkawasan TNB. P emicuny a terutama karenaDewan Peng elola Taman Nasional Bunaken(DP TNB) dan Balai P engel olaan Taman

Page 28: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

21

Nasional Bunaken (BPTNB) selaku badanyang bertangg ungjawab meng elola TNBseringkali mel akukan kegi atan yang tidakdikomunikasikan dengan masyarakat. Semuakeputusan hanya datang dari pihakpemerintah tanpa melibatkan masyarakatyang sebenarnya punya hak untuk campurtang an mengelol a sumber daya mereka.Karenanya masyarakat Ti woho saat inisedang menggodok sebuah peraturan desamengenai peng elolaan hutan mangrove agarmasyarakat mempunyai kekuatan hukumdalam mengelol a sumber daya merekasendiri. Hal ini penti ng menging at kawasanmangrov e Ti woho merupakan salah satu situsrehabilitasi mangrove y ang berhasil danmenjadi percontohan baik ting kat l okal ,nasional bahkan internasional. S aat ini sudahbany ak mahasiswa, peneliti , aktivis l embag aswadaya masyarakat, dan staf dari instansipemerintah yang datang berkunj ung ataumelakukan riset di kawasan mangroveTi woho.

Sebagai tempat yang telah menjadipercontohan, maka sudah sel ayakya Tiwohomempunyai kel ebihan lain. Pada tahun 2002,

MAP bekerj a sama dengan Yay asan Kelolamembuat sebuah pusat belajar masyarakatpesi sir yang disebut Daseng Lol aro. DasengLolaro di dirikan dengan tujuan sebag ai pusatkegiatan yang berkaitan daerah pesisir,khususnya mangrove. Untuk memaksimalkanfung si Daseng Lolaro tersebut, sejak 2004,MAP dan Kelola membuat berbagai pelatihanguna peningkatan kapasitas masyarakat.Selain berbagai pelatihan, kegiatan lai n yangtelah dilakukan yang berhubung an denganpemanfaatan ekosi stem mangrove adalahpendi dikan lingkungan hi dup buat anak-anakSD dan SMP , yang menjadikan ekosi stemmangrov e sebagai laboratorium alam yangsangat lengkap. Selain itu jugadisel engg arakan peng embanganmatapencaharian alternatif dari mangrovesebag ai bentuk pemanfaatan mangrov e yangramah lingkungan dan berkel anjutan. Semuakegiatan itu bertujuan untuk menumbuhkanrasa peduli masy arakat terhadap mangrove,karena peng elol aan mangrov e ti dak sekedarberurusan dengan masalah tekni s melainkanpula terkait dengan masalah kultural.

Reh abilitasi mangrove di Tiwoh o yang melibatkan an ak-an ak s ekolah

Page 29: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

22

BELAJAR DARIJARING HALUS

Desa Jaring Halus termasuk ke dalamwilayah admi nistratif KecamatanSecangg ang , Kabupaten Langkat, ProvinsiSumatera Utara. Luas wilayahnya 78,853hektar y ang terdiri atas 15,766 hektar luaspemukiman penduduk, 5,298 hektarbeting/ endapan lumpur yang membentukdaratan, dan 57,789 hektar luas ekosi stemmangrove. Desa pesisir yang berketinggianlebih-kurang 1 mdpl ini terbagi ke dalamlima dusun, bernama Dusun I hingga DusunV deng an batas desa sebagai berikut. Sebelahutara dan ti mur berbatasan dengan S elatMalaka; sebelah sel atan berbatasan denganDesa S elotong; dan sebelah Barat berbatasandengan Desa Tapak Kuda.

Desa Jaring Halus terbentang pada 98030’ BT– 98042’ BT dan 3051’30” LU – 3059’45”LU, dipeng aruhi ol eh si stem angin musonyang berubah arah sesuai dengan kedudukanmatahari terhadap bumi . Jumlah bulan hujansebanyak 1 bulan dan suhu sehari-hari rata-rata 280 C. Desa Jaring Halus y ang berada diperbatasan laut lepas hany a dapat di capaidengan menggunakan kapal kecil atauspeedboat. A da tiga cara menuju ke desa ini ,yakni melal ui Pasar S ecanggang , TanjungPura dan Tangkahan Pematang Bul uh.Diperbaikiny a tangkahan di P ematang Buluhsejak tahun 1998, umumnya keluar masuk

desa ini melalui tangkahan tersebut denganjadwal keberangkatan 5 trip setiap hari nya,yaitu pukul 06.30, 09.00, 12.00, 15.00, dan17.00 WIB. Transportasi regul er menujudan ke luar desa ini menggunakan perahubermesin dengan tarif per tri p Rp. 5.000,00per orang.Jumlah penduduk desa per -Maret 2006secara kesel uruhan adal ah 3.381 jiwa yangterbagi atas 1.735 perempuan dan 1.646laki-laki dengan jumlah kepala Keluargasebanyak 706. Masyarakat yang bermukim diJaring Hal us terdiri atas berbagai suku,antara l ain Mel ayu, Banjar, Mandailing, danJawa. Melay u adalah suku yang dominan didesa ini .

Sekitar 85% penduduk Jaring Hal usberprofesi sabag ai nelay an, sedangkan 15%lainnya berprofesi sebag ai pengusaha ikan,pedag ang , dan P egawai Negeri Sipil. Adapunjeni s-j eni s komoditi ikan yang dihasilkan daridaerah ini antara lain ikan gembun g, koli,kerapuh, jenahar, aji-aji, tuhut, kasai, cecangrebung, gulama, udang , kerang, dan kepiting.Secara spesifik j eni s usaha nelayan Jari ngHal us digol ongkan menurut jenis alat yangdigunakan dan jenis usahanya, antara lainpukat cerebung (52 armada), jarin g koli, j aringgembung (musiman), pu kat kedera, j aringselapis , jarin g apollo, ambai (83 keluarga

Page 30: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

23

besar), t oke kepitin g batu (5 orang ), tokekepiting renjong (2 orang), keramba kerapu ,

tangkul kepitin g batu, toke ikan cerebun g, tokeikan gembung, toke ikan koli, dantoke udang.

Hutan desa

Jaring Halus dan PengelolaanMangrove

Desa Jari ng Halus memiliki hutan desa yangditumbuhi mang rov e seluas 57,789 hektar .Hutan desa ter sebut menjadi satu daratandan melingkupi areal pemukiman DesaJaring Halus dari sisi utara, timur, danselatan. Hutan Desa Jari ng Hal us di tumbuhioleh berbagai speci es, di antarany a adalahAvicenni a spp, Sonn erati a spp, Bruguiera spp,Rhizophora spp, Nypa fru cti cans , Xylocarpusgranatum, dan Excoecari a agalloch a. V eg etasimangrov e tumbuh dal am berbagai strata,mulai dari fase semai, sapihan/anakan, ti ang ,dan pohon. Laju regenerasi berlang sungsecara alami dan tidak perlu campur tanganmanusia. Hal ini di sebabakan karena kondisiekologi snya yang masih cukup baik danketersedian vegetasi yang produktif yang

menjamin pemenuhan kebutuhanbuah/benih untuk keberlangsung an prosesregenerasi. Berdasa rkan hasil analisisveg etasi , diketahui bahwa tidak kurang dari19 spesi es mangrove (maj or mangrove) dan 11spesies asosiasi mang rov e (minor mangrove)tumbuh di Hutan Desa Jaring Hal us.

Bagi masy arakat, ekosistem mangrov e sangatberperan penti ng bagi kelangsungan hi dupmereka baik secara fisik, ekologi, maupunekonomi. Masyarakat sudah meng ertipenti ngnya ekosi stem mangrove sebag aitempat perli ndungan, tempat mencari ikan,dan tempat pemijahan beberapa j enis ikan,kepiting bakau, udang, dan berbagai j eniskerang. Fungsi lain dari hutan mangroveyang diketahui oleh masyarakat adalahsebag ai benteng yang dapat melindungipermukiman dari badai, ombak pasang,

Page 31: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

24

abrasi yang dapat mengakibatkan rusaknyapermukiman.

Ketergantung an masyarakat terhadap hasiltang kapan laut, telah mendorong merekauntuk selalu meng usahakan ag ar sumberkehi dupan mereka tetap dipertahankan.Warga masyarakat yang menyadari tentangketerkai tan antara keberadaaan hutan desadan ketersedian hasil tangkapan berupa ikan,udang, kepiting , kerang, dan hasil lautlainnya, sepakat untuk mempertahankankeberadaan hutan desa mereka. Referensialam cukup memberikan pel ajaran padamasyarakat. Bagai mana kondi si hasiltang kapan mereka ketika hutan desa danhutan sekitarny a masih bagus, dan bagaimanapula ketika hutan sekitar Jaring Halui s sudahrusak parah. Satu hal lagi yang menjadipel ajaran sangat berar ti bagi masyarakat,yaitu ketika tragedi tsunami yangmeluluhlantakkan sebagian wilay ah A ceh danSumatera Utara, membuat mereka semaki nyakin betapa penting keberadaan hutanmangrov e bagi keberlangsung an hi dupmereka.

Penduduk desa nampaknya sudah terbiasadengan pemanfaatan mangrove. Merekasecara turun-temurun memanfaatkan kayu-kayu mangrove untuk berbagai keperluan,antara lain untuk galah cerebung, galah ambai,tiang tan gkul , tiang tambatan perahu, kayubakar untuk pesta perkawinan dan kemati an,serta kayu untuk pembuatan bal ai dan pentasjika ada pesta perkawinan. Masyarakat Jari ngHal us menyadari bahwa pemanfaatanmangrov e tersebut harus diimbangi denganupay a-upaya pel estarian.

Dal am tatanan sosial buday a, ting katkonsi stensi masyarakat J aring Halus terhadapadat istiadat yang mereka anut secara turuntemurun masih sangat ti nggi. Namundemikian, proses moderni sasi, akulturasi ,dan l aju pertumbuhan penduduk yangberkorelasi positip terhadap laju peni ngkatankebutuhan masyarakat, dikhawatirkan lambatlaun akan memberangus tatanan-tatanan

moral yang penuh nilai-nilai kearifan yangmereka anut selama ini. Dalam tatanansosial budaya tersebut, kehidupan masyarakatdan komponen-komponen yang bersifatalami khususnya keberadaan hutan desaadal ah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.Keberadaan hutan desa sangat terg antungdari pengel olaan masy arakat, sedang kaneksistensi masy arakat tidak terlepas darisumber daya alam yang dimiliki, terutamahutan desa. Bahkan keberadaan hutan desatersebut sudah menj adi identitas masyarakatDesa Jaring Hal us.

Kesadaran i tu tumbuh secara alamiberhubung mereka sudah merasakan artipenti ng mangrove bagi kelangsungan hi dupmereka. Hubung an antara masyarakat Jari ngHal us deng an hutan yang terjalin cukuplama, akhirnya memunculkan semacamaturan main meng enai pengel olaan hutandesa. P engel olaan dan pemanfaatan hutandesa diatur dal am aturan y ang mengikatseluruh komponen masyarakat. Aturan-aturan tersebut ditetapkan ol eh pawang desa,tidak ter tuli s, dan diketahui dan di sepakatioleh masyarakat secara umum.Dal am tradi si mayarakat melayu, khususnyadi Jaring Halus, seorang pawang memegangperanan y ang sangat penti ng dalammenjalankan setiap aktivitas adat. Sangpawang memegang peran kunci dalam ritual-ritual tradisi seperti tolak bala, tepung tawar,dan jamu laut. Di antara berbag ai ritual dibawah kepemimpinan sang pawang, jamulaut merupakan ritual yang menjadi agendarutin masyarakat yang dilaksanakan 3 tahunsekali. Prosesi ini meng andung filosopi yangsangat dalam dan penuh nilai -nilai kearifan,dilaksanakan dengan tujuan untuk menjagakeseimbangan antara manusia dengankomponen-komponen penyusun kehi dupanlainnya, baik yang tampak maupun yangtidak tampak. Harapan dari pelaksanaanritual ini adal ah agar masyarakat dijauhkandari segal a macam bala dan ancaman yangmenganggu. Dalam rangka terwujudnya

Page 32: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

25

peng elolaan sumber day a alam sesuai yangdiharapkan, masyarakat berupayamenuang kan nilai -nilai adat yangberhubungan dengan pengelolaan sumberdaya alam, terutama hutan desa, dirumuskandalam sebuah kesepakatan.

Meskipun ti dak ter tuli s, namun peraturantersebut telah terinstitusionalisasi denganbaik dalam masyarakat, sehingg a masyarakatumumnya bi sa mematuhi aturan yang tidaktertulis tersebut. Aturan-aturan meng enaihutan desa yang diketahui dan mengikatmasyarakat untuk mematuhiny a antara lainsebag ai berikut.

Dahan dan batang kayu yang mati bolehdimanfaatkan untuk kayu bakar ataukeperluan lainnya.

Boleh meng ambil kayu untukperl engkapan nelay an, pacak tiangrumah, untuk pembuatan bal ai, pentas,dan untuk kay u bakar jika ada pestaperkawinan atau kematian.

Peng ambilan kay u harus dengan ijin daripemerintahan desa dan pawang desa,terutama kayu untuk tiang rumah dankayu untuk keperluan pesta perkawinan.

Masy arakat dilarang keras mel akukanpenebangan kayu untuk tuj uankomersial/dijual.

Jika ada masy arakat y ang kedapatanmelakukan penebang an kayu untuk dijualakan di berikan sanksi, mul ai dari diberiperi ngatan keras sampai dengan sanksidenda yang nilainy a mencapai jutaanrupiah.

Saat ini sedang digarap peraturan desa(Perdes) yang meng atur soal hutan desa ini ,namun ketika hal tersebut dikonfirmasikepada kepala desa, sekertaris desa, dan parakepala dusun, mereka belum bersedi amemberikan informasi. Hal umum yangdiketahui ol eh masy arakat terkait dengantetap terjaganya kawasan hutan di desa

mereka adalah karena adanya pembatasanpemanfaatan yang disepakati bersama.

Selain hutan desa, ruang sumber daya(resou rce space) penduduk Jaring Hal usmeliputi areal seluas lebih-kurang 1.125 Ha,mencakup kawasan hutan Konservasi SumberDaya Alam (KSDA) Suka Marg asatwaLangkat Timur Laut. Hutan di Lang katTimur laut ditetapkan ol eh Kerajaan Neg eriDeli sebagai kawasan hutan denganZeltbestuur Besluit (ZB) 6/8/ 1932 seluas9.520 hektar. Kemudian berdasarkanKeputusan Mentei Pertanian Njo.811/ kpts/Um/11/1980tang al 5 Nov empeb1980 kawasan tersebut di tunjuk sebagaiSuaka Alam cq Suaka Marg asatwa dengannama Suaka Margasatwa Langkat TimurLaut. Penataan batas kawasan dilakukan padatahun 1934 (satu tahun lebih awal daridikel uarkannya ZB No. 138) dengan beritaacara tanggal 14 Juni 1934 dan 3 Juli 1934.

Beberapa kawasan KSDA menjad i ruangsumber daya warga masy arakat Jaring Halus.Kawasan KS DA yang termasuk dalamadministratif Desa J aring Halus meliputiareal seluas 1.125 hektar . Kawasan-kawasantersebut adalah Pulau Seberang, Pul au Jari ngHal us Kecil, Pal uh Burung , TanjungKeramat, Pal uh Midai, dan S elingkar. Ketikakondisiny a masih bagus (sampai tahun 1990-an), Kawasan S uaka Margasatwa Lang katTimur Laut di sekitar Desa Jari ng Halus inimemberikan day a dukung yang cukup bag usuntuk memenuhi kebutuhan hi dupmasyarakat Jaring Halus dan sekitarny a. P adasaat itu mereka mencari ikan, udang, dankepiting hanya di muara dan sungai -sung aiyang terdapat di kawasan tersebut. Rakyathidup sejahtera karena apa yang merekadapat l ebih dari cukup untukmemenuhikebutuhan hi dup sehari -hari . Tidak herankalau pada masa itu banyak penduduk yangmampu menunaikan ibadah haji ke tanah suciatau menyekolahkan anak-anak mereka kejenjangyang lebih ti nggi.

Page 33: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

26

Upaya warga masyarakat Jaring Hal us untukmenjag a keseimbangan alam terbukti telahmemberikan daya dukung y ang luar biasabagi kehidupan manusia. Kondi si hutan diruang sumber daya Desa Jari ng Halus yangcukup baik tel ah memberikan berkah yangluar biasa y ang bi sa dinikmati tidak hanyaoleh masyarakat Jaring Halus tapi juga olehmasyarakat seki tarnya. Namun kejay aanJaring Hal us ti dak berlangsung lama. Dayadukung terbaik yang bisa diberikan olehruang sumber dayanya hany a bertahansampai awal -awal tahun 1990-an. Setelahtahun 1990-an banyak sekali tekanan yangterjadi pada Kawasan Suaka Marg asatwaLangkat Timur Laut, khususnya kawasanyang menjadi ruang sumber day a wargamasyarakat Jaring Hal us. Apapermasalahannya?

Peng aruh terbesar bagi menurunnya kualitasmangrov e di Jaring Hal us dan sekitarnyaadal ah karena ada ekspansi dari PT. SariBumi Bakau. Sebagai pemegang konsesi dikawasan Hutan Produksi Lang kat TimurLaut, P T. S ari Bumi Bakau telah mel akukanokupasi ke beberapa area Kawasan S uakaMargasatwa Langkat Timur Laut yangtermasuk dal am ruang sumber daya wargamasyarakat Jaring Halus. Kondisi inimenjadi faktor terbesar bagi laju deforestasihutan di sekitar Jaring Halus y ang secaralang sung berpengaruh terhadap ketersediaanhasil tangkapan masy arakat, yang padaakhirny a mempengaruhi ting kat pendapatandan perekonomian masyarakat.

Selain di sebabkan ol eh overl app area konsesiPT. Sari Bumi Bakau, sebab lai n laj udeforestasi y ang j uga tak kal ah buruknyaadal ah berdirinya kilang -kilang arang yangmengandalkan bahan baku mangrov e. Hargaarang mangrov e yang cukup tinggi danbany akny a kilang-kilang arang yang siapmenampung kayu mangrov e dari mana aja,tel ah menyebabkan pencurian kayumangrov e menjadi kian tak terkendali .Penebang an liar dalam Kawasan Suaka

Margasatwa L angkat Timur L aut terjadi padahutan mangrove yang cukuprapat.

Berdasarkan laporan Tim Investigasi KSDA ISumatera Utara tahun 1998, tidak kurangdari 426 dapur arang menggantung kan bahanbakunya dari kawasan Kawasan SuakaMargasatwa Karang Gading dan Lang katTimur Laut dengan kebutuhan kayu bakau2.000 batang/dapur/40 hari. Itu barujumlah dapur arang yang diketahui. Laluberapa banyak lagi jumlah dapur arang yangtidak diketahui? Berdasarkan data hasilinvestig asi tersebut, berarti tidak kurang dari21.300 batang kayu bakau/mangrov e hilangsetiap hari nya. Yang perlu menjadi perhatianadal ah, bahwa terny ata pelaku penebanganliar tersebut adalah orang-orang dari luarDesa Jaring Halus seperti Desa S ecangg ang,Tanjung Ibus, dan S elotong, tapi y ang pali ngmerasakan dampak neg atifd dari kerusakanhutan tersebut adalah masyarakat Desa Jari ngHal us dan masyarakat lain yang mencarirezeki di perairan Jaring Halus.

Bagaimana sikap masyarakat Jaring Hal usterhadap penebangan liar tersebut?Berdasarkan penuturan beberapa warga,mereka pernah melakukan usaha-usaha untukmenceg ah dan mel arang masyarakat luaryang melakukan penebangan kayu, tapimasyarakat tidak mempunyai kekuatankarena mereka tidak diberikan ijin resmi olehpihak-pihak y ang berwenang seperti KS DAdan kepolisi an untuk ikut terlibat dalampengamanan hutan.

Selain ulah PT. Sari Bumi Bakau danpenebangan liar untuk arang , sebab lain yangmempunyai kontribusi tidak sediki t terhadaplaju kerusakan Kawasan Suaka Marg asatwaLangkat Timur Laut adalah konv ersi kawasanuntuk usaha tambak udang dan peruntukanlain, seperti untuk kebun sawit. Usahatambak udang dikel ola oleh peroranganmaupun inv estor dari luar . Ambisi untukmendapatkan keuntungan besar dalam waktusingkat tel ah mendorog orang -orangmemperlakukan alam secara tidak adil.

Page 34: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

27

Konv ersi kawasan menjadi tambak terjadi dimana-mana, padahal tambak-tambaktersebut hanya produktif dalam 3 sampai 5siklus produksi, karena selanjutnyaproduktifitas tambak tesebut akan semaki nmenurun dan akhirnya diti nggalkan.Mungkinkah veg etasi mangrove pada lahan-lahan bekas tambak yang kondisihidrologisnya sudah mengalami kerusakanbisa pulih seperti sediakala tanpa campurtang an manusia?

Berdasarkan hasil transek yang dilakukanpada hutan Kawasan Suaka Marg asatwaLangkat Ti mur Laut di sekitar Jari ng Halusyang dianggap representatif, dapatdisimpul kan bahwa hutan Konserv asi SumberDay a Alam S uaka Margasatwa Lang katTimur Laut mengalami dampak kerusakanyang cukup parah. Kondi si di lapanganmenunjukkan bahwa veg etasi yang ada saatini hanya terdiri atas fase semai, anakan, danpohon kecil. Adapun pohon besar yangtersi sa adal ah jenis Avicennia sp. (A. l anata danA. Marina), karena mungkin j eni s ini kurangcocok untuk dijadikan arang kayu. Di mana-mana di temukan tongggak-tonggakberukuran besar , terutama j enis Rizophora sp.dan Xylocarpus sp.Adanya vegetasi yang sudah mencapai fasepohon kecil dan sudah mulai belajar berbuahsebenarnya bisa diharapkan sebagai jami nanuntuk kawasan tersebut memulihkan dirisecara alami (ameliorasi), dengan sy arattidak ada lagi penebang an liar danperambahan seperti yang pernah terjadidahulu. Untuk kawasan-kawasan yangtingkat kerusakannya cukup ekstrim perl ucampur tangan manusia untuk mel akukanperbaikan hidrologi dan pengkayaan j eni s(enrichment pl anting). P eran BKS DA sebagaipemangku kawasan harus diopti malkan,karena berdasarkan pengamatan jarang sekalipihak BKSDA melakukan survey ke lapangandalam rangka pengamanan kawasan.Rusaknya kawasan S uaka Marg asatwaLangkat Ti mur Laut sebagai ruang sumber

daya masyarakat Jaring Halus dan sekitarnyaberpeng aruh nyata terhadap ting katperekonomian masyarakat. Keluhanmasyarakat tentang peng urangan hasiltang kapan mereka secara signifikan adalahindikator bahwa kawasan tersebut ti dak bisamemberikan daya dukung seperti dul u lagi.Masy arakat yang semula cukup memenuhikebutuhan hidupnya hanya dari muara dansungai-sungai di perairan Jari ng Halus, kiniharus mencari hasil tangkapan ke laut yanglebih dalam danj auh dari j aring HalusBanyak usaha y ang dilakukan masyarakatuntuk memulihkan kembali kondisilingkung an agar hasil tang kapan merekaseperti dulu lagi dan tidak perl u mencaritang kapan ke laut yang l ebih dalam dan jauh.Pada tahun 1995-1998, masy arakat pernahmelakukan penanaman pada areal-arealKawasan Suaka Marga Satwa. P enanamanyang di mulai tanggal 16 Juli 1995 tersebutdilaksanakan berdasarkan instruksi BupatiLangkat yang pada waktu itu dijabat olehZulfirman Harahap. Kepal a Desa Jari ngHal us pada saat i tu adal ah Pak Kasi m(almarhum). Masyarakat diberikan hak pakailahan rata-rata satu hektar per kepalakel uarga untuk ditanami pohon mangrove.Perjanjian pada saat itu adalah bahwa setelahpohon-pohon tersebut siap dipanen, makahasil nya bisa dijual ol eh masyarakat dengansistem tebang pilih. Akan tetapi, perjanjiantersebut hany a dilakukan secara lisan, tidakada dokumen resmi yang mempuny aikekuatan hukum y ang dikantongi olehmasyarakat. Ol eh karena itu, ketika terjadiperambahan terhadap hasil-hasil hutantersebut ol eh orang-orang dari luar Jari ngHal us dan cukong-cukong arang, masyarakattidak bi sa berbuat apa-apa. Hal tersebutmenimbulkan rasa ketidakpercay aanmasyarakat terhadap program-prog ramrehabilitasi mangrov e di sekitar desa mereka.Namun, setelah di adakan pendekatan kepadamasyarakat melal ui observasi par tisi pasi olehstaf MAP-Indonesia selama empat bulan diJaring Halus, dapat diketahui bahwa

Page 35: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

28

masyarakat umumnya bersedia mel akukanpenanaman pohon mangrov e, tetapi merekaberharap ag ar sebagian dari hasil penanamantersebut dapat dinikmati untuk menambahpendapatan mereka (ori entasi produksi); danhal paling penting bagi mereka adal ah bahwakeg agalan rehabilitasi mangrove pada tahun1995 – 1998 jangan sampai terul ang lagi.Melihat betapa tergantungya masyarakatterhadap ruang sumber day a di seki tarnya,maka dirasakan perlu untuk mel akukansebuah tindakan ag ar ruang sumber day a disekitar Jaring Halus dapat memberikan dayadukung seperti dulu lagi. Bagaimanacaranya? S alah satu cara ag ar ruang sumberdaya tersebut dapat memberikan dayadukung yang memadai adalah denganmengembalikan kondisi ruang sumber day atersebut seperti keadaan aslinya, sehinggaakan terbentuk ekosistem y ang stabil .Peng el olaan kawasan hutan KonservasiSumber Day a Alam sesuai peruntukkannnyamutlak di perlukan.

Pada hakikatny a sumber daya al am di daratdan di laut adalah semata-mata untukmemberikan manfaat y ang sebesar-besarny abagi kemakmuran rakyat secara lestari danberkesinambungan. P eng elolaan sumberdaya alam yang tel ah dilakukan masyarakatJaring Halus secara turun -temurun dan telahterbukti berhasil menjag a keseimbanganantara komponen-komponennya tidaksalahny a untuk dicoba di terapkan pada areayang l ebih luas terutama Kawasan S uakaMargasatwa Langkat Timur Laut yangtermasuk dal am ruang sumber dayamasyarakat Jaring Hal us.

Masy arakat Desa Jaring Halus sebagai pihakpertama y ang paling merasakan dampak darikeberadaan ruang sumber day a tersebut,perl u diberi akses untuk mengambil peranyang lebih luas. Hal ini tentu harus didukungoleh seperang kat aturan main yang di sepakatibersama dan dilaksanakan secara konsekuenoleh semua pihak yang terlibat.Kesejahteraan masy arakat Jari ng Halus dansekitarnya hanya sebagian kecil saja darisekian banyak manfaat lainnya yang bisadidapatkan jika kondi si ruang sumber dayatersebut (secara umum Kawasan SuakaMarga S atwa L ang kat Timur L aut) dapatdipulihkan seperti sediakala. Tuhan tidakpernah menciptakan segala sesuatu dengansia-si a, maka sudah sepatutny alah kitamemanfaatkan sekaligus memelihara ciptaan-Nya.

Berdasarkan perhitungan nilai ekonomismangrov e bagi masy arakat, maka luas hutandesa yang hanya 57,789 hektar ti dak bisamengimbangi kebutuhan penduduk Jari ngHal us yang jumlahnya 3.381 jiwa. Olehkarena itu, bany ak penduduk yangmenghendaki untuk bi sa meng elola KS Ayang mangrovenya sudah rusak. Untukkebutuhan satu desa dengan jum lahpenduduk sekian itu, sedikitnya diperlukan80 – 100 hektar l ahan mangrove. Tidakmustahil jika konsep hutan desa yang sudahterbukti bisa menjaga kelestarian mangrovedicoba diterapkan pada 100 hektar KS A yangtelah rusak. Namun dal am proses replikasitersebut tentunya di perlukan peny esuaian-peny esuai an atau perencanaan y ang holi stik,terarah, dan logis. P ersoalannya adalah,apakah masy arakat bi sa meng akses KSA yangdilindungi pemeri ntah?

Page 36: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

29

Replikasi Hu tan Desa pada Hutan Negara

Setel ah mel akukan kajian hutan desa danmengkaji perspektif pengel olaan kol aborasikawasan hutan, ternyata sang at terbukapel uang masyarakat untuk mengkaseskawasan suaka marg a satwa. Berbekal hasilkajian dan rumusan model peng elolaan,maka masyarakat Jaring Halus y ang diwakilikel ompok IPA NJAR deng an didampingiMAP -Indonesia dan ESP -USAID mel akukanpendekatan-pendekatan kepada pemerintah,dalam hal i ni BKSDA SUMUT I sebagaipengampu dari Kawasan Suaka Marg asatwaLangkat Ti mur Laut. Pendekatan inidilakukan mel alui diskusi-diskusi yangmelibatkan stakeholders di cal on kawasankel ola. Proses ini berl ang sung selama 6(enam bulan) dari Februari hingga Agustus2006.Dal am proses ini, lang kah pertama yangdilakukan adal ah identifikasi stakeholders.Sebagaimana diuraikan pada bagian interv ensipihak luar, banyak pihak yang terlibat dalamisu-isu lingkung an di J aring Halus. Namundari banyak pihak tersebut, yang pali ngrel evan untuk diajak hi ngga ke garda depan

bernegosiasi dengan BKSDA adalahIPANJAR, JALA dan ESP-US AID.Di Jaring Hal us terdapat beberapa kel ompokmasyarakat. Setelah melakukan identifikasikel ompok masy arakat, maka IPA NJAR yangsejak awal meng hendaki peng elol aanmangrov e di kawasan suaka meny atakanbersedi a untuk mengaj ukan penawarankepada BKSDA. Di luar kel ompokmasyarakat lokal, ESP-USAID adalahlembaga yang strategi s untuk terlibat dalamkolaborasi peng elol aan hutan terkai t denganpengaruh dan statusny a sebag ai NGOinternasi onal. Sebagai catatan, BKS DAmenghendaki kerjasama kolaborasi minimaldengan l embaga skala nasional dan terdaftardi sekretari at negara untuk menjaminkepastian hukum dan memperlancar masalahadministrasi. S elai n itu, ESP-USAIDmempunyai komitmen untuk bekerja dalambidang upaya-upay a pelestarian lingkungan diSumatera Utara pali ng tidak untuk limatahun kerja. Adapun JALA diajak terkaitdengan kapasi tasny a sebagai l embaga

Page 37: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

30

advokasi nel ayan dan telah lama menjali nkerjasama dengan nelayan di Jaring Halus.

Langkah kedua adal ah melakukan penjajakandengan BKSDA dengan mengutarakankemungkinan bagi masy arakat Jari ng Halusuntuk mengakses kawasan suaka margasatwa. Kepala BKSDA saat itumenyampaikan bahwa hal itu sangatmungkin, namun ada beberapa catatan yangharus di perhatikan, antara lai n adalah bahwamasyarakat tidak bol eh mel akukanpenebangan dan pemanfaatan kay u untukalasan apa pun. Kepala BKS DA memberikanbuku yang beri si Keputusan MentriKehutanan tentang kolaborasi peng elaol aanhutan untuk dipel ajari.Langkah ketiga adalah mempel ajarikeputusan menteri tentang kol aborasipeng elolaan hutan dan peraturan-peraturanlain yang terkait. Hal ini dilakukan olehMAP -Indonesia di Yogyakarta dandikonsultasikan dengan ESP-USAID danBKS DA melalui tel epon dan e-mail. Dalamproses ini JALA menyatakan tidak akanterlibat dengan beberapa pertimbangan yangcukup logi s terkai t dengan statuskel embag aan JALA sebag ai jaringan.

Langkah keempat adalah merumuskan tuj uandan bentuk peng elolaan yang hendakditawarkan kepada BKS DA. Dalam prosesini, staf lapangan MAP-Indonesia dan ESP -USAID melakukan survey dan pemetaankawasan yang hendak dikelola. S ementara itustaf MAP -Indonesia di Yogyakartamenyiapkan presentasi untuk BKS DA.

Langkah keli ma adal ah diskusi stakehol dersyang melibatkan IPA NJAR, wakil masyarakatJaring Halus, MAP-Indonesia, BKS DASUMUT I, dan ESP -USAID. Dalam diskusitersebut dibicarakan butir -butir pentingsebag ai berikut: (1) BKS DA menyambut baikrencana kolaborasi pengelolaan KawasanSuaka Marga Satwa L ang kat Timur L autdengan alasan bahwa memang sudah adaperaturan yang mendukung pada kegiatan

kolaborasi semacam itu; (2) BKS DAmenunjukkan beragam persoalan di kawasansuaka marga satwa, antara lain soal arang dantambak, yang membutuhkan penangananbersama; (3) MAP -Indonesia memberikanjaminan pengembangan matapencaharianalternatif menggunakan bahan non-kayu dikawasan suaka yang bisa mening katkanpendapatan masy arakat secara berkelanjutan;dan (4) BKS DA meny arankan agar MAP-Indonesia dan ESP -USAID seg eramerumuskan draft MoU kol aborasipeng elolaan hutan.

Langkah keenam adalah merumuskan MoUKolaborasi Pengel olaan Hutan yangdilakukan ol eh MAP-Indonesia dan ESP -USAID y ang secara berkala dikonsul tasikandengan BKS DA. Proses ini membutuhkanwaktu dua bulan. BKS DA memberikancontoh naskah MoU kol aborasi peng elol aanhutan di salah satu kawasan konserv asi diSumatera.

Langkah ketujuh penandatanganan Sel amaproses ini berlang sung, MAP -Indonesia yangbersentuhan lang sung dengan akar rumputmasih terus mel akukan aksi -aksi kol aborasibersama masyarakat di Jari ng Halus, antaralain ujicoba rehabilitasi mangrov e skal a kecildi bekas tambak salah seorang pendudukserta peng embang an matapencaharianalternatif , antara lain pembuatan kerupukdan teh j eruj u, peng engembangan VCO, danpembuatan kue mangrove. Tujuan daripeng embangan matapencaharian alternatifadal ah untuk meningkatkan rasa pedulimasyarakat terhadap mangrov e deng an carameng eksplorasi dan meng enalkanmanfaatny a. Sementara itu, ujicobarehabilitasi yang menekankan pada si stemhidrologi dan pertumbuhan mangrov e secaraalami adalah menyiapkan kel ompokmasyarakat dan dan ujicoba teknis rehabilitasiguna diterapkan pada skala wilayah yanglebih luas, y akni pada kawasan KS A yangseluas 500 hektar jika MoU sel esaiditandatangani.

Page 38: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

31

Penandatangan an MoU

Page 39: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

32

BELAJARDARI BENGKALIS

Teluk Pambang merupakan salah desayang ada di Kecamatan BantanKabupaten Bengkalis Provinsi Riau.Desa in i berada di Pulau Bengkalis,yang berjarak ± 60 km dari pusat ibukota Bengkalis. Sekitar 50 tahun laluhutan alam dan hutan bakau masihmendominasi kawasan Pulau Bengkalis.Pulau yang memiliki diameter sekitar150 kilometer ini dipadati hutan alamdengan kandungan kayu meranti dankempas yang merupakan komoditaskayu berkualitas sangat bagus. Disekeliling pulau, sepanjang 300-ankilometer dipagari oleh lebatnya hutanbakau. (Kompas, 2005).

Produksi arang kayu bakau dan jugadibukany a Hutan Tanaman Industri di PulauBeng kali s selama belasan tahun terakhir ,tel ah mengg erus sabuk hijau sepanjang lebihdari 200 kilometer yang mengelilingikawasan ini. Hutan alam yang tersi sa kurangribuan hektar saja, sementara itupenggundulan bakau hany a menyisakanbakau-bakau muda y ang sudah mulaiditebang demi memenuhi kebutuhan bahanbakar arang (Kompas, 2005).

Vegetasi mangrov e

Desa Tel uk Pambang menyumbang beragamveg etasi mangrove yang ada di KabupatenBeng kali s, beberapa veg etasi yang pernahdiidentifikasi antara lain Rhizoph ora apicul ata(bakau putih), R. mu cron ata (belukap)Avicenni a marina (api -api), A. l anata (api-api),A. alba (api-api), Bru guiera gymn orrhiza(tumu), B. parviflora (l enggadai), B. sexan gula(tumu kuning ) Ceriop tagal (tengo),Lumnitzera littorea (sesup bunga merah),Lumnitzera racemosa (sesup bunga putih),Sonn erati a ovata (kedabu), S. caseolaris(berembang ), S. Alba (perepat), Xilocarpusgranatum (nyirih), Schypiphora hidrophyllacea(cingam), Excoecaria agallocha (betak-betak),Heritiera litt oralis (dungun) Nypa fruti cans(nipah), Cerbera man gas (buah buto), hibis custiliaceus (waru laut), Ipomoea pes -caprae,Pandanus tectorius (pandan laut), Acrosti chumaureu m (piyai ), Acanthus ilicifolius (jeruju),Scaveola taccada (bakung ), Sesuviumportulacastru m (g elang laut), Morinda citrifolia(mengkudu), Passiflora f oeti da dan Ri cinuscomunis.

Page 40: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

33

Kelompok dan Legalitasnya

Kesadaran menjaga lingkungan mangroveyang dilakukan secara berkelompok olehmasyarakat sebenarnya sudah ada sejak lama,terbukti sudah adany a kel ompok peng elol amangrov e di tiap-tiap dusun, salah satunyaadal ah kelompok mangrov e y ang ada diSungai R ambai Desa Teluk Pambang yangsecara berkelompok melakukan kegiatanpembersihan lahan mangrove pada tahun1980, secara swadaya bekerja sama denganpemerintah desa.Di Desa Teluk Pambang, terdapat beberapakel ompok pengel olaan hutan mangroveberbasis masy arakat. Ada y ang sudahmendapat legalitas dari kepala desa bahkanada yang sudah sampai ke ti ngkat KabupatenBeng kali s, y akni S K Bupati Bengkalis No.824 Tahun 2004. Pada saat Program Co-fishProject berl ang sung pada tahun 2004, ada 9(sembilan) kel ompok peng elola mangrov eberbasis masyarakat yang mendapat l egalitassampai ke tingkat Kabupaten Bengkalis,dimana 4 (empat) diantaranya berasal dariDesa Teluk P ambang , yai tu Kel ompokBelukap, Kelompok P erepat, Kel ompokBatu Limau Lelang dan Kelompok TunasHarapan.Peng urusan legalitas kelompok peng elol amangrov e ini dirasa sangat penting , karenadengan l egali tas ini kelompok diakuikeberadaanny a sebagai kel ompok peng elol ayang resmi (berkekuatan hukum) Kel ompokjuga sudah memiliki wilayah kelola berikutluasannya y ang jelas, tidak ada sengketaterhadap lahan kelola karena kel ompok sudahmendapatkan hak kel ola lahan dari sangpemilik lahan, bahkan sudah ada yangmemiliki Anggaran Dasar dan Angg aranRumah Tangga (A D/ART) sebagai aturanmain kelompok.

Kini, kesadaran berkelompok untukmengelol a mang rov e oleh masyarakat sudahsemakin tinggi. Hampir di setiap komunitasmasyarakat sudah memiliki kel ompokpeng elolaan mangrove berbasis masyarakat

sendiri. Semangat ini muncul atas dasarberbagai alasan seperti sudah munculnyapemahaman bahwa ketika mangrove tumbuhdengan baik, maka ia akan mampumemainkan peranny a sebagai kawasanbertelur , pembesaran, dan mencari makanbagi berbag ai jenis ikan, udang, kepiting,kerang yang mempuny ai nilaiekonomi s,.desakan bahwa kondi si wilayahkampungnya yang sudah mul ai terdegradasi,bahkan ada y ang wilayah kampungnyaterancam tenggelam di masa mendatang olehabrasi pantai , resapan air asin dan banjir,kesadaran bahwa mereka ti dak inginkampungnya menjadi terancam oleh abrasiyang ganas seperti wilayah lain. Ada jugayang memandang semangat dan keberhasilankel ompok mangrove di daerah lai n pantasditiru dan dikembangkan di daerah sendirikarena pada dasarnya setiap kampungmemiliki persoalan yang sama atasdeforestasi hutan mangrove danimplikasinya.

Namun ada juga alasan lai n. Di Bengkalis dandi beberapa daerah lainnya di KabupatenBeng kali s, adal ah hal sudah biasa bahwakegiatan penataan kawasan pantai denganmenanam mang rov e menghabi skan danayang bermilyar , sungguh fantasti s. Namunpada akhirnya tidak jarang memberikan hasilyang memuaskan karena sama sekali jauh darikonsep peng elolaan hutan yang berbasiskanmasyarakat (community-based forestmanagement). S eperti proy ek penanamanmangrov e, dilakukan ol eh perusahaanpemenang tender, kemudian dalampeng erjaan di lapang an hanya melibatkansegeli ntir orang saja, tidak membibitkanvegetasi mangrove yang disesuaikan denganlingkung an tanam, pada masa penanamannyatidak di tanam pada lokasi tanam yang tepatpula. S eperti yang pernah terjadi di DesaTeluk Lancar pada tahun 2006, yangmempekerjakan beberapa orang deng an gajirendah, veg etasi mangrove yang di tanamhany a v egetasi bakau (Rhi zophora spp.)dengan alasan sangat bernilai ekonomis

Page 41: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

34

sehingg a menjanjikan produksi kayu di masamendatang, beberapa lokasi penanamanny aberada di kebun karet masyarakat, sedang kandari laporan masyarakat jug a, bahwa sisabibit yang ada dibuang ke laut dan ditimbundi dalam tanah.

Sementara itu dengan adanya kel ompokpeng elola mangrove masyarakat, karenaberangkat dari kesadaran dan semangatswadaya kelompok, maka kegiatanrehabilitasi mangrove tetap terus berjalantanpa harus dengan dana yang berlimpah.Seperti contoh kelompok Perinti s BakauDesa Teluk P ambang, kel ompok denganrutin melakukan kegiatan pembibitan danpenanaman mangrove deng an dana yangsangat kecil untuk persiapan kegiatanrehabilitasi pinggir pantai . Begi tu jugadengan kelompok Bel ukap dan P erepat yangterus melakukan penanaman mangrov e diwilayah kelolanya. Dan hal yang sudahdipahami kelompok bahwa seben arny apenanaman v egetasi mangrove tidakdipaksakan dari veg etasi bakau (Rhizophoraspp.) atau veg etasi lain yang bernilaiekonomi s, tetapi harus di pahami bahwaveg etasi mangrove tidak hanya bakau saja,tetapi masih banyak yang l ain dan masing -masing veg etasi memiliki karakter hi dupsehingg a ketika melakukan reboi sasi padasuatu lokasi tanam tentu harus disesuaikanveg etasi yang layak tumbuh berdasarkanmintakatny a secara alami. Nah, ini yangmasih bany ak bel um dipahami ketikakagiatan penanaman mangrov e dijalankan

oleh perusahaan-perusahaan pemenangtender yang tidak dibekali peng etahuan. Inijadinya kalau aspek ekonomi lebihdikedepankan ketimbang penting nya aspekekologi yang diperjuangkan. Hal yangpenti ng juga yang selalu dilakukan kel ompokadal ah kegiatan pasca penanaman, y aitupembersihan lahan dan melakukan tambalsulam pada bibit yang gagal hidup.

Aktivitas kelompok

Hingg a saat ini, bany ak aktivitas peng elol aankawasan mangrove yang sudah dilakukanoleh kelompok-kel ompok mang rov e, baikyang sifatny a swadaya kelompok maupunprogram/ proyek yang bekerja sama denganLembag a S wadaya Masyarakat (LS M) daninstansi pemerintah.

Kegiatan yang pernah dilakukan antara lainPenanaman mangrov e j enis Rhi zophora spp.oleh Kel ompok Bumi Hijau bekerja samadengan Dinas Kehutanan Provinsi Riau.Kemudian R ehabilitasi Hidrologi Mangroveyang dilakukan ol eh Kel ompok Belukap danKel ompok Perepat, rehabilitasi si stem Rileyyang dilakukan ol eh Kel ompok Bumi Hijaudan Kel ompok Peri nti s Bakau. Sel uruhkegiatan dilakukan bekerjasama denganLembag a Swadaya Masyarakat (LS M)Laksana Samudera, Yay asan Akar RumputLaut (YARL ) dan Mangrove Action Project –Indonesia pada tahun 2005-2007.

Page 42: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

35

Kegiatan kelompok masyarakat di kawasan mangrove

Kegiatan yang bersifat swadaya kel ompokjuga sudah banyak dilakukan, sepertimelakukan kegiatan penanaman mangrovemulai dari persi apan bedeng, persemaiandalam polibag dan pemindahan ke arealtanam. A da j uga kel ompok yang mel akukanpenanaman secara langsung tanpamenggunakan polibag. Begitu juga dengankegiatan pembersihan lahan dan perawatanterutama sekali pada v eg etasi yang baruditanam. S elanjutny a aktivitas peng awasanyang dilakukan secara berkal a ol eh kel ompokterhadap kegiatan-kegiatan il egal yang dapatmengancam keseimbang an ling kunganmangrov e di kawasan kelola kel ompokmasing -masing, seperti penebangan pohonbakau (Rhizophora spp.) oleh buruh panglungarang , penebangan untuk kay u teki ,penebangan kay u sesup (Lumnitzera spp.)untuk bahan gading -gading kapal dansebagainya.

Saat ini, kelompok peng elol a mangrovecukup terbantu karena aktivitas penebanganbakau y ang menyokong destruksi ling kunganmangrov e sudah berhenti karena pemerintahKabupaten Bengkali s tidak memperpanjangperi zinan usaha industri arang (panglongarang ).Begitu juga dengan kegi atan kampanyelingkung an. Kegiatan kampanyepeny elamatan hutan mangrov e sudah pernahdilakukan kelompok-kelompok mangroveDesa Teluk Pambang, seperti peny ebaranslog an-slogan kampanye yang ditempelkan dipapan informasi yang tersedia tersebar diDesa Teluk P ambang. Pengalaman lain,kel ompok Bel ukap pernah mel akukanujicoba penangkaran buah tanah (j eni s faunakerang-kerangan) di habitat hidupnya didalam hutan mangrove. Buah tanah dapathidup dan berkembang dengan baik apabilaberada pada kawasan mangrov e yang tumbuh

Page 43: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

36

dan terj aga deng an baik. Buah tanah tidakbisa hidup di kawasan mangrove yang rusak.Fakta ini y ang dikampany ekan olehKel ompok Bel ukap terhadap para pencaribuah tanah dari masyarakat suku Aki t (sukuasli ) di beng kalis tentang penting nya menjag ahutan mangrov e karena kalau ti dak, tentuakan mengancam mata pencaharian merekayang bergantung pada hutan mangrov e.

Hal yang menarik, g ebrakan yang telahdilakukan ol eh Kelompok Belukap, denganprogram kerjanya membangun MangroveEdu cation Tourism (Wi sata Pendi dikanMangrove) di wiilayah kelol a kelompok.Sebagai tahap awal, program ini dipandangcukup berhasil. Man grove Education Tou rismdipersi apkan sebag ai kegiatan luar sekolahbagi para pel ajar baik ting kat S ekolahMenengah Pertama (SMP) maupun SekolahMenengah Atas (S MA). Mangrove EducationTou rism memberikan kesempatan bagi parapel ajar untuk terjun langsung di kawasanmangrov e, di mana pelajar di perkenalkansecara umum tentang kehidupan alamiahmangrov e, diperkenalkan beragam j eni smangrov e, fauna mangrove, terutama yangbernilai ekonomis. S elain itu tentu merekadibekalkan peng etahuan meng enaipenti ngnya keseimbangan ling kunganmangrov e dipertahankan karena fungsiekologi s dan ekonomi s, dan diberikesempatan untuk melakukan penanamanbibit mangrove yang tersedia ke lokasi tanamyang sudah di persiapkan oleh kel ompokBelukap. S ampai saat ini lokasi Man groveEdu cation Tourism sudah dikunjungi olehbeberapa sekol ah y ang ada di KabupatenBeng kali s. Mangrove Education Tou rism inimerupakan kerjasama antara kel ompokBelukap dengan LSM Bahtera Mel ayu,diperbantukan oleh ti m teknis MAP -Indonesia melal ui program Generasi Hijau.

Mata Pencaharian Alternatif (M PA)Boleh dikatakan bahwa saat ini Kel ompokBelukap Desa Teluk Pambang menjadi

barometer keberhasilan bagi kel ompokpeng elola mangrove yang ada di KecamatanBantan Kabupaten Bengkali s. S elai n terusmenjalankan aktivitas ruti n di wilayahkel olany a, memiliki program kerja yangberj alan, kelompok ini memiliki beragamMata Pencaharian Al ternatif (MPA) sebagaiunit usahanya, antara lai n usaha perabot,produksi Virgin Coconut Oil (V CO) Assy ura,yang dikelol a ol eh Kelompok A ssyura, istridari angg ota kelompok mangrov e, produksikerupuk ubi dan kerupuk lainnya. S ekarangsedang melakukan ternak lebah untukmenghasilkan madunya. Kegiatan MPA inidimaksud tidak hanya memberikanpemasukan alternatif bagi anggota kel ompoktapi hasil MPA juga dialokasikan untukkegiatan rehabilitasi dan pengawasan wilayahkel ola mangrove.

Pada saat kunjungan para pelajar ke MangroveEdu cation Tourism, para ibu dari Kel ompokAssyura – merupakan unit kel ompokBelukap yang memproduksi VCO dankerupuk ubi dan kerupuk lainnya –berkesempatan mempromosikan danmenjual produkny a kepada para pengunjungyang notabene adalah para pelajar, kepalasekol ah dan majlis g uru perwakilan sekolah.Melal ui Pemerintah Kabupaten Bengkalis,produk-produk yang dihasilkan olehkel ompok A ssyura sudah dipromosikansampai ke ti ngkat nasional .Kini tidak hanya kelompok Belukap saja yangmelakukan diversifiksi MPA, kelompok lainseperti Bumi Hijau dan kelompok lai nnyajuga mul ai mel akukan penangkaran l ebahuntuk memperol eh madunya di hutan bakau.

Forum Kelompok PengelolaMangrove dan Sumberday a PesisirBengkalis (KPM – SDP Bengkalis)

Sebuah tanda bahwa semangat ‘sadarlingkung an’ mul ai mengg elora di masyarakatKecamatan Bantan. Aktivitas-aktivitas yangtelah dilakukan Kelompok Mangrove yang

Page 44: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

37

ada di Desa Teluk Pambang mampumembangkitkan semangat kelompok-kel ompok lama bentukan program Co-FishProject untuk aktif lagi dan bertambahnyakel ompok mangrov e yang baru di KecamatanBantan y ang didirikan dengan dasarpemikiran yang positif. S emang at i ni diikutipula keinginan setiap angg ota kel ompokuntuk memiliki kel ompok peng elol amangrov e berbasis masyarakat yang solid,atas dasar bahwa keberhasilan dalammengelol a lingkungan bukan hanya domi nasisatu atau dua kel ompok mangrove saja,tetapi semua kel ompok harus mampu menirukesuksesan kel ompok lain, karena sejatinyadi setiap wilayah dihadapkan pada persoalanlingkung an yang ny aris sama, seperti abrasipantai, rembesan air asi n, banjir dankerusakan mangrov e yang disebabkan olehpenebangan liar untuk produksi arang bakaudan kayu teki.

Untuk itul ah, kel ompok mangrov e yang adadi Kecamatan Bantan bersepakat membentuksuatu forum mangrove yang diberi namaForum Kel ompok P eng elol a Mangrove danSumberdaya Pesisir Bengkalis (KPM – S DPBeng kali s). Forum ini diprakarsai olehkel ompok peng elola mangrove KecamatanBantan bekerja sama dengan Yay asan Bumi

Pesisir, Yay asan Laksana Samudera danMangrove Action Project – Indonesia.Forum ini diharapkan mampu menjadijembatan yang menghubungkan antarkel ompok y ang ada, dan antara kel ompokdengan instansi pemerintah dan swasta.Dal am kegiatan l okakarya yang pernahdilakukan di Desa Teluk P ambang padatangg al 10 september 2007 yang dihadirilang sung ol eh Direktur Eksekutif MAP,Alfredo Quarto, forum ini sudah membahasmeng enai filosofi tentang mengapa mangrovedipertahankan eksistensinya bagi lingkunganduni a, persoalan lingkungan y ang dialamiwilayah masing -masing kel ompok, berbagipengalaman tentang aktivitas yng pernahdilakukan kelompok, kampanye lingkung an,membahas program kerja kelompok yangberhubungan dengan kegiatan rehabilitasi,pengawasan, pendidikan, penelitian danMata Pencahari an Alternatif (MPA) danpenti ngnya membangun komunikasi dansolidi tas antar kelompok pengelolamangrov e. Yang paling hebat adalah ide yangmulai akan diusung forum mangrove inikepada pemeri ntah kabupaten yangmemperjuangkan pendi dikan mangrovesebag ai salah satu muatan lokal untuk sekolahdi Kabupaten Bengkali s. S emoga berhasil!

Page 45: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

38

Bagian TigaTINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DAN

LANGKAH-LANGKAH PERUMUSANKEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE

Kebijakan Terkait Pengelolaan HutanMangrove

Dal am sejarahny a, kebijakan terkai tpeng elolaan mangrove yang cukup penti ngdimulai deng an dikeluarkannya SuratKeputusan Bersama Menteri P ertanian danMenteri Kehutanan NomorKB.555/ 264/Kpts/ 4/1984 dan Nomor082/Kpts-II/1984, tanggal 30 April 1984.Di dal am surat keputusan terebut diantaranya di sebutkan bahwa lebar sabuk hijauhutan mangrove adal ah 200 m. S uratKeputusan Bersama i ni dibuat selai n dengantujuan utamanya untuk memberikanlegitimasi terhadap perlindungan hutanmangrov e, juga dibuat untuk menyelaraskanperaturan meng enai areal perlindunganhutan mangrov e di antara instansi -instansiyang terkait. S urat Keputusan Bersama inilebih l anjut dijabarkan oleh DepartementKehutanan dengan meng eluarkan S uratEdaran Nomor 507/IV-BPHH/1990 yang diantaranya berisi penentuan lebar sabuk hijaupada hutan mangrov e, y aitu selebar 200 m disepanjang pantai dan 50 m di sepanjang tepisungai. P enentuan lebar sabuk hijausebag aimana disebutkan di atas lebihdikuatkan lagi deng an Keputusan PresidenNo. 32 tahun 1990 tentang Peng elol aanKawasan Lindung . Dalam Keppres tersebutditetapkan bahwa perlindungan terhadapsempadan pantai dilakukan untuk melindungiwilayah pantai dari kegiatan y ang mengg angukel estarian fungsi pantai, di mana kriteri asempadan pantai yang di maksud adalahdaratan sepanjang tepian yang l ebarnya

proporsional dengan bentuk dan kondisipantai , minimal 100 meter dari titik pasangtertinggi ke arah darat.

Selain ketetapan tersebut di atas, berdasarkanhasil kajian ekologis disarankan l ebar sabukhijau pada kawasan pantai berhutanmangrov e minimal sel ebar 130 dikalikannilai rata-rata perbedaan antara air pasangtertinggi dan terendah tahunan diukur dariair surut terndah ke arah darat. Misalnyapada suatu kawasan pantai berhutanmangrov e, nilai rata-rata seli sih antarapasang tertinggi dan surut terrendah tahunansebesar 1,5 meter, maka lebar sabuk hijauyang harus di pertahankan (sempadan pantai)adal ah 130 x 1,5 meter = 195 meter.Peraturan berikutnya dikeluarkan olehKementerian (L H dan Kehutanan), yaknidalam bentuk Surat Keputusan Nomor677/ 1999 (direvisi tahun 2001 sbg. S K31/2001) yang isinya antara lain tentangkoperasi masyarakat yang bisa meng ontrakhutan selama 25 tahun deng an persetuj uanpihak pemerintah yang berkewenangansesudan rencana peng elolaan di sepakatibersama. Deng an demikian, menjadi j elasbahawa masyarakat sesungguhnya secarabersama bisa meng elol a sebuah kawasanmangrov e untuk tujuan mening katkankesejahteraan mereka.

Kebijakan tertinggi terkait denganpeng elolaan mangrov e diatur dalam UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentangKehutanan. Di dalam Undang Undangtersebut di sebutkan bahwa mangrovemerupakan ekosi stem hutan, dan oleh karena

Page 46: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

39

itu, maka pemerintah bertanggungjawabdalam peng el olaan yang berasaskan manfaatdan lestari, kerakyatan, keadilan,kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan(Pasal 2). Landasan hukum ini sebenarnyasudah cukup kuat bagi pemerintah untuksegera bertindak menang ani degradasi yangterjadi pada hutan mang rov e. Terlebih lagi ,Pemerintah Indonesia dengan Undang -undang No. 5 Tahun 1994 telah meratifikasiKonv ensi Keanekaragaman Hayati(Con venti on on Biological Bi odiv ercity) yangmana salah satu pasalnya mensyaratkanbahwa setiap negara yang meratifikasikonv ensi ini wajib membentuk/ membangunsistem kawasan konservasi untukkeanekaragaman hayati (pasal 8). Dalampasal itu juga di sebutkan bahwa setiap negarayang meratifikasi harus meng akui ,menghormati , mel estarikan dan memeliharapeng etahuan, inovasi dan kegiatan-kegiatanasli masy arakat setempat, yang terkandung didalam kehidupan mereka yang rel evandengan upaya konserv asi dan pemanfaatankeanekaragaman hayati secara lestari ;mempromosikan aplikasinya secara l ebih luasdan meningkatkan peranserta para pihak;serta mendorong terwujudnya kesetaraandalam berbagi manfaat/keuntungan daripemanfaatan kawasan konservasi. Dengandemikian, Pemerintah Indonesia harusmenggeser paradigma dalam mengelol asumber day a al am sebagai konsekuensi logi sdiratifikasinya Konv ensi KeanekaragamanHay ati . P ergeseran paradigma tersebutantara lain meliputi hal-hal sebag ai berikut.1. Memandang kawasan yang dilindungi

yang semula semata-mata sebagaikawasan perlindungan keanekaragamanhayati menjadi kawasan perlindungankeanekaragaman hay ati yang mempunyaifung si sosial-ekonomi jangka panjangyang mendukung pembangunanmasyarakat secara berkelanjutan.

2. Penentuan kebijakan yang semula top-down menjadi bottom-up.

3. Peng elolaan berbasis pemerintahmenjadi pengelolaan berbasismultistakehol ders dan atau berbasismasyarakat lokal.

4. Pelay anan pemerintah dari birokratisnormatif menjadi profesional-responsif-fleksibel-netral; tata pemerintahan darisentrali stik menjadi disentralistik; sertaperan pemerintah dari provi der menjadienabl er dan fasilitator.

5. Beban pengelolaan yang semuladitanggung pemerintah menjadi bebanbersama antara pemerintah danpenerima manfaat.

Itikad baik pemerintah dalam menggeserparadigma pengelolaan hutan sudah tampakantara lain dari dikeluarkanny a PeraturanMenteri Kehutanan Nomor P. 19/Menhut-II/2004 tentang Kol aborasi P eng elol aanKawasan Suaka Alam (KSA) dan KawasanPelestari an Alam (KPA). Dalam peraturantersebut ditegaskan bahwa Kol aborasiPeng elolaan KSA dan KPA merupakankegiatan atau penanganan suatu masalahdalam rangka membantu mening katkanefektivitas pengel olaan KSA dan KPA secarabersama dan sinergis ol eh para pihak atasdasar kesepahaman dan kesepakatan bersamasesuai dengan peraturan perundang-undangan y ang berlaku (pasal 1). A dapunyang di maksud deng an para pihak adalahmereka yang memiliki minat, kepedulian,atau kepenti ngan dengan upaya konservasiKPA dan KSA , antara lain l embagapemerintah pusat dan lokal, masyarakatsetempat, LS M, BUMN, BUMD, swastanasional, perorangan maupun masyarakatinternasi onal, perguruan tinggi , lembagapendi dikan, dan lembag a il miah. Maksuddari kolaborasi peng elolaan KSA dan KP Aadal ah untuk membantu mening katkanefektivitas dan kemanfaatan KSA dan KP Abagi kesejahteraan masyarakat (pasal 2);sedangkan tujuannya adalah terwujudnyavisi, mi si, dan langkah -langkah strategisdalam mendukung, memperkuat, dan

Page 47: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

40

mening katkan penfelol aan KSA dan KPAsesuai deng an kondisi fisik, sosial, budaya,dan aspirasi setempat.

Dal am melaksanakan peng el olaan kawasanmangrov e perl u mel etakkan perspektif atauparadigma yang nantinya akan dijadikanpijakan dal am berpikir dan bertindak.Adapun perspektif peng el olaan kolaboratifdapat dirumuskan sebagai berikut.1. Peng el olaan hutan mangrov e pada

tingkat lokal deng an cara-cara yangsesuai dengan cara-cara lokal.

2. Melibatkan sejumlah keputusan-keputusan pemerintah yang berkenaandengan pelibatan masyarakat lokal dalampeng elolaan hutan mangrove.

3. Peng el olaan sumberdaya hutan yangmelibatkan berbagai pihak yangberkepentingan dalam kawasan yangsama.

4. Peng el olaan hutan mangrov e yangmengkaitkan secara simultan tujuan-tujuan lingkungan, ekonomi, dan sosial -budaya.

Strategi dan Mekanisme untukImplemenatasi Kebijakan PengelolaanMangroveMeskipun Indonesi a tel ah meng artikulasikankebijakan kehutanan yang terancang baik,tantangan yang substansial masih terdapatdalam implementasinya. Kelangkaan sumberdaya, minimnya kepentingan politik,lemahnya ketegasan hukum, korupsi ,kel emahan kelembag aan, mini mnya staf yangberkemampuan sesuai bi dangnya, kurangnyapenerimaan kebutuhan untuk partisi pasimasyarakat, kurang nya pengalamanmasyarakat, dan ketidakcukupan strukturoperasional menjadikan hal angan bagiimpelementasi kebijakan secara efektif .Selama dekade terakhir, perubahan utamadalam strategi impl ementasi di seluruh A sia-Pasifik berpusat pada penggantian

peng elolaan kehutanan secara terpusatdengan praktik -praktik kehutananpartisipatoris. Banyak negara berg erakmenuju ke arah ini, namunperkembangannya secara umum berjalandenganl amban.

Indonesia meng atur peng elolaan hutandengan memberikan tanggung jawabpeng elolaan pada ag en-ag en pemerintah danberusaha untuk menerapkan kontrol yangtegas pada akses hutan. Jumlah populasipesi sir di Indonesia y ang besar, serta si stemtradisional yang bergantung pada aksesumum ke hutan, sering bersinggungandengan kebijakan. S ecara garis besar, hal iniyang mengarahkan pada kegag alan untukberhadapan deng an tujuan pengelolaan hutanoleh pemerintah, tentunya pada pihak-pihakyang berhubung an deng an konserv asi dankeberlang sungan programnya. Meski punkatanya Indonesi a telah memulaibereksperimen dengan sistem partisipatoris,daerah masih menggunakan pendekatanpaternali stik yang kuat dalam peng elol aanhutan. S ebagian besar peng elolaan hutandaerah di Indonesia di dominasi oleh ag en-agen pemerintah dan pegawai pemerintah,seperti yang terjadi di Segara Anakan. Hal inimenunjukkan derajat tinggi akan skeptisismeterhadap masy arakat di daerah dalampeng elolaan hutan secara berkelanjutan,meskipun terdapat banyak bukti bahwamasyarakat lokal adal ah peng elola yangterbaik untuk hutan mangrove. Dalam hal inikita bisa belajar dari Jaring Halus di SumateraUtara.Selain itu pemahaman y ang utuh pada nilai-nilai ekonomi dan ekol ogi yang berperanpada hutan mangrov e, yang merupakan asetpesi sir yang benar-benar vital, masih kurang.Kesadaran yang kurang akan nilai implisithutan mangrov e telah menggiring padamarakny a konversi mangrov e untuk tambakudang, pabrik arang, dan bel akangan untukperkebunan kelapa sawit. Usaha ekonomiberj angka pendek ini membutuhkan biaya

Page 48: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

41

yang cukup ti nggi dan sesungguhnya tidakmemberikan kontri busi yang memadai bagikesejahteraan masyarakat setempat danneg ara. Hanya seg elintir orang saja yangdiuntungkan. Seharusnya DepartemenKeuangan didesak untuk menghitung danmembuat laporan ringkas tentang kerugianekonomi s akibat konv ersi hutan mangrov epada penggunaan yang lai n. Departemen inijuga selayaknya dilibatkan pada pembuatankebijakan pengel olaan kawasan mangrov e dimasa mendatang .Hutan mangrove, sebag aimana halnyasumber daya al am lai nny a, sedang mengalamitekanan akibat peng aruh globalisasi ekonomidan industri. Mangrov e di Indonesi a yangdapat dikatakan sebagai mangrov e terluas diduni a kini sedang sakit akibat dikonv ersimenjadi tambak. Pola peng -konv ersi -antersebut bermula dari Jawa, lalu Sumatera,Papua, Kali mantan, dan Sulawesi. Nyari stidak ada satu pun kawasan mangrove yangselamat dari terjangan tambak. Hanyabeberapa saja, salah satuny a di Desa Jari ngHal us Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.Masy arakat desa tersebut memiliki hutandesa yang ditumbuhi mangrove seluas57,789 hektar. Hutan desa y ang di tumbuhitidak kurang dari 19 spesies mangrove itudikel ola dengan sangat baik melaluiperaturan adat yang disepakati bersama olehwarga desa; sedangkan ribuan hektarmangrov e di sekitarnya yang dikelol a negarajustru rusak karena tambak dan perusahaanarang . Jaring Halus adalah contohpeng elolaan kawasan mangrove yang murnidikel ola ol eh masy arakat. Indonesi anampaknya harus bel ajar dari desa kecil inidalam mengelola mangrove. Secarakebetul an, perangkat perundangan yangdimiliki republik ini sangat mendukung bagiupay a-upaya kolaborasi pengelol aan hutan.Dal am situasi ini, sangat strategi s bila cara-cara pengelolaan l okal (Hutan Desa Jari ngHal us) diadaptasi untuk meng elol a hutanneg ara yang rusak.

Segara A nakan adalah salah satu cermin yangmenunuj ukkan kegagalan pemerintah dalammeng elol a kawasan mangrov e. Mi natpemerintah terhadap Segara Anakan diawalidengan kasus kiriman tanah dari Pulau Jawayang dibawa sung ai-sungai yang bermuara diSegara Anakan sejak tahun 1980-an.Sedi mentasi ini membuat ekosistem SegaraAnakan mengalami perubahan menjadibentuk ekosistem lain. Masyarakatmembutuhkan al ternatif penghidupan yanglain, akan tetapi kebijakan yang di terapkanpemerintah untuk mengelola kawasanmangrov e di S egara Anakan tidakmendukung keingi nan masyarakat.

Beng kali s adalah salah satu contoh menarik dimana warga desa mendapat legitimasi dariBupati untuk meng elola hutan mangrovesecara mandiri dan berkelanjutan. P adabagian dua telah diceritakan bagaimanaproses itu berlang sung dan aksi-aksi apa sajayang sudah dilakukan ol eh masyarakat didalam kawasan kelol a, seperti rehabilitasidan peng embangan matapencaharianalternatif .

Dari Sulawesi Utara ki ta bi sa belajarbagai mana inisiatif pemerintah mampumendorong masy arakat dan stakeholders lainuntuk berupaya meng elol a mangrov e secaraberkelanj utan. P ada awal tahun 2002Kabupaten Mi nahasa telah mensahkan PerdaNo.2 tentang Pengel olaan SumberdayaWilayah P esi sir Terpadu BerbasisMasy arakat. Perda ini telah mendorongberbagai pihak untuk mel akukan aksi-aksimangrov e yang melibatkan partisi pasimasyarakat, sal ah satunya di Desa Ti woho.Pelaksanaan aksi tersebut ternyata tidakterlepas dari campur tang an pihak asing.Selain dampak positif, ada jug a beberapadampak neg atif yang muncul l ebih karenakurangny a komonikasi antar pihak-pihakyang terlibat.

Demikianlah beberapa contoh kasus yangmenunjukkan pada kita tentang berbag aitingkat partisipasi masy arakat dalam

Page 49: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

42

peng elolaan mangrove, muali dari yangpartisipasinya rendah (seperti Segara Anakan)hingga yang parti sipasi nya ti nggi (sepertiJaring Halus). Adapun Tiwoho dan Bengkali s

berada di antaranya. Dari kedua kawasan i tu,khususnya Bengkalis, kita bisa belajar prosespeng elolaan mang rov e yang berbasismasyarakat.

Berdasarkan hasil kajian kasus dan kebijakan y ang ada di Indonesia, maka dapat dirumuskan modelperumusan kebijakan sebagai berikut.

KebijakanP engelolaan

Mangrove

Tindakan

Strategi

Analisis/Kajian

Zonasi

lintas batas

Aksi-aksi kolaboratif:rehabilitasi,pengembangan

matapencaharian alternatif, dll

Membuat

wadah bersama

Evaluasi

Evaluasidampaktindakan

Membenahipenguasaandan akses

Refleksi

Meletakkanperspektif/

paradigma

Merumuskannaskah

akademis

Kajian situasi danmasalah

Identifikasistakeholders

Page 50: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

43

Demikianlah, model perumusan kebijakanmerupakan sebuah proses analisis – strategi –tindakan – eval uasi. Daur tersebutmerupakan tahap-tahap permusuan kebijakanyang dapat diterapkan dalam tingkat manapun, mul ai dari tingkat desa hingga nasional .Tahap-tahap tersebut bukan harg a mati dantidak selalu harus menunggu tahapsebelumnya sel esai. Beberapa tahap bisaberj alan bersamaan mengikuti situasi dankondisi di lapang an.

Dal am studi kasus dalam buku ini , jugadengan membaca beberapa kasus di tempatlain, LS M cukup strategi s dalam mengambilperan membentuk media atau forum yangrepresentatif di ting kat masyarakat yangdapat menjamin tersalurkanny a aspirasimasyarakat lokal , seperti yang di lakukanYay asan Kel ola di Ti woho dan ESP-USAIDdi Jaring Halus. Berikut ini adalah bag an dariproses koordinasi untuk pembentukan wadahbersama.

Sebagaimana di uraikan di atas, wadahtersebut harus dibangun di atas pondasi(konsep dasar) yang kuat. Jika demikianadanya, maka peng elol aan kawasanmangrov e yang dapat mendatangkan manfaatbagi bersama tidak mustahil akan tercapai .Proses ini i barat sebuah rumah, dibangun

mulai dari bawah (pondasi), lalu bagiantubuh y ang mewadahi berag am kepenting an,dan terakhir atap yang dapat menaungi danbermanfaat bagi mereka yang hi dup didalamny a, seperti nampak dalam gambar dibawah ini .

WadahBersama

Dinas

PemerintahKabupaten

Masyarakat(Kepala desa, kepala adat, tokoh masyarakat,

profesional, pegawai, wakil lelaki, wakil perempuan,pedagang, pengusaha, guru, pemuda, pemudi, dll)

Pemerintah Provinsi

LSMGaris koordinasi

Garis fasilitasi

Pemerintah Pusat

Page 51: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

44

Inklusif– P artisipatif- Transparan

W adah Bersama :pemerintah,

masyarakat, dan

pelaku bisnis

Mangrove yangbermanfaat bagibanyak pihak dan

lestari

Bagian tubuh terdiri atas pemerintah,masyarakat, dan pelaku bisnis;pembangunannya difasilitasi oleh

Pemerintah dan LSM

Bagian pondasi dibangun olehkonsesnsus, rasa saling percaya, dandikuatkan dengan komitmen

Bagian atap (tujuan/manfaat)

Page 52: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

45

REFERENSI

Abdon Nababan.2003. P eng elolaan S umberdaya Al am Berbasis Masy arakat Adat,Tantangan danPeluang . Aliansi Masyarakat A dat Nusantara (AMA N).

Arif Satria, dkk. 2002. Menuju Desentralis asi Kelau tan . Kerjasama Pusat Kajian Agraria IPB,Partnership for governance reform in Indonesia dan PT P ustaka Cidesindo. Jakarta

Bestari Raden dan Abdon Nababan.2003. P eng elol aan Hutan Berbasis Masyarakat A dat: AntaraKonsep dan Realitas. Aliansi Masy arakat A dat Nusantara (A MA N).

Brown, Benjamin, 2006. Lima Tah ap Rehabilitasi Mangrove: Petunjuk Teknis Rehabilitasi Hi drol ogiMangrov e. Yayasan Akar Rumpul Laut/Mangrove Acti on Project. Yogyakarta.

Budiati Prasetiamartati.2003. Pengelolaan P esisir Berbasis Masyarakat.Program Studi Peng elolaanSumber Daya P esisir dan Lautan, IPB.

Dahuri , R. 2000. Pen dayagun aan Su mberdaya Kel autan Untuk Kes ej ahteraan Rakyat (Ku mpulanPemikiran). Kerj asama LISPI deng an Ditj en P3K, DKP . Jakarta.

Frans Maramis. 2002.Sistem Terpadu Berbasi s Masyarakat Sebagai Konsep Peng el olaan Pesi sirDan Laut Sulawesi Utara. Manado Post

Gunarto L atama dkk.,2002. P engelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat Di IndonesiaProgram PascaSarjana IPB

Kusumastanto, T. 2003. Pelu ang, tantan gan dan Arah Pen gelol aan Sumberdaya Kel autan di EraDes entralisasi . Makalah di sampaikan pada P elatihan ICZP M. Kerjasama PKSPL-IPBdengan Ditjen P3K,DKP . Bog or

Laksono, P . M., dkk., 2000. Bi bliografi Beranotasi t entang Pola Pengelol aan Hutan Kemasyarakatan.Badan P engendalian Dampak Lingkungan dan Pusat S tudi A sia Pasifik UGM.Yogy akarta.

Mirsa, D. N., 1982. “Current Manag ement Concepts in Forestry”. Dalam E. G. Hallsworth (ed.).Soci al-economi c Eff ects and Constraints in Tropi cal Forest man agement. John Wiley & Sons.Singapore.

Nikijuluw, V .P.H. 2002. Rezim Pengelol aan Su mberdaya Perikanan. P 3R dan PT Pustaka Cidesindo.Jakarta.

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P . 19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Peng elolaanKawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA).

Purnomowati, R. 2003. Menuju Pen gel olaan Su mberdaya Pesisir Terpadu Berbasis Masyarakat. Makalahdisampaikan pada Pel atihan ICZP M. Kerjasama PKSPL-IPB dengan Ditjen P3K,DKP.Bogor

Ridwan Lasabuda.2003. Pengelo laan Sumberdaya Pesi sir Terpadu Berbasis Masyarakat (su atutuntutan di era otonomi daerah). ProgramP ascasarjana/S3. Insti tutP ertanian Bogor

Seto, H., D.Mamonto, E .Tololi u, I.Husen dan M.Karame. 2003. Bel ajar Dari Hikmah. MemahamiModel Partisipasi Masyar akat Dal am Pembangun an Desa (PMPD) Melalui Pengal aman DiKelurah an Manado Tua II, Desa Raprap, Desa Basaan dan Desa Basaan I-JICA Pilot Proj ectSit e. Kerjasama BAPP EDA P rovinsi S ulawesi Utara dan JICA. Manado

Page 53: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

_________________________________KEBIJAKAN UNTUK MANGROVE

46

SK Bersama Menteri Kehutanan dan Li ngkungan Hidup Nomor 677/ 1999 (direvi si menj adi SK31/2001).

Suporaharjo (Ed.), 2005. Manaj emen Kol aborasi: Memah ami Pluralisme Membangun Konsensus. P ustakaLATIN. Bogor.

Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Kehutanan NomorB.555/ 264/Kpts/4/ 1984 dan Nomor 082/Kpts -II/ 1984 tanggal 30 April 1984.

Tul ung en, J.J. 2000. Pelibatan Masyarakat Dal am Pen gelol aan Su mberdaya Wil ayah Pesisir BerbasisMasyarakat Di Sulawesi Utara. Makalah disampaikan dalam semi nar dan talk showPeluang dan Tantangan di Era Baru Kelautan Indonesia, Marine Techno and Fi sheries2000. Kerjasama SEAWA TCH Indonesia-BPPT dan HIMITIKA FPIK-IPB

Undang -Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Undang -Undang Nomor 5 Tahun1994 tentang Ratifikasi Convention on Biol ogical Biodivercity.Wahyono, A.,I .G.P .Antariksa, M.Imron, R.Indrawasih dan Sudiy ono. 2001. Pemberdayaan

Masyarakat Nelayan. MediaP ressindo. Yogyakarta.

Webb, L . J., 1982. “The Human Face in Forest Management”. Dalam E. G. Hallsworth (ed.).Soci al-economi c Eff ects and Constraints in Tropi cal Forest man agement. John Wiley & Sons.Singapore.

Widi A. Pratikto. Sambutan Direktur J enderal Pesi sir dan Pulau-P ulau Kecil pada pel uncuranproy ek peng elolaan dan rehabilitasiterumbu karang dan pemantapan proy ek peng elol aan sumberdaya pesi sir dan lautJakarta, 28 September 2004. Departemen Kelautan dan P erikanan R epublikIndonesia.

Wiersum, K. Freek. 1990. “International Experiences in Social Forestry”. Dal amSoci al Forest ry inIndon esi a. Food and Agriculture Org anization of the United nati ons. Bangkok.

http:// www.dephut.go.i d/INFORMASI/RRL/S TS_ Mangrove.HTM. Kebijakan Hutan Man grovedi In donesia.

http:// www.dephut.go.i d/INFORMASI/RRL/STS_ Mangrove.HTM. Status Kepemilikan Lahanpada Kawasan Pantai dan Hutan Mangrove.

Page 54: Mengkaji Kasus dan Merumuskan Kebijakan...proses pelibatan masyarakat dalam pengelolaan mangrove dan strategi perumusan kebijakan. Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak

Banyak-banyaklah berjalan dan melihat,niscaya Engkau akan lebih bijaksana dalam berpikir dan bertindak

MANGROVE ACTION PROJECT - INDONESIAJl. Kaliurang Km 5 Gg Sitisonya 1BYogyakarta, INDONESIA 55281Tel +62 7490493

The World Conservation Union (IUCN)Ecosystem & Livelihoods Group Asia4/1 Adams Avenue, Colombo 4,SRI LANKAPh:+ +94 11 2559634/35 ext. 207+ +94 11 2559636 (direct)+ +94 77 3868637 (mobile)Fax: ++94 11 2559637