memilih material di bidang arsitektur - unud

31
MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR \ Ni Made Mitha Mahastuti NIP.1985070620140922001 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2016

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR

\

Ni Made Mitha Mahastuti

NIP.1985070620140922001

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2016

Page 2: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan

Yang Maha Esa) karena berkatnyalah, tulisan ini dapat diselesaikan.

Tulisan memilih Material di Bidang Arsitektur ini disusun sebagai bagian dari

tugas-tugas selaku dosen, yang mesti mencari sesuatu agar dapat menunjang kegiatan,

dan untuk menambah wawasan materi perkuliahan khususnya, dan bermanfaat sebagai

pengetahuan yang menyangkut arsitektur pada umumnya.

Untuk mengerjakan tulisan ini, banyak foto-foto, kliping dan sebagainya, maupun

diskusi, wawancara dan lainnya. Tak kalah juga pentingnya adalah dorongan semangat,

bimbingan, masukan-masukan pemikiran dan sebagainya, yang semuanya memberi

kontribusi positif bagi penulis.

Ucapan terima kasih disampaikan untuk semua pihak yang telah berperan seperti

tersebut diatas, terutama Ibu Prof. Dr. Ir. Anak Agung Ayu Oka Saraswati, MT ( Ketua

Jurusan Arsitektur FT UNUD ) yang menugaskan membuat tulisan ini. Selain dari pada

itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak lainya yang telah

membantu memperkaya materi, baik melalui literatur, maupun wawancara.

Harapan penulis, semoga materi sederhana ini dapat mencapai tujuannya yaitu

memperkaya materi perkuliahan khususnya, dan pengetahuan arsitektur pada umumnya.

Denpasar, Juli, 2016

Penulis

Ni Made Mitha Mahastuti

NIP.1985070620140922001

Page 3: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

ABSTRAK

Desain arsitektur dibuat untuk memenuhi salah satu kebutuhan hidup manusia,

ketika mendesain, tidak hanya diperlukan gambar yang bagus. Tetapi harus

diperhitungkan material yang harus dipilih untuk di gunakan.

Di satu sisi, material bangunan sangat banyak jenisnya dan perkembangannya

sangat pesat. Arsitek mesti mengikuti perkembangan tersebut. Dilain pihak, pemilik yang

akan menggunakan dan membiayai bangunan, mempunyai keterbatasan atau kendala.

Diperlukan pertimbangan untuk menentukan pilihan.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut tidak hanya menyangkut aspek teknis, tetapi

juga non teknis, ini dilakukan karena, karya arsitektur selain harus kuat dan indah (dari

segi teknis), tetapi juga memiliki kepuasan jiwa berdasarkan keyakinan tertentu.

Oleh karena itu arsitek sebagai perancang, harus melakukan pertimbangan-

perhitungan secara komprohensifagar serta menjalin komunikasi yang baik dengan

pemilik bangunan. Bersamaan dengan itu, arsitek juga harus terus menerus

memperhatikan perkembangan yang pesat di bidang (munculnya) jenis-jenis material

terkini.

Kata kunci : arsitektur – bangunan - material

Page 4: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................iii

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2. Maksud dan Tujuan.............................................................................................1

1.2. Identifikasi .........................................................................................................2

1.3. Metode Penulisan ................................................................................................3

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1. Jenis Material Bangunan ....................................................................................4

2.2. Persyaratan Arsitektur .........................................................................................8

2.3. Faktor yang Berpengaruh ...................................................................................14

III. MELAKUKAN PEMILIHAN

3.1. Dasar-dasar Pertimbangan ................................................................................18

3.2. Kendala yang Mungkin Dihadapi .....................................................................21

3.3. Menentukan Pilihan ...........................................................................................23

IV. PENUTUP

4.1. Simpulan ............................................................................................................25

4.2. Saran ...................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

1

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Melakukan pemilihan untuk penggunaan material di bidang arsitekttur,

merupakan hal penting dan tidak mudah. Meskipun desain sudah bagus, tetapi jika

material tidak tepat, maka hasilnya akan tidak sesuai harapan. Masalahnya, bentuk saja

belum cukup. Bentuk yang sudah tercipta dengan baik, perlu disertai dengan penggunaan

material yang tepat. Sebab, tanpa material yang sesuai, bisa jadi bentuk yang tadinya

sudah bagus atau indah, berubah menjadi kacau atau tidak serasi atau bisa juga “merusak

pemandangan”.

Selanjutnya perkembangan teknologi yang terus menerus mengalami percepatan,

juga menghasilkan berbagai produk material bangunan. Keanekaragaman produk itu

disertai dengan promosi yang gencar dari penjual, seringkali menimbukan kebingungan,

khususnya di pihak konsumen (masyarakat). Kebingungan ini muncul bukan karena

produk yang bermutu rendah, atau desain yang jelek; tetapi justru karena sangat banyak

yang bagus. Jadi konsumen dihadapkan pada pilihan yang sama-sama menggiurkan.

Selain dari pada itu, khususnya di Bali dan lebih khusus lagi bagi pemeluk agama

Hindu, seringkali juga mengalami pemikiran ekstra hati-hati, apabila akan memilih

material bangunan terutama yang terkait dengan keyakinan keagamaan. Baik untuk

bangunan tempat suci (parhyangan), bangunan tempat tinggal (pawongan), serta

bangunan untuk fasilitas umum (palemahan). Hal-hal semacam itulah yang melatar

belakangi timbulnya keinginan untuk menampilkan topik tentang bagaimana memilih

material bangunan.

2. Maksud dan Tujuan

Bagi penulis, kajian atau tinjauan yang disusun menjadi tulisan ini memiliki

maksud dan tujuan untuk selalu mendapatkan hal-hal yang bersifat analitis/kritis di dalam

setiap langkah untuk pengambilan keputusan. Termasuk memilih material bangunan

tentunya. Hal ini perlu, mengingat sering kali terjadi tindakan-tindakan atau langkah-

langkah atau pemikiran-pemikiran dari kalangan akademis (termasuk penulis sendiri)

yang barangkali dalam keadaan tertentu, seolah-olah melakukan atau mencetuskan

Page 6: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

2

pernyataan yang terkesan kurang sistematis dan analitis. Jadi upaya ini sebagai alat untuk

introspeksi, bersamaan dengan mencoba menemukan hal-hal baru yang dibawa oleh arus

teknologi yang deras.

1.3 Identifikasi

Mengangkat material bangunan sebagai topik, sebelumnya dapat diidentifikasikan

beberapa permasalahan :

a. Material-material alami memiliki keterbatasan, baik ketersediaan pada

sumbernya maupun keanekaragamannya.

b. Semakin beragamnya jenis material bangunan, terutama material yang

dihasilkan oleh industri besar (produk teknologi), menimbulkan

“kebingungan” pihak konsumen (masyarakat).

c. Perilaku masyarakat yang cenderung membeli asal murah (bagi kelas

menengah ke bawah). Sebaliknya, masyarakat dari golongan menengah ke

atas, cenderung membeli atau mempergunakan material yang asal mahal.

Semua itu belum menjamin tampilnya sosok bangunan yang estetis.

d. Promosi atau cara memperkenalkan produk material bangunan pada umumnya

dilakukan dengan pemaparan yang tidak berimbang oleh-oleh pihak produsen

(penjual). Jarang terjadi suatu presentasi yang bersedia mengakui kelemahan

atau keterbatasan produknya.

e. Seringkali juga terjadi bahwa material-material bangunan yang sudah

terpasang, kemudian dibongkar lagi, karena ternyata hasil yang diinginkan

tidak tercapai. Ini akan menimbulkan kerugian, baik menyangkut biaya,

waktu, dan juga sangat penting adalah kerugian psikologis. Misalnya

menurunnya rasa percaya diri, adanya rasa malu, kecewa dan sebagainya.

f. Para pekerja (tukang) memerlukan adaptasi terhadap setiap bangunan baru,

sehingga memerlukan waktu ekstra dan kemampuan khusus untuk

mengerjakannya.

Page 7: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

3

1.4 Metode Penulisan

Tulisan ini disusun dengan lebih banyak mengacu kepada kepustakaan (literatur).

Terutama yang sangat terkait dengan bahasan tentang material bangunan. Sumber lainnya

adalah materi yang menyangkut perihal desain, khususnya estetika visual (arsitektur, seni

rupa atau sejenis dengan itu). Sedangkan mengenai permasalahan yang menjadi obyek

pengamatan, dilihat pada gejala-gejala atau kejadian-kejadian yang sering bisa diamati di

masyarakat. Misalnya di toko material bangunan, di lokasi pembangunan (proyek)

ataupun pada pekerjaan yang bersifat perencanaan suatu desain arsitektur.

Page 8: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

4

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Jenis Material Bangunan

Untuk memudahkan dalam membedakan jenis material bangunan, material

bangunan yang akan dibahas pada tulisan ini dibedakan menjadi dua yaitu jenis menurut

terjadinya dan menurut penggunaannya.

2.2.1 Menurut Terjadinya

a. Material Alami

Material ini terjadi dengan sendirinya langsung dari alam dalam bentuk yang asli.

Dipergunakan sebagai material bangunan tanpa mengubah fisiknya, hanya saja dalam

penempatannya pada bangunan, memerlukan penyesuaian seperti, ukuran bentuk maupun

warna dan sebagainya. Material alami memberikan kesan yang akrab, sejuk dan

bersahaja, sebagaimana seringkali dapat terlihat pada wujud arsitektur tradisional suatu

daerah (Bali, Jawa, Toraja dan sebagainya). Pada arsitektur modern, penggunaan material

alami semakin banyak dilakukan, dalam arti tidak hanya volumenya yang banyak tetapi

juga pada keaneka ragaman penempatan. Di bangunan rumah tinggal, perkantoran,

tempat-tempat rekreasi, hotel-hotel dan sebagainya, dapat dilihat dengan mudah begitu

banyaknya material alami dipergunakan. Baik sebagai jalan setapak, pagar pembatas,

pinggiran kolam renang, sampai kemudian masuk ke dalam ruangan (lantai, dinding, atau

aksesoris lainnya).

Contoh-contoh yang paling jelas adalah batu-batuan, kayu, bambu, material-

material dari tanah, dan sebagainya.

b. Material Buatan

Jenis ini merupakan produk yang dibuat dengan diolah terlebih dahulu, dan setelah

menjadi material, tidak dapat dikenali lagi material baku aslinnya. Terlebih-lebih dengan

perkembangan teknologi yang sangat pesat, produk-produk tersebut dapat dibuat dalam

berbagai bentuk, corak, dan warna. Seringkali pula produk tersebut dapat dibuat dengan

meniru atau merupakan imitasi dari material alami. Material buatan sudah ada sejak lama,

terutama dipergunakan sebagai hiasan atau dekorasi, atau sebagai alat bantu lainnya.

Page 9: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

5

Contoh adalah keramik, kunci-kunci pintu, kaca, berbagai jenis logam, plastik dan

lain sebagainya.

2.2.2 Menurut Penggunaannya

Penggolongan material bangunan menurut penggunaannya dapat dilihat dari

berbagai segi. Misalnya digolongkan atas fungsinya pada bangunan. Material dapat

berfungsi sebagai struktur atau dapat juga berfungsi sebagai dekorasi saja, tanpa

menentukan kekuatan bangunan.

Ada juga digolongkan atas cara memberlakukannya pada pengerjaan bangunan.

Misalnya dicampur dengan material-material lain, atau perlu penyesuaian temperatur

(panas, dingin) dan sebagainya. Penggolongan yang lain adalah dalam hal penggunaan

material untuk keperluan di luar gedung (alam terbuka) dan di dalam gedung (relatif

terlindung).

Bagi masyarakat kebanyakan, penggolongan ini lebih dirasakan keberadaanya.

Material-material yang dipergunakan di ruang terbuka menghadapi tantangan yang

berbeda dibandingkan dengan material untuk didalam gedung. Tantangan tersebut

khususnya menyangkut cuaca; kekuatan dan cara perawatan untuk mempertahankan

keberadaanya.

Material-material yang sering ditimpa sinar matahari; dan sekaligus menerima

curah hujan pada musimnya; menuntut ketahanan terhadap cuaca. Demikian pula

material-material yang difungsikan untuk menerima beban berat, menuntut kekuatan yang

sesuai; serta untuk mempertahankan dalam waktu lama, itu memerlukan perawatan yang

teratur (diawetkan,dilapisi,dibersihkan, dan sebagainya).

2.2.3 Menurut Sifatnya

Material bangunan menurut sifatnya dapat dibedakan atas dua golongan sifat yaitu

sifat-sifat fisik dan sifat-sifat kimiawi.

a. Sifat fisik

Sifat fisik adalah keadaan yang terkandung pada suatu material, menyangkut

kekuatannya terhadap beban-beban yang dipikul (gaya yang dipikul). Ada material

Page 10: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

6

yang kuat terhadap gaya tekan, demikian pula ada yang kuat menghadapi gaya tarik,

lentur dan sebagainya.

Baik material alami, maupun material buatan, mereka sama-sama memiliki sifat

serupa itu. Batu alam, beton, besi, kayu dan sebagainya sama-sama lebih tahan

mengahdapi gaya tekan dibandingkan material lainnya seperti kawat/kabel baja,

bambu, kayu, atau lainnya yang lebih tahan terhadap gaya tarik. Sifat fisik tidak dapat

ditambahkan begitu saja pada material untuk meningkatkan kekuatannya. Mereka

memiliki ukuran kekuatan yang khas dan tertentu. Seperti material kayu dan bambu.

Gambar 2.1: Material Kayu & Bambu

Page 11: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

7

b. Sifat Kimiawi

Sifat kimiawi adalah sifat material sehubungan dengan kelakuan material tersebut

terhadap reaksi-reaksi kimi. Ada material yang mudah berkarat (korosif), ada material

yang bisa meleleh atau hancur apabila disentuh atau dikenakan cairan tertentu, atau

ada pula yang hanya sekedar berubah warna.

Material-material dari logam yang tidak anti karat, memerlukan perhatian lebh,

terutama untuk daerah dekat pantai, atau di alam terbuka. Demikian pula cairan-

cairan (pembersih, pencampur, atau cairan kimia lainnya) sangat mudah

menghancurkan atau merusak material lain. Misalnya cairan pembersih keramik bisa

menghancurkan marmer sebagai salah satu contoh. Biasanya sifat-sifat kimia yang

sangat sensitive dimiliki oleh produk-produk industri (pabrik). Dapat dilihat pada

kemasan produk tersebut; bagaimana sifat dan bagaimana cara menggunakannya

dengan benar untuk mendapat hasil yang baik tanpa merusak yang tidak diinginkan.

Seperti contohnya material marmer dan besi.

Gambar 2.2: Material Marmer & Besi

Page 12: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

8

2.2 Persyaratan Arsitektur

Suatu karya arsitektur dikatakan berhasil apabila memenuhi 3 aspek yaitu : fungsi

struktur, estetika atau dalam istilah populer : kegunaan, kekuatan, dan keindahan. Dengan

adanya 3 persyaratan tersebut, berarti bahwa material-material bangunan yang dipilih

atau dipergunakan pada perwujudan arsitektur, harus memenuhi dan mendukung syarat-

syarat yang dimaksud.

2.2.1 Fungsi

Fungsi yang paling mudah dikenali pada arsitektur adalah fungsi dalam arti “guna”

(peruntukan), untuk apa wujud itu diadakan. Misalnya tempat pendidikan, tempat

pertemuan, peribadatan, rekreasi dan sebagainya. Terkait dengan fungsi ini, tuntunan

wadah yang direncanakan adalah mengikuti konsep perencanaan, untuk selanjutnya

sampai pada kesan yang diinginkan. Material-material bangunan memiliki karakter

sendiri-sendiri yang keberadaannya dapat dimanfaatkan untuk menampilkan kesan

tersebut. Misalnya : formal, akrab, lembut, keras dan sebagainya.

Gambar 2.3: Monas, Jakarta

Page 13: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

9

2.2.2 Struktur

Perwujudan gedung-gedung bertingkat, berbeda dengan pembangunan menara,

atau berbeda dengan cara membuat jembatan, dalam hal pemilihan sistem strukturnya.

Dengan demikian material yang akan dipergunakan memerlukan pertimbangan sesuai

dengan konsep desain yang berbeda-beda itu.

Dalam hal teknik (arsitektur), struktur yang dimaksud adalah kesatuan elemen-

elemen pembentuk yang berfungsi atau merupakan kekuatan utama berdirinya bangunan.

Dengan penekanan pada segi kekuatan ini, maka material-material yang dipergunakan

sesuai pula dengan tuntutan kekuatan itu. Hal tersebut memerlukan perhatian lebih pada

sifat fisik material. Jenis-jenis struktur (sistem struktur) banyak macamnya, yang

penentuanya memerlukan berbagai pertimbangan tersendiri.

2.2.3 Estetika

Secara umum, estetika berarti keindahan. Atau sesuatu yang menimbulkan kesan

kenikmatan visual dalam desain arsitektur. Dalam hal estetika ini, dikenal dengan adanya

kaidah-kaidah estetika, yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan lainnya;

menghasilkan tampilan yang estetik, yang dalam skala besar memberikan rasa kagum,

takjub dan respek. Dalam ukuran yang sederhana, estetika sudah dapat dikatakan berhasil,

apabila kesan yang ditampilkan tidak mengundang “komentar kontroversial”, melainkan

mampu menyenangkan bagi masyarakat luas. Diantara sejumlah kriteria untuk mengukur

estetika, yang paling erat dengan penggunaan material adalah harmoni, kontras,

keseimbangan, dan irama.

Gambar 2.4: Menara Eiffel, Paris, Perancis

Page 14: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

10

a. Harmoni

Harmoni atau keselarasan adalah keadaan dimana beberapa elemen desain

menghasilkan perpaduan yang saling menambah keindahan. Bentuk, tekstur dan warna

adalah beberapa elemen yang sangat berperan untuk itu. Harmoni terjadi dengan

adanya kedekatan atau kesesuaian antara bentuk-bentuk yang satu dengan yang

lainnya. Bentuk-bentuk yang tegas, baku dan patah-patah akan memancarkan harmoni

apabila disertai garis-garis lurus, tegas dan siku-siku. Sebaiknya akan terjadi kesan

tidak harmoni, jika bentu-bentuk yang kaku dan tegas berdampingan dengan yang

lengkung, lembut dan juga lingkaran. Harmoni akan lebih jelas lagi terlihat melalui

perpaduan warna. Sudah dirasakan secara umum bahwa warna merah dengan hijau

adalah dua warna yang tidak harmoni; karena posisinya di lingkaran warna adalah

berseberangan. Demikian pula biru dengan jingga, kuning dengan ungu, tidak akan

menghasilkan harmoni.

Sedangkan atau sebaliknya, harmoni akan terwujud apabila warna-warna yang ada

merupakan warna yang “bertetangga” pada lingkaran warna. Misalnya kuning dengan

jingga, coklat dengan cream dan sebagainya.

Contoh gambar harmoni:

Gambar 2.4 : Villa di Bali

Page 15: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

11

b. Kontras

Secara umum suasana kontras berkonotasi negatif. Kebanyakan pandangan

menganggap bahwa kontras adalah keadaan yang sangat bertentangan, berlawanan

atau merusak pemandangan. Kontras menyebabkan suatu komposisi menjadi

terganggu, rusak, dan tidak indah. Tampilan yang kontras seringkali dianggap

“norak”,mengada ada atau sensasional; sehingga menimbulkan tanggapan yang tidak

menguntungkan atau reaksi yang minus. Keadaan serupa itu bisa saja terjadi; untuk

beberapa atau banyak kasus.

Namun sesungguhnya kontras adalah sebuah potensi estetis. Masalahnya adalah

bagaimana mengelola kontras menjadi penentu untuk sebuah tampilan, khususnya

pada desain arsitektur. Untuk itu, pada kaidah-kaidah desain ada beberapa cara untuk

menerapkan kontras. Misalnya untuk menjadi “focal point” (titik pusat perhatian)

pengikat sejumlah elemen “monotone”, akhir dari sebuah “squence” dan sebagainya.

Kontras bisa terwujud dengan pemilihan warna, bentuk, tekstur, skala dan sebagainya.

Gambar 2.5 : Sydney Opera House di Australia

Page 16: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

12

c. Keseimbangan

Keseimbangan desain arsitektur merupakan suatu keadaan, dimana suatu tampilan,

atau sebuah komposisi memberikan kesan yang kompak, saling mengisi atau

melengkapi, sehingga memberikan kesan visual yang mantap (tidak berat sebelah);

memiliki poros yang kuat. Keseimbangan yang paling mudah ditampilkan adalah

keseimbangan simetri (serba sama). Keadaan ini bisa timbul; baik karena bentuk,

warna atau elemen-elemen lain, yang disusun sama persis sekitar sumbu (poros)

komposisi tersebut.

Keseimbangan simetri terkesan statis dan formal, sehingga dengan demikian adalah

memang pantas diterapkan pada fungsi-fungsi yang formal khususnya pada bagian

“façade” (tampak depan); kantor pemerintah, tempat ibadah dan sebagainya.

Keseimbangan yang lain adalah keseimbangan a-simetri. Elemen-elemen komposisi

ini susunannya tidak serba sama, poros pengikatnya tidak kasat mata, tetapi dapat

dirasakan adanya. Kedudukan poros (titik berat) tidak mutlak ditengah-tengah,

melainkan sesuai dengan kemajemukan elemen; dan terasa memiliki kedudukan yang

kuat untuk mengikat elemen-elemen disekitarnya. Keseimbangan ini memberikan

kesan dinamis, informal dan menggairahkan. Sesuai diterapkan untuk desain-desain

yang mengutamakan suasana santai; rekreatif dan lepas dari ikatan yang kaku.

Gambar 2.6 : Gedung Sate di Bandung

Page 17: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

13

d. Irama

Sama dengan irama pada seni suara yang timbul karena permainan nada; irama pada

desain arsitektur terwujud dengan adanya permaianan elemen desain. Garis, bidang,

bentuk, warna, tekstur yang disusun dengan tatanan tertentu akan menghasilkan desain

yang estetis. Susunan itu terjadi, tergantung dari banyak sedikitnya elemen yang

membentuk komposisi, atau besar kecilnya cakupan desain. Iramapun memiliki

karakter atau kesan, seperti monotone, dinamis, lembut, tegas dan sebagainya.

Penerapan salah satu dari padanya, tergantung pada tujuan perancangan (fungsi).

Apabila desain mengutamakan atau merupakan wadah aktivitas yang bersifat formal,

maka irama yang statis sesuai untuk itu. Sedangkan untuk wadah yang menampung

kegiatan rekreatif, irama yang diterapkan adalah irama dinamis.

Gambar 2.7 : Masjid Istiqlal, Jakarta

Page 18: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

14

2.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemilihan material bahan bangunan dalam

penulisan ini dibedakan menjadi dua yaitu faktor non teknis dan teknis.

2.3.3 Non-Teknis

Faktor non teknis yang dihadapi dalam hal memilih material bangunan; misalnya

adalah sosial-budaya, atau bahkan sosial politik. Faktor sosial budaya umpamanya

tentang keyakinan masyarakat terhadap boleh tidaknya mempergunakan suatu material

untuk bangunan tertentu. Ini terkait dengan tradisi, kepercayaan atau aturan tidak tertulis

yang masih ditaati oleh masyarakat. Misalnya di Bali. Bangunan tempat suci

(parahyangan) memiliki ketentuan untuk mempergunakan kayu, atau material lain,

sesuai dengan peruntukannya. Ketentuan itu masih ditaati tidak hanya untuk bangunan

parahyangan untuk masyarakat luas (desa, kelompok kekerabatan, atau bahkan jagat);

tetapi juga untuk bangunan parahyangan di lingkungan rumah masing-masing.

Aturan itu antara lain terdapat dalam lontar asta kosala-kosali, yang merupakan

seluk beluk tentang bangunan (arsitektur), termasuk fungsi, bentuk, ukuran, material dan

syarat-syarat lainnya. Faktor lainnya adalah faktor sosial ekonomi. Dalam hal ini,

memilih material ditentukan oleh keadaan ekonomi atau pertimbangan-pertimbangan

ekonomis. Misalnya kemampuan orang untuk membeli material, rencana penggunaan

bangunan (untuk dipakai sendiri, disewakan, dijual dan sebagainya) rencana umur

bangunan (sementara, permanen dan sebagainya).

Hal-hal itu memerlukan pertimbangan yang matang sehingga biaya yang

dikeluarkan untuk membangun (membeli material bangunan) tidak sia-sia, dan sesuai

dengan kemampuan. Dalam keadaan anggaran yang terbatas, prioritas yang lebih penting

adalah kekuatan dan keawetan, terutama material-material untuk struktur bangunan,

karena struktur sangat tidak mungkin dirubah secala berkala. Sedangkan material-

material untuk non struktur seperti diniding pemisah, material pelapis, dekorasi dan lain

sebagainya, bisa dipilih kemudian. Fsktor lain yang berpengaruh juga faktor sosial-

politik. Dalam hal ini, istilah yang tepat barangkali adalah “policy” pemerintah mungkin

saja menentukan kebijakan-kebijakan (langsung atau tidak) berhubungan dengan material

bangunan. Misalnya larangan membuat kapur dari karang laut.

Page 19: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

15

Di suatu daerah yang tidak punya sumber alam sejenis kapur, tidak akan membuat

spesi dengan kapur. Penggunaan semen menjadi meningkat. Demikian pula dengan

halnya pasir, batu-batuan atau material-material yang tergolong galian C. Apabila lokasi

panggilan dianggap merusak kesimbangan alam, atau karena pertimbangan lain, bisa saja

material-material itu tidak akan ada lagi, sehingga perlu alternatif. Tidak berbeda pula

halnya dengan material bangunan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (kayu, bambu,

rotan, alang-alang, ijuk, dan sebagainya). Sangat mungkin juga, pemerintah menerapkan

aturan-aturan tertentu (mulai dari pembatasan sampai pelarangan) untuk menggunakan

material-material jenis tersebut, tergantung pada situasi yang dihadapi.

2.3.4 Teknis

Pemilihan material bangunan secara teknis dapat dirasakan lebih nyata. Seperti

kecocokan antara material dengan kedudukannya pada bangunan; seperti material atap,

tembok, tiang dan sebagainya; yang paling penting disini adalah teknis (cara)

pengerjaanya. Material yang bagus, mahal dan kuat tidak akan menghasilkan bangunan

sebaik yang diinginkan, apabila teknis pengerjaanya tidak benar atau tidak tepat.

Pengerjaan yang benar dan tepat harus didukung oleh tenaga dan alat kerja yang sesuai.

Gambar 2.8 : Bangunan Pura dengan Meru di Bali

Page 20: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

16

Misalnya di suatu lokasi; untuk memasang atap alang-alang yang dianggap akan

bagus jadinya; setelah melihat bangunan sejenis di tempat lain yang bagus. Sedangkan di

tempat yang direncanakan ini tidak terdapat tenaga tukang dengan keahlian memasang

atap alang-alang, maka bangunan bangunan tidak akan selesai. Demikian pula untuk

material lain; seperti ijuk, dinding marmer, batu paras dan terlebih-lebih untuk material

kelengkapan sanitasi dengan teknologi modern (kloset, shower, urinoir, dan sebagainya).

Gambar 2.9 : Gotong Royong Masyarakat Bali

Page 21: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

17

Di lain pihak, apabila tenaga tersedia, tetapi alat pendukung tidak ada, maka

bangunan tidak akan terwujud. Misalnya memasang kontruksi baja. Pekerjaan ini selain

memerlukan tenaga khusus, juga memerlukan alat bantu untuk menyambung besi.

Misalnya untuk mengelas. Dilokasi yang tidak terjangkau listrik, akan memerlukan alat

pembangkit listrik untuk pengelasan.

Gambar 2.10 : Pemasangan Kontruksi Baja

Page 22: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

18

III. MELAKUKAN PEMILIHAN

3.1 Dasar-dasar Pertimbangan

Dalam memilih material bangunan yang tepat, dibutuhkan wawasan dan

pengetahuan yang cukup agar tidak salah dalam menempatkan material bangunan sesuai

peruntukannya.

3.1.1 Jenis Material di Bidang Arsitektur

Dengan adanya material bangunan yang beraneka ragam (menurut terjadinya,

menurut penggunaannya, dan menurut sifatnya), maka ada beberapa hal yang bisa

dipertimbangkan. Salah satunya adalah karakter tampilan yang diinginkan. Apabila

diinginkan karakter alami, akrab dan “cozy”, maka material yang cocok adalah material-

material alami (batu-batuan, kayu, bambu dan sebagainya).

Sebaliknya apabila diperlukan tampilan yang lux, mewah dan glamour, maka

lebih banyak dibutuhkan material-material eks-industri, dan bukan alami. Misalnya

berjenis-jenis kaca, lampu kristal (hiasan) berbagai logam mutu tinggi, serta aneka

macam warna buatan dan sebagainya.

Selain dari pada itu, hal yang perlu diperhitungkan adalah di bagian mana

material itu akan dipasang. Untuk elemen-elemen yang berada di luar gedung (alam

terbuka) perlu mempergunakan material-material tahan cuaca dan awet. Baik yang alami,

maupun buatan. Sudah banyak material buatan yang tahan terhadap cuaca. Perkembangan

berbagai aspek kehidupan dengan tuntutan yang terus berkembang, melahirkan berbagai

produk sesuai dengan tuntutan itu. Misalnya cat untuk dinding luar, kolam renang, jalan

setapak, pagar dan sebagainya.

Untuk elemen-elemen arsitektur yang terlindung dari cuaca luar, lebih sedikit

memerlukan pertimbangan. Hal ini disebabkan karena di dalam ruangan yang terlindung,

maka tantangan yang dihadapi lebih sedikit, terutama hujan, angin dan sinar matahari.

Namun demikian bagian-bagian yang memerlukan terang alami sebaliknya, harus

memenuhi tuntutan itu. Artinya di bagian dalam suatu bangunan, tetap memperhatikan

cuaca.

Jenis material bangunan yang akan dipilih perlu juga diketahui peranya pada

bagian mana akan ditempatkan (dipasang). Material-material yang berfungsi untuk

Page 23: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

19

struktur/kontruksi harus diketahui sifat-sifatnya. Misalnya material yang akan berfungsi

untuk memikul beban gaya tekan, maka perlu dipilih material yang tepat untuk itu.

Demikian pula untuk fungsi yang lain. Sebagaimana terlihat dari bentuknya material-

material sejenis kabel, baja, kayu dan sebagainya adalah cocok untuk menahan gaya

tarik. Demikianlah, maka sifat material perlu dipertimbangkan untuk mendukung

kekuatan suatu gedung (desain arsitektur).

3.1.2 Persyaratan Arsitektur

Material untuk memperkuat tampilan arsitektur, selain menurut fungsi dan

struktur seperti tersebut di atas, adalah pertimbangan dari segi estetika. Dalam arti luas

estetika tidak hanya keindahan visual, tetapi lebih dari pada itu adalah indah dalam

pandangan dan pantas sesuai dengan konsep perancangannya. Material-material harga

mahal hampir pasti bagus dan berkualitas. Tetapi tidak mudah menempatkannya untuk

mencapai estetika. Sebaliknya material-material dengan harga murah belum tentu tidak

berhasil mewujudkan estetika.

Hal itu disebabkan karena estetika tidak ditentukan oleh “harga” suatu material,

melainkan kaidah-kaidah estetika itu sendiri, seperti : proporsi (proportion),

keseimbangan (balance), keserasian (harmony), kesatuan (unity), irama (rythym) dan

sebagainya. Jadi tidak ada aspek harga untuk menentukan estetika. Terlebih-lebih

masalah harga adalah masalah yang mengikuti hukum ekonomi, makin tinggi permintaan,

sedangkan penawaran terbatas, maka harga akan mahal dan demikian sebaliknya.

Sangat mungkin suatu material yang mula-mula berharga murah, karena setelah

ditempatkan secara tepat di bidang arsitektur, mampu tampil estetis; harga akan

meningkat. Contoh untuk itu adalah bangunan-bangunan lokal, khususnya di Bali.

Banyak arsitek yang berhasil mengangkat citra dan harga-harga material alami yang

tadinya murah setelah dipergunakan untuk bangunan misalnya : batu-batuan, jenis-jenis

kayu, alang-alang bahkan tanah (yang kemudian dengan dikenal Paras Taro).

Begitu pula batu andesit (batu lahar Gunung Agung, yang juga disebut batu tabas)

dengan warna hitam; meskipun permukaanya kasar, tetapi karena dipergunakan pada

desain yang terencana; akhirnya mampu tampil dengan nilai estetika yang tinggi.

Page 24: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

20

Kebanyakan dipergunakan pada bangunan-bangunan tempat suci (Hindu); dan banyak

ditiru untuk fasilitas pariwisata (elemen lanscape, gerbang, papan nama dan sebagainya).

3.1.3 Pertimbangan Non Teknis

Memilih material kadang-kadang ditentukan juga oleh faktor non teknis. Yang

paling jelas adalah bagi masyarakat yang memiliki tradisi dan keyakinan yang kuat dalam

pandangan hidup. Suatu material yang secara teknis sebenarnya bisa dipergunakan, tetapi

ada keyakinan atau kepercayaan yang tidak mengijinkan penggunaannya. Misalnya ijuk

sebagai material atap rumah di Bali. Atau di suatu desa tidak diperkenankan

menggunakan bata merah.

Faktor non teknis bisa juga datang dari pemerintah (aturan formal), terutama

kalau tingkat kesadaran masyarakat belum sepenuhnya memadai. Terumbu karang; (Bali;

karang tombong) disukai orang untuk bangunan, terutama bangunan suci, karena selain

kuat dan awet; warna putihnya memberikan karakter kuat. Namun karena terumbu karang

merupakan bagian dari ekosistem di laut, maka untuk menjaga keseimbangan ekosistem

itu, pemerintah melarang untuk mengambil (mengganggu) karang tombong tersebut.

3.1.4 Pertimbangan Teknis

Material yang akan dipergunakan, secara teknis mutlak perlu pertimbangan.

Kekuatan-kekuatan dan sifat-sifat material sangat menentukan. Memilih material untuk

tiang bangunan atau bagian-bagian yang menjadi pendukung utama (struktur) diutamakan

kekuatannya. Dan secara teknis (ilmiah) dapat dipertanggung jawabkan. Demikian pula

bagian-bagian bangunan yang seringkali lembab/basah, atau seringkali panas akibat

tuntutan fugsi, memerlukan pertimbangan daya tahan kimiawi (keawetan). Namun tidak

dapat juga dilupakan faktor teknis pekerjaan terutama daya dukung kemampuan tenaga

kerja. Banyak produk baru yang masih asing bagi tenaga kerja.

Mereka perlu bimbingan untuk memulai pengerjaannya. Dan itu membutuhkan

waktu. Apabila demikian akan terkait juga masalah biaya (hari kerja). Produk-produk ini

biasanya menyangkut kelengkapan bangunan berupa elemen utilitas (sanitasi dan

kelistrikan : seperti kloset, urinoir, instalasi air panas, air conditioner dan sebagainya.

Page 25: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

21

3.2 Kendala yang mungkin dihadapi

Keberhasilan suatu desain arsitektur dalam hubungannya dengan pemilihan

material sangat erat. Desain yang telah terencana dengan baik didukung dengan

penggunaan material yang tepat atau tampil dengan kritik yang minimal.

Dalam memilih material bangunan, meskipun sudah memerlukan pertimbangan-

pertimbangan seperti tersebut diatas (II.I), seringkali masih ada kendala seperti :

1. Visualisasi Lingkungan

Di lokasi yang akan dibangun sudah terlebih dahulu ada bangunan-bangunan yang

beraneka ragam. Penataan lingkungan tidak tertangani dengan baik. Infrastruktur disana

seperti kabel-kabel telepon, jaringan listrik dan sebagainya sangat tidak teratur. Dalam

keadaan demikian tidak mudah memasukan suatu desain arsitektur untuk tampil bagus.

Termasuk tidak mudah menentukan pilihan material bangunan; karena di sekitarnya tidak

ada keserasian dan keterpaduan.

Gambar 3.1 : Sebuah Bangunan di Kota Denpasar

Page 26: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

22

2. Ketepatan Ukuran

Banyak material bangunan yang ukurannya tidak tepat satu sama lain bahkan untuk jenis

dan merk yang sama. Keramik 30 x 30 tidak selalu persis, dan kadang-kadang tidak siku-

siku. Terlebih-lebih apabila akan dikombinasikan dengan jenis dan ukuran yang lain,

meskipun merupakan kelipatannya. Misalnya 10 x 20, 15 x 20 dan sebagainya.

Pertemuan atau perpaduannya seringkali merusak pola estetis yang direncanakan. Belum

lagi keterpaduanya dengan material lain. Misalnya jenis-jenis kayu lapis, batu bata, loster

atau material lainnya. Memperhatikan material-material tersebut dalam suatu rancangan

sangat diperlukan.

3. Selera

Satu hal yang sering kali menjadi kendala dalam memilih material adalah selera. Faktor

ini lebih banyak bersifat suka dan tidak suka, tanpa argumentasi yang komprehensif.

Tingkat sosial-ekonomi, tingkat intelektualitas serta wawasan pemilik bangunan, acapkali

merupakan tantangan bagi arsitek untuk menentukan pilihan. Di kalangan masyarakat

yang secara ekonomis berkecukupan, tanpa didukung wawasan yang luas, ada

kecenderungan memilih material yang asal glamour, mahal dan produk mutahir. Mereka

tidak memikirkan bagaimana dan kapan itu bisa dipasang, yang penting mewah. Hal ini

bertambah parah apabila pemilik bangunan terdiri dari lebih satu orang. Misalnya ayah,

istri dan anak yang saling berbeda selera.

Dalam keadaan demikian arsitek (perancang) memerlukan waktu cukup lama

sampai pada kesimpulan untuk menentukan pilihan. Arsitek bertanggung jawab terhadap

keberhasilan atau kegagagalan desainnya, dan untuk itu dituntut untuk memberikan

penjelasan dengan argumentasi yang bisa diterima, sesuai dengan karakteristik pemilik

bangunan. Bagaimana arsitek menjelaskan bahwa memilih material tidak dapat dilakukan

begitu saja. Ada kaidah-kaidah arsitektur yang menjadi acuan dan sifat-sifat khas suatu

material yang perlu disesuaikan dengan tuntunan desain. Yang paling mendasar

sebetulnya adalah konsep yang melandasi diwujudkannya desain itu.

Page 27: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

23

3.3 Menentukan Pilihan

Untuk sampai pada langkah menetukan pilihan, diperlukan suatu proses

berpikir,dalam hal ini perancang arsitektur ,proses tersebut adalah proses kreatif, berpikir

sambil berimprovisasi,sambil mencari kemungkinan-kemungkinan baru dengan tujuan

menghasilkan suatu tampilan desain yang dapat bertahan lama. Apabila tidak demikian

maka pemilik bangunan akan segera keluar biaya lagi untuk mengganti material

bangunnya yang ketinggalan jaman.

Berdasarkan tujuan dan isi yang sudah ditampilkan di depan hal tadi, maka

beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memilih material adalah sebagai berikut:

Konsistensi terhadap konsep perancangan.

Memperhatikan rencana penempatan material( ruang dalam,ruang luar dan

sebagainya).

Gambar 3.2 : Sebuah Bangunan di Kawasan Kuta

Page 28: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

24

Mengingat sifat-sifat material dan memilihnya sesuai dengan peranannya pada

bangunan (struktur, dekorasi, pelengkap dan sebagainya).

Aspek-aspek estetika diperhatikan sekali pada rancangan. Apabila sudah

terpikirkan, maka memilih material bangunan menjadi lebih mudah. Yang paling

penting adalah bahwa estetika tidak mutlak menuntut material atau produk yang

mahal.

Menanyakan pemilik adalah suatu kepercayaan atau norma-norma setempat

tentang anjuran atau larangan yang berlaku di daerah bersangkutan.

Mentaati dan memperhatikan peraturan pemerintah yang terkait dengan material

bangunan.

Memperhatikan kondisi lingkungan, dimana desain akan diwujudkan. Ini

dimaksudkan supaya desain itu mampu memberi tambah pada lingkungan itu, dan

bukan sebaliknya menurunkan kualitas.

Menyesuaikan pilihan material dengan kemampuan tenanga kerja yang ada, serta

alat-alat kerja yang mendukung. Apabila tidak, hasilnya akan mengecewakan.

Mengantisipasi berbagai kemungkinan kendala, misalnya keseragaman ukuran

(dimensi) material, perlu meneliti seberapa jauh ketidakseragamannya, supaya

pada waktu memasangnya tercapai harmoni dan perpaduan (unity).

Tidak mudah memenuhi selera pemilik. Perlu diskusi dan argumentasi, supaya

konsep perancangan arsitek bisa bertemu dengan selera pemilik. Akan lebih baik

apabila pemilik bersikap transparan atas selera pribadinya sehingga arsitek dapat

lebih mudah menanggapinya.

Page 29: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

25

IV. PENUTUP

4.1 Simpulan

1) Memilih material bangunan adalah tugas arsitek, serta koordinasi dengan pemilik.

2) Material bangunan memiliki karakteristik yang berbeda-beda untuk menggunakannya

memerlukan pertimbangan –pertimbangan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor non teknis

dan teknis.

3) Produk-produk material bangunan, meskipun dan industri besar, masih memiliki kendala

yaitu ketidakakuratan presisi ini menyebabkan pengerjaan/penggunaannya pada

bangunan memerlukan kerja tammaterial untuk menyeleksi, atau menyesuaikannya

dengan material lain.

4) Faktor subyektif berupa selera konsumen , perlu dicarikan solusi dengan cara diskusi dan

pemaparan argumentasi sesuai dengan tingkat/wawasan konsumen tersebut.

5) Harga suatu material bangunan, bukanlah ukuran yang dominan untuk mencapai

keberhasilan desain yang paling menentukan adalah konsep perancangan.

4.2 Saran-saran

1) Arsitek hendaknya tidak menyerahkan pemilihan material bangunan kepada konsumen

sepenuhnya.

2) Arsitek perlu mengetahui tentang norma-norma setempat atau peraturan resmi tentang

penggunaan material bangunan.

3) Arsitek dituntut untuk mengikuti perkambangan produk-produk baru (material bangunan)

dengan segala spesifikasi.

4) Arsitek perlu juga menggali kemungkinan- kemungkinan penggunaan material alami

yang mampu memperkaya khasanah arsitektur. Mentaati rambu-rambu yang ada.

Demikian pula kombinasi antara material alami dengan material produk industri, perlu

dicoba sebagai langkah-langkah kreatif.

5) Konsumen hendaknya berterus terang kepada pernacang (arsitek). Sehingga dapat

mempertajam pilihan, sesuai dengan keinginan konsumen, dan tidak meleset dari kaidah-

kaidah arsitektur.

Page 30: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

26

6) Semua pihak hendaknya mendorong ditemukannya material –material baru yang lebih

berkualitas, lebih tahan dan lebih murah sehingga arsitektur bisa terwujud dengan kreasi-

kreasi yang mampu menjawab tantangan jaman.

Page 31: MEMILIH MATERIAL DI BIDANG ARSITEKTUR - UNUD

27

DAFTAR PUSTAKA

Erick, Heinz; Ir, 1977 : ILMU KONTRUKSI KAYU; Yayasan Kanisius,

Semarang.

Gelebet, I Nyoman, Ir, 1981/1982 : ARSITEKTUR TRADISIONAL DAERAH BALI;

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Proyek

Inverentasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Handler Benyamin, 1977 : PENDEKATAN SISTEM MENUJU

ARSITEKTUR (terjemahan H.K. Ishar);

Universitas Katolik Parahyangan; Bandung.

H.K. Ishar, 1992 : PEDOMAN UMUM MERANCANG

BANGUNAN; PT. Gramedia Pustaka Utama;

Jakarta.

Mangunwijaya, Y.B.Dipl.Ing, 1980 :DASAR-DASAR PENGHANTAR FISIKA

BANGUNAN; PT. Gramedia Jakarta; 1980

Orr, Frank, 1987 : SKALA DALAM ARSITEKTUR; (Terjemahan

Aris K. Onggodiputra); Abdi Widya, Bandung.

Soetiadji, Setyo, Ir., 1986 : ANATOMI ESTETIKA; Penerbit Djambatan;

Jakarta.