mengenal...mengenal pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus serta implementasinya @ drs....

161
ISTAKA^M KALIJASA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta PANDUAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS, SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF 0 lujim a MENGENAL PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS SERTA IMPLEMENTASINYA 14SR1094647.02 Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. Hj. Yani Meimulyani, S.Pd., M.M.Pd.

Upload: others

Post on 01-May-2021

53 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

ISTAKA^MK A LIJA SA U IN S u n a n Ka lijaga

Y o gya ka rta

PANDUAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS, SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF

0l u j i m a

MENGENALPENDIDIKAN KHUSUS &PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

SERTA IMPLEMENTASINYA

1 4 S R 1 0 9 4 6 4 7 .0 2

Drs. Dedy Kustawan, M.Pd.

Hj. Yani Meimulyani, S.Pd., M.M.Pd.

Page 2: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

, PANDUAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS, v SEKOLAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF * M m J 1 * 1 «

f . - M"T0[dy i y 7 ̂o i - oy

MENGENAL’ENDIDIKAN KHUSUS &’ENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

SERTA IMPLEMENTASINYA

, M.Pd.

Hj. Yani Meimulyani, S.Pd., M.M.Pd.

Page 3: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus danPendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya@ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd.

PT. LUXIMA METRO MEDIA

Jl. Kalisari III No. 28A, Pasar Rebo, Jakarta Timur 13790

Telp. 021-29378394,91214048

Faks. 021-29378394

email: [email protected]

www.luxima.co.id

Sanksi Pelanggaran Pasal 72 :

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta:

(1) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara m asing-m asing paling singkat

1 (satu) bulan dan / atau denda paling sediki Rp 1,000.000m- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tu)uh) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,- (lima miliar rupiah).

(2) Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada um um suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dim aksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau dengan paling banyak Rp .500.000.000,- (Lima ratus juta Rupiah)

ISBN : 978-602-268-020-8

Hak Cipta Dilindungi oleh Undang-Undang

Penyunting : Team Redaksi Luxima

Cover : Muchlis Umar

Perwajahan : Sudiyanto

Tata Letak : Sudiyanto

Cetakan I : Mei 2013

Page 4: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke-Khadirat Allah Swt.,

karena atas rahmat dan karunia-Nya, buku “Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Serta Implementasinya” dapat diselesaikan.

Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, pendidikan berkembang begitu

pesat sehingga menuntut setiap orang menyesuaikan diri

dengan perkembangan zaman, termasuk didalamnya anak

yang membutuhkan pendidikan khusus dan anak yang

membutuhkan pendidikan layanan khusus. Pendidikan khusus

merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan

layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di

daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang

terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana

sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

Pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus

diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis

dan terbuka, sebagai suatu proses pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang

hayat. Diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

Page 5: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta

didik dalam proses pembelajaran. Diselenggarakan dengan

mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung dengan

mengaplikasikan pada kehidupan keseharian. Diselenggarakan

dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui

penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Pada buku ini menjelaskan pengertian pendidikan khusus

dan pendidikan layanan khusus serta upaya penyelenggaraannya

untuk menjadi acuan pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan

dan penyelenggaraan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.

Bandung, 06 April 2013

Penulis

Page 6: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................ iii

DAFTAR ISI............................................................. v

BAB I PENDAHULUAN.......................................... 1A. Latar Belakang....................................... 2

B. Tujuan Penulisan ................................... 4

C. Dasar Hukum ........................................ 4D. Ruang Lingkup Penulisan ......................... 8

BAB II KONSEP PENDIDIKAN KHUSUS DANPENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS................. 9A. Pendidikan Khusus ................................. 15

B. Pendidikan Layanan Khusus ..................... 23

BAB III MENGENAL ANAK BERKEBUTUHANKHUSUS............................................................. 27A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus 28

B. Anak Berkebutuhan Khusus Permanen........... 29

C. Anak Berkebutuhan Khusus Temporer........... 41

BAB IV PENYELENGGARAAN PENDIDIKANKHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS.................................................

A. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus ......

Page 7: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus d an Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

B. Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus. 99C. Permasalahan dalam Penyelenggaraan

Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan

Khusus ................................................. 106D. Sekilas tentang Peserta Didik yang Menjadi

Korban Penyalahgunaan Narkotika, Obat

Terlarang dan Zat Adiktif Lainnya .............. 111

BAB V PENUTUP...................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA ................................................... 129

LAMPIRAN 132

Page 8: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

PENDAHULUAN

Page 9: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

PENDAHULUAN

Q Latar Belakang

Manusia terlahir diibaratkan kertas yang belum

tertuliskan. Merujuk pada pandangan epistemologi bahwa seorang manusia lahir tanpa isi mental bawaan, dengan kata

lain “kosong”, dan seluruh sumber pengetahuan diperoleh

sedikit demi sedikit melalui pengalaman dan persepsi alat

indranya terhadap dunia di luar dirinya. (Teori Tabularasa.

John Locke dan Francis Bacon di abad 17). Namun yang

menjadi permasalahan beragamnya kemampuan dan

karakteristik manusia, ada yang beruntung dengan terlahir

tanpa kekurangan baik fisik maupun mental, ada juga

yang terlahir memiliki hambatan baik secara fisik maupun

mental. Kondisi seperti ini akan memberi pengalaman

dan warna yang berbeda dalam menuju kedewasaannya

dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya dalam

kehidupan. Dengan kondisi yang demikian, pemerintah

mengupayakan untuk memberi kesempatan agar semua warga negara yang mempunyai tingkat perkembangan

baik fisik maupun mental atau perkembangan jasmani dan

rohani yang berbeda dan beragam mempunyai hak dan

kewajiban untuk mendapatkan pengajaran yang sama dan

bermutu untuk mencapai kedewasaannya.

Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidian Nasional,

Page 10: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Pendahuluan

bahwa pendidikan di Indonesia diselenggarakan secara

demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Keberagaman

jenis kebutuhan pendidikan bagi peserta didik telah diatur

dalam Landasan yuridis pelaksanaan pendidikan, khususnya

bagi anak yang membutuhkan Pendidikan Khusus (PK) dan

Pendidikan Layanan Khusus (PLK).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 seiring sejalan

dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak. Pada Pasal 48 menyebutkan bahwa

:“Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar

minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua anak”. Dan Pasal

49 menyebutkan bahwa : “Negara, pemerintah, keluarga,

dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan”, dan

Pasal 53Ayat (1) “Pemerintah bertanggung jawab untuk

memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-

cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang

mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal

di daerah terpencil”.

Dengan demikian, sudah seharusnya sebagai bangsa

yang bermartabat untuk bersama-sama memberi peluang dengan langkah awal mengenal jenis layanan pendidikan

bagi warga negara yang memiiki beragam hambatan melalui

Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus yang

pada kesempatan ini akan dijelaskan dalam buku bagaimana Mengenal Pendidikan Khusus, Pendidikan Layanan Khusus

dan Implementasinya.

Page 11: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Q Tujuan Penulisan

Penyusunan buku “Pendidikan Khusus, Pendidikan

Layanan Khusus dan Implementasinya” ini bertujuan

untuk menambah wawasan dan memberikan kemudahan

bagi praktisi di bidang pendidikan, khususnya PK dan PLK

maupun masyarakat pemerhati yang peduli terhadap PK

dan PLK dalam memberikan layanan pendidikan sehingga dapat menempatkan dimana anak berkebutuhan khusus

(ABK) dapat mendapat layanan pendidikan sesuai dengan

jenis kebutuhan yang memungkinkan dapat kemudahan (aksesibel) untuk memperoleh pendidikan khusus ataupun

pendidikan layanan khusus. Selain itu buku ini dapat

dijadikan acuan untuk mengembangkan bakat dan minat PK dan PLKyang lebih disesuaikan dengan kebutuhan, lebih

inovatif dan lebih efektif untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran.

@ Dasar Hukum

Dasar hukum pendidikan khusus, pendidikan layanan khusus dan implementasinya adalah:

1. Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen)

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109)

3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003

Nomor 78 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

Page 12: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Pendahuluan

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomoe 4437); jo.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor

3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005

Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4493);

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 157)

6. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang

Pengesahan Convention on The Rights of Persons With

Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penandang

Disabilitas) (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 107

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5251,)

7. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Tahun

2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4496);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (lembaran Negara Tahun

2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4578);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001

Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

Page 13: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

10. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 194;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran

Negara Tahun 2010 Nomor 23. Tambahan Lembaran Negara Nomor 5105;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17

Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 112,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 5157);<1

13. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

14? Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

15. Permendiknas Nomor 12 tahun 2007 tentang Standar

Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah;

16. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar

Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah;

17. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru;

18. Permendinas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar

Pengelolaan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;

19"! Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan;

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Page 14: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Pendahuluan

20. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 1 Tahun2008 Standar Proses Pendidikan Khusus Tunanetra,

Tunarungu, Tunagrahita, Tunadaksa dan Tunalaras

21. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar

Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah;

22. Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar

Tenaga Perpustakaan Sekolah;

23. Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah;

24. Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor;

25. Permendiknas Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan

Khusus

26. Permendiknas Nomor 33 Tahun 208 tentang Standar

Sarana dan Prasarana untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB;

27. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun

2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang

Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/

atau Bakat Istimewa;

28. Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar

Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB;

29. Permenegpan dan RB No 16 Tahun 2009 tentang Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya

30. Permendiknas No 35 tahun 2010 tentang Juknis Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Page 15: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

31. Peraturan Menteri Prendidikan Nasional Republik

Indonesia No 27 tahun 2010 tentang Program Induksi Guru Pemula

32. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi no 21 tahun 2010 tentang Jabatan

Fungsional Pengaws Sekolah dan Angka Kreditnya.

33. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan

Kepala Badan Kegawaian Negara Nomor 01/lll/PB/2011, Nomor 6 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka kreditnya.

O Ruang Lingkup Penulisan

Lingkup penulisan buku ini disusun secara khusus

pada pembahasan tentang “Pendidikan Khusus, Pendidikan

Layanan Khusus dan Implementasinya”. Pembahasan

akan mencakup pengertian anak berkebutuhan khusus,

anak berkebutuhan khusus permanen, anak berkebutuhan

khusus temporer, pengertian pendidikan khusus, pengertian

pendidikan layanan khusus, bentuk penyelenggaraan

pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus,

permasalahan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus serta sekilas tentang peserta didik yang menjadi

korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang dan zat adiktif lainnya, dan Badan Narkotika Nasional (BNN).

Page 16: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

KONSEP PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

Page 17: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

KONSEP PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan nasional

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk

mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan

suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Pendidikan nasional tersebut harus mampu menjamin

pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan

relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan

kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib

belajar 9 (sembilan) tahun. Peningkatan mutu pendidikan

diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia

seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga

agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan

global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan

Page 18: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Konsep Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan

melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan

pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana,

terarah, dan berkesinambungan. (PP 19/2005).

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam

sejumlah peraturan pemerintah antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun

2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010

tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 memberikan

arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan

standar nasional pendidikan, yaitu: (1) Standar isi, (2)

standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4)

standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar

sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar

pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan. Standar

nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berfungsi sebagai dasar dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan

dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang

bermutu dan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

Page 19: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

A ------------------------------------------- --------------a M gJw Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

bermartabat.Standar nasional pendidikan memuat kriteria

minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan

setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk mengembangkan

pendidikan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan

kekhasan programnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Peraturan

Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, memberikan

arahan mengenai pengelolaan yaitu pengaturan kewenangan

dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional oleh

pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/

kota, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat,

dan satuan pendidikan agar proses pendidikan dapat

berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, dan

penyelenggaraan pendidikan yaitu kegiatan pelaksanaan

komponen sistem pendidikan pada satuan atau program

pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan agar

proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan.

Sehubungan hal tersebut untuk menyamakan persepsi

mengenai jalur, jenjang, jenis dan satuan pendidikan

serta tingkatan kelas terlebih dahulu diuraikan beberapa

pengertian tersebut yang erat kaitannya dengan pembahasan pada bab ini.

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta

didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses

Page 20: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Konsep Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur

pendidikan tersebut yaitu : (1) jalur pendidikan formal,(2) jalur pendidikaan non formal dan (3) jalur pendidikan

in formal.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta

didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan yaitu : (1) jenjang pendidikan dasar, (2) jenjang pendidikan menengah dan

(3) jenjang pendidikan tinggi.

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan terdiri dari : (1) jenis pendidikan umum, (2)

jenis pendidikan kejuruan, (3) jenis pendidikan profesi, (4)

jenis pendidikan vokasi, (5) jenis pendidikan keagaamaan,

dan (6) jenis pendidikan khusus.

Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,

nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis

pendidikan. Satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal yaitu Taman Kanak-Kanak (TK), Roudhotul Aftal (RA),

Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar (SD),

Madrasah Ibtidaiyah (Mi), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB),

Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)/

Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMKLB).

Page 21: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Satuan pendidikan TK, RA, dan TKLB termasuk

pendidikan anak usia dini. Satuan pendidikan SD, Ml,

SDLB, SMP, MTs, dan SMPLB termasuk jenjang pendidikan

dasar. SMA, SMK, MA, dan SMALB/SMKLB termasuk jenjang

pendidikan menengah.

Satuan pendidikanTKLB, SDLB, SMPLB, dan SAAALB/

SMKLB adalah satuan pendidikan pada jalur formal yang

terdiri dari pendidikan anak usia dini, jenjang pendidikan

dasar, dan jenjang pendidikan menengah, dan semuanya

termasuk jenis pendidikan khusus.

Tingkatan kelas adalah untuk menyebut tahapan atau

tingkatan kelas yang diduduki oleh peserta didik pada

setiap jalur, jenjang, jenis dan satuan pendidikan. Pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur pendidikan

formal, tingkatan kelas terdiri dari kelas I, II, III, IV, V, VI,

VII, VIII, IX, X, XI dan XII.

Perlu juga diketahui mengenai pendidikan anak usia

dini yang disingkat PAUD. Pendidikan anak usia dini adalah

suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut. Penyelenggaraan pendidikan usia dini melalui jalur

formal, non formal dan in formal. Satuan pendidikan

TK, RA, dan TKLB adalah pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal.

Page 22: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Konsep Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Q Pendidikan Khusus

Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam

kehidupan manusia, pendidikan berkembang begitu

pesat sehingga menuntut setiap orang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, termasuk didalamnya anak

v yang membutuhkan pendidikan khusus dan anak yang

membutuhkan pendidikan layanan khusus. Namun demikian,

sebagian orang tidaklah mudah untuk membedakaan apa yang dimaksud dengan pendidikan khusus dan pendidikan

layanan khusus.

Berbicara pendidikan khusus dan pendidikan layanan

khusus seyogyanya berbicara semua anak. Mereka adalah

bagian dari anak yang dilindungi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah, mereka memiliki hak yang sama

sebagai warga negara Republik Indonesia. Subyek didik

pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus sama-

sama memiliki hambatan belajar. Namun hambatannya

disebabkan oleh hal yang berbeda. Dalam seting pendidikan

inklusif anak berkebutuhan khusus yang memerlukan

pendidikan khusus dan anak berkebutuhan khusus yang

memerlukan pendidikan layanan khusus dan anak pada

umumnya menjadi satu kesatuan dan harus dilayani secara

inklusif. Penyelenggaraan pendidikan inklusif tersebut akan

berpengaruh terhadap sikap dan penerimaan sekolah,

yaitu sekolah harus ramah, terbuka (welcome ) dan tidak

diskriminatif.

Anak berkebutuhan khusus permanen berdasarkan

regulasi dalam bidang pendidikan disebut anak yang memiliki

Page 23: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

kelainan (anak berkelainan) dan anak yang memiliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa, mereka memerlukan

pendidikan khusus. Anak berkebutuhan khusus temporer

adalah anak pada umumnya, namun karena situasi dan

kondisi lingkungan, budaya, sosial, ekonomi, polotik dan

sebagainya mengakibatkan mereka memerlukan pendidikan layanan khusus yaitu layanan pendidikan yang memberi

akses bagi mereka.

Anak-anak berkebutuhan khusus temporer seperti

anak dari daerah terpencil atau terbelakang, anak dari

masyarakat adat yang terpencil, anak yang mengalami bencana alam, mengalami bencana sosial, dan anak yang

tidak mampu dari segi ekonomi seperti anak jalanan,

pekerja anak, dsb.) mereka membutuhkan akses atau

kemudahan dalam memperoleh pendidikan. Pendidikan

layanan khusus pada jalur pendidikan formal diselenggarakan

dengan cara menyesuaiakan waktu, tempat, sarana dan

parasarana pembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan,

dan/atau sumber daya pembelajaran lainnya dengan

kondisi kesulitan peserta didik. Mereka seharusnya

bersekolah di sekolah umum atau sekolah kejuruan dengan

menyelenggarakan layanan khusus yang disesuaikan oleh situasi dan kondisi mereka. Memang tidak mudah, butuh

waktu untuk meingimplementasikannya, namun regulasi

telah mendukung ke arah itu maka sewajarnya semua pihak

harus berupaya untuk memahami, pro aktif dan punya hati

untuk merealisasikan undang-undang dan peraturan yang

memberi akses bahwa semua anak harus memperoleh

pendidikan yang bermutu.

Page 24: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Konsep Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

1. Pengertian Pendidikan Khusus

Istilah “pendidikan khusus” secara tradisional dikaitkan dengan anak-anak yang berkelainan khusus atau memiliki

kesulitan. Namun demikian ruang lingkup pendidikan

berkebutuhan khusus telah meluas hingga melibatkan anak-

anak yang berbakat atau bertalenta atau bahkan anak-anak dari budaya yang berbeda dan berbicara dengan bahasa

yang berbeda. Pendidikan khusus adalah jenis pendidikan.

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada

kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Pemerintah mendefinisikan pendidikan khusus seperti

tertuang pada Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai

berikut : “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi

peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,

emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa. ’’Pengertian pendidikan

khusus yang sama dari Pemerintah sesuai dengan Pasal

127 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tengang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, sebagai

berikut : “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi

peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,

emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa.”

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 merupakan

penjabaran dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003. ' Dilihat dari kedua pengertian yang sama berkenaan

Page 25: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

dengan pengertian pendidikan khusus sebagai ciri bahwa pemerintah telah konsisten dalam konsep atau sebutan/

peristilahan yang dapat dijadikan acuan oleh semua pihak

yang menangani pendidikan seperti pemerintah daerah,

dinas pendidikan, perguruan tinggi, sekolah atau setiap satuan pendidikan dan masyarakat.

Wikiedia, enslikopedia . “Pendidikan khusus

merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta

didik yang berkebutuhan khusus atau peserta didik yang

memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara

inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa

satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar

dan menengah (dalam bentuk sekolah luar biasa/SLB).”

Smith et al., 1975 dalamDidi Tarsidi, 2011, menjelaskan

bahwa “ Istilah “pendidikan khusus” atau “pendidikan luar biasa” adalah terjemahan dari “special education”.

Hingga awal tahun 1970-an Special education didefinisikan

sebagai profesi yang dimaksudkan untuk mengelola

variabel-variabel pendidikan guna mencegah, mengurangi,

atau menghilangkan kondisi-kondisi yang mengakibatkan

gangguan-gangguan yang signifikan terhadap keberfungsian

anak dalam bidang akademik, komunikasi, lokomotor, atau

penyesuaian, dan anak yang menjadi targetnya disebut

“exceptional children” (“anak berkelainan” atau “anak luar biasa”)

Zaenal Alimin, (2004),mengemukakan bahwa

“Pendidikan yang disesuaikan bagi semua anak yang

mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan

akibat dari kebutuhan khusus tertentu baik yang bersifat

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Page 26: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Konsep Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

temporer maupun yang bersifat permanen. Sementara itu istilah kebutuhan khusus akan pendidikan (special

educational needs) adalah kebutuhan hambatan belajar

dan hambatan perkembangan yang dialami oleh seorang

anak secara individual”

Sunan & Rizzo (1979), “Anak berkebutuhan khusus

merupakan anak yang memiliki perbedaan dalam beberapa dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka adalah

yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat

dalam mencapai tujuan / kebutuhan dan potensinya secara

maksimal sehingga memerlukan penanganan yang terlatih

dari tenaga kerja professional.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta

didik yang memiliki hambatan belajar dan hambatan

perkembangan atau memiliki kesulitan dalam mengikuti

proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,

mental, sosial, dan/atau yang memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa.

PESERTA DIDIK YANG

M EM ILIKI KELAINAN

PENDIDIKAN KHU SUS -----.—— . - .. A

---

PESERTA DIDIK YANG j MEMILIKI POTEN SI

KECERDASAN DAN/ATAU

BAKAT ISTIM EW A

(Bagan 1: Sasaran (pendidikan Khusus

Page 27: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

2. Fungsi Pendidikan Khusus

Fungsi pendidikan khusus dilihat dari jenis kebutuhan

peserta didik, yaitu fungsi pendidikan khusus bagi peserta

didik berkelainan dan fungsi pendidikan khusus bagi

peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan /dan atau

bakat istimewa seperti diuraikan pada PP Nomor 17 Tahun

2010, sebagai berikut:

a. Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan

berfungsi memberikan pelayanan pendidikan

bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam

mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial.

b. Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki

potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa

berfungsi mengembangkan potensi keunggulan

peserta didik menjadi prestasi nyata sesuai dengan

karakteristik keistimewaannya.

Untuk menambah wawasan mengenai fungsi pendidikan

khusus, Zenal Alimin menuliskan bahwa pendidikan

kebutuhan khusus sebagai disiplin ilmu mempunyai tiga

fungsi yaitu: a. Fungsi preventif, b. Fungsi kompensasai,

dan c. Fungsi intervensi.

a. Fungsi Preventif

Fungsi preventif adalah upaya pencegahan agar tidak

muncul hambatan belajar dan hambatan perkembangan

akibat dari kebutuhan khusus tertentu. Hambatan belajar

pada anak dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu:

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Page 28: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Konsep Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

(a) akibat faktor lingkungan.

(b) akibat faktor dari dalam diri anak itu sendiri.

(c) interaksi antara faktor lingkungan dan faktor dari

dalam diri anak.

b. Fungsi Intervensi

Fungsi intervensi pendidikan kebutuhan khusus adalah

upaya menangani anak agar dapat mencapai perkembangan optimum sejalan dengan potensi yang dimilikinya.

c. Fungsi Kompensasi

Pengertian kompensasi dalam kontek pendididikan

kebutuhan khusus diartikan sebagai upaya pendidikan untuk

menggantikan fungsi yang hilang atau mengalami hambatan

dengan fungsi yang lain.

Berdasarkan tulisan Zenal Alimin bahwa “pendidikan khusus” berubah sebutan menjadi “pendidikan kebutuhan

khusus” yang sebenarnya telah menjelaskan secara

menyeluruh mengenai fungsi pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus permanen dan anak berkebutuhan

khusus temporer yang secara regulasi atau peraturan

perundang-undangan dibedakan pembahasannya atau

sebutannya menjadi “pendidikan khusus” dan “pendidikan

layanan khusus”.

Pendidikan inklusif membawa perubahan mendasar yaitu adanya pergeseran pemikiran dari pendidikan khusus

(special education) bergeser ke pendidikan kebutuhan

khusus (special needs education) gagasan perubahan yang ■> dibawanya jauh lebih luas dari hanya pendidikan luar biasa/

Page 29: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

pendidikan khusus tetapi berusaha menjangkau semua anak tanpa kecuali.

3. Tujuan pendidikan khusus

Tujuan pendidikan merupakan faktor utama yang

harus diperhatikan, disadari dan dijadikan sasaran oleh

setiap pendidik yang melaksanakan kegiatan pendidikan. Oleh karena itu setiap kegiatan atau tindakan pendidikan

yang dilakukakn pendidik harus sengaja diarahkan untuk

mencapai tujuan pendidikan, dan tujuan-tujuan pendidikan

yang dicapai tersebut jangkauan jauhnya dimaksudkan

untuk mencapai tujuan akhir pendidikan, begitu pula dengan tujuan pendidikan khusus.

Tujuan Pendidikan Khusus terbagi dua kategori tujuan,

yaitu tujuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan

dan tujuan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi

kecerdasan /dan atau bakat istimewa seperti dipaparkan di bawah ini.

Tujuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan

Pendidikan Khusus bagi peserta didik berkelainan

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

secara optimal sesuai kemampuannya, mengembangkan

kehidupan sebagai pribadi, mengembangkan kehidupan

sebagai anggota masyarakat, serta mempersiapkan peserta

didik untuk dapat memiliki keterampilan sebagai bekal memasuki dunia kerja.

Tujuan pendidikan khusus bagi peserta didik yang

memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.

Page 30: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Konsep Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki

potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa bertujuan

mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpa

mengabaikan keseimbangan perkembangan kecerdasan

spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik,

dan kecerdasan lain.

Q Pendidikan Layanan Khusus

Pendidikan layanan khusus saat ini menjadi perluasan

garapan dari : Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus

dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar dan Direktorat

Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan

Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktorat

Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus

Pendidikan Menengah dan Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah Direktorat

Jenderal Pendidikan Menengah.

Perluasan garapan ini membawa misi yang lebih

luas sebab direktorat yang mempunyai tugas dan fungsi

atau memiliki garapan pendidikan khusus dan pendidikan

layanan tersebut di atas dalam melaksanakan tugasnya

harus mengkoordinasikan dengan berbagai pihak terkait

dan instansi terkait dan berbagai satuan pendidikan (satuan

pendidikan umum, kejuruan, khusus, dsb.), pemerintah

provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat penyelenggara pendidikan khusus dan pendidikan layanan

khusus dan masyarakat pada umumnya.

Page 31: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

1. Pengertian Pendidikan Layanan Khusus

Telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 32

ayat (2) bahwa “Pendidikan layanan khusus merupakan

pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau

terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau

mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.”

Jika dirinci garapan pendidikan layanan khusus tersebut

di atas seperti anak-anak yang memerlukan pendidikan

yang aksesnya tidak terjangkau seperti anak-anak di daerah

terbelakang/terpencil/pedalaman/perbatasan/pesisir/

pulau-pulau, anak suku minoritas terpencil, pekerja anak,

lapas anak, anak jalanan, anak pemulung, anak pengungsi

(gempa konflik) atau bekas bencana alam (tsunami, tanah

longsor, banjir bandang, gunung meletus, kekeringan,

gempa), anak dari keluarga tidak mampu (miskin), anak

dari daerah yang sedang dilanda bencana sosial atau daerah

konflik misalnya konflik antar suku, dan sebagainya.

Pengertian yang sama mengenai pendidikan layanan

khusus yaitu pada Peraturan Pemerintah Nomor 17

Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan Bab VII Penyelenggaraan Pendidikan Khusus

dan Pendidikan Layanan Khusus pasal Pasal 139 dikatakan

bahwa: ’’Pendidikan Layanan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,

masyarakat adat yang terpencil, yang mengalami bencana

alam, yang mengalami bencana sosial, dan/atau yang tidak mampu dari segi ekonomi.”

Page 32: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Konsep Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

PENDIDIKAN

LAYANAN KHUSUS

PESERTA DIDIK DI DAERAH

TER PEN C IL ATAU TERBELAKANG

PESERTA DIDIK PADA MASYARAKAT

ADAT YANG TERPENCIL

PESERTA DIDIK YANG MENGALAMI

BENCANA ALAM

PESERTA DIDIK YANG MENGALAMI

BENCANA SO SIA L

PESERTA DIDIK YANG TIDAK M A M P l

DARI SE G I EKONOMI

(Bagan 2: Sasaran 'Pendidikan Layanan ‘Kfiusus

2. Fungsi Pendidikan Layanan Khusus

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan Bab VII. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus dan

Pendidikan Layanan Khusus Pasal 139 ayat (1) Pendidikan

layanan khusus berfungsi memberikan pelayanan pendidikan

bagi peserta didik di daerah:

a. terpencil atau terbelakang;

b. masyarakat adat yang terpencil;

c. yang mengalami bencana alam;

d. yang mengalami bencana sosial; dan/atau

e- yang tidak mampu dari segi ekonomi.

] MIUK PERPUSTAKAAN j

1 UIN SUNAN KAUJAGA I

Page 33: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

3. Tujuan Pendidikan Layanan Khusus

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Bab VII. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Pasal 139 ayat (2) menyebutkan bahwa “Pendidikan layanan khusus bertujuan menyediakan akses pendidikan bagi peserta didik agar haknya untuk memperoleh pendidikan terpenuhi.

Dapat dikemukakan lebih luas bahwa pendidikan layanan khusus bertujuan untuk:

Meningkatkan keterampilan dan kecerdasan peserta didik dari kelompok masyarakat miskin, bencana alam dan sosial, sehingga menjadi manusia yang mandiri dalam berkarya, cerdas mensikapi kehidupan, meningkat taraf hidupnya, integratif dengan lingkungan dan kompetitif guna mengem­bangkan potensi pribadi serta merajut keunggulan daerah.

Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar bagi semua masyarakat secara adil, tidak diskriminatif, dan demokratis tanpa membedakan tempat tinggal, status sosial-ekonomi, jenis kelamin, agama, kelompok etnis, dan kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual;

Mengoptimalkan sarana dan prasarana di sekitar guna mengembangkan potensi ketrampilan untuk pemberdayaan masyarakat marginal

Mengembangkan peserta didik agar menjadi tenaga terampil atau membuka usaha mandiri, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidupnya.

Membangun sinergi antar lembaga terkait dan kemitraan dalam rangka mengembangkan pendidikan layanan khusus dan atau perintisan usaha.

Page 34: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

MENGENAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Page 35: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

MENGENAL ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSQ Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Diamanatkan UUD 1945 pasal 31. Dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pendidikan adalah hak seluruh warga negara

tanpa membedakan asal-usul, status sosial ekonomi,

maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak

yang mempunyai kelainan sebagaimana hak anak untuk

memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya

diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan

atau anak yang berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak

dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak

pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidak

mampuan mental, emosi atau fisik.

Zaenal Alimin, [email protected]: “Anak berkebutuhan

khusus dapat diartikan sebagai seorang anak yang memerlukan

pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan

kebutuhan masing-masing anak secara individual.”

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara

pendidikan memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda

dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan

khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan

belajar dan hambatan perkembangan (barier to learning

and development). Oleh sebab itu mereka memerlukan

Page 36: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar

dan hambatan perkembangan yang dialami oleh masing-

masing anak.

Dengan beberapa pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus adalah

anak yang memiliki perbedaan dengan anak-anak secara

umum atau rata-rata anak seusianya. Anak dikatakan

berkebutuhan khusus jika ada sesuatu yang kurang atau

bahkan lebih dalam dirinya.

@ Anak Berkebutuhan Khusus Permanen

Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen

adalah anak yang akibat dari perkembangan yang secara

memerlukan perhatian dan pelayanan khusus, seperti

anak yang mengalami hambatan penglihatan, hambatan

pendengaran,hambatan kecerdasan atau mental, hambatan

fisik, emosional, sosial dan atau dikarenakan kecelakaan

sejak di dalam kandungan maupun setelah lahir sehingga

mengalami kecacatan. Oleh karena itu layanan pendidikan

anak berkebutuhan khusus tidak selalu harus di satuan

pendidikan khusus atau sekolah khusus/Sekolah Luar Biasa

(SLB), tetapi bisa dilayani di sekolah umum dan kejuruan

secara inklusif di sekolah terdekat dimana anak itu berada.

Cara berpikir seperti ini dilandasi oleh konsep special needs education, yang antara lain melatarbelakangi munculnya

gagasan pendidikan inklusif (UNESCO, 1994).^

Anak berkebutuhan khusus permanen terdiri dari anak

berkebutuhan khusus yang memiliki kelainan dan anak

Page 37: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

berkebutuhan khusus yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.

1. Anak Berkebutuhan Khusus yang Memiliki Kelainan

Anak-anak berkebutuhan khusus meliputi kelompok di bawah ini:

a. Tunanetra

Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan

untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau

hambatan dalam indra penglihatannya. Berdasarkan tingkat

gangguannya Tunanetra dibagi dua yaitu buta total (total

blind) dan yang masih mempunyai sisa penglihatan (Low

Visioan). Alat bantu untuk mobilitasnya bagi tunanetra

dengan menggunakan tongkat khusus, yaitu berwarna

putih dengan ada garis merah horizontal. Akibat hilang/

berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka tunanetra

berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya

seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain

sebagainya sehingga tidak sedikit penyandang tunanetra

yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan.

Untuk mengetahui ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang dikenal sebagai tes Snellen Card.

b. Tunarungu

Anak tunarungu adalah suatu istilah umum yang

menunjukkan kesulitan mendengar dari yang ringan sampai yang berat, digolongkan ke dalam yang tuli dan kurang

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Page 38: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

dengar. Orang tuli adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat proses memperoleh informasi bahasa melalui pendengarannya,

dengan atau tanpa alat bantu. Orang kurang dengar adalah seseorang yang ada pada umumnya dengan menggunakan alat bantu mendengar cukup memungkinkan keberhasilan

memproses informasi bahasa melalui pendengarannya.

Menurut Dwidjosumarto (Soemantri, 2006:93)

mengemukakan bahwa : “Ketunarunguan adalah seseorang

yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan

tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori

yaitu tuli dan kurang dengar. Tuli adalah mereka yang indra

pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun tanpa

menggunakan alat bantu dengar”.

Berdasarkan pengertian ketunarunguan di atas dapat

disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang

mengalami kesulitan kemampuan mendengar dari yang

ringan sampai yang berat, yang digolongkan menjadi

tuli dan kurang dengar, sehingga menghambat proses

penerimaan infor masi bahasa melaluipendengarannya baik

menggunakan alat bantu dengar ataupun tidak, olehkarena

itu diperlukan bimbingan dan pendidikan khusus sesuai

dengan kebutuhannya untuk mengoptimalkan bahasa dan

potensi yang dimilikinya.

c. Tunawicara

Tunawicara merupakan individu yang mengalami kesulitan berbicara. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang

Page 39: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

atau tidak berfungsinya alat-alat bicara, seperti rongga mulut, lidah, langit-langit dan pita suara. Selain itu, kurang

atau tidak berfungsinya organ pendengaran, keterlambatan

perkembangan bahasa, kerusakan pada system saraf dan struktur otot, serta ketidakmampuan dalam kontrol gerak

juga dapat mengakibatkan keterbatasan dalam berbicara.

Di antara individu yang mengalami kesulitan berbicara ada

yang sama sekali tidak dapat berbicara, dapat mengeluarkan bunyi tetapi tidak mengucapkan kata-kata dan ada yang dapat berbicara tetapi tidak jelas.

Masalah yang utama pada diri seorang tunawicara adalah

mengalami kehilangan/terganggunya fungsi pendengaran

(tunarungu) dan atau fungsi bicara (tunawicara), yang disebabkan karena bawaan lahir, kecelakaan maupun

penyakit. Umumnya anak dengan gangguan dengar/wicara

yang disebabkan karena faktor bawaan (keturunan/genetik) akan berdampak pada kemampuan bicara Walaupun tidak selalu.

d. Tunagrahita

Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi

yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai

dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang

muncul dalam masa perkembangan. Tunagrahita merupakan

keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation). Tunagrahita sering

disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:

• Lemah pikiran (Feeble Minded)

• Terbelakang mental (Mentally Retarded)

Page 40: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal A nak Berkebutuhan Khusus

. Bodoh atau dungu (Idiot)

. Pandir (Imbecile)

. Tolol (Moron)

. Oligofrenia (Oligophrenia)

. Mampu Didik (Educable)

• Mampu Latih (Trainable)

• Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau

Butuh Rawat

• Mental Subnormal

• Defisit Mental

• Defisit Kognitif

• Cacat Mental

• Defisiensi Mental

• Gangguan Intelektual

Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ

yaitu:

• Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),

• Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),

• Tunagrahita berat (IQ : 20-35),

• Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).

Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik

beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.

e. Tunadaksa

Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan

gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan

Page 41: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat

kecelakaan, termasuk celebral pals (CP), amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan

yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik

tetapi masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu

memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan

koordinasi sensorik, berat yaitu memiliki keterbatasan total

dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.

f. Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan

dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu

tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang

tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di

sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal

dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.

g. Tunaganda (kelainan majemuk)

Yang disebut anak tunaganda adalah anak yang memiliki

kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih)

yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius,

sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program

pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melainkan

harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.

h. Anak berkesulitan belajar spesifik (Learning Disability)

Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang

memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar

Page 42: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, braininjury, disfungsi

minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. Anak berkesulitan belajar memiliki IQ rata-rata atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan

ruang dan keterlambatan perkembangan konsep.

i. Anak lamban belajar

Anak lamban belajar (slow learner) adalah anak yang

memiliki potensi intelektual sedikit dibawah normal tetapi

belum termasuk tunagrahita. Dalam beberapa hal mengalami

hambatan atau keterlambatan berfikir, merespon rangsangan dan adaptasi sosial, tetapi masih jauh lebih baik dibanding

dengan tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan anak

pada umumnya, mereka butuh waktu yang lebih lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas

akademik maupun non akademik, sehingga memerlukan

pelayanan pendidikan khusus. Karakteristik atau ciri-ciri

anak lamban belajar yaitu rata-rata prestasi belajarnya

selalu rendah, dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik

sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya,

daya tangkap terhadap pelajaran lambat dan pernah tidak naik kelas.

j- Autisme

James Coplan (2000) menyatakan bahwa autisme muncul tanpa membedakan usia, tingkat kecerdasan, dan

Page 43: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

status sosial. Autisme bukanlah merupakan penyakit yang menular akan tetapi bisa terjadi pada siapa saja. Autis dipandang sebagai sekumpulan gejala klinis atau sindrom yang dilatarbelakangi oleh berbagi faktor unik dan saling

berkaitan satu sama lain. Perbandingan jumlah penyandang autis antara pria dan wanita sekitar 4 : 1 . Gangguan spektrum autisme meliputi masalah sosial, bahasa, dan fungsi perilaku. Autisme bervariasi dari ekspresi yang

minimal (hipoaktif) hingga sangat ekspresif (hiperaktif).

k. Anak dengan gangguan konsentrasi (Attention DeficitDisorder/ADD)

Anak dengan gangguan konsentrasi memiliki kesulitan

untuk beradaptasi dan tingkat perkembanagnnya tidak konsisten. Gejala-gejala yang nampak antara lain sering

gagal ketika memperhatikan secara detail, sering membuat

kesalahan dalam kegiatan atau dalam pekerjaan sekolah.

Anak inipun sering kesulitan dalam memperhatikan aktivitas

permainan atau tugas-tugas. Ketika diajak bicarapun sering

tidak mendengarkan. Tidak senang atau sering tidak

mengikuti instruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah.

Tidak senang dengan pekerjaan atau tugas sekolah. Sering

beralih perhatian pada rangsangan luar serta mudah lupa

terhadap kegiatan sehari-hari.

I. Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD)

ADHD dapat diterjemahkan dengan Gangguan Pemusatan

Perhatian dan Hiperaktivitas. Gejala anak dengan ADHD

sekilas mirip dengan anak autisma, tetapi memiliki

kemampuan komunikasi dan interaksi sosial yang jauh lebih

Page 44: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

baik. Gangguan perilaku yang ditandai dengan kurangnya

perhatian, aktivitas berlebihan (hiperaktif) dan perilaku

impulsif yang tidak sesuai dengan umurnya.

Anak dengan gangguan hiperaktif tidak mampu untuk

memberi perhatian pada suatu obyek dengan waktu yang

cukup lama. Anak ini cenderung hiperaktivitas. Gerakan

motorik tinggi, perhatiannya mudah buyar, tidak bisa diam,

canggung, tidak fleksibel, sering berbuat tanpa dipikir

akibatnya dan mudah frustasi.

2. Anak Berkebutuhan Khusus yang Memiliki PotensiKecerdasan dan/atau Bakat Istimewa (Cl + Bl)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 4 menyatakan bahwa

“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Perlunya

perhatian khusus kepada anak CI+BI merupakan salah satu

upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik secara

utuh dan optimal.

Gifted (IQ> 125) dan talented (bakat istimewa) Menurut

Renzuli (1978, 2005), bahwa “Anak berbakat merupakan satu

interaksi di antara tiga sifat dasar manusia yang menyatu

ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di

atas kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap

tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah

anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan

gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap

tindakan yang bernilai”

Page 45: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

IVlengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta implementasinya

Bagi sebagian orang kemungkinan tidak bisa atau

tertukar makna dari anak gifted dengan talented,

untuk Lebih memahami perbedaan tersebut, kita pahami penngertian dari perbedaan gifted dan talented, yaitu :

Gifted, anak gifted menunjukan kemampuan berfikir dengan ditandai IQ tinggi (>= 130) disamping cenderung

menunjukan kecakapan khusus yang menonjol pada suatu

bidang ilmu pendidikan tertentu dimana antara gifted

satu sama dengan yang lain bidangnya tidak sama.

v Talented, anak talented hanya menunjukkan satu bidang

kemahiran khusus saja. Misalnya seni musik, drama, mengarang, melukis dan sebagainya. Namun kemahiran

ini berarti luar biasa dalam mengetahui. Misalnya

dalam musik, anak talented berarti mengetahui irama,

nada, keselarasan, interpretasi, keterampilan dalam memainkan alat musik dan lain-lain. Kemahiran tersebut

berasal dari bakat bawaan anak. Jadi, talented adalah

penonjolan pada suatu bidang tertentu saja dari suatu

individu yang dibawa sejak lahir atau secara umum

disebut bakat berarti kecakapan khusus yang sifatnya

non intelektif.

Gifted lebih berhubungan dengan bidang akademik atau

intelektual, sedangkan talented lebih berhubungan dengan

bidang non akademik, seperti bidang seni, kepemimpinan

sosial dan lain-lain.Gifted berarti sudah mencakup talented,

sacara implisit, tetapi talented menunjukan gambaran

penonjolan kecakapan khusus pada bidang tertentu.

Untuk menentukan atau mengidentifikasi peserta didik

cerdas istimewa diperlukan pendekatan multidimensional.

Page 46: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu (bukan sekedar intelligensi). Batasan yang digunakan adalah peserta

didik yang memiliki dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan pengukuran

menggunakan skala Wechsler (Pada alat tes yang lain sama

dengan rerata skor IQ ditambah dua standar deviasi), dimensi kreativitas tinggi (ditetapkan skor CQ dalam nilai

baku tinggi atau plus satu standar deviasi di atas rerata)

dan pengikatan diri (Task commitment) terhadap tugas baik (ditetapkan skor TC dalam kategori nilai baku baik, atau

plus satu standar deviasi di atas rerata). Tiga komponen

ini dikenal sebagai Konsepsi Tiga Cincin dari Renzulli (1978, 2005) yang banyak digunakan dalam menyusun pendidikan

untuk anak cerdas istimewa, dan merupakan teori yang

mendasari pengembangan pendidikan anak cerdas istimewa

dan berbakat istimewa (Gifted and Talented children).

K E 8 E R 8 A K A T A N

(Bagati 3 : M odet 'Triadich cR,enzu[[i-Mdnks/'Tfie CMuCti 'Factors !ModeC

Page 47: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

© Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Model ini menuntut perhatian yang besar terhadap

berbagai komponen (sekolah, lingkungan, dan keluarga) untuk mendukungnya, tetapi model ini lebih fleksibel dalam melakukan pendeteksian dan pendiagnosisan anak berkecerdasan istimewa, terutama dalam menghadapi anak-anak berkecerdasan istimewa dengan kondisi tumbuh

kembang yang mengalami disinkronitas yang besar dan krusial, berkesulitan dan bergangguan belajar (learning

difficulties 6t learning disabilities), serta yang mengalami komorbiditas dengan gangguan lainnya (gangguan emosi dan perilaku yang patologis). Fleksibilitas yang dimaksud adalah dalam upaya penggunaan daftar dan alat-alat ukur asesmen

(Hogeveen, 2004; Monks & Pfluger, 2005).

Heller (2004) mengembangkan model multifaktor yang

merupakan pengembangan dari Triadic Interdependence model Monks serta Multiple Intellegences dari Howard

Gardner. Menurut Heller konsep keberbakatan dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain:

1. Faktor talenta (talented) yang relatif mandiri,

2. Faktor kinerja (performance),

3. Faktor kepribadian, dan

4. Faktor lingkungan;

Anak-anak Cl dan Bl juga sama dengan anak-anak lain

seusia mereka. Untuk itu, perlu di tegaskan lagi, perhatian

terhadap perkembangan mereka tetap sama dengan anak-

anak lainnya, dan perlu peran dari orang tua untuk

mendukung dan memberikan perhatian khusus serta tetap mengawasi kegiatan belajar mengajar anak.

Page 48: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

Q Anak Berkebutuhan Khusus Temporer

Konsep anak berkebutuhan khusus jenis temporer adalah

anak yang mengalami hambatan sementara seperti trauma

akibat bencana alam atau kerusuhan, anak yang mengalami

kesulitan konsentrasi, anak mengalami hambatan belajar

dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-

faktor eksternal, yaitu anak yang mengalami trauma akibat

bencana, anak korban kerusuhan, anak yang memiliki

kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan

kasar, anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar. Pada anak-anak ini mereka memiliki hambatan

dalam belajarnya sehingga membutuhkan pelayanan

khusus. Anak berkebutuhan temporer dapat dikategorkan pada wilayah-wilayah atau daerah daerah seperti daerah

terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil,

dan mengalami bencana alam serta bencana sosial.

Berkenaan dengan anak berkebutuhan khusus temporer

ini atau anak berkebutuhan khusus yang memerlukan

pendidikan layanan khusus lebih luas akan diuraikan

mengenai anak di daerah terpencil atau terbelakang,

masyarakat adat yang terpencil, anak dari daerah yang

mengalami bencana alam, bencana sosial, dan anak yang

berasal dari keluarga yang tidak mampu dari segi ekonomi.

1. Anak Berkebutuhan Khusus dari Daerah Terpencil

atau Terbelakang

Daerah terpencil merupakan daerah yang sulit dijangkau.

Yaitu wilayah yang tidak terhubungkan dengan prasarana%

transportasi (darat, laut maupun udara) dan komunikasi

Page 49: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

dengan pusat-pusat pertumbuhan terkecil sekalipun (yaitu

pusat desa atau kecamatan). Wilayah terpencil berada

di pulau-pulau kecil maupun di pedalaman. Di beberapa

wilayah pedesaan terpencil ini bermukim masyarakat adat

dan masyarakat umum. Mereka adalah masyarakat yang

masih sangat terbelakang, belum mampu mengembangkan

pengetahuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan

sangat sedikit menerima sentuhan pembangunan.

Dengan kondisi daerah seperti itu, sangat berpengaruh

pada anak-anak usia sekolah yang pada umumnya berada

di pulau-pulau kecil maupun di pedalaman yang masih

sangat terbelakang, anak-anak usia sekolah di daerah

terpencil belum mampu mengembangkan pengetahuan

untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan sangat sedikit

menerima sentuhan pembangunan.

Hambatan geografis menjadi persoalan dalam

penyediaan layanan pendidikan yang bermutu di seluruh

Indonesia. Pendidikan adalah kekuatan pendorong bagi

pembangunan sosial dan ekonomi di setiap negara (Cholin,

2005; Mehta and Kalra, 2006 dalam Hattangdi and Gosh).

Oleh karenanya, sangatlah penting untuk menemukan cara-

cara baru untuk menyediakan pendidikan yang bermutu,

mudah diakses, dan terjangkau bagi semuanya.

Secara geografis, wilayah Indonesia yang membentang

dari Sabang sampai Merauke dan terdiri lebih dari 17,000

pulau memiliki kemajemukan adat istiadat, budaya dan

serta memiliki potensi alam dan manusia yang besar. Hal

Page 50: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

ini menjadi salah satu kendala bagi upaya pemerataan

pendidikan. Di samping keterpencilan, di Indonesia juga

masih terdapat kelompok masyarakat etnis minoritas, yang

menganut adat istiadat tertentu, dan sudah berlangsung

turun temurun, yang mempunyai sikap belum dapat

menerima pengaruh budaya dari masyarakat luar. Contohnya

masyarakat Badui Dalam di Kabupaten Lebak, Banten, Suku

Anak Dalam/Kubu di Jambi, Suku Kaili di Sulawesi, suku-

suku di pedalaman Papua yang jumlahnya ratusan, serta

suku di pedalaman Kalimantan. Kawasan yang rentan

terhadap bencana alam juga turut berpengaruh terhadap

pendidikan di Indonesia.

1. Kelompok masyarakat di daerah terpencil dan atau

kesulitan geografis.

2. Kelompok masyarakat suku minoritas/terasing.

3. Kelompok masyarakat yang terpencil/terasing karena

adat-istiadat, budaya, dan persepsi atau mitos dari

masyarakat dan atau pemerintah yang tidak kondusif,

menutup din vang tidak kondusif terhadap kemajuan.

Pendidikan ^.ayanan Khusus Anak Daerah Terpencil

dilakukan agar anak dapat memiliki pengetahuan,

kompetensi, perilaku dan sikap mental yang mendukung

mereka untuk mengembangkan dirinya dan memiliki

kompetensi untuk hidup. Melalui program pendidikan ini

diharapkan anak dapat mempunyai masa depan yang lebih

baik. Oleh karena itu, perlu dirancang strategi pendidikan

yang relevan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut.

Page 51: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

2. Anak Berkebutuhan Khusus dari Masyarakat Adat yangTerpencil

Penyebutan tentang masyarakat adat sebagai

“masyarakat primitive”, “masyarakat terasing”, “masyarakat perambah” dan lainnya adalah bentuk diskriminasi yang

dialami. Menurut Keppres No. 111/1999 dan Kepmensos

No. 06/PEGHUK/2002, komunitas adat terpencil adalah

kelompok sosial (budaya) yang bersifat lokal dan terpencar

serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan

pelayanan baik sosial, ekonomi maupun politik. Kedua,

adanya pengakuan dari pemerintah berupa pengakuan

akan eksistensi komunitas adat terpencil, pengakuan

terhadap hak sosial dan ekonomi komunitas adat terpencil,

pengakuan terhadap perlindungan tradisi dan adat-istiadat

komunitas adat terpencil dan pengakuan terhadap program pemberdayaaan komunitas adat terpencil.

Masyarakat Adat Terpencil merupakan komunitas kecil,

tertutup dan homogen serta hubungan kekeluargaan di

antara mereka sangat kuat. Sehingga berdampak keengganan

mereka untuk meninggalkan daerahnya dan membaur dengan masyarakat lainnya.

Upaya pemberdayaan pendidikan bagi anak di daerah

terpencil telah diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional:

Pasal 5

Ayat (3) : “Warga negara di daerah terpencil atau

terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak

memperoleh pendidikan layanan khusus”.

Page 52: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

M engenal Anak Berkebutuhan Khusus

Pasal 32Ayat (2): “Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau

terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau

mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu

dari segi ekonomi.

Anak berkebutuhan khusus dari masyarakat adat dan

tertinggal mempunyai hak untuk mendapat pendidikan

supaya dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosial

mereka, sehingga harkat dan martabat mereka dapat setaraf

dengan bangsa Indonesia pada umumnya dan mendapat

pengakuan terhadap martabat dan harga diri individu.

3. Anak Berkebutuhan Khusus yang Mengalami Bencana

Alam

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

_______ ’’Bencana alam adalah suatu peristiwa alam

yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia.

Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi,

gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan,

hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun,

tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa

bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah

kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah

besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan

alam.

Bencana alam membuat anak berpotensi mengalami

problema dalam belajar. Masa anak merupakan masa-

masa kritis dimana pengalaman-pengalaman dasar yang terbentuk pada masa itu akan sulit untuk diubah dan

Page 53: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

terbawa ^mpai dewasa. Karena itu pengalaman negatif anak dalam ^erinteraksi dengan lingkungan yang terjadi

pada masa awal kehidupannya akan dapat merugikan

perkembangan sosial anak selanjutnya. Untuk itu perlu

adanya pendidikan layanan khusus agar anak dapat belajar

dan dapat berkembang di lingkungannya, sehingga mampu mengeliminir dampak sosial sebagai akibat dari kondisinya.

4. Anak berkebutuhan khusus dari daerah yang

mengalami bencana sosial

Pemerintah telah berupaya untuk menjaga ketentraman dan keamanan bagi seluruh masyarakat. Namun tidak bisa

dipungkiri konflik sering terjadi di antara masyarakat.

Perebutan lahan, pertikaian atau perang antar suku dan

bentuk konflik lainnya dapat mengganggu ketentraman kehidupan. Anak-anak yang seharusnya memperoleh

layanan pendidikan jadi terabaikan, anak yang seharusnya

sekolah menjadi tidak sekolah. Rasa takut dan ancaman

akan keselamatan menyebabkan mereka tidak bersekolah.

Kadang mereka mengungsi atau berser^unyi di tempat- tempat yang dianggap aman. Di samping ,us memulihkan

stabilitas keamanan nasional, anak-anak tetap harus

memperoleh akses pendidikan. Anak-anak di daerah seperti

ini memerlukan pendidikan layanan khusus.

5. Anak berkebutuhan khusus yang berasal dari keluarga

yang tidak mampu dari segi ekonomi.

Semua warga berharap memperoleh keadilan, ingin

hidup layak dan taraf ekonominya cukup. Namun apalah

Page 54: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus

daya, pada sebagian masyarakat banyak yang tidak

beruntung. Mereka berupaya dengan sekuat tenaga namun

jalan belum ditemui, kemiskinan begitu melilit kehidupan

mereka. Mereka mungkin hanya punya angan-angan untuk

menyekolahkan anaknya mulai dari jenjang pendidikan

dasar, jenjang pendidikan menengah dan jenjang pendidikan

tinggi. Dan angan-angan itu menjadi tertekan dan kandas

dengan pentingnya kebutuhan yang sangat krusial yaitu

perlunya makan dan minum untuk hari ini, entah untuk

besok atau lusa. Begitu sulit rasanya mencari sesuap nasi,

susah sekali caranya mencari uang.

Untuk memenuhi kebutuhan ini dikerahkan seluruh

keluarganya mulai dari istri dan anak-anaknya untuk

mencari uang, bekerja dan terus bekerja walau penghasilan

atau upahnya tidak seberapa.

Itulah kenyataan yang terjadi, tak sempat terpikirkan

bagaimana caranya agar anaknya yang seharusnya

bersekolah dapat masuk sekolah. Atau mungkin anak yang

sedang sekolah akhirnya keluar sekolah atau putus sekolah

(drop out).

Dengan kondisi seperti ini anak yang berasal dari

keluarga tidak mampu dari segi ekonomi tidak akan

mampu mengembangkan diri secara optimal. Keterbatasan

kemampuan orang tuanya akan mempengaruhi kesem-

patannya untuk bersekolah. Faktor ekonomi yang menekan

dan menghimpit orang tua membuat orang tua tidak

perhatian akan pendidikan anaknya, bahkan karakternya

menjadi pemarah dan keras. Kekerasan tersebut tidak hanya

Page 55: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

berupa kekerasan dalam berucap atau bentakan, tetapi juga

sering diikuti kekerasan pisik yang berupa siksaan terhadap

anaknya, seperti menjewer telinga, menjitak, mencubit dan memukul.

Anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu

dari segi ekonomi banyak yang bekerja untuk membantu

orang tuanya. Keluarga seperti ini bukan hanya berada di

desa tetapi juga banyak di perkotaan. Di pedesaan pekerjaan

anak-anak yang orang tuanya tidak mampu membantu orang

tuanya bekerja di kebun/sawah/ladang, mencari kayu bakar

dan mencari keperluan dari sungai atau hutan. Di perkotaan

pekerjaannya berbeda dengan anak-anak miskin di pedesaan.

Ada anak-anak yang menjadi pengemis, pengamen, tukang semir, pembersih kaca mobil di perempatan jalan, tukang

koran, pengangkut barang, dan sebagainya.

Berdasarkan peraturan dan perundang-undangan bahwa

semua warga negara berhak memperoleh pendidikan yang

bermutu. Anak-anak seperti ini membutuhkan pendidikan

layanan khusus untuk memberikan akses pendidikan yang

disesuaikan dengan kebutuhannya.

Page 56: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

Page 57: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

QMengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

Bahasan ini penting untuk diangkat karena ternyata masih ada masyarakat khususnya orang tua yang

memiliki anak berkebutuhan khusus yang tidak tahu di

mana dan bagaimana caranya menyekolahkan anaknya.

Padahal semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus

seyogyanya bersekolah di sekolah yang terdekat dengan

tempat tinggalnya. Namun karena sesuatu hal antara lain ketidaksiapan sekolah yang terdekat membuat orang

tua kebingungan. Banyak sekolah yang menolak anak

berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan penglihatan atau pendengaran termasuk pula yang memiliki hambatan

mental dan anak autis dengan alasan mereka tidak tahu dan

tidak memiliki guru yang kompeten untuk mengajar anak-

anak berkebutuhan khusus. Satu sisi memang alasan itu

benar ketika belum ada pendidik dan tenaga kependidikan

yang kompeten maka layanan yang diberikan untuk anak

berkebutuhan khusus tidak akan optimal dan tidak akan

sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Tapi

di sisi lain menunjukkan ketidaksiapan pemerintah dan

sekolah karena belum berupaya untuk mengakses semua

anak padahal berbagai regulasi telah mendukung ke arah

itu. Sekolah tidak boleh mendiskriminasi, sekolah harus

Page 58: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

terbuka untuk semua anak dan sekolah harus ramah anak.

Pemerintah menjamin sekolah dan wajib memberi akses

kepada semua anak termasuk anak berkubutuhan khusus

untuk sekolah. Hak anak untuk bersekolah dan memperoleh

pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan khususnya

dijamin dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Pada Pasal 5 menjelaskan

sebagai berikut:

1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan yang bermutu.

2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,

mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh

pendidikan khusus.

3. Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta

masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh

pendidikan layanan khusus.

4. Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan

bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.

5. Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan

meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Hak warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,

mental, intelektual, dan/atau sosial dan yang memiliki

potensi kecerdasan dan bakat istimewa untuk memperoleh

pendidikan khusus diperjelas Pasal 32 (1) bahwa pendidikan

khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses embelajaran

karena kelainan fisik, emosional, mental, so ^l, dan/atau

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Page 59: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Hak warga negara di daerah terpencil atau terbelakang

serta masyarakat adat yang terpencil untuk memperoleh pendidikan layanan khusus diperjelas dengan Pasal 32 (2)

bahwa pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan

bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang,

masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami

bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

Pemerintah menyadari pentingnya payung hukum dalam

rangka mengimplementasikan amanat UUD dan UU Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di

samping PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan, PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

Belajar, PP Nomor 48 tentang Pendanaan Pendidikan, maka

lahirlah PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan. Pada PP Nomor 17 Tahun 2010

tersebut dijelaskan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan

pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus.

Untuk memberikan gambaran penyelenggaraan

pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus amati bagan 2 di bawah ini.

Page 60: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

PENYELENGGARAAN PE PENDIDIKAN LA

NDIDIKAN KHUSUS DAN I YANAN KHUSUS

PAUD DIH DAS DIKMEN

TKLB SDLB SMPLB SMALB

PAUD DIK DAS.1

DIKMEN DIKMEN

TK/RA SD/MISMP/MTs

SMA/MA

SMK MAK

PAUD

DIKDAS

mPAUD

PENYESUAIAN:

WAKTKU, TEMPAT, SARANA, DAN PRASARANA PEMBELAJARAN, PENDIDIK, TENAGA

KEPENDUDUKAN DAN/ATAU SUMBER DAYA PEMBELAJARAN LAINNYA DENGAN KONDISI

KESULITAN PESERTA DIDIK

(Hagan 4 : (Penyelenggaraan (pendidikan "Kfiusus dan (Pendidikan Layanan Kfiusus

Page 61: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

© Penyelenggaraan Pendidikan Khusus

Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan

dapat diselenggarakan pada semua jalur dan jenis

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Penyelenggaraannya dapat dilakukan melalui satuan pendidikan khusus, satuan pendidikan umum, satuan

pendidikan kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan.

1. Satuan Pendidikan Khusus bagi Peserta DidikBerkelainan

Satuan pendidikan khusus adalah sistem layanan

pendidikan segregasi yaitu sistem pendidikan yang terpisah

dari sistem pendidikan anak pada umumnya. Pendidikan anak

berkebutuhan khusus melalui sistem segregasi maksudnya

Qambar 1 : %egiatan <Pem6e[ajaran bagi Peserta (Didik, (Berkebutuhan %husus di SekpCxb Luar (Biasa

Page 62: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

adalah penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan

secara khusus, dan terpisah dari penyelenggaraan

pendidikan untuk anak pada umumnya. Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus diberikan layanan pendidikan

pada lembaga pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan

khusus, seperti Sekolah Luar Biasa atau Taman Kanak-

Kanak Luar Biasa (TKLB) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah

Menangah Atas Luar Biasa (SMALB) atau Sekolah menengah

Kejuruan Luar Biasa (SMKLB).

Sistem pendidikan segregasi merupakan sistem

pendidikan yang paling tua. Pada awal pelaksanaan, sistem ini diselenggarakan karena adanya kekhawatiran atau

keraguan terhadap kemampuan anak berkebutuhan khusus

untuk belajar bersama dengan anak pada umumnya.

Selain itu, adanya kelainan fungsi tertentu pada anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan

dengan menggunakan metode yang sesuai dengan

kebutuhan khusus mereka. Misalnya, untuk anak tunanetra,

mereka memerlukan layanan khusus berupa braille,

orientasi dan mobilitas. Anak tunarungu memerlukan

komunikasi total, bina persepsi bunyi; anak tunadaksa

memerlukan layanan mobilisasi dan aksesibilitas, dan

layanan terapi untuk mendukung fungsi fisiknya. Satuan pendidikan formal tersebut disebut sekolah atau madrasah,

seperti dijelaskan pada Pasal 1 Permendiknas Nomor 29

Tahun 2005 tentang Badan Akreditasi Nasional Sekolah/

Madrasah bahwa: “Sekolah/Madrasah adalah bentuk satuan pendidikan formal yang meliputi Taman Kanak-kanak

Page 63: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

QMengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

(TK), Raudhatul Atfal (RA), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (Ml), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah

Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah

Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah

Aliyah Kejuruan (MAK), dan Sekolah Luar Biasa (SLB), dan satuan pendidikan formal lain yang sederajat.”

Sekolah Luar Biasa (SLB) menurut Permendiknas Nomor

29 Tahun 2005 adalah taman Kanak-kanak Luar Biasa

(TKLE), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah

Pert; ' Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Lu? a (SMALB) atau Sekolah Menengah Kejuruan Luar

Biasa (SMKLB).

Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan pada

jalur formal diselenggarakan melalui satuan pendidikan anak

usia dini, satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan

menengah.

Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan

untuk pendidikan anak usia dini berbentuk Taman Kanak-

kanak Luar Biasa (TKLB) atau sebutan lain untuk satuan

pendidikan yang sejenis dan sederajat. Lama pendidikannya

adalah 2 tahun. Satuan pendidikan khusus TKLB tidak

menjadi prasyarat peserta didik berkelainan untuk dapat

masuk pada satuan pendidikan SDLB. Artinya anak atau

peserta didik berkelainan dapat langsung masuk ke SDLB

tanpa melalui atau menamatkan dulu satuan pendidikan TKLB.

Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan

pada jenjang pendidikan dasar terdiri atas : (1) Sekolah

Dasar Luar Biasa (SDLB) atau sebutan lain untuk satuan

Page 64: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

pendidikan yang sejenis dan sederajat, dan (2) Sekolah

Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) atau sebutan lain

untuk satuan pendidikan yang sejenis dan sederajat.

Satuan pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan

pada jenjang pendidikan menengah adalah Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Sekolah Menengah Kejuruan Luar

Biasa (SMKLB) atau sebutan lain untuk satuan pendidikan

yang sejenis dan sederajat.

Qambar 2: (pembeCajaran (Ber6asis Xpmputer

Penyelenggaraan satuan pendidikan khusus bagi

peserta didik berkelainan dapat dilaksanakan secara

terintegrasi antarjenjang pendidikan dan/atau antarjenis kelainan. Dengan pengaturan ini memberi kesempatan

Page 65: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

kepada penyelenggara satuan pendidikan khusus untuk

menyelenggarakan layanannya untuk berbagai jenis kelainan,

satuan pendidikan dan jenjang pendidikan, sehingga pada

lembaga penyelenggara pendidikan khusus atau Sekolah

Luar Biasa (SLB) baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

atau masyarakat menjadi bervariasi seperti dicontohkan di bawah ini.

II

gam6ar 3 : %egiatan cPem6eCajaran <Penjasorkes

SLB yang hanya menyelenggarakan satu satuan

pendidikan dan satu jenis kelainan, misalnya : TKLB untuk

Lanak tunanetra (TKLB-A), TKLB untuk anak tunarungu — . _ „

Page 66: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

TKLB untuk anak tunagrahita sedang (TKLB-C1), TKLB

untuk anak tunadaksa ringan (TKLB-D), TKLB untuk anak

tunagrahita sedang (TKLB-D1), TKLB untuk anak tunalaras

(TKLB-E), TKLB untuk anak tunaganda (kelainan majemuk)

(TKLB-G), SDLB untuk anak tunanetra (SDLB-A), SDLB untuk

anak tunarungu (SDLB-B), SDLB untuk anak tunagrahita

ringan (SDLB-C), SDLB untuk anak tunagrahita sedang

(SDLB-C1), SDLB untuk aanak tunadaksa ringan (SDLB-D),

SDLB untuk anak tunagrahita sedang (SDLB-D1), SDLB

untuk anak tunalaras (SDLB-E), SDLB untuk anak tunaganda

(kelainan majemuk) (SDLB-G), SMPLB untuk anak tunanetra

(SMPLB-A), SMPLB untuk anak tunarungu (SMPLB-B), SMPLB

untuk anak tunagrahita ringan (SMPLB-C), SMPLB untuk anak tunagrahita sedang (SMPLB-C1 )SMPLB untuk anak tunadaksa

ringan (SMPLB-D), SMPLB untuk anak tunagrahita sedang

(SMPLB-D1), SMPLB untuk anak tunalaras (SMPLB-E), SMPLB

untuk anak tunaganda (kelainan majemuk) (SMPLB-G),

SMALB untuk anak tunanetra (SAAALB-A), SAAALB untuk

anak tunarungu (SMALB-B), SMPLB untuk anak tunagrahita

ringan (SAAALB-C), SAAALB untuk anak tunagrahita sedang

(SMALB-C1), SMALB untuk aanak tunadaksa ringan (SAAALB-D),

SMALB untuk anak tunagrahita sedang (SMALB-D1), SMALB

untuk anak tunalaras (SAAALB-E), dan SMALB untuk anak

tunaganda (kelainan majemuk) (SMALB-G).

SLB yang menyelenggarakan berbagai satuan

pendidikan dengan satu jenis kelainan, misalnya : SLB

yang menyelenggarakan satuan pendidikan TKLB, SDLB,

SMPLB dan SMALB dengan jenis kelainan tunanetra (A)/

tunarungu (B)/tunagrahita ringan (C)/tunagrahita sedang

Page 67: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

* Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

(C1)/tunadaksa ringan (D)/tunadaksa sedang (D1)/tunalaras (E)/tunaganda (G).

SLB yang menyelenggarakan satu satuan pendidikan dengan berbagai jenis kelainan, misalnya TKLB yang

menyelenggarakan pendidikan khusus bagi anak tunanetra

(A), tunarungu (B), tunagrahita ringan (C), tunagrahita

sedang (C1), tunadaksa ringan (D), tunadaksa sedang (D1), tunalaras (E), dan kelainan ganda/majemuk (G), disingkat

dengan TKLB-A, B, C, C1, D, D1, dan G. SDLB yang

menyelenggarakan pendidikan khusus bagi anak tunanetra

(A), tunarungu (B), tunagrahita ringan (C), tunagrahita

sedang (C1), tunadaksa ringan (D), tunadaksa sedang (D1),

tunalaras (E), dan kelainan ganda/majemuk (G), disingkat

dengan SDLB-A, B, C, C1, D, D1, dan G. SMPLB yang

menyelenggarakan pendidikan khusus bagi anak tunanetra

(A), tunarungu (B), tunagrahita ringan (C), tunagrahita

sedang (C1), tunadaksa ringan (D), tunadaksa sedang (D1),

tunalaras (E), dan kelainan ganda/majemuk (G), disingkat

dengan SMPLB-A, B, C, C1, D, D1, dan G. SMALB yang

menyelenggarakan pendidikan khusus bagi anak tunanetra

(A), tunarungu (B), tunagrahita ringan (C), tunagrahita

sedang (C1), tunadaksa ringan (D), tunadaksa sedang (D1),

tunalaras (E), dan kelainan ganda/majemuk (G), disingkat

dengan SMALB-A, B, C, C1, D, D1, dan G.

SLB yang menyelenggarakan berbagai satuan

pendidikan dengan satu jenis kelainan, misalnya SLB yang

menyelenggarakan satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB,

dan SMALB untuk jenis kelainan tunanetra (A) disingkat

SLB-A, SLB yang menyelenggarakan satuan pendidikan TKLB,

Page 68: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

SDLB, SMPLB, dan SAAALB untuk jenis kelainan tunarungu(B) disingkat SLB-B, SLB yang menyelenggarakan satuan

pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan S/MLB untuk jenis

kelainan tunagrahita ringan (C) disingkat SLB-C, SLB yang

menyelenggarakan satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan

SAAALB untuk jenis kelainan tunagrahita sedang (C1) disingkat SLB-C1. SLB yang menyelenggarakan satuan pendidikan TKLB,

SDLB, SMPLB, dan SMALB untuk jenis kelainan tunadaksa

ringan (D) disingkat SLB-D. SLB yang menyelenggarakan

satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB untuk jenis

kelainan tunadaksa sedang (D1) disingkat SLB-D1. SLB yang

menyelenggarakan satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB,

dan SAAALB untuk jenis kelainan tunalaras (E) disingkat SLB-E. SLB yang menyelenggarakan satuan pendidikan TKLB,

SDLB, SMPLB, dan SAAALB untuk jenis kelainan tunaganda (G)

disingkat SLB-G.

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

QamSar 4 : SL® Negeri (8 <Pem6ina Tingfcat (Provinsi Sumedang

Page 69: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

SLB yang menyelenggarakan berbagai satuan pendidikan

dan dua atau lebih jenis kelainan, misalnya SLB yang

menyelenggarakan satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB,

dan SMALB untuk jenis kelainan tunanetra (A) dan tunarungu

(B) disingkat SLB-A dan B. SLB yang menyelenggarakan

satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB untuk

jenis kelainan tunarungu (B) dan tunagrahita ringan (C) dan

tunagrahita sedang (C1) disingkat SLB-B, C dan C1. SLB yang menyelenggarakan satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB,

dan SMALB untuk jenis kelainan tunanetra (A), tunarungu

(B) dan tunagrahita ringan (C), disingkat SLB-A, B, dan

C. SLB yang menyelenggarakan satuan pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB untuk jenis kelainan tunanetra

(A), tunarungu (B), tunagrahita ringan (C), dan tunadaksa (D) disingkat SLB-A, B, C dan D.

Masih banyak kemungkinan variasi satuan pendidikan

dan jenis kelainan yang dilayani misalnya SLB yang

menyelenggarakan 2 (dua) satuan pendidikan dengan 2

(dua) jenis kelainan, misalnya SLB yang menyelenggarakan

satuan pendidikan SDLB dan SMPLB dengan jenis kelainan

yang dilayaninya tunarungu (B) dan tunagrahita (C) dengan

singkatan yang sama SLB-B dan C. Contoh lainnya yaitu SLB

yang menyelenggarakan 2 (dua) satuan pendidikan dengan 3

(tiga) jenis kelainan, misalnya SLB yang menyelenggarakan

satuan pendidikan SDLB dan SMPLB dengan jenis kelainan

yang dilayaninya tunarungu (B), tunagrahita (C) dan

tunadaksa (D) dengan singkatan yang sama SLB-B, C dan D.

Tingkatan kelas/kelompok dan usia anak-anak berke­

butuhan khusus pada prinsipnya sama dengan tingkatan

Page 70: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

kelas/kelompok dan usia anak-anak pada umumnya, sebagai

berikut:

Ta6e[ 1 :‘Tingkfltan %eCas/KeCompof^dan Vsia JlnakJ(Berke6utulian 'Kfiusus

TINGKATANKELAS/KELOMPOK

USIA

TAMAN KANAK-KANAK LUAR BIASA (TKLB)

Kelompok bermain 4 tahun

Kelompok A 5 tahun

Kelompok B 6 tahun

SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB)

Kelas 1 7 tahun

Kelas 2 8 tahun

Kelas 3 9 tahun

Kelas 4 10 tahun

Kelas 5 11 tahun

Kelas 6 12 tahun

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB)

Kelas 7 13 tahun

Kelas 8 14 tahun

Kelas 9 15 tahun

SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN LUAR BIASA (SMALB/SMKLB)

Kelas 10 16 tahun

Kelas 11 17 tahun

Kelas 12 18 tahun

AKADEMI/INDTITUT/PILITEKNIK/SEKOLAH TINGGI/UNIVERSITAS

Sarjana berbagai usia (selama kurang lebih 4 tahun

Magister berbagai usia (selama kurang lebih 2 tahun

Doktor berbagai usia (selama kurang lebih 2 tahun

Page 71: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan bahwa

pendidikan khusus diselenggarakan melalui satuan pendidikan

khusus, satuan pendidikan umum dan satuan pendidikan kejuruan. Pemerintah Provinsi menyelenggarakan satuan pendidikan khusus. Satuan pendidikan khusus juga dapat

diselenggarakan oleh masyarakat. Masyarakat yang akan menyelenggarakan satuan pendidikan khusus dalam bentuk yayasan/organisasi/lembaga penyelenggara. Yayasan/ organisasi/lembaga penyelenggara pendidikan khusus yang

bermaksud menyelenggarakan satuan pendidikan khusus terlebih dahulu harus memenuhi beberapa ketentuan yang berlaku. Salah satunya dengan mempunyai ijin pendirian

atau penyelenggaraan Sekolah Luar Biasa atau satuan pendidikan khusus sesuai dengan satuan pendidikan yang diselenggarakannya (TKLB/ SDLB/ SMPLB/ SMALB).

Persyaratan pendirian satuan pendidikan khusus atau SLB yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk

yayasan/organisasi /lembaga Penyelenggara sebagai berikut:

1. Surat permohonan ditujukan kepada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi.

2. Surat Tugas/Surat Kuasa dari Yayasan.

3. Rekomendasi dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota.

4. Rekomendasi dari Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan/ UPTD.

5. Foto copy akte notaris Yayasan (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga).

Page 72: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

6 Foto copy akte/sertifikat tanah.

7 Foto copy Surat Status Tanah.

8 Susunan Pengurus Yayasan/Organisasi/Lembaga

Penyelenggara Pendidikan.

9. Surat pertimbangan/alasan pendirian SLB/Satuan

Pendidikan Khusus.

10. Identitas dan alamat SLB yang akan didirikan

11. Daftar fasilitas Sarana dan Prasarana yang dimiliki.

12. Program jangka panjang, menengah dan pendek atau

Rencana Kerja Sekolah (RKS) Jangka Panjang 8 Tahun,

RKS Jangka Menengah 4 Tahun, dan RKS Jangka Pendek

1 Tahun dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah

(RKAS).

13. Surat Keterangan Kurikulum yang akan digunakan/

digunakan.

14. Surat Keputusan Pendirian SLB dari Yayasan/Organisasi/

Lembaga Penyelenggara Pendidikan.

15. Daftar Guru dan Kepala SLB/Satuan Pendidikan Khusus.

16. Foto copy Ijazah/STTB Guru dan Kepala SLB.

17. Denah Bangunan SLB.

18. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

19. Surat Keterangan Domisili.

20. Surat Keputusan Pengangkatan Guru/Kepala SLB dari

Yayasan/Organisasi/Lembaga.

21. Rekapitulasi Jumlah Peserta Didik Berkelainan (Peserta

Didik Berkebutuhan Khusus) untuk setiap tingkatan kelas/satuan pendidikan/jenjang pendidikan dan jenis

Page 73: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

kelainan (tunanetra, tunarungu, tunagrahita ringan,

tunagrahita sedang, tunadaksa ringan, tunadaksa sedang, tunalaras, tunaganda/kelainan majemuk, autis low function)

22. Luas minimal 1800 M2 (sesuai dengan kebijakan

pemerintah daerah setempat dengan memperhatikan

ketentuan yang diatur pada Permendiknas Nomor 33

Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana

untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB) milik lembaga/ yayasan

penyelenggara bukan atas nama pribadi.

23. Tanah sewa harus diatas Notaris dari Pemerintah

atauSwasta perorangan minimal paling lama 20 tahun.

24. Ada tenaga ahli kesehatan/medik (dapat berupa kerjasama).

Mekanisme pengajuan izin pendirian/operasional

penyelenggaraan SLB sebagai berikut :

YAYASAN PENYELENGGARA MENYIAPKAN BERBAGAIg g a a ,

► MENGAJUKAN SURAT PERM0H0NAN IZIN PENDIRIAN/OPERASIONAL

PENYELENGGARAAN SLB KEPADA BPPT MELALUI KEPALA DINAS

PENDIDIKAN PROVINSI

£

PENETAPAN IZIN PENDIRIAN/ 0PERASI0NAL

-------------PENYAMPAIAN

IZIN OPERASIONAL DARI BPPT

MELALUI DINAS PENDIDIKAN

PENYERAHAN IZIN PENDIRIAN/

OPERASIONAL

KEPADA SLB

UJI KELAYAKAN LAPANGAN

(VERIFIKASI, VALIDASI] DAN KLARIFIKASI)

OLEH TIM

TLAPORAN UJI KELAYAKAN DARI TIM RAPAT/PENENTUAN HASIL

(KELAYAKAN/KETIDAK LAYAKAN)

CHagan 5: tMefcanisme Izin <Pendirian/Operasiona[

Page 74: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Izin pendirian penyelenggaraan pendidikan khusus

dalam bentuk satuan pendidikan khusus atau SLB yang

dikenal pula dengan istilah izin operasional (OP) adalah satu tugas pemerintah yang juga sekaligus hak dari warga

adalah terselenggaranya pelayanan publik, perizinan merupakan wujud pelayanan publik yang sangat menonjol

dalam tata pemerintahan. Dalam relasi antara pemerintah

dan warganya seringkali perizinan menjadi indikator untuk menilai apakah suatu pemerintah sudah mencapai kondisi

“Good Goverment” atau belum.

Birokrasi perizinan merupakan salah satu permasalahan

yang menjadi kendala bagi perkembangan dunia usaha.

Masyarakat dan kalangan dunia usaha sering mengeluhkan

proses pelayanan perizinan oleh pemerintah yang tidak

memiliki kejelasan prosedur, berbelit-belit, tidak transparan,

waktu pengurusan yang tidak pasti dan tingginya biaya yang harus dikeluarkan terutama berkaitan dengan biaya-

biaya yang tidak resmi. Pemerintah melalui Departemen

Dalam Negeri menindaklanjuti instruksi Presiden Nomor 3

Tahun 2006 Tentang Paket Kebijakan Iklim Investasi dengan

meluncurkan kebijakan yang dituangkan dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu.

Pelayanan perizinan terpadu yang merupakan pelayanan

publik yang meliputi semua jenis perizinan dan non

Perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah Provinsi

berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di

Page 75: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

masing-masing satuan pendidikan khusus. Kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu (PP Nomor 19 Tahun

2005). Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus berdasarkan

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dapat dilihat pada lampiran.

Struktur Kurikulum satuan pendidikan khusus

dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik,

emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berdasarkan standar kompetensi lulusan, standar kompetensi kelompok

mata pelajaran, dan standar kompetensi mata pelajaran.

Peserta didik berkelainan dapat dikelompokkan menjadi dua

kategori, (1) peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan

kemampuan intelektual di bawah rata-rata, dan (2) peserta

didik berkelainan disertai dengan kemampuan intelektual

di bawah rata-rata. Kurikulum Pendidikan Khusus terdiri

atas delapan sampai dengan 10 mata pelajaran, muatan

lokal, program khusus, dan pengembangan diri. Muatan

lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan

kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi

daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak

dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

Program khusus berisi kegiatan yang bervariasi sesuai degan

jenis ketunaannya, yaitu program orientasi dan mobilitas

Page 76: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

untuk peserta didik tunanetra, bina komunikasi persepsi bunyi dan irama untuk peserta didik tunarungu, bina diri untuk peserta didik tunagrahita, bina gerak untuk peserta

didik tunadaksa, dan bina pribadi dan sosial untuk peserta

didik tunalaras. Pengembangan diri bukan merupakan mata

pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai

dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, dan minat setiap

peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh

konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat

dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.

Cjambar 5 : %esempatan yang Sama ‘Mereka (peroCeh

Page 77: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

.■ ip

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Peserta didik berkelainan tanpa disertai dengan

kemampuan intelektual di bawah rata-rata, dalam batas-

batas tertentu masih dimungkinkan dapat mengikuti kurikulum standar meskipun harus dengan penyesuaian- penyesuaian. Peserta didik berkelainan yang disertai dengan

kemampuan intelektual di bawah rata-rata, diperlukan kurikulum yang sangat spesifik, sederhana dan bersifat

tematik untuk mendorong kemandirian dalam hidup sehari- hari.

Peserta didik berkelainan tanpa disertai kemampuan

intelektual di bawah rata-rata, yang berkeinginan untuk melanjutkan sampai ke jenjang pendidikan tinggi,

semaksimal mungkin didorong untuk dapat mengikuti

pendidikan secara inklusifpada satuan pendidikan umum

sejak Sekolah Dasar. Jika peserta didik mengikuti pendidikan

pada satuan pendidikan SDLB, setelah lulus, didorong untuk

dapat melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama umum.

Bagi mereka yang tidak memungkinkan dan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

tinggi, setelah menyelesaikan pada jenjang SDLB dapat

melanjutkan pendidikan ke jenjang SMPLB, dan SAAALB.

Untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik

yang memerlukan pindah jalur pendidikan antar satuan

pendidikan yang setara sesuai dengan ketentuan pasal. 12

ayat (1).e Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, maka mekanisme pendidikan

bagi peserta didik melalui jalur formal dapat dilukiskan sebagai berikut :

Page 78: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

' /SDLB -+■ SMPLB —► SMALB —► Masyarakat.

4Jalur 1

ALB/ABK

Jalur 2\SD/MI - ► SMP/MTs. -*► SMA/MA—► PT/Masyarakat

(Ragan 6: 'Mek.anume (pendidikan Peserta (Didik, cBerke6utuHan Kfiusus

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu,

struktur kurikulum satuan Pendidikan Khusus dikembangkan

dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1)

Kurikulum untuk peserta didik berkelainan tanpa disertai

dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata,

menggunakan sebutan Kurikulum SDLB A, B, D, E; SMPLBA , B, D, E; dan SMALB A, B, D, E (A = tunanetra, B

= tunarungu, D = tunadaksa ringan, E = tunalaras), (2)

Kurikulum untuk peserta didik berkelainan yang disertai

dengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata,

menggunakan sebutan Kurikulum SDLB C, C1, D1, G; SMPLB

C, C1, D1, G, dan SMALB C, C1, D1, G. (C = tunagrahita

nngan, C1 = tunagrahita sedang, D1 = tunadaksa sedang, G

= tunaganda), (3) Kurikulum satuan pendidikan SDLB A,B,D,E

relatif sama dengan kurikulum SD umum. Pada satuan

Pendidikan SMPLB A,B,D,E dan SMALB A,B,D,E dirancang untuk peserta didik yang tidak memungkinkan dan/atau

-SMK/MAK-

Page 79: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

tidak berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan sampai ke

jenjang pendidikan tinggi, (4) Proporsi muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB A,B,D,E terdiri atas 60% - 70% aspek akademik dan 40% - 30% berisi aspek keterampilan vokasional. Muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMALB A,B,D,E terdiri atas 40% - 50% aspek akademik dan 60% -

50% aspek keterampilan vokasional, (5) Kurikulum satuan pendidikan SDLB, SMPLB, SMALB C,C1,D1,G, dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-batas kemampuan peserta didik dan sifatnya lebih individual, (6) Pembelajaran untuk satuan Pendidikan Khusus SDLB, SMPLB dan SMALB

C,C1,D1,G menggunakan pendekatan tematik, (7) Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran umum SDLB, SMPLB, SMALB A,B,D,E mengacu kepada SK dan KD sekolah umum yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan khusus peserta didik, dikembangkan oleh

BSNP, sedangkan SK dan KD untuk mata pelajaran Program Khusus, dan Keterampilan dikembangkan oleh satuan Pendidikan Khusus dengan memperhatikan jenjang dan

jenis satuan pendidikan, (8) Pengembangan SK dan KD untuk semua mata pelajaran pada SDLB, SMPLB dan SMALB

C,C1,D1,G diserahkan kepada satuan Pendidikan Khusus yang bersangkutan dengan memperhatikan tingkat dan jenis satuan pendidikan, (9) Struktur kurikulum pada satuan

Pendidikan Khusus SDLB dan SMPLB mengacu pada Struktur Kurikulum SD dan SMP dengan penambahan Program Khusus sesuai jenis kelainan, dengan alokasi waktu 2 jam/minggu.

Untuk jenjang SMALB, program khusus bersifat kasuistik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik tertentu, dan tidak dihitung sebagai beban belajar.

Page 80: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

J Program Khusus sesuai jenis kelainan peserta didik

meliputi: Orientasi dan Mobilitas untuk peserta didik

Tunanetra, Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama

untuk peserta didik Tunarungu, Bina Diri untuk peserta

didik Tunagrahita Ringan dan Sedang, Bina Gerak untuk

peserta didik Tunadaksa Ringan, Bina Pribadi dan Sosial

untuk peserta didik Tunalaras, dan Bina Diri dan Bina Gerak

untuk peserta didik Tunadaksa Sedang, dan Tunaganda.

Jumlah dan alokasi waktu jam pembelajaran diatur

sebagai berikut: (a) Jumlah jam pembelajaran SDLB A,B,D,E

kelas I, II, III berkisar antara 28 - 30 jam pembelajaran/

minggu dan 34 jam pembelajaran/minggu untuk kelas

IV, V, VI. Kelebihan 2 jam pembelajaran dari SD umum karena ada tambahan mata pelajaran pogram khusus, (b)

Jumlah jam pembelajaran SMPLB A,B,D,E kelas VII, VIII,

IX adalah 34 jam/minggu. Kelebihan 2 jam pembelajaran

dari SMP umum karena ada penambahan mata pelajaran program khusus, (c) Jumlah jam pembelajaran SMALB

A,B,D,E kelas X, XI, XII adalah 36 jam/minggu, sama dengan

jumlah jam pembelajaran SMA umum. Program khusus

pada jenjang SMALB bersifat fakultatif dan tidak termasuk

beban pembelajaran, (d) Jumlah jam pembelajaran

SDLB, SMPLB, SMALB C,C1,D1,G sama dengan jumlah jam

pembelajaran pada SDLB, SMPLB, SMALB A,B,D,E, tetapi

penyajiannya melalui pendekatan tematik, (e) Alokasi per

jam pembelajaran untuk SDLB, SMPLB dan SMALB A, B, D, E

maupun C,C1,D1,G masing-masing 30’, 35’ dan 40’. Selisih 5

menit dar sekolah reguler disesuaikan dengan kondisi peserta

didik berkelainan, (f) Satuan pendidikan khusus SDLB dan

Page 81: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

SMPLB dapat menambah maksimum 6 jam pembelajaran/

minggu untuk keseluruhan jam pembelajaran, dan 4 jam

pembelajaran untuk tingkat SMALB sesuai kebutuhan peserta

didik dan satuan pendidikan yang bersangkutan, (g) Muatan

isi pada setiap mata pelajaran diatur sebagai berikut, (h) Muatan isi setiap mata pelajaran pada SDLB A,B,D,E pada

dasarnya sama dengan SD umum, tetapi karena kelainan

dan kebutuhan khususnya, maka diperlukan modifikasi

dan/atau penyesuaian secara terbatas, (i) Muatan isi mata pelajaran Program Khusus disusun tersendiri oleh satuan

pendidikan, (j) Muatan isi mata pelajaran SMPLB A,B,D,E

bidang akademik mengalami modifikasi dan penyesuaian

dari SMP umum sehingga menjadi sekitar 60% - 70%.

Sisanya sekitar 40% - 30% muatan isi kurikulum ditekankan

pada bidang keterampilan vokasional, (k) Muatan isi mata

pelajaran keterampilan vokasional meliputi tingkat dasar, tingkat terampil dan tingkat mahir. Jenis keterampilan yang

akan dikembangkan, diserahkan kepada satuan pendidikan

sesuai dengan minat, potensi, kemampuan dan kebutuhan

peserta didik serta kondisi satuan pendidikan, (I) Muatan

isi mata pelajaran untuk SMALB A,B,D,E bidang akademik

mengalami modifikasi dan penyesuaian dari SMA umum

sehingga menjadi sekitar 40% - 50% bidang akademik,

dan sekitar 60% - 50% bidang keterampilan vokasional,

(m) Muatan kurikulum SDLB, SMPLB, SMALB C,C1,D1,G

lebih ditekankan pada kemampuan menolong diri sendiri

dan keterampilan sederhana yang memungkinkan untuk

menunjang kemandirian peserta didik. Oleh karena itu,

proporsi muatan keterampilan vokasional lebih diutamakan,

Page 82: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

dan (n) Pengembangan diri bukan merupakan mata

pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri

bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai

dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan

diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam

bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan

diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan

sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

Pengembangan diri terutama ditujukan untuk peningkatan

kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan

khusus peserta didik.

gam6ar 6 : %e6atagiaan dan (Berprestasi ‘Mereka J4fami

Page 83: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,

dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Proses

pembelajaran pendidik harus memberikan keteladanan, dan

setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian

hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran

untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan

efisien yang disesuaikan dengan kebutuhan khusus atau

kelainan peserta didik.

Pelaksanaan proses pembelajaran bagi peserta didik

berkebutuhan khusus harus memperhatikan jumlah maksimal

peserta didik berkebutuhan khusus per kelas dan beban

mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal buku

teks pelajaran setiap peserta didik berkebutuhan khusus,

dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik

peserta didik berkebutuhan khusus yaitu 1 : 5 pada satuan

pendidikan SDLB dan 1 : 8 pada satuan pendidikan khusus

SMPLB dan SMALB/SMKLB. Pengaturan proses pembelajaran

bagi peserta didik berkebutuhan khusus berdasarkan

Permendiknas Nomor 1 Tahun 2008 tentang Standar Proses

Pendidikan Khusus Tunanetra, Tunarungu, Tunagrahita,

Tunadaksa dan Tunalaras.

Page 84: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Cjam6ar7 : %egiatan (E^stra 'Kuri^ukr (pramu^a

Penilaian hasil pembelajaran harus menggunakan

berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar

yang harus dikuasai. Teknik penilaian dapat berupa tes

tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan

atau kelompok. Untuk mata pelajaran selain kelompok mata

pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah, teknik penilaian observasi

secara individual sekurang-kurangnya dilaksanakan satu kali

dalam satu semester. Pengaturan penilaian berdasarkan

Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar

Penilaian Pendidikan.

Pendidik pada satuan pendidikan khusus harus

memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai

Page 85: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan

minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang

dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian

yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan

anak usia dini meliputi: (a) Kompetensi pedagogik; (b) Kompetensi kepribadian; (c) Kompetensi profesional; dan

(d) Kompetensi sosial. Seseorang yang tidak memiliki ijazah

dan/atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik

setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

Pendidik pada TKLB/SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat memiliki: kualifikasi

akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV)

atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi

dengan program pendidikan khusus atau sarjana yang

sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan

sertifikat profesi guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB.

Pendidik pada SDLB, SMPLB, dan SMALB terdiri atas

guru kelas, guru mata pelajaran dan guru pembimbing

khusus yang penugasannya ditetapkan oleh masing-

masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.

Pengaturan guru pendidikan khusus berdasarkan

Permendiknas Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar

Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus

Page 86: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Tenaga kependidikan pada satuan pendidikan

khusus TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB atau bentuk lain

yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala

sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, tenaga kebersihan sekolah,

teknisi sumber belajar, psikolog, pekerja sosial, dan

terapis.

Kriteria untuk menjadi kepala TKLB/SDLB/SMPLB/

SMALB meliputi: (1) Berstatus sebagai guru pada satuan

pendidikan khusus, (2) Memiliki kualifikasi akademik

dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku, (3)

Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3

(tiga) tahun untuk kepala TKLB dan 5 (lima) tahun untuk

kepala SDLB/SMPLB/MALB; dan(d) Memiliki kemampuan kepimpinanan, pengelolaan, dan kewirausahaan di

bidang pendidikan khusus.

Pengelolaan satuan pendidikan khusus menerapkan

manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan

kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan

akuntabilitas. Standar pengelolan satuan pendidikan khusus

berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang

Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah.

Setiap satuan pendidikan khusus atau SLB dipimpin oleh seorang kepala satuan pendidikan khusus atau Kepala SLB

sebagai penanggung jawab pengelolaan pendidikan khusus.

Dalam melaksanakan tugasnya kepala satuan pendidikan

SMPLB, atau bentuk lain yang sederajat dibantu minimal

Page 87: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

oleh satu ^rang wakil kepala satuan pendidikan.Pada satuan pendidikan knusus SMALB/SMKLB, atau bentuk lain yang

sederajat, kepala satuan pendidikan khusus atau Kepala

SLB dalam melaksanakan tugasnya dibantu minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan khusus yang masing-

masing secara berturut-turut membidangi akademik, sarana dan prasarana, serta kesiswaan.

Pengambilan keputusan pada satuan pendidikan khusus atau SLB di bidang akademik dilakukan oleh rapat Dewan

Pendidik yang dipimpin oleh kepala satuan pendidikan

khusus atau Kepala SLB. Pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan bidang non-akademik dilakukan oleh komite yang dihadiri oleh kepala satuan pendidikan. Rapat

dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah dilaksanakan

atas dasar prinsip musyawarah mufakat yang berorientasi pada peningkatan mutu satuan pendidikan khusus.

Setiap satuan pendidikan khusus atau SLB harus memiliki pedoman yang mengatur tentang:

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus;

• Kalender pendidikan/akademik, y menunjukkan

seluruh kategori aktivitas satuan pendidikan selama

satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan;

• Struktur organisasi satuan pendidikan;

Pembagian tugas di antara pendidik;

• Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan

Peraturan akademik;

• Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi

Page 88: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

tata tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana;

Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam

lingkungan satuan pendidikan dan hubungan antara

warga satuan pendidikan dengan masyarakat

Biaya operasional satuan pendidikan.

Setiap satuan pendidikan khusus dikelola atas dasar

rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci

dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan

yang meliputi masa 4 (empat) tahun. Rencana kerja

tahunan meliputi: kalender pendidikan/akademik yang

meliputi jadwal pembelajaran, ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur; jadwal penyusunan kurikulum

tingkat satuan pendidikan untuk tahun ajaran berikutnya,

mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada

semester gasal, semester genap, dan semester pendek bila

ada, penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata

kuliah dan kegiatan lainnya, buku teks pelajaran yang dipakai

pada masing-rr ng mata pelajaran, jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran,

pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan

habis pakai, program peningkatan mutu pendidik dan tenaga

kependidikan yang meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara program, jadwal rapat

dewan pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan

dengan komite sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan

dasar dan menengah, rencana anggaran pendapatan dan

Page 89: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu tahun

jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan untuk satu tahun terakhir.

Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah,

rencana kerja harus disetujui rapat dewan pendidik setelah

memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah/madrasah.

Setiap satuan pendidikan khusus wajib memiliki

sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media

pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan

habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan

berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan khusus wajib

memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas,

ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang

tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang asesmen/

Bimbingan dan Konseling (BK), ruang kantin, instalasi

daya dan jasa, ruang kekhususan (OM/BKPBI/Bina Diri/

Bina Gerak/Bina Pribadi dan Sosial), tempat berolahraga,

tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan

ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Pengelolaan

sarana dan prasarana pada satuan pendidikan khusus (SLB)

berdasarkan Permendiknas Nomor 33 Tahun 2008 tentang

Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa

(SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)

dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).

Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel. Pelaksanaan

Page 90: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

pengelolaan satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan

dasar dan menengah yang tidak sesuai dengan rencana

kerja tahunan harus mendapat persetujuan dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah. Pelaksanaan

pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan oleh kepala satuan

pendidikan kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolah/

madrasah.

Pengawasan satuan pendidikan khusus meliputi

pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan. Pemantauan dilakukan oleh pimpinan

satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah atau bentuk

lain dari iembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan

secara teratur dan berkesinambungan untuk menilai efisiensi,

efektivitas, dan akuntabilitas satuan pendidikan. Supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan

secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas

sekolah PLB atau penilik satuan pendidikan dan kepala

satuan pendidikan. Pelaporan dilakukan oleh pendidik, tenaga

kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, dan pengawas atau penilik satuan pendidikan. Pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah, laporan oleh pendidik ditujukan kepada

pimpinan satuan pendidikan dan orang tua/wali peserta didik,

berisi hasil evaluasi dan penilaian sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap

akhir semester. Laporan oleh tenaga kependidikan ditujukan

kepada pimpinan satuan pendidikan, berisi pelaksanaan teknis

dari tugas masing-masing dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester.

Page 91: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Qambar 8: Satuan (pendidikan %fiusus yang (Diselenggarakan oCefi Masyarakat (‘Yayasan)

Qambar 9 : SLP> Negeri Ka6upaten (BekasiL

Page 92: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

2 Satuan Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik yangMemiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa

Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berfungsi mengembangkan potensi keunggulan peserta didik menjadi prestasi nyata sesuai dengan karakteristik keistimewaannya. Tujuannya yaitu untuk mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpa mengabaikan keseimbangan perkembangan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik dan kecerdasan lain.

Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan formal TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat.Programnya dapat berupa program percepatan dan/atau program pengayaan. Persyaratan peserta didik yang mengikuti program percepatan yaitu : (a) Memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa yang diukur dengan tes psikologi, (b) Memiliki prestasi akademik tinggi dan/atau bakat istimewa di bidang seni dan/atau olahraga, dan (c) Satuan pendidikan penyelenggara telah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Program percepatan dapat dilakukan dengan menerapkan sistem kredit semester sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.Bentuk

penyelenggaraannyayaitu : (1) kelas biasa, (2) kelas khusus atau (3) satuan pendidikan khusus.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 terse­but dijelaskan bahwa pemerintah provinsi dapat menyeleng- §arakan paling sedikit 1 (satu) satuan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/

Page 93: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

atau bakat istimewa. Memang tidak mudah, jika pemerintah provinsi atau pihak masyarakat yang mendapat izin pendirian untuk menyelenggarakan satuan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa harus menyiapkan berbagai komponen pendukung secara komprehensif agar proses layanan pembelajaran dapat terlaksana secara optimal dalam rangka mengembangkan potensi keunggulan peserta didik menjadi prestasi nyata sesuai dengan karakteristik keistimewaannya.

Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki

potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pula oleh satuan pendidikan pada jalur

pendidikan nonformal.

Mekanisme izin penyelenggaraan program CI/BI sebagai berikut:

REKOMENDASI LTPD

REKOMENDASI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN^

KOTA

TDINAS PENDIDIKAN

PROVINSI

TPENYERAHAN DINAS PENDIDIKAN ;

REKOMENDASI SEKOLAH PROVINSI

SD/SMP/SMA/ SMK J 4— PENYELENGARA PROGRAM 4--- MENETAPKAN SEKOLAH

CI/BI KEPADA DINAS PENYELENGGARA

PENDIDIKAN KAB/KOTA PROGRAM CI/BI

<Hagan 7: ‘Mekanisme Iz in (penyeCenggaraan (program C I/H I

Page 94: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan

3 Satuan Pendidikan Umum dan Satuan Pendidikan Kejuruan bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan

(Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)

Di samping melalui satuan pendidikan khusus, pendidikan

khusus bagi peserta didik yang memiliki kelainan dapat diselenggarakan melalui satuan pendidikan umum dan

satuan pendidikan kejuruan.

Satuan pendidikan umum dan satuan pendidikan

kejuruan yang menerima peserta didik berkelainan menyelenggarakan pendidikan khusus secara inklusif.

Satuan pendidikan umum dan kejuruan tersebut dikenal

dengan sebutan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Sebutan tersebut untuk mempermudah informasi mengenai

sekolah atau satuan pendidikan mana saja yang telah

menyelengarakan pendidikan inklusif.

Page 95: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Qam6ar 10 dan 11 : "Kegiatan <Pem6e(ajaran yang fylengakomodasi Peserta (Didik, (Berkebutuhan Xfiusus

Pendidikan inklusif sendiri memiliki pengertian beragam.

Tim Pendidikan Inklusif Jawa Barat (2003:4) dalam situs

bintang bangsaku.com mengemukakan: ’’Pendidikan inklusif

adalah layanan pendidikan yang semaksimal mungkin

mengakomodasi semua anak termasuk anak yang memiliki

kebutuhan khusus atau anak luar biasa, di sekolah

atau lembaga pendidikan (diutamakan yang terdekat

dengan tempat tinggal anak) bersama dengan teman-

teman sebayanya dengan memperhatikan kebutuhan dan

kemampuan yang dimiliki oleh anak.”

Sedangkan Stainback-Stainback (1990) dalam situs

palaestra.com mengemukakan: “Sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang

Page 96: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan

yang dapat diberikan oleh para guru agar siswa-siswanya

berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusif juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari

kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan

teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain agar

kebutuhan individualnya terpenuhi”.

Secara khusus salah satu kebijakan pendidikan yang

di keluarkan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan

Nasional dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

70 Tahun 2009 tentang Pendidikan bagi Peserta Didik yang

Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/

atau Bakat Istimewa. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud

dengan pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua

peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi

kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti

pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan

secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Melalui peraturan di atas maka Kementrian Pendidikan

Nasional mengeluarkan program dalam penyelenggaraan

pendidikan inklusif, Pasal 6 yang menyatakan bahwa;

1) Pemerintah kabupaten/kota menjamin terselenggaranya

pendidikan inklusif sesuai dengan kebutuhan peserta didik;

2) Pemerintah kabupaten/kota menjamin tersedianya

sumberdaya pendidikan inklusif pada satuan pendidikan inklusif;

Page 97: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

--------------------------------------- - - - - - " T j

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

3) Pemerintahdan pemerintah provinsi membantu tersedianya sumber daya pendidikan inklusif.

Pendidikan inklusif menampung semua peserta didik baik

yang normal maupun berkelainan di lingkungan sekolah dan

kelas yang sama. Sesuai dengan Permendinas Nomor 70 Tahun 2009 tersebut bahwa peserta didik yang dimaksud adalah

semua peserta didik berkebutuhan khusus yang meliputi:

a. tunanetra; j. memiliki gangguan

b. tunarungu; motorik;

c. tunawicara; k. menjadi korban

i. autis;

Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pendidikan inklusif yaitu sekolah yang mengakomodasi

pendidikan untuk semua (education for all) yaitu semua

anak bisa belajar di lingkungan yang sama baik anak

normal maupun anak berkebutuhan khusus (ABK) tanpa

memandang kelainan fisik maupun mental, tanpa adanya

diskriminatif dari lingkungan belajar dan saling menghargai

keanekaragaman yang bertujuan untuk mewujudkan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada peserta didik

yang berkebutuhan khusus memperoleh pendidikan yang

bermutu untuk mengembangkan bakat dan minatnya sesuai

d. tunagrahita;

e. tunadaksa;

f. tunalaras;

g. berkesulitan belajar;

h. lamban belajar;

penyalahgunaan

narkoba, obat terlarang

dan zat adiktif lainnya;

I. memiliki kelainan

lainnya;

m. tunaganda.

Page 98: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

dengan kebutuhan dan kondisinya, yaitu pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, kurikulum, dan sistem

penilaian dan evaluasinya pun harus dikemas sesuai dengan

kebutuhan peserta didi baik peserta didik pada umumnya

maupun anak berkebutuhan khusus.

Mekanisme penetapan sekolah penyelenggara pendidikan

inklusif sebagai berikut:

P ene lenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Vagan 8: Mekanisme (penetapan SekpCaH PenyeCenggara (pendidikan InkCusif

Pendidikan inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Dengan kata lain pendidikan inklusif mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan

Page 99: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

tuntutan kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta

didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan.

Keuntungan dari pendidikan inklusif anak berkebutuhan

khusus maupun anak biasa dapat saling berinteraksi

secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-

hari di masyarakat, dan kebutuhan pendidikannya dapat

terpenuhi sesuai potensinya masing-masing. Konsekuensi

penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah pihak sekolah

dituntut melakukaan berbagai perubahan, mulai cara

pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang

berorientasi pada kebutuhan individual tanpa diskriminasi.

Implikasi managerial pendidikan inklusif sekolah umum/

kejuruan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif

akan berimplikasi secara manajerial di sekolah tersebut.

Diantaranya adalah:

a. Sekolah umum/kejuruan menyediakan kondisi kelas

yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan

menghargai perbedaan.

b. Sekolah umum/kejuruan harus siap mengelola kelas

yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan

pembelajaran yang bersifat individual.

c. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif

menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang

mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta

didik sesuai dengan bakat, minat dan potensinya.

d. Guru di kelas sekolah penyelenggara pendidikan inklusif

harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.

Pembelajaran mempertimbangkan prinsip-prinsip

Page 100: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

P e n e le n gg ara an Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan

pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik

belajar peserta didik.

e Guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

f. Guru memahami multiple intelligence

g. Guru memahami perbedaan kebutuhan dalam mengem- bangkan kurikulum, mengenal dan memahami serta dapat melaksanakan identifikasi, asesmen dan menyusun program pembelajaran/ pendidikan individual (PPI).

h. Mampu merubah aturan main antara guru dengan siswa

i. Guru memiliki strategi dan model serta metode mengajar yang bervariasi.

j. Guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dituntut melibatkan orangtua secara bermakna dalam proses pendidikan.

k. Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan

I. Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional.

m. Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.

Page 101: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan

lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan

mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh Pemerintah.

Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan

pendidikan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional

pendidikan mendapatkan surat tanda tamat belajar

yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.

Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat

belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan

yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau satuan

pendidikan khusus.

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

gamfiar 12 : SM K . <B<PP %ota (Bandung ((penyeCenggara (pencCidikjin InfcCusif)

Page 102: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

P ene lenggaraan P en d id ik an Khusus dan P en d id ik an Layanan Khusus

4 p e n y e l e n g g a r a a n pendidikan khusus melalui jalur

pendidikan nonformal.

P e n d id ik a n khusus bagi peserta didik berkelainan

dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan pada jalur

p e n d id ik a n nonformal. Contoh penyelenggaraan pendidikan

khusus pada jalur nonformal yaitu penyelenggaraan

pendidikan khusus bagi anak usia dini yang memiliki

kebutuhan khusus dalam bentuk kelompok bermain (Kober)

atau playgroup pendidikan khusus, Taman Latihan dan

Observasi (TLO) untuk anak berkebutuhan khusus, Klinik

Therapy, Pusat Layanan Anak Berkebutuhan Khusus jalur

nonformal, dsb.

Kelompok Bermain (Kober) adalah salah satu bentuk

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal

yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia 2-6 tahun, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

anak, agar kelak siap memasuki pendidikan lebih lanjut.

Kelompok Bermain merupakan salah satu bentuk pendidikan

anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal dengan

mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar.

Sering ditemui anak-anak berkebutuhan khusus yang

masuk ke satuan pendidikan khusus (SLB) usianya sudah

jauh di atas ketentuan tersebut di atas. Keadaan seperti ini harus menjadi bahan pemikiran atau solusinya supaya

satuan pendidikan khusus tidak menjadi bingung dengan

kenyataan yang ada di lapangan, dan yang paling penting

adalah bagaimana pemerintah dan sekolah memberikan

Pemahaman kepada masyarakat khususnya orang tua yang memilik anak berkebutuhan khusus memiliki kesadaran untuk

Page 103: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

menyekolahkan anaknya dengan usia sesuai ketentuan usia masuk sekolah. Bagi anak berkebutuhan khusus yang usianya

jauh di atas ketentuan seyogyanya dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan nonformal.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

....’’Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di

luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal

dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh

lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yang dimaksud dengan

pengertian pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan

secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal

diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam

rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat yang

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan

penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan

hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan

keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Page 104: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

kerja pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B

dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim,

sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang

ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2010 Tentang pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan, BAB IV tentang Penyelenggaraan Pendidikan

Nonformal, Bagian Kesatu:

Pasal 100

(1) Penyelenggaraan pendidikan nonformal meliputi

penyelenggaraan satuan pendidikan dan program pendidikan nonformal.

(2) Penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal

sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi satuan

pendidikan:

a. lembaga kursus dan lembaga pelatihan;

b. kelompok belajar;

c. pusat kegiatan belajar masyarakat;

d. majelis taklim; dan

e. pendidikan anak usia dini jalur nonformal.

(3) Penyelenggaraan program pendidikan nonformal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pendidikan kecakapan hidup;

b. pendidikan anak usia dini;

Page 105: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

c. pendidikan kepemudaan;

d. pendidikan pemberdayaan perempuan;

e. pendidikan keaksaraan;

f. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dan

g. pendidikan kesetaraan.

Bagian Kedua, Fungsi dan Tujuan

Pasal 102

(1) Pendidikan nonformal berfungsi:

a. sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap

pendidikan formal atau sebagai alternatif

pendidikan; dan

b. mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan

keterampilan fungsional, serta pengembangan

sikap dan kepribadian profesional dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat.

(2) Pendidikan nonformal bertujuan membentuk manusia

yang memiliki kecakapan hidup, keterampilan fungsional,

sikap dan kepribadian profesional, dan mengembangkan

jiwa wirausaha yang mandiri, serta kompetensi untuk

bekerja dalam bidang tertentu,dan/atau melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam rangka

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(3) Pendidikan nonformal diselenggarakan berdasarkan

prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat

Page 106: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

dengan kebutuhan dan kondisinya, yaitu pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, kurikulum, dan sistem

penilaian dan evaluasinya pun harus dikemas sesuai dengan kebutuhan peserta didi baik peserta didik pada umumnya

maupun anak berkebutuhan khusus.

Mekanisme penetapan sekolah penyelenggara pendidikan

inklusif sebagai berikut:

SD/SMP/SMA/SMK (SEKOLAH UMUM/

KEJURUAN) MENGAJUKAN. PERMOHONAN

PENETAPAN SEKOLAH PENYELENGGARA

PENDIDIKAN INKLUSIF

SD REKOMENDASI UPTD

T j

SD/SMP/SMA/ SMK

SD/SMP/SMA/ SMK

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/ KOTA

MENETAPKAN SEKOLAH PENYELENGGARA

PENDIDIKAN INKLUSIF

PENETAPAN SEKOLAH jPENELENGGARA PENDIDIKAN I

INKLUSIF OLEH DINPENDIDIKAN PROVINSI 1

(Ragan 8: Mekanisme (Penetapan SekffCafi (PenyeCenggara (Pendidikan In ^ fu s if

Pendidikan inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya,

semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Dengan kata lain pendidikan inklusif mensyaratkan pihak sekolah yang harus menyesuaikan dengan

Page 107: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenai Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

tuntutan kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta

didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan.

Keuntungan dari pendidikan inklusif anak berkebutuhan

khusus maupun anak biasa dapat saling berinteraksi

secara wajar sesuai dengan tuntutan kehidupan sehari-

hari di masyarakat, dan kebutuhan pendidikannya dapat

terpenuhi sesuai potensinya masing-masing. Konsekuensi

penyelenggaraan pendidikan inklusif adalah pihak sekolah

dituntut melakukaan berbagai perubahan, mulai cara

pandang, sikap, sampai pada proses pendidikan yang

berorientasi pada kebutuhan individual tanpa diskriminasi.

Implikasi manajerial pendidikan inklusif sekolah umum/

kejuruan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif

akan berimplikasi secara manajerial di sekolah tersebut.

Diantaranya adalah:

a. Sekolah umum/kejuruan menyediakan kondisi kelas

yang hangat, ramah, menerima keanekaragaman dan

menghargai perbedaan.

b. Sekolah umum/kejuruan harus siap mengelola kelas

yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan

pembelajaran yang bersifat individual.

c. Satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif

menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang

mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta

didik sesuai dengan bakat, minat dan potensinya.

d. Guru di kelas sekolah penyelenggara pendidikan inklusif

harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.

Pembelajaran mempertimbangkan prinsip-prinsip

Page 108: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik

belajar peserta didik.

Guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

Guru memahami multiple intelligence

Guru memahami perbedaan kebutuhan dalam mengem­bangkan kurikulum, mengenal dan memahami serta dapat melaksanakan identifikasi, asesmen dan menyusun program pembelajaran/ pendidikan individual (PPI).

Mampu merubah aturan main antara guru dengan siswa

Guru memiliki strategi dan model serta metode mengajar yang bervariasi.

Guru pada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dituntut melibatkan orangtua secara bermakna dalam proses pendidikan.

Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif mengacu pada kurikulum tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan

Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan standar nasional pendidikan atau di atas standar nasional pendidikan wajib mengikuti ujian nasional.

Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar nasional pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.

Page 109: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan dan

lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan

mendapatkan ijazah yang blankonya dikeluarkan oleh Pemerintah.

Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelesaikan pendidikan berdasarkan kurikulum yang dikembangkan

oleh satuan pendidikan di bawah standar nasional

pendidikan mendapatkan surat tanda tamat belajar

yang blankonya dikeluarkan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.

Peserta didik yang memperoleh surat tanda tamat

belajar dapat melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih tinggi pada satuan pendidikan

yang menyelenggarakan pendidikan inklusif atau satuan pendidikan khusus.

Cjam6ar 12 : S!M% (B<PP %ota (Bandung ((Penyelenggara (Pendidikan Inkfusif)

Page 110: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

4 . Penyelenggaraan pendidikan khusus melalui jalurpendidikan nonformal.

Pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan

dapat diselenggarakan oleh satuan pendidikan pada jalur

pendidikan nonformal. Contoh penyelenggaraan pendidikan khusus pada jalur nonformal yaitu penyelenggaraan

pendidikan khusus bagi anak usia dini yang memiliki

kebutuhan khusus dalam bentuk kelompok bermain (Kober)

atau playgroup pendidikan khusus, Taman Latihan dan Observasi (TLO) untuk anak berkebutuhan khusus, Klinik

Therapy, Pusat Layanan Anak Berkebutuhan Khusus jalur

nonformal, dsb.

Kelompok Bermain (Kober) adalah salah satu bentuk

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal

yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia 2-6

tahun, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

anak, agar kelak siap memasuki pendidikan lebih lanjut.

Kelompok Bermain merupakan salah satu bentuk pendidikan

anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal dengan

mengutamakan kegiatan bermain sambil belajar.

Sering ditemui anak-anak berkebutuhan khusus yang

masuk ke satuan pendidikan khusus (SLB) usianya sudah

jauh di atas ketentuan tersebut di atas. Keadaan seperti

ini harus menjadi bahan pemikiran atau solusinya supaya

satuan pendidikan khusus tidak menjadi bingung dengan

kenyataan yang ada di lapangan, dan yang paling penting

adalah bagaimana pemerintah dan sekolah memberikan

pemahaman kepada masyarakat khususnya orang tua yang memilik anak berkebutuhan khusus memiliki kesadaran untuk

Page 111: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

menyekolahkan anaknya dengan usia sesuai ketentuan usia masuk sekolah. Bagi anak berkebutuhan khusus yang usianya

jauh di atas ketentuan seyogyanya dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan nonformal.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas ....’’Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di

luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh

lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah

Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yang dimaksud dengan

pengertian pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan

secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal

diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan

layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam

rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat yang

berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian

profesional.

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,

pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan

keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan

Page 112: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B

dan Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus,

lembaga pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim,

sanggar, dan lain sebagainya, serta pendidikan lain yang

ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2010 Tentang pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan, BAB IV tentang Penyelenggaraan Pendidikan

Nonformal, Bagian Kesatu:

Pasal 100

(1) Penyelenggaraan pendidikan nonformal meliputi

penyelenggaraan satuan pendidikan dan program

pendidikan nonformal.

(2) Penyelenggaraan satuan pendidikan nonformal

sebagaimana dimaksud pada ayat(1) meliputi satuan

pendidikan:

a. lembaga kursus dan lembaga pelatihan;

b. kelompok belajar;

c. pusat kegiatan belajar masyarakat;

d. majelis taklim; dan

e. pendidikan anak usia dini jalur nonformal.

(3) Penyelenggaraan program pendidikan nonformal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pendidikan kecakapan hidup;

b. pendidikan anak usia dini;

Page 113: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

c. pendidikan kepemudaan;

d. pendidikan pemberdayaan perempuan;

e. pendidikan keaksaraan;

f. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dan

g. pendidikan kesetaraan.

Bagian Kedua, Fungsi dan Tujuan

Pasal 102

(1) Pendidikan nonformal berfungsi:

a. sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap

pendidikan formal atau sebagai alternatif pendidikan; dan

b. mengembangkan potensi peserta didik dengan

penekanan pada penguasaan pengetahuan dan

keterampilan fungsional, serta pengembangan

sikap dan kepribadian profesional dalam rangka

mendukung pendidikan sepanjang hayat.

(2) Pendidikan nonformal bertujuan membentuk manusia

yang memiliki kecakapan hidup, keterampilan fungsional,

sikap dan kepribadian profesional, dan mengembangkan

jiwa wirausaha yang mandiri, serta kompetensi untuk

bekerja dalam bidang tertentu,dan/atau melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam rangka

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(3) Pendidikan nonformal diselenggarakan berdasarkan

prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat

Page 114: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Q Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus

Pendidikan layanan khusus berfungsi memberikan

pelayanan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil

atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, yang mengalami bencana alam, yang mengalami bencana sosial,

dan/atau yang tidak mampu dari segi ekonomi. Pendidikan

layanan khusus bertujuan menyediakan akses pendidikan

bagi peserta didik agar haknya untuk memperoleh pendidikan terpenuhi. Pendidikan layanan khusus dapat

diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal

dan informal.

Satuan pendidikan yang memiliki peserta didik,

pendidik, dan/atau tenaga kependidikan yang memerlukan

layanan khusus wajib menyediakan akses ke sarana dan

prasarana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pendidikan layanan khusus pada jalur pendidikan formal

diselenggarakan dengan cara menyesuaikan waktu, tempat,

sarana dan prasarana pembelajaran, pendidik, tenaga

kependidikan, dan/atau sumber daya pembelajaran lainnya

dengan kondisi kesulitan peserta didik.

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangan masing-masing menyelenggarakan pendidikan

layanan khusus. Penyelenggaraan pendidikan layanan

khusus dapat berupa Sekolah (SD, SMP, SMA) atau madrasah

(Ml, MTs, MA) kecil; sekolah (SD, SMP, SMA) atau madrasah

(Ml, MTs, MA) terbuka; pendidikan jarak jauh; sekolah (SD, SMP, SMA) atau madrasah (Ml, MTs, MA) darurat;

pemindahan peserta didik ke daerah lain; dan/atau bentuk

Page 115: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

lain yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundangan-undangan.

Penyelenggaraan pendidikan layanan khusus pada jalur

pendidikan formal dengan mempertimbangkan kesulitan

peserta didik sehingga memerlukan pendidikan layanan

khusus dan penyesuaian-penyesuian yang seharusnya

dilakukan dalam upaya memberikan akses, sehingga alternatif

penyelenggaraannya seperti pada tabel di bawah ini.

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

la f o f 2 : <B e n tu k <Venyeknggaraan (Pendidian Layanan Xfiusus

No

Peserta Didik yang Memerlukan

Pendidikan Layanan Khusus

Model/BentukPenyelenggaraan

Penyesuaian-Penyesuaian yang Dilakukan

1 Peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang

1. Sekolah (SD,SMP, SMA) atau madrasah (Ml, MTs, AAA) kecil;

2. Sekolah (SD,SMP, SMA) atau madrasah (Ml, MTs, MA) terbuka;

3. Pendidikan jarak jauh;

4. Pemindahan peserta didik ke daerah lain

5. Guru Kunjung

Diselengarakan dengan cara menyesuaikan waktu, tempat, sarana dan prasarana pembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan, dan/ atau sumber daya pembelajaran lainnya dengan kondisi kesulitan peserta didik.

Page 116: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

2 Peserta didik yang berasal dari masyarakat adat yang terpencil

1. Sekolah (SD,SMP, SMA) atau madrasah (Ml, MTs, MA) kecil;

2. Sekolah (SD,SMP, SMA) atau madrasah (Ml, MTs, MA) terbuka;

3. Pendidikan jarak jauh;

4. Pemindahan peserta didik ke daerah lain

5. Guru Kunjung

Diselengarakan dengan cara menyesuaikan waktu, tempat, sarana dan prasarana pembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan, dan/ atau sumber daya pembelajaran lainnya dengan kondisi kesulitan peserta didik.

3 Peserta Didik yang mengalami bencana alam

1. Sekolah (SD,SMP, SMA) atau madrasah (Ml, MTs, AAA) darurat

2. Pemindahan peserta didik ke daerah lain

Diselengarakan dengan cara menyesuaikan waktu, tempat, sarana dan prasarana pembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan, dan/ atau sumber daya pembelajaran lainnya dengan kondisi kesulitan peserta didik.

4 Peserta Didik yang Mengalami Bencana Sosial

1. Sekolah (SD,SMP, SMA) atau madrasah (Ml, MTs, MA) darurat

2. Pemindahan peserta didik ke daerah lain

Diselengarakan dengan cara menyesuaikan waktu, tempat, sarana dan prasarana pembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan, dan/ atau sumber daya pembelajaran lainnya dengan kondisi kesulitan peserta didik.

Page 117: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Peserta Didik yang Berasal dari Keluarga yang Tidak Mampu dari Segi Ekonomi

1. Seko lah (SD,

SMP, SM A) atau

m ad ra sah (Ml,

MTs, AM ) kecil;

2. Se ko lah (SD,

SMP, SAM )

atau m ad ra sah

(Ml, MTs, M A )

te rbuka;

3. Pend id ikan ja ra k

jauh;

4. Rum ah S in ggah

Diselengarakan dengan cara menyesuaikan waktu, tempat, sarana dan prasarana pembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan, dan/ atau sumber daya pembelajaran lainnya dengan kondisi kesulitan peserta didik.

Penetapan atau pemilihan model/bentuk

penyelenggaraan satuan pendidikan layanan khusus

dengan memperhatikan kondisi kesulitan peserta

didik yang memerlukan pendidikan layanan khusus.

Dalam penyelenggaraannya dengan cara menyesuaikan waktu, tempat, sarana dan prasarana pembelajaran,

pendidik, tenaga kependidikan, dan/atau sumber daya

pembelajaran lainnya dengan kondisi kesulitan peserta didik.

Model/bentuk penyelenggaraan sekolah/madrasah

kecil dapat dipilih untuk peserta didik di daerah

terpencil atau terbelakang dan peserta didik yang

berasal dari masyarakat adat yang terpencil. Sekolah/ madrasah darurat dapat dipilih untuk peserta didik

yang mengalami bencana alam dan peserta didik yang

mengalami bencana sosial.

Pemindahan peserta didik ke daerah lain dapat

dilakukan untuk peserta didik di daerah terpencil

Page 118: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

atau terbelakang, peserta didik yang berasal dari

masyarakat adat yang terpencil dan peserta didik

yang mengalami bencana alam dan peserta didik yang

mengalami bencana sosial.

Model pendidikan jarak jauh dapat dipilih untuk

semua peserta didik yang memerlukan pendidikan

layanan khusus dengan persyaratan tertentu yaitu

telah menguasai berbagai komponen pendukung untuk mengikuti pendidikan jarak jauh termasuk

pertimbangan tingkatan kelas atau satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh lembaga penyelenggara

pendidikan layanan khusus.

Model guru kunjung, yaitu bentuk layanan

pendidikan bagi anak daerah terpencil dimana guru

melakukan kunjungan ke tempat peserta didik yang

membutuhkan pendidikan. Hal yang khas pada model

guru kunjung adalah terjalinnya komunikasi pendidikan,

terbentuknya interaksi yang sehat dan membangun

antara guru dengan peserta didik.

Model layanan rumah singgah (boarding house), merupakan bentuk pendekatan pendidikan bagi peserta

didik yang berbasis pada rumah singgah. Melalui rumah

singgah ini diharapkan peserta didik mengalami proses

pembelajaran, peningkatan kemampuan relasi emosional

dan sosial, sehingga peserta didik mampu beradaptasi

dan bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat.

Bagi peserta didik yang berasal dari keluarga

yang tidak mampu dari segi ekonomi di samping

Page 119: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

mengikuti model/bentuk pendidikan layanan khusus

yang diperuntukannya, lebih baik dicarikan solusinya

oleh pemerintah atau oleh lembaga/yayasan, misalnya

dicarikan bapak angkat, donatur atau bantuan

pihak ketiga yang tidak mengikat untuk membiayai

pendidikan peserta didik tersebut secara penuh

sehingga peserta didik dapat masuk sekolah atau

belajar di sekolah umum/kejuruan seperti peserta

didik pada umumnya.

Penyelenggara pendidikan layanan khusus

adalah pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan

kewenangannya melalui satuan pendidikan umum/

kejuruan atau oleh masyarakat dalam bentuk

yayasan/ lembaga/organisasi yang telah memperoleh rekomendasi dari pihak yang berwenang. Semangat

penyelenggaraan pendidikan layanan khusus adalah

memberikan kesempatan atau akses yang seluas-

luasnya kepada semua peserta didik untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan

individu peserta didik tanpa diskriminasi. Untuk

mencapai keberhasilan yang optimal penyelenggaraan

pendidikan layanan khusus memerlukan kemitraan

antar seluruh stakeholder terkait. Keterlibatan

stakeholder dalam penyelenggaraan pendidikan layanan

khusus ini mempunyai dimensi yang luas. Dengan

adanya kebersamaan dan semangat yang tinggi dari

semua pihak semoga pendidikan layanan khusus dapat

terlaksana dalam upaya mewujudkan hak semua anak

untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Page 120: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Mengingat kompleksnya subyek sasaran dan

rumitnya model/bentuk penyelenggaraan pendidikan

layanan khusus maka perlu pedoman pengelolaan

dan penyelenggaraan pendidikan layanan khusus dari

pemerintah/pemerintah daerah untuk dijadikan acuan

semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan

pendidikan layanan khusus.

Peran serta masyarakat dalam rangka peningkatan

akses dan mutu pelayanan PLK mutlak diperlukan

agar kondisi di atas standar minimal dan peningkatan

mutu pendidikan dapat dicapai. Perlu dicari terobosan

agar masyarakat tumbuh rasa ikut memiliki sekolah

disekitarnya. Dengan demikian bukan hanya kepala

sekolah dan dewan guru saja yang memikirkan

kemajuan sekolah, tetapi masyarakat sekitar juga

terlibat. Pemahaman masyarakat tentang PLK sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses pendidikan

dan pembelajaran PLK. Partisipasi dan peran

masyarakat dalam penyelenggaraan PLK antara lain

dalam perencar '.n, penyediaan tenaga ahli/profesional

terkait, men,_jri masukan dalam pengambilan

keputusan, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi,

pendanaan, pengawasan, dan penyaluran lulusan.

Untuk mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan PLK dapat diakomodasikan melalui

wadah: (1) Komite, (2) dewan pendidikan, (3) dan

forum-forum pemerhati PLK.

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan PLK

juga dapat diwujudkan melalui kemitraan kelembagaan

Page 121: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

antar jenis, jenjang dan jalur pendidikan untuk melayani

program pendidikan yang dibutuhkan oleh peserta didik, kemitraan pengembangan keterampilan dan kecerdasan

peserta didik, kemitraan pengembangan sarana dan

prasarana pendidikan yang dimiliki oleh penyelenggara PLK, kemitraan pembiayaan untuk perintisan usaha

dan pasar bagi lulusan PLK dalam memanfaatkan, dan kemitraan informasi dan penyaluran kerja bagi peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikannya.

© Permasalahan dalam Penyelenggaran Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.

1. Permasalahan Penyelenggaraan Pendidikan Khusus

Permasalahan krusial dalam penyelenggaraan pendidikan

khusus adalah kurangnya pendidik dan tenaga kependidikan

yang memiliki kualifikasi akademik pendidikan khusus pada

satuan pendidikan khusus, umum dan kejuruan.

Penyelenggaraan pendidikan khusus melalui satuan

pendidikan khusus banyak yang diselenggarakan oleh

masyarakat (yayasan). Tidak semua yayasan penyelenggara

pendidikan khusus memiliki angggaran yang mencukupi untuk

membiayai komponen pendukung seperti untuk membiayai

pendidik dan tenaga kependidikan. Kebijakan pembatasan

atau tidak bolehnya penempatan atau pengangkatan Guru

PNS di satuan pendidikan khusus (SLB) yang diselenggarakan

oleh yayasan menjadi permasalahan yang perlu segera

diselesaikan atau dicari solusinya.

Page 122: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Kurangnya ketersediaan sarana-prasarana yang sesuai

dengan kebutuhan khusus peserta didik. Kurang atau tidak

tersedianya guru pembimbing khusus (GPK) di sekolah

penyelenggara pendidikan inklusif. Tidak atau kurang adanya

atau sulitnya tenaga psikolog dan dokter yang bekerja

atau dapat bekerjasama dalam rangka penyelenggaraan

pendidikan khusus, dan kurangnya sistem informasi

manajemen, benchmarking, dan bahkan biaya sosialisasi

dan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pendidikan

khusus/pendidikan inklusif/program CIBI.

Permasalahan lainnya adalah sistem pendataan yang

belum optimal. Ketika dibutuhkan data anak berkebutuhan

khusus yang belum sekolah dan yang sudah sekolah secara

menyeluruh untuk satu daerah (kabupaten/kota, provinsi)

sangat sulit diperoleh oleh pihak yang berkepentingan.

Permasalahan tersebut perlu diperhatikan mengingat

pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan khusus

memerlukan penanganan secara khusus pula karena memang

memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan jenis

pendidikan lainnya. Jalan tengah yang diambil pemerintah

saat ini adalah mengoptimalkan penyelenggaraan sekolah-

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif pada setiap

satuan dan jenjang pendidikan umum dan kejuruan.

Kendala akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

ini bukan karena faktor kelainan atau kecacatannya yang

disandang, tetapi lebih pada faktor di luar diri penyandang

kelainan/cacat itu sendiri. Meskipun secara yuridis telah

ada peraturan yang mengatur dan memberikan peluang

akses pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ini, tetapi

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Page 123: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

peluang itu belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh anak/

peserta didik berkebutuhan khusus.

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dijelaskan

bahwa pendidikan khusus melalui satuan pendidikan

khusus (Sekolah Luar Biasa) dan Satuan Pendidikan Khusus

bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan/

atau Bakat Istimewa diselenggarakan oleh Pemerintah

Provinsi dan penyelenggaraan pendidikan khusus melalui

satuan pendidikan umum dan kejuruan diselenggarakan

oleh Pemerintah Kabupaten/Kota (secara inklusif atau

penyelenggaraan program CIBI). Namun pada kenyataannya belum semua Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota secara serentak mengimplementasikan kebijakan pemerintah yang dituangkan pada PP Nomor 17 Tahun 2010.

Penyelenggaraan pendidikan khusus menjadi

bervariasi termasuk pula kedudukan pendidik dan tenaga

kependidikannya. Sehingga kedudukan Pengawas sekolah

PLB, Kepala SLB dan Guru SLB dan tenaga kependidikan

lainnya menjadi bervariasi. Bagi pemerintah provinsi yang

telah mengimplementasikan peraturan tersebut seluruhnya

berada atau menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi.

Namun di beberapa provinsi kedudukan Pengawas Sekolah

PLB, Kepala SLB dan Guru SLB serta tenaga kependidikan

lainnya ada yang di provinsi dan ada yang di kabupaten/

kota. Begitu pula lembaga yang menanganinya ada

pemerintah provinsi yang memiliki Bidang PLB/PKLK, ada

yang dalam bentuk Balai Pelatihan Guru PLB/PKLK, ada yang

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Innplementasinya

Page 124: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

hanya dengan Seksi dan ada yang tidak memiliki Bidang/

Balai/Seksi tetapi hanya digabungkan dengan bidang-bidang

lainnya. Perlu kerja keras pemerintah pusat agar Undang-

Undang dan Peraturan Pemerintah yang telah disusun

dengan baik dapat diimplementasikan dengan baik pula.

Kurangnya jumlah tenaga kependidikan (psikolog)

dan terapis yang diperlukan satuan pendidikan khusus,

rendahnya kualitas sekolah dan pelayanan, dan tidak

meratanya guru, guru pembimbing khusus, belum sadarnya

masyarakat tentang pendidikan khusus masih merupakan

permasalahan besar yang dihadapi dunia pendidikan khusus

di Indonesia.

Sumber daya manusia (SDM) yang kurang profesional

menghambat pelaksanaan sistem pendidikan nasional.

Penataan SDM yang tidak sesuai dengan latar belakang

pendidikan menjadikan pelaksanaan pendidikan khusus tidak

profesional. Banyak tenaga kependidikan yang latar belakang

pendidikannya tidak relevan di dunia kerja yang ditekuninya.

Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

khusus sangat kurang. Masyarakat hanya menyerahkan peserta

didik ke lembaga pendidikan khusus dengan membayar

dana pendidikan dan menyerahkan pendidikan peserta didik

kepada lembaga. Peran masyarakat dalam mendidik menjadi

kurang karena mengandalkan lembaga pendidikan. Perlu

adanya komunikasi efektif antara lembaga pendidikan dan

orangtua untuk mendidik peserta didik agar mencapai tujuan

pendidikan yang dicita-citakan bersama.

Berkaitan dengan partisipasi peserta didik dipengaruhi

oleh kesiapan dan motivasi keluarga terutama yang berlatar

Page 125: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

belakang pendidikan, sosial, dan ekonominya tergolong

rendah. Tingkat partisipasi peserta didik mengikuti program

pendidikan terutama pendidikan dasar dipengaruhi oleh

faktor tersebut.

Permasalahan pendidikan khusus termasuk pula anak- anak atau peserta didik yang menjadi korban penyalahgunaan

narkoba, obat terlarang dan zat adiktif lainnya. Pada

kesempatan ini dibahas secara tersendiri pada bahasan selanjutnya.

2. Permasalahan Penyelenggaraan Pendidikan LayananKhusus

Kondisi daerah atau medan yang berat, penjabaran

konsep pendidikan layanan khusus yang belum dipahami

secara seksama, data-data peserta didik yang memerlukan

pendidikan layanan khusus yang sangat sulit diperoleh,

sinkronisasi, koordinasi, dan kerjasama serta bentuk-bentuk

penyelenggaraan yang bervariasi menjadi permasalahan

yang perlu segera ditata dalam bentuk payung hukum yang jelas.

Ketersediaan tempat, sarana dan prasarana

pembelajaran, pendidik, tenaga kependidikan, dan/atau

sumber daya pembelajaran lainnya yang sesuai dengan

kondisi kesulitan peserta didik adalah sangat penting.

Termasuk pula pentingnya pedoman penyelenggaraan

pendidikan layanan khusus yang harus diadakan agar semua

pihak dapat memahami, menerima dan menjadi acuan

dalam penyelenggaraan pendidikan layanan khusus di setiap kabupaten/kota/provinsi.

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Page 126: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Q Sekilas tentang Peserta Didik yang Menjadi Korban Penyalahgunaan Narkotika, Obat Terlarang dan Zat Adiktif Lainnya dan Badan Narkotika Nasional

Anak yang menggunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras diluar

tujuan pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwenang. Anak yang pernah menyalahgunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras, yang dilakukan sekali, lebih dari sekali atau dalam taraf coba-coba. Secara medik anak tersebut sudah dianyatakan bebas dari ketergantungan obat oleh dokter yang berwenang.

Penggunaan narkoba yang tidak sesuai dengan ketentuan disebut penyalahgunaan narkoba. Sungguh memprihatinkan penyalahgunaan narkoba ini yang telah menimpa generasi muda, mulai anak usia SD sampai usia perguran tinggi. Mereka yang terkena penyalahgunaan narkoba akan terjadi disorientasi emosi, kemauan, maupun disorientasi kordinasi

psikomotoriknya.

Pola penyalahgunaan narkoba mula mula di mulai dengan bujukan, penawaran, ataupun tekanan dari seseorang atau kelompok pada yang bersangkutan. Dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba dan atau ingin merasakan maka anak

mau menerima tawaran tersebut. Dan hal ini makin lama

makin ketagihan, sulit untuk menolak tawaran tersebut.

Korban-korban penyalahgunaan narkoba yang melanda generasi muda yang semakin merajalela perlu ada usaha

pencegahan sedini mungkin. Penyalahgunaan narkoba dapat

Page 127: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

menimbulkan dampak kerugian terhadap kondisi kesehatan

jasmani seorang juga psikis pemakaian. Perubahan psikis sering menimbulkan kendala hubungan sosial bagi

penyalahguna narkoba dalam keluarga maupun masyarakat

umum disekitarnya.

Seorang penyalahgunaan narkoba tidak akan hidup

normal layaknya anggota masyarakat lainnya. Mereka

biasanya mempunyai tingkah laku yang aneh dan menciptakan

ketergantungan fisik dan psikologis pada tingkatan yang

berbeda. Ketergantungan berarti mereka tidak dapat hidup

tanpa menggunakan narkoba. Ketergantungan tersebut

menyebabkan timbulnya rasa sakit yang sangat.

Jika ada upaya mengurangi penggunaan narkoba atau

bahkan menghentikannya. Sedang ketergantungan secara

psikologis dapat menimbulkan tingkah laku yang kompulsif

untuk memperoleh barang-barang haram tersebut. Bahkan

sering kali penyalahguna akan melakukan tindakan kriminal

untuk memperoleh uang yang kemudian digunakan buat

membeli narkoba.

Dengan basis sekolah sebagai salah satu aspek masyarakat

yang menyiapkan warganya untuk masa depan. Ketrampilan-

ketrampilan psiko sosial seperti bersikap dan berperilaku

positip, mengenal situasi penawaran/ajakan dan terampil

menolak tawaran/ajakan tersebut. Penyalahgunaan narkoba

merupakan masalah perilaku manusia bukan semata-mata

masalah zat atau narkoba itu sendiri. Maka dalam usaha

pencegahan meluasnya pengaruh penyalahgunaan narkoba

itu perlu pendekatan tingkah laku. Tentu saja hal ini perlu

selektif, jangan sampai terjadi sebaliknya. Karena dorongan

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Page 128: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

rasa ingin tahu justru terjerumus dalam penyalahgunaan

n a rk o b a . Maka dikembangkanlah model belajar hidup

bertanggung jawab. Dan menangkal terjadinya kekerasan

akibat penyualahgunaan narkoba. Model yang dirujuk dalam

buku ini adalah model program yang mengacu pada program DARE (Drug Abuse Resisstance Education Program ), yang

populer di Amerika Serikat.

Pencegahan penyalahgunaan narkoba terutama

diarahkan kepada generasi muda (anak, remaja, pelajar,

pemuda, dan mahasiswa). Penyalahgunaan sebagai hasil interaksi individu yang kompleks dengan berbagai elemen

dari lingkungannya, terutama dengan orng tua, sekolah,

lingkungan masyarakat dan remaja/pemuda lainnya, oleh

karena itu Strategi informasi dan Pendidikan Pencegahan

dilaksanakan melalui 7 (tujuh) jalur yaitu :

1. Keluarga, dengan sasaran orang tua, anak, pemuda,

remaja dan anggota keluarga lainnya.

2. Pendidikan, sekolah maupun luar sekolah/dengan

kelompok sasaran guru/tenaga pendidikan dan peserta

didik/warga belajar baik secara kurikuler maupun ekstra

kurikuler.

3. Lembaga keagamaan, engan sasaran pemuka-pemuka

agama dan umatnya.

4. Organisasi sosial kemasyarakatan, dengan sasaran

remaja/pemuda dan masyarakat.

5. Organisasi Wilayah Pemukiman (LKMD, RT,RW), dengan

sasaran warga terutama pemuka masyarakat dan remaja

setempat

Page 129: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

6. Unit-unit kerja, dengan sasaran Pimpinan, Karyawan dan keluargannya.

7. Mass Media baik elektronik, cetak dan Media Interpersonal

(talk show dan dialog interaktif), dengan sasaran luas maupun individu.

Pencegahan berbasis sekolah (School Based Prevention)

lebih mudah dilaksanakan karena sekolah lebih berstruktur

sehingga dapat diadakan pengawasan meskipun dilaksanakan

secara komprehensif dan terpadu. Dalam melaksanakan

pendidikan pencegahan di sekolah dalam kurikulum

maupun kegiatan ekstrakurikuler yang menyangkut upaya

meningkatkan kualitas hidup secara bertahap disisipkan

pengetahuan atau pelajaran yang bertujuan untuk mensosialisasikan kebijakan penanggulangan dan bahaya

penyalahgunaan narkoba. Oleh karena itu sistem pendidikan

sekolah, pendidikan dan motivasi guru merupakan hal

penting yang tidak akan diabaikan untuk dapat menjamin

siswa secara efektif menolak narkoba dan memilih cara

hidup sehat. Dengan demikian perlu disiapkan materi

pengajaran masalah keuntungan cara hidup sehat bebas

dari narkoba. Namun yang terjadi yang menjadi kendala di

dunia pendidikan sekarang belum seluruh guru mempunyai

pengalaman dan pengetahuan dasar tentang narkoba.

Dalam pelaksanaan pencegahan penyalahgunaan narkoba

dilingkungan sekolah perlu diadakan langkah-langkah,

sebagai berikut antara lain menilai besar dan luasnya

masalah dan mengembangkan mekanisme pengawasannya. Tetapkan kebijakan yang jelas dan konsisten yang berlaku

bagi siswa, guru dan semua personil di lingkungan sekolah

Page 130: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

yang menyelesaikan penyalahgunaan narkoba di lingkungan s e k o la h tidak di benarkan.

Melaksanakan pendidikan pencegahan melalui kurikulum dan ekstra kurikuler, mensosialisasikan dan melaksanakan kebijakan penanggulangan. Kemudian mengikuti/ mengadakan pelatihan untuk para guru tentang pencegahan narkoba untuk mengetahui materi-materi yang perlu dikuasai terampil menggunakan metode mengajar sesuai tingkat dan

umur serta gejala-gejala penyalahgunaan narkoba.

Menyelenggarakan program bantuan/ pendukung anak- anak sejak TK/TKLB sampai dengan siswa (SD/SDLB’MI- SMA/SMALB/MA/MAK), antara lain melalui kelompok belajar, kegiatan-kegiatan alternative, konseling untuk

teman sebaya, ketrampilan, kerja bakti sosial dan lain- lain. Kemudian mengharapkan partisipasi orang tua, dan pendekatan terpadu sekolah dan masyarakat.

Selain guru di sekolah, orang tua juga mempunyai peranan penting dalam pencegahan narkoba, antara lain:

1. Mengasuh anak dengan baik

2. Mampu memberikan dorongan untuk meningkatkan

kepercayaan diri anak

3. Komunikasi

4. Penanaman disiplin sejak dini

Dalam pencegahan narkoba memerlukan kesadaran dari diri sendiri. Penyalahgunaan narkoba telah nyata-nyata merusak masa depan seseorang, untuk itu perlu dihindari. Hendaknya siswa dapat mengisi hari-harinya dengan mendekatkan kepada

Allah Swt. dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat positif. Pada orang tua, guru, dan masyarakat sebaiknya selalu memberikan

Page 131: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

arahan-arahan yang bersifat positif untuk menghindari bahaya narkoba bagi generasi muda.

* Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

gamfiar 13 : Xegiatan Focus group (Discussion (Tg<D) M enuju generasi M uda yang (pedud %pr6an 9(ar!{p6a, Xerjasama (Badan Narkgtika NasionaC (<B!N!N) dengan S L (B 'N C ikunyi %fl6upaten (Bandung (Provinsi Jawa (Barat

gam6ar 14 : (Direktur (Reha6i(itasi (%e 2 dari se6e(dli £iri) dan (Direktur A dvokasi <BWW (%e-4 dari kanan) difoto seteCah seiesai kegiatan Tg<D di SU B Jf CiCeunyi ‘Ka6upaten (Bandung

Page 132: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Cjambar 15 : 'Narkoba SVb (Prestasi Yess

Wikipedia Bahasa Indonesia : Badan Narkotika Nasional(disingkat BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non

Kementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas

melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan,

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali

bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. BNN dipimpin

oleh seorang kepala yang bertanggung jawab langsung

kepada Presiden melalui koordinasi KepalaKepolisian Negara

Republik Indonesia.

Dasar hukum BNN adalah Undang-Undang Nomor 35

tahun 2009 tentang Narkotika. Sebelumnya, BNN merupakan

lembaga nonstruktural yang dibentuk berdasarkan Keputusan

Page 133: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Presiden Nomor 17 Tahun 2002, yang kemudian diganti

dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007. Sejarah

penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di

Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya

Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun

1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelligen Nasional

(BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam) permasalahan

nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu,

penanggulangan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan

penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja,

penanggulangan subversi, pengawasan orang asing.

Berdasarkan Inpres tersebut Kepala

BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah

satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya

narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi

kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen

Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah

komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN.

Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak

mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan

disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN.

Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih

merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru

terus memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan

narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa

Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila dan agamis.

Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba,

Page 134: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan

dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan tahun

1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap

untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia

dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan

terus menerus memerangi bahaya narkoba.

Menghadapi permasalahan narkoba yang

berkecenderungan terus meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) mengesahkan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika

dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.

Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah

(Presiden Abdurahman Wahid) membentuk Badan Koordinasi

Narkotika Nasional (BKNN), dengan Keputusan Presiden

Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi

Pemerintah terkait.

BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia

(Kapolri) secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN

tidak mempunyai personel dan alokasi anggaran sendiri.

Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas

Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri),

sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya

secara maksimal.

BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak

memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh karenanya berdasarkan Keputusan

Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika

Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional

Page 135: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

(BNN). BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas

mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan

ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai

tugas dan fungsi: 1. mengoordinasikan instansi pemerintah

terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan

nasional penanggulangan narkoba; dan 2. mengoordinasikan

pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba.

Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN. Dengan alokasi anggaran APBN

tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya

bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa

struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang

tegas dan hanya bersifat koordinatif (kesamaan fungsional

semata), maka BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal

dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba

yang terus meningkat dan makin serius. Oleh karena itu

pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan

Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan

Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi (BNP) dan

Badan Narkotika Kabupaten/Kota (BNK), yang memiliki

kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota BNN

terkait dalam satuan tugas, yang mana BNN-BNP-BNKab/

Kota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, propinsi

dan kabupaten/kota yang masing-masing bertanggung jawab

kepada Presiden, Gubernur dan Bupati/Walikota, dan yang

masing-masing (BNP dan BN Kab/Kota) tidak mempunyai

hubungan struktural-vertikal dengan BNN.

Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang

terus meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-

Page 136: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penelenggaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

R| Nomor VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI)

Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan

Presiden Rl untuk melakukan perubahan atas Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan

mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22

Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut,

BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan

tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Yang

diperjuangkan BNN saat ini adalah cara untuk memiskinkan

para bandar atau pengedar narkoba, karena disinyalir dan

terbukti pada beberapa kasus penjualan narkoba sudah digunakan untuk pendanaan teroris (Narco Terrorism) dan

juga untuk menghindari kegiatan penjualan narkoba untuk

biaya politik (Narco for Politic).

Page 137: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Page 138: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Pendahuluan

PENUTUP

• •

Page 139: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

PENUTUPPendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan

bangsa. Pendidikan khusus pada jalur pendidikan formal

diselenggarakan melalui satuan pendidikan khusus, satuan

pendidikan umum dan satuan pendidikan kejuruan.

Pendidikan layanan khusus pada jalur pendidikan formal

diselenggarakan dengan cara menyesuaikan waktu, tempat,

sarana dan prasarana pembelajaran, pendidik, tenaga

kependidikan, dan/atau sumber daya pembelajaran lainnya

dengan kondisi kesulitan peserta didik.

Pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus

diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis

dan terbuka, sebagai suatu proses pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang

hayat. Diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas

peserta didik dalam proses pembelajaran. Diselenggarakan

dengan mengembangkan budaya membaca, menulis

dan berhitung dengan mengaplikasikan pada kehidupan

keseharian. Diselenggarakan dengan memberdayakan

semua komponen masyarakat melalui penyelenggaraan dan

pengendalian mutu layanan pendidikan.

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment)

secara bertahap penyelenggaraan pendidikan khusus dan

Page 140: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Penutup

pendidikan layanan khusus berusaha untuk menumbuhkan

kemampuan masyarakat agar peduli akan pentingnya

pendidikan. Dengan tumbuhnya kemampuan masyarakat, diharapkan dapat mengembangkan potensi mereka agar

mampu menyelenggarakan pendidikan khusus dan pendidikan

layanan khusus.

Pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus

anak jalanan diselenggarakan untuk memberikan layanan

akses bagi semua anak. Penyelenggaraan pendidikannya

memerlukan partisipasi anggota masyarakat, diharapkan

dengan sukarela memberikan perhatian, bantuan,

dan kerjasama untuk meningkatkan keberlangsungan

penyelenggaraan pendidikan khusus dan pendidikan layanan

khusus.

Penyelenggaraan pendidikan khusus dan pendidikan

layanan khusus dapat melakukan kerjasama denganinstansi

atau lembaga terkait yang memiliki program yang saling

menunjang (mutual symbiosis). Melalui kerja sama ini,

penyelenggaraan pendidikan khusus dan pendidikan layanan

khusus diharapkan menjadi lebih optimal. Keberlangsungan

penyelenggaraan pendidikan khusus dan pendidikan layanan

khusus memerlukan dukungan moral, teknis, dan finansial

dari pemerintah dan masyarakat setempat. Mengingat

kondisi masyarakat secara sosial, ekonomi, budaya,

maupun geografis yang masih memerlukan bantuan.

Sistem pembinaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus dilakukan oleh Pengawas Sekolah/Satuan

Pendidikan untuk satuan pendidikan umum dan kejuruan

dan Pengawas Sekolah PLB untuk satuan pendidikan khusus

Page 141: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

bersama dengan Instansi/organisasi terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agar dapat menghasilkan

peserta didik berkebutuhan khusus yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berkarakter, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Page 142: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

DAFTAR PUSTAKAAdrian Ashman £t John Elkins .(1994). Educating Children with

Special Needs. New York: Prentice Hall.

Alimin, Zaenal (2004). Reorientasi Pemahaman Konsep Pendidikan Khusus Pendidikan Kebutuhan Khusus dan Implikasinya terhadap LayananPendidikan. Jurnal

Alimin Zaenal.(2011). Mengembangkan Inklusifitas dalam Pendidikan. Makalah. Jakarta : Plan Indonesia.

Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus. Vol.3 No 1 (52-63)

Ashman,A.£t Elkins,J.(194). Educating Children With Special Needs. New York:Prentice Hall.

Barbara K. Keogh, (1980), Advances in Special Education, Connecticut: Little, JAI Press Inc.

Blackhurst, A. E & Berdine, HW (1981), An Intruduction to Special Education, Boston: Little, Brown & Co.

Basuki Wibawa, Ivan Hanafi, Rusilanti(editor) Bunga Rampai Kajian Pendidikan Nasional,Cetakan I, Juli,2008 penerbit UNJ.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan. (1977). Mengidentifikasi Siswa Berkesulitan Belajar. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan. Jakarta : -

BSNP. 2007. Pedoman Penilaian Pendidikan Khusus. Jakarta : -

Crain, William, (1992). Theories Of Development: Concepts and Application, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, (2006) Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, Depdiknas Jakarta (Draf Naskah tidak diterbitkan)

Depdiknas, (2004). Pendidikan Bagi Anak Tuna Laras, Dit. PLB, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta, Indonesia.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa, (2002). Kumpulan Dasar Hukum Pendidikan Luar Biasa. Dit PLB, Ditjen Dikdasmen. Depdiknas Jakarta.

Depdiknas, (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional , Jakarta

Page 143: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Departemen Pendidikan Nasional, (2009). Pembansunan Pendidikan SLB. Jakarta

Cornwall.Stubbs, Sue (2002). Development and Disability. Blckwetl Publishing Company: Padstow,

Foreman Phil.(2002). Education, Special Needs Education an Intoduction. Unifub Porlag: Oslo

Foreman, Phil (2002),Integration and Inclusion In Action. Me Person Printing GroupAustralia.

Hallahan, DP & Kauffman, JM (1988). Exceptional Children, Introduction to Spesial Education 4 th edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Hardman, ML, et ,al (1990). Human Exceptionality. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Heri Purwanto (1998). Ortopedagogik Umum (Diktat Kuliah). Yogyakarta: FIP IKIP (Tidak diterbitkan).

IGAK Wardani, dkk (2002), Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Integration and Inclusion In Action. Me Person Printing Group:Australia.Lewis, Vicky (2003),

Inclusive Education: Where there are few resources. The AtlasAlliance: Gronland , Oslo.

Jurnal Asesmen dan Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus. Vol.3 No 1 (52-63) Johsen, Berit and Skjorten D. Miriam, (2001)

Johsen, Berit and Skjorten D. Miriam, (2001J. Education, Special Needs Education an Intoduction. Unifub Porlag: Oslo

Johnson, BH & Skjorten, D Miriam (2004), Pendidikan Kebutuhan Khusus, Sebuah Pengantar, terjemahan, Bandung: Program Pascasarjana UPI

Jujun S Suriasumantri (1987), Filsafat llmu,Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Johnsen, Berit H dan Miriam D. Skjorten (2003).Pendidikan Kebutuhan Khusus; Sebuah Pengantar, Bandung : Unipub

Kauffman and Mara Sapon-Shevin.Educational Leadership.52 (4) 7-11 Stainback,W.& Sianback,S.(1990). Support Networks for Inclusive Schooling-.lndependent Integrated Education.Baltimore: Paul H.Brooks.

Page 144: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Kirk, Samuel A £t Gallagher (1989), Educating Exceptional Children, Boston: Houghton Mifflin company.

Kustawan Dedy, (2012). Pendidikan Inklusif dan Upaya Implementasinya. Jakatra : Luxima.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2012). Modul Pelatihan Pendidikan Inklusif. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lewis, Vicky. (2003). Development and Disability. Blckwell Publishing Company: Padstow, Cornwall.

Mithu Alur and Michael Bach,2005. Inclusive Education for children with disability CAPP. Education World Books, WQ Judge Press, Mumbai India:

Polloway, EA & Patto, JR (1993), Strategies For Teaching Learners With Special Needs, New York: McMillan Publishing Co.

PP No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasioanal Pendidikan

PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

Peraturan Menteri Pendidian Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru Pendidikan Khusus.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Page 145: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Rita Jordan. (1977). Educating of Children and Young People With Autism Birmingham. University. United Kingdom. 1977.

Skjorten, Miriam Donath, (1999). Assessment. UIO. Norway

Skjorten, MD. (2001). Towards Inclusion and Enrichment dalam Education-Special Needs Education An Introduction. Johnsen, B.H. dan Skjorten, M.D. (ed). pp 23 - 48. Unipub forlag. Oslo.

Smith, R. M.; Neisworth, J. T.; Berlin, C. M. Jr. (1975). The Exceptional Child. New York: Me Graww-hill Book Company.

Stubbs, Sue (2002). Inclusive Education: Where there are few resources. The Atlas Alliance: Gronland , Oslo

Suparno & Heri Purwanto (2007), Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Buku Ajar), Jakarta: Dirjend Dikti Depdiknas.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

UNESCO (1994). The Salamanca Statement and Framework For Action on Special Needs Education. PARIS:Author. Warnock,H.M.(1978). Special Educational Needs:Report of The committee of Enquiry in the Education of Handicapped Young People. London: Her Majesty’s, Stationary Office

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasionai. Internet available from http://www.geocities,com/frans_98/uu/uu_20_03.htm. Accesed on April 10th 2008

UNESCO (2004). Perangkatuntuk Mengembangkan Lingkungan Inklusif: Ramahterhadap Pembelajaran, Jakarta

UNESCO. (1994). The Salamanca Statement and Framework for Action on Special Needs Education. (Online): http://www.unesco. org/education/educprog/sne/files_pdf/framew_e.pdf. Diakses 16 Juni 2003.

Wikipedia (2012). Special Education. (Online). Tersedia: http:// en.wikipedia.org/wiki/Special_education. Diakses 17 April 2012.

Page 146: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

PROFIL PENULISPendahuluan

Drs. Dedy Kustawan, M.Pd.

lahir di Kabupaten Ciamis Jawa

Barat.

Bertugas sebagai Pengawas

Sekolah PLB Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Barat mulai tahun

2001.

Karirnya diawali sebagai Guru SLB-B Budi Nurani Kota

Sukabumi, Kepala SLB-A Budi Nurani Kota Sukabumi dan

sampai sekarang jabatannya sebagai Pengawas Sekolah PLB

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd.

lahir di Kabupaten Tasikmalaya

Provinsi Jawa Barat.

Bertugas sebagai Pengawas

Pengawas Sekolah PLB mulai Tahun

2010.Karirnya diawali sebagai Guru SLB, Kepala SLB-C

Purnama Asih Kabupaten Bandung Barat dan sampai

sekarang jabatannya sebagai Pengawas Sekolah PLB Dinas

Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Page 147: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

LAMPIRANLampiran 1:

Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus

Struktur Kurikulum SDLB Tunanetra

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV, V, dan VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4

B. Muatan Lokal 2

C. Program Khusus Orientasi dan Mobilitas 2

D. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah: 28 29 30 34

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 148: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Lampiran

Struktur Kurikulum SDLB Tunarungu

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV, V, dan VI

A. Mata Pelajaran3

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

4

B. Muatan Lokal 2

C. Program Khusus BinaKomunikasi, Persepsi Bunyi & Irama

2

D. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah: 28 29 30 34

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 149: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Struktur Kurikulum SDLB Tunadaksa

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV, V, dan VI

A. Mata Pelajaran3

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 4

B. Muatan Lokal 2

C. Program Khusus Bina Gerak 2

D. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah: 28 29 30 34

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 150: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Struktur Kurikulum SDLB Tunalaras

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

I II III IV, V, dan VI

A. Mata Pelajaran3

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

4

B. Muatan Lokal 2

C. Program Khusus Bina Pribadi dan Sosial

2

D. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah: 28 29 30 34

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 151: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Struktur Kurikulum SMPLB Tunanetra

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu

VII VIII IX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 2 2 2

4. Bahasa Inggris 2 2 2

5. Matematika 3 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2

7. Ilmu Pengetahuan Alam 3 3 3

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2

10.Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi dan Komunikasi *)

10 10 10

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Program Khusus Orientasi & Mobilitas 2 2 2

D. Pengembangan Diri 2**) 2**) 2**)

Jumlah: 34 34 34

*) Keterampilan vokasional/teknologi inform' h dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis keterampiL kasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah.

2**) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 152: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Struktur Kurikulum SMPLB Tunarungu

Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu

VII VIII IX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 2 2 2

4. Bahasa Inggris 2 2 2

5. Matematika 3 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2

7. Ilmu Pengetahuan Alam 3 3 3

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2

10.Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi 10 10 10dan Komunikasi *)

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Program Khusus Bina Komunikasi, Persepsi 2 2 2Bunyi & Irama

D. Pengembangan Diri 2**) 2**) 2**)

Jumlah: 34 34 34

*) Keterampilan asional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan pak.. pilihan. Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah.

2**) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 153: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Struktur Kurikulum SMPLB Tunadaksa

KomponenKelas dan Alokasi

Waktu

VII VIII IX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 2 2 2

4. Bahasa Inggris 2 2 2

5. Matematika 3 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2

7. Ilmu Pengetahuan Alam 3 3 3

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2

10.Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi dan Komunikasi *) 10 10 10

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Program Khusus Bina Gerak 2 2 2

D. Pengembangan Diri 2**) 2**) 2**)

Jumlah: 34 34 34

*) Keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah.

2**) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 154: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Struktur Kurikulum SMPLB Tunalaras

Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu

VII VIII IX

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 2 2 2

4. Bahasa Inggris 2 2 2

5. Matematika 3 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2

7. Ilmu Pengetahuan Alam 3 3 3

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2

10.Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi 10 10 10dan Komunikasi *)

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Program Khusus Bina Pribadi dan Sosial 2 2 2

D. Pengembangan Diri 2**) 2**) 2**)

Jumlah: 34 34 34

*) Keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah.

2**) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 155: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Struktur Kurikulum SMALB Tunanetra

Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu

X XII XIII

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 2 2 2

4. Bahasa Inggris 2 2 2

5. Matematika 2 2 2

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2

7. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2

10. Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi dan Komunikasi *)

16 16 16

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Program Khusus Orientasi dan Mobilitas 2 2 2

D. Pengembangan Diri 2**) 2**) 2**)

Jumlah: 36 36 36

*) Keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah.

2* * ) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 156: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Struktur Kurikulum SMALB Tunarungu

Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu

X XII XIII

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 2 2 2

4. Bahasa Inggris 2 2 2

5. Matematika 2 2 2

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2

7. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2

10. Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi dan Komunikasi *)

16 16 16

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Program Khusus Bina Komunikasi, Persepsi 2 2 2Bunyi dan Irama

D. Pengembangan Diri 2**) 2**) 2**)

Jumlah: 36 36 36

*) Keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah.

2**) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 157: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Struktur Kurikulum SMALB Tunadaksa

Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu

X XII XIII

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 2 2 2

4. Bahasa Inggris 2 2 2

5. Matematika 2 2 2

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2

7. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2

10.Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi 16 16 16dan Komunikasi *)

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Program Khusus Bina Gerak 2 2 2

D. Pengembangan Diri 2**) 2**) 2**)

Jumlah: 36 36 36

*) Keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah. v

2**) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 158: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Struktur Kurikulum SMALB Tunalaras

Komponen

Kelas dan Alokasi Waktu

X XII XIII

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 2 2 2

4. Bahasa Inggris 2 2 2

5. Matematika 2 2 2

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 2 2

7. Ilmu Pengetahuan Alam 2 2 2

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2 2

10.Keterampilan Vokasional/Teknologi Informasi dan Komunikasi *)

16 16 16

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Program Khusus Bina Pribadi dan Sosial 2 2 2

D. Pengembangan Diri 2**) 2**) 2**)

Jumlah: 36 36 36

*) Keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah.

2**) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 159: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya

Struktur Kurikulum SDLB, SMPLB, dan SMALB C,C1,D1,G

Struktur kurikulum satuan pendidikan khusus tingkat

SDLB, SMPLB dan SMALB C,C1>D1 dan G merupakan satu

rumpun yang relatif sama antara satu jenis kelainan dengan

jenis kelainan yang lain. Karena itu di bawah ini disajikan

tabel struktur kurikulum untuk SDLB C,C1,D1,G, SMPLB

C,C1 ,D1 ,G dan SMALB C, C1, D1, G sebagai berikut.

Tabel 22. Struktur Kurikulum SDLB Tunagrahita Ringan,

Tunagrahita Sedang, Tunadaksa Sedang , dan Tunaganda

Komponen Kelas dan Alokasi Waktu

I, II, dan III IV, V, dan VI

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama

2. Pendidikan Kewarganegaraan

3. Bahasa Indonesia 30

(Pendekatantematik)

4. Matematika

5. Ilmu Pengetahuan Alam 29 - 32

6. Ilmu Pengetahuan Sosial (Pendekatan

7. Seni Budaya dan Keterampilan tematik)

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

B. Muatan Lokal 2

C. Program Khusus *) 2

D. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah: 29 - 32 34

*) Disesuaikan dengan kelainan dan kebutuhan peserta didik

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 160: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

Struktur Kurikulum SMPLB Tunagrahita Ringan,

Tunagrahita Sedang, Tunadaksa Sedang, dan Tunaganda

KomponenKelas dan Alokasi Waktu

VII VIII IX

A. Mata Pelaj^ran

1. Pendidikan Agama

10

(Pende-katan

tematik)

10

(Pende-katan

tematik)

10

(Pende-katan

tematik)

2. Pendidikan Kewarganegaraan

3. Bahasa Indonesia

4. Bahasa Inggris

5. Matematika

6. Ilmu Pengetahuan Sosial

7. Ilmu Pengetahuan Alam

8. Seni Buday^

9. Pendidikan jasmani, Olahraga d^n Kesehatan

10. Keterampilan Vokasional/ Teknologi Informasi dan Komunikasi *)

20 20 20

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Program KhnSUs **) 2 2 2

D. Pengembangan Diri 2***^ 2*** j 2***^

JUmlah 36 36 36

*) Keterampilan vokasional/teknologi informasi dan komunikasi merupakan paket pilihan. Jenis keterampilan vokasional/teknologi informasi yang dikembangkan, diserahkan kepada sekolah sesuai potensi daerah.

**) Disesuaikan dengan kelainan dan kebutuhan peserta didik

2***) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

Page 161: MENGENAL...Mengenal Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Serta Implementasinya @ Drs. Dedy Kustawan, M.Pd. dan Dra. Hj. Yani Meimulyani, M.Pd. PT. LUXIMA METRO MEDIA

MENGENALPENDIDIKAN KHUSUS &PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

SERTA IMPLEMENTASINYA

Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan berkembang begitu pesat sehingga menuntut setiap orang menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, termasuk didalamnya anak yang membutuhkan pendidikan khusus dan anak yang membutuhkan pendidikan layanan khusus.

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosion—■ -----1~~' —dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan b’Sunan Kaluga

Pendidikan layanan khusus rr— Y°gyakarta

peserta didik di daerah terpencil at;: adat yang terpencil, dan/atau it

bencana sosial dan tidak mampu dar i4srio94647.o2

ISBN 978-602-268-020-8

lu*ima 9 7 8 6 0 2 2 6 8 0 2 0 8