menanti berfungsinya bkt b

2
58 kawasan Oleh: N Ibsejbotzbi B anjir sepertinya sudah menjadi “bagian” dari Jakarta. Sejarah pun menuliskan bahwa ibukota negara ini acapkali terlanda banjir, karena sebagian besar datarannya berada di bawah permukaan air laut dan dilalui oleh lebih dari sepuluh sungai berbagai ukuran. Tidak heran, ketika Belanda masih menguasai wilayah ini, mengiringi perkembangan kota, mereka sudah membuat perencanaan tata air (dicetuskan oleh Herman Van Breen), dengan membuat sejumlah sodetan dan kanal. Banjir kanal Barat (BKB) yang melintang di daerah Dukuh (Jalan Sudirman) adalah salah satu “karya” mereka. Rencananya, sesuai rencana tahun 1918, kanal serupa juga akan dibangun di sisi Timur kota (Banjir Kanal Timur - BKT), namun setelah berpuluh-puluh tahun BKT baru direalisasikan sekarang. Dimulai kembali di tahun 2003 oleh Sutiyoso (mantan Gubernur Jakarta), setelah sempat terbengkalai karena negeri ini terhajar krisis ekonomi ketika dimulai tahun 1996, kini proyek BKT masih dalam tahap pengerjaan. Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta, menjanjikan di awal tahun ini penggalian sudah menembus Teluk Jakarta sebagai muaranya. Tapi itu disangsikan sebab hingga akhir tahun lalu saja belum semua tanah terbebaskan, sehingga penggalan lahan yang belum digali masih terlihat di mana-mana. Namun pemerintah yakin, di bulan ini juga kanal besar ini akan siap dialiri air. BKT ini memiliki panjang mencapai 23,5 kilometer, berpangkal dari Kali Malang hingga Marunda. Kanal ini menyodet Kali Cipinang, di Cipinang Besar Selatan. Dengan daerah tangkapan air (catchment area) mencakup lebih kurang 20.700 Ha diproyeksikan akan membebaskan sekitar 13 daerah di wilayah Jakarta Timur dan Utara dari bencana banjir. Dalam rencana besarnya, BKT juga difungsikan sebagai prasarana konservasi air untuk pengisian Menanti Berfungsinya BKT Nilai properti di Duren Sawit – Pulo Gebang – Cakung akan meningkat.

Upload: others

Post on 24-Jan-2022

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Menanti Berfungsinya BKT B

58

kawasan

Oleh:!N!Ibsejbotzbi

Banjir sepertinya sudah menjadi “bagian” dari Jakarta. Sejarah pun menuliskan bahwa ibukota negara

ini acapkali terlanda banjir, karena sebagian besar datarannya berada di bawah permukaan air laut dan dilalui oleh lebih dari sepuluh sungai berbagai ukuran. Tidak heran, ketika Belanda masih menguasai wilayah ini, mengiringi perkembangan kota, mereka sudah membuat perencanaan tata air (dicetuskan oleh Herman Van Breen), dengan membuat sejumlah sodetan dan kanal. Banjir kanal Barat (BKB) yang melintang di daerah Dukuh (Jalan Sudirman) adalah salah satu “karya” mereka. Rencananya, sesuai rencana tahun 1918, kanal serupa juga akan dibangun di sisi Timur kota (Banjir Kanal Timur - BKT), namun setelah berpuluh-puluh tahun BKT baru direalisasikan sekarang.

Dimulai kembali di tahun 2003 oleh Sutiyoso (mantan Gubernur Jakarta), setelah sempat terbengkalai karena negeri ini terhajar krisis

ekonomi ketika dimulai tahun 1996, kini proyek BKT masih dalam tahap pengerjaan. Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta, menjanjikan di awal tahun ini penggalian sudah menembus Teluk Jakarta sebagai muaranya. Tapi itu disangsikan sebab hingga akhir tahun lalu saja belum semua tanah terbebaskan, sehingga penggalan lahan yang belum digali masih terlihat di mana-mana. Namun pemerintah yakin, di bulan ini juga kanal besar ini akan siap dialiri air.

BKT ini memiliki panjang mencapai 23,5 kilometer, berpangkal dari Kali Malang hingga Marunda. Kanal ini menyodet Kali Cipinang, di Cipinang Besar Selatan. Dengan daerah tangkapan air (catchment area) mencakup lebih kurang 20.700 Ha diproyeksikan akan membebaskan sekitar 13 daerah di wilayah Jakarta Timur dan Utara dari bencana banjir.

Dalam rencana besarnya, BKT juga difungsikan sebagai prasarana konservasi air untuk pengisian

Menanti Berfungsinya BKTNilai properti di Duren Sawit – Pulo Gebang – Cakung akan meningkat.

Page 2: Menanti Berfungsinya BKT B

59 PROPERTI INDONESIA s Januari 2010

PI

kembali air tanah dan sumber air baku serta prasarana transportasi air, juga akan dikembangkan sebagai obyek wisata air. Pengembangan banyak hal ini mengingat BKT dibagi tiga trace yang kemudian direncanakan pemfungsiannya secara berbeda.

Trace pertama merentang dari wilayah kelurahan Cipinang Besar Selatan-Cakung Timur hingga kelurahan Rorotan-Marunda sepanjang 22,375 meter dengan lebar 100 meter. Trace ini berfungsi sebagai pengendalian banjir. Trace kedua, berada di daerah kawasan Cakung Timur, dengan ukuran kanal selebar 300 meter sepanjang 350 meter, berfungsi sebagai sarana rekreasi. Adapun trace ketiga di Kelurahan Marunda, pada bagian muara berukuran lebar 200 meter dan panjang 850 meter, berfungsi sebagai pelabuhan nelayan.

Untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi tersebut, di sepanjang BKT, kedua sisinya akan dibangun jalan inspeksi plus ruang terbuka hijau yang di beberapa titik akan dibuat aktif. Maksudnya, berupa taman yang dilengkapi dengan arena bermain dan jogging track, sehingga bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar. Ada 26 titik jembatan, yang akan menghubungkan dua daerah yang saling berseberangan , sehingga membuka bagian daerah yang tadinya masih enggan dijamah.

Jika menilik rencana tersebut, sangat mungkin jika seluruh pembangunan BKT ini final, daerah-daerah yang dilakui olehnya akan menjadi lebih berkembang dan meningkat nilai propetinya. Memang saat ini belum bisa ditentukan berapa besar kenaikan nilai properti yang akan terjadi, sebab tergantung kapan dan bagaimana proyek triliunan rupiah itu rampung. Tapi, setidaknya bisa dipastikan ada sejumlah daerah yang akan menerima manfaat kenaikan nilai tersebut. Yaitu daerah Duren Sawit – Pondok Kopi – Pulo Gebang, Jakarta Timur.

Kawasan-kawasan tersebut saat ini sudah cukup padat dengan sejumlah perumahan yang dikembangkan di awal tahun 1990-an. Tetapi khas daerah permukiman di banyak titik di kota Jakarta,

sangat minim sekali ruang terbuka hijau. Nah, ruang terbuka hijau yang berada di tepi BKT itu, akan menjadi elemen pembentuk lingkungan terlihat lebih asri, yang ujung-ujungnya akan menaikkan nilai properti di sini. Saat ini, rumah di daerah-daerah tersebut yang berukuran bangunan seluas 250 m2 di atas tanah 200 m2 sudah ditawarkan seharga Rp1 miliar. Untuk rumah dengan luas tanah 100 m2, berkisar Rp300 juta – 500 juta.

Daerah lain yang diproyeksikan yang akan lebih pesat perkembangannya adalah Cakung. Di sini, perumahan yang sedang dikembangkan antara lain Menteng Metropolitan dan Jakarta Garden City (JGC). Saat ini, harga rumah-rumah di keduanya sudah terhitung tinggi. Maklum selain lingkungannya ditata nyaman, fasilitasnya juga lebih lengkap (bahkan juga dimanfaatkan oleh warga di lingkungan sekitar). Di Menteng Metropolitan yang dikembangkan oleh Metropolitan Land, harga rumah

termurahnya saat ini Rp390 juta (59/69). Sementara di JGC yang dikembangkan oleh Keppelland, Rp450 juta dengan ukuran bangunan 96 m2 dan tanah seluas 100 m2, adalah harga termurah.

Pembangunan trace dua akan membuat lingkungan daerah Cakung lebih tertata dan punya tambahan fasilitas umum, sehingga bukan tidak mungkin akan memberi dampak bagi kenaikan nilai properti di daerah ini, termasuk di dua perumahan tadi.

Peningkatan nilai properti di sini memang tidak semata karena BKT, yang lebih utama adalah karena pengembangan Pulo Gebang sebagai Sentra Primer Timur Jakarta, plus sudah beroperasinya Jakarta Outer Ring Road. Di mana semua itu membuat kawasan-kawasan tadi menjadi lebih “terbuka”. Tapi tak bisa dinafikan, lingkungan yang lebih asri akan membuat nilai tadi akan meningkat lebih tinggi.

Di sepanjang BKT, kedua sisinya akan dibangun jalan inspeksi plus ruang terbuka hijau yang di beberapa titik akan dibuat aktif. Maksudnya, berupa taman yang dilengkapi dengan arena bermain dan jogging track, sehingga bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.