mengembangkan strategi pemasaran produk lokal dalam menghadapi persaingan di kancah internasional...

19
MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung) MARTHA TRI LESTARI TELKOM BUSINESS SCHOOL-TELKOM UNIVERSITY [email protected] Abstrak Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia yang cukup memiliki potensi dalam usaha pengembangan produk lokalnya. Tak terbatas dari sumber daya alamnya, kuliner, fashion dan juga produk-produk lokal unggulan lainnya. Dalam menghadapi kesempatan dan tantangan The Asean Economic Community pada tahun 2015, Indonesia diharapkan dapat lebih memperkuat dalam hal memasarkan produk lokalnya agar lebih dikenal dikancah regional, nasional dan khususnya di kancah internasional bagian Asia. Bagaimana cara agar produk lokal dapat diterima di negara Asia dan dapat menjadi produk yang dapat diterima oleh potensial konsumen adalah dimana strategi manajemen pemasaran yang digunakan oleh owner/pelaku bisnis harus benar dan tepat dan intinya harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan daripada potensial konsumen tersebut. Berlandaskan model pemasaran Kotler dan Armstrong, para pelaku bisnis dapat menerapkan aplikasi kegiatan pemasarannya dengan mengikuti langkah-langkah model pemasaran sederhana tersebut. Dari mulai memahami pasar dan kebutuhan serta keinginan pelanggan, merancang strategi pemasarannya seperti apa, membangun program pemasaran terintegrasi yang memberikan nilai yang unggul (integrated marketing), membangun hubungan yang menguntungkan dengan potensial konsumen, menciptakan kepuasan bagi konsumen tersebut sampai proses menangkap nilai dari konsumen (feedback kepuasan nilai produk) untuk dapat meciptakan keuntungan dan ekuitas dari pelanggan (konsumen). Kata Kunci : Produk Lokal, The Asean Economic Community 2015, Strategi Pemasaran

Upload: dindowae

Post on 26-Dec-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPIPERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL(studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

TRANSCRIPT

Page 1: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI

PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL

(studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

MARTHA TRI LESTARI

TELKOM BUSINESS SCHOOL-TELKOM UNIVERSITY

[email protected]

Abstrak

Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia yang cukup memiliki potensi dalam usaha pengembangan produk lokalnya. Tak terbatas dari sumber daya alamnya, kuliner, fashion dan juga produk-produk lokal unggulan lainnya. Dalam menghadapi kesempatan dan tantangan The Asean Economic Community pada tahun 2015, Indonesia diharapkan dapat lebih memperkuat dalam hal memasarkan produk lokalnya agar lebih dikenal dikancah regional, nasional dan khususnya di kancah internasional bagian Asia. Bagaimana cara agar produk lokal dapat diterima di negara Asia dan dapat menjadi produk yang dapat diterima oleh potensial konsumen adalah dimana strategi manajemen pemasaran yang digunakan oleh owner/pelaku bisnis harus benar dan tepat dan intinya harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan daripada potensial konsumen tersebut. Berlandaskan model pemasaran Kotler dan Armstrong, para pelaku bisnis dapat menerapkan aplikasi kegiatan pemasarannya dengan mengikuti langkah-langkah model pemasaran sederhana tersebut. Dari mulai memahami pasar dan kebutuhan serta keinginan pelanggan, merancang strategi pemasarannya seperti apa, membangun program pemasaran terintegrasi yang memberikan nilai yang unggul (integrated marketing), membangun hubungan yang menguntungkan dengan potensial konsumen, menciptakan kepuasan bagi konsumen tersebut sampai proses menangkap nilai dari konsumen (feedback kepuasan nilai produk) untuk dapat meciptakan keuntungan dan ekuitas dari pelanggan (konsumen).

Kata Kunci : Produk Lokal, The Asean Economic Community 2015, Strategi Pemasaran

Page 2: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesuksesan penjualanan suatu produk erat kaitannya dengan cara pemasaran produk tersebut. Pada sebuah

survei tentang 10 tantangan terbesar yang dihadapi oleh Chief Executive Officer (CEO) diseluruh dunia pada

tahun 2006 mengungkap bahwa peringkat 5 besar ada “pertumbuhan pendapatan yang stabil dan berkelanjutan”

dan “loyalitas pelanggan”. Pencapaian kedua hal tersebut sangat bergantung pada pemasaran. Para CEO juga

tahu bahwa pentingnya pemasaran adalah untuk membangun merek (brand) dan basis pelanggan yang loyal,

yang merupakan aset tak berwujud yang membentuk presentase nilai yang besar dari sebuah perusahaan.

(Kottler dan Keller, 2009:4). Dalam arti kata lain adalah bahwa dalam memasarkan sebuah produk, perusahaan

harus memiliki cara memasarkan produk tersebut yang dapat dinilai efektif atau berhasil jika positioning dari

merek produk tersebut dapat dikenal, diingat oleh konsumen sehingga akan menimbulkan keinginan dari

konsumen tersebut untuk mengkonsumsi produk yang dipasarkan bahkan menjadikan konsumen tersebut

sebagai konsumen yang loyal pada produk tersebut.

Apakah arti pemasaran itu sendiri? Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia

dan sosial. Definisi singkat lainnya adalah : memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan. Selain itu

menurut American Marketing Association (AMA) menyebutkan bahwa pemasaran adalah suatu fungsi

organisasi dan serangkaian proses untuk menciptkana, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada

pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan

pemangku kepentingannya. (Kottler dan Keller, 2009:5). Dapat disimpulkan bahwa pengertian pemasaran itu

sangatlah luas, jika dilihat dari segi sosial maka pemasaran itu memanglah sebuah proses pemenuhan

kebutuhan bagi individu atau kelompok sesuai dengan apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Namun jika

dilihat dari segi lain, misalnya saja dari segi seorang sudut pandang seorang pemasar (marketer) maka

pemasaran adalah “seni menjual produk”. Mengapa sebuah perusahaan membutuhkan yang namanya

pemasaran? Karena, pada perkembangan zaman yang semakin hari semakin berkembang, baik dari segi

teknologi, kreatifitas dan dari segi lainnya, maka sebagai pelaku bisnis atau pelaku pemasaran tidak dapat

menutup mata bahwa didepan terdapat banyak sekali persaingan dimana persaingan datang baik dari sesama

Page 3: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

produk lokal itu sendiri maupun produk pendatang/produk luar. Oleh karena hal tersebut, para pelaku bisnis

atau pelaku pemasaran harus selalu siap siaga menghadapi segala resiko apapun didepan dengan berbekal

memiliki strategi pemasaran yang baik dan mampu bersaing dengan segala resiko apapun yang akan dihadapi di

depan.

Pada tahun 2015 mendatang Indonesia akan tergabung dalam Asean Economic Community (AEC), yang

bertujuan agar meningkatkan daya saing kawasan keseluruhan dipasar dunia, dan mendorong pertumbuhan

ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan standar hidup penduduk Negara anggota Asean.

(Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Buku Menujun Asean Economic Community 2015, Kata

Pengantar). Dikarenakan hal tersebut, para pelaku bisnis ataupun pelaku pemasaran di negara Indonesia, harus

sudah memulai dari sekarang untuk memikirkan, menyusun, merancang strategi pemasaran untuk diaplikasikan

pada saat tahun 2015 yang akan datang, guna menghadapi persaingan yang sekaligus menjadi kesempatan

untuk memasarkan produk-produk lokal Indonesia di kancah Internasional (Asia).

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah agar para pelaku bisnis dan pelaku pemasaran di Indonesia dapat

membuat atau mengembangkan strategi pemasaran produk lokal Indonesia guna menghadapi kesempatan dan

persaingan pada Asean Economic Community (AEC) di tahun 2015 yang akan datang.

Landasan Teori

Dalam melakukan pemasaran, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pelaku bisnis atau pelaku

pemasaran yaitu konsep inti dalam pemasaran. Konsep inti dalam pemasaran adalah :

Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan

Kebutuhan adalah syarat dasar hidup manusia. Orang membutuhkan udara, makanan, air, pakaian dan tempat

tinggal untuk dapat bertahan hidup. Orang juga memiliki kebutuhan yang kuat akan rekreasi, pendidikan dan

hiburan. Kebutuhan-kebutuhan ini menjadi keinginan jetika diarahkan ke objek tertentu yang dapat

memuaskan kebutuhan tersebut. (Kottler dan Keller, 2009:12).

Page 4: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

Berdasarkan intensitas kegunaannya, kebutuhan dibagi menjadi tiga macam, yaitu kebutuhan primer,

kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier.

1) Kebutuhan Primer atau Kebutuhan Pokok

Kebutuhan primer adalah kebutuhan utama yang harus dipenuhi agar manusia dapat mempertahankan

hidupnya. Dengan kata lain, kebutuhan primer adalah kebutuhan yang harus dipenuhi agar manusia tetap hidup.

Kebutuhan tersebut muncul secara alami. Kebutuhan primer disebut juga ‘kebutuhan alamiah’. Contoh yang

termasuk ke dalam kebutuhan primer adalah kebutuhan untuk makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal.

2) Kebutuhan Sekunder

Setelah manusia dapat memenuhi kebutuhan primer atau kebutuhan pokok, manusia masih memerlukan

kebutuhan lain yang bersifat pelengkap. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan

yang harus dipenuhi setelah kebutuhan primer terpenuhi. Contoh yang termasuk kebutuhan sekunder di

antaranya kebutuhan terhadap televisi, kulkas, meja, kursi, buku, dan alat tulis.

3) Kebutuhan Tersier

Kebutuhan tersier adalah kebutuhan yang harus dipenuhi setelah kebutuhan primer dan sekunder terpenuhi.

Pada dasarnya, kebutuhan tersier adalah kebutuhan manusia terhadap barangbarang dan jasa yang tergolong

mewah (luks), seperti mobil mewah, kapal pesiar, pesawat terbang pribadi, dan wisata ke luar negeri.

Berdasarkan sifatnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi dua kebutuhan, yaitu kebutuhan jasmani dan

kebutuhan rohani.

1) Kebutuhan Jasmani

Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau fisik seseorang terhadap

barang dan jasa. Contoh yang termasuk ke dalam kebutuhan jasmani dalam bentuk barang antara lain pakaian,

makanan, minuman, obat-obatan, dan vitamin. Adapun yang yang termasuk ke dalam kebutuhan jasmani dalam

bentuk jasa antara lain kebutuhan rekreasi, mendengarkan musik, dan menonton televisi dan bioskop.

2) Kebutuhan Rohani atau Kebutuhan Spiritual

Selain kebutuhan jasmani, jenis kebutuhan lain yang juga penting adalah kebutuhan rohani atau kebutuhan yang

bersifat kejiwaan. Contoh kebutuhan rohani antara lain beribadah, mendengarkan ceramah agama, dan

mendengarkan wejangan atau nasihat tentang budi pekerti yang luhur.

Page 5: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

Berdasarkan waktu pemenuhannya, kebutuhan dibedakan menjadi kebutuhan sekarang dan kebutuhan yang

akan datang.

1) Kebutuhan Sekarang

Kebutuhan sekarang adalah kebutuhan yang pemenuhannya tidak dapat ditunda-tunda lagi atau harus dipenuhi

pada saat ini juga. Contoh yang termasuk ke dalam kebutuhan sekarang antara lain kebutuhan seseorang

terhadap makanan saat ia lapar, kebutuhan seseorang terhadap minuman saat ia haus, kebutuhan seseorang

terhadap obat-obatan, atau pergi ke rumah sakit saat ia sakit, dan kebutuhan seseorang akan istirahat saat ia

lelah.

2) Kebutuhan yang Akan Datang

Kebutuhan yang akan datang adalah kebutuhan yang pemenuhan-nya dapat ditunda atau pemenuhannya

dilakukan di kemudian hari. Kebutuhan ini berhubungan dengan persediaan atau persiapan untuk kebutuhan

yang akan datang. Contoh kebutuhan yang akan datang, yaitu kebutuhan perlengkapan bayi untuk ibu yang

sedang mengandung, tabungan untuk persiapan melanjutkan pendidikan, asuransi kesehatan dan dana pensiun

untuk jaminan hari tua.

Berdasarkan subjeknya, kebutuhan manusia dibedakan menjadi kebutuhan perorangan dan kebutuhan

kelompok.

1) Kebutuhan Perorangan

Kebutuhan perorangan adalah kebutuhan yang mencakup halhal yang diperuntukkan bagi perorangan.

Kebutuhan perorangan akan berbeda untuk setiap orang atau sangat bergantung kepada profesi orang yang

bersangkutan. Misalnya, seorang siswa membutuhkan buku dan alat tulis, makanan, pakaian, dan olah raga.

2) Kebutuhan Kelompok

Kebutuhan kelompok adalah kebutuhan yang dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat atau publik secara

bersama-sama, misalnya, jembatan, jalan raga, rumah sakit, tempat rekreasi dan sekolah.

(http://umamjurbalcity.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-kebutuhan-manusia.html, diakses pada tanggal 12

september 2013 pukul 04.29 wib)

Berdasarkan teori tentang kebutuhan yang telah dijabarkan diatas dapat dikatakan bahwa dari segala aspek

mengenai pemenuhan kebutuhan manusia tidak akan lepas kaitannya dengan strategi pemasaran suatu produk

Page 6: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

baik barang ataupun jasa karena setiap manusia yang hidup yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dari

berbagai macam segi pemenuhan kebutuhan dan pasti membutuhkan dengan apa yang namanya produk barang

ataupun jasa.

Segmenting, Targeting, Positioning

Segmenting, Targeting dan Positioning merupakan 3 (tiga) elemen pemasaran yang tidak bisa terpisahkan.

Mengapa dikatakan demikian? Karena langkah awal dalam memasarkan suatu produk baik barang ataupun jasa

adalah mengidentifikasi segmen pasar guna untuk memilih dan memutuskan segmen mana yang memberikan

peluang terbesar, lalu segmen tersebutlah yang akan dijadikan target sasaran pemasaran suatu produk tersebut.

Pada setiap segmen, biasanya setiap perusahaan mengembangkan suatu penawaran pasar yang diposisikannya

didalam benak pembeli sasaran sebagai keuntungan utama. Contohnya adalah : Mercedes Benz merupakan

merek dagang yang diposisikan sebagai merek mobil berkelas tinggi, bergengsi, aman dan nyaman dan para

produsen produk tersebut hanya kalangan-kalangan tertentu saja (segmented).

Penawaran dan Merek

Perusahaan memenuhi kebutuhan dengan mengajukan sebuah proposisi nilai (value proposition), yaitu

serangkaian keuntungan yang mereka tawarkan kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Proposisi nilai yang sifatnya tidak berwujud tersebut dibuat menjadi berwujud dengan suatu penawaran.

Penawaran dapat berupa suatu kombinasi produk, jasa, informasi, dan pengalaman. (Kottler dan Keller,

2009:14).

Merek (brand) adalah suatu penawaran dari sumber yang diketahui. Merek merupakan nama, istilah, tanda,

simbol/lambang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat

memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Merek sendiri digunakan untuk beberapa

tujuan (Tjiptono, 2008: 104) yaitu :

1. Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau membedakan produk suatu perusahaan dengan

produk pesaingnya. Ini akan memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat berbelanja dan saat melakukan

pembelian ulang.

2. Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk

3. Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan, kualitas serta prestise tertentu kepada

konsumen.

Page 7: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

4. Untuk mengendalikan pasar.

Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan

jasa tertentu kepada pembeli. Merek dapat memiliki enam level pengertian (Kotler, 2000: 460) yaitu sebagai

berikut :

1. Atribut: merek mengingatkan pada atribut tertentu. Mercedes memberi kesan sebagai mobil yang mahal,

dibuat dengan baik, dirancang dengan baik, tahan lama, dan bergengsi tinggi.

2. Manfaat: bagi konsumen, kadang sebuah merek tidak sekadar menyatakan atribut, tetapi manfaat. Mereka

membeli produk tidak membeli atribut, tetapi membeli manfaat. Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat

diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau emosional. Sebagai contoh : atribut “tahan lama”

diterjemahkan menjadi manfaat fungsional “tidak perlu cepat beli lagi, atribut “mahal“ diterjemahkan menjadi

manfaat emosional “bergengsi”, dan lain-lain.

3. Nilai: merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen. Jadi, Mercedes berarti kinerja tinggi,

keamanan, gengsi, dan lain-lain.

4. Budaya: merek juga mewakili budaya tertentu. Mercedes mewakili budaya Jerman, terorganisasi, efisien,

bermutu tinggi.

5. Kepribadian: merek mencerminkan kepribadian tertentu. Mercedes mencerminkan pimpinan yang masuk

akal (orang), singa yang memerintah (binatang), atau istana yang agung (objek).

6. Pemakai: merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Mercedes

menunjukkan pemakainya seorang diplomat atau eksekutif.

Pada intinya merek adalah penggunaan nama, logo, trade mark, serta slogan untuk membedakan perusahaan

perusahaan dan individu-individu satu sama lain dalam hal apa yang mereka tawarkan. Dengan demikian, suatu

merek dapat mengandung tiga hal (Kotler, 2000: 461), yaitu sebagai berikut:

1. Menjelaskan apa yang dijual perusahaan.

2. Menjelaskan apa yang dijalankan oleh perusahaan.

3. Menjelaskan profil perusahaan itu sendiri.

Menelaah dari teori-teori mengenai merek tersebut diatas dapat dikatakan bahwa sebuah perusahaan

(pemasar dan pelaku bisnis) harus dapat memasukkan nilai-nilai tersebut dalam memilih sebuah merek, karena

Page 8: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

pemilihan suatu merek pun merupakan bagian kunci kesuksesan dari sebuah perusahaan/pemasaran produk

perusahaan itu sendiri.

Nilai dan Kepuasan

Penawaran akan berhasil jika memberikan nilai dan kepuasan kepada pembeli sasaran. Nilai mencerminkan

sebuah manfaat, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, dan biaya yang dipersepsikan oleh

pelanggan. Nilai adalah kombinasi kualitas, pelayanan, dan harga yang disebut juga “tiga elemen pelanggan”.

Nilai meningkat seiring dengan meningkatnya kualitas dan pelayanan, dan sebaliknya menurun seiring dengan

menurunnya harga, walaupun faktor-faktor lain juga dapat memainkan peran penting dalam persepsi kita akan

nilai (Kottler dan Keller, 2009 : 14).

Nilai adalah konsep yang sentral perannya dalam pemasaran. Kita dapat memandang pemasaran sebagai

kegiatan mengidentifikasi, menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan, dan memantau nilai pelanggan.

Kepuasan mencerminkan penilaian seseorang tentang kinerja produk anggapannya (atau hasil) dalam kaitannya

dengan ekspektasi. Jika kinerja produk tersebut tidak memenuhi ekspektasi, pelanggan tersebut tidak puas dan

kecewa. Jika kinerja produk sesuai dengan ekspektasi, pelanggan tersebut puas. Jika kinerja produk melebihi

ekspektasi, pelanggan tersebut tenang (Kottler dan Keller, 2009 : 14).

Mengacu pada teori tentang nilai dan kepuasan tersebut diatas maka, seorang pelaku bisnis atau pelaku

pemasaran harus dapat menyampaikan, mengkomunikasikan nilai dari barang yang akan dipasarkan tersebut

kepada pelaku pasar (konsumen), sehingga konsumen dapat terpuaskan kebutuhannya akan suatu barang/ jasa

sesuai dengan nilai dari suatu barang/jasa tersebut yang akan menimbulkan rasa puas dari konsumen, bahkan

melebihi ekspektasi dari konsumen tersebut. Jika nilai suatu barang/jasa tersebut dapat menimbulkan kepuasan

pelanggan, ketenangan kepada pelanggan dapat dikatakan bahwa strategi pemasaran dari sebuah

perusahaan/para pelaku bisnis sudah benar dan sesuai dengan teori yang ada, tetapi jika konsumen mengalami

ketidakpuasan maka strategi yang diberlakukan dapat dikatakan kurang atau belum efektif.

Saluran Pemasaran

Untuk mencapai pasar sasaran, pemasar menggunakan 3 (tiga) jenis saluran pemasaran. Saluran komunikasi

menyampaikan dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran ini mencakup surat kabar, majalah, radio,

televisi, surat, telepon, papan iklan, poster, flier, CD, kaset rekaman, dan Internet. Selain itu menyampaikan

pesan dengan ekspresi wajah dan pakaian, perusahaan berkomunikasi melalui tampilan toko eceran mereka,

Page 9: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

tampilan situs internet mereka dan banyak media lainnya. Pemasar semakin banyak menggunakan saluran dua

arah seperti email, blog, dan nomor layanan bebas pulsa, dibandingkan saluran satu arah seperti iklan. (Kottler

dan Keller, 2009 : 14).

Saat ini saluran pemasaran semakin hari semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi yang

semakin canggih dan mengalami perkembangan yang cukup pesat dari tahun ke tahunnya. Menurut jurnal

Penelitian Komunikasi Departemen Komunikasi dan Informatika RI Badan Penelitian dan Pengembangan SDM

Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung mengatakan bahwa

“Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini begitu pesat dan telah merambah di segala

bidang kehidupan masyarakat” . Jurnal lain yaitu Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, Volume 1

nomor 1, Desember 2012, menyebutkan bahwa : “Sebuah masyarakat informasi terbentuk oleh semakin

baiknya dunia pendidikan dalam menciptakan tenaga-tenaga profesional. Perubahan ini juga didorong oleh

kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya beragam produk teknologi komunikasi seperti televisi,

komputer, telepon genggam, bahkan teknologi internet yang melahirkan metode-metode komunikasi baru

seperti e-mail, mailing list, serta komunitas maya”. Dalam arti kata lain semakin banyak macam saluran

pemasaran semakin banyak pula kesempatan untuk para pelaku bisnis/pelaku pemasaran memasarkan

produk/jasa nya melalui media-media yang ada saat ini. Macam saluran pemasaran yang disebutkan pada teori

diatas merupakan media saluran pemasaran yang mungkin lebih umum didengar dan diketahui oleh masyarakat

pada umumnya. Berkaitan dengan saluran pemasaran yang disebut dengan internet, saat ini terdapat banyak

media yang disebut media sosial yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat yang dapat mengakses internet.

Media sosial adalah media untuk interaksi sosial, dengan menggunakan teknik penerbitan sangat diakses dan

scalable. Media sosial menggunakan teknologi berbasis web untuk mengubah komunikasi menjadi dialog

interaktif. Andrea Kaplan (Doctor in Business Administration; Professor Marketing; Director of Brand and

Communication Europe) dan Michael Haenlein (Professor of Marketing at the business school ESCP Europe

in Paris, France) juga mendefinisikan media sosial sebagai “kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun

diatas fondasi ideologi dan teknologi Web 2.0, yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten yang

dibuat pengguna” (http://en.wikipedia.org/wiki/Social_media).

Page 10: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

Macam-macam media sosial yang dapat digunakan para pelaku bisnis/pelaku pemasaran sangat beragam

diantaranya adalah Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan lainnya.

Gambar 1. Macam-macam Media Sosial

Para pelaku bisnis/pemasaran dapat memasarkan produk-produk suatu perusahaan dengan mudah didukung

dengan berbagai macam media sosial yang ada. Untuk pelaku bisnis pemula dapat memasarkannya melalui

akun media sosial pribadi, dan untuk perusahaan yang sedang berkembang, unit marketing dari perusahaan

terkait dapat membuat akun media sosial tersendiri sesuai dengan nama perusahaan mereka masing-masing.

Cara memasarkan produk-produk tersebut kembali lagi pada strategi pemasaran masing-masing para pelaku

bisnis atau perusahaan terkait, media sosial hanya sebagai media pemasarannya saja.

Rantai Pasokan

Rantai pasokan (supply chain) adalah saluran yang lebih panjang yang membentang dari bahan mentah

hingga komponen sampai produk akhir yang dihantarkan ke pembeli akhir. Setiap perusahaan hanya meraih

persentase tertentu dari total nilai yang dihasilkan oleh sistem penghantaran nilai rantai pasokan. Ketika suatu

perusahaan mendapatkan pesaing atau memperluas bisnisnya ke hulu atau ke hilir, tujuannya adalah demi

meraih persentase yang lebih tinggi dari nilai rantai pasokan (Kottler dan Keller, 2009:15). Dalam melakukan

strategi bisnis para pelaku bisnis/pelaku pemasaran harus dapat menyesuaikan rantai pasokan sebuah

perusahaan agar dapat mendapatkan persentase keuntungan yang signifikan/sebanding dengan biaya untuk

rantai pasokan yang akan/telah dijalani.

Page 11: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

Persaingan

Persaingan mencakup semua penawaran dan produk substitusi yang ditawarkan oleh pesaing, baik yang

aktual maupun yang potensial, yang mungkin dipertimbangkan oleh seorang pembeli (Kottler dan Keller,

2009:15). Oleh karena hal tersebut, para pelaku bisnis/pelaku pemasaran harus selalu siap siaga dalam

menghadapi para pesaing yang tidak menutup kemungkinan dapat menciptakan produk substitusi yang dapat

mencuri hati para konsumen yang telah kita dapatkan sebelumnya.

Lingkungan Pemasaran

Lingkup pemasaran terdiri dari lingkungan tugas dan lingkungan luas. Lingkungan tugas mencakup para

pelaku yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan promosi penawaran. Sedangkan lingkungan luas terdiri atas

enam komponen, yaitu : lingkungan demografis, lingkungan ekonomi, lingkungan fisik, lingkungan teknologi,

lingkungan politik-hukum, dan lingkungan sosial-budaya. Para pelaku bisnis harus benar-benar memperhatikan

tren dan perkembangan dalam lingkungan-lingkungan tersebut dan melakukan penyesuaian yang tepat waktu

pada stragetgi pemasaran mereka (Kottler dan Keller, 2009 : 15).

KAJIAN EMPIRIS

1. Jurnal Internasional Marketing Strategy

Title : Antecedents and Consequences of an Eco-Friendly Export Marketing Strategy: The Moderating Role of Foreign Public Concern and Competitive Intensity

Authors : Leonidas C. Leonidou is Professor of Marketing, Thomas A. Fotiadis is Visiting Lecturer in Marketing School of Economics and Management, University of Cyprus, Constantine S. Katsikeas is Associate Dean for Faculty and the Arnold Ziff Research Chair in Marketing and International Management, Leeds University Business School, University of Leeds and Paul Christodoulides is Senior Lecturer in Applied Mathematics, Department of Electrical Engineering and Information Technology, Cyprus University of Technology.

Despite growing concerns about environmental issues worldwide, research on the subject in the context of international marketing is virtually absent. The current study sheds light on the green aspects of exporting, using data collected from 216 exporting manufacturers. Drawing on the resource-based view and industrial organization theories, the authors show that certain organizational resources (i.e., financial, physical, and experiential) and capabilities (i.e., shared vision, crossfunctional coordination, and technology sensing/response) are conducive to the deployment of an eco-friendly export marketing strategy (comprising product, price, distribution, and promotional elements). Such a strategy is more evident for exporters of industrial (vs. consumer) goods as well as for firms that sell to developed (vs. developing) countries. The results also suggest that the adoption of a green export marketing strategy has a positive effect on the firm's export performance. In addition, the authors find that the strength of the link between eco-friendly export marketing strategy and export performance is positively moderated by foreign market environmental public concern and competitive intensity.

Published Online: August 6, 2013

Page 12: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

Pada jurnal tersebut dapat dikatakan bahwa strategi pemasaran yang cukup berhasil bagi perusahaan yang

berencana untuk melakukan ekspor produk, salah satu strategi pemasarannya adalah dengan eco-friendly export

marketing strategy.

2. Jurnal Internasional Marketing Strategy

Title : Implementing Marketing Strategy Author(s) : Ronald McTravish (Concordia University, Montreal, Canada) Marketing strategy, in order to be succesful, must be thought of in a total organisation, systematic way. It must involve all levels of operating management and be fully into overall strategic management, thus avoiding costly misalignments. Marketing and operational practices are linked and case examples used to draw out the lessons. Guidelines are provided on how to avoid making mistakes and preparing the organisation for implementation. Pada jurnal tersebut dikatakan bahwa pemasaran dan operasional pada sebuah perusahaan saling berkaitan

satu sama lain. Oleh karena itu, strategi pemasaran suatu perusahaan pun harus dapat saling memenuhi satu

sama lain dikarenakan elemen-elemen dalam strategi pemasaran itu sendiri yang saling berhubungan.

3. Jurnal Internasional Marketing Strategy Title : Integrated Amrketing Communication : from tactics to strategy Author (s) : Olof Holm (Stockholm University School of Business, Stockholm, Sweden) Citation : Olof holm (2006) “Integrated Marketing Communication : from tactics to strategy”, Corporate Communications : An International Journal, Vol. 11 Iss:1, pp.23-33 Purpose – The emergence of integrated marketing communications (IMC) has become a significant example of development in the marketing discipline. It has influenced thinking and acting among all types of companies and organizations facing the realities of competition in an open economy. From the beginning of the 1990s IMC became a real hot topic in the field of marketing. Four stages of IMC have been identified, starting from tactical coordination to financial and strategic integration. However, the majority of firms are anchored in the first stages and very few have moved to a strategic level. One conclusion is that there are barriers to developing IMC from tactics to strategy. The main purpose of this paper is to identify obstacles to further developing IMC. Design/methodology/approach – A review of relevant literature during the 1990s and a study of four large Swedish companies. Findings – Results show that decisions concerning IMC are rooted on the advertising agency level and have failed to appear on management level, whose communicative ability has remained insufficient, mainly due to obsolete tradition. Originality/value – Indicates a need for international research and a reconsideration of educational programs regarding management, marketing and marketing communications. Pada jurnal diatas, disebutkan bahwa dalam membuat strategi pemasaran suatu perusahaan, elemen dari

Komunikasi Pemasaran Terpadu/Integrated Marketing Communication (IMC) pun harus masuk didalam

Page 13: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

strategi pemasaran yang akan dibuat oleh perusahaan, tujuannya agar dapat bersaing di dunia perekonomian

yang semakin hari semakin berkembang.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan

menggunakan Library Research (Telaah Pustaka), dimana hasil dari penelitian ini merupakan hasil olah teori-

teori yang ada (telaah pustaka) dibandingkan dengan kenyataan dan fakta yang terjadi di lapangan pada kondisi

saat ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2002: 3) yang menyatakan

”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain, penelitian ini disebut penelitian

kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Penelitian kualitatif harus

mempertimbangkan metodologi kualitatif itu sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang

menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma, 2006: 11).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan penelitian ini lebih

memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama

kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh.

Studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang menggunakan metode

ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut

sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan,

pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman

yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus

dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis (Robert K. Yin, 2002).

Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan empiris yang

menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Strategi ini dapat menyertakan bukti kualtitatif yang

bersandar pada berbagai sumber dan perkembangan sebelumnya dari proposisi teoretis.

Page 14: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan pada penelitian ini merupakan para pelaku bisnis/pelaku pemasaran yang terjun

pada industri clothing yang terdapat di kota Bandung dan juga para pelaku bisnis kuliner kota Bandung. Peneliti

melakukan wawancara langsung melalui forum Focus Group Discussion dengan para pelaku

bisnis/pemasaran,baik owner langsung ataupun perwakilan bagian marketing dari industri clothing dan industri

kuliner tersebut.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 40 orang sumber yang terbagi sebanyak 17 orang

perwakilan dari industri clothing dan sisanya perwakilan dari industri kuliner yaitu sebanyak 23 orang.

Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang digunakan adalah:

1. Data Primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama yaitu individu atau perseorangan

seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah

data yang langsung didapat dari sumber nya yaitu hasil FGD (Focus Group Discussion) yang telah dilakukan

sebelumnya. Data primer ini berupa antara lain: catatan hasil wawancara (FGD) dan data-data mengenai

informan.

2. Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul

data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data ini digunakan untuk

mendukung infomasi primer yang diperoleh dari 40 observasi langsung ke lapangan (Umar, 1999:99-100).

Observasi langsung ke lapangan yang peneliti lakukan yaitu dengan melakukan FGD (Focus Group

Discussion).

Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan data dibutuhkan alat

bantu berupa daftar pertanyaan, video kamera, dan tape recorder. Daftar pertanyaan berisi pertanyaan

pertanyaan yang digunakan dalam metode cakap. Video kamera dan Tape recorder digunakan untuk merekam

penjabaran mengenai strategi pemasaran yang sudah dilakukan oleh beberapa industri terkait maupun yang baru

saja akan memualai strategi pemasaran tersebut. Hasil rekaman kemudian ditranskripsikan melalui pencatatan

sehingga memudahkan untuk peneliti dalam menganalisa dengan teori-teori terkait yang dijadikan sebagai data

sekunder.

Page 15: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

Metode Analisis Data

Data dikumpulkan dengan metode simak atau penyimakan, yaitu menyimak ungkapan lisan atau tertulisa

dari para pelaku bisnis/pemasar clothing dan kuliner yang dijadikan sampel mengenai strategi pemasaran yang

telah mereka lakukan, kembangkan atau akan susun guna menghadapi persaingan dan kesempatan berkembang

pada Asean Economic Community tahun 2015 yang akan datang.

Metode simak dapat disejajarkan dengan metode pengamatan atau observasi dalam ilmu sosial, khususnya

Antropologi. Di samping itu, juga digunakan metode wawancara. Wawancara menurut Moleong (2004) :

Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu oleh pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Data lisan dikumpulkan dengan metode simak, teknik simak libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat.

Teknik simak libat cakap dilakukan dengan menyimak sekaligus berpartisipasi dalam pembicaraan. Peneliti

terlibat langsung dalam dialog baik secara aktif maupun reseptif. Aktif, artinya peneliti ikut berbicara dalam

dialog sedangkan reseptif artinya hanya mendengarkan pembicaraan informan. Saat penerapan teknik simak

libat cakap juga disertai teknik rekam, yaitu merekam dialog atau pembicaraan 40 informan. Rekaman ini

selanjutnya ditranskripsikan dengan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 133). Data tulis dikumpulkan dengan

metode simak yang dibantu dengan teknik lanjutan berupa teknik catat.

HASIL PENELITIAN

Hasil yang didapat pada penelitian ini adalah dari hasil wawancara dalam FGD hanya sekitar 80% dari

sampel (para pelaku bisnis industri clothing dan kuliner di kota Bandung) yang telah membuat strategi

pemasaran perusahaan. Hasil FGD tersebut akan peneliti deskripsikan sebagai hasil hipotesis untuk

pembahasan pada penelitian ini.

PEMBAHASAN

Strategi pemasaran merupakan hal penting bagi setiap industri yang akan mengembangkan sayapnya di

dunia bisnis. Persaingan yang semakin meningkat seharusnya bisa menjadi tolak ukur para pelaku bisnis dalam

menghadapi Asean economic Community pada tahun 2015 yang akan datang. Peneliti telah melakukan

penelitian kepada beberapa para pelaku bisnis di industri clothing dan kuliner di kota Bandung, dan peneliti

melakukan Focus Group Discussion guna mendapatkan data yang valid dan sesuai dengan fakta yang benar

Page 16: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

terjadi saat ini dilapangan. Sebagian besar dari informan yang peneliti dapatkan, mereka telah menerapkan

strategi pemasaran pada industri mereka masing-masing, tetapi strategi tersebut merupakan strategi yang belum

dikembangkan dalam menghadapi Asean Economic Community tahun 2015 yang akan datang. Adapula para

pelaku bisnis/pemasar yang industri nya memang belum membuat secara gamblang mengenai strategi

perusahaan mereka, mereka melakukan pemasaran secara alamiah saja menggunakan strategi pemasaran klasik

yaitu Word Of Mouth marketing. Dari hasil FGD dengan para informan tersebut peneliti mendapatkan fakta

dilapangan yang dapat dikatakan bahwa untuk strategi pemasaran awal yang telah dilakukan industri yang baru

memulai dengan melakukan WOM (Word of Mouth), dapat dikatakan bahwa pemasaran tersebut cukup efektif,

karena dengan melakukan pemasaran melalui WOM tanpa melibatkan media lain dalam strategi pemasarannya,

untuk 6 bulan berjalan industri tersebut stabil bahkan mendapatkan omset yang cukup baik. Tetapi menurut

telaah peneliti bahwa industri tersebut baru berjalan hanya sekitar 6 bulan saja, dan dilakukan hanya dalam

segmen regional saja, sedangkan sekitar 2 tahun yang akan datang perkeonomian Indonesia dihadapi dengan

apa yang dinamakan Asian Economic Community dimana persaingan bebas internasional akan mulai terbuka.

Hal ini seharusnya dapat menjadi acuan bagi seluruh pelaku bisnis/pemasar di Indonesia agar bersiap-siap

menyusun atau mengembangkan strategi pemasaran untuk industri yang sedang mereka jajaki, khususnya untuk

para pelaku bisnis yang memiliki mindset hanya dengan melakukan WOM mereka merasa sudah menerapkan

strategi pemasaran yang maksimal.

Strategi pemasaran yang telah dilakukan oleh para pelaku bisnis/pemasar ini sangat beragam jika dilihat dari

segi media pemasaran yang mereka gunakan. Hampir sebagian besar bahkan semua dari peserta FGD ini

melakukan pemasaran melalui media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, bahkan hanya sebagian kecil

saja yang melakukan pemasaran melalui media cetak seperti surat kabar dan majalah nasional. Adapula yang

melakukan strategi pemasarannya melalui endorsement kepada para artis ibukota yang sedang naik daun pada

saat ini juga menjadi sponsor-sponsor berbagai event baik tingkat regional maupun nasional.

Jadi, dapat dikatakan bahwa para pelaku industri clothing/kuliner kota Bandung ini, mereka melakukan

strategi pemasarannya lebih mengarah kepada penggunaan media pemasarannya, karena menurut hasil diskusi

antara peneliti dan para informan, dengan pemilihan media pemasaran yang baik, benar dan “pas”akan menjadi

tolak ukur keefektifan suatu strategi pemasaran itu sendiri. Mereka berpendapat, bahwa untuk menghadapi

persaingan dan sekaligus kesempatan dalam menghadapi Asean Economic Community tahun 2015 yang akan

Page 17: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

datang, mereka masih dalam tahap membayangkan strategi pemasaran melalui media pemasaran yang akan

mereka terapkan bagi industri nya, belum dalam tahap penyusunan strategi tersebut. Dari hasil FGD tersebut,

peneliti mendapatkan salah satu informan pelaku industri clothing, dimana industri yang telah dijalankan, telah

melakukan ekspansi ke negara Singapura, dengan cara membuka toko clothing yang sama di Singapura. Pada

awalnya owner dari sebuah clothing tersebut melakukan strategi pemasarannya dengan melakukan endorsement

kepada beberapa band lokal Bandung saja, lalu dikembangkan dengan melakukan endorsement untuk band-

band nasional, dan saat ini beliau mengembangkan sayap bisnisnya dengan cara membuka toko nya di negara

Singapura. Tetapi, meskipun pengembangan yang telah dilakukan sudah cukup signifikan dengan omset yang

didapatkan, tetap tidak menutup kemungkinan bagi para pelaku bisnis tersebut mendapatkan pesaing yang

semakin hari dunia industri clothing dan kuliner semakin menjamur dan semakin berkembang, produk

substitusi pun telah banyak bergentayangan dan mengantri guna bersaing dalam kancah imternasional pada

tahun 2015 yang akan datang. Oleh sebab itu, bagaimana cara mensiasatinya, yaitu para pelaku

bisnis/pemasaran harus mulai dari sekarang merencanakan/menyusun dan mengembangkan strategi pemasaran

industri nya yang dapat mengacu pada teori-teori strategi pemasaran yang telah peneliti jabarkan di bab

sebelumnya.

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah dimana para pelaku bisnis/pemasaran khususnya dibidang

industri clothing dan kuliner kota Bandung, hampir sebagian besar telah memiliki strategi pemasaran pada

industri mereka masing-masing, yang belum bisa dikatakan efektif karena belum semua industri tersebut

medapatkan omset atau target sesuai dengan ekspektasi mereka. Selain hal tersebut, strategi pemasaran yang

telah mereka miliki belum mengacu untuk menghadapi dunia persaingan yang sekaligus kesempatan untuk

pengembangan industri pada Asean Economic Community 2015 yang akan datang.

Saran

Saran yang peneliti berikan bagi para pelaku bisnis/pemasaran adalah jangan merasa puas atas apa yang

telah didapatkan saat ini, karena dalam dunia bisnis, persaingan tidak akan pernah berhenti, oleh karena itu para

pelaku bisnis/pemasaran harus membuka mata lebar-lebar karena selangkah didepan itu adalah persaingan yang

tak terlihat. Semakin berkembangnya perekonomian dunia, semakin berkembang pula produk-produk yang

Page 18: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

tidak menutup kemungkinan menjadi produk substitusi dari produk yang memiliki lini yang sama dengan

industri yang sedang kita jalani. Strategi pemasaran pun harus selalu dikembangkan dan diterapkan mengikuti

perkembangan zaman yang ada khususnya untuk menghadapi Asean Economic Community 2015 mendatang.

Page 19: MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK LOKAL DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN DI KANCAH INTERNASIONAL (studi kasus industri clothing dan kuliner kota Bandung)

DAFTAR PUSTAKA

Djajasudarma. 2006. Metode Linguistik, Rancangan Metode Penelitian

Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta: Prenhallindo

Robert K. Yin. 2002. Case Study Research. Design and Methods. Edisi ketiga. Applied social research method

series Volume 5. Sage Publications. California

Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif

Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran. Edisi Ketiga. Yogyakarta : ANDI

Jurnal

Jurnal Penelitian Komunikasi Departemen Komunikasi dan Informatika RI Badan Penelitian dan

Pengembangan SDM Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung

(http://kuliahfreddy.files.wordpress.com/2012/06/jurnal-penelitian-komunikasi.pdf) (diakses 16 September,

13.38)

Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, Volume 1 nomor 1, Desember 2012,

http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/bbppki-medan/files/2013/01/Jurnal-Teknologi-Informasi-dan-

Komunikasi-Vol.-1-Tahun-012.pdf, (diakses 16 September 2013, 13.47)

Website

(http://en.wikipedia.org/wiki/Social_media), (diakses 16 September 2013, 14:07)

http://www.escpeurope.eu/nc/faculty-research/the-escp-europe-faculty/professor/name/kaplan/,

(diakses 16 September 2013, 14:07)

http://www.michaelhaenlein.eu/CV/CV.htm, (diakses 16 September 2013, 14:07)