menganalisa dan memperbaiki sistem pengisian dan stater
DESCRIPTION
perbaikan sistem pengisianTRANSCRIPT
MENGANALISA DAN MEMPERBAIKI SISTEM PENGISIAN DAN STATER
LAPORAN PRAKTIKUM
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pengisian dan Stater
yang dibina oleh Pak Agus Sholah
oleh
Aditya
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Januari 2015
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mobil merupakan sebuah alat transportasi yang sangat diperlukan dalam kehidupan untuk
pergi dari tempat satu ke tempat lain. Pada saat awal menghidupkan mobil diperlukan sebuah
komponen untuk memutarkan mesin dengan sebuah alat yang dinamakan stater agar saat
menghidupkan sebuah mobil tidak perlu melakukan pendorongan mobil, tetapi hanya
menggunakan motor stater dan ini merupakan sebuah inovasi untuk memudahkan untuk
menghidupkan mobil.
Pada saat menghidupkan mobil menggunakan stater dan menggunakan lampu, klackson, dan
lain – lain tidak cukup menggunakan baterai saja untuk menghidupkan beban (sistem
kelistrikan yang diperlukan mobil), mungkin sekali pake baterai akan habis. Maka harus
dipasangkan sebuah alat sistem pengisian baterai untuk mengisi baterai setelah penggunaan
stater atau beban yang lain, jadi kondisi baterai ada arus listrik. Dimana pemanfaatannya dari
gerak putar dirubah menjadi arus listrik (DC), tetapi dengan arus DC tidak akan bisa
digunakan untuk mengisi baterai maka dipasanglah recktifier yang merubah arus DC ke AC.
Dari beberapa hal tersebut membuktikan sistem pengisian dan stater merupakan komponen
yang saling berhubungan dan bekerjasama satu dengan yang lainnya. Maka sebagai
mahasiswa harus bisa mengusasai semua materi sistem pengisian dan stater.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah, sebagai berikut.
2.1 Apa saja komponen – komponen, cara kerja, dan aliran arus saat terjadi pengisian?
2.2 Bagaimana cara pemeriksaan, pembongkaran dan penyervisan sistem pengisian?
2.3 Apa saja komponen – komponen, cara kerja, dan aliran arus saat terjadi start awal
menghidupkan mesin (stater)?
3
2.4 Bagaimana cara pemeriksaan, pembongkaran dan penyervisan sistem stater?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas bertujuan, sebagai berikut.
3.1 Memberi pemahaman mengenai komponen – komponen, cara kerja, dan aliran arus saat
terjadi pengisian.
3.2 Memberi pemahaman mengenai cara pemeriksaan, pembongkaran dan penyervisan
sistem pengisian.
3.3 Memberi pemahaman mengenai komponen – komponen, cara kerja, dan aliran arus saat
terjadi start awal menghidupkan mesin (stater).
3.4 Memberi pemahaman mengenai cara pemeriksaan, pembongkaran dan penyervisan
sistem stater
4
PEMBAHASAN
Pembahasan dalam makalah ini menguraikan tentang sistem pengisian dan sistem stater pada
mobil. Uraian tentang permasalahan fungsi macam dan cara kerja dari sistem pengisian,
pemeriksaan pembongkaran dan perbaikan sistem pengisian, fungsi macam dan cara kerja
dari sistem stater, pemeriksaan pembongkaran dan perbaikan sistem stater.
1. Uraian Sistem Pengisian
Fungsi bateray pada automobile adalah untuk mensuplai kebutuhan listrik pada komponen –
komponen listrik pada mobil tersebut seperti motor stater, lampu, klackson, audio, penghapus
kaca. Namun demikian kapasitas baterai sangatlah terbatas, sehingga tidak akan dapat
mensuplai tenaga listrik secara terus – menerus.
Dengan demikian baterai harus selalu terisi penuh agar dapat mensuplai kebutuhan listrik
setiap waktu yang diperlukan oleh tiap – tiap komponen listrik. Untuk itu diperlukan sistem
pengisian yang akan memproduksi listrik yang dimanfaatkan dari putaran mesin energi
mekanik menjadi energi listrik.
Gambar 1.1 Sistem Pengisian Konvensional.
Sistem pengisian akan memproduksi listrik untuk mengisi kembali baterai dan mensuplai
seluruh kebutuhan kelistrikan mobil dan komponen yang memerlukannya pada saat mesin
dihidupkan. 5
Sebagian besar mobil dilengkapi dengan alternator yang menghasilkan arus bolak – balik
yang lebih baik dari pada dinamo yang menghasilkan arus searah dalam hal tenaga listrik
yang dihasilkan maupun daya tahannya. Mobil yang menggunakan arus searah, arus bolak –
balik yang dihasilkan oleh alternator harus disearahkan menjadi arus searah sebelum
dikeluarkan.
1.1 Alternator
Alternator berfungsi untuk merubah energi mekanis yang didapatkan dari mesin menjadi
tenaga listrik. Energi mekanik dari mesin disalurkan sebuah puli, yang memutarkan rotor dan
menghasilkan arus listrik bolak – balik pada stater. Arus bolak – balik ini kemudian dirubah
menjadi arus searah oleh dioda – dioda.
Komponen – komponen utama alternator adalah rotor yang menghasilkan medan magnet
listrik, stator yang menghasilkan arus arus listrik bolak – balik, dan beberapa dioda yang
menyearahkan arus.
Komponen tambahan lain adalah brush yang menyuplai arus listrik ke rotor untuk
menghasilkan medan magnet, bearing – bearing yang memungkinkan rotor dapat berputar
dengan lembut dan sebuah fan untuk mendinginkan sebuah rotor, stator dan dioda. 6
Gambar 1.1 Konstruksi Alternator Konvensional (atas) dan Alternator IC (bawah)
Konstruksi alternator bagian – bagiannya terdiri atas:
1.1.1 Pully
Puli berfungsi untuk tempat tali kipas penggerak rotor.
1.1.2 Fan (kipas)
Berfungsi fan untuk mendinginkan dioda dan kumparan – kumparan pada alternator.
1.1.3 Rotor
Rotor merupakan bagian yang berputar di dalam alternator, pada rotor terdapat kumparan
rotor (rotor coil) yang berfungsi untuk membangkitkan medan magnet. Brush yang terdapat
pada pada rotor berfungsi sebagai kutub – kutub magnet, dua slip ring yang terdapat pada
alternator berfungsi sebagai penyalur listrik listrik ke kumparan rotor. 7
Gambar 1.4 Rotor (kiri) dan Stator (kanan).
Rotor ditumpu oleh dua buah bearing, pada bagian depannya terdapat puli dan fan, sedangkan
di bagian belakang terdapat slip ring. Gambar diatas yang sebelah kanan menunjukan stator,
kumparan stator adalah bagian yang diam dan terdiri dari kumparan yang pada salah satu
ujung – ujungnya dijadikan satu. Pada gambar sebelah kanannya terlihat teori gambar
konstruksi dan stator. Konstruksi ini disebut hubungan “Y” atau bintang tiga fase.
Bagian tengah yang menjadi satu adalah pusat gulungan dan bagian ini disebut titik netral
atau bisa disebut terminal “N”. Pada bagian ujung kabel lainnya akan menghasilkan arus
bolak – balik (AC) tiga fase.
1.1.4 Rectifier (dioda)
Gambar 1.5 Rectifier (kiri) dan Rectifier Holder (kanan)
Dioda berfungsi untuk menyearahkan arus bolak – balik (AC) yang dihasilkan oleh stater coil
menjadi arus searah (DC). Dioda juga berfungsi sebagai pencegah arus balik dari baterai ke
alternator. Dioda holder atau rectifier holder berfungsi untuk meradiasikan panas.
1.1.5 Regulator
8
Tegangan yang dihasilkan oleh alternator bervariasi tergantung dari kecepatan putaran dan
banyaknya beban. Untuk itu, digunakanlah regulator yang berfungsi untuk menjaga tegangan
output alternator agar tetap konstan. Untuk regulator terdiri dari dua jenis yaitu regulator tipe
kontak point (pada mobil lama) dan tipe IC (mobil baru).
Regulator tipe kontak point
Gambar 1.6 Regulator Tipe Kontak Point
Terdiri dari Voltage regulator yang berfungsi untuk mengatur tegangan dan Voltage relay
yang berfungsi untuk mematikan lampu CHG ( charging ).
Cara kerja saat kecepatan sedang.
Gambar 1.7 Aliran Arus Saat Kecepatan Sedang
Saat kecepatan rendah arus yang dihasilkan alternator masih kecil sehingga yang mengalir ke
voltage regulator juga kecil, akibatnya kemagnetan pada voltage regulator ( M ) belum
mampu menarik Po. Arus yang mengalir ke rotor coil ( F ) melalui P1 ke Po. Saat kecepatan
mesin naik, arus yang dihasilkan alternator juga naik sehingga arus yang mengalir ke voltage
regulator naik, akibatnya kemagnetan pada voltage regulator ( M ) mampu menarik Po lepas
dari P1 9
Cara kerja saat kecepatan tinggi.
Gambar 1.8 Aliran Arus Saat Kecepatan Tinggi.
Saat kecepatan sedang posisi Po mengambang. Jika putaran mesin makin tinggi maka arus
yang mengalir ke voltage regulator akan semakin besar, dan kemagnetan pada voltage coil
semakin kuat sehingga mampu menarik Po untuk berhubungan dengan P2.
Untuk aplikasi sistem pengisian dapat kita lihat gambar dibawah ini.
Gambar 1.9 Aplikasi Sistem Pengisian. 10
Diagram Mesin Cara Kerja Sistem Pengisian
1) Pada saat kunci kontak ON
Gambar 1.10 Cara Kerja Saat Kunci Kontak ON.
Pada saat kunci kontak ON arus listrik mengalir dari baterai menuju fusible link >> kunci
kontak >> sekring 1 >> masuk terminal L regulator >> dan keluar terminal E regulator >>
massa, akibatnya lampu CHG menyala. Setelah itu arus dari baterai juga diteruskan menuju
sekring 2 >> masuk terminal IG Regulator >> keluar terminal F Regulator >> masuk terminal
F Alternator >> melewati kumparan rotor coil di dalam Alternator >> keluar terminal E
Alternator >> massa, akbiatnya rotor coil menjadi magnet.
2) Saat putaran mesin kecepatan rendah
Gambar 1.11 Cara Kerja Saat Mesin Rendah 11
Alternator membangkitkan tegangan akhirnya arus keluar dari terminal N Alternator (Arus
yang dihasilkan AC) >> terminal N Regulator >> melewatir kumparan P2 Regulator >>
keluar terminal E Regulator >> massa, akibatnya voltage relay menjadi magnet dan kontak
plat P2 tertarik berhubungan dengan plat d selanjutnya lampu CHG mati. Setelah itu diode
mengantarkan arus AC keluar dari terminal B Alternator >> baterai unntuk pengisian dan ke
kunci kontak >> sekring 2 >> terminal IG Regulator >> keluar terminal F Regulator >>
masuk terminal F Alternator >> melewati rotor coil dan keluar terminal E Alternator >>
massa. Setelah itu arus juga mengalir menuju beban.
3) Pada saat putaran mesin menengah
Gambar 1.12 Cara Kerja Saat Putaran Mesin Menengah.
Tegangan alternator bertambah akibatnya arus keluar dari terminal B Alternator >> masuk
terminal B Regulator >> melewati plat P2 plat d dan melewati kumparan >> keluar terminal
E Regulator >> massa, akibatnya kemagnetan voltage regulator semakin kuat dan kontak plat
P1 tertarik dari a tetapi tidak sampai berhubungan dengan b, kemudian kemagnetan rotor koil
juga berkurang. 12
4) Saat putaran mesin tinggi
Gambar 1.13 Cara Kerja Saat Putaran Tinggi.
Tegangan alternator semakin tinnggi dan pada saat itu kemagnetan voltage regulator lebih
kuat. Akibatnya kontak point P1 yang awalnya berhubungan dengan a ketarik ke bawah
akhirnya berhubungan dengan b, dan menimbulkan aliran listrik dari baterai disalurkan
menuju terminal IG regulator dan melewati kumparan menuju kontak point b kemudian
menuju massa kemudian akan menimbulkan tidak ada kemagnetan di dalam rotor coil.
Akhirnya meskipun pada saat putaran tinggi tetapi tegangan yang diberikan kepada baterai
dan beban tetap konstan.
IC Regulator
IC Regulator berfungsi untuk menjaga agar tegangan output alternator tetap konstan.
Keuntungan menggunakan IC regulator adalah waktu pengaturan tegangan lebih pendek,
lebih tahan terhadap getaran, dan ukurannya kecil. Sedangkan kerugiannya adalah kurang
tahan terhadap panas yang tinggi dan fluktuasi tegangan.
Cara kerja IC regulator saat tegangan output pada terminal B rendah. 13
Gambar 1.14 Aliran Arus Saat Tegangan Terminal B Rendah.
Tegangan output belum dapat melewati ZD, Sehingga Tr2 “ Off “. Tegangan output
mengalir ke base Tr1 melalui resistor R dan Tr 1 “ On “. Arus yang ke rotor coil melaui B –
rotor coil – F – Tr1 (on) – E (massa).
Cara kerja IC regulator saat tegangan output pada terminal B tinggi.
Gambar 1.15 Aliran Arus Saat Tegangan Terminal B Tinggi.
Tegangan output sudah dapat melewati ZD. Sehingga Tr2 “ On “ dan Tr1 “ Off “.Arus yang
ke rotor coil terputus. 14
Diagram kerja sistem pengisian dengan IC regulator tipe B
1) Kunci Kontak “ON” dan Mesin Belum Berputar
Saat kunci kontak “ON” dan mesin belum berputar, pada stator coil belum ada tegangan
induksi, sehingga terjadi aliran arus :
Battery > fuse > S alternator > S IC regulator > BIC > BAT alternator > B IC regulator > BIC
Aliran arus diatas membuat BIC meng”ON”kan transistor karena mendeteksi tegangan
battery kurang dari 14,7 volt. Sehingga terjadi arus :
Battery > fuse > starter switch > IG alternator > dioda > R IC regulator > tahanan > L IC
regulator > rotor coil > F IC regulator > Tr “ON” > E (massa).
Aliran arus tersebut membuat kemagnetan pada rotor coil kecil sekali. Hal ini menyebebkan
aliran arus seperti berikut :
Battery > fuse > starter switch > IG alternator > dioda > R IC regulator > tahanan > L IC
regulator > L alternator > kumparan charge relay > ZD “OFF”.
Karena aliran arus diatas, kumparan charge relay tidak menjadi magnet dan menghaslkan
aliran arus seperti di bawah ini :
Battery > fuse > starter switch > charge light > plat kontak CHG relay > massa.
Akibatnya, charge light menyala. 15
2) Mesin Hidup dan Tegangan Output Di Bawah Standar (<14,7 Volt).
Saat mesin hidup pada stator coil terjadi tegangan induksi, sehingga terjadi aliran arus :
Stator coil > dioda > BAT alternator > S alternator > S IC reg > BIC > B IC regulator > BIC
Hal diatas membuat BIC meng”ON”kan transistor karena mendeteksi tegangan output ku-
rang dari 14,7 volt dan membuat aliran arus seperti berikut :
Stator coil > field dioda > rotor coil > F IC regulator > Tr “ON” > E IC regulator > E
alternator > massa.
Sehingga rotor coil menjadi magnet dan membuat arus seperti dibawah ini :
Stator coil > field dioda > L alternator > kumparan charge relay > ZD ”ON” > massa
Hal tersebut membuat kumparan charge relay menjadi magnet dan menarik plat kontak ke
atas, sehingga charge light mati karena tidak ada beda potensial.
3) Mesin Hidup Tegangan Output Di Atas Standar (14,7 Volt)
16
Saat mesin hidup pada stator coil terjadi tegangan induksi, sehingga terjadi aliran arus :
Stator coil > dioda > BAT alternator > S alternator > S IC reg > BIC > B IC regulator > BIC
Sehingga BIC meng”OFF”kan transistor karena mendeteksi tegangan output lebih dari 14,7
volt. Hal ini membuat aliran arus seperti di bawah ini :
Stator coil > field dioda > rotor coil > F IC regulator > Tr “OFF”
Sehingga rotor coil tidak menjadi magnet dan membuat aliran arus :
Stator coil > field dioda > L alternator > kumparan charge relay > ZD ”ON” > massa.
Aliran arus diatas membuat kumparan charge relay menjadi magnet dan menarik plat kontak
ke atas, sehingga charge light mati karena tidak ada beda potensial.
2. Pemeriksaan, Pembongkaran, dan Penyervisan Sistem Pengisian.
2.1 Langkah – langkah dalam pemeriksaan sistem pengisian adalah sebagai berikut:
Periksa penyimpangan (defleksi) tali kipas, defleksi tali kipas adalah 7 – 11 mm pada
tekanan 10 kg.
Gambar 2.1 Pemeriksaan Defleksi Tali Kipas.
Pemeriksaan sekring (fuse). Cek bahwa tidak ada sekring yang putus, jika ada yang putus
harus diganti.
17
Gambar 2.2 pemeriksaan sekring.
Pemeriksaan kabel alternator yang berhubungan bahwa pastikan kabel benar – benar
berhubungan dengan alternator. Dan bersihkan jika hubungan kabel dengan alternator kotor
atau berkarat.
Gambar 2.3 Pemeriksaan Kabel yang Berhubungan dengan Alternator.
Pemeriksaan baterai, pastikan baterai keadaan baik untuk menghantarkan arus listrik. Berat
jenis baterai antara 1,25 – 1,27 pada . Kemudian periksa juga baterai dan fusible link
kemungkinan berkarat, terbakar, atau berkarat.
Gambar 2.4 Pemeriksaan Baterai.
Periksa keadaan alternator di atas kendaraan. Suara abnormal dari alternator pada waktu
mesin berputar.
18
Gambar 2.5 Suara Alternator.
Pemeriksaan arus dan tegangan pengisian tanpa beban.
Langkah – langkah pemeriksaan arus dan tegangan pengisian tanpa beban meliputi:
4) Hubungkan clem positif volt meter dengan terminal positif baterai dan clem negatif volt
meter dengan terminal negatif baterai.
5) Pasang ampere meter dengan memasang clem induksi pada kabel positif baterai.
Gambar 2.5 Hubungan Amper meter dengan baterai.
6) Hidupkan mesin, atur putaran mesin dari putaran idle sampai putaran 2000rpm.
7) Periksa penunjukan pada volt-meter.
Standar penunjukan untuk sistem pengisian regulator mekanik arus kurang dari 10 A dan
tegangan 13,8 – 14,8 volt. 19
Standar penunjukan untuk sistem pengisian IC regulator arus kurang dari 10 A dan tegangan
untu tipe A 13,8 – 14,1 volt. Sedangkan tegangan tipe M 13,9 – 15,1 volt.
Gsmbsr 2.6 Ukuran Ampere-meter.
Pemeriksaan arus dan tegangan pengisian dengan beban
Gambar 2.7 Ampere-meter.
1) Pasang volt-meter yaitu menghubungkan clem positif baterai dan clem negatif pada
terminal negatif baterai.
2) Pasang ampere-meter dengan memasang clem induksi pada kabel positif baterai.
3) Hidupkan mesin, atur putaran mesin pada putaran idle sampai 2000 rpm. Hidupkan lampu
kepala dan fan AC. Periksa penunjuk pada ampere-meter.
Standar penunjukan regulator mekanik, arus lebih dari 30 A dan tegangan 13,8 – 14,8 volt. 20
Standar penunjukan tegangan untuk pengisian IC regulator, IC tipe A 13,8 – 14,1 volt.
Sedangkan regulator tipe M 13,9 – 15,1 volt.
Gambar 2.8 Ukuran Ampere-meter.
Apabila setelah dilakukan pemeriksaan seperti di atas dan hasil dari pemeriksaan arus serta
tegangan kurang dari spesifikasi, maka lakukan langkah berikut:
a. Periksa tegangan antara terminal positif baterai dengan terminal B alternator, tegangan
harus NOL volt, jika ada tegangan berarti ada sambungan yang kurang kuat atau putus.
b. Periksa tegangan antara bodi alternator dengan terminal negatif baterai, tegangan harus
NOL volt, bila ada tegangan maka pemasangan alternator kurang baik, terminal kotor atau
kabel massa kendor/berkarat.
Gambar 2.9 Pemeriksaan Tegangan Alternator.
Jika hasil pemeriksaan arus dan tegangan menunjukan sistem pengisian tidak berfungsi, yaitu
tidak ada arus pengisian maka:
Tipe regulator mekanik: Hubungkan terminal F dengan terminal B menggunakan kabel
jumper, dengan langkah ini jika arus pengisian normal maka kemungkinan yang rusak adalah
regulator, fuse atau kabel regulator
21
lepas. Bila tidak ada arus pengisian kemungkinan alternator yang rusak maka harus di
overhaul.
Tipe IC regulator: Pada sistem pengisian dengan IC regulator bila tidak ada arus pengisian,
maka hubungkan terminal F dengan bodi alternator menggunakan kawat atau penghantar.
Bila arus pengisian menjadi normal maka kemungkinan yang rusak adalah IC regulator. Jika
tetap tidak ada pengisian kemungkinan yang rusak adalah alternatornya dan harus di
ovelhaul.
Gambar 2.10 Pemeriksaan IC Regulator.
2.2 Langkah - langkah dalam pembongkaran alternator dalam sistem pengisian adalah
sebagai berikut:
1) Lepas baut yang berhubungan dengan alternator dengan mesin, dan kabel – kabel yang
berhubungan.
2) Bongkar alternator sesuai urutan.
22
Gambar 2.11 Pembongkaran Alternator IC
Gambar 2.12 Pembongkaran Alternator Konvensional 23
Gambar 2.13 Proses Pembongkaran Alternator.
Gambar 2.14 Alternator Setelah Pembongkaran.
3) Buka solderan masing – masing timah stator.
4) Buka bearing bantalan.
Langkah – langkah pemeriksaan, pengetesan, dan perbaikan alternator adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan kebocoran rotor tahanan antara 3,9 – 4,1 Ω.
2) Pengetesan hubungan dengan massa (ground test). Multitester harus menunjukan tidak
terbatas (tak terhingga).
24
Gambar 2.15 Pemeriksaan Hubungan dengan Massa Rotor.
3) Periksa bantalan, kemungkinan aus atau kasar.
Gambar 2.16 Pemeriksaan Bantalan.
4) Pengetesan kebocoran stator. Periksa bahwa terdapat hubungan antara tiap – tiap ujung
koil.
Gambar 2.17 Pemeriksaan Kebocoran Stator. 25
5) Pemeriksaan stator hubungan dengan massa. Periksa bahwa tidak terdapat hubungan antara
masing – masing ujung koil dan inti stator.
6) Ukur panjang sikat. Panjang bagian yang menonjol minimum 5,5 mm. Saat saya mengukur
alternator yang dibuat praktik hasilnya 7mm (masih layak digunakan).
Gambar 2.18 Pengukuran Panjang Sikat
7) Jika saat pengukuran sikat ternyata sikat dibawah nominal standa, maka sikat harus
diganti. (1) buka solderan sikat lalu sikat dilepas, berikut pegasnya. (2) pasang dan solder
kembali sikat dan pegas, panjang bagian yang menonjol 12,6 mm.
8) Pemeriksaan rectifier pada pemegang bagian positif. Hubungkan ujung positif ohmmeter
dengan terminal B dan ujung negatif ohmmeter dengan terminal rektifier. Jika tidak terdapat
hubungan (arus), rektifier harus diganti.
Gambar 2.19 Pemeriksaan Pada Bagian Positif.
9) Tukarkan kutub dari ujung – ujung alat uji lalu adakan pemeriksaan kembali. Jika terdapat
hubungan, maka rektifier harus diganti.
26
Gambar 2.20 Pemeriksaan Pada Bagian Positif (tukar).
10) Pemegang rektifier bagian negatif. Hubungkan ujung positif ohmmeter dengan terminal
rektifier dan ujung negatif dengan terminal E. Jika tidak terdapat hubungan rektifier harus
diganti.
Gambar 2.21 Pemeriksaan Pada Bagian Negatif.
11) Tukar kutub dari ujung – ujung alat uji lalu adakan pemeriksaan kembali. Jika terdapat
hubungan, rektifier harus diganti.
Gambar 2.22 Pemeriksaan Pada Bagian Negatif (tukar).
12) Kemudian lakukan pemasangan alternator kembali.
13) Pasang alternator pada mesin dan hubungkan masing – masing kabel yang berhubungan.
27
3. Uraian Sistem Stater
Motor bakar tidak bisa dihidupkan dengan tenaga motor itu sendiri, maka starter digunakan
untuk memutar motor bakar pertama kali sampai tercapai putaran tertentu sampai motor dapat
hidup. Untuk dapat menghidupkan motor bakar, diperlukan putaran yang cukup.
Gambar 3.1 Penempatan
Motor Stater. Motor
Bensin
Motor Diesel Tanpa
Pemanas
Motor Diesel Dengan
Pemanas
Putaran starter 60-90
rpm. Motor bensin perlu
putaran untuk menghisap
bensin dan udara dengan
campuran yang baik.
Putaran starter 80-200
rpm. Perlu putaran yang
cukup supaya temperatur
saat bahan bakar (solar)
disemprotkan, mampu
membakar solar tersebut.
Putaran starter 60-140
rpm. Sistem pemanas
membantu temperatur
saat solar dikabutkan
sehingga mudah
terbakar.