mengestimasikan jumlah penasun di indonesia

2
Mengestimasikan jumlah penasun di Indonesia Penulis: Elizabeth Pisani Latar belakang Penggunaan narkoba suntik merupakan praktik yang berkembang di kalangan anak muda di Indonesia, walau satu dasawarsa yang lalu masih kurang dikenal. Di beberapa kota, prevalensi HIV tercatat mendekati 50% di kalangan penasun. Namun pihak yang berwenang tidak memilik informasi tentang besaran masalah ini. Tujuan Untuk mengestimasikan jumlah dan distribusi penasun di Indonesia, dan menggunakan estimasi ini untuk menarik perhatian pembuat kebijakan akan kebutuhan pelayanan bagi populasi penasun. Metode Departemen Kesehatan meminta berbagai mitra untuk mengumpulkan semua data yang relevan dengan narkoba suntik di Indonesia. Data berasal dari pusat-pusat terapi, instansi kesehatan pemerintah, pekerja social, instansi penegak hukum dan organisasi non-pemerintah yang memberikan layanan kepada penasun. Sumber data dibandingkan dan ditentukan bahwa data akan mendukung estimasi pada tingkat provinsi dengan menggunakan metode penggandaan (multiplier method). Tiga estimasi dibuat berdasarkan sumber data yang berbeda. Hasil Hasil dari 3 metode ternyata amat dekat kisarannya, antara 145.000 sampai 170.000. Metode dan sumber data ditampilkan secara rinci dan kelemahan-kelemahan dijelaskan. Estimasi tersebut diterima oleh semua kelompok, dan menjadi dasar bagi model selanjutnya dan kerja advokasi yang ternyata mampu meningkatkan perhatian akan kebutuhan untuk memberikan layanan kepada penasun, dan berkontribusi pada penerimaan pendekatan harm reduction (pengurangan dampak buruk) dalam strategi nasional HIV. Kesimpulan Proses estimasi yang inklusif dan transparan berdasarkan

Upload: nonawita

Post on 03-Jan-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gr

TRANSCRIPT

Page 1: Mengestimasikan Jumlah Penasun Di Indonesia

Mengestimasikan jumlah penasun di Indonesia

Penulis: Elizabeth Pisani Latar belakangPenggunaan narkoba suntik merupakan praktik yang berkembang di kalangan anak muda di Indonesia, walau satu dasawarsa yang lalu masih kurang dikenal. Di beberapa kota, prevalensi HIV tercatat mendekati 50% di kalangan penasun. Namun pihak yang berwenang tidak memilik informasi tentang besaran masalah ini.

Tujuan Untuk mengestimasikan jumlah dan distribusi penasun di Indonesia, dan menggunakan estimasi ini untuk menarik perhatian pembuat kebijakan akan kebutuhan pelayanan bagi populasi penasun.

Metode Departemen Kesehatan meminta berbagai mitra untuk mengumpulkan semua data yang relevan dengan narkoba suntik di Indonesia. Data berasal dari pusat-pusat terapi, instansi kesehatan pemerintah, pekerja social, instansi penegak hukum dan organisasi non-pemerintah yang memberikan layanan kepada penasun. Sumber data dibandingkan dan ditentukan bahwa data akan mendukung estimasi pada tingkat provinsi dengan menggunakan metode penggandaan (multiplier method). Tiga estimasi dibuat berdasarkan sumber data yang berbeda.

Hasil Hasil dari 3 metode ternyata amat dekat kisarannya, antara 145.000 sampai 170.000. Metode dan sumber data ditampilkan secara rinci dan kelemahan-kelemahan dijelaskan. Estimasi tersebut diterima oleh semua kelompok, dan menjadi dasar bagi model selanjutnya dan kerja advokasi yang ternyata mampu meningkatkan perhatian akan kebutuhan untuk memberikan layanan kepada penasun, dan berkontribusi pada penerimaan pendekatan harm reduction (pengurangan dampak buruk) dalam strategi nasional HIV.

Kesimpulan Proses estimasi yang inklusif dan transparan berdasarkan sumber data yang ada dapat memberikan sebuah titik tolak penting bagi advokasi dan perencanaan rasional akan layanan yang terkait dengan narkoba. Terbukti proses estimasi ini layak, dapat dilakukan dan bermanfaat dalam konteks epidemi HIV yang dipacu oleh penggunaan narkoba suntik pada negara berkembang yang besar dan beragam.

Kata kunci: estimasi besaran populasi, penasun, HIV, Indonesia

The International journal on drug policy 17 (1 ):35-40, 2006

Pengirim: Irwan Hidayana, [email protected], ,  Dipublikasikan: The International Journal on Drug Policy, 17 (1 ):35-40, 2006