1 pengaruh jumlah kunjungan wisata, jumlah objek

26
1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK WISATA, DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENDAPATAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN LINGGA PERIODE 2011-2013 ETI IBRIANTI 080420103089 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau ABSTRAK Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional dan tingkat hunian hotel. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga. Tempat penelitian ini adalah di Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga. Sampel dalam penelitian ini adalah Sampel dalam penelitian ini adalah data jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel serta pendapatan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga periode Tahun 2011 sampai dengan 2013. Metode analisis data yang digunkan dalam penelitian ini yaitu dengan metode Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan SPSS Versi 21 yang nantinya menggambarkan pengaruh jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari hasil perhitungan nilai adjusted R square sebesar 41,5%. Artinya 41,5 % pendapatan sektor pariwisata dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas Kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel, serta jumlah objek wisata. Sedangkan sisanya 58,5 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. Kata Kunci : Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, Tingkat Hunian Hotel, Pendapatan sektor Pariwisata

Upload: phamtram

Post on 17-Jan-2017

262 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

1

PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

WISATA, DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL TERHADAP PENDAPATAN

DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN LINGGA

PERIODE 2011-2013

ETI IBRIANTI

080420103089

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang, Kepulauan Riau

ABSTRAK

Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan

meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan

merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah

wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional dan tingkat

hunian hotel. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jumlah

kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel terhadap

pendapatan daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga.

Tempat penelitian ini adalah di Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga. Sampel

dalam penelitian ini adalah Sampel dalam penelitian ini adalah data jumlah

kunjungan wisata, jumlah objek wisata, dan tingkat hunian hotel serta pendapatan

daerah sektor pariwisata di Kabupaten Lingga periode Tahun 2011 sampai dengan

2013. Metode analisis data yang digunkan dalam penelitian ini yaitu dengan

metode Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan SPSS Versi 21 yang

nantinya menggambarkan pengaruh jumlah kunjungan wisata, jumlah objek

wisata, dan tingkat hunian hotel terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata di

Kabupaten Lingga

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari hasil

perhitungan nilai adjusted R square sebesar 41,5%. Artinya 41,5 % pendapatan

sektor pariwisata dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas Kunjungan wisatawan,

tingkat hunian hotel, serta jumlah objek wisata. Sedangkan sisanya 58,5 %

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.

Kata Kunci : Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, Tingkat Hunian

Hotel, Pendapatan sektor Pariwisata

Page 2: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

2

PENDAHULUAN

Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki fungsi dalam

mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Agar dapat

mewujudkan hal tersebut, segala potensi dan sumber daya yang ada harus

dialokasikan secara efektif dan efisien secara terus-menerus yang disebut dengan

pembangunan nasional. Dalam mewujudkan pembangunan nasional bukan hanya

menjadi tanggung jawab dari pemerintah pusat saja, tetapi pemerintah daerah juga

memiliki peran yang sama untuk keberhasilan tersebut. Hal ini terlihat pada

pemerintah pusat melalui otonomi kepada pemerintah daerah untuk mengelolah

daerahnya sendiri.

Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran

paradigma dari sistem pemerintah bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan terhadap

daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang bertanggung jawab, untuk

mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi dan

potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Pemberian otonomi daerah pada

dasarnya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna

penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan

dan pelayanan masyarakat serta peningkatan pembinaan kesatuan politik dan

kesatuan bangsa.

Masalah yang sering muncul dalam pelaksanaan otonomi daerah selain

perimbangan keuangan antar pusat dan daerah yang kurang merata, prospek

kemampuan pembiayaan pemerintah dalam melaksanakan fungsinya sebagai

penyelenggara pembangunan dan pelayanan masyarakat dianggap belum

maksimal. Oleh karena itu, penyelenggaraan kegiatan pemerintahan daerah

senantiasa terus meningkat sehingga biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah.

Peningkatan penerimaan daerah harus senantiasa diupayakan secara periodik oleh

setiap daerah otonom melalui penataan administrasi pendapatan daerah yang

efektif dan efisien sesuai dengan yang ditetapkan di dalam berbagai peraturan

perundang-undangan dan petunjuk pelaksanaan. Berikut merupakan data

pendapatan sektor pariwisata pada pemerintah Kabupaten Lingga :

Page 3: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

3

Pendapatan Sektor Pariwisata

No Tahun Jumlah

1 2011 179.055.665

2 2012 1.678.881.991

3 2013 60.447.600

Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga, 2015

Berdasarkan dari penjelasan tabel diatas dapat diketahui bahwa

pendapatan sektor pariwisata pada Pemerintah Kabupaten Lingga pada Tahun

2012 merupakan angka tertinggi dengan mencapat nilai 1.678.881.991 dan pada

tahun 2013 merosot jauh menjadi 60.447.600 hal ini tentu saja menjadi

pertimbangan bahwa pemerintah Kabupaten Lingga harus memperhatikan sektor

pariwisata kabupaten Lingga agar dapat memberikan dampak baik bagi

pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Lingga.

Pembiayaan pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan

dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat

diandalkan. Sumber-sumber penerimaan daerah ini dapat berasal dari bantuan dan

sumbangan pemerintah pusat maupun penerimaan yang berasal dari daerah

sendiri. Namun yang menjadi komponen utama Pendapatan Asli Daerah (PAD)

adalah penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah, retribusi daerah,

hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan

meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan

merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah

wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional dan tingkat

hunian hotel (Pendit,2003).

Kepariwisataan dapat dijadikan sebagai fasilitator dalam menggalakkan

pembangunan perekonomian karena memberikan dampak terhadap perekonomian

di Negara yang dikunjungi wisatawan. Kedatangan wisatawan pada suatu daerah

Page 4: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

4

tujuan wisata telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk

setempat. Seperti halnya dengan sektor lainnya, pariwisata juga berpengaruh

terhadap perekonomian di suatu daerah atau negara tujuan wisata.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas

utama dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi daerah serta dapat

meningkatkan kemandirian dan daya saing, dengan demikian pendapatan daerah

sektor pariwisata diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar

terhadap PAD. Pendapatan sektor pariwisata merupakan pendapatan yang

diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak dan

retribusi. Seperti retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan restoran,

pajak hiburan dan lainnya dengan satuan rupiah

Sebagai salah satu daerah yang dianggap mempunyai potensi pariwisata.

Kabupaten lingga membutuhkan pengelolaan yang baik dan terencana agar

memperoleh hasil yang optimal bagi daerah dan layak menjadi potensi yang

dibanggakan. Hotel berfungsi bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan

wisata namun juga untuk tujuan lain seperti menjalankan kegiatan bisnis,

mengadakan seminar atau sekedar mendapatkan ketenangan

Selain itu Kabupaten Lingga merupakan daerah dengan letak wilayah yang

masih asli dengan kondisi daerah yang hijau serta memiliki kebudayaan asli yang

belum tercampur dengan kebudayaan luar, tidak menutup kemungkinan untuk

para wisatawan transit sejenak di Kabupaten Lingga. Keragaman produk dan

potensi pariwisata yang ada ditambah tersedianya fasilitas penunjang pariwisata

yang memadai seperti penginapan, fasilitas rekreasi, tempat dan atraksi wisata,

bermanfaat sebagai pengenalan sektor pariwisata kepada wisatawan yang datang

di Kabupaten Lingga dan akan meningkatkan penerimaan daerah dalam sektor

pariwisata

Dalam Penelitian ini penulis tertarik ingin meneliti dan menganalisis suatu

judul penelitian dengan judul : “PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN

WISATA, JUMLAH OBJEK WISATA, DAN TINGKAT HUNIAN HOTEL

TERHADAP PENDAPATAN DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI

KABUPATEN LINGGA”

Page 5: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

5

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Pendapatan Daerah

Definisi Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 adalah Pendapatan Asli Daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan

yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Sumber Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 pasal 6 ayat (1) yaitu sebagai berikut:

a. Pajak daerah;

b. Retribusi daerah;

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

d. Lain-lain PAD yang sah.

Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 33

Tahun 2004 pasal 6 ayat (2) meliputi:

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

b. Jasa giro;

c. Pendapatan bunga;

d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

e. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Pendapatan pariwisata adalah bagian dari pendapatan asli daerah yang

berasal dari kegiatan kepariwisataan, seperti retribusi tempat rekreasi dan

olahraga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, dan lainnya dengan satuan

rupiah pertahun (Yoeti, 1996). Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan

diatas yang dimaksud dengan pendapatan sektor pariwisata adalah pendapatan

yang diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak

dan retribusi. Seperti retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan

restoran, pajak hiburan dan lainnya dengan satuan rupiah.

Page 6: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

6

Jumlah Kunjungan Wisata

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata

tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik

wisata yang besar. Ada beberapa ahli yang mencoba untuk mendefinisikan kata

wisatawan salah satunya adalah Sammeng. Dalam Nasrul (2010), wisatawan

menurut Sammeng yaitu:

“Orang yang melakukan perjalanan atau kunjungan sementara secara

sukarela ke suatu tempat di luar lingkungan tempat tinggalnya sehari-hari untuk

maksud tertentu dan tidak memperoleh penghasilan tetap di tempat yang

dikunjunginya”.

Ada beberapa manfaat jika banyak wisatawan mengunjungi suatu tujuan

wisata tertentu, salah satunya melalui penerimaan berbagai retribusi dan pajak

yang disetorkan kepada daerah setempat. Dalam bukunya Nawawi mengutip

pernyataan dari Ramdani yang pada intinya berisi mengenai pengaruh langsung

kunjungan wisatawan terhadap pendapatan dan perekonomian daerah. Semakin

lama wisatawan menginap dalam setiap kunjungan wisata maka secara langsung

pengaruh ekonomi dari keberadaan wisatawan tersebut juga semakin meningkat.

Salah satu pengaruh ekonomi dalam kegiatan pariwisata di suatu daerah

terletak pada purchasing power yang diperoleh masyarakat di daerah penerima

wisatawan melalui pengeluaran dari wisatawan yang cenderung membelanjakan

lebih banyak uang daripada yang dilakukan wisatawan tersebut di daerah asalnya.

Selanjutnya pengeluaran wisatawan tersebut menjadi sumber pendapatan bagi

pemerintah daerah (PAD), pengusaha yang bergerak dibidang pariwisata dan

masyarakat yang terlibat dalam kegiatan kepariwisataan (Nawawi,2003).

Menurut Apriori dalam Ida Austriana (2005), semakin lama wisatawan

tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang

dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan

makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai

macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan menimbulkan

gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan

adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik,

Page 7: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

7

maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Dapat

diketahui bahwa jumlah kunjungan wisata pada setiap tahunnya mengalami

peningkatan sehinnga nantinya akan memberikan dampak terhadap pendapatan

sektor pariwisata Kabupaten Lingga. Dapat diketahui pada tahun 2013 pendapatan

sektor pariwisata merosot jauh akan tetapi pada tahun 2013 jumlah kunjungan

wisata meningkat hal ini tentunya menjadi permasalahan yang akan diteliti

sehingga penulis akan melihat apakah jumlah kunjungan wisata berpengaruh

terhadap pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Lingga.

Objek Wisata

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata

tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik

wisata yang besar. Ada beberapa ahli yang mencoba untuk mendefinisikan kata

wisatawan salah satunya adalah Sammeng. Dalam Nasrul (2010), wisatawan

menurut Sammeng yaitu: “Orang yang melakukan perjalanan atau kunjungan

sementara secara sukarela ke suatu tempat di luar lingkungan tempat tinggalnya

sehari-hari untuk maksud tertentu dan tidak memperoleh penghasilan tetap di

tempat yang dikunjunginya”. Pacific Area Travel Association memberi batasan

bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan

dalam jangka waktu 24 jam.

Menurut Mursid (2003), obyek wisata merupakan potensi yang menjadi

pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam

kedudukannya yang sangat menentukan itu maka obyek wisata harus dirancang

dan dibangun atau dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan

untuk datang. Membangun suatu obyek wisata harus dirancang sedemikian rupa

berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut.

Obyek wisata umumnya berdasarkan pada :

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman

dan bersih.

b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

c. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka

Page 8: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

8

d. Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam

pegunungan, sungai, pantai, pasir, huta, dan sebagainya.

e. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai

khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur

yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa

lampau.

Prasarana Obyek Wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan

manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah

tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan

lain sebagainya, dan itu termasuk ke dalam prasarana umum. Untuk kesiapan

obyek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan di daerah tujuan wisata,

prasarana wisata tersebut perlu di bangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan

kondisi obyek wisata yang bersangkutan (Mursid, 2003). Pembangunan prasarana

wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan

aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan

daya tarik obyek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah

disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah

tujuan wisata, seperti bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat

perbelanjaan dan lainlain. Dalam pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih

dominan, karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan

tersebut, seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus

mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya yang tentu saja meningkatkan

kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya.

Sarana Obyek Wisata Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan

wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya (Mursid, 2003). Pembangunan sarana wisata di daerah

tujuan wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan

wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar

pun dapat menentukan tuntutan sarana yang di maksud. Berbagai sarana wisata

yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat

transportasi, restoran, dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak

Page 9: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

9

semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan

sarana wisata tersebut harus disesuikan dengan kebutuhan wisatawan. Sarana

wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang harus

disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang

diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh

pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di

daerah tujuan wisata telah di susun suatu standar wisata yang baku baik secara

nasional maupun internasional, sehingga penyediaan sarana wisata tinggal

memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakan. pada

kabupaten lingga dapat diketahui jumlah objek wisata pada akhir tahun 2013 yaitu

berjumlah 7 objek wisata.

Tingkat Hunian Hotel

Dalam Agin dan Christiono (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh

Tingkat Hunian pada Keputusan Investasi Proyek Hotel Santika Surabaya, tingkat

hunian kamar hotel (okupansi hotel) adalah banyaknya kamar yang dihuni dibagi

kamar yang tersedia dikalikan 100%. Tingkat okupansi menjadi salah satu unsur

pengitung pendapatan hotel. Tingkat hunian kamar adalah suatu keadaan sampai

sejauh mana jumlah kamar-kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh

jumlah kamar yang mampu untuk dijual. Pengertian rasio occupancy merupakan

tolak ukur keberhasilan hotel dalam menjual produk utamanya, salah satunya

yaitu kamar (Vicky,Hanggara, 2011).

Pada jurnal yang berjudul Menggali Sumber PAD DIY Melalui

Pengembangan Industri Pariwisata yang ditulis oleh Barudin (2001) dalam

jurnalnya, menyatakan bahwa ketika jumlah kamar hotel yang tersedia memadai,

maka jumlah wisatawan yang berkunjung meningkat dan semakin banyak pula

permintaan terhadap kamar hotel. Saat hotel tersebut terasa nyaman untuk

disinggahi, mereka akan semakin nyaman untuk tinggal lebih lama lagi.Sehingga

industri pariwisata dan kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel,

baik berbintang atau melati akan memperoleh pendapatan pariwisata yang

semakin tinggi jika wisatawan semakin lama menginap.Sehingga akan

meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak penghasilan.

Page 10: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

10

Menurut Wahab (2003) dalam Pleanggra (2012) peran hotel dalam industri

pariwisata adalah:

1. Seseorang yang sedang melakukan perjalanan atau sedang berwisata

tidak akan lepas dari kebutuhan dalam hidup yang paling pokok,

yaitu makan dan tidur. Hotel menyediakan jasa penginapan, makan,

dan minum serta jasa lainnya yang dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan hidup para wisatawan.

2. Hotel menggantikan fungsi rumah “di luar rumah” (away home

from home) bagi para wisatawan atau pelaku perjalanan, dengan

usaha memberikan: Rasa aman (secure), Rasa kenyamanan yang

menyenangkan (comfort), Kesendirian (privacy).

3. Hotel sebagaimana rumah adalah tempat awal atau basis seseorang

dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-

hari, seperti bekerja, bersantai, hidup bermasyarakat, berolaraga dan

kegiatan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan ini hotel

menyediakan fasilitas serta sarana yang diperlukan seperti televisi,

telepon, lobby, aula, computer, dan lain lain .

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan konsep teori di atas maka peneliti mencoba menguraikan

dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut:

H1

H2

H3

H4

Jumlah Kunjungan Wisata (X1)

Jumlah Objek Wisata (X2)

Tingkat Hunian Hotel (X3)

Pendapatan Sektor Pariwisata (Y)

Page 11: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

11

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Jumlah kunjungan wisata terhadap pendapatan daerah sektor

pariwisata

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata

tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik

wisata yang besar. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan daerah sektor

pariwisata perlu dikaji pengelolaanya untuk mengetahui berapa besar potensi yang

riil atau wajar, tingkat keefektifan dan efisiensi. pendapatan sektor pariwisata

dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan dimana dalam hal ini dapat dilihat

dari penelitian yang dilakukan oleh Nasrul (2010) dimana dalam penelitiannya

jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan daerah

sektor pariwisata. berdasarkan asumsi diatas dapat dbuat suatu hipotesis sebagai

berikut :

H1 : Jumlah Kunjungan Wisatawan berpengaruh positif terhadap

pendapatan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga

Pengaruh Jumlah objek wisata terhadap pendapatan daerah sektor

pariwisata

Jumlah objek wisata dalam suatu daerah merupakan sarana yang dapat

dikunjungi oleh wisatawan untuk berlibur. Datangnya wisatawan yang

berkunjung ke suatu daerah juga didasarkan oleh banyaknya objek wisata yang

akan dikunjungi. hal ini dapat diketahui juga akan memberikan dampak bagi

pendapatan sektor pariwisata di daerah dimana dengan adanya jumlah objek

wisata yang banyak dan menarik maka akan meningkatkan pendapatan sektor

pariwisata. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pleanggra

(2012) dimana dalam penelitiannya jumlah objek wisata berpengaruh signifikan

terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata. berdasarkan asumsi diatas dapat

dibuat suatu hipotesis sebagai berikut :

H2 : Jumlah Objek Wisata berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor

pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga

Page 12: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

12

Pengaruh Tingkat hunian hotel terhadap pendapatan daerah sektor

pariwisata

Banyaknya wisatawan yang diikuti dengan lamanya waktu tinggal di suatu

daerah tujuan wisata tertentunya akan membawa dampak positif terhadap tingkat

penerimaan pariwisata. Hal ini berarti pengelolaan perhotelan sebagai sarana

tempat tinggal wisatawan memberikan dampak terhadap pendapatan pariwisata.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator yang penting dalam

menganalisis pembangunan ekonomi yang dilaksanakan. Pertumbuhan harus

berjalan secara berdampingan dan terencana dalam upaya terciptanya pemerataan

kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Nasrul (2010) dimana dalam penelitiannya dapat diketahui bahwa

tingkat hunian hotel berpengaruh terhadap penerimaan sektor pariwisata.

Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut :

H3 : Tingkat Hunian Hotel berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor

pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga

Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, Tingkat hunian

hotel terhadap pendapatan daerah sektor pariwisata

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas

utama dalam rangka memperbaiki struktur ekonomi daerah serta dapat

meningkatkan kemandirian dan daya saing, dengan demikian pendapatan daerah

sektor pariwisata diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar

terhadap PAD. Pendapatan sektor pariwisata merupakan pendapatan yang

diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak dan

retribusi. Seperti retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan restoran,

pajak hiburan dan lainnya dengan satuan rupiah

Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan

meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan

merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang

mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah

wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional dan tingkat

Page 13: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

13

hunian hotel (Pendit,2003). Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik suatu hipotesis

sebagai berikut :

H4 : Jumlah Kunjungan Wisata, Jumlah Objek Wisata, Tingkat Hunian

Hotel berpengaruh positif terhadap pendapatan sektor pariwisata

Pemerintah Kabupaten Lingga

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian menurut Iqbal Hasan (2004:4) adalah sebagai berikut :

“Penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu masalah dengan perlakuan

tertentu (seperti memeriksa, mengusut, menelaah, dan mempelajari secara cermat

dan sungguh sungguh) sehingga diperoleh sesuatu (seperti mencapai kebenaran

memperoleh jawaban atas masalah, pengembangan ilmu pengetahuan, dan

sebagainya).”

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

Kuantitatif bersifat Asosiatif, yaitu berupaya menggambarkan hubungan diantara

variabel yang diteliti. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan

untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih.

Variabel Dependen

Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang keadaannya merupakan

hasil dari pengaruh variabel-variabel independen yang ada. Pendapatan Sektor

Pariwisata (Y) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data dari tahun

2011 sampai dengan 2013

Variabel Independen

1. Jumlah Kunjungan Wisata (X1) yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data kunjungan wisata dari tahun 2011 sampai dengan

2013

2. Jumlah Objek Wisata (X2) yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data objek wisata dari tahun 2011 sampai dengan 2013

3. Tingkat Hunian Hotel (X3) yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data tingkat hunian hotel dari tahun 2011 sampai dengan

2013

Page 14: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

14

Sampel Data Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah data jumlah kunjungan wisata, jumlah

objek wisata, dan tingkat hunian hotel serta pendapatan daerah sektor pariwisata

di Kabupaten Lingga periode Tahun 2011 sampai dengan 2013

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Statistik Deskriptif

Data penelitian yang digunakan adalah sebanyak 36 sampel data. Data dalam

penelitian dilakukan melalui tahapan pengujian data yaitu Outliers. Outliers

adalah data yang menyimpang terlalu jauh dari data yang lainnya dalam suatu

rangkaian data. Adanya data outliers ini akan membuat analisis terhadap

serangkaian data menjadi bias, atau tidak mencerminkan fenomena yang

sebenarnya. Deteksi terhadap outlier dapat dilakukan dengan menentukan nilai

batas yang dapat dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan

mengkonversikan nilai data ke dalam skor standaridized atau yang biasa disebut z-

score. Menurut Ghozali (2006:40) standar skor yang dapat digunakan dalam

penentuan outlier adalah nilai -2,5 < z-score < 2,5.

Dalam penelitian ini sampel yang dinyatakan sebagai data outlier sebanyak 3

data sehingga harus dihapus dari sampel penelitian, dari total 36 data penelitian

setelah dilakukan pengujian outlier data, maka jumlah data sampel penelitian yaitu

33 sampel.

Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data (N) yang

digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

minimum, nilai rata-rata (mean) serta standar deviasi (δ) dari masing-masing

variabel. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap temuan-temuan empiris

mengenai pengaruh jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata dan tingkat

hunian hotel sebagai variabel independen terhadap pendapatan sektor pariwisata

sebagai variabel dependen. Adapun hasil olahan statistic deskriptif data yang

menjadi variabel penelitian dengan menggunakan spss versi 22 disajikan dalam

tabel berikut.

Page 15: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

15

Statistik Deskriptif Data

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Kunjungan_Wisata 33 1044.00 12013.00 4473.8182 3471.08678

Objek_Wisata 33 5.00 7.00 6.0606 .86384

Hunian_Hotel 33 473.00 1204.00 927.3636 185.59412

Pendapatan_Sektor_Pariwis

ata 33

2475600.0

0 194800130.00

39989644.

4242

59642746.2

1869

Valid N (listwise) 33

Sumber : Output SPSS 22. 2016 (data diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan pada tersebut nampak bahwa 33 sampel yang

menjadi populasi dalam penelitian ini. Variabel kunjungan wisata mempunyai

nilai rata-rata (mean) sebesar 4473,81 dengan nilai minimum sebesar 1044.

Variabel objek wisata diperoleh rata-rata sebesar 6,06 dan nilai terendah sebesar

5,00 dan tertinggi sebesar 7,00 dan standar deviasi sebesar 0,863 masih lebih kecil

dibandingkan nilai rata-ratanya. Variabel Hunian Hotel mempunyai nilai rata-rata

(mean) sebesar 927,36 dengan nilai minimum sebesar 473,00 dan nilai maksimum

sebesar 1204,00 serta standar deviasi sebesar 185,59. Data Pendapatan Sektor

Pariwisata terendah (minimum) adalah 2.475.600 sementara nilai pendapatan

sektor pariwisata tertinggi (maksimum) 194.800.130. serta dapat diketahui dari

tabel diatas bahwa rata-rata pendapatan sektor pariwisata adalah 39.989.644.

Standar deviasi menunjukkan seberapa jauh kemungkinan nilai yang

diperoleh menyimpang dari nilai yang diharapkan. Semakin besar nilai standar

deviasi maka semakin besar kemungkinan nilai riil menyimpang dari yang

diharapkan.

Page 16: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

16

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji Statistik Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 33

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 43429651.4094

9222

Most Extreme Differences Absolute .131

Positive .131

Negative -.131

Test Statistic .131

Asymp. Sig. (2-tailed) .161c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber : Hasil Olahan SPSS Versi 22

Berdasarkan hasil analisis metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov

menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,161 lebih besar dari 0,05, ini berarti

variabel residual berdistribusi normal.

Hasil Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya

Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

(Constant)

Kunjungan_Wisata .911 1.098

Objek_Wisata .895 1.117

Hunian_Hotel .964 1.038

a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata

Sumber : Output SPSS 22, 2016 (data diolah)

Page 17: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

17

Berdasarkan Tabel 4.3 nilai Tolerance dan VIF terlihat bahwa tidak ada

nilai Tolerance di bawah 0.10 dan nilai VIF tidak ada di atas 10 hal ini berarti

ketiga variabel independen tersebut tidak terdapat hubungan multikolinieritas dan

dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan sektor pariwisata selama periode

pengamatan 2011-2013.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Hal yang harus

terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS Versi 22, 2016

Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, dapat diketahui bahwa data (titik-titik)

menyebar secara merata di atas dan di bawah garis nol, tidak berkumpul di satu

tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa

pada uji regresi ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Page 18: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

18

Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Kekuatan pengaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat dapat

diketahui dari besarnya nilai koefisien determinan (R2), yang berbeda antara nol

dan satu.

Hasil koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .685a .470 .415

45620740.8553

7 1.164

a. Predictors: (Constant), Hunian_Hotel, Kunjungan_Wisata, Objek_Wisata

b. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata

Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)

Tabel diatas menunjukkan koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R

square). Nilai R menerangkan tingkat hubungan antar variabel-variabel

independen (x) dengan variabel dependen (y). Dari hasil olehan data diperoleh

nilai koefisien korelasi sebesar 0,685 < 0,32 artinya pengaruh antara variabel x

(Hunian Hotel, Kunjungan Wisata dan Objek Wisata) terhadap variabel y

(Pendapatan Sektor Pariwisata) memiliki pengaruh yang signifikan.

R square menjelaskan seberapa besar variasi y yang disebabkan oleh x, dari

hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0,470 atau 47,0%. Adjusted R Square

merupakan nilai R2 yang disesuaikan sehingga gambarannya lebih mendekati

mutu penjajakan model, dari hasil perhitungan nilai adjusted R square sebesar

41,5%. Artinya 41,5 % pendapatan sektor pariwisata dipengaruhi oleh ketiga

variabel bebas Jumlah Kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel, serta jumlah

objek wisata. Sedangkan sisanya 58,5 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar

model. Maka dapat disimpulkan bahwa kunjungan wisatawan, tingkat hunian

hotel serta jumlah objek wisata berpengaruh terhadap pendapatan sektor

pariwisata.

Page 19: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

19

Hasil Uji Hipotesis

Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients berdasarkan

output SPSS versi 22 terhadap ketiga variabel independen yaitu jumlah kunjungan

wisata, jumlah objek wisata serta tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor

pariwisata ditunjukkan pada tabel berikut :

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 82538694.147 65597728.420 1.258 .218

Kunjungan_Wisata 10869.596 2434.460 .633 4.465 .000

Objek_Wisata -3173919.857 9868211.699 -.046 -.322 .750

Hunian_Hotel -77576.656 44263.711 -.241 -1.753 .090

a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata

Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau

lebih variabel independen terhadap satu variabel dependen. Persamaan regresi

dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients. Pada tabel coefficients yang dibaca

adalah nilai dalam kolom B, baris pertama menunjukkan konstanta (a) dan baris

selanjutnya menunjukkan konstanta variabel independen. Berdasarkan tabel di

atas maka model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut.

Y = 82538694.147 + 10869.596X1 - 3173919.857X2 - 77576.656X3

Berdasarkan model regresi dan tabel di atas maka hasil regresi berganda

dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Persamaan regresi linear berganda diatas, diketahui mempunyai konstanta

sebesar 82.538.694,147. Sehingga besaran konstanta menunjukkan bahwa

jika variabel-variabel independen (jumlah kunjungan wisata, jumlah ojek

wisata, tingkat hunian hotel) akan menyebabkan kenaikan pendapatan sektor

pariwisata sebesar 82.538.694,147

Page 20: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

20

2. Koefisien variabel kunjungan wisata 10.869,596 berarti setiap kenaikan

kunjungan wisata sebesar 1% akan menyebabkan kenaikan pendapatan sektor

pariwisata sebesar 10.869,596.

3. Berdasarkan tabel diatas, koefisien variabel objek wisata sebesar -

3.173.919,857 artinya bahwa setiap terjadi kenaikan objek wisata sebesar 1%

maka tidak akan memberikan dampak terhadap pendapatan sektor pariwisata

di Kabupaten Lingga

4. Koefisien variabel Hunian Hotel sebesar -77.576,656 menunjukkan bahwa

setiap terjadi kenaikan hunian hotel sebesar 1% maka tidak akan memberikan

dampak terhadap pendapatan sektor pariwisata di kabupaten lingga.

Hasil Uji Parsial (Uji t)

Uji t bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen

(jumlah kunjungan wisata, jumlah onjek wisata serta tingkat hunian hotel)

terhadap variabel dependen (pendapatan sektor pariwisata). Untuk menguji

pengaruh parsial tersebut dapat dilakukan dengan cara berdasarkan nilai

probabilitas. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis

yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan. Jika nilai signifikansi lebih

besar dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak

signifikan.

Hasil uji analisis regresi coefficients dengan menggunakan SPSS versi 22

terlihat pada di bawah ini :

Hasil Uji t (parsial)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 82538694.147 65597728.420 1.258 .218

Kunjungan_Wisata 10869.596 2434.460 .633 4.465 .000

Objek_Wisata -3173919.857 9868211.699 -.046 -.322 .750

Hunian_Hotel -77576.656 44263.711 -.241 -1.753 .090

a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata

Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)

Page 21: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

21

Dari tabel di atas, maka hasil regresi berganda dapat menganalisis pengaruh

dari masing-masing variabel jumlah kunjungan wisata, jumlah objek wisata serta

tingkat hunian hotel terhadap pendaptan sektor pariwisata Pemerintah Kabupaten

Lingga dapat dilihat dari arah tanda dan tingkat signifikan (probabilitas). Variabel

jumlah kunjungan wisata mempunyai arah yang positif, sedangkan variabel objek

wisata dan hunian hotel menunjukkan arah negatif.

1. Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisata (X1) terhadap Pendapatan Sektor

Pariwisata (Y)

Variabel Jumlah Kunjungan Wisata mempunyai thitung 4,465 dan dapat

diketahui nilai ttabel untuk sampel 36 dengan tingkat kesalahan 5% yaitu

sebesar 2,03, sehingga nilai thitung > ttabel, yaitu 4,465>2,03. Berdasarkan nilai

probabilitas sebagai dasar pengambilan keputusan dapat diketahui bahwa Sig.

< α, untuk α = 5%, maka Ha diterima. Dapat diketahui bahwa nilai signifikasi

untuk Kunjungan Wisata yaitu 0,000 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan nilai

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak, ini

menunjukkan bahwa secara parsial Kunjungan Wisata berpengaruh signifikan

terhadap Pendapatan Sektor Wisata. Hal ini mengindikasikan bahwa

perubahan yang terjadi pada Kunjungan Wisata akan berpengaruh signifikan

terhadap Pendapatan Sektor Wisata.

2. Pengaruh Jumlah Objek Wisata (X2) terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata

(Y)

Berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa nilai t untuk variabel ini

bernilai 0,322 sedangkan nilai t tabel 2,02, dimana hal ini menunjukkan

bahwa jumlah objek wisata berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan

sektor pariwisata.

3. Pengaruh Tingkat Hunian Hotel (X3) terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata

(Y)

Berdasarkan persamaan regresi terlihat bahwa nilai t untuk variabel ini

bernilai -1,753, sehingga dapat diartikan bahwa pengaruh yang diberikan oleh

variabel tingkat hunian hotel terhadap pendapatan sektor pariwisata adalah

negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat hunian hotel tidak

Page 22: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

22

mempengaruhi pendapatan sektor pariwisata yang diperoleh Pemerintah

Kabupaten Lingga.

Hasil Uji Simultan (Uji Statistik F)

Uji f digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen secara

bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen (Wahid

Sulaiman,2004:86). Langkah-langkah Uji f sebagai berikut :

1. Menentukan Hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen

2. Menentukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan

mengambil keputusan 5%

3. Pengambilan Keputusan

a. Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen

b. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh

yang signifikan dari variabel independent terhadap variabel dependen

Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5347592175862

0072.000 3

1782530725287

3360.000 8.565 .000b

Residual 6035630788960

0336.000 29

2081251996193

115.200

Total 1138322296482

20400.000 32

a. Dependent Variable: Pendapatan_Sektor_Pariwisata

b. Predictors: (Constant), Hunian_Hotel, Kunjungan_Wisata, Objek_Wisata

Sumber: Output SPSS 22, 2016 (data diolah)

Page 23: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

23

Pada tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa hasil uji F menunjukkan nilai F hitung

sebesar 8,565 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikasi tersebut lebih

kecil dari pada 0,05 dimana berdasarkan nilai probabilitas nilai Sig. < α, untuk α =

5%, maka Ha diterima sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa variabel

independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependent. Dapat

diketahui berdasarkan hasil pengujian tersebut diatas bahwa Ha diterima dan Ho

ditolak dimana variabel independen yaitu Kunjungan Wisata, Objek Wisata, dan

Hunian Hotel secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pendapatan Sektor

Pariwisata. Nilai f tabel pada taraf kepercayaan signifikansi 0,05 adalah 4,11

dengam demikian F hitung = 8,565 > F tabel = 4,11 dengan demikian maka model

regresi dapat dikatakan bahwa Jumlah Kunjungan Wisata (X1), Jumlah Objek

Wisata (X2), Hunian Hotel (X3) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian dapat disimpulkan hasil

penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel kunjungan wisata mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar 4473,81

dengan nilai minimum sebesar 1044. Variabel objek wisata diperoleh rata-rata

sebesar 6,06 dan nilai terendah sebesar 5,00 dan tertinggi sebesar 7,00 dan

standar deviasi sebesar 0,863 masih lebih kecil dibandingkan nilai rata-

ratanya. Variabel Hunian Hotel mempunyai nilai rata-rata (mean) sebesar

927,36 dengan nilai minimum sebesar 473,00 dan nilai maksimum sebesar

1204,00 serta standar deviasi sebesar 185,59. Data Pendapatan Sektor

Pariwisata terendah (minimum) adalah 2.475.600 sementara nilai pendapatan

sektor pariwisata tertinggi (maksimum) 194.800.130. serta dapat diketahui

dari tabel diatas bahwa rata-rata pendapatan sektor pariwisata adalah

39.989.644.

2. Berdasarkan tampilan grafik Normal P-Plot, dapat disimpulkan bahwa pola

grafik normal terlihat dari titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal

Page 24: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

24

dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan grafik normal

plot, menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini

karena memenuhi asumsi normalitas.

3. R square menjelaskan seberapa besar variasi y yang disebabkan oleh x, dari

hasil perhitungan diperoleh nilai R2 sebesar 0,470 atau 47,0%. Adjusted R

Square merupakan nilai R2 yang disesuaikan sehingga gambarannya lebih

mendekati mutu penjajakan model, dari hasil perhitungan nilai adjusted R

square sebesar 41,5%. Artinya 41,5 % pendapatan sektor pariwisata

dipengaruhi oleh ketiga variabel bebas Kunjungan wisatawan, tingkat hunian

hotel, serta jumlah objek wisata. Sedangkan sisanya 58,5 % dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain diluar model.

4. Secara parsial Kunjungan Wisata berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan

Sektor Wisata. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada

Kunjungan Wisata akan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Sektor

Wisata.

5. Objek wisata berpengaruh tidak signifikan terhadap pendapatan sektor

pariwisata.

6. Tingkat hunian hotel tidak mempengaruhi pendapatan sektor pariwisata yang

diperoleh Pemerintah Kabupaten Lingga

7. Kunjungan Wisata (X1), Objek Wisata (X2), Hunian Hotel (X3) secara

bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan sektor

pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga.

Saran

Berdasarkan pembahasan dari hasil penelitian dapat disimpulkan hasil

penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Disarankan kepada pemerintah kebupaten lingga khususnya pada sektor

pariwisata untuk dapat mengolah daerahnya menjadi lebih menarik perhatian

pengunjung baik itu dari luar daerah maupun dari luar negeri sehingga dapat

memberikan kontribusi yang baik bagi pendapatan sektor pariwisata

pemerintah Kabupaten Lingga

Page 25: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

25

2. Dalam pengelolaan kepariwisataan dapat disarankan kepada pemerintah

Kabupaten Lingga untuk dapat membuat objek wisata yang menggambarkan

objek wisata khas daerah sehingga hal ini dapat memicu kedatangan tamu dari

luar daerah maupun luar negeri untuk dapat memberikan dampak baik bagi

pertumbuhan pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Lingga.

3. Dalam pengelolaan sektor pariwista dapat disarankan kepada Pemerintah

Daerah untuk dapat bekerja sama dengan pihak ketiga dalam hal ini dapat

dikatakan investor untuk dapat mengembangkan daerah Lingga menjadi

daerah wisata yang menarik untuk dikunjungi.

4. Kepada Pemerintah Kabupaten Lingga khususnya Dinas Pariwisata disarankan

untuk lebih memperhatikan perkembangan pariwisata dengan membuka

Obyek Wisata baru atau lebih mengembangkan potensi wisata yang sudah ada

sehingga dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke

Kabupaten Lingga sehingga diharapkan penerimaan sektor pariwisata juga

akan meningkat.

5. Pemerintah Kabupaten Lingga diharapkan untuk dapat memberikan pelatihan

kepada pelaku wisata untuk dapat meningkatkan kualitas kepariwisataan

kabupaten lingga yang nantinya dapat berdampak baik bagi pendapatan sektor

pariwisata Pemerintah Kabupaten Lingga.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

PT Rineka Cipta

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan

BPFE Yogyakarta. Austriana, Ida. 2005, “Analisis Faktor yang

Mempengaruhi Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata”. Skripsi.

Fakultas Ekonomi,Universitas Diponegoro

Hasan, M. Iqbal. 2004. Pokok –Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif ).

Jakarta: Bumi Aksara

Mursid. (2003). Manajemen Pemasaran. Edisi 1. Penerbit Bumi Aksara Jakarta

Bekerja Sama Dengan Pusat Antar Universitar Studi Ekonomi UI, Jakarta.

Page 26: 1 PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATA, JUMLAH OBJEK

26

Nasrul, Qadarochman .2010, “Analisis Penerimaan Daerah Dari Sektor Pariwisata

Di Kota Semarang dan Faktor Yang Mempengaruhinya”. Skripsi. Fakultas

Ekonomi,Universitas Diponegoro

Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Yang

Kompetitif. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Pendit, Nyoman . 2003. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT Pradaya

Pleanggra,. 2008.Analisis Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan

dan Pendapatan perkapita Terhadap Pendapatan Retribusi Obyek

Pariwisata 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah . Jurnal Pariwisata. Volume

1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-8 Rudi,

Supriyanto.2010, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontribusi Sektor

Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Wonogiri

Tahun 2001-2008”. Skripsi. Fakultas Ekonomi,Universitas Sebelas Maret

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Wahab, Salah. 2003. Industri Pariwisata Dan Peluang Kesempatan Kerja,

PT.Pertja Jakarta Yoeti, Oka A.1996. Pengantar Ilmu

Pariwisata.PT.Angkasa. Bandung