meneropong permasalahan pembiayaan ukm

15
MENEROPONG PERMASALAHAN UKM Selayang Pandang Usaha Mikro Kecil, & Menengah (UMKM) Dalam dunia kedokteran apabila kita ingin melihat sesuatu yang kecil atau mikro sudah tentu terbayang dalam benak kita penggunaan sebuah alat yang dinamakan dengan Mikroskop. Tentu saja sangat berbeda apabila kita mendengar istilah kecil & mikro tersebut dalam dunia perbankan, namun terdapat kesamaan dari analogi tersebut. Persamaan tersebut adalah dalam perlakuannya sama-sama membutuhkan keahlian & investasi yang lebih besar dibandingkan dengan melihat sesuatu yang kasat mata. Sebagai contoh dalam dunia kedokteran, para dokter harus mengeluarkan kocek yang lebih untuk membeli alat yang bernama Mikroskop guna melihat sesuatu yang mikro & kecil tersebut. Begitu pula dalam dunia perbankan, salah satu tindakannya bank harus merekrut sumberdaya yang lebih besar apabila ingin berhasil dibisnis yang bersekala mikro & kecil. Dari 18 kementerian dan 60 lembaga pemerintahan yang turut mengurusi perkembangan UKM, sebagian besar memiliki kriteria yang berbeda-beda (Hashim, 2000), namun menurut definisi pada ketentuan internal salah satu Bank Umum Syariah, didefinisikan sebagai berikut : 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 100 juta dengan maksimum pembiayaan Rp. 50.000.000,- (PBI No. 5/18/PBI/2003). 2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil

Upload: leo-agus-sandi

Post on 10-Jun-2015

2.160 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Mencari Solusi Peningkatan Kualitas UKM

TRANSCRIPT

Page 1: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

MENEROPONG PERMASALAHAN UKM

Selayang Pandang Usaha Mikro Kecil, & Menengah (UMKM)

Dalam dunia kedokteran apabila kita ingin melihat sesuatu yang kecil atau mikro

sudah tentu terbayang dalam benak kita penggunaan sebuah alat yang dinamakan

dengan Mikroskop.

Tentu saja sangat berbeda apabila kita mendengar istilah kecil & mikro tersebut

dalam dunia perbankan, namun terdapat kesamaan dari analogi tersebut. Persamaan

tersebut adalah dalam perlakuannya sama-sama membutuhkan keahlian & investasi yang

lebih besar dibandingkan dengan melihat sesuatu yang kasat mata. Sebagai contoh

dalam dunia kedokteran, para dokter harus mengeluarkan kocek yang lebih untuk

membeli alat yang bernama Mikroskop guna melihat sesuatu yang mikro & kecil tersebut.

Begitu pula dalam dunia perbankan, salah satu tindakannya bank harus merekrut

sumberdaya yang lebih besar apabila ingin berhasil dibisnis yang bersekala mikro & kecil.

Dari 18 kementerian dan 60 lembaga pemerintahan yang turut mengurusi

perkembangan UKM, sebagian besar memiliki kriteria yang berbeda-beda (Hashim, 2000),

namun menurut definisi pada ketentuan internal salah satu Bank Umum Syariah,

didefinisikan sebagai berikut :

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara

Indonesia yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 100 juta dengan

maksimum pembiayaan Rp. 50.000.000,- (PBI No. 5/18/PBI/2003).

2. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan menengah

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha

Kecil, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta

rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar

rupiah).

c. Milik Warga Negara Indonesia.

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan

usaha menengah atau usaha besar.

Page 2: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

e. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum

termasuk koperasi.

Bisnis UMKM Berpotensi & Menarik

Selain mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional

berupa pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM telah terbukti

ketangguhannya dalam menghadapi krisis yang terjadi dinegara kita dalam kurun waktu

sepuluh tahun yang lalu.

Disela ambruknya pilar ekonomi nasional yang ditandai dengan banyaknya usaha

bersekala besar yang stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, usaha mikro & kecil

menunjukkan perkembangan dari tahun ke tahunnya. Bahkan tumbuh pada tahun disaat

krisis melanda yang dapat dilihat dari tabel sbb :

Tabel1. Perbandingan Komposisi PDB Menurut Kelompok Usaha pada Tahun 1997 dan 2003.

No Sekala Usaha 1997 2003 Pertumbuhan

1 Mikro & Kecil 171.048

(40,45%)

183.125

(41,11%)

+ 7,06 %

2 Menengah 78.542

(17,41%)

75.975

(16,61%)

- 3,25 %

3 Besar 183.673

(42,17%)

185.352

(45,28%)

+ 0,91 %

Total 433.245

(100 %)

444.453

(100 %)

+ 2,59 %

Sumber : BPS & Kementrian Koperasi & UKM (diolah oleh Dr.Ir.M.Jafar Hafsah)

Dari data tersebut di atas sudah saatnya dunia perbankan mulai mengalihkan

perhatian dan keberpihakannya pada dunia UMKM sebab disamping menjanjikan profit

yang bagus, risikonya pun lebih kecil dibanding bisnis sekala usaha besar.

Keuntungan yang dapat diraih oleh dunia perbankan yang bermain dalam sekala UMKM

adalah sebagai berikut :

Page 3: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

1. Profit yang tinggi, hal ini sejalan dengan karakteristik usaha dimana semakin kecil

jenis usahanya maka margin keuntungan yang ditetapkan umumnya relatif lebih besar,

sehingga Bank dapat menetapkan margin yang lebih tinggi untuk usaha UMKM.

2. Risiko lebih kecil, sesuai dengan plafond pinjaman yang lebih kecil dan lebih

terdistribusi melalui usaha retail, selain itu para pebisnis retail umumnya cenderung

lebih taat akan aturan perbankan dan lebih takut apabila berhubungan dengan pihak

yang berwenang apabila nantinya wan prestasi kepada pihak perbankan.

3. Turut serta dalam pembangunan ekonomi bangsa, sesuai dengan perannya yang

strategis dalam pembangunan ekonomi nasional dimana UMKM dapat meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam

pendistribusian hasil-hasil pembangunan.

Menilik Hambatan Sektor UMKM

Selain keuntungan yang dijanjikan oleh sektor UMKM seperti tersebut di atas,

ternyata pelaku UMKM sering kali menemui hambatan didalam mengelola usahanya.

Hambatan tersebut dibagi kedalam 2 (dua) jenis tinjauan atau sudut pandang yang

berbeda yakni dari sisi pelaku UMKM dan juga Perbankan, yang dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1. Hambatan dari sisi pelaku UMKM, dapat dibagi menjadi 2 (dua) katagori yakni :

A. Hambatan Internal

Berupa hambatan yang lebih didominasi oleh pengelolaan internal organisasi yang

meliputi :

1) Terbatasnya permodalan dari pemilik usaha.

2) Kapasitas sumberdaya manusia yang kurang memadai baik skill maupun

kompetensi terhadap usaha yang dijalankan.

3) Lemahnya jaringan usaha dan penetrasi pasar.

Page 4: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

B. Hambatan Eksternal

Berupa hambatan yang lebih diakibatkan oleh keadaan luar biasa dari kajian

ekonomi makro maupun kebijakan pemerintah yang meliputi :

1) Iklim Usaha Yang Belum Kondusif

Terkait dengan kebijakan kemudahan perijinan, keringanan pajak, kenaikan

BBM dan TDL Listrik.

2) Implikasi Otonomi Daerah

Terkait dengan masuknya bisnis pengusaha besar ke daerah-daerah.

3) Implikasi Perdagangan Bebas

Banjirnya hasil industri UKM impor dari negara lain.

2. Hambatan dari sisi Perbankan, dapat dibagi menjadi 2 (dua) katagori yakni :

A. Hambatan Internal

Berupa tingkat kesulitan internal bank dalam mengelola bisnis UMKM yang

meliputi :

1) Keanekaragaman potensi daerah

Potensi daerah dimasing-masing Unit Pelayanan Bank sangat bervariasi dan

tentunya orientasi bisnis penentuan porto folio pembiayaan dari tiap-tiap

Cabang akan berbeda pula.

2) Sumberdaya yang terbatas

Sumberdaya yang meliputi Jaringan Cabang BANK dalam satu daerah dan

jumlah pegawai yang menangani pembiayaan. Rata-rata jumlah pegawai yang

menangani pembiayaan disetiap Cabang BANK umumnya berjumlah 3 orang

sehingga bisa dikatakan kurang memadai untuk masuk kedalam sektor UKM

yang mana pelaku usaha ini secara psikologis membutuhkan perhatian yang

lebih intensif.

3) Perangkat analisa yang belum memadai

Belum adanya rumusan teknis analisa khusus usaha mikro & kecil, sehingga

menjadi kesulitan bagi pelaku usaha mikro & kecil apabila harus di analisa

menggunakan teknis analisa bagi usaha menengah & besar.

Page 5: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

B. Hambatan Eksternal

Berupa hambatan yang didasarkan pada kemampuan pelaku bisnis UMKM

didalam memenuhi kajian analisa kelayakan dari Bank.

1) Kondisi UMKM itu sendiri

a. Dilihat dari sisi bentuk

Berdiri sendiri

Usaha Mikro, Kecil & Menengah (UMKM) yang umumnya merupakan

perusahaan keluarga yang berdiri secara individual dan tidak terkait

dengan industri lainnya, sebagai contoh adalah ; usaha warung makan,

toko kelontongan dan lain sebagainya yang bersifat kepemilikan

individu.

Terorganisir

Pada umumnya merupakan UMKM yang pada awalnya berdiri sendiri

namun dalam perjalanannya masuk dalam anggota atau membentuk

suatu wadah yang biasanya disebut asosiasi, yang merupakan

kumpulan usaha dengan bisnis sejenis.

Binaan Perusahaan Besar

Pada umumnya dapat berupa UMKM yang berdiri sendiri atau asosiasi

yang mendapatkan pengayoman dari perusahaan lain yang lebih besar.

Kaitan yang biasa terjadi adalah hubungan pemenuhan kebutuhan

barang bagi perusahaan besar tersebut. Sebagai contoh adalah PT.

Unilever Tbk yang mempunyai UMKM binaan yakni petani gula kelapa

di wilayah Kabupaten Sukabumi.

b. Dilihat dari sisi produk yang dihasilkan

Produk yang mempunyai daya tahan yang lama seperti ; produk-produk

kerajinan, pakaian dan lain sebagainya yang tidak mudah rusak dalam

jangka waktu yang lama.

Produk dengan daya tahan yang pendek seperti ; produk makanan,

pengolahan susu dan lain sebagainya yang mudah rusak dalam waktu

yang relatif singkat.

Page 6: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

c. Dilihat dari sisi pangsa pasar

Mempunyai pasar terbuka

Sifat pasar yang mengambang dimana pembelian terhadap produk

yang dihasilkan sangat tergantung dari kebutuhan masyarakat secara

individual.

Mempunyai pasar tertutup

Sifat pasar yang spesifik dengan orientasi pemasaran yang sudah jelas

berdasarkan purchase order ataupun kontrak dengan perusahaan lain

yang membutuhkan produk yang dihasilkan.

Mempunyai pasar terbuka tertutup

Dengan orientasi pasar yang merupakan gabungan dari pasar terbuka

dan pasar tertutup.

d. Dilihat dari persaingan

Rentan terhadap pesaing

Titik berat pengamatan didasarkan pada gabungan antara unsur produk

yang dihasilkan dan kejelasan pangsa pasar, dimana UMKM yang

rentan terhadap pesaing merupakan UMKM yang memiliki sifat pasar

terbuka dan produk yang mempunyai daya tahan yang rendah.

Tidak berpengaruh terhadap pesaingan

Merupakan UMKM yang sudah memiliki pangsa pasar yang jelas

dengan sifat pasar tertutup dan terbuka tertutup didukung oleh produk

yang mempunyai daya tahan relatif lama.

2) Agunan

Hampir 90 % pelaku UMKM yang mengajukan pembiayaan mempunyai

kesulitan didalam pemenuhan agunan yang dipersyaratkan oleh Bank. Tingkat

kesulitan yang sering dijumpai dapat dibagi kedalam beberapa kelompok,

meliputi :

a. Terdapat agunan dengan nilai yang tidak mencukupi.

Biasanya dijumpai pada usaha yang sudah menanjak kelevel kecil dan

menengah dengan batas plafond sebesar Rp.50 – 500 juta rupiah .

Page 7: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

Terdapat agunan dengan syarat agunan yang tidak sesuai ketentuan bank.

Biasanya dijumpai pada usaha Mikro, Kecil & Menengah, dengan agunan

tanah & bangunan yang biasanya masih berupa Girik/Leter C/Petok D.

Namun untuk usaha level Kecil & Menengah dengan plafond > Rp.100 jt

biasanya tidak berkeberatan apabila surat tanah tersebut ditingkatkan

menjadi sertifikat, sebaliknya untuk level pembiayaan Mikro, peningkatan

surat tanah yang mengakibatkan biaya tinggi dirasakan tidak sepadan

dengan pinjaman yang diajukannya.

b. Tidak memiliki agunan

Lebih sering dijumpai pada level usaha Mikro.

3) Kesinambungan program pemerintah

Program pemerintah yang ditujukan untuk sektor UMKM seperti pola

pembiayaan SP3 Deptan, Kredit Usaha Rakyat, SUP005, DNS-LH dan lain

sebagainya, merupakan salah satu faktor utama yang dapat mengakomodir

kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaku sektor UMKM dalam berhubungan

dengan Bank.

Dengan titik berat bantuan berupa Program Penjaminan oleh Pemerintah,

menjadikan kendala utama pelaku sektor UMKM khususnya didalam

pemenuhan agunan dapat diatasi disisi lain lebih menggairahkan perbankan

didalam menangani pembiayaan pada sektor UMKM.

Menyimpulkan Titik Temu Pemberdayaan Sektor UMKM

Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada hakekatnya merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, pelaku usaha dan perbankan. Dengan mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, maka perlu disimpulkan hal-hal yang menjadi tanggung jawab masing-masing pihak untuk dilaksanakan sebagai berikut :

1. Tanggung jawab Pemerintah

a. Penciptaan Iklim Usaha Yang Kondusif

Pemerintah selaku penentu kebijakan publik diharapkan mampu menciptakan iklim

usaha yang kondusif bagi pelaku UMKM, sehingga mampu membentuk suasana

usaha yang tenteram dan aman dalam berusaha. Hal konkrit yang mungkin dapat

Page 8: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

dilakukan pemerintah sebagai contoh penyederhanaan perijinan usaha,

keringanan pajak bagi UMKM, subsidi atas bahan bakar minyak, dan lain-lain yang

berpihak pada sektor UMKM.

b. Kesinambungan Program Permodalan

Program-program yang telah digulirkan pemerintah seperti SUP005, DNS-LH,

KUR, SP3-Deptan, perlu untuk dilanjutkan secara konsisten dengan terus menerus

dilakukan penyempurnaan dan kajian secara lebih komprehensif. Sehingga perlu

diupayakan suatu unit khusus yang dibentuk oleh pemerintah untuk mencatat

database UMKM yang telah diberikan fasilitas permodalan oleh perbankan dengan

pencatatan tingkat keberhasilan dari masing-masing UMKM tersebut.

c. Penciptaan Undang-undang Proteksi

Dimaksudkan agar usaha yang besar tidak membunuh usaha yang kecil. Mungkin

terlepas dari pengamatan kita bahwa seringkali pendirian waralaba pada suatu

daerah terkesan amat rapat bahkan hampir disetiap nama suatu jalan disatu

daerah telah berdiri suatu grup waralaba tertentu. Hal ini tentunya telah membuat

rontok banyak usaha yang telah dirintis oleh pengusaha kecil, keberadaan suatu

bisnis yang menjual kebutuhan yang sama dengan usaha mereka sudah tentu

menjadi ancaman yang besar, terlebih lagi dari sisi harga tidak kompetitif apabila

berhadapan dengan usaha yang lebih besar.

d. Pengembangan Kemitraan

Pemerintah diharapkan mampu membuat kebijakan yang dapat mengawinkan

antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar baik didalam maupun diluar

negeri. Dengan menekan kebijakan impor untuk dialihkan kepada pengusaha lokal

diharapkan peluang berusaha semakin besar.

2. Tanggung jawab Pelaku UMKM

a. Menciptakan atau Mengikuti Pelatihan

Terkait dengan permasalahan mendasar UMKM yakni sumberdaya manusia perlu

kiranya pelaku usaha mengikuti secara aktif program pelatihan yang dilakukan

oleh pemerintah maupun swasta atau dengan cara menciptakan pelatihan-

pelatihan dengan mengundang petugas dari dinas pemerintah terkait seperti Dinas

Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian & Perdagangan dan lain-lain. Sehingga

Page 9: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

berbagai macam kesulitan semacam; bagaimana mengelola finansial berikut

pencatatannya, teknis-teknis yang berhubungan dengan usaha, dan lain-lainnya

dapat diatasi.

b. Membentuk/memperkuat Asosiasi

Kumpulan pengusaha kecil sejenis yang membentuk asosiasi diharapkan mampu

saling membina, menghindarkan dari persaingan yang tidak sehat serta

mempunyai bargain position yang kuat terhadap usahanya.

3. Tanggung jawab Perbankan

a. Membuat Prosedur Khusus

Disamping bersifat retail dengan plafond pinjaman yang kecil, pembiayaan sektor

UMKM masih dirasa merepotkan apabila belum dibuat suatu penyederhanaan

prosedur yang meliputi :

Pembuatan scoring system (Lampiran 1.contoh scoring) sebagai pengganti

nota analisa (NAP)

Teknik analisa sederhana sebagai upaya mempermudah memotret wajah

sektor UMKM menjadi lebih sederhana, yang merangkum seluruh aspek

kelayakan UMKM.

Penentuan jenis agunan yang dipersyaratkan untuk tiap level pembiayaan

UMKM mulai dari Mikro, Kecil & Menengah berikut tatacata pengikatannya.

b. Meningkatkan Jaringan Pelayanan & SDM

Menempatkan pegawai yang khusus menangani sektor UMKM dengan status

pegawai Kantor Pusat, sehingga tidak dapat dipengaruhi oleh Cabang untuk

beralih ke portofolio pembiayaan lainnya.

Dalam rangka memperluas jaringan pelayanan BANK bagi UMKM maka perlu

dibuat suatu bentuk kerjasama antara BANK dengan Lembaga Keuangan

Mikro (LKM) seperti BMT, dengan terlebih dahulu dibuatkan aturan mainnya

meliputi :

o Standard Operational Procedure yang mensinergiskan fungsi kerja BANK

dan LKM

o Penentuan batas maksimum pemberian pembiayaan oleh BMT

Page 10: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

o Menentukan aturan main mengenai pembagian keuntungan, penetapan

margin.

Apapun hasil pemikiran yang dituangkan dengan cita-cita untuk memajukan sektor

UMKM di Indonesia, tentunya tidak terlepas dari kesadaran, kerja keras dan upaya yang

serius dari 4 komponen penggerak pemberdayaan UMKM yakni pemerintah, perbankan,

pelaku usaha dan seluruh masyarakat (Ilustrasi lihat bagan 1).

Bagan 1.

PEMERINTAH

Membuat kebijakan ekonomi baik dalam & luar

negeri yang berpihak pada UMKM

Membentuk lembaga pembina khusus yang bila perlu

menjangkau hingga kecamatan

PERBANKAN

Membuat penyederhanaan prosedur

Menciptakan jaringan pelayanan yang luas

Menyiapkan sumberdaya insani yang khusus kepada

pelayanan sektor UMKM

PELAKU USAHA

Mempunyai niat yang bersih dan kuat untuk maju

Bersedia berubah untuk yang lebih baik (mengikuti

pelatihan-pelatihan)

Membentuk asosiasi yang kuat

MASYARAKAT

Mencintai Produksi Dalam Negeri

Dengan tegaknya sektor UMKM maka kesulitan pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat akan teratasi dengan sendirinya sehingga perlu bagi kita untuk membenahi penanganan UKM dengan serius, agar supaya dapat memanfaatkan potensinya secara maksimal.

4 KOMPONEN PEMBERDAYA UMKM

Page 11: Meneropong Permasalahan Pembiayaan Ukm

DAFTAR PUSTAKA

Pangabean, Riana. 2004. Membangun Paradigma Baru Dalam Mengembangkan UKM.

Iwantono, Sutrisno. 2004. Pemikiran Tentang Arah Kebijakan Pemerintah Dalam

Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah.

Taufiq, Muhammad. 2004. Strategi Pengembangan UKM Pada Era Otonomi Daerah

dan Perdagangan Bebas.

Adiningsih, Sri. DR. 2004. Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil Dan Menengah Di

Indonesia.

Jafar Hafsah, Muhammad. Dr.Ir. 2004. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan

Menengah.