menerapkan etika pada anak kelompok b dalam metode cerita di tk an nursaidah

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber daya manusia (TK KELOMPOK BM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapakan TK KELOMPOK BM yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini, di samping juga anak harus dipenuhi kebutuhan lainnya, seperti misalnya kebutuhan akan gizi. Usia dini merupakan masa penting, karena dalam masa ini ada era yang dikenal dengan masa keemasan (golden age). Masa keemasan hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini merupakan masa kritis bagi perkembangan anak. Jika dalam masa ini anak kurang mendapat perhatian dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 1

Upload: tio-ayahnya-athar

Post on 12-Aug-2015

159 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber

daya manusia (TK KELOMPOK BM) di masa depan. Dalam rangka

mempersiapakan TK KELOMPOK BM yang berkualitas untuk masa depan,

pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia

dini, di samping juga anak harus dipenuhi kebutuhan lainnya, seperti misalnya

kebutuhan akan gizi. Usia dini merupakan masa penting, karena dalam masa ini

ada era yang dikenal dengan masa keemasan (golden age). Masa keemasan hanya

terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini

merupakan masa kritis bagi perkembangan anak. Jika dalam masa ini anak kurang

mendapat perhatian dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan

kesehatan serta kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal.

Sejak lahir seorang anak manuisia memiliki kurang lebih 100 miliyar sel

otak. Sel-sel otak yang ini saling berhubungan dengan sel-sel syaraf. Sel-sel otak

ini tidak akan tumbuh dan berkembang dengan pesat tanpa adanya stimulasi dan

didayagunakan (Gutama,dkk., 2005: 3). Di sinilah perlunya pendidikan sejak usia

dini. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada UU No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa

pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujuak untuk

anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian

1

Page 2: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar nak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang

pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 butir 14). Berdasarkan hal-hal tersebut maka

jelaslah bahwa pendidikan sejak usia dini sanggatlah penting.

Dalam pendidikan anak usia dini salah satu kawasan yang harus

dikembangkan adalah nilai etika, karena dengan diberikannya pendidikan nilai

dan etika sejak usia dini, diharapkan pada tahap perkembangan selanjutnya anak

akan mampu membedakan baik buruk, benar salah, sehingga ia dapat

menerapkannya dalam kegidupan sehari-harinya. Ini akan berpengaruh pada

mudah tidaknya anak diterima oleh masyarakat sekitarnya dalam hal

bersosialisasi.

Dalam pengembangan nilai nilai etika anak usia dini harus dilakukan

dengan tepat. Jika hal ini tidak bisa tercapai, maka pesan moral yang akan

disampaikan ‟orang tua‟ kepada anak menjadi terhambat. Pengembangan nilai

moral untuk anak usia dini ini bisa dilakukan di dalam tiga tri pusat pendidikan

yang ada, yaitu keluarga, sekolahh dan masyarakat.

Dalam pengembangan nilai etika untuk anak usia dini perlu dilakukan

dengan sangat hati-hati. Hal ini dikarenakan anan usia dini adalah anak yang

sedang dalam tahap perkembangan pra operasional kongkrit seperti yang

dikemukakan oleh Piaget, sedangkan nilai-nilai moral merupakan konsep-konsep

yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum bisa dengan serta merta

menerima apa yang diajarkan guru/orang tua yang sifatnya abstrak secara cepat.

Untuk itulah ‟orang tua‟ harus pandai-pandai dalam memilih dan menentukan

metode yang akan digunakan untuk menanamkan nilai moral kepada anak agar

2

Page 3: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

pesan moral yang ingin disampaikan guru dapat benar-benar sampai dan dipahami

oleh siswa untuk bekal kehidupannya di masa depan.

Metode yang dapat digunakan sangatlah bervariasi, salah satunya

adalah metode bercerita. Metode bercerita ini ceenderung lebih banyak

digunakan, karena anak usia dini biasanya senang jika mendengarkan cerita

dari ‟orang tua‟. Untuk bisa menarik minat anak untuk mendenganrkan,

tentunya cerita yang dibawakan harus tepat sesuai dengan usia anak. Cerita

yang dibawakan juga memuat nilai-nilai etika yang hendak disampaikan orang

tua kepada anak.

Bercerita merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan

dalam penanaman nilai etika untuk anak usia dini. Melalui metode bercerita

dapat disampaikan beberapa pesan etika kepada anak. Hal ini senada dengan

yang dikemukakan Otib Satibi Hidayat (2005 :4.12) bahwa cerita atau

dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai etika, nilai agama, nilai

sosial, nilai budaya, dan sebagainya.

Mengingat tahap perkembangan anak usia dini yang masih pada tahap

pra operasional kongkrit, maka dalam bercerita guru harus mampu

mengkongkritkan isi cerita dan pesan moral yang ada di dalam cerita yang

disampaikan. Upaya pengkongkritan hal-hal yang bersifat abstrak ini dapat

dilakukan dengan cara penggunaan alat peraga dalam bercerita. Fungsi alat

peraga dalam bercerita adalah untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum

mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga juga berfungsi untuk memusatkan

perhatian anak agar lebih mudah untuk difokuskan. Alat peraga yang dapat

3

Page 4: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

digunakan guru dalam bercerita cukup banyak macam dan jenisnya.

Diantaranya adalah boneka tangan, papan panel, gambar, dan lain sebagainya.

Selain penggunaan alat peraga, dalam bercerita guru jangan hanya

menggunakan cerita rekaan atau cerita-cerita yang sudah sering beredar di

lingkungan sekitar anak. Sesekali dalam bercerita boleh digunakan tema cerita

yang diambil dari peristiwa yang dialami secara langsung oleh anak. Dengan

tema cerita yang langsung dialami oleh anak, maka pesan yang ada dalam

cerita tersebut akan lebih lama membekas pada diri anak, sehingga lebih

banyak pesan moral yang diserap oleh anak. Tema-tema cerita yang

dibawakan guru juga harus berganti-ganti setiap waktu. Hal ini bertujuan

untuk mengurangi kebosanan pada anak, karena tema cerita yang monoton.

Anak juga akan lebih mudah menangkap isi ceritanya apabila tokoh-tokoh

yang dihadirkan adalah tokoh-tokoh cerita yang baru.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diutarakan identifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Kurang memperhatikan guru bila sedang belajar didalam kelas

2. Anak lebih senang mengganggu teman pada saat belajar

3. Anak senang berteriak-teriak didalam kelas

4. Pemberian Metode cerita mempengaruhi etika anak Kelompok B pada TK

Islam An Nursaidah

5. Penerapan metode cerita di Kelompok B TK Islam An Nursaidah

4

Page 5: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

6. Kriteria memilih cerita yang dapat meningkatkan etika anak di Kelompok

B TK Islam An Nursaidah

C. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang tercermin di atas,

rumusan masalah yang diajukan dalam kegiatan penelitian ini adalah :

1. Apakah ada Pengaruh pemberian metode cerita terhadap etika pada

Kelompok B TK Islam An Nursaidah?

2. Bagaimana menerapkan etika anak di Kelompok B TK Islam An

Nursaidah dalam metode ccerita?

5

Page 6: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Etika

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan

hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur

bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut

menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata

krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk

menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka senang,

tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin

agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang

berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah

yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata

‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos

mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput,

kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir.

Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.

Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu

ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan

(K.Bertens, 2000).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu yang

mempelajari tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

6

Page 7: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

kewajiban moral (aklak). Etika juga dapat digolongkan sebagai ilmu

pengetahuan normative yang bertugas memberikan pertimbangan perilaku

manusia dalam masyarakat apakah baik atau buruk dan benar atau salah

(Iberani, 2003:112)

Sedangkang Etiket, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti :

1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barang-

barang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang

barang itu.

2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu

diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat

kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana

yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,

berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai,

kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik,

seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :

1. Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia

dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang

tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh

yang dapat ditentukan oleh akal.

7

Page 8: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara

mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam

hidupnya.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan

manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya

melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia

untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini.

Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang

tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama

bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau

sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa

bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam

menentukan baik dan buruknya prilaku manusia :

1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis

dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia

dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif

memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang

prilaku atau sikap yang mau diambil.

2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai

sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam

hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian

sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan

diputuskan. Etika secara umum dapat dibagi menjadi :

8

Page 9: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

a. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana

manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil

keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang

menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur

dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di

analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai

pengertian umum dan teori-teori.

b. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar

dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud :

Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang

kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh

cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat

juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain

dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi

oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara

bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan

teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. ETIKA KHUSUS

dibagi lagi menjadi dua bagian :

1) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia

terhadap dirinya sendiri.

2) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola

perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak

dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban

9

Page 10: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia

saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia

dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan

(keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa pandangan-

pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab

umat manusia terhadap lingkungan hidup.

Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka

etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau

bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah

sebagai berikut :

1. Sikap terhadap sesama

2. Etika keluarga

3. Etika profesi

4. Etika politik

5. Etika lingkungan

6. Etika idiologi

B. Metode Cerita

1. Pengertian Metode Cerita

Metode digunakan sebagai suatu cara dalam menyampaikan suatu

pesan atau materi pelajaran kepada anak didik. Metode mengajar yang

tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya suatu

proses belajar mengajar sehingga banyak waktu dan tenaga terbuang sia-

10

Page 11: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan oleh guru baru berhasil, jika

mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan.

Dr. Ahamad Tafsir memberikan pengertian metode adalah “Cara

yang paling tepat dan cepat dalam melakukan seauatu”.1 Sedangkan

menurut Sukanto “Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

kepada murid-muridnya, ayah kepada anak-anaknya, guru bercerita kepada

pendengarnya.2 Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya

dengan keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita”.

Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak

digunakan di Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita

mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesauai dengan tema

pembelajaran. Bila iai cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di

Taman Kanak kanak, maka mereka dapat memahami isi cerita tu, mereka

akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat

mcnangkap isi cerita.

Menurut Abudin Nata “Metode bercerita adalah suatu metode

yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam

menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cenita yang

pengaruhnya besar terhadap perasaan. OIeh karenanya dijadikan sebagai

salah satu teknik pendidikan”.3

1 Ahmad Tafsir, Merodologi Pengajaran Agama Islam, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakara, 2003), Cet ke-7, h. 92 Sockanto, Seni Bercerira Islami, (Jakarta; Bina Mitra Press, 2001), Cat. ke-2, h. 9 3 Abuddin Nato, Filsafal Pendidikan Islam, (Jakiarta: Logos Wacana lImo, 2001), Cci. kc-4, h. 97

11

Page 12: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan

lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus

diusahakan menjadi pengalaman bagi anak di Taman Kanak-kanak yang

bersifat unik dan menarik yang menggctarkan perasaan anak dan

memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan metode bercerita adalah menuturkan atau

menyampaikan ccrita secara lisan kepada anak didik sehingga dcngan

cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya

proses belajar mengajar, maka metode bercerita mcrupakan suatu cara

yang dilakukan oleh guru untuk mcnyampaikan pesan atau materi

pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didik.

Cerita adalah instrumen untuk mengoreintasikan emosi manusia

kepada isi cerita itu. Atau, cerita tidak hanya sekadar menyampaikan

informasi tentang kejadian dan karakter, atau hanya sekadar

menyampaikan informasi dengan cara melibatkan emosi kita. Cerita

mengarahkan atau membentuk emosi kita terhadap kejadian dan karakter

dengan cara tertentu dan cerita mengatakan pada kita cara untuk

merasakan isi cerita. Cerita itu seperti notasi musik dan emosi manusia

adalah instrument yang didesain untuk memainkannya.

Nilai sebuah cerita untuk dijarkan tepatnya merupakan

kekuatannya melibatkan emosi siswa dan juga secara terkait imajinasi-

imajinasi mereka dengan materi dan kurikulum. Guru dapat menggunakan

cerita secara rutin dalam pengajaran pelajaran apapun, tanpa harus

12

Page 13: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

memfiksionalisasikannya. Cerita lebih berkaitan dengan bentuk yang

diberikan pada isi daripada berurusan dengan benar atau tidaknya. Guru

sering menggunakan cerita dalam pembelajaran di kelas khususnya bagi

siswa TK KELOMPOK B, sehingga mereka lebih tertarik untuk belajar

dan lebih cepat memahami informasi yang disampaikan melalui cerita

tersebut yang berhubungan dengan materi pelajaran yang ingin

disampaikan. Oleh sebab itu, teknik ini disebut sebagai metode cerita

dalam pembelajaran. Metode cerita berbeda dengan metode ceramah.

Metode cerita adalah suatu metode pembelajaran dimana guru bercerita

tentang suatu cerita yang berhubungan dengan materi pelajaran dengan

maksud untuk menarik perhatian siswa di kelas. Sementara metode

ceramah merupakan metode pembelajaran dimana guru hanya bersifat

menjelaskan di depan kelas untuk menyampaikan informasi-informasi

yang berhubungan dengan materi pelajaran tanpa menceritan suatu cerita.

Metode cerita memiliki manfaat yang signifikan dalam

pembelajaran, antara lain :

a. Melatih daya tangkap dan daya pikir siswa.

b. Melatih daya konsentrasi siswa.

c. Membantu mengembangkan imajinasi siswa.

d. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas.

Dengan beberapa manfaat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa

metode cerita sangat membantu guru dalam menyampaikan materi

pelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dengan menciptakan

suasana yang menyenangkan di kelas berarti membuat siswa-siswa tertarik

13

Page 14: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

mengikuti pelajaran di kelas dan membuat siswa-siswa memahami materi

yang disampaikan oleh guru.

2. Tujuan dan Fugsi Metode Cerita

a. Tujuan Metode Cerita

Tujuan metode bercerita adalah agar anak dapat membedakan

perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan bercerita guru dapat menanamkan nilai-

nilai etika pada anak didik, seperti menunjukan perbedaan perbuatan

baik dan buruk serta ganjaran dan setiap perbuatan. Melalui metode

bercerita anak diharapkan dapat mcmbedakan perbuatan yang baik dan

perbuatan yang buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari.

Menurut Asnelli Ilyas bahwa tujuan metode bercerita dalam

pendidikan anak adalah “menanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan

keTuhanan kepada anak dengan harapan melalui pendidikan dapat

menggugah anak untuk senantiasa merenung dan berfikir sehingga

dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari”.4

Menurut Hapidin dan Wanda Guranti, tujuan metode bercerita

adalah sebagai berikut :

a. Melatih daya tangkap dan daya berpikir

b. Melatih daya konsentrasi

c. Membantu perkembangan fantasi

4 Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh, (Bandung: Al-Bayan, 1997), Cct. Ke-2, h.34

14

Page 15: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

d. Menciptakan suasana menyenangkan di kelas.5

Menurut Abdul Aziz Majid, tujuan metode bercerita adalah

sebagai berikut:

a. Menghibur anak dan menyenakan mereka dengan bercerita yang

baik

b. Membantu pengetahuan siswa secara umum

c. Mengembangkan imajinasi

d. Mendidik akhlak

e. Mengasah rasa6

Sedangkan menurut Moeslichatoen R, bahwa tujuan metode

bercerita adalah, “salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi

pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang

disampaikan lebih baik. Melalui metode bercerita maka anak akan

menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan

bercerita.Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat

dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari”.7

b. Fungsi Metode Cerita

Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi atau cara yang

sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dan ilmu pendidikan

tersebut.

5 Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanoan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PGTK Danul Qolam, 1996), h. 62 6 Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: Romaja Rosda Karya,2001), Cot kel,h.67 Moeslichatoen R, Merade Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h.170

15

Page 16: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga

merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencari sasaran-

sasaran atau target pendidikan. Metode cerita dapat menjadikan suasana

belajar menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan

motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat dengan

mudah diberikan.

C. Metode Cerita dapat Meningkatkan Pemahaman Etika Siswa TK

KELOMPOK B

Belajar untuk mengikuti cerita merupakan pencapaian intelektual yang

vital. Secara efisien mengikuti cerita berarti mampu membagi kepentingan,

mengenali apa yang penting, menyelaraskan bagian-bagian menjadi satu dari

petunjuk-petunjuk tekstual, membangun makna emosional sambil mencatat

kejadian-kejadian dan fakta-fakta, mengenali urutan-urutan melalui emosi-

emosi di antara jurang-jurang logis di dalam cerita. Mampu mengikuti cerita

penting bagi pembelajaran yang efisien dan pemahaman dari hamper semua

topik dalam kurikulum. Hal ini juga memanipulasi kita akan kemungkinan-

kemungkinan, yaitu apa yang memungkinkan parasiswa untuk

mengaplikasikan sesuatu yang telah dipelajari dalam satu konteks ke konteks

yang lain.

Memberikan perhatian lebih pada cerita di dalam pendidikan lebih

disukai karena cara ini terbuka untuk siapa saja. Selain itu, metode cerita

sangat cocok diterapkan di kalangan siswa TK KELOMPOK B khususnya

16

Page 17: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

kelas rendah. Metode cerita memiliki beberapa tujuan yang nantinya akan

berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa TK KELOMPOK B, antara lain :

1. Melatih daya tangkap dan daya pikir.

2. Melatih daya konsentrasi.

3. Membantu perkembangan imajinasi.

4. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas.

5. Membantu pengetahuan siswa secara umum.

Selain tujuan di atas, metode cerita juga bertujuan sebagai salah satu

cara yang ditempuh oleh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar

anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan. Melalui metode

cerita maka anak-anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui

kegiatan bercerita dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga

merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran

atau target pendidikan. Metode cerita dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi

sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan. Jika

materi pelajaran mudah diberikan dengan suasana kelas yang menyenangkan

tentu siswa dapat dengan mudah memahami isi sekaligus materi yang

disampaikan dari cerita karena dengan metode cerita ini biasanya para siswa

akan lebih fokus untuk mendengarkan dan memahami kejadian-kejadian di

dalam cerita yang membuat mereka penasaran sehingga pada akhir cerita

mereka tetap mendengarkan isi cerita dan mendapatkan materi atau pesan

yang disampaikan oleh cerita tersebut.

17

Page 18: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

D. Bentuk Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman

Etika Siswa di TK KELOMPOK B

Metode cerita merupakan metode yang dapat diterapkan di seluruh

kalangan mulai dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Namun,

penerapan metode cerita untuk anak-anak tentu berbeda dengan penerapan

metode cerita orang dewasa. Biasanya pada kalangan anak-anak metode cerita

diterapkan dengan alat peraga seperti boneka atau gambar dan tema cerita

lebih condong kepada dunia fantasi. Sementara metode cerita yang diterapkan

di kalangan orang dewasa biasanya besifat nyata dan tidak begitu

menggunakan alat peraga.

Belajar untuk mengikuti cerita merupakan pencapaian intelektual yang

vital. Secara efisien mengikuti cerita berarti mampu membagi kepentingan,

mengenali apa yang penting, menyelaraskan bagian-bagian menjadi satu dari

petunjuk-petunjuk tekstual, membangun makna emosional sambil mencatat

kejadian-kejadian dan fakta-fakta, mengenali urutan-urutan melalui emosi-

emosi di antara jurang-jurang logis di dalam cerita. Mampu mengikuti cerita

penting bagi pembelajaran yang efisien dan pemahaman dari hamper semua

topik dalam kurikulum. Hal ini juga memanipulasi kita akan kemungkinan-

kemungkinan, yaitu apa yang memungkinkan parasiswa untuk

mengaplikasikan sesuatu yang telah dipelajari dalam satu konteks ke konteks

yang lain.

Memberikan perhatian lebih pada cerita di dalam pendidikan lebih

disukai karena cara ini terbuka untuk siapa saja. Selain itu, metode cerita

sangat cocok diterapkan di kalangan siswa TK khususnya Kelompok B.

18

Page 19: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

Metode cerita memiliki beberapa tujuan yang nantinya akan berpengaruh pada

tingkat pemahaman siswa, antara lain :

1. Melatih daya tangkap dan daya pikir.

2. Melatih daya konsentrasi.

3. Membantu perkembangan imajinasi.

4. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas.

5. Membantu pengetahuan siswa secara umum.

Selain tujuan di atas, metode cerita juga bertujuan sebagai salah satu

cara yang ditempuh oleh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar

anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan. Melalui metode

cerita maka anak-anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui

kegiatan bercerita dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga

merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran

atau target pendidikan. Metode cerita dapat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi

sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan. Jika

materi pelajaran mudah diberikan dengan suasana kelas yang menyenangkan

tentu siswa dapat dengan mudah memahami isi sekaligus materi yang

disampaikan dari cerita karena dengan metode cerita ini biasanya para siswa

akan lebih fokus untuk mendengarkan dan memahami kejadian-kejadian di

dalam cerita yang membuat mereka penasaran sehingga pada akhir cerita

mereka tetap mendengarkan isi cerita dan mendapatkan materi atau pesan

yang disampaikan oleh cerita tersebut.

19

Page 20: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

Siswa TK KELOMPOK B adalah siswa TK KELOMPOK B yang

berada di kelas. Tema cerita yang sesuai dengan siswa TK KELOMPOK B

adalah “Tema Imajinasi Bebas”. Tema ini ditujukan untuk anak yang berusia

kira-kira 5-8/9 tahun. Pada fase ini anak telah melewati masa pengenalan

lingkungan sekitarnya yang terbatas pada rumah dan jalan-jalan. Ia ingin

membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya, yang tidak ada dalam

lingkungannya. Kebiasaan mendengarkan cerita, anak-anak akan mengerti bahwa

cerita itu hanya fantasi dan tidak akan mempercayainya.

Dalam melaksakan metode cerita hendaknya guru memiliki persiapan

seperti metode-metode pembelajaran lainnya. Seorang guru harus memiliki

persiapan yang matang mulai dari mempersiapkan materi yang akan diajarkannya,

mempersiapkan cerita yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan,

mempersiapkan alat peraga yang sesuai untuk digunakan dan mempersiapkan diri

untuk menceritakan sebuah cerita dengan gaya bahasa dan mimik yang baik

sehingga para siswa tertarik untuk mendengarnya.

Berikut ini ada beberapa langkah dalam melaksanakan metode cerita, yaitu :

1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan siswa.

2. Mengatur tempat duduk agar dapat mendengarkan dengan jelas.

3. Pembukaan kegiatan bercerita, guru menggali pengalaman-pengalaman siswa

sesuai dengan tema cerita.

4. Menggunakan alat peraga/media untuk menarik perhatian dan menetapkan

rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan siswa.

5. Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan isi cerita.

20

Page 21: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

Langkah-langkah pelaksanaan metode cerita di atas adalah

langkah-langkah pelaksanaan secara umum yang seharusnya dilakukan oleh

seorang guru. Dalam hal menggunakan alat peraga seperti boneka berkarakter,

guru dapat menggunakan berbagai macam boneka berkarakter sesuai dengan

isi cerita yang disampaikan. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan metode

cerita dengan bonekan berkarakter untuk meningkatkan pemahaman siswa TK

KELOMPOK B kelas rendah.

Pada awal memulai bercerita hendaknya guru menyampaikan terlebih

dahulu judul cerita yang akan disampaikan kemudian mengatur posisi duduk

siswa, agar seluruh siswa dapat mendengar dan menyimak cerita yang

disampaikan. Setelah posisi duduk siswa selesai diatur dengan nyaman,

selanjutnya guru memulai cerita dengan alat peraga boneka berkarakter yang

berada ditangannya (contoh : boneka tangan) dan memperkenalkan nama

boneka tersebut.

Kemudian guru dapat bercerita dengan gaya bahasa cerita dan mimik

yang menarik sambil menggerak-gerakkan boneka ditangannya dan

mendalami karakter tokoh yang ada di cerita. Jika guru tersebut bercerita

dengan gaya bahasa dan mimik yang bagus dan dapat menggerakkan boneka

yang ada di tangannya sesuai denga jalannya cerita, biasanya para siswa akan

terdiam dan menghayati cerita dengan tenang. Ketika siswa menghayati cerita

dengan tenang berarti mereka fokus pada isi cerita dan dengan mudah

memahami isi cerita dan materi yang disampaikan. Jika cerita yang

disampaikan besifat cerita jenaka, biasanya para siswa akan senang dan

tertawa sehingga membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Dan ketika

21

Page 22: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

suasana kelas menjadi menyenangkan berarti siswa mendengar sekaligus

memahami jalanya suatu cerita sehingga membuat siswa lebih memahi materi

dengan cara bercerita dari pada sekadar menyampaikan informasi materi

pelajaran melalui ceramah.

Pada penutupan kegiatan bercerita hendaknya guru menanyakan

beberapa pertanyaan kepada para siswa yang berkaitan dengan isi cerita yang

disampaikan untuk mengevaluasi apakah siswa benar-benar menyimak cerita

atau tidak. Setelah itu guru menghubungkan isi cerita dengan materi pelajaran

yang ada di buku sehingga siswa-siswa memahami bahwa cerita yang

disampaikan tersebut berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang

mereka bahas.

Pelaksanaan metode cerita memakan waktu yang cukup panjang

dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dan siswa yang

melaksanakan metode cerita tidak merasakan panjangnya waktu yang berjalan

karena mereka menikmati cerita yang sama-sama mereka dengarkan. Jika

cerita yang disajikan cukup menarik bagi para siswa, tentu hal ini dapat

mendorong minat siswa untuk mengikuti pelajaran selanjutnya dan lebih

menikmati pelajaran di kelas dengan baik.

Metode cerita merupakan metode yang dapat diterapkan di seluruh

kalangan mulai dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Namun,

penerapan metode cerita untuk anak-anak tentu berbeda dengan penerapan

metode cerita orang dewasa. Biasanya pada kalangan anak-anak metode cerita

diterapkan dengan alat peraga seperti boneka atau gambar dan tema cerita

lebih condong kepada dunia fantasi. Sementara metode cerita yang diterapkan

22

Page 23: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

di kalangan orang dewasa biasanya besifat nyata dan tidak begitu

menggunakan alat peraga.

Siswa Taman Kanak-kanak. Tema cerita yang sesuai dengan Taman

Kanak-kanak adalah “Tema Imajinasi Bebas”. Tema ini ditujukan untuk anak

yang berusia kira-kira 5-8/9 tahun. Pada fase ini anak telah melewati masa

pengenalan lingkungan sekitarnya yang terbatas pada rumah dan jalan-jalan.

Ia ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya, yang tidak ada

dalam lingkungannya. Kebiasaan mendengarkan cerita, anak-anak akan

mengerti bahwa cerita itu hanya fantasi dan tidak akan mempercayainya.

Dalam melaksakan metode cerita hendaknya guru memiliki persiapan

seperti metode-metode pembelajaran lainnya. Seorang guru harus memiliki

persiapan yang matang mulai dari mempersiapkan materi yang akan diajarkannya,

mempersiapkan cerita yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan,

mempersiapkan alat peraga yang sesuai untuk digunakan dan mempersiapkan diri

untuk menceritakan sebuah cerita dengan gaya bahasa dan mimik yang baik

sehingga para siswa tertarik untuk mendengarnya.

Berikut ini ada beberapa langkah dalam melaksanakan metode cerita, yaitu :

1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan siswa.

2. Mengatur tempat duduk agar dapat mendengarkan dengan jelas.

3. Pembukaan kegiatan bercerita, guru menggali pengalaman-pengalaman siswa

sesuai dengan tema cerita.

4. Menggunakan alat peraga/media untuk menarik perhatian dan menetapkan

rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan siswa.

23

Page 24: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

5. Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan isi cerita.

Langkah-langkah pelaksanaan metode cerita di atas adalah langkah-

langkah pelaksanaan secara umum yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru.

Dalam hal menggunakan alat peraga seperti boneka berkarakter, guru dapat

menggunakan berbagai macam boneka berkarakter sesuai dengan isi cerita yang

disampaikan. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan metode cerita dengan

bonekan berkarakter untuk meningkatkan etika anak kelas B TK Islam An

Nursaidah.

Pada awal memulai bercerita hendaknya guru menyampaikan terlebih

dahulu judul cerita yang akan disampaikan kemudian mengatur posisi duduk

siswa, agar seluruh siswa dapat mendengar dan menyimak cerita yang

disampaikan. Setelah posisi duduk siswa selesai diatur dengan nyaman,

selanjutnya guru memulai cerita dengan alat peraga boneka berkarakter yang

berada ditangannya (contoh : boneka tangan) dan memperkenalkan nama

boneka tersebut.

Kemudian guru dapat bercerita dengan gaya bahasa cerita dan mimik

yang menarik sambil menggerak-gerakkan boneka ditangannya dan

mendalami karakter tokoh yang ada di cerita. Jika guru tersebut bercerita

dengan gaya bahasa dan mimik yang bagus dan dapat menggerakkan boneka

yang ada di tangannya sesuai denga jalannya cerita, biasanya para siswa akan

terdiam dan menghayati cerita dengan tenang. Ketika siswa menghayati cerita

dengan tenang berarti mereka fokus pada isi cerita dan dengan mudah

memahami isi cerita dan materi yang disampaikan. Jika cerita yang

24

Page 25: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

disampaikan besifat cerita jenaka, biasanya para siswa akan senang dan

tertawa sehingga membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Dan ketika

suasana kelas menjadi menyenangkan berarti siswa mendengar sekaligus

memahami jalanya suatu cerita sehingga membuat siswa lebih memahi materi

dengan cara bercerita dari pada sekadar menyampaikan informasi materi

pelajaran melalui ceramah.

Pada penutupan kegiatan bercerita hendaknya guru menanyakan

beberapa pertanyaan kepada para siswa yang berkaitan dengan isi cerita yang

disampaikan untuk mengevaluasi apakah siswa benar-benar menyimak cerita

atau tidak. Setelah itu guru menghubungkan isi cerita dengan materi pelajaran

yang ada di buku sehingga siswa-siswa memahami bahwa cerita yang

disampaikan tersebut berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang

mereka bahas.

Pelaksanaan metode cerita memakan waktu yang cukup panjang

dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dan siswa yang

melaksanakan metode cerita tidak merasakan panjangnya waktu yang berjalan

karena mereka menikmati cerita yang sama-sama mereka dengarkan. Jika

cerita yang disajikan cukup menarik bagi para siswa, tentu hal ini dapat

mendorong minat siswa untuk mengikuti pelajaran selanjutnya dan lebih

menikmati pelajaran di kelas dengan baik.

E. Contoh Cerita yang Digunakan dalam Metode Cerita

Metode cerita dapat digunakan dalam setiap mata pelajaran hanya saja

tugas gurulah untuk mencari atau mengarang cerita yang sesuai dengan materi

25

Page 26: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

pelajaran yang akan diajarkan. Banyak cerita yang dapat disajikan untuk siswa

dalam proses pembelajaran sesuai dengan mata pelajarannya. Berikut ini

beberapa contoh cerita yang dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran,

antara lain :

1. Bidang Sosial

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn dan IPS adalah mata

pelajaran yang termasuk dalam bidang sosial. Cerita yang sesuai untuk

mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah cerita non fiksi atau tidak nyata

dan di dalamnya terdapat beberapa unsur cerita yang merupakan materi

pelajaran yang sedang dibahas. Sama halnya dengan Bahasa Indonesia,

cerita non fiksi juga sesuai untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Namun,

dalam cerita tersebut harus terdapat beberapa kalimat yang berhubungan

dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Misalnya, materi yang

diajarkan mengenai “Simple Past Tense” maka guru harus mencerita

ssebuah cerita yang berbentuk past tense sehingga dari cerita tersebut

siswa dapat mendengar kata-kata kerja dan tanda waktu yang digunakan

dalam bentuk past. Sementara itu untuk PKn dan IPS, guru dapat

menyiapkan beberapa cerita rakyat yang berhubungan dengan materi PKn

dan IPS sehingga para siswa tidak terlalu kaku terfokus untuk mempelajari

materi-materi yang terdapat pada mata pelajaran PKn dan IPS.

2. Bidang Sains

Di bidang Sains pada mata pelajaran IPA, guru juga bisa

menggunakan metode cerita dalam proses pembelajaran. Namun, guru

harus dapat mengarang sebuah cerita dan menghubungkannya dengan

26

Page 27: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

materi pelajaran. Misalnya, materi mengenai “Siklus Metamorfosis Ulat

Menjadi Kupu-Kupu”. Pada bagian lampiran tulisan ini penulis

melampirkan sebuah cerita yang dapat diceritakan oleh guru untuk

mengajar siklus metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu kepada para siswa

TK KELOMPOK B kelas 3. Dari cerita tersebut para siswa akan

mendapatkan informasi mengenai transformasi kupu-kupu yang tidak akan

berbeda dengan biasanya dalam pelajaran IPA, yang berbeda adalah

bentuk cerita di mana kita melihat setiap perubahan sebagai bagian daya

tarik untuk mencari kebebasan dari kungkungan yang pada awalnya

berbentuk telur, ulat dan kepompong. Perubahan dramatis memiliki makna

lain di dalam cerita.

3. Bidang Matematika

Metode cerita sebenarnya sering digunakan dalam pelajaran

matematika, namun metode cerita yang dimaksud adalah membahas soal-

soal cerita yang ada pada pelajaran matematika. Selain membahas soal

cerita pada pelajaran matematika, seorang guru dapat menggunakan

metode cerita dengan mengarang sebuah cerita yang berhubungan dengan

materi pelajaran dan menceritakannya kepada para siswa. Misalnya, materi

mengenai “Nilai Tempat”, guru dapat mengarang sebuah cerita yang

berhubungan dengan materi nilai tempat. Pada bagian lampiran penulis

juga menyajikan contoh cerita mengenai materi nilai tempat. Cerita

tersebut terfokus pada daya kreativitas berhitung yang sangat cerdas

tentang sistem desimal untuk menghitung jumlah objek yang besar dan

menunjukkan kepada para siswa mengapa nilai tempat itu penting. Sisa

27

Page 28: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

dari pelajaran atau pelajaran berikutnya dapat melibatkan siswa dalam

menghitung objek dengan menggunakan metode ini.

28

Page 29: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nato, Filsafal Pendidikan Islam, (Jakiarta: Logos Wacana lImo, 2001), Cci. kc-4, h. 97

Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: Romaja Rosda Karya,2001), Cot kel,h.6

Ahmad Tafsir, Merodologi Pengajaran Agama Islam, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakara, 2003), Cet ke-7, h. 9

Abbas. 2005. Media Pendidikan Anak (TK) Melalui Dongeng. Makalah. Disampaikan dalam Kuliah Umum Prodi D II PGTK dan S1 PGTK KELOMPOK B FIP UNY.

Arikunto suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Ssuatu Pendekatan Praktik, Jakarta Renika Cipta, Jakarta.

Ahmad Usman, 2006, Metodelogi Penelitian ( Aplikasi Dalam Bidang Pendidikan), Bima.

Abu Ahmadi, H, Widodo Supriyono, 1982, Psikologi Belajar, Ribneka Cipta, Jakarta

Aziz Mustafa dan Imam Musbikin. 2003. Sepasang Burung dan Nabi Sulaiman. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Cheppy Haricahyono. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Press.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Depdiknas. 2003. . Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta:Depdiknas.

_________.2003. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Dwi Siswoyo dkk. 2005. Metode Pengembangan Moral Anak Prasekolah. Yogyakarta: FIP UNY.

Elizabeth Hurlock. 1998. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Gutama,dkk. 2005. Mewujudkan Pendidikan Anak Usia Dini yang Holistik. Seminar dan Lokakarya Nasional 2005 Pendidikan Anak Usia Dini, kampus UGM 14-16 Nopember 2005

29

Page 30: Menerapkan Etika Pada Anak Kelompok b Dalam Metode Cerita Di Tk an Nursaidah

Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanoan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PGTK Danul Qolam, 1996), h. 62

Moeslichatoen R, Merade Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h.170

Sockanto, Seni Bercerira Islami, (Jakarta; Bina Mitra Press, 2001), Cat. ke-2, h. 9

30