memotong kuku dan memendekkan kumis adalah bagian dari sunnah rasulullah.pdf

13
Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah Hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam: “Fithrah itu ada lima: khitan, istihdad (mencukur rambut kemaluan), memendekkan kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak. (HR. Al- Bukhari dan Muslim) MEMOTONG KUKU Memotong kuku juga bagian dari sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Yaitu kuku yang melebihi ujung jari, karena dapat menyimpan kotoran yang menjijikkan dibawahnya, dan bahkan bisa menghalangi masuknya air tatkala berwudhu’ atau mandi. Waktunya Tidak ada ketentuan hari atau waktu tertentu yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam untuk memotong kuku. Semua hadits yang menceritakan tentang perbuatan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam atau perintah beliau untuk memotong kuku pada hari atau waktu tertentu adalah lemah (dho’if). Diantaranya hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radliyallahu ‘anhu bahwa ia melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memotong kukunya pada hari kamis, kemudian beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan Ali radliyallahu ‘anhu agar memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur habis rambut kemaluan pada hari kamis. Hadits ini lemah (dho’if) sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Az-Zubaidi, Al-Khatib Al-Baghdadi, dan Adz- Dzahabi. Lihat penjelasan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Adh-Dha’ifah no. 3239. Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (10/346) menjelaskan, “Dan tidak ada juga hadits (yang shahih) tentang sunnahnya memotong kuku pada hari kamis. ” Demikian pula hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam senang memotong kukunya pada hari jum’at, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dan Ja’far Al-Baqir. Hadits tersebut juga lemah sebagaimana diterangkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (10/346). Atas dasar ini, tidak ada keterangan hari tertentu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang shahih untuk memotong kuku. Semakin sering seseorang membersihkannya, itulah yang utama. Mencuci Ujung Jemari Setelahnya Demikian pula halnya dengan mencuci ujung jemari setelah memotong kuku, tidak ada keterangan yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Hanya saja sebagian ulama’ menyarankan bagi orang yang telah memotong kuku agar membilasnya dengan air. Dengan alasan bahwa seseorang yang memotong kukunya kemudian menggaruk badannya dengan kuku tersebut sebelum dicuci dapat berakibat tidak baik. Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “Dan disukai mencuci ujung jemari setelah memotong kuku. Karena ada yang mengatakan, bahwa menggaruk badan dengan kuku (yang baru dipotong) sebelum di cuci, dapat berdampak negatif. ” (Al-Mughni 1/100) Asy-Syaikh Abu Hasyim rahimahullah mengomentari pendapat di

Upload: jeniusbb

Post on 21-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis

adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah

Hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam: “Fithrah itu ada lima: khitan, istihdad (mencukur

rambut kemaluan), memendekkan kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak. ” (HR. Al-

Bukhari dan Muslim)

MEMOTONG KUKU

Memotong kuku juga bagian dari sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Yaitu kuku yang

melebihi ujung jari, karena dapat menyimpan kotoran yang menjijikkan dibawahnya, dan bahkan

bisa menghalangi masuknya air tatkala berwudhu’ atau mandi.

Waktunya Tidak ada ketentuan hari atau waktu tertentu yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi

wa Sallam untuk memotong kuku. Semua hadits yang menceritakan tentang perbuatan

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam atau perintah beliau untuk memotong kuku pada hari

atau waktu tertentu adalah lemah (dho’if).

Diantaranya hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radliyallahu ‘anhu bahwa ia

melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memotong kukunya pada hari kamis, kemudian

beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan Ali radliyallahu ‘anhu agar memotong kuku,

mencabut bulu ketiak, dan mencukur habis rambut kemaluan pada hari kamis. Hadits ini lemah

(dho’if) sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Az-Zubaidi, Al-Khatib Al-Baghdadi, dan Adz-

Dzahabi. Lihat penjelasan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Adh-Dha’ifah no. 3239.

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (10/346) menjelaskan, “Dan tidak ada juga hadits (yang

shahih) tentang sunnahnya memotong kuku pada hari kamis. ” Demikian pula hadits yang

menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam senang memotong kukunya pada

hari jum’at, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah radliyallahu

‘anhu dan Ja’far Al-Baqir. Hadits tersebut juga lemah sebagaimana diterangkan oleh Al-Hafizh

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (10/346). Atas dasar ini, tidak ada keterangan hari tertentu dari

Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang shahih untuk memotong kuku. Semakin sering seseorang

membersihkannya, itulah yang utama.

Mencuci Ujung Jemari Setelahnya

Demikian pula halnya dengan mencuci ujung jemari setelah memotong kuku, tidak ada

keterangan yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Hanya saja sebagian ulama’

menyarankan bagi orang yang telah memotong kuku agar membilasnya dengan air. Dengan

alasan bahwa seseorang yang memotong kukunya kemudian menggaruk badannya dengan kuku

tersebut sebelum dicuci dapat berakibat tidak baik. Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan,

“Dan disukai mencuci ujung jemari setelah memotong kuku. Karena ada yang mengatakan,

bahwa menggaruk badan dengan kuku (yang baru dipotong) sebelum di cuci, dapat berdampak

negatif. ” (Al-Mughni 1/100) Asy-Syaikh Abu Hasyim rahimahullah mengomentari pendapat di

Page 2: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

atas, “Mungkin saja hal itu berdasarkan pengalaman yang mereka alami. ” (Syarhu Khishalil

Fithrah hal. 10)

Tata caranya

Diutamakan mendahulukan tangan atau kakinya yang kanan. ‘Aisyah radliyallahu ‘anha

mengabarkan,

(( ))

“Dahulu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam senang mendahulukan sisi yang kanan dalam

memakai sandal, bersisir, bersuci, dan dalam semua urusannya (yang baik). ” (HR. Al-Bukhari

dan Muslim)

Adapun perincian yang disebutkan sebagian ulama’, bahwa ketika memotong kuku dimulai dari

jari kelingking sebelah kanan, jari tengah, ibu jari, jari manis, kemudian jari telunjuk. Setelah itu

ibu jari sebelah kiri, jari tengah, kelingking, telunjuk, kemudian jari manis. Atau, dimulai dari

jari telunjuk sebelah kanan, lalu jari tengah, jari manis, kelingking, kemudian ibu jari. Setelah itu

kelingking sebelah kiri, jari manis, sampai terakhir. (lihat Al-Mughni 1/100 dan Al-Minhaj

3/149) Semua itu tidak ada keterangannya dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Al-Hafizh

Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, “Dan tidak ada satu pun hadits yang shahih tentang urutan

jemari ketika memotong kuku. ” (Fathul Bari 10/345) Begitu pula tidak ada keterangan yang

shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tentang mendahulukan tangan sebelum kaki. Ibnu

Daqiqil ‘Ied rahimahullah mengatakan, “Orang-orang yang berpendapat sunnahnya

mendahulukan tangan atas kaki ketika memotong (kuku) butuh (mendatangkan) dalil (untuk

menguatkan pendapatnya tersebut, pen). Karena hadits-hadits yang ada tidak menunjukkan hal

itu. ” (Fathul Bari 10/345)

Sebagai kesimpulan, Al-Imam Syamsuddin As-Sakhawi rahimahullah mengatakan, “Tidak ada

(hadits yang shahih) tentang tata cara memotong kuku atau penentuan harinya dari Nabi

Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. ” (Al-Maqashidul Hasanah hal. 489)

Berwudhu Setelahnya Al-Imam Mujahid, Al-Hakam bin ‘Utbah, dan Hammad rahimahumullah

berkata, “Barangsiapa memotong kukunya atau memendekkan kumisnya maka wajib atasnya

berwudhu’. ” (Fathul Bari 1/281) Pendapat mereka ini dikomentari oleh Ibnu Qudamah

rahimahullah, kata beliau, “Pendapat mayoritas ulama’ menyelisihi mereka. Dan kami tidak

mengetahui mereka memiliki hujjah (dalil) atas pendapatnya itu. Wallahu subhanahu wa ta’ala

a’lam. ” (Al-Mughni 1/227)

Memendam Potongan Kuku

Sebagian ulama salaf, seperti Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma, Muhammad bin Sirin,

Ahmad bin Hanbal d, dan selain mereka menyukai memendam potongan kuku atau rambut.

Muhannan rahimahullah berkata, “Aku bertanya kepada Ahmad bin Hanbal rahimahullah

tentang seseorang yang memotong rambut dan kukunya, apakah (potongan rambut dan kukunya

itu) dipendam ataukah dibuang begitu saja?” beliau menjawab, “Dipendam”, aku bertanya lagi,

Page 3: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

“Apakah sampai kepadamu dalil tentang hal ini?” Imam Ahmad menjawab, “Ibnu ‘Umar

memendamnya. ”

Oleh karena itu, boleh bagi seseorang memendam potongan rambut dan kuku-kukunya, terlebih

jika dikhawatirkan akan dijadikan permainan oleh para tukang sihir. Dengan catatan jangan

sampai meyakininya sebagai sunnah, karena tidak ada dalil yang shahih tentang hal itu. Dalam

memotong kuku boleh meminta bantuan orang lain. Terlebih, bila seseorang tidak bisa

memotong kuku kanannya dengan baik. Karena kebanyakan orang tidak dapat menggunakan

tangan kirinya dengan baik untuk memotong kuku, sehingga lebih utama baginya meminta orang

lain melakukannya agar tidak melukai dan menyakiti tangannya. (Tharhut Tatsrïb fï Syarhit

Taqrïb 1/243)

MEMENDEKKAN KUMIS Kata asy-syarib (kumis) dalam bahasa arab artinya adalah rambut

yang tumbuh di bibir bagian atas. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan

umatnya agar memotong kumis dan tidak membiarkannya terus tumbuh hingga menutupi kedua

bibir. Beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

(( ))

“Pendekkanlah kumis dan biarkanlah jenggot. ” (HR. Muslim no. 623 dari shahabat Abdullah bin

Umar radliyallahu ‘anhuma)

Di antara tujuan memendekkan kumis adalah membedakan diri dengan orang-orang musyrik,

dari kalangan Majusi dan selain mereka. Karena kebiasaan mereka adalah memotong jenggot

dan membiarkan kumis panjang melebihi ukuran semestinya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa

Sallam bersabda:

((

))

“Selisihilah kaum musyrikin, pendekkanlah kumis dan biarkanlah jenggot. ” (HR. Muslim no.

259) dalam hadits Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dengan lafazh:

(( ))

“Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot, selisihilah orang-orang Majusi. ” (HR. Muslim no.

602) Bahkan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mengancam keras orang-orang yang tidak

mau memendekkan kumisnya, kata beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam:

(( ))

“Barangsiapa yang tidak memotong (memendekkan) kumisnya, maka ia bukan dari golongan

kami. ” (Shahih At-Tirmidzi no. 2922 dari shahabat Zaid bin Arqam radliyallahu ‘anhu) Atas

dasar ini, memendekkan kumis hukumnya adalah wajib. Sehingga tidak boleh bagi seseorang

membiarkan kumisnya panjang melebihi kadar yang telah ditetapkan. Wallahu a’lam

Tata caranya

Dari dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa cara yang afdhal dan sempurna adalah dengan

memendekkannya bukan mencukur habis sampai ke pangkalnya. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi

wa Sallam bersabda, “Termasuk dari fithrah adalah memotong kumis. ” (HR. Al-Bukhari, dari

Page 4: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

shahabat Ibnu ‘Umar radliyallahu ‘anhuma) Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan,

“Batasannya adalah memotongnya sampai terlihat tepi bibir dan tidak mencukurnya sampai

dasar. ” Adapun cara memotongnya yang utama adalah dimulai dari sisi sebelah kanan

sebagaimana hadits ‘Aisyah radliyallahu ‘anha yang telah lalu, kata beliau radliyallahu ‘anha,

“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam senang mendahulukan sisi yang kanan dalam semua hal

(yang baik). ” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dan untuk memotong kumis ini boleh meminta bantuan orang lain. Al-Imam An-Nawawi

rahimahullah mengatakan, “Disukai (ketika memendekkan kumis) mendahulukan sisinya yang

kanan. Dan ia boleh memilih, memotong sendiri atau meminta bantuan orang lain. ” (Al-Minhaj

3/149)

Waktunya Batas maksimal memotong kumis adalah empat puluh hari sebagaimana hadits Anas

bin Malik radliyallahu ‘anhu yang telah lalu, “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam

memberikan waktu kepada kami untuk memendekkan kumis, memotong kuku, mencukur rambut

kemaluan, dan mencabut bulu ketiak, agar tidak membiarkannya lebih dari empat puluh hari. ”

(HR. Muslim no. 258 dan An-Nasa’i no. 14)

Sebagai seorang muslim hendaknya kita selalu memperhatikan bimbingan Islam yang

disampaikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam di atas terkait dengan kebersihan jasmani.

Kapan saja kita dapati salah satu dari lima perkara tersebut telah melebihi kadarnya hendaklah

dibersihkan (dipotong, dicabut, dicukur) selama tidak dilakukan pada waktu-waktu terlarang.

Diantara waktu yang dilarang bagi seseorang untuk melaksanakan salah satu dari lima

kebersihan jasmani di atas adalah ketika masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah bagi

seseorang yang hendak berkurban. Dari Ummu Salamah radliyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah

Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

(( ))

“Apabila telah masuk sepuluh (hari pertama bulan Dzulhijjah) dan ada diantara kalian yang

hendak berkurban, maka janganlah sedikit pun ia menyentuh (mencabut) rambutnya atau

(mengambil) kulitnya. ” (HR. Muslim no. 5232) dalam riwayat lain, “Janganlah sekali-kali ia

mengambil rambutnya atau memotong kukunya. ” Al-Imam An-Nawawi rahimahullah

menjelaskan, “Yang dimaksud larangan mengambil kuku dan rambut adalah menghilangkan

kuku, baik dengan cara memotong, mematahkan, atau (dengan cara) lainnya. Sedangkan

larangan menghilangkan rambut adalah dengan mencukur, memendekkan, mencabut, membakar,

menggunakan obat perontok, atau selainnya. Larangan tersebut berlaku untuk bulu ketiak, kumis,

bulu kemaluan, dan seluruh rambut yang tumbuh di badan. ” (Al-Minhaj 6/472) Wallähu

Subhänahu wa Ta’älä A’lamu bish Shawäb. Ini yang bisa kami suguhkan pada kesempatan kali

ini, semoga tulisan ringkas ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan segenap pihak yang ikut

serta menyebarkannya. Ämïn yä Robbal ‘älamïn…

www. buletin-alilmu. com/?p=485 sumber: www. darussalaf. or. id, penulis: Buletin Islam Al-

Ilmu

Page 5: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

1. Anjuran memotong kuku

Kuku yang dicipta oleh Allah swt mempunyai peranan dan kepentingannya kepada manusia.

Dalam Islam, kuku berperanan dalam beberapa hukum yang tidak seharusnya diabaikan oleh

umat Islam. Walaupun dilihat seolah-olah perkara kecil, kadang-kadang ia menjadi perkara

besar. Contohnya ketika seseorang masih dalam ihram haji atau umrah didenda membayar dam

kerana memotong kuku. Demikian juga kuku boleh menyebabkan tidak sah wuduk atau mandi

junub, jika air tidak atau terhalang sampai ke kuku.

Hukum dan Hikmat Memotong Kuku

Memotong kuku termasuk dalam amalan sunat. Hal ini disebut dalam hadis iaitu daripada

Saidatina Aisyah yang maksudnya “Sepuluh perkara yang dikira sebagai fitrah (sunnah) iaitu

memotong misai, memelihara janggut, bersugi, memasukkan air ke dalam hidung, memotong

kuku, membasuh sendi-sendi, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu ari-ari, bersuci dengan air

(beristinjak). Berkata Zakaria “Aku lupa yang ke-10 kecuali berkumur” (riwayat Muslim)

Memotong kuku adalah sunat bagi lelaki dan perempuan sama ada kuku kaki atau tangan.

Adapun hikmat daripada pensyariatan memotong kuku adalah menghilangkan kekotoran yang

melekat atau berkumpul di celahnya. Kotoran itu jika tidak dibersihkan akan dan boleh

menghalang air ketika bersuci. Selain itu, jika kuku dibiarkan panjang segala kekotoran atau najis

akan terlekat padanya dan nescaya ia menjejaskan kesihatan.

Cara dan benda untuk memotong kuku.

Sunat memotong kuku bermula daripada tangan kanan, kemudian tangan kiri, memotong kuku

kaki kanan,kemudian kaki kiri. Menurut Imam Nawawi, sunat memotong kuku bermula dari jari

tangan kanan keseluruhannya dari jari telunjuk hingga ke jari kelingking dan diikuti ibu jari.

Kemudian tangan kiri bermula dari jari kelingking hingga ibu jari. Sementara kuku kaki pula

bermula dari kaki kanan daripada jari kelingking hingga ibu jari. Kemudian kaki kiri daripada ibu

jari hingga kelingkiing.

Harus seseorang memotong menggunakan gunting, pisau atau benda khas seperti alat

pemotong kuku supaya tidak memudaratkan kuku atau jarinya. Selesai memotong kuku

segeralah membasuh tangan dengan air. Ada riwayat mengatakan bahawa makruh memotong

kuku dengan menggunakan gigi kerana boleh mewarisi penyakit kusta.

Waktu Memotong Kuku

Islam juga mengambil kira waktu memotong kuku yang tidak tertakluk kepada panjang kuku

tersebut. Kuku harus dipotong pada bila-bila masa. Walau bagaimanapun, jangan membiarkan

kuku tidak dipotong melebihi 40 hari. Hal ini diriwayatkan daripada Anas bin Malik yang

bermaksud “Sudah ditentukan waktu bagi kami memotong misaim, memotong kuku, mencabut

Page 6: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

bulu ketiak dan mencukur bulu ari-ari agar kami tidak membiarkannya lebih daripada 40

malam”. (riwayat Muslim)

Menurut Imam Syafie dan ulamaknya, sunat memotong kuku sebelum mengerjakan solat

Jumaat seperti disunatkan mandi, bersugi, berharuman, berpakaian kemas sebelum ke masjid.

Diriwayatkan daripada Abu Said al-Khudri dan Abu Hurairah katanya, Rasulullah saw bersabda

yang bermaksud “Sesiapa yang mandi pada hari Jumaat, bersugi, berwangian jika memilikinya

dan memakai pakaian yang terbaik, kemudian keluar rumah hingga sampai ke masjid, dia tidak

melangkahi orang yang bersaf, kemudian mengerjalan solat sunat, dia diam ketika imam keluar

(berkhutbah) dan tidak berkata apa-apa hinga selesai solat, maka jadilah penebus dosa antara

Jumaat itu dengan Jumaat sebelumnya” (Riwayat Ahmad).

Daripada Abu Hurairah maksudnya “Nabi saw memotong kuku dan menggunting misaim pada

hari Jumaat sebelum baginda keluar untuk solat” (Riwayat al-Bazzar dan al-Tabrani). Sementara

itu, menurut Ibnu Hajar, sunat memotong kuku pada Khamis, pagi Jumaat atau Isnin.

Menanam Potongan Kuku

Islam sangat perihatin terhadap memuliakan anak Adam, termasuklah anggota badanya. Kuku

yang dipotong, sunat ditanam dalam tanah sebagai tanda hormat kerana ia adalah anggota

manusia.

Memotong Kuku Ketika Haid, Nifas dan Junub

Kitan al-Ihya’ ada menyatakan bahawa jika seseorang dalam keadaan junub atau berhadas

besar, jangan memotong rambut, kuku atau mengeluarkan darah atau memotong sesuatu yang

jelas daripada badannya sebelum mandi junub. Ini kerana potongan itu akan kembali kepadanya

dengan keadaan junub.

Memanjangkan Kuku

Tabiat memanjangkan kuku bertentangan dengan sunnah Rasulullah saw yang menggalakkan

supaya memotong kuku. Jika dibiarkan kuku panjang, nescaya banyak perkara yang

membabitkan hukum seperti wuduk, mandi wajib dan sebagainya. Selain itu, antara perkara

sunat dilakukan kepada orang sakit atau nazak adalah mengelokkan diri iaitu dengan memotong

kuku, misaim, mencabut bulu ketiak, cukur bulu ari-ari, bersugi, mandi, berwangian dan

memakai pakaian bersih.

Page 7: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

"Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan wanita yang meminta disambungkan

rambutnya." (Muttafaqun Alaih) » hair extension ini!

gunisnaeni 25/Jan/2013 06:02:30 PM PST

"Allah melaknat wanita yg membuat tato (pada kulitnya) dan wanita yang meminta dibuatkan

tato, yang mencukur alisnya dan...»

gunisnaeni 25/Jan/2013 06:03:30 PM PST

»...wanita yang meminta direnggangkan giginya untuk mempercantik diri, yang mereka semua

merubah ciptaan Allah." (Muttafaqun Alaih)

gunisnaeni 25/Jan/2013 06:03:50 PM PST

"Setiap wanita mana saja yang memakai wangi-wangian lalu dia berjalan melewati suatu kaum

supaya mereka mencium bau wanginya itu,...»

gunisnaeni 25/Jan/2013 06:06:29 PM PST

»...berarti dia telah berzina." (HR. Ahmad, An Nasa'i, Abu Dawud, At Tirmidzi) #parfum

gunisnaeni 25/Jan/2013 06:06:42 PM PST

"Ketahuilah, parfum pria adalah yang tercium dan tidak tampak warnanya...»

gunisnaeni 25/Jan/2013 06:08:48 PM PST

»...Sedangkan parfum wanita adalah yg tampak warnanya & tdk tercium aromanya." (HR. Abu

Dawud dan Ahmad) #parfum

gunisnaeni 25/Jan/2013 06:09:03 PM PST

"Seandainya aku seorang wanita, niscaya aku akan merubah kukumu dg daun pacar." (HR. Abu

Dawud dan An Nasa'i) *boleh pake pacar, bukan kutek

gunisnaeni 25/Jan/2013 06:11:45 PM PST

Page 8: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

"Dua golongan ahli neraka yg belum saya lihat: kaum yang di tangannya cemeti laksana ekor

sapi yg dg itu mereka mencambut umat manusia..»

gunisnaeni 25/Jan/2013 06:15:01 PM PST

»..dan perempuan2 yg berbaju namun telanjang, yg berjalan dg congkak dan berlenggak lenggok,

kepalanya seperti punuk unta yg bergerak2...»

gunisnaeni 25/Jan/2013 06:15:49 PM PST

»..Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium baunya, padahal bau surga tercium dr jarak

sekian dan sekian." (HR. Muslim, dll

Cara Berhias yang Islami

“Yanti subhanallah, mau pesta kemana?” Tatap seorang temannya tak berkedip pada Yanti yang

berdandan tebal bak artis. Yanti menjawab, “Kamu berlebihan deh. Yanti mau ikut pengajian

bareng temen-temen, jadi harus bersih & rapi. Kebersihan itu kan sebagian dari iman. Berangkat

dulu ya. Assalaamu’alaykum…”

Setelah Yanti pergi, ada suara heboh Riri yang hendak pergi juga. “Duh Riri tetangga kamarku

yang baru pulang dari kampus. Kucel amat. Lho… lho… Ini mo pergi lagi ya, gak mau bersihin

wajah & rapiin bajumu dulu?” Riri menjawab, “Nanti menyebar fitnah lho. Wanita itu kan ujian

bagi laki-laki. Riri berangkat ta’lim ya. Assalaamu’alaykum…”

Sepenggal kisah di atas banyak kita jumpai dlm kehidupan kita sehari-hari. Banyak sekali wanita

berhias di luar rumahnya dgn alasan kerapian & kebersihan, sementara di sisi lain banyak juga

yang sama sekali tak memperhatikan penampilannya dgn alasan menjaga kehormatan muslimah.

Tahukah saudariku bahwa Islam memiliki tuntunan dlm berhias? Dalam kitab Shahih Bukhari

disebutkan sebuah hadits shahih dari Ibnu Mas’ud radhiyallhu ‘anhu, bahwa Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Sesungguhnya Allah itu indah & mencintai keindahan.”

Dan dlm sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Al Handhalliyah disebutkan bahwa Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika mereka hendak

mendatangi saudara mereka,

Page 9: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

“Kalian akan mendatangi saudara-saudara kalian. Karenanya perbaikilah kendaraan kalian, &

pakailah pakaian yang bagus sehingga kalian menjadi seperti tahi lalat di tengah-tengah umat

manusia. Sesungguhnya Allah tak menyukai sesuatu yang buruk.” (HR. Abu Dawud & Hakim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkategorikan kondisi & pakaian yang tak

bagus sebagai suatu hal yang buruk. Semuanya itu termasuk hal yang dibenci oleh Islam. Islam

mengajak kaum muslimin secara keseluruhan utk selalu berpenampilan bagus. Bertolak dari hal

itu, seorang muslimah tak boleh mengabaikan dirinya & bersikap tak acuh terhadap penampilan

yang rapi & bersih, terlebih lagi jika sudah membina rumah tangga. Hendaknya ia senantiasa

berpenampilan yang baik dgn tak berlebih-lebihan.

Muslimah yang cerdas akan senantiasa menyelaraskan antara lahir & batin. Perhatiannya pada

penampilan yang baik bersumber dari pemahaman yang baik pula terhadap agamanya. Karena

penampilan yang rapi & bersih merupakan hal yang mulia.

Lalu, bagaimanakah tuntunan Islam dlm berhias?

Kebersihan badan adalah kuncinya. Sudah seharusnya seorang wanita menjaga kebersihan

badannya dgn mandi. Dari Abu Hurairah radhiyallau ‘anhu, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,

“Dari Abi Rofi’, ia berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam

berkeliling mengunjungi beberap istrinya (untuk menunaian hajatnya), maka beliau mandi

setiap keluar dari rumah istri-istrinya. Maka Abu Rofi’ bertanya, ‘Ya, Rasulullah, tidakkah

mandi sekali saja?’ Maka jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ini lebih suci & lebih

bersih.’” (Ibnu Majah & Abu Daud, derajat haditsnya hasan)

Mandi dapat menghilangkan kotoran sehingga menjauhkan seorang muslimah dari penyakit &

menjaga agar badannya tak bau. Sehingga ia pun akan menjadi dekat dgn orang-orang di

sekitarnya.

Hendaklah seorang wanita juga menjaga hal-hal yang termasuk fitrah yaitu memotong kuku &

memelihara kebersihannya agar tak panjang atau kotor. Kuku yang panjang akan tampak buruk

dipandang, menyebabkan menumpuknya kotoran di bawah kuku & mengurangi kegesitan

pemiliknya dlm bekerja.

Hal lain yang termasuk fitrah adalah mencabut bulu ketiak & mencukur bulu kemaluan. Hal ini

sangat dianjurkan dlm Islam, selain dapat menjaga kebersihan & keindahan tubuh seorang

muslimah. Oleh karenanya, seorang muslimah hendaknya tak membiarkannya lebih dari 40

hari.Dari Abu Hurairah radhiyallau ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda,

“Lima hal yang termasuk fitrah (kesucian): mencukur bulu kemaluan, khitan, menipiskan kumis,

mencabut bulu ketiak & memotong kuku.” (HR. Bukhari Muslim)

Perhatikanlah mulut karena dengannya engkau berdzikir & berbicara kepada manusia.

Wanita muslimah hendaknya selalu menjaga kebersihan mulutnya dgn cara membersihkan

giginya dgn siwak atau sikat gigi & alat pembersih lain jika tak ada siwak. Bersiwak dianjurkan

Page 10: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

dlm setiap keadaan & lebih ditekankan lagi ketika hendak berwudhu’, akan shalat, akan

membaca Al Qur’an, masuk ke dlm rumah & bangun malam ketika hendak shalat tahajjud.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Seandainya tak memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan kepada mereka utk

bersiwak setiap kali akan shalat.” (HR. Bukhari & Muslim)

Selain itu, hendaknya seorang muslimah menjaga mulutnya dari bau yang tak sedap.

“Barangsiapa yang makan bawang merah & bawang putih serta kucai, maka janganlah dia

mendekati masjid kami.” (HR. Muslim)

Karena bau yang tak sedap mengganggu malaikat & orang-orang yang hadir di dlm masjid serta

mengurangi konsentrasi dlm berdzkikir. Maka hendaknya seorang muslimah juga menjaga bau

mulutnya di mana pun ia berada.

Rawatlah keindahan mahkotamu. Sudah seharusnya seorang muslimah menjaga keindahan

rambutnya karena rambut merupakan mahkota seorang wanita. Dan hendaknya dia menjaga

kebersihan, menyisir, merapikan & memperindah bentuknya.

“Barangsiapa yang memiliki rambut maka hendaklah dia memuliakannya.” (HR. Abu Dawud)

Kebersihan pakaian tak pantas diabaikan. Islam menyukai orang yang menjaga kebersihan

pakaiannya & tak menyukai orang yang berpakaian kotor padahal ia mampu mencuci &

membersihkannya. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah

mengunjungi kami, lalu beliau melihat seorang laki-laki yang mengenakan pakaian kotor, maka

beliau pun bersabda,

“Orang ini tak mempunyai sabun yang dapat digunakan utk mencuci pakaiannya.” (HR. Imam

Ahmad & Nasa’i).

Jika petunjuk nabi ini ditujukan pada laki-laki, maka terlebih lagi pada wanita karena ia

memegang peranan penting dlm rumah tangganya.

Perbaikilah penampilan Hendaklah seorang muslimah memperbaiki penampilannya utk

menampakkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya.

“Sesungguhnya Allah senang melihat tanda nikmat yang diberikan kepada hamba-hambaNya.”

(HR. Tirmidzi & Hakim)

Seorang muslimah diperbolehkan utk menghiasi dirinya dgn hal-hal yang mubah misalnya

mengenakan sutra & emas, mutiara & berbagai jenis batu permata, celak, menggunakan inai

(pacar) pada kuku & menyemir rambut yang beruban, menggunakan kosmetik alami atau

kosmetik yang tak mengandung zat berbahaya dgn tak berlebihan. Dan tentu saja berhias di sini

bukanlah dgn maksud mempercantik diri di hadapan lelaki yang bukan mahramnya.

Hal yang dapat membantu memperbaiki penampilan seorang muslimah adalah memakan

makanan yang bergizi serta tak berlebih-lebihan dlm makan & minum.

“Makan & minumlah, & janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tak menyukai orang-

orang yang berlebih-lebihan.” (Qs. Al A’raf: 31)

Page 11: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

Selain itu juga rajin berolahraga dapat bermanfaat utk menjaga stamina & keindahan tubuh serta

mempercantik kulit seorang muslimah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan

teladan yang baik dlm hal ini, beliau pernah mengajak ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha utk lomba lari

(HR. Abu Daud, Nasa’i & Thabrani)

Janganlah tabarruj Berhias bagi wanita ada 3 macam, yaitu berhias utk suami, berhias di depan

wanita & lelaki mahram (orang yang haram dinikahi), & berhias di depan lelaki bukan mahram.

Berhias utk suami hukumnya dianjurkan & tak memiliki batasan. Berhias di hadapan wanita &

lelaki mahram dibolehkan tetapi dgn batasan tak menampakkan aurat & boleh menampakkan

perhiasan yang melekat pada selain aurat. Di mana aurat wanita bagi wanita lain adalah mulai

pusar hingga lutut[*] sedangkan aurat wanita di hadapan lelaki mahram adalah seluruh tubuh

kecuali muka, kepala, leher, kedua tangan & kedua kaki. Berhias di depan lelaki bukan mahram

hukumnya haram & inilah yang disebut dgn tabarruj.

Demikianlah pendapat banyak ulama. Namun menurut Syaikh Al Albani, pendapat ini tak ada

dalilnya, sehingga aurat di depan wanita sama dgn aurat di hadapan mahram.

Jauhilah cara berhias yang dilarang oleh Islam.

Tidak diperbolehkan utk berhias dgn cara yang dilarang oleh Islam, yaitu:

Memotong rambut di atas pundak karena menyerupai laki-laki, kecuali dlm kondisi

darurat. “Aku terbebas dari wanita yang menggundul rambut kepalanya, berteriak dgn

suara keras & merobek-robek pakaiannya (ketika mendapat musibah).” (HR. Muslim)

Menyambung rambut. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat wanita yang

menyambung rambutnya dgn rambut lain & wanita yang meminta agar rambutnya

disambung.” (HR. Bukhari Muslim)

Menghilangkan sebagian atau seluruh alis. Tertera dlm Shahih Muslim bahwa Ibnu

Mas’ud radhiyallau ‘anhu berkata, “Allah melaknat wanita yang mentato bagian-bagian

dari tubuh & wanita yang meminta utk ditato, wanita yang mencukur seluruh atau

sebagian alisnya & wanita yang meminta utk dicukur alisnya, & wanita yang mengikir

sela-sela gigi depannya utk kecantikan, yang merubah ciptaan Allah ‘Azza wa Jalla.”

Mengikir sela-sela gigi, yaitu mengikir sela-sela gigi dgn alat kikir sehingga membentuk

sedikit kerenggangan utk tujuan mempercantik diri.

Mentatto bagian tubuhnya.

Menyemir rambut dgn warna hitam.

“Pada akhir zaman akan ada suatu kaum yang mewarnai (rambutnya) dgn warna hitam seperti

dada burung merpati, mereka tak akan mencium baunya surga.” (Shahih Jami’ush Shaghir no.

8153)

Berhati-hati dlm memilih cara berhias. Sesungguhnya cara berhias sangatlah banyak &

beragam. Hendaknya seorang muslimah berhati-hati dlm memilih cara berhias, di antaranya

adalah sebagai berikut:

Page 12: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf

Tidak boleh menyerupai laki-laki. “Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

melaknat seorang wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Abu Daud)

Tidak boleh menyerupai orang kafir. “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia

termasuk mereka.” (HR. Ahmad & Abu Daud)

Tidak boleh berbentuk permanen sehingga tak hilang seumur hidup misalnya tatto & tak

mengubah ciptaan Allah misalnya operasi plastik. Hal ini disebabkan termasuk hasutan

setan sebagaimana diceritakan oleh Allah, “Dan akan aku suruh mereka merubah ciptaan

Allah & mereka pun benar-benar melakukannya.” (Qs. An Nisa: 119)

Tidak berbahaya bagi tubuh.

Tidak menghalangi air utk bersuci ke kulit atau rambut.

Tidak mengandung pemborosan atau membuang-buang uang.

Tidak membuang-buang waktu sehingga kewajiban lain terlalaikan.

Penggunaannya jangan sampai membuat wanita sombong, takabur, membanggakan diri

& tinggi hati di hadapan orang lain.

Wanita santun lebih baik daripada wanita pesolek. Kita tahu banyak wanita yang berdandan

secara berlebihan & bepergian keluar rumah tanpa mengenal batas waktu dgn mengatasnamakan

‘Inilah rupa kemajuan & modernitas’.

Sesungguhnya kemajuan & modernitas bukanlah dgn menentang perintah & larangan Allah.

Ketahuilah Allah Maha Tahu apa yang baik & buruk utk hambaNya. Mengikuti kemajuan adalah

mengambil hal-hal bermanfaat yang dapat memajukan umat & membantu kita utk hidup lebih

baik. Dan kita harus memandangnya dari kaca mata kebenaran. Kita mengambil hal-hal yang

sesuai tuntunan Islam & meninggalkan hal-hal yang bertentangan dgn Islam.

Jauhilah berhias yang dilarang oleh syari’at, wahai saudariku. Sungguh wanita yang keluar

rumah dgn penampilan yang berlebihan sebenarnya dia melemparkan dirinya ke dlm api neraka.

Sedangkan wanita yang menghiasi jiwanya dgn kesantunan & berhias sesuai tuntunan Islam

adalah wanita yang menempatkan dirinya pada tempat yang mulia.

Maraji’:

Indahnya Berhias (Muhammad bin Abdul Aziz al Musnid)

Sentuhan Nilai Kefikihan utk Wanita Beriman (Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Bin Abdullah al

Fauzan)

Jati Diri Wanita Muslimah (Dr. Muhammad Ali al Hasyimi), Ensiklopedi Wanita Muslimah

(Haya binti Mubarok al Barik)

Al Wajiz (‘Abdul ‘Azhim bin Badawi al Khalafi)

Kenikmatan yang Membawa Bencana (Jamal bin Abdurrahman bin Ismail)

40 Hadits tentang Wanita beserta Syarahnya (Manshur bin Hasan al Abdullah)

Manajemen Wanita Sholehah (Khalid Mustafa)

Note: Baca juga: Etika Berhias, karya Amru Abdul Mun’im Salim terbitan at Tibyan.

Penyusun: Ummu ‘Abdirrahman Muroja’ah: Ustadz Abu Salman & Ustadz Aris Munandar.

sumber: www.muslimah.or.id

Page 13: Memotong Kuku dan Memendekkan Kumis adalah Bagian dari Sunnah Rasulullah.pdf