mengedit dengan markah: sebuah buku kurang pintar · buku ini dapat dinikmati para pembaca junior...

48

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”
Page 2: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR©2020 oleh Bambang Trim

Hak cipta yang dilindungi Undang-Undang ada pada penulis.

Publikasi I, Juni 2020

Buku ini bagian dari Seri Buku “Kurang Pintar” yang digagas oleh Bambang Trim. Buku ini terbit perdana dalam bentuk elektronik.

Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk cetakan atau berkas elektronik untuk tujuan komersial. Penggunaan atau pengutipan konten buku dibenarkan dengan menyebutkan sumbernya.

KUBUKUCimahi, Jawa Barat

www.bambangtrim.com

Kredit Kover:Canva Pro

Page 3: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

iii

Prakata—v

01 MENGEDIT NASKAH—5Ilmu Dasar Mengedit—6Dua Bentuk Naskah—9Penyuntingan Tradisional—11Penyuntingan Modern—16Cetak Coba—17

02 MARKAH RALAT—19 Fakta Seputar Markah Ralat—21

Menggunakan Markah Ralat—22Tabel Markah Ralat—29

03 INTUISI EDITOR—33 Cara Saya Berlatih—34 Menajamkan Intuisi—37 Daftar Pustaka—39Penulis Kurang PIntar—40

Daftar Isi

Page 4: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

iv

Page 5: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

v

Prakata

Orang kurang pintar, bacalah buku ini. Serius atau ber-canda? Bolehlah keduanya. Namun, saya benar-benar bersyukur karena buku acuan “kurang pintar” ini dapat

dituntaskan meskipun gagasannya secara tidak sengaja saya tu-liskan tahun 2013.

Waktu menuliskan esai tersebut, saya terpengaruh dinamika Pilpres 2014. Alhasil, saya lontarkan gagasan untuk menulis Buku Kurang Pintar Memilih Presiden. Ada rasa canda memang di dalam tulisan tersebut.

Saat terjadi pandemi COVID-19 yang membuat saya berdiam di rumah dalam waktu yang lama, gagasan ini malah terpikir kem-bali. Akhirnya, saya wujudkan saja dalam bentuk buku sebenarnya de ngan topik perdana dari dunia saya yakni dunia penulisan dan penerbitan buku.

Buku ini aman dan nyaman dibaca untuk remaja usia 13 tahun hingga orang dewasa yang “merasa kurang pintar” dan memer-lukan informasi serta pe ngetahuan dalam format ringkas, padat, dan bernas. Membaca buku ini boleh jadi Anda autopintar.

Page 6: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

vi

Saya berkutat dengan riset pustaka, menghim-pun banyak data dan fakta serta dalam hal terten-tu wwmewawancarai beberapa narasumber un-tuk mewujudkan Buku Kurang Pintar ini. Semoga pembaca dapat menikmatinya dan tidak terbeba-ni, apalagi malah “masuk angin” karena membaca buku ini.

Saya menyadari bahwa buku ini ba nyak sekali kelebihannya. Karena itu, selamat membaca dan berbahagia.

Cimahi, Juni 2020

Bambang Trim

Page 7: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

vii

Mereka yang merasa sudah pintar biasanya enggan membaca buku. Karena itu, lebih baik kurang pintar daripada kurang ajar

karena enggan membaca buku.

—Bambang Trim, Tukang Buku Keling

Page 8: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

viii

Foto: Annie Spratt/Unsplash

Page 9: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

1

ORANG KURANG PINTAR

BACA BUKU INI

Saya memang tidak sedang bercanda menulis buku bertajuk BUKU “KURANG PINTAR” ini. Tentu kalau merasa sudah pintar, Anda tidak

perlu membaca buku ini. Buku ini memang dikhu-suskan bagi mereka yang dahaga akan informasi dan pe ngetahuan yang memintarkan di antara be-gitu ba nyak seliweran informasi di dunia maya yang membodohkan.

Page 10: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

2

Manusia itu terbagi dalam tiga tipe: mereka yang membuat sesutu terjadi; mereka yang

hanya melihat sesuatu terjadi; dan mereka yang terkagum-kagum sesuatu terjadi.

Seperti halnya kutipan Steve Jobs yang sangat populer: Tetaplah bodoh, tetaplah lapar, demikian pesan sebenarnya dari buku ini. Me-mang lebih baik kita berada dalam kondisi “kurang pintar” daripada “kurang ajar”.

Buku “Kurang Pintar” ini diterbitkan berseri dalam format buku re ferensi kekinian tentang suatu topik. Para pembaca akan disuguhi sub-subtopik yang dikemas secara ringkas, padat, dan bernas.

Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar” Junior-Senior.

Ide buku ini sebenarnya berasal dari sebuah esai saya di situs web manistebu.com bertajuk “Mari Menulis Buku Kurang Pintar” yang di-publikasikan tahun 2013. Saat pandemi COVID-19 melanda dunia dan Indonesia, saya ba nyak merenung di rumah demi memunculkan se-buah gagasan segar tentang buku.

Saya tertarik dengan kutipan yang pernah diucapkan Nicholas Murray Butler berikut ini.

Page 11: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

3

Saya ingin menulis sebuah buku yang berbeda. Karya yang menyebabkan saya membuat sesuatu terjadi. Jadilah ide Buku “Kurang Pintar” ini meskipun gagasannya seperti sebuah guyonan tak serius atau boleh jadi tidak segar-segar amat.

Namun, insyaallah saya menulisnya sangat serius. Buku ini pun diterbitkan ber-seri dengan beberapa pilihan topik “kurang pintar” yang saya rencanakan juga meli-batkan beberapa pengarang pendamping (co-author) atau sebaliknya, saya yang menjadi pendamping. Harapan saya dan tentunya yang terlibat di dalam proyek “kurang pintar” ini adalah membangkitkan daya literasi tiap generasi menjadi genera-si yang genial ; generasi yang tetap merasa kurang pintar dan tetap merasa haus ilmu. Generasi yang mau “merendahkan diri” di hadapan para guru meskipun mereka kelak menjadi seorang ahli/pakar. Foto: Austin Distel/Unsplash

Page 12: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

4

Penyuntingan mekanis sebagai pengetahuan dan keterampilan mendasar seorang editor/penyunting

(Canva Pro)

Page 13: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

5

01MENGEDIT NASKAH

Pernah menerima hasil koreksi naskah yang penuh coretan? Mungkin Anda pernah menerimanya dari guru, dosen, atau atasan Anda. Kemudian, apakah

Anda mengerti maksud coretan tersebut sebagai instruksi koreksi?

Pekerjaan para editor memperbaiki naskah awalnya me-mang identik dengan mencoret naskah. Namun, coretan edi-tor sejatinya memiliki arti tertentu sehingga yang memba-canya dapat mengerti apa yang perlu diperbaiki —penulis dan pengatak halaman.

Tanda atau simbol yang digunakan editor untuk mengedit naskah disebut markah ralat (correction mark). Ada be-gitu banyak markah dengan maksud berbeda-beda. Buku ini secara praktis memberi tahu Anda tentang penggunaan markah ralat tersebut dalam kegiatan pengeditan atau pe-nyuntingan.

Page 14: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

6

Jika dalam wawancara kerja seorang editor tidak dapat menja-wab apa itu pengeditan atau penyun tingan mekanis (mechani-cal editing), ia menjadi sinyal bagi saya untuk tidak meneruskan

wawancara. Mengapa? Hal itu adalah pengetahuan mendasar bagi seorang editor atau penyunting.

ILMU DASAR MENGEDIT

Penyuntingan mekanis (mechanical ed-iting) berfokus pada aspek yang bersifat mekanis, seperti kesalahan tik (salah tik), ke salahan kebahasaan (diksi, ejaan, kata berimbuhan, kalimat, paragraf), kesalahan bagian-bagian teks ( judul bab, subjudul, ku-tipan, dsb.), kesalahan rujukan silang, kes-alahan data dan fakta, dan juga me nyangkut masalah kelegalan serta kepatutan. Karena itu, pekerjaan mengedit naskah secara me-kanis ini boleh dikatakan rumit.

Penyuntingan mekanis berhubungan de ngan penan daan terhadap bagian-bagian naskah yang perlu dikoreksi, dikurangi, ditambahi, atau diubah. Saya ke-mudian menyebutkan ada lima keputusan penyun-tingan yang dibuat oleh seorang editor.

Page 15: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

7

Penyuntingan naskah itu sejatinya pekerjaan rumit. (Canva Pro)

Page 16: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

8

Keputusan penyuntingan nomor 1 dan 2 masih dapat dikatakan sebagai penyuntingan ringan (light copyediting). Adapun nomor 3 dan 4 sudah masuk pada kategori penyuntingan sedang (middle co-pyediting) dan nomor 5 masuk kategori penyuntingan berat (heavy copyediting).

Penyuntingan ringan dapat dilakukan oleh editor mula. Penyun-tingan sedang dapat dilakukan oleh editor madya atau editor mahir. Adapun penyuntingan berat disarankan hanya dilakukan oleh editor ahli —mereka berpengalaman atau memiliki rekam jejak lebih dari 15 tahun sebagai editor.

Saya menemukan banyak para editor yang tidak cukup memiliki “amunisi” pengetahuan tentang ilmu penyuntingan dan ilmu penerbi-tan. Betul, mereka adalah para autodidak, tetapi mereka sebenarnya tidak siap untuk diterjunkan menjadi editor, kecuali tentu dipaksakan. Ada yang beruntung memiliki kecintaan terhadap dunia tulis-menu-lis sekaligus talenta untuk mengembangkan dirinya. Akan tetapi, ada juga yang menjadi “buntung” karena hanya sekadar mencoba-coba.

Page 17: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

9

DUA BENTUK NASKAH

Saat ini seorang editor atau penyunting menerima dua bentuk naskah yaitu naskah tercetak (hardcopy) dan naskah elektro-nik (softcopy). Tuntutan zaman menyebabkan naskah tercetak

semakin jarang diminta oleh penerbit karena dapat menyebabkan sampah kertas selain adanya isu paperless terkait lingkungan.

Namun, bukan berarti tidak ada lagi yang bekerja dengan naskah dalam bentuk tercetak. Penyuntingan naskah tercetak (hardcopy ed-iting) ter kadang dianggap lebih akurat dibandingkan penyuntingan naskah elektronik (on-screen editing) jika dihubung kan dengan daya tahan mata, apalagi bagi mereka yang sudah melewati usia 40 tahun.

Naskah tercetak sudah jarang diterima penerbit. (Canva Pro)

Page 18: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

10

Artinya, mengedit naskah dalam durasi yang lama di depan kom-puter setidaknya berpengaruh terhadap konsentrasi editor. Berbeda halnya dengan mengedit langsung pada naskah tercetak yang jelas lebih ramah terhadap mata. Memang sempat ada perdebatan bahwa layar komputer saat ini semakin canggih sehingga dapat menyesuai-kan dengan cahaya ruangan dan lebih nyaman bagi mata. Mengedit di layar komputer (on screen editing) saat ini dianggap paling relevan.

Page 19: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

11

PENYUNTINGAN TRADISIONAL

Penyuntingan mekanis pada naskah tercetak kini digambar-kan sebagai penyuntingan tradisional/konvensional. Namun, penge tahuan dan keterampilan penyuntingan jenis ini harus

dikuasai oleh para editor. Sebagaimana saya sampaikan pada awal buku ini bahwa untuk

menguji seorang editor atau mereka yang mengaku sebagai editor, saya akan bertanya apa yang mereka ketahui tentang penyuntingan mekanis (mechanical editing). Selanjutnya, saya akan memberikan naskah tercetak dan meminta sang editor mengedit dengan meng-gunakan markah ralat yang standar.

Jika mereka tampak dalam situasi tidak biasa atau bingung mengedit naskah tercetak tersebut, hal itu pun sudah menjadi sinyal-bagi saya bahwa sang editor belum paham ilmu dasar penyuntingan naskah.

Jadi, hardcopy editing saat ini dapat digunakan untuk me rekrut para editor, mengetes apakah mereka benar-benar memahami penyun tingan mekanis. Hardcopy editing juga berguna dalam situasi ketika naskah tidak dapat disajikan secara elektronik. Misalnya, ketika Anda diminta mengedit dokumen rahasia yang hanya tersedia dalam bentuk tercetak atau Anda tiba-tiba diminta atasan untuk mengedit

Page 20: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

12

Dosen saya di Prodi D-3 Editing (Unpad), Ibu Sofia Mansoor —beliau pernah menjadi

editor kepala di Penerbit ITB—menggunakan istilah ‘markah ralat’ untuk menyebut

tanda-tanda koreksi (correction mark atau copyediting mark). Markah ralat ini berlaku

secara universal yang digunakan oleh banyak editor naskah di dunia.

teks pidato yang hanya tersedia dalam bentuk tercetak. Demikian pula jika seorang penulis hanya memiliki naskah tercetak untuk diedit maka editor pun harus menggunakan cara-cara tradisional atau kon-vensional tersebut.

Markah adalah kata lain untuk menyebut tanda. Kita sering men-dengar kata ini digunakan dalam konteks lalu lintas. Ya, markah jalan.

Sejak kapan markah ralat ini digunakan? Wikipedia menyebutkan bahwa penggunaan markah ralat dimulai sejak munculnya aktivitas penerbitan skala besar. Aktivitas ini dapat dihubungkan sejak ditemu-kannya mesin cetak pada pertengahan abad ke-15 oleh Gutenberg.

Tradisi penyuntingan naskah di Eropa di mulai se bagai pengecekan sebelum nas-kah dicetak secara massal, terutama saat mesin cetak di Eropa mulai memproduksi Alkitab (Bible). Hasil kerja para penyalin Alkitab kemudian diperiksa kembali oleh monastic copyist (pemeriksa dari ka langan

Page 21: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

13

gereja) sehingga terdapat perubah an pada kata atau istilah yang dianggap tidak tepat.

Aktivitas mengoreksi alih-alih men-jadi mengedit kemudian dikenal di dalam industri penerbitan secara luas. Seorang editor dari Amerika, Maxwell Perkins, menjadi sangat populer. Ia dikenal se-bagai editor penemu talenta para penulis, di antaranya Ernest Hemingway, F. Scott Fitzgerald, Marjorie Kinnan Rawlings, dan Thomas Wolfe.

Max Perkins, editor bertangan dingin(New York World-Telegram and the Sun staff photographer - Library of Congress Prints and Photographs Division)

Anda dapat menonton film biopic tentang Perkins yang berjudul Genius. Di film itu terlihat bagaimana kebiasaan Perkins mengedit naskah, bahkan dilakukannya di kereta api —dalam perjalanan dari kantor ke rumahnya. Max Perkins contoh editor yang sangat genius.

Page 22: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

14

Di Indonesia melalui puisi “Syair Jalan Kreta Api” karya Tan Teng Kie diketahui tentang kegiatan editor pada tahun 1890-an. Tradisi pencetakan dan penerbitan telah dibawa oleh Belanda jauh sebelum berdirinya Balai Pustaka yang kini menjadi penerbit tertua di Indone-sia (berdiri 1917). Namun, editor kenamaan di Indonesia mulai dikenal dari zaman Balai Pustaka seiring dengan lahirnya begitu banyak buku, seperti H.B. Jassin dan Sutan Takdir Alisjahbana.

Era tahun 1970-an boleh dikatakan mulai menggeliatnya industri perbukuan Indonesia meskipun Ikatan Penerbit Indonesia telah ada sejak tahun 1950. Beberapa tokoh pegiat perbukuan dan editor ke-mudian muncul membawa pembaruan dalam bidang ilmu penerbit-an.

Buku langka karya Prof. Mien A. Rifai (UGM Press)

Saya dapat sebutkan bebe-rapa di antaranya sebagai beri-kut: Ajip Rosidi, Adjat Sakri, Mien A. Rivai, Hassan Pambudi, Taya Paembonan, Pamusuk Eneste, Gorys Keraf, Frans M. Parera, Slamet Djabarudi, Dadi Pakar, Sofia Mansoor, Mula Harahap, dan Hernowo. Penyebut an na-ma-nama tersebut berdasar-kan keaktifan mereka dalam hal mengajar/me latih dan menu-

Page 23: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

15

lis artikel atau buku tentang penulisan, penerbit an, serta penyuntingan naskah.

Beberapa orang di antara mereka telah tiada, tetapi ilmu yang diwaris-kannya di dalam buku masih bergema, terutama bagi saya yang bertekad men-jadi penerus mereka. Untuk itu, saya pun berusaha menyambungkan ilmu pe-nyuntingan naskah agar tidak terputus mata rantainya pada generasi editor se-lanjutnya.

Teknologi digital memang telah me-ngubah kebiasaan editor mengedit.

(Bambang Trim)

Page 24: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

16

PENYUNTINGAN MODERN

Era penyuntingan modern dimulai pada awal tahun 1990-an ke-tika terjadi transisi dari analog ke digital. Di dalam dunia kepen-ulisan terjadi transisi dari mesin tik ke komputer destop. Pada

saat itu mulai lahir istilah penerbitan destop (desktop publishing) ke-tika perangkat komputer sangat membantu kualitas, kecepatan, dan keakuratan kerja penerbitan.

Pada pertengahan tahun 1990-an di Indonesia mulai populer pe-ranti lunak pengatak (desain) halaman seperti Ventura Publisher dan Aldus Pagemaker. Tampilan sebuah buku menjadi lebih menarik dan bervariasi. Saat itu hanya segelintir orang yang dapat mengoperasi-kan aplikasi pendesain halaman tersebut.

Selanjutnya, tahun 2000-an hingga kini terjadi lompatan teknologi digital yang menyebabkan proses penyuntingan bertransformasi juga dari analog ke digital. Banyak editor yang lebih tertarik mengedit lang-sung di naskah elektronik, baik melalui Word atau langsung mengedit di peranti lunak desain seperti Adobe In-Design. Demikian pula pe-nyuntingan dapat dilakukan pada berkas PDF (portable document format) dengan menggunakan peranti lunak seperti Adobe Acrobat.

Editor tinggal memberikan tanda (anotasi) pada berkas elektronik serta catatan secara digital. Bahkan, pada peranti lunak Word 365, editor dan penulis dapat terkoneksi secara da-ring (online) sehingga penyun tingan terlihat secara langsung (real time).

Page 25: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

17

Teknologi digital dengan penemuan laser printer juga menjadi-kan pembuatan cetak coba (proof) lebih cepat dan lebih tajam pada kertas HVS. Proof adalah lembaran halaman buku hasil

desain, baik teks maupun gambar sudah ditata letak.Editor masih harus memeriksa cetak coba atau proof untuk me-

mastikan instruksi koreksi pada naskah sudah dimasukkan oleh pe-ngatak halaman (desainer). Selain itu, cetak coba juga diberikan ke-pada penulis untuk diperiksa kembali jika kemungkinan ada bagian yang hilang.

Saat mengedit cetak coba, editor dan penulis harus sama-sama menggunakan markah ralat dengan warna tinta bolpoin yang berbe-da. Cetak coba ini nanti kembali diberikan kepada pengatak halaman/desainer untuk ditata kembali. Setelah itu, pengatak atau desainer akan membuat dumi buku sebagai acuan.

Seyogianya dumi buku tidak boleh lagi dikoreksi. Namun, kadang kala, baik editor maupun penulis sering memasukkan koreksi tambahan di dumi buku.

Di penerbit besar, koreksi cetak coba dikerjakan oleh korektor (proof reader) dengan maksud menemu-kan berbagai kesalahan mekanis yang terlewat oleh editor. Biasanya editor karena faktor kelelahan dan kejenuh-an tidak dapat menemukan kesalahan “tersembunyi” pada cetak coba.

Menemukan kesalahan pada naskah memerlukan kondisi yang prima.

(Canva Pro)

CETAK COBA (PROOF)

Page 26: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

18

Tak banyak lagi yang tahu bagaimana menggunakan markah ralat dalam penyuntingan naskah (Bambang Trim)

Page 27: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

19

02MARKAH RALAT

Mari kembali pada perihal penyuntingan mekanis bahwa aktivitas yang dilakukan seorang editor naskah adalah menandai bagian-bagian yang me-

merlukan perbaikan. Karena itu, editor menggunakan markah ralat. Simbol dan makna pada markah ralat harus disepakati oleh para pemangku kepentingan publikasi (penerbit) agar setiap orang dapat memahami maksud dan instruksi pada markah tersebut.

Di dalam beberapa buku tentang penulisan untuk anak-anak terbitan asing (Amerika dan Eropa), saya menemukan bahwa penggunaan markah ralat juga sudah dikenalkan sejak di sekolah dasar. Artinya, pelajaran menyunting dan meng-gunakan markah ralat juga masuk ke dalam kurikulum peme-lajaran di Amerika dan Eropa.

Page 28: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

20

Penyuntingan dengan markah ralat diperkenalkan pada siswa level B (Bambang Trim/

Writer’s Notebok By the Editors of TIME For Kids, 2006)

Dengan demikian, siswa dan mahasiswa di negara tersebut sudah tidak asing lagi dengan penggunaan markah ralat pada naskah. Jika saya hubungkan dengan kewajiban mahasiswa menulis KTI di kam-pus, seyogianya para dosen mengoreksi KTI mahasiswa itu menggu-nakan markah ralat. Namun, pada kenyataannya mungkin kini hanya 1% dosen yang mengetahui penggunaan markah ralat. Alhasil, dosen saja tidak mengetahuinya, apalagi mahasiswa.

Saat ini jika saya menggunakan markah ralat untuk menyun ting naskah, penulis yang menerima suntingan umumnya tidak paham maksud markah tersebut. Hal ini juga menim-bulkan kesulitan tersendiri jika ingin menerap-kan penggunaan markah ralat.

Page 29: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

21

FAKTA SEPUTAR MARKAH RALAT

Markah ralat telah lazim digunakan sebagai simbol

yang berlaku secara universal di penerbit dari

berbagai negara.

Guru dan dosen di Indonesia seba-gian besar tidak mengenal peng-gunaan markah

ralat, apalagi siswa dan mahasiswa.

Markah ralat terdiri atas simbol di dalam teks dan simbol di margin yang dibubuhkan dengan coretan

tangan.

Simbol markah ra-lat yang digunakan

umumnya sama. Jika pun ada perbe-daan, hanya perbe-daan kecil dengan

maksud yang sama.

Penggunaan markah ralat

secara mekanis dapat meningkat-kan intuisi editor ketika membaca sebuah naskah.

Page 30: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

22

Baiklah pembaca yang budiman, saya langsung saja mengenal-kan beberapa markah ralat yang berlaku secara universal di dalam penyuntingan naskah. Maksud saya agar semakin ban-

yak orang yang memahami, terutama para pendidik yang dapat men-gajarkannya kembali. Jadi, tidak harus editor yang memahami tanda-tanda ini.

Pertama, hal yang harus Anda pahami bahwa markah ralat di-bubuhkan pada teks dengan menggunakan bolpoin atau spidol ber-warna cerah (merah atau biru). Ada yang membedakan penggunaan warna menjadi kode warna. Merah digunakan untuk koreksi salah tik (typographical error), sedangkan biru digunakan untuk koreksi dalam hal penghi langan, penambahan, penyesuaian gaya selingkung, dan pembaruan informasi. Namun, sering editor hanya menggunakan satu warna.

Dari hal siapa yang melakukan koreksi juga terkadang dibedakan yaitu antara editor dan penulis. Editor menggunakan bolpoin berwarna merah, sedangkan penulis menggunakan bol-poin berwarna biru sehingga instruksi perbaikan dapat dipahami oleh pengatak halaman/desain-er.

Kedua, naskah yang Anda terima kini umum-nya ditik atau diset dengan aplikasi Word. Biasa-nya jika penulis mengikuti pedoman dari pener-bit, naskah yang ditik sudah mengikuti format yang disarankan, seperti

MENGGUNAKAN MARKAH RALAT

Page 31: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

23

• ukuran kertas yang digunakan;• ukuran spasi/jarak antarbaris (biasanya 1,5 atau 2

spasi); dan• lebar margin kiri-kanan dan atas-bawah.

Format yang ditentukan sedemikian rupa akan san-gat membantu dalam pembubuhan markah ralat pada teks. Halaman naskah pada dasarnya dapat dibagi dua dengan membayangkan garis khayal. Garis khayal me-

Page 32: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

24

mandu editor untuk membubuhkan markah ralat pada margin kri atau margin kanan naskah.

Penyuntingan ini secara manual menggunakan markah ralat. Berikut penjelasan beberapa markah ralat yang sering digunakan dan contoh penggunaannya.

Memasukkan Perubahan

Masukkan tanda sisip ( ) berikut ke dalam teks apabila ada hal yang ingin dimasukkan. Tuliskan huruf atau kata yang dimasukkan di mar-gin kanan atau margin kiri. Apabila materi yang ingin dimasukkan sangat banyak—berupa kalimat ataupun paragraf—, gunakan secarik kertas (kertas post-it) dengan kode penempatan (misalnya Teks A) dibubuhkan pada kiri atas kertas dan ditempelkan pada halaman nas-kah tersebut. Contoh:

Memindahkan Teks

Terkadang ada teks yang tidak sesuai dengan urutan sebenarnya ataupun tidak tepat penempatannya. Editor dapat meng instruksikan pemindahan teks dengan tanda sisip dengan melingkari bagian yang ingin dipin dahkan dan diteruskan dengan tanda panah ke tempat pe-mindahan. Contoh:

Sebuah organisasi harus dibangun dengan1. visi;2. nilai-nilai; dan3. misi.

Tidak selalu ada korlasi antara tingkat pendidikan dan tata krama dalam berinteraksi di media sosial.

Page 33: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

25

Menakuk Teks

Faktor kesalahan menata teks, menyebabkan hasil tata letak teks ti-dak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini ada teks-teks yang semestinya menjorok ke dalam (bertakuk), tetapi tidak menjorok. Perhatikan contoh berikut.

Buku yang baik mengandung tiga daya, yaitu

• daya gugah;• daya ubah; dan

• daya pikat

Jika terjadi kesalahan tata letak, Anda dapat membubuhkan dua garis vertikal di samping kiri teks sebagai perintah untuk merapikan. Berikan catatan catatan: “luruskan teks”.

Contoh:

Saat mengedit sebaiknya editor dalam keadaan pikiran yang segar dan hati yang senang. Hal ini untuk men-gantisipasi kejenuhan pada saat mengedit.

Menghilangkan Teks

Editor kerap menghilangkan huruf, kata, kalimat, atau bah-kan paragraf dalam suatu teks yang memang tidak dibu-tuhkan. Editor dapat menggunakan tanda seperti ini ( ) untuk meng hi langkan kata dan merapatkannya kembali. Tanda ini disebut close-up.

Contoh:

Pemandangan itu mempesona dirinya sehingga ia enggan beran-jak beberapa saat lamanya.

Page 34: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

26

Penghilangan huruf dapat juga dengan tanda seperti ini. Pada ba-gian margin di kiri atau kanan diberi tanda ( ) yang artinya dihilang-kan atau delete.

Penghilangan satu kata bisa menggunakan cara seperti ini.

Jangan terlalu sering berprasangkaa.

Dia sangat ketakutan sekali mendengar kabar itu.

Penghilangan satu paragraf dapat dilakukan dengan cara seperti ini dengan dibubuhi tanda delete di margin.

Pendeknya, alih wahana adalah pengubahan suatu ben-tuk karya menjadi karya lain. Hal ini berkonsekuensi pada munculnya hak cipta turunan (subsidiary right) pada suatu karya—tidak terbatas hanya fiksi, tetapi juga nonfiksi. Di dalam UU Hak Cipta Nomor 28/2014 (UUHC), proses ini disebut transformasi ciptaan.

Membalikkan Teks

Ada kata yang hurufnya ditik terbalik ataupun gabungan kata (frasa) yang urutan katanya keliru. Editor harus ekstra berhati-hati, teru-tama pada kata-kata yang karena hurufnya terbalik bermakna lain. Perhatikan contoh:

kelapa seharusnya kepalapost syndrome power seharusnya post power syndromelain kali seharusnya kali lain

Jadi, gunakan tanda pembalikan ( ) yang disebut tranpose.

Page 35: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

27

Memisahkan Teks atau Memberi Spasi

Kata seperti kata depan yang seharusnya dipisahkan dari kata yang sesudahnya dapat dipisahkan dengan tanda spasi ( ). Di margin kiri atau kanan teks dibubuhkan tanda ( # ) yang artinya dipisah.

Contoh:

Presiden sudah tiba dikediamannya.

Ia mencalonkan diri menjadi walikota.

Membatalkan Koreksi

Adakalanya editor berubah pikiran tentang teks yang telah dikorek-si untuk dikembalikan ke bentuk semula atau membatalkan koreksi yang dibuatnya. Tanda yang biasa digunakan untuk instruksi sema-cam ini adalah garis putus-putus di bawah teks yang dikoreksi. Ke-mudian, di margin teks kiri atau kanan diberi tulisan stet (Let is stand) artinya tanda koreksi dibatalkan dan kembalikan ke semula.

Contoh:

#

#

Presiden Donald Trump.

Mengubah ke Huruf Kapital dan Huruf Kecil

Kata yang seharusnya dimulai atau ditulis dengan huruf kapital, tetapi tertulis dalam huruf kecil, dapat diubah dengan mudah. Editor tinggal melingkari huruf yang akan diubah dari huruf kecil ke huruf kapital.

Begitu pula sebaliknya jika hendak diubah dari huruf besar ke hu-ruf kecil. Pada margin diberi tanda ( ) untuk huruf besar dan tanda ( ) untuk huruf kecil.

Page 36: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

28

Mengubah ke Huruf Miring (Italik)

Kata-kata dalam bahasa asing, bahasa daerah, ataupun bahasa per-cakapan harus dicetak miring di dalam teks. Editor menginstruksikan huruf tegak menjadi huruf miring dengan cara memberi garis bawah pada kata atau kelompok kata yang akan dimiringkan. Pada margin dituliskan kata ‘miring’ atau ‘italik’.

Mengubah ke Huruf Tebal

Jika ada huruf atau kata yang perlu ditandai atau diset cetak tebal, editor dapat menginstruksikan perubahan dari huruf normal ke huruf tebal dengan cara memberikan tanda seperti ini ( ) di bawah hu-ruf atau kata yang akan diubah.

Markah Ralat Lain

Markah ralat lain secara lengkap dapat dilihat di dalam tabel berikut ini. Apabila Anda adalah editor pemula, kopi dan tempatkan tabel tersebut di meja kerja Anda. Namun, untuk selanjutnya diharapkan Anda sudah hafal markah ralat tersebut tanpa perlu melihat tabel lagi. Karena itu, berlatihlah berulang-ulang.

Praktik menggunakan markah ralat dilakukan editor dengan mem-beri markah di dalam teks dan di margin. Di dalam teks adalah tanda bagian yang harus dikoreksi, sedangkan di margin adalah keterangan instruksinya.

Page 37: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

29

Tanda pada Margin

Instruksi Tanda pada Teks

sisipkan Gunakan tanda sisip untuk menam-bah hurf atau kata.

hapuskan huruf/kata Gunakan tanda hapus untuk meng-hapus huruf atau kata kata.

ganti huruf Ganti hurup.

kataganti kata Ganti istilah

rapatkan/gabungkan Untuk mereka jangan di pisah.

hapus, lalu rapatkan Hapus huruf dan gabuungkan

beri spasi/pisahkan Kue yang dimeja ditutup saja.

balikkan huruf membeli kepala

balikkan kata standar operasional prosedur

batalkan koreksi Mereka tidak terlibat korupsi.

meragukan Korban COVID-19 di Indonesia lebih banyak berusia >40 tahun.

sambungkan Pindahkan bagian pada

baris yang sama.

TABEL MARKAH RALAT

balikkan

balikkan

stet

Page 38: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

30

Tanda pada Margin

Instruksi Tanda pada Teks

jadikan paragraf baru(pb)

Pandemi sudah berakhir. Peme-

rintah Indonesi memaklumkan

pencabutan PSBB.

bukan paragraf baru Pandemi masih menghantui

beberapa kota di Indonesia.

Contohnya, Surabaya yang masih

mengalami kenaikan jumlah positif

COVID-19.

panjangkan singkatan/akronim Penjelasan instruktur itu kurang dpt.

dipahami.

betulkan pemenggalan Mereka disebutkan siap ca-

plok saham perusahaan itu.

set subskrip menjadi H2O

set superskrip suhunya 30oC

sisipkan koma Untuk itu diperlukan suatu strategi

mengatasi lonjakan permintaan.

sisipkan tanda petik Siapa yang datang barusan?

panjangkan

Page 39: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

31

Tanda pada Margin

Instruksi Tanda pada Teks

sisipkan tanda hubung mahasiswa seIndonesia

sisipkan tanda pisah pukul 12.00-15.00 WIB

set huruf italik perlunya social distancing

set huruf tebal huruf dh pada Ramadhan semesti-

nya menjadi d.

set huruf kapital kepada presiden Jokowi

set huruf kecil Ia ingin menjadi Presiden.

kurangi/samakan spasi antarkata Efek sungai putih pada kata.

tambahkan spasi antar-baris

Spasi yang terlalu rapat bakal sulit untuk dibaca.

kurangi spasi antarbaris Spasi yang terlalu lebar juga sulit

untuk dibaca.

kurangi

italik

tebal

kurangi

Page 40: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

32

Saya belajar dan berlatih menggunakan marka ralat sejak tahun 1991 (Bambang Trim)

Page 41: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

33

03INTUISI MENGEDIT

Saya sangat merasakan efek dari menggunakan markah ralat secara terus-menerus. Intuisi mengedit saya muncul dan menguat. Sejak belajar di Prodi D-3 Ed-

iting, Unpad, saya selalu membawa bolpoin merah ke mana pun.

Apa yang saya lakukan mungkin sangat berlebihan kala itu. Jadi, ketika menemukan poster di jalan yang biasa dipasang di papan pengumuman, saya mengeditnya dengan markah ralat. Apabila mendapatkan selebaran informasi atau pro-mosi, saya pun mengeditnya.

Dosen saya pun ada yang mengajarkan demikian dalam mata kuliah Praktik Penyuntingan. Setiap ia menemukan se-barang cetakan, apakah itu surat undangan, selipat (leaflet), atau selebaran, ia tugaskan kami mengeditnya. Kemudian, setelah itu baru dibahas.

Page 42: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

34

Jika ditanyakan bagaimana saya berlatih menggunakan markah ralat, begitulah seperti yang saya ceritakan bahwa saya ke mana pun, bahkan hingga kini, selalu membawa bolpoin atau spidol

merah. Saya akan mulai mengedit ketika menemukan materi tertulis.Memang saat ini pengeditan dengan markah ralat yang saya

lakukan sudah mulai berkurang. Umumnya kini untuk mempercepat proses, saya menggunakan fitur Review yang terpasang di Word un-tuk mengedit. Kali lain saya juga menggunakan Adobe Acrobat untuk mengedit berkas dalam format PDF.

Namun, penggunaan markah ralat tetap saya pertahankan untuk mengasah intuisi saya dengan bekerja mekanis secara manual. Ada kenikmatan tersendiri apabila saya menggunakan tangan langsung untuk membubuhkan coretan. Hal ini mungkin sama dengan para ilustrator yang merasakan sensasi berbeda antara bekerja dengan bantuan komputer atau bekerja full dengan tangan.

Saat ini banyak sekali dokumen yang memerlukan pengeditan, ti-dak terkecuali dokumen yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintah. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya kemauan atau kemampuan mengedit pada personel-personel yang bertugas menulis sekaligus memublikasikan dokumen.

CARA SAYA BERLATIH

Suatu saat saya mengeposkan sebuah do-kumen surat edaran dari pemerintah. Sebe-lumnya surat ini sudah ramai diperbincang-kan dan ada pula versi surat yang diedit. Saya sekadar menambahkan hal yang diedit meng-gunakan markah ralat.

Page 43: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

35

Dokumen surat edaran yang sempat menghebohkan dan viral di dunia maya (Bambang Trim)

Salah seorang warganet mengomentari status saya dengan nada agak sinis. Pada ujungnya ia mempertanyakan etika mengkri-tik. Mungkin karena dia seorang ASN, lantas merasa tersinggung.

Memang ini sebentuk kritik saya terhadap lembaga pemerintah. Sebagai seorang praktisi dan pernah menjadi akademisi, saya kerap diundang menjadi narasumber atau konsultan untuk materi pe-nyuntingan naskah, baik oleh lembaga pemerintah, lembaga pen-didikan, LSM, atau lembaga swasta. Saya terlibat dengan lembaga-lembaga mentereng di negeri ini, seperti Setneg Wapres RI, BPK, KPK, BPKP, BI, OJK, Ombudsman, Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, dan banyak lagi.

Page 44: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

36

Tentu dapat diperdebatkan apakah tindakan saya mengeposkan editan penuh coretan itu etis atau tidak. Adapun surat itu sendiri oleh Kepala Staf Kepresidenan, Pak Muldoko, dianggap melanggar etika birokrasi. Saya memang tidak berniat membahas isi surat tersebut karena hanya ingin menyoroti tata bahasa dan tata tulis.

Intuisi keeditoran saya bereaksi ketika melihat surat itu, apa-lagi di dunia maya yang luar biasa. Akan tetapi, karena beragamnya warganet, saya pun kini agak menahan diri untuk mengedit tulisan orang, baik berupa status di media sosial maupun berupa dokumen. Umumnya kita memang tidak suka dikoreksi, apalagi disalahkan.

Saya juga kerap melakukan kesalahan berbahasa dan kesalahan tik di media sosial. Alasan semacam pembelaan diri adalah karena terburu-buru atau menyebut itu tulisan sekali jadi, langsung pos. Me-mang situasi kondisi saat kita menulis berpengaruh.

Jika ada yang mengkritik, saya pasang emoji tersenyum atau ter-tawa saja, lalu mengeditnya. Tidak perlu diperpanjang dan tidak perlu merasa geram dikoreksi orang lain. Mungkin orang itu memang se-dang berlatih menjadi editor atau memang sedang perlu mencari-cari kesalahan orang. Hehehe.

Page 45: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

37

Apakah sama antara intuisi dan naluri? Mirip, tetapi tidak sama. Di KBBI intuisi diberi makna “daya atau kemampuan menge-tahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipela-

jari; bisikan hati; gerak hati”. Adapun naluri lebih bersifat alamiah ter-tanam pada diri seseorang —mungkin ada yang tajam dan ada yang tidak.

Ada satu kata lagi yang mengandung makna mirip yakni ‘firasat’. Kata ‘firasat’ di KBBI salah satunya bermakna “kecakapan mengeta-hui (meramalkan) sesuatu dengan melihat keadaan (muka dan se-bagainya)”.

Jadi, editor itu sejatinya memiliki intuisi, naluri, atau firasat? Mungkin ketiga dan mungkin pula salah satunya yang menonjol. Con-toh editor yang punya firasat bagus itu ya seperti Max Perkins. Ia mampu melihat potensi seorang penulis dan melejitkannya.

Kalau saya mengatakan memiliki intuisi mengedit tanpa pernah mempelajarinya, tentu hal ini terlalu berlebihan. Jadi, daya untuk mengetahui atau memahami sesuatu keliru secara cepat (tiba-tiba) pada naskah itu muncul karena saya intens belajar dan berlatih sebe-lumnya.

Sering kali terjadi pada saya yang mungkin tidak dapat saya jelas-kan bagaimana terjadinya ketika saya membaca naskah pada satu baris, tetapi mata saya justru menangkap kesalahan pada baris lain.Apa yang terjadi pada diri saya itu mungkin pas disebut tacit knowl-edge dalam bidang pengeditan —pengetahuan yang dimiliki seseorang

MENAJAMKAN INTUISI

Page 46: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

38

yang terbentuk secara lateral, susah untuk dijelaskan dan diajarkan kepada orang lain.

Saya ceritakan pula di sini bagaimana saya mengingat informasi di sebuah buku, lalu menyimpannya. Ajaibnya informasi itu muncul ketika saya ingin menulis buku atau ketika orang lain mendiskusikan gagasannya menulis buku. De ngan cepat saya langsung mencari buku itu dan menemukan rujukan di sana.

Terkait kebahasaan, Kunjana Rahardi (penulis buku penyuntingan bahasa), pernah mengungkap istilah intuisi linguistik—semacam daya menggunakan bahasa yang baik dan benar, termasuk menemukan kesalahan berbahasa. Daya ini saya kira muncul karena rasa cinta dan hasrat menggebu seseorang untuk mengerti dan memahami perso-alan kebahasaan.

Begitu pula dengan penyuntingan atau pengeditan yang lebih ru-mit lagi karena bukan sekadar masalah kebahasaan. Seseorang harus mau dan mampu bergumul dengan teks; mempersunting dan meni-kahinya.

Terima kasih telah membaca Buku “Kurang Pintar” ini. Semoga Anda semakin pintar dan bernas.

Page 47: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

39

Daftar Pustaka

Einsohn, Amy. 2000. The Copyeditor’s Handbook: A Guide for Book Publishing and Corporate Communication. California: University of Califor nia Press.

Pambudi, Hassan. 1996. Pedoman Dasar Penerbitan Buku. Ja-karta: Pusta k a Sinar Harapan.

Smith, Datus C. 1992. Penuntun Penerbitan Buku. edisi revisi. Jakarta: Pusat Grafika Indonesia.

Trim, Bambang. 2005. Memahami Copyediting: Pengantar dan Aplikasi Praktis Editing Naskah untuk Penerbitan Buku. Ja-karta: Ikapi DKI.

—, Bambang. 2019. Editingpedia: Segala Hal tentang Editing Naskah yang Perlu Anda Ketahui. Bandung: Inkubator Penu-lis Indonesia.

Page 48: MENGEDIT DENGAN MARKAH: SEBUAH BUKU KURANG PINTAR · Buku ini dapat dinikmati para pembaca junior atau senior agar autopintar. Karena itu, buku ini boleh disebut Buku “Kurang Pintar”

40

Penulis Kurang Pintar

Bambang Trim adalah praktisi penulisan-penerbitan yang telah berpengalaman lebih dari 25 tahun. Ia dijuluki suhu perbukuan di Indonesia serta menjadi perintis sertifikasi profesi penulis buku dan editor di Indonesia. Bambang Trim pernah berkiprah di be-berapa penerbit buku nasional. Karya yang dihasilkannya lebih dari 200 judul buku sejak tahun 1994 serta ratusan artikel di ber-bagai media massa. Kini ia memimpin beberapa perusahaan di bidang penerbitan dan menjadi konsultan perbukuan di lembaga pemerintah.

Cara menghubungi Bambang Trim * [email protected] ( 0812-8809-7772.