memperkuat asosiasi bisnis indonesia - tpsaproject.com filelaporan ind februari 2017 bermitra dengan...

20
CANADA–INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT TPSA STEP-BY-STEP GUIDE SEPTEMBER 2016 Program dilaksanakan dengan dukungan dana dari Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada CANADA–INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT TPSA CANADA–INDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECT TPSA LAPORAN FEBRUARI 2017 BERMITRA DENGAN Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia: Wawasan dari Tur Studi Asosiasi Bisnis Indonesia ke Kanada 2016

Upload: dangkhanh

Post on 06-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

CANADAINDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECTTPSASTEP-BY-STEP GUIDESEPTEMBER 2016

Program d i laksanakan dengan dukungan dana dari Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada

CANADAINDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECTTPSA CANADAINDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECTTPSALAPORANFEBRUARI 2017

BERMITRA DENGAN

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia:Wawasan dari Tur Studi Asosiasi Bisnis Indonesia ke Kanada 2016

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia ii

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia: Wawasan dari Tur Studi Asosiasi Bisnis Indonesia ke Kanada 2016

Mengenai Proyek TPSAProyek Trade and Private Sector Assistance (TPSA) Kanada-Indonesia adalah proyek lima tahun dengan dana $12 juta yang didanai oleh Pemerintah Kanada melalui Global Affairs Canada. Proyek ini dijalankan oleh The Conference Board of Canada, dan mitra implementasi utama Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan RI.

TPSA dirancang untuk menyediakan pelatihan, penelitian dan bantuan teknis untuk lembaga pemerintah Indonesia, sektor swasta (khususnya usaha kecil dan menengah (UKM)), akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat mengenai informasi yang berkaitan dengan perdagangan, analisis kebijakan perdagangan, reformasi perundang-undangan, dan promosi perdagangan dan investasi oleh pihak Kanada, Indonesia, dan para pakar lainnya dari organisasi publik dan swasta.

Tujuan keseluruhan TPSA adalah mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang lebih luas dan mengurangi kemiskinan di Indonesia melalui peningkatan perdagangan dan investasi yang memberdayakan perdagangan antara Indonesia dan Kanada. TPSA hendak meningkatkan peluang-peluang perdagangan dan investasi keberlanjutan dan responsif gender, khususnya bagi UKM-UKM di Indonesia, serta meningkatkan penggunaan analisis perdagangan dan investasi oleh para pemangku kepentingan Indonesia untuk melakukan ekspansi kemitraaan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Kanada.

Hak Cipta 2017 Proyek TPSA

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia iii

Daftar IsisPendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1

Bagian 1: Rapat Sektor-Non-Spesifik di Ottawa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

Ikhtisar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

Lansekap dari Asosiasi Bisnis Kanada . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

TFO Canada . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Global Affairs Canada . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

Mendukung Wirausaha Perempuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

Praktik Berkelanjutan dalam Perdagangan Pakaian Global dan Alas Kaki . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

Asosiasi Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

Pelajaran dari Ottawa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

Bagian 2: Rapat untuk Sektor Spesifik di Toronto dan Montral . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

Kelompok Alas Kaki: Pelajaran dari Importir dan Distributor Alas Kaki . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8

Kelompok Kopi: Dari Kebijakan ke Logistik, Sangrai, dan Ritel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

Kemungkinan Langkah Selanjutnya untuk TPSA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

Kelompok Pakaian: Pelajaran dari Peritel, Distributor, dan Pusat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

Pelajaran yang Dipetik dan Kemungkinan Langkah TPSA Selanjutnya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

Pelajaran yang Dipetik Delegasi dan Rekomendasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 1

PendahuluanPada September 2016, satu delegasi yang terdiri dari dua belas pengurus dari lima asosiasi bisnis Indonesia dan Kementerian Perdagangan Indonesia mendapat kesempatan untuk mengunjungi Ottawa, Montral, dan Toronto untuk bertemu berbagai pemangku kepentingan di sektor alas kaki, pakaian, dan kopi.

Asosiasi Persepatuan indonesia (APRiSiNDO)

Bpk. Binsar Marpaung, Sekretaris Jenderal Ibu Betty Wardani Nurbaety, Sekretaris Jenderal Dua

Asosiasi Pertekstilan indonesia (APi)

Bpk. Liem Liliek Setiawan, Wakil Ketua Bpk. Budiman H. Wiryaatmaja, Kepala Bidang Pendidikan Pelatihan

dan Sertifikasi

Specialty Coffee Association of indonesia (SCAi)

Bpk. Syafrudin, Ketua

Asosiasi Eksportir dan industri Kopi indonesia (AEKi)

Mr. Pranoto Soenarto, Vice-Chairperson

ikatan Wanita Pengusaha indonesia (iWAPi

Ibu Ida Farida, Ketua Cabang Sulawesi Selatan Ibu Rosi Malia, Ketua Cabang Aceh Ibu Masrura Ramidjal, Ketua Cabang Jawa Barat Ibu Shintamie Nastiti Surya Putri, Ketua Cabang Yogyakarta

Kementerian Perdagangan indonesia

Bapak Marolop Nainggolan, Kepala Subdirektorat untuk Amerika dan Eropa, Direktorat Pengembangan Kerja Sama Ekspor, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional

Ibu Meita Fitrianti Omar, Kepala Bagian untuk Pengembangan Pasar Amerika, Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 2

Tujuan dari beberapa asosiasi bisnis Indonesia ke Kanada adalah (1) membangun hubungan antara asosiasi bisnis Indonesia dan Kanada, khususnya yang berfokus pada usaha kecil dan menengah (UKM) di tiga sektor, dan (2) berbagi pengetahuan mengenai praktik terbaik asosiasi bisnis Kanada untuk melayani para anggotanya, termasuk berkoordinasi dengan berbagai level pemerintah di Kanada.

Kunjungan delegasi diatur menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah kunjungan ke Ottawa dari 1416 September, ketika semua anggota delegasi berpartisipasi di rapat yang sebagian besar tidak mengkhususkan sektor spesifik dan menerima pelatihan teknis mengenai isu lintas sektoral seperti kesetaraan gender dan keberlanjutan lingkungan. Bagian kedua dari kunjungan didedikasikan pada rapat sektor spesifik, seperti yang diselenggarakan di Toronto dan Montral dari 1720 September. Masing-masing delegasi bergabung salah satu dari tiga kelompok berdasarkan sektor masing-masing:1. kelompok alas kaki, yang terdiri dari delegasi APRISINDO dan IWAPI cabang Jawa Barat;2. kelompok kopi, yang terdiri dari delegasi AKSI, AEKI dan IWAPI cabang Sulawesi Selatan dan Aceh;3. kelompok pakaian, yang terdiri dari delegasi API dan IWAPI cabang Yogyakarta.

Delegasi di kelompok sepatu dan kopi menghadiri rapat khusus sektor mereka di Toronto, sementara delegasi di kelompok pakaian menghadiri rapat di Montral.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 3

Bagian 1: Rapat Sektor-Non-Spesifik di Ottawa IkhtisarRapat berawal di Ottawa di kantor Conference Board of Canada di mana delegasi diberikan dengan ikhtisar dari proyek TPSA dan bagaimana kunjungan delegasi sesuai dengan proyek tersebut dan tujuannya untuk meningkatkan ekspor dari Indonesia ke Kanada. Delegasi juga belajar bagaimana asosiasi bisnis di Kanada berfungsi dan hubungan mereka dengan berbagai pemerintah federal, provinsi, dan kota.

Lansekap dari Asosiasi Bisnis KanadaAlexandre Larouche-Maltais, Pakar Perdagangan Senior TPSA, menggarisbawahi peran dari asosiasi usaha di Kanada, struktur internal mereka, dan bagaimana mereka mengaitkan usaha-usaha yang mereka wakili berhadapan dengan pihak pemerintah berwenang.

Asosiasi bisnis telah dideskripsikan sebagai lembaga beranggota yang berhubungan dengan promosi kepentingan usaha anggota-anggota mereka. Asosiasi-asosiasi ini biasanya melaksanakan kegiatannya sendiri yang berbiaya tinggi dan menyita waktu untuk sebuah perusahaan, termasuk melobi, mengumpulkan informasi, penelitian, dan menentukan standar industri.1

Asosiasi bisnis dapat menjembatani kesenjangan komunikasi antara pemerintah dan sektor swasta dengan menyediakan wawasan bermanfaat bagi para pembuat kebijakan terhadap dampak potensial reformasi dan sosialisasi informasi terbaru mengenai perubahan peraturan masa depan pada sektor swasta.2 Sebagai contoh, Federasi Pakaian Kanada (Canadian Apparel Federation) menerbitkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pakaian pada situs webnya dan memperbarui informasi mengenai peraturan terkini bagi para anggotanya untuk memelihara kepatuhan industri.

Asosiasi bisnis juga menawarkan layanan bantuan portofolio yang luas untuk meningkatkan atau memelihara daya saing anggota mereka dalam pasar internasional. (Lihat Bukti 1.) Contoh-contoh layanan mereka adalah:

Prediksi perekonomian dan sektoral: Pabrik dan eksportir Kanada menerbitkan Manufacturing Pulse, berita ekonomi triwulanan.

Bantuan promosi perdagangan: Federasi Pakaian Kanada meluncurkan program Wear Canada (Kenakan Produk Kanada), yang bertujuan untuk menekankan keunggulan dari pembelian barang dari Kanada dan mendukung perusahaan-perusahaan Kanada memasuki pasar ekspor baru.

Peluang berjejaring: Asosiasi Kopi Kanada (The Coffee Association of Canada) membuat konferensi tiap musim gugur dan menawarkan pada anggotanya peluang berjejaring dan bermitra.

Wawasan mengenai pasar luar dan dalam negeri: Kamar Dagang Metropolitan Montreal menyelenggarakan sebuah acara bernama Indonesia, Kepulauan yang Mengombinasikan Pertumbuhan dan Konsumsi untuk menjajaki peluang usaha dalam pasar Indonesia.

1 Inc., Business Associations, www.inc.com/encyclopedia/business-associations.html (diakses pada 13 Januari 2017). 2 Aleksandr Shkolnikov, Building Successful Business Associations: Why Good Association Governance Matters (Washington,

D.C.: Center for International Private Enterprise, 2009), 2. www.cipe.org/sites/default/files/publication-docs/Building%20Successful%20Business%20Associations%20Why%20Good%20Association%20Governance%20Matters.pdf (diakses pada 13 Januari 2017).

http://www.inc.com/encyclopedia/business-associations.htmlhttp://www.cipe.org/sites/default/files/publication-docs/Building%20Successful%20Business%20Associations%20Why%20Good%20Association%20Governance%20Matters.pdfhttp://www.cipe.org/sites/default/files/publication-docs/Building%20Successful%20Business%20Associations%20Why%20Good%20Association%20Governance%20Matters.pdf

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 4

Pelatihan: Federasi Kanada untuk Usaha Mandiri menawarkan kursus daring (online) demi memenuhi kebutuhan anggota UKM mereka.

Bukti 1Layanan yang Ditawarkan Asosiasi Bisnis

Sumber: The Conference Board of Canada.

TFO CanadaSesi pengenalan segera diikuti dengan presentasi Steven Tipman, Direktur Eksekutif Trade Facilitation Office (TFO) Kanada dan Zaki Munshi, Manajer Proyek untuk Asia dan Timur Tengah, TFO. Presentasi berfokus pada tiga topik.

Pasar Kanada dan tren konsumen di Kanada berfokus pada faktor-faktor yang paling penting bagi konsumen Kanada, termasuk pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), pertimbangan lingkungan, dan mendukung usaha yang dimiliki perempuan. Para konsumen Kanada relatif makmur, peduli harga, terinformasi dengan baik, semakin multikultur dan tahu banyak akan teknologi.

Sifat dan struktur dari hubungan dagang Kanada-indonesia mencakup peluang ekspor Indonesia saat ini dalam pasar Kanada dan bagaimana kinerja produk-produk ekspor unggulan Indonesia dalam pasar Kanada. Meskipun populasinya lebih kecil, impor per kapita Kanada lebih banyak daripada Amerika Serikat. Impor mewakili 31 persen dari PDB Kanada dan terus bertumbuh sekitar 5 persen per tahun. Kanada menjadi pasar impor terbesar ke-11 di dunia. Sementara Indonesia belum menjadi pasar sumber (source market) yang besar bagi Kanada, impor dari Indonesia ke Kanada tetap menguat.

Topik terakhir, mengakses pasar Kanada, menggarisbawahi tahap-tahap yang diperlukan eksportir untuk memasukkan produk mereka ke Kanada.3

3 These steps are detailed in TPSA, A Step-by-Step Guide for Indonesian SMEs to Export to Canada (Ottawa: TPSA, 2016), www.tpsaproject.com.

1

PrediksiPerekono-mian dan Sektoral

BantuanPromosi Perdagangan

Peluang Berjejaring

Informasi Pasar Dalam dan Luar Negeri

Pelatihan

http://www.tpsaproject.com

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 5

Global Affairs CanadaDelegasi memiliki peluang untuk belajar secara langsung dari pejabat tingkat tinggi Global Affairs Canada tentang bagaimana Pemerintah Kanada mendukung dan bekerja dengan usaha-usaha di Kanada dan lembaga swadaya masyarakat dalam membuat kebijakan perdagangan. Empat topik berkaitan dengan perdagangan dibahas dengan pejabat-pejabat senior yang nama-namanya adalah sebagai berikut:

Rosaline Kwan, Direktur Eksekutif, South, Southeast Asia, and Oceania Commercial Relations (Hubungan Dagang Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Oseania), membahas hubungan dagang KanadaASEAN dan memberikan informasi mengenai sumber-sumber impor Kanada, seperti bea cukai Kanada, panduan mengimpor barang komersial ke Kanada, dan bantuan dalam membangun kemitraan perdagangan antara eksportir dan buyer di Kanada.

David Usher, Direktur Eksekutif, Trade Negotiations, membahas pentingnya berkonsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan dalam tiap proses negosiasi perdagangan agar secara umum mengerti tantangan dan keuntungan bagi usaha Kanada dan orang Kanada dengan lebih baik. Beberapa dari pemangku kepentingan adalah UKM, wirausahawan perempuan, serikat buruh, organisasi lingkungan dan kelompok masyarakat adat. Mr. Usher juga menggarisbawahi pentingnya Canada Gazette sebagai perangkat komunikasi pemerintah untuk menginformasikan masyarakat bisnis mengenai perundang-undangan baru dan melihat pandangan mereka akan hal tersebut dalam tenggat waktu tertentu. Dia juga menekankan pentingnya menjaga aspek kerahasiaan dan privasi dalam negosiasi perdagangan dengan membuat para pemangku kepentingan menandatangani perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement) sebelum menjalankan konsultasi.

Kyle Nunas, Direktur Eksekutif, Dirgantara, Otomotif, Pertahanan, dan TIK, membahas mengapa dan bagaimana pemerintah terlibat dengan industri . Beliau menjelaskan bahwa berkonsultasi dengan pelaku usaha dan asosiasi memungkinkan pemerintah menyelaraskan upayanya dengan industri prioritas, menyediakan dukungan secara langsung dan tidak langsung bagi para klien dan mitra, memberikan panduan strategis pada para anggota komisi dagang Kanada di seluruh dunia dan menyediakan mereka dukungan pengetahuan. Mr. Nunas juga menjelaskan keempat mekanisme keterlibatan dengan industri: bertemu dengan kelompok penasihat dengan sektor spesifik, mengkomisikan penasihat industri senior, bertemu dalam pertemuan meja bundar, dan menjalankan penjangkauan klien. Beliau juga menjelaskan bagaimana penerapan mekanisme-mekanisme tersebut memungkinkan pemerintah terlibat dengan lebih banyak pemangku kepentingan (misalnya, asosiasi, departemen pemerintah lainnya) dan berkonsultasi mengenai cakupan isu yang lebih luas (misalnya, tren yang muncul, isu mendesak dengan industri terkait).

Josie Mousseau, Wakil Direktur, Misi, Konsultasi, dan Penjangkauan (Missions, Consultations, and Outreach), membahas bagaimana pemerintah mendukung usaha perempuan Kanada agar berhasil dalam perdagangan internasional . Beliau mempresentasikan lansekap usaha milik perempuan di Kanada dan memperkenalkan Business Women in International Trade (BWIT) sebagai satu-satunya program yang menjangkau seluruh Kanada dalam mengadvokasi dan mendukung wirausahawan perempuan untuk memetik keuntungan dalam perdagangan internasional. Ms. Mousseau juga mengutarakan pentingnya

Delegasi asosiasi bisnis Indonesia, perwarkilan Kementerian Perdagangan RI, dan tim proyek TPSA bertemu dengan pejabat senior Global Affairs Canada.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 6

keragaman penyedia sebagai perangkat yang membawa para wirausahawan perempuan dan usaha milik minoritas ke dalam rantai pasok. Dia memberikan penjelasan jejaring usaha perempuan yang memberikan bantuan, seperti Women Business Enterprises (WBE) Canada and WEConnect International (cabang Kanada).

Mendukung Wirausahawan PerempuanDelegasi memiliki peluang untuk belajar tentang inisiatif yang didedikasikan untuk mendukung wirausahawan perempuan dalam berjejaring bisnis dan mengakses pasar internasional. Frances Mannarino, Ketua MyBusinessMyBoard di GroYourBiz, Ottawa, yang membahas berbagai tipe dukungan yang ditawarkan oleh GroYourBiz dan keuntungan yang mereka bagikan kepada wirausahawan perempuan untuk menumbuhkan usaha mereka. Dia menyambut hubungan lebih lanjut dari asosiasi bisnis mana pun dan berharap untuk mendukung model GroYourBiz di Indonesia.

Barbara MacLaren, Spesial Kesetaraan Gender dari Canada-Ukraine Trade dan proyek Investment Support, membagikan pengalaman dia dengan Federacin Nacional de Cafeteros (FNC) untuk mengembangkan strategi untuk memberdayakan perempuan di sektor kopi Kolombia. Dia mendorong delegasi untuk merefleksikan strategi yang digunakan oleh asosiasi terkait untuk mendukung anggota perempuan mereka dan mempertimbangkan membangun jejaring dengan International Womens Coffee Alliance (IWCA).

Praktik Berkelanjutan dalam Perdagangan Pakaian Global dan Alas KakiTPSA menyelenggarakan webinar mengenai inisiatif dalam sektor pakaian dan alas kaki global untuk delegasi. Scott Miller, Direktur Pengembangan Bisnis dari Sustainable Apparel Coalition (SAC), membahas SAC sebagai inisiatif yang dipromosikan oleh masyarakat bisnis dan non-bisnis untuk meningkatkan aspek keberlanjutan dari rantai nilai global pakaian dan alas kaki. Mr. Miller menjelaskan bahwa SAC mengembangkan Higg Index, yang diharapkan akan menjadi standar keberlanjutan untuk industri pakaian dan alas kaki.

Asosiasi Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial PerusahaanPada hari terakhir kunjungan delegasi ke Ottawa, TPSA menyelenggarakan lokakarya satu hari mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang difasilitasi oleh Coro Strandberg, pakar CSR dan keberlanjutan. Ms. Strandberg menjelaskan konsep CSR, keuntungan bagi usaha, praktik terbaik dalam CSR, dan peran yang dijalankan oleh asosiasi bisnis dalam memajukan praktik CSR di antara anggota-anggota mereka.

Lokakarya ini menyadarkan delegasi akan betapa CSR bisa menjadi cara meningkatkan keuntungan usaha dan kinerja sosial serta lingkungan perusahaan. Hal ini berbeda dengan pandangan yang ada di Indonesia, di mana CSR dianggap serupa dengan kegiatan amal. Beberapa anggota menyatakan bahwa mereka hendak menawarkan pelatihan semacam ini untuk anggota asosiasi bisnis mereka.

Ms. Strandberg menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan besar semakin banyak yang mengadopsi CSR untuk mendukung mereka menjadi lebih terkemuka dalam industri mereka. Tujuan CSR yang bermakna dapat dirancang sehingga memenuhi sasaran keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan dari asosiasi,

Coro Strandberg memimpin delegasi dalam lokakarya CSR.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 7

industri, atau perusahaan tertentu. Lokakarya ini mengajak pada delegasi untuk melakukan latihan praktik langsung untuk membantu mereka mempertimbangkan seperti apa wujud CSR dalam asosiasi bisnis masing-masing.

Pelajaran dari OttawaPada akhir pertemuan di Ottawa, pada delegasi bersama-sama merefleksikan dan berbagi pelajaran yang telah mereka petik. Berdasarkan umpan balik mereka, lima pelajaran yang telah dicatat:1. Delegasi mengerti pentingnya memelihara kontak dan menjalin hubungan dengan para pemangku

kepentingan, organisasi, dan usaha di Kanada yang paling relevan untuk mengidentifikasi dan menerapkan praktik-praktik terbaik yang mendukung anggota asosiasi di Indonesia yang terkait.

2. Delegasi saat ini memiliki pengertian yang lebih baik mengenai peluang ekspor ke Kanada, pasar Kanada, dan para konsumen di sektor-sektor tersebut. Seorang peserta menyatakan: Sekarang jadi lebih mudah untuk mengerti tren Amerika Utara dan bagaimana asosiasi bisnis Indonesia bisa meraih keuntungan dari tren tersebut untuk memasuki pasar Kanada. Banyak peserta mengemukakan bahwa sifat Kanada yang semakin multikultural adalah salah satu trennya.

3. Delegasi belajar tentang dukungan pemerintah Kanada untuk usaha dan mendapatkan wawasan dari organisasi pendukung bisnis di Kanada.

4. Banyak delegasi menyatakan bahwa pertemuan dengan asosiasi bisnis Kanada telah memberi mereka ide tentang bagaimana mengembangkan lembaga mereka dan kegiatan yang ditawarkan oleh asosiasi merekaseperti kegiatan bimbingan dan berjejaring. Mereka juga terkesan pada asosiasi bisnis dan pemerintah bekerja sama untuk mendukung daya saing usaha Kanada.

5. Delegasi IWAPI khususnya merasa terkesan dengan lembaga pemerintah dan swasta yang mendukung usaha perempuan dan jejaring bisnis. Di Indonesia, hal ini juga akan didorong oleh semua delegasi IWAPI. Beberapa tantangan yang diakui oleh delegasi IWAPI adalah terbatasnya akses pendanaan, sumber daya manusia yang rendah dan kurangnya kesadaran tentang kontribusi usaha milik perempuan bagi perekonomian Indonesia. Banyak pekerjaan, menurut delegasi IWAPI, yang perlu dilaksanakan untuk mengkuantifikasi kontribusi mereka.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 8

Bagian 2: Rapat untuk Sektor Spesifik di Toronto dan MontralProyek TPSA juga menyelenggarakan rangkaian pertemuan untuk masing-masing kelompok delegasi untuk melaksanakan pertemuan untuk sektor tertentu dan menjalin hubungan dengan mitra industri mereka di Kanada. Beberapa pertemuan diselenggarakan di Ottawa pada 15 September 2016, sementara mayoritas dari mereka mengikuti pertemuan 1920 September di Toronto untuk kelompok alas kaki dan kopi dan di Montral untuk kelompok pakaian.

Kelompok Alas Kaki: Pelajaran dari Importir dan Distributor Alas KakiDi Toronto, kunjungan kelompok alas kaki difasilitasi oleh Phil Zwibel, sales executive tingkat senior dengan pengalaman lebih dari 35 tahun dalam ritel fesyen, impor, dan manufaktur produk alas kaki mulai dari fesyen kelas atas sampai dengan untuk olah raga. Mr. Zwibel memulai dengan memberikan delegasi gambaran umum mengenai pasar alas kaki Kanada. Dia mengatakan bahwa Kanada hanyalah negara dengan populasi terbesar ke-35 di dunia, tetapi menduduki peringkat 12 untuk impor alas kaki.

Dalam tur ritel ke toko-toko sepatu di Toronto, Mr. Zwibel menerangkan poin-poin penting berikut ini:

Kanada tidak kekurangan sepatu berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Bahkan, sepatu-sepatu murah di Walmart dan Ardene berkualitas tinggi. Untuk bersaing dalam pasar Kanada, produk tersebut harus unik.

Brand-brand memiliki demografi dan identitas khusus. Seperti dinyatakan oleh Michael Bogdan, pemilik Northern Royalty Distribution (NRD), Setiap brand memiliki DNA-nya sendiri. Tidak ada masa depan untuk produk generiksemuanya mengenai brand.

Sementara pasar itu kompleks, terdapat rasa serupa dari toko satu ke toko lainnya. Sepatu terlaris di dunia, Go Walk dari Skechers, ringan, nyaman, dan tidak mahal. Sepatu tersebut

bahan utamanya adalah tekstil, suatu tren yang berkembang. Indonesia mungkin bisa memanfaatkan tren tersebut, karena industri tekstil domestiknya sangat unggul.

Toko-toko memiliki beragam pilihan model dan warna.

Pada hari kedua, delegasi mengunjungi Indeka Group, salah satu importir terbesar Kanada untuk brand alas kaki global untuk setiap kategori, termasuk fesyen laki-laki dan perempuan, olah raga, musim dingin, keselamatan kerja, kenyamanan dan sandal. Presiden dan COO Indeka, Paul Papadopoulos, berbicara dengan delegasi mengenai strategi perusahaan untuk mengatasi kebutuhan waktu perputaran barang yang cepat dan apa yang dicari Indeka dari para penyedia. Dia juga mengajak kelompok tersebut mengitari tempat seluas 150.000 kaki persegi (13.900 m2), di mana teknologi dan proses termutakhir menjamin waktu perputaran selama delapan jam untuk merespon pesanan. Berikut adalah pelajaran penting dari rapat tersebut:

Seluruh rantai nilai alas kaki sedang mengalami transisi. Indeka mencari mitra jangka panjang baik dengan brand yang mereka distribusikan dan pabrik-

pabrik tempat mereka mencari sumber barang. Perusahaan ingin bekerja dengan pabrik-pabrik yang mampu memenuhi spesifikasi mereka. Hal ini lebih penting daripada pertimbangan harga.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 9

Indeka memiliki hubungan yang amat baik dengan pabrik Indonesia untuk brand alas kaki keselamatan kerja mereka, sekitar 30.000 pasang per tahun. Tetapi masalah dengan penyedia Indonesia memaksa Indeka untuk mencari sumber dari tempat lain.

Ketika ditanya Bagaimana kami menjalin hubungan dengan distributor, jawabannya adalah: Beri tahu kami cerita Anda. Brand harus memiliki hubungan emosional dengan konsumen.

Kemudian kelompok tersebut mengunjungi Trend Marketing, distributor alas kaki dengan portofolio terbesar untuk brand internasional di Kanada. Shai Burstein, Managing Partner, mengemukakan bahwa perusahaan terbuka untuk menujukkan produk-produk Indonesia kepada perusahaan AS yang besar yang menerima distribusi mereka, tetapi produk-produk tersebut harus istimewa.

Pertemuan terakhir adalah dengan Northern Royalty Distribution (NRD). NRD menjual pada brand AS yang besar sebagai distributor dan telah mengembangkan brand Kanadanya sendiri, juga label sendiri untuk akun nasional. NRD adalah tipikal rata-rata importir Kanadaskalanya lebih kecil, dioperasikan oleh pemiliknya. Michael Bogdan, pemilik NRD, berkata pada mereka bahwa Kanada adalah pasar ceruk, dan NRD berfokus pada tiga brand untuk tiga pasar ceruk. Dia menekankan bahwa kunci keberhasilan impor adalah kemampuan pabrik ekspor untuk memenuhi persyaratan-persyaratan ini:

merespon tepat waktu memenuhi janji mereka mengadaptasi produk mereka untuk pasar Kanada pada umumnya khususnya, mengadaptasi produk mereka untuk persyaratan brand tertentu

Kelompok Kopi: Dari Kebijakan ke Logistik, Sangrai, dan RitelDi Ottawa, selama waktu kelompok, kelompok kopi berkesempatan bertemu dengan Fairtrade Canada dan dua roaster kopi lokal dan peritelBridgehead dan Happy Goat Coffee Company. Jos Abad-Puelles, Coffee Account Manager dari Fairtrade Canada, memberikan gambaran umum mengenai standar dan nilai apa yang dihargai oleh Fairtrade Canada, apa makna sertifikasi bagi para pemangku kepentingan di sepanjang rantai pasok kopi, dan bagaimana memproduksi dan menjual kopi bersertifikat Fairtrade membantu petani-petani memiliki penghidupan yang lebih layak. Mr. Abad-Puelles juga memperkenalkan program bernama Fairtrade Campuses and Towns, di mana universitas-universitas dan kantor pemerintah dalam kota-kota hanya menjual kopi bersertifikat Faitrade di tempat mereka. Toronto saat ini adalah Kota Fairtrade terbesar di Kanada. Kelompok ini juga mencatat permintaan kopi bersertifikasi Fairtrade terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan kopi bersertifikat Fairtrade juga mulai menjangkau konsumen Kanada melalui toko makanan cepat saji, micro-roaster, dan swalayan. Berkaitan dengan kopi Indonesia, Mr. Abad-Puelles juga menyatakan, sementara Kanada kebanyakan membeli kopi dari Sumatra, banyak juga kopi-kopi Indonesia yang bisa diperkenalkan pada orang-orang Kanada. Ada juga peluang pasar, atas jatuhnya pasar Meksiko baru-baru ini.

Indeka selalu siap menemukan tempat terbaik untuk mencari sumber-sumber produk mereka. Kami menginginkan hubungan jangka panjang yang terwujud atas integritas dan sifat dapat diandalkan.

Paul Papadopoulos, President dan COO, The Indeka Group

Michael Bogdan dari NRD berbicara dengan kelompok alas kaki.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 10

Kelompok kopi bertemu dengan Cliff Hansen, Head Roaster di Bridgehead; Henry Assad, pemilik Happy Goat Coffe Company; dan Hans Langenbahn, Head Roaster di Happy Goat. Happy Goat pada saat ini mengimpor kopi dari Indonesia tetapi dalam jumlah kecilmisalnya, less than container loads (LCL). Bridgehead mengimpor 180 kemasan kopi Sumatra tiap tahunnya dan menyatakan itu adalah jumlah yang tepat untuk pasar mereka. Kedua roaster berkata bahwa mereka menghadapi masalah dengan persediaan dan kualitas yang konsisten dari Indonesia. Mr. Langenbahn menyatakan ketertarikannya untuk mendapatkan kopi P88 dari Flores dan Aceh.

Kelompok ini menyadari bahwa kedua roaster kopi memiliki pendekatan yang berbeda untuk mencari sumber dan memasarkan kopi mereka. Bridgehead hanya mencari sumber biji kopi organik dan memiliki sertifikasi Fairtrade, yang mereka jual pada pelanggan mereka sebagai kopi bersertifikasi. Happy Goat mencari sumber kebanyakan biji kopi organik dan mereka jual kepada pelanggan mereka sebagai kopi konvensional. Happy Goat tidak memiliki sertifikasi yang memungkinkan mereka memasarkan kopi mereka sebagai organik. Meskipun ada perbedaan pendekatan dalam mencari sumber dan pemasaran, kedua perusahaan menghadapi situasi yang sama ketika mengimpor biji kopi: roaster kopi di Kanada amat mengandalkan AS untuk menyediakan kopi mereka. Hal ini sebagian disebabkan oleh AS yang merupakan pasar kopi yang lebih besar, membuat negara-negara produsen kopi lebih tertarik untuk mengekspor ke AS untuk melayani baik klien AS dan Kanada.

Salah satu dari dampak hal tersebut, roaster kopi Kanada memiliki akses terbatas terhadap kopi berkualitas baik (kopi specialty). AS memiliki lebih banyak budaya kopi dan biji-biji kopi berkualitas terbaik ditujukan bagi roaster AS. Lebih banyak dokumen yang perlu diurus, pengeluaran dan proses bea cukai dibutuhkan untuk mengimpor biji-bijian ke Kanada melalui Amerika Serikat. Mr. Langenbahn juga mengangkat isu perihal kopi Indonesia yang tidak dikenal oleh konsumen Kanada ketimbang kopi dari bagian lain di dunia. Untuk menghadapi tantangan ini, dia mengusulkan penyelenggaraan pemeran dagang atau acara cupping diatur untuk mempromosikan variasi kopi Indonesia untuk konsumen Kanada di pasar-pasar kopi besar di seluruh negeri. Acara tersebut bisa menjadi kolaborasi antara perwakilan pemerintah Indonesia di Kanada (misalnya, kedutaan besar dan/atau konsulat jenderal), proyek TPSA, dan sejumlah roaster/peritel Kanada.

Di Toronto, kelompok tersebut juga memiliki peluang menemui dua (micro) roaster dan peritel lokalGreen Beanery dan Hale Coffee Company. Serupa dengan roaster dan peritel di Ottawa, perusahaan-perusahaan ini memiliki pendekatannya masing-masing untuk mencari sumber kopi mereka. Micro-roaster di Kanada beroperasi secara independen, dan tidak memiliki asosiasi kopi specialty untuk memfasilitasi kepentingan mereka. Selama kunjungan kelompok ke Green Beanery, Patricia Adams, Direktur Eksekutif dari Probe International, menjelaskan bagaimana organisasi dia memfasilitasi pembangunan berkelanjutan dan mendukung visi dan misi Green Beanery. Dia membahas bagaimana Probe menciptakan mekanismenya sendiriSertifikasi Internasional Probesalah satunya adalah Probe International Free Trade Certified. Perdagangan bebas membantu mengembangkan pasar untuk kopi yang diproduksi petani kecil tanpa meningkatkan biaya konsumen. Mekanismenya berbeda dengan sertifikasi fair trade yang tidak terjangkau bagi petani kecil, oleh karenanya membatasi akses mereka ke pasar global. Hale Coffee Co. memiliki filsafat serupa. Khaldoun Toukan, pemilik Hale Coffee Co., menjelaskan bahwa perusahaan mencari sumber biji kopinya langsung dari petani, memungkinkan perusahaan untuk menjalin hubungan langsung dengan petani dan memiliki jaminan kualitas biji-biji kopinya. Skema sertifikasi fair trade dalam operasinya tidak diperlukan.

Mary-Ann Ferrando, Manajer Toko Green Beanery, mengangkat dua isu yang terkait dengan mencari sumber kopi dari Indonesia. Pertama, perusahaan belum mampu mendapatkan persediaan secara terus menerus dari Indonesia, khususnya kopi Kalosi. Kenyataan ini menantang kemampuan perusahaan untuk memastikan persediaan beragam kopi yang konsisten bagi para pelanggan. Jika persediaan tidak konsisten, perusahaan harus memperkenalkan ulang ragam variasi pada konsumen ketika persediaan

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 11

sudah kembali ada. Hal ini menjadi tantangan khusus ketika Green Beanery hendak membuat fitur kopi dengan latar belakangsebagai contoh, koperasi perempuan. Saat kopi mendapatkan perhatian pasar, produknya malah tidak tersedia.

Kedua, tidak terdapat banyak informasi mengenai kopi Indonesia yang tersedia bagi para konsumen kopi di Kanada, yang menghambat potensi kopi Indonesia untuk menjadi populer dan dikonsumsi secara luas seperti kopi-kopi dari belahan dunia lain. Ms. Ferrando berkata bahwa Green Beanery sedang mempersiapkan acara-acara cupping di tokonya yang akan terbuka utuk umum untuk memperkenalkan variasi kopi perusahaan dan cerita dibalik produksinya. Setelah menceritakan rencananya, Ms. Ferrando mengusulkan bahwa sebuah kegiatan bisa dilaksanakan di Green Beanery untuk memperkenalkan dan mempromosikan variasi kopi Indonesia kepada masyarakat umum. Beliau menjelaskan lebih lanjut bahwa acara tersebut bisa menjadi kolaborasi antara perusahaan, proyek TPSA, perwakilan pemerintah dan usaha Indonesia, serta pihak-pihak lain yang tertarik untuk mempromosikan kopi Indonesia di Kanada. Kelompok tersebut juga mengerti, sementara Hale Coffee Co. tertarik untuk mencari sumber variasi kopi dari Indonesia, sampel-sampel yang diterima perusahaan bukanlah yang berkualitas tinggi. Merespon pernyataan itu, wakil-wakil dari AEKI, AKSI, dan IWAPI Aceh serta Sulawesi Selatan menawarkan untuk memberikan sampel berkualitas baik pada Hale Coffee. Berkaitan dengan logistik, Hale Coffee Co. menyatakan bahwa praktik mereka adalah mengkonsolidasi pesanan kopi melalui kontainer campur dengan micro-roaster lokal lainnya.

Sebagai tambahan untuk mempelajari isu teknis yang dihadapi roaster kopi dan peritel di Kanada, kelompok tersebut juga belajar mengenai isu yang dihadapi di tingkat asosiasi-industri. Kelompok kopi bertemu dengan Lesya Balych-Cooper, Interim President dari the Coffee Association of Canada (CAC), dan belajar bagaimana asosiasi mempromosikan dan melindungi kepentingan dari para anggotanya. Secara khusus, tiga isu utama yang berkaitan dengan kebijakan adalah:1. Batasan-batasan telah diusulkan mengenai kuantitas dari impor bji kopi yang belum disangrai yang

berkaitan dengan isu keamanan pangan. CAC mengumpulkan bukti-bukti untuk menunjukkan tidak adanya kasus penyakit yang disebabkan oleh makanan akibat atau berkaitan dengan impor biji kopi yang belum disangrai.

2. Kopi harus diimpor ke Kanada melalui importir berbasis AS yang memiliki spesialisasi. CAC sedang berusaha membuat impor langsung diizinkan demi membantu anggotanya mengimpor secara langsung dari negara asalnya.

3. Kasus penipuan makanan di Kanada menimbulkan pertanyaan mengenai asal atau sertifikasi kopi. CAC bekerja dengan lembaga pemerintah federal untuk membantu ketulusuran (traceability) dan transparansi.

Ms. Balych-Cooper juga membahas area kerja CAC dan para pemangku kepentingan mereka. Beliau menjelaskan bahwa kerja CAC berpusat pada advokasi berbasis bukti, pendidikan, dan jejaring bagi para anggotanya, yang terdiri dari perusahaan-perusahaan multinasional sampai dengan usaha mikro. CAC membantu usaha-usaha mikro agar suara mereka didengar pada saat konsultasi dengan pemerintah dan asosiasi industri lainnya. CAC juga bekerja untuk selalu menjalin kerja sama dengan pemerintah federal. Ms. Balych-Cooper menyambut semua perwakilan dalam kelompok untuk menghadiri konsumen tahunan pada 1 November 2016, Kunjungan kelompok kopi Kencaf Importing and Distributing

di Toronto.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 12

dan memanfaatkan hasil diskusi dengan para pakar tentang pasar kopi Kanada dan global, peraturan pemerintah, dan rantai pasok kopi global.

Kelompok kopi bertemu dengan Naushad Panju, pemilik Kencaf Importing and Distribution, sebuah perusahaan yang lama berkecimpung mengimpor beragam kopi Indonesia ke Kanada. Mr. Panju menyatakan bahwa Indonesia belum banyak mempromosikan kopi di pasar Kanada. Hal ini terbukti dari tidak banyaknya pengetahuan orang Kanada mengenai kopi Indonesia ketimbang yang diproduksi di negara-negara seperti Amerika Tengah dan Selatan serta Afrika. Kelompok kopi setuju usulan beliau untuk meningkatkan upaya untuk mempromosikan kopi Indonesia (misalnya, melakukan cupping, menulis artikel). Mr. Panju juga menyatakan bahwa kopi specialty yang sumbernya dari Indonesia memiliki harga yang lebih tinggi daripada kopi Amerika Tengah dan Selatan. Akibatnya, kopi dari negara-negara tersebut lebih dicari oleh klien Kencaf, yang kebanyakan adalah roaster kecil dan mikro. Perwakilan dari AEKI dan AKSI menjelaskan bahwa hal ini terutama disebabkan oleh biaya angkut biji kopi specialty di Indonesia dari perkebunan terpencil menuju pelabuhan, yang terbebani oleh kurangnya infrastruktur dan jaringan transportasi yang tidak efisien. Juga, perubahan iklim, musim yang mempengaruhi produksi, dan petani Indonesia mungkin bukanlah petani kopi efisien karena fokus mereka terhadap usaha tani campuran.

Kelompok ini juga berkesempatan mempelajari tantangan teknis mengimpor kopi Indonesia dari perspektif perusahaan logistik pihak ketiga di Kanada. Doug Eland dan Endah Eland, pemilik Eland Inc., dan David Villa, Manajer Operasi dari Eland Inc., mengajak kelompok tersebut mengikuti tur fasilitas pergudangan yang aman untuk makanan (food grade). Mereka membagi pengalaman mereka dalam mengatasi logistik untuk klien yang membeli kopi (organik maupun konvensional) dari Indonesia. Kelompok ini jadi mengerti mengenai kualitas pengemasan dari biji kopi asal Indonesia perlu ditingkatkan. Pada saat ini, semua kopi dalam karung yang diterima dari Indonesia tidak padat (karungnya terkulai), dan menciptakan ketidakefisienan dan bahaya keamanan selama mengurus pergudangan (misalnya, karung dan palet yang mudah terselip dan distribusi (misalnya, ruang dalam truk tidak maksimal karena karung dan palet tidak ditumpuk dengan baik). Kelompok ini juga mempertimbangkan usul Eland Inc. untuk mengekspor langsung ke Kanada jika itu merupakan tujuan ekspor akhirnya. Ini akan memungkinkan para buyer di Kanada untuk menerima barang-barang dalam periode yang lebih singkat serta menghemat biaya eksportir di Indonesia.

Kemungkinan Langkah Selanjutnya untuk TPSA1. Mempertimbangkan untuk menyelenggarakan acara di Kanada yang berfokus untuk

memperkenalkan dan mempromosikan kopi Indonesia ke konsumen Kanada. Acara tersebut harus melengkapi kegiatan TPSA yang ada saat ini yang dapat meningkatkan ekspor kopi ke Kanada. Proyek TPSA dapat mempertimbangkan untuk melibatkan mitra-mitra yang telat ada untuk meningkatkan hubungan saat ini dan memperkuat jaringan dengan para pemangku kepentingan di industri.

2. Mengatasi isu yang dibahas dalam pertemuan untuk kegiatan TPSA ke depan melalui bantuan teknis. 3. Mempertimbangkan kerja sama yang lebih erat dengan asosiasi kopi Indonesia dengan melibatkan

mereka sebagai sumber daya utama untuk kegiatan TPSA selanjutnya yang relevan.4. Mendukung produksi kopi yang memiliki tanggung jawab lingkungan dan sosial. TPSA amat

mendukung rantai pasok kopi yang memanfaatkan sertifikasi keberlanjutan pihak ketiga yang independen (misalnya, Fair Trade, Organic, UTZ, Rain Forest Alliance). Perusahaan-perusahaan kopi yang mendukung tanggung jawab sosial dan lingkungan menurut rencana keberlanjutan mereka sendiri juga bisa dipertimbangkan oleh proyek.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 13

Kelompok Pakaian: Pelajaran dari Peritel, Distributor, dan Pusat Penelitian Selain delegasi API dan IWAPI cabang Yogyakarta, kelompok Montral juga bertemu dengan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kanada, H. E. Teuku Faizasyah, Atase Perdagangan Indonesia, Christhophorus Barutu, dan Asisten untuk Atase Perdagangan, Yusuf Wiharsoyo. Pakar pakaian EQ Foundation, Maria Fernanda Guzman, juga bertindak sebagai narasumber.

Kunjungan tiga hari disusun untuk empat tema dengan huruf I: (1) identifikasi karakteristik dan peluang pasar; (2) struktur institusional industri; (3) inspirasi dan gaya; serta (4) inovasi dalam tekstil dan pakaian.

1 . identifikasi karakteristik dan peluang pasarMs. Guzman mengawali rapat Montral dengan memberikan presentasi teknis penuh wawasan mengenai lansekap pakaian Kanada, berfokus pada karakteristik konsumen Kanada, pertumbuhan pasar dengan tipe pakaian yang berbeda (perempuan, laki-laki, anak-anak dan bayi), segmen pasar yang berbeda (tingkat pendapatan rendah, menengah, atas), pemain/penyedia pakaian utama, dan peritel besar. Eksportir terbesar untuk pakaian ke Kanada adalah RRT, diikuti dengan Bangladesh dan Vietnam. Kanada juga menghasilkan pakaian dengan manufakturnya, terutama untuk pasar ceruk yang fokus pada pakaian high-end dan pakaian di luar ruangan (outdoor clothing). Tren saat ini untuk pakaian Kanada adalah makin berkembangnya fesyen biaya rendah dan fast fashion. Meski demikian, bukan berarti bahwa UKM Indonesia perlu membidik pasar ini. Ms. Guzman menekankan bahwa jika UKM Indonesia hendak meningkatkan ekspor pakaian mereka ke Kanada, mereka perlu mengerti lansekap pasar Kanada dan mengidentifikasi segmen pasar yang paling sesuai dengan segmen pasar di mana mereka punya keunggulan komparatif.

Ikhtisar tren pasar ritel pakaian terbaru Kanada dibawakan oleh Zeljko Vucetic, Director of Sourcing untuk Mark Edwards Apparel. Mr. Vucetic menekankan bahwa dalam satu dekade terakhir, beliau telah menyaksikan semakin pentingnya fesyen berbiaya rendah dan fast fashion, dirintis oleh peritel seperti Zara, Forever 21, dan H&M. Konsumen Kanada rata-rata semakin sensitif terhadap tren fesyen terbaru, yang telah menyebabkan ledakan fast fashion di mana desain fesyen runway cepat memasuki pasar ritel. Fast fashion berfokus untuk menangkap model fesyen terbaru dan sering dikelompokkan sebagai harga dan kualitas rendah (karena produk tersebut tidak diharapkan untuk dipakai untuk waktu yang lama). Penyedia utama dari fast fashion adalah RRT, meskipun sekarang dominasi RRT telah berkurang dan pemain lain seperti Bangladesh, Kamboja, dan Pakistan merebut pangsa pasar. Mr. Vucetic menekankan bahwa pasar ini sangat kompetitif dan pakaian baru memasuki pasar dengan cepatdan sebagai contoh, dalam beberapa minggu ketimbang satu musim. Jika UKM Indonesia ingin memanfaatkan pasar ini, mereka harus siap dan sanggup memproduksi dengan cepat, secara efisien dan dengan harga kompetitif.

Kelompok ini mengunjungi tiga peritel: satu berfokus pada segmen harga rendah (Joe Fresh), yang kedua adalah posisi pasar ceruk yang menjual pakaian muslim (Boutique Fatima), dan yang ketiga menjual topi yang diproduksi secara lokal (Mod-Atout Inc.). Joe Fresh adalah brand fesyen jaringan ritel yang ditangani oleh Loblaw Companies Limited, sebuah distributor makanan Kanada. Kebanyakan produk Joe Fresh diproduksi di Bangladesh dan RRT, dan sebagian besar orang Kanada menganggap harga ritelnya terjangkau. Ms. Guzman mengemukakan bahwa harga ritel Kanada biasanya 6 sampai dengan 6,5 kali biaya impor pakaian. Beberapa delegasi pakaian berpikir harga di Joe Fresh rendah; ini mungkin membuat UKM Indonesia memproduksi pakaian yang memenuhi harga ritel.

Boutique Fatima mengkhususkan diri dalam pakaian musim (terutama untuk perempuan) dan mengimpor produknya dari Saudi Arabia dan Lebanon. Boutique Fatima juga mendistribusikan produk-produk ini ke Toronto. Delegasi mengabarkan pada pemilik butik bahwa Indonesia baru saja mensponsori pakaian Muslim di New York dan berbagi foto peragaan busana tersebut. Pemilik menyatakan bahwa kota-kota yang berbeda di Kanada memiliki selera fesyen yang berbeda. Perempuan Muslim di Montral cenderung menyukai pakaian Muslim yang simpel, rancangan yang santai dan warna gelap dan sederhana.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 14

Tren fesyen di Indonesia, dengan lebih banyak aksesoris dan warna, cenderung merupakan selera perempuan di Ottawa. Diskusi sampingan antara delegasi dengan duta besar Indonesia mengantarkan pada ide pekan fesyen Indonesia pada saat perayaan hari ulang tahun Ottawa ke-150 pada 2017. Kunjungan ke Boutique Fatima menggarisbawahi pentingnya memiliki pengertian yang kuat akan sub-pasar dalam Kanada, khususnya untuk produk dalam pasar ceruk.

Mod-Atout pada dasarnya menjual topi-topi untuk perempuan, meskipun perusahaan yang sudah didirikan di Quebec selama 25 tahun ini sempat menjual lebih banyak ragam produk pakaian di masa lalu. Semakin ketatnya kompetisi global, terutama dari Asia, Richard Pelletier, pemilik perusahaan, mengadaptasi pendekatannya dengan mengalihdayakan sebagian produksinya ke RRT dan mengadopsi strategi penjualan inovatif. Mr. Pelletier menjelaskan bahwa, selama bertahun-tahun, dia telah menjadi importir, produsen dan penjual grosir, serta peritel, agar perusahaannya selalu kompetitif.

2 . Struktur institusional industriUntuk mengidentifikasi praktik terbaik, kelompok ini bertemu dengan Debbie Zakaib, Direktur Eksekutif dari Mmode. Mmode adalah lembaga yang menyatukan desainer, manufaktur, peritel, dan pemerintah untuk meningkatan daya saing industri fesyen Quebec. Mmode didanai baik oleh pemerintah Quebec dan sektor swasta. Mmode didirikan untuk membantu pemerintah mengembangkan kebijakan industri dan strategi sektoral karena kompetisi global yang semakin ketat merugikan produksi tekstil dan pakaian di provinsi. Lembaga ini bertindak sebagai platform utama untuk pertukaran informasi dan kolaborasi, dan berusaha untuk menjadi lembaga klaster kelas dunia yang akan menempatkan Montral sebagai kota fesyen yang terkemuka di dunia. Mmode menyatakan bahwa para pemangku kepentingan fesyen Montral telah semakin sadar akan pentingnya menyatukan kekuatan dan berfokus pada segmen pasar tertentu di mana industri Quebec memiliki keunggulan komparatif. Agar semakin kompetitif, perusahaan pakaian Quebec semakin beralih ke pakaian high-end dan pakaian di luar ruangan (khususnya musim dingin) dan pakaian pelindung (protektif).

Untuk mengerti peranan dan pentingnya Montral dalam industri pakaian Amerika Utara, kelompok ini mengunjungi Montral Fashion Mart, atau Centre International de Mode de Montral (CIMM), di pusat area Chabanel. Bangunan CIMM menjadi markas koleksi fesyen dan sumber daya Kanada termasuk desainer, pengusaha pabrik, agen, dan importir. Di masa kejayaannya sebagai pusat fesyen Amerika Utara, CIMM adalah tempat ramai bertemunya para buyer dan seller dari seluruh dunia, memamerkan produk mereka, dan menjalankan transaksi bisnis. Meskipun bangunannya masih menjaga fungsi aslinya, beberapa tempatnya kosong, mungkin merefleksikan berkurangnya peran Montral dalam rantai nilai pakaian global.

3 . inspirasi dan modelUntuk mengerti tren terbaru dalam industri pakaian dan fesyen, serta melihat contoh-contoh produk pakaian yang lebih high-end yang tersedia di pasar Quebec, para anggota delegasi diundang untuk menghadiri Cabinet phmre des crateurs di Ogilvys department store. Pameran sementara dari desainer fesyen dan pakaian Quebec yang paling terkemuka membuat delegasi lebih familier dengan proses artistik dari desainer lokal yang sedang naik daun dan bahan-bahan yang mereka gunakan, menilai tren terbaru, dan menganalisis peluang pasar di Montral. Mereka juga bisa mengevaluasi relevansi dan kelayakan berkompetisi dengan penyedia lokal dalam pasar ceruk ini.

Delegasi juga mengunjungi Museum McCord untuk melihat pameran sementara tentang desain fesyen Italia berjudul Eleganza, juga pameran permanen, Wear Our Identity, tentang koleksi pakaian bangsa pertama Kanada (first people, orang-orang yang pertama tinggal di Kanada, bangsa Indian, Inuit, dan Metis). Pameran ini menampilkan bagaimana multikulturalisme Kanada bisa diterjemahkan dalam fesyen dan pakaian.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 15

4 . inovasi dalam tekstil dan pakaianDelegasi juga mengamati inisiatif inovasi lokal terbaru dalam industri tekstil dan pakaian. Mereka mengunjungi tempat-tempat tersebut dan bertemu staf non-profit Vestechpro, riset pakaian dan pusat inovasi yang berafiliasi dengan Cgep Marie-Victorin dan sekolah fesyennya. Isabelle Lessard, Manajer Proyek, menjelaskan bahwa Vestechpro bermitra dengan perusahaan dan lembaga di Quebec serta bagian lain di Amerika Utara untuk membantu memajukan posisi mereka di industri pakaian global. Vestechpro menawarkan inovasi, riset, pelatihan, layanan pengembangan, dan akses informasi yang strategis dan dapat dipercaya. Pakaian pintar (contoh, mengandung sensor dan monitor untuk melacak tanda-tanda vital tubuh seseorang) adalah satu contoh produk inovasi lembaga ini. Ms. Lessard juga memberikan tur ke laboratorium Vestechpro dan memberikan deskripsi teknis mengenai peralatan dan mesin yang diperlukan untuk kegiatan di pusat riset kepada delegasi.

Inisiatif lain yang berkontribusi pada transformasi industri tekstil lokal dipimpin oleh CTT Group, yang berafiliasi dengan Cgep de Saint-Hyacinthe. CTT Group adalah laboratorium litbang utama di Kanada yang berfokus pada tekstil teknis, geo-sintetis, dan bahan-bahan berbasis tekstil yang canggih. Valerio Izquierdo, Wakil Presiden di Laboratories and Textile Expertise, menjelaskan bahwa pusat penelitian ini juga melakukan analisis ketat dan menyeluruh untuk sertifikasi (misalnya, perlindungan lingkungan). CTT Group membantu industri dalam pembuatan konsep, produksi, dan pemasaran dari produk bernilai tambah (misalnya, teknologi canggih). Salah satu produk CTT Group adalah tekstil intelijen. Tekstil-tekstil ini menggabungkan unsur tertentu seperti elektronik (contohnya, chip dan LED) serta komponen kimia agar barang tersebut memiliki fungsi tertentu (misalnya, pakaian pelindung yang melindungi mereka dari bahaya lingkungan ekstrim seperti api dan radiasi). Mr. Izquierdo juga memberikan tur untuk mengunjungi laboratorium mutakhir dan tempat-tempat lain di pusat riset tersebut.

Pelajaran yang Dipetik dan Kemungkinan Langkah TPSA Selanjutnya1. Delegasi amat terkesan dengan industri fesyen Quebec yang telah beradaptasi akibat Asia

menghilangkan pangsa pasar tradisional mereka; bagaimana mereka bergeser ke pasar ceruk yang melayani konsumen papan atas dan secara etis (misalnya, ramah lingkungan, dibuat secara lokal) serta sadar teknologi.

2. Strategi pemangku kepentingan fesyen Quebec untuk bersatu (di bawah Mmode) menginspirasi delegasi, yang mengusulkan pendirian lembaga serupa untuk mendorong kolaborasi UKM di Indonesia untuk membantu mereka berkompetisi di pasar global.

3. Delegasi menyadari bahwa produk pakaian Indonesia pada umumnya diproduksi dengan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Asia lain dan betapa sulitnya berkompetisi dengan fast fashion yang murah. Eksportir Indonesia perlu menyasar segmen pasar yang tepat.

4. Peragaan busana dipertimbangkan sebagai tempat efektif untuk memperkenalkan produk pakaian Indonesia. TPSA dapat membantu delegasi dan kedutaan besar Indonesia diharapkan menindaklanjuti ide mereka untuk mengadakan peragaan busana Indonesia pada saat perayaan Ottawa 2017.

Kelompok tekstil di Vestechpro.

Memperkuat Asosiasi Bisnis Indonesia 16

Pelajaran yang Dipetik Delegasi dan RekomendasiProyek TPSA meminta delegasi asosiasi bisnis Indonesia untuk pelajaran terpenting mereka dan rekomendasinya. Pelajaran tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori utama:

1. Dukungan pemerintah penting bagi asosiasi bisnis.

Daya saing akan menguat jika bisnis dan pemerintah menggabungkan upaya mereka untuk mempromosikan keberhasilan global dari perusahaan-perusahaan dalam negeri.

Bantuan pemerintah secara langsung dan tidak langsung untuk asosiasi bisnis dan, lebih lanjut lagi, anggota mereka menjadi penting bagi keberhasilan negara dalam pasar dunia yang amat kompetitif.

2. Ketersediaan data penting untuk pembuatan kebijakan berbasis bukti.

Sulit bagi asosiasi bisnis untuk mendukung peran UKM dan usaha milik perempuan secara efektif tanpa data terpercaya untuk membuktikan sumbangsih mereka terhadap perdagangan dan pembangunan perekonomian.

Alhasil, pemerintah perlu mulai mengumpulkan dan menerbitkan data industri UKM dan usaha milik perempuan sebagai kategori terpisah.

3. CSR dan keberlanjutan lingkungan dapat menjadi keunggulan yang kompetitif untuk meningkatkan ekspor.

Perusahaan dapat membedakan perusahaan mereka masing-masing dalam sebuah pasar yang semakin mempertimbangkan CSR dan praktik lingkungan.

Beberapa rekomendasi delegasi berfokus pada daftar keinginan mengenai bagaimana TPSA dapat membantu asosiasi bisnis mereka secara lebih efektif dalam mewakili anggota-anggota mereka:

membantu asosiasi bisnis menciptakan database anggota yang andal membantu IWAPI melakukan studi kontribusi usaha milik perempuan terhadap perekonomian di

Indonesia

menjalankan tur studi dengan fokus yang lebih tajam mengenai buyer potensial dan pasar ceruk.

Sebagai tambahan, rekomendasi lain berfokus pada apa yang bisa dilakukan delegasi atau diusulkan pada asosiasi mereka ketika kembali ke Indonesia:

menurunkan hambatan masuk (entry barriers) ke asosiasi bisnis lebih terlibat dengan pemerintah untuk mengadvokasi anggota-anggota mereka berbagi praktik terbaik di antara anggota memberikan dukungan terarah pada beberapa UKM terpilih melihat kemungkinan untuk melakukan lebih banyak pelatihan untuk anggota membuat program bimbingan; mungkin dengan perusahaan yang lebih besar berbagi pengetahuan

dan pengalaman dengan UKM

memastikan ada rencana pemasaran terkoordinasi untuk mempromosikan produk anggota mereka per kelompok untuk memperbesar pasar, ketimbang saling berkompetisi merebut pangsa pasar dari pasar yang ada ataupun pasar yang mengerucut.

CANADAINDONESIA TRADE AND PRIVATE SECTOR ASSISTANCE PROJECTTPSA

Canada Centre, World Trade Centre 5, LT.15Jl. Jend. Sudirman Kav 29-31 Jakarta 12190, IndonesiaT: +62-21-5296-0376, atau 5296-0389f: +62-21-5296-0385e: [email protected]

TPSAPROJECT.COM