membran elektrolit polistirena tersulfonasi … · saja ataupun tio 2 /ps. akan tetapi, dssc yang...
TRANSCRIPT
MEMBRAN ELEKTROLIT POLISTIRENA TERSULFONASI
UNTUK APLIKASI DYE-SENSITIZED SOLAR CELL
DENGAN PEWARNA ACID BLUE 80
NAZMU SYAKIB
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Membran Elektrolit
Polistirena Tersulfonasi untuk Aplikasi Dye-sensitized Solar Cell dengan Pewarna
Acid Blue 80 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Nazmu Syakib
NIM G44120078
ABSTRAK
NAZMU SYAKIB. Membran Elektrolit Polistirena Tersulfonasi untuk Aplikasi
Dye-sensitized Solar Cell dengan Pewarna Acid Blue 80. Dibimbing oleh SRI
MULIJANI dan ARMI WULANAWATI
Polimer membran elektrolit adalah polimer yang mampu menghantarkan
elektron karena memiliki gugus elektrofilik atau hidrofilik, seperti gugus sulfonat.
Polistirena tersulfonasi (PSS) disintesis dari polistirena (PS) yang direaksikan
dengan asam sulfat berasap selama + 2 jam. Derajat sulfonasi (DS) yang
didapatkan adalah 31.41% dan produk ini dicirikan dengan fourier transform-
infrared menunjukkan serapan dari gugus sulfonat pada 1070.40, 1122.57, dan
1277.5 cm-1
. Pewarna yang digunakan penelitian ini adalah acid blue 80 (AB80)
yang dikonfirmasi dengan spektrum UV-Vis, menunjukkan serapan maksimum
pada panjang gelombang 581.6 dan 625.6 nm. Semikonduktor yang digunakan
dalam penelitian adalah titanium dioksida (TiO2) Hasil efisiensi dye-sensitized
solar cell (DSSC) rangkaian adalah TiO2 0.06%, TiO2/PS 0.01%, dan TiO2/PSS
0.11%. PSS berpotensi untuk dijadikan membran elektrolit pada DSSC dengan
meningkatnya efisiensi dibandingkan TiO2 saja ataupun TiO2/PS. Akan tetapi,
DSSC yang dihasilkan masih memperlihatkan kinerja yang rendah (< 1%).
Kata kunci: acid blue 80, DSSC, membran elektrolit, polistirena tersulfonasi
ABSTRACT NAZMU SYAKIB. Electrolyte Membrane Polystyrene Sulfonated for
Applications Dye-sensitized Solar Cell with dye Acid Blue 80. Supervised by SRI
MULIJANI and ARMI WULANAWATI
Polymer electrolyte membrane is a polymer that is capable of delivering
electrons because it has electrophilic group or hydrophilic, such as sulfonate
groups. Sulfonated polystyrene (PSS) was synthesized from polystyrene (PS) with
reacting using fuming sulfuric acid for + 2 hours. The degree of sulfonation (DS)
was 31.41% and the product was characterized using fourier transform-infrared,
showing an uptake of sulfonate group at 1070.40, 1122.57, and 1277.5 cm-1
. The
dyes used in this study was acid blue 80 (AB80), which was confirmed using UV-
Vis spectrum, showing maximum absorption at wavelength of 581.6 and 625.6
nm. Semiconductor used in experiment was titanium dioxide (TiO2). The
efficiency of dye-sensitized solar cell (DSSC) of each circuit is TiO2 0.06%,
TiO2/PS 0.01%, and TiO2/PSS 0.11%. The PSS is potential to be used as the
electrolyte membrane on DSSC with higher efficiency than that of TiO2 or
TiO2/PS. However, the resulting DSSC still have low performance (< 1%).
Keywords: acid blue 80, DSSC, electrolyte membrane, sulfonated polystyrene
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
MEMBRAN ELEKTROLIT POLISTIRENA TERSULFONASI
UNTUK APLIKASI DYE-SENSITIZED SOLAR CELL
DENGAN PEWARNA ACID BLUE 80
NAZMU SYAKIB
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Judul skripsi : Membran Elektrolit Polistirena Tersulfonasi untuk Aplikasi Dye-
sensitized Solar Cell dengan Pewarna Acid Blue 80
Nama : Nazmu Syakib
NIM : G44120078
Disetujui oleh
Dr Sri Mulijani, MS
Pembimbing I
Armi Wulanawati, SSi, MSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen Kimia
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
anugerah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul Membran Elektrolit Polistirena Tersulfonasi untuk Aplikasi Dye-
sensitized Solar Cell dengan Pewarna Acid Blue 80. Karya ilmiah ini disusun
berdasarkan penelitian yang dilaksanakan penulis pada bulan Maret 2016 hingga
Juli 2016 di Laboratorium Kimia Fisik Departemen Kimia IPB dan Laboratorium
Biomaterial Departemen Fisika.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Sri Mulijani, MS dan Ibu Armi
Wulanawati, SSi, MSi selaku pembimbing atas bimbingan dan dukungan yang
diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian dari awal hingga selesai.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu (Erna Mu’tamanah) dan
Bapak (Sudrajat), Kakak, Adik, Paman, beserta seluruh keluarga atas do’a,
dukungan, perhatian, dan pengertiannya. Terima kasih penulis juga sampaikan
kepada pemerintah yang telah membantu biaya kuliah penulis melalui beasiswa
Bidikmisi IPB, serta pihak-pihak di Laboratorium Kimia Fisik IPB, antara lain
Bapak Mail dan Ibu Ai. Terima kasih juga pihak Departemen Fisika Bapak Dr
Akhirudin Maddu, MSi, dan pihak BATAN Bapak Drs Erizal, APU. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman, Andreas, Aziz, Suci, Kakak
Putri, Kakak Vina, Aisyah, Kakak Dian, Astuti, Melisa, dan rekan-rekan
seperjuangan penelitian, dan teman-teman Kimia 49 atas perhatian, saran, dan
bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Bogor, Agustus 2016
Nazmu Syakib
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
BAHAN DAN METODE 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Membran Polistirena Tersulfonasi (PSS) 4
Derajat Sulfonasi 5
Ciri Membran PSS dengan FTIR 6
Ciri Pewarna Acid Blue 80 7
Aplikasi DSSC 8
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 14
DAFTAR GAMBAR
1 Hasil cetak membran PS (a) dan PSS (b) 4
2 Mekanisme reaksi sulfonasi polistirena 5
3 Spektrum FTIR PS (–) dan PSS (–) 6
4 Struktur acid blue 80 7
5 Prinsip kerja DSSC 8
6 Kurva I-V DSSC TiO2 9
7 Kurva I-V DSSC TiO2/PS 9
8 Kurva I-V DSSC TiO2/PSS 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian 14
2 Penentuan derajat sulfonasi 15
3 Penentuan panjang gelombang maksimum AB80 dengan UV-Vis 15
4 Spesifikasi AB80 16
5 Hasil pengukuran tegangan dan arus DSSC 17
6 Hasil uji kinerja DSSC 18
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan ledakan penduduk membuat kekhawatiran
terbatasnya ketersediaan energi dari minyak bumi yang merupakan sumber energi
utama di dunia. Penggunaan minyak bumi juga menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan, terutama emisi gas karbon yang dihasilkan. Oleh karena itu,
diperlukan energi alternatif yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan, salah
satunya pemanfaatan energi matahari (Miley 2013). Pemanfaatan energi matahari
dapat dilakukan dengan sel surya. Sel surya merupakan sel bahan bakar yang
mengkonversi pancaran energi cahaya matahari menjadi energi listrik (Hu dan
White 1983). Sel surya banyak dikembangkan karena memiliki keunggulan pada
sumber energi yang sangat besar dari matahari, sekitar 380 × 1021
kW dan
intensitas yang diterima oleh bumi sekitar 170 × 1012
kW (Phani et al. 2001).
Dye-sensitized solar cell (DSSC) merupakan sel surya generasi ketiga yang
banyak dikembangkan karena biaya produksi lebih murah dan pembuatannya
lebih mudah (Grätzel 2003). Komponen DSSC terdiri dari elektrode kerja,
pewarna, dan elektrode lawan. Elektrode kerja merupakan kaca indium tin oxide
(ITO) yang dilapisi semikonduktor pada bagian konduktifnya. Sisi konduktif kaca
ITO memiliki nilai hambatan 15–25 Ω. Penelitian ini menggunakan titanium
dioksida (TiO2) untuk semikonduktornya. Senyawa TiO2 dipilih karena memiliki
sifat fotokatalisis, murah, dan ramah lingkungan (Landman et al. 2012).
Semikonduktor berfungsi sebagai penerima dan pengumpul elektron dari oksidasi
pewarna (Damayanti et al. 2014). Kinerja DSSC hingga saat ini baru dapat
mencapai kinerja maksimum dengan efisiensi 11% (O` Regan dan Grätzel 1991).
Penelitian DSSC saat ini terus berkembang dengan adanya polimer
membran elektrolit (PME). PME adalah polimer yang mampu mengantarkan
elektron, karena bersifat konduktif dengan adanya gugus elektrofilik (Gledhill et
al. 2005). Salah satu DSSC dengan penambahan polimer yang telah
dikembangkan dan telah dikomersilkan adalah polietilena tereftalat (PET) oleh
Solaronix. PET memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan terhadap suhu tinggi,
sehingga efisiensi menurun (Miettunen et al. 2009). Penelitian sebelumnya
dilakukan menggunakan PET Solaronix dengan pewarna N-719 (kompleks
rutenium) dan semikonduktor TiO2 yang dilapiskan dengan teknik slip casting
diperoleh efisiensi sebesar 0.167% (Qibtiya et al. 2013). Penelitian lain juga telah
dilakukan dengan menggunakan PME dari pati sebagai membran elektrolitnya
memperoleh efisiensi 0.63% (Singh et al. 2014).
Upaya mengatasi kelemahan tersebut adalah mengganti PME menggunakan
polimer lain, seperti polistirena tersulfonasi (PSS) dari bahan utama styrofoam
yang mengandung polistirena (PS) 90–95%. PS adalah salah satu polimer yang
memiliki cincin benzena yang memiliki ikatan terkonjugasi (Mujiarto 2005). PS
mempunyai sifat titik leleh 180–260 ºC, sehingga dapat tetap bertahan pada suhu
tinggi. Selain itu, penggunaan styrofoam sebagai bahan utama merupakan
pemanfaatan limbah, karena styrofoam sangat sulit penanggulangannya dan tidak
dapat diuraikan oleh alam (BPOM 2008). Pemanfaatan limbah styrofoam
dilakukan dengan cara meningkatkan sifat hidrofiliknya yang salah satunya ialah
dengan penambahan gugus sulfonat melalui sulfonasi (Mulijani et al. 2014).
Pewarna merupakan komponen penting pada DSSC. DSSC mengggunakan
pewarna sebagai bahan aktif cahaya, karena sifat fotokatalisis TiO2 hanya aktif
pada daerah UV. Penambahan pewarna membuat DSSC mampu menjerap cahaya
pada daerah sinar tampak (Landman et al. 2012). Pewarna yang digunakan pada
penelitian ini adalah acid blue 80 (AB80) dari Sigma Aldrich. Warna dari AB80
adalah berwarna biru gelap, sehingga menjerap panjang gelombang pada kisaran
550–750 nm (Day dan Underwood 2002).
Penelitian ini bertujuan mensintesis PSS dari limbah styrofoam, mencirikan,
dan mengaplikasikannya untuk DSSC sebagai polimer membran elektrolit, serta
menentukan pengaruh penambahan polimer elektrolit PSS pada kinerja DSSC.
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah alumunium foil, botol gelap, gelas ukur,
gelas piala, oven, pengaduk bermagnet, pipet volumetrik, potensiometer-
multimeter, lempeng pemanas, fotometer-radiometer PMA2200, penjepit kertas,
termometer, kaca untuk cetakan, kertas tisu, mortar, porselin, neraca analitik,
sarung tangan lateks, sonikator, dan solatif. Bahan-bahan yang digunakan adalah
kaca konduktif indium titanium oksida (ITO) 15–25 Ω (Solaronix), serbuk
titanium dioksida (TiO2) rutil (> 35 nm), pewarna sintetik acid blue 80 (AB80)
(Sigma Aldrich), styrofoam, Triton X-100 (Merck).
Prosedur
Preparasi Polistirena Tersulfonasi (Mulijani et al. 2014)
Limbah styrofoam dipanaskan di dalam oven pada suhu 100 ºC selama 1–2
jam. Sebanyak 5 g styrofoam kering dilarutkan ke dalam 50 mL kloroform,
kemudian disulfonasi dengan asam sulfat pekat berasap sambil diaduk dengan
pengaduk magnet selama + 2 jam pada suhu 60–80 ºC. Kemudian larutan PSS
didekantasi dan dikeringkan selama 24 jam pada suhu ruang.
Penentuan Derajat Sulfonasi, DS (Apriliana 2012)
Sebanyak 0.1 g PSS direndam dalam 10 mL NaOH 1 N selama + 3 hari.
Kemudian larutan dititrasi dengan HCl 1 N dengan indikator fenolftalin (pp).
Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari merah muda hingga tak
berwarna. Volume HCl yang terpakai pada titrasi NaOH tanpa sampel sebagai
volume awal, sedangkan volume HCl yang digunakan untuk titrasi NaOH dengan
sampel sebagai volume akhir. Derajat sulfonasi ditentukan melalui persamaan
berikut:
3
𝐷𝑆 =(𝑉𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑉𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)𝑥 𝑁𝐻𝐶𝑙𝑥 𝐵𝐸𝑆𝑂3
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥100%
Keterangan:
Vawal : volume HCl blangko (mL)
Vakhir : volume HCl sampel (mL)
NHCl : normalitas HCl (N)
BESO3 : bobot ekuivalen SO3 (80,06 g/ek)
Pencirian Membran
Sampel membran dibuat dalam bentuk lapisan tipis kemudian ditempatkan
dalam cell holder dan diukur spektrumnya dengan fourier transform-infrared
(FTIR) Shimadzu untuk melihat masuknya gugus fungsi sulfonat (-SO3H) ke
dalam PSS.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pewarna Acid Blue 80
Pengujian tingkat penyerapan warna dari acid blue 80 (AB80) yang
digunakan sebagai pewarna yang dianalisis menggunakan UV-1601 UV-Vis
Spektrofotometer Shimadzu dengan kisaran panjang gelombang 500–700 nm.
Preparasi Elektrode Sel Surya
Sebanyak 1 g serbuk TiO2 dimasukkan ke dalam gelas piala 100 mL,
kemudian ditambah dengan 10 mL asam nitrat pH 5 dan beberapa tetes triton-X
100. Larutan TiO2 diaduk menggunakan pengaduk bermagnet selama 30 menit.
Sementara itu, kaca ITO dibersihkan dengan etanol dalam sonikator dan
dikeringkan pada suhu ruang. Bagian konduktif kaca ITO diuji menggunakan
multimeter mode resistansi (Ω) yang akan menunjukkan nilai hambatan 15–25 Ω.
Kaca ITO yang telah dibersihkan disimpan di atas tempat datar untuk disolatif
agar membentuk batas dengan luasan terbuka 0.5 × 0.5 cm2 dengan posisi
konduktifnya di bagian atas untuk dilapisi TiO2. Setelah pasta TiO2 homogen,
pasta tersebut dituang di atas kaca ITO dan diratakan dengan batang pengaduk.
Kaca ITO berlapis TiO2 tersebut dibiarkan beberapa saat agar mengering,
kemudian dipanaskan pada suhu 150–300 ºC untuk mengaktivasi TiO2.
Elektrode kerja terdiri atas kaca konduktif ITO yang dilapisi TiO2 pasta
yang telah direndam dalam larutan pewarna acid blue 80 selama + 2 jam. Pasta
TiO2 digunakan sebagai lapisan pertama pada kaca ITO. Setelah dilapisi TiO2,
dilapisi kembali dengan PS dan PSS.
Uji Aplikasi DSSC
Kaca konduktif ITO yang telah dilapisi TiO2, PS atau PSS, dan telah
disensitasi (elektrode kerja) dicelupkan ke dalam larutan KI 0.5 M dalam bejana
bening. Kemudian, elektrode kerja dihubungkan dengan alat pengukur kombinasi
potensiometer-multimeter. Elektrode kerja dihubungkan dengan elektrode lawan
platina (Pt), pengukuran dilakukan di bawah terik matahari (Adachi dan Hoshi
2013).
Pengukuran arus dan tegangan menggunakan sumber cahaya matahari
langsung pada pukul 13.00–14.00 WIB dengan intensitas global rerata 118 W/m2
(a) (b)
yang terukur oleh fotometer-radiometer PMA2200. Data yang dihasilkan dibuat
kurva arus-tegangan (I-V). Dari kurva yang dihasilkan dapat ditentukan
parameter-parameter keluaran sel surya, yaitu arus rangkaian pendek (Isc),
tegangan rangkaian buka (Voc), arus maksimum (Im), tegangan maksimum (Vm),
daya maksimum (Pm), fill factor (FF), dan efisiensi konversi (ƞ). Nilai Isc diukur
pada saat hambatan luar dibuat bernilai nol sehingga arus yang mengalir bernilai
maksimum, sedangkan nilai Voc dapat diukur pada saat hambatan luar dibuat
bernilai maksimum sehingga tidak ada arus listrik yang mengalir dan tegangannya
bernilai maksimum. Nilai Im dan Vm DSSC dapat dilihat dari luasan terbesar pada
kurva karakteristik I-V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Membran Polistirena Tersulfonasi (PSS)
Membran polistirena tersulfonasi (PSS) disintesis dengan mengalirkan gas
dari asam sulfat pekat berasap ke dalam larutan polistirena (PS) dengan
pendorong gas nitrogen (N2). Larutan PS dibuat dengan melarutkan styrofoam
yang telah dikeringkan pada suhu 100 ºC ke dalam pelarut kloroform, karena
polistirena mudah larut dalam pelarut organik berklorin (Cowd 1991). Sulfonasi
pada PS dilakukan pada suhu 60–80 ºC selama + 2 jam. Larutan PSS dicetak pada
pelat kaca dan dibiarkan mengering membentuk lembaran. Begitu juga dengan
membran PS dibuat dengan melarutkan styrofoam dengan diklorometana
secukupnya hingga kental, kemudian dicetak menjadi lembaran. Perbedaan fisik
dari PS dan PSS adalah warna membran, PS tidak berwarna (Gambar 1a),
sementara PSS berwarna putih (Gambar 1b).
Sulfonasi PS merupakan reaksi subtitusi elektrofilik, salah satu atom
hidrogen (H) pada cincin benzena oleh gugus asam sulfonat (-SO3H). Mekanisme
sulfonasi PS terjadi dalam beberapa tahapan reaksi, seperti ditunjukkan Gambar 2
(Solomons dan Fryhle 2011). Tahap pertama berlangsung adisi elektrofilik SO3
yang berasal dari asam sulfat pekat berasap ke cincin benzena secara lambat
membentuk ion arenium sulfonat. Pada tahap kedua terjadi kesetimbangan ion
arenium sulfonat menstabilkan dan mempertahankan struktur cincin benzena
dengan melepas atom H. Pada tahap ketiga terjadi pelepasan atom H dari H3O+
untuk menstabilkan muatan atom oksigen (O) pada ion hidronium (H3O+),
kemudian atom H yang lepas ditarik oleh atom O- pada gugus sulfonat
membentuk PSS. Gugus –SO3H dapat masuk ke cincin benzena pada posisi orto-
Gambar 1 Hasil cetak membran PS (a) dan PSS (b)
5
atau para-, tetapi adanya halangan sterik di posisi orto- lebih mengarahkan gugus
–SO3H pada posisi para- (Li et al. 2003).
Gambar 2 Mekanisme reaksi sulfonasi polistirena
Subtitusi gugus asam sulfonat pada PS meningkatkan hidrofilisitas dan
memberikan konduktivitas yang lebih besar, sehingga mampu meningkatkan
kapasitas pengumpulan elektron pada semikonduktor (Mulijani et al. 2014). PME
dapat menjadi media transfer elektron melalui gugus elektrofilik yang dimilikinya
(Gledhill et al. 2005).
Derajat Sulfonasi
Derajat sulfonasi (DS) ditentukan dengan cara titrasi asam-basa. Gugus
sulfonat merupakan donor proton atau asam sesuai teori Arrhenius (Chang et al.
2005), sehingga dapat ditentukan dengan titrasi asam-basa. Titrasi dilakukan
dengan cara merendam 0.1 g PSS serbuk dalam NaOH 1 N selama + 3 hari, agar
6
proton pada gugus sulfonat bereaksi dengan ion hidroksida (OH-) dari NaOH.
Kemudian, sisa OH- yang tidak bereaksi dengan proton pada gugus sulfonat
diukur dengan titrasi dengan HCl 1 N. Larutan NaOH dan HCl yang digunakan
telah distandardisasi terlebih dahulu agar diketahui konsentrasinya. Pengukuran
blangko menggunakan NaOH dari larutan stok yang sama dengan perlakuan yang
sama, tetapi tanpa ditambah sampel PSS.
Hasil pengukuran sampel mendapatkan DS rerata sebesar 31.41%
(Lampiran 2), sehingga dikatakan PSS telah terbentuk. Nilai DS yang dianjurkan
berada pada kisaran 30–60%, hal tersebut berkaitan dengan hidrofilisitas
membran PSS. DS terlalu tinggi menyebabkan mudah larut atau rusak dengan
keberadaan air di lingkungan dan sulit membentuk membran padat (Mulijani et al.
2014). Berdasarkan struktur, PSS meningkat konduktivitas protonnya
dibandingkan PS, karena gugus –SO3H merupakan gugus penarik elektron yang
membuat cincin benzena lebih aktif beresonansi menghasilkan electron hole
(Yang et al. 2005).
Ciri Membran PSS dengan FTIR
Sulfonasi pada PS dikatakan berhasil berdasarkan pengukuran DS dengan
titrasi asam-basa. Keberhasilan sintesis PSS juga dibuktikan dengan identifikasi
gugus –SO3H pada PSS menggunakan FTIR. Spektrum FTIR PS (–) dan PSS (–)
menunjukkan adanya gugus fungsi –SO3 pada membran PSS (Gambar 3).
Spektrum PS menunjukkan puncak serapan pada bilangan gelombang 1601–1452
cm-1
untuk C=C aromatik, 1943–1772 cm-1
untuk benzena monosubtitusi, 2925–
2850 cm-1
untuk C-H (sp2), 3082–3026 cm
-1 untuk C-H (sp
3), dan 757–701 cm
-1
untuk C-H monosubtitusi.
Gambar 3 Spektrum FTIR PS (–) dan PSS (–)
bilangan gelombang (cm-1
)
tran
smit
tan (
%)
p-SO3
O=S=O
-S=O -SO3
7
Adanya gugus sulfonat pada PSS dibuktikan dengan puncak serapan baru
pada bilangan gelombang 1200–1125 cm-1
untuk vibrasi regang –S=O. Daerah
serapan untuk senyawa benzena disubtitusi posisi para- berada pada bilangan
gelombang 2000–1667 cm-1
(Pavia et al. 2015). Spektrum membran PSS yang
dihasilkan menunjukkan puncak serapan pada bilangan gelombang 1274 cm-1
untuk regang –S=O asimetrik dan 1122.57 cm-1
untuk regang O=S=O simetrik.
Hal ini mengindikasikan adanya gugus sulfonat yang terbentuk pada membran
PSS.
Ciri Pewarna Acid Blue 80
Zat warna adalah zat yang memiliki serapan panjang gelombang tertentu
sesuai dengan warna komplementernya. DSSC menggunakan pewarna sebagai
penjerap cahaya matahari untuk menghasilkan energi listrik. Pewarna yang
digunakan pada penelitian ini adalah AB80 dengan warna biru gelap. Pencirian
dengan UV-Vis dilakukan untuk mengetahui serapan maksimum AB80 pada
daerah sinar tampak. Serapan maksimum didapatkan dengan melakukan
pemayaran pada kisaran panjang gelombang 500–700 nm, hasil pengukuran
ditunjukkan pada Lampiran 3. Pengukuran serapan maksimum AB80 dengan UV-
Vis menghasilkan 2 puncak panjang gelombang maksimum, yaitu pada 581.6 dan
625.6 nm (Lampiran 3).
Hasil pengukuran serapan maksimum AB80 sesuai dengan data dari
produsen Sigma Aldrich, yaitu 582 dan 627 nm (Lampiran 4). Puncak serapan
maksimum AB80 hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa pewarna AB80
mampu menjerap cahaya tampak, sehingga meningkatkan konversi cahaya tampak
yang dipancarkan matahari untuk dijadikan listrik. Kemampuan pewarna AB80
sebagai zat pensensitisasi ditunjukkan dari strukturnya (Gambar 4).
Gambar 4 Struktur acid blue 80
Struktur AB80 menunjukkan gugus aktif cahaya (kromofor), yaitu keton (–
C=O) dan cincin aromatik benzena. Gugus kromofor yang kaya akan elektron
pada struktur AB80 memberikan aktivitas terhadap cahaya tampak. Pewarna
AB80 juga memiliki keunggulan lain, yaitu stabil, karena merupakan pewarna
sintetik, tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan seperti dilaporkan
ECHC (2008), sehingga setelah penggunaannya tidak merusak lingkungan.
8
Aplikasi DSSC
DSSC adalah sel surya yang memanfaatkan energi dari sinar tampak yang
akan dijerap oleh zat warna aktif cahaya (sensitizer). DSSC terdiri atas berbagai
komponen, yaitu kaca konduktif ITO, semikonduktor TiO2, pewarna organik
maupun anorganik, elektrode lawan, dan elektrolit. Elektrode kerja terdiri atas
kaca konduktif ITO, yaitu kaca transparan yang bersifat konduktif pada salah satu
sisi dan non-konduktif pada sisi lainnya. Sisi konduktif kaca ITO dapat diukur
menggunakan multimeter pada mode hambatan (Ω). Kaca ITO untuk elektrode
kerja dilapisi dengan TiO2 dan pewarna yang sensitif cahaya (Dahlan dan Helga
2014). Pelapisan TiO2 pada kaca ITO dilakukan dengan teknik slip casting, yaitu
dengan menggunakan batang pengaduk atau sepatula untuk membentuk lapisan
tipis pada kaca ITO (Yulika et al. 2014). Luasan lapisan TiO2 yang digunakan
dibuat dengan ukuran 0.5 × 0.5 cm2 menggunakan pembatas solatif pada kaca ITO
2 × 1 cm2. TiO2 yang digunakan adalah fase rutil dengan ukuran partikel > 35 nm.
Prinsip kerja DSSC adalah energi foton pada sinar matahari dijerap oleh
pewarna yang melekat pada permukaan TiO2, kemudian pewarna akan teroksidasi
melepaskan elektron. Elektron yang terlepas akan ditangkap oleh TiO2 dan
diinjeksikan dari pita valensi ke pita konduksi. Elektron yang tereksitasi mengalir
melalui rangkaian luar DSSC menghasilkan arus (Gambar 5). Kemudian elektron
menuju elektrolit KI dan mengalami serangkaian reaksi redoks untuk
meregenerasi elektron yang tereksitasi dari pewarna (Prasetyo et al. 2014).
Membran elektrolit PSS meningkatkan konduktivitas dari TiO2, sehingga
meningkatkan kekuatan arus listrik yang dihasilkan (Fouassier dan Jacques 2015).
Gambar 5 Prinsip kerja DSSC
Arus dan tegangan DSSC TiO2, TiO2/PS, dan TiO2/PSS terukur ditunjukkan
pada Lampiran 5. Arus dan tegangan terukur tersebut dialurkan menjadi kurva
tegangan terhadap arus untuk melihat tegangan maksimum (Vm), arus maksimum
(Im), tegangan sirkuit terbuka (Voc), arus sirkuit pendek (Isc), fill factor (FF).
Kinerja sel surya dapat dilihat dari efisiensi yang dihasilkan oleh DSSC.
Pengukuran dilakukan pada pukul 13.00–14.00 WIB di pelataran Laboratorium
Fisika Biomaterial. Intensitas global (IG) cahaya matahari selama pengukuran
didapat sebesar 118 W/m2 yang diukur menggunakan fotometer-radiometer
9
PMA2200. Hasil pengukuran I-V ketiga rangkaian DSSC dialurkan pada Gambar
6, 7, dan 8.
Gambar 6 Kurva I-V DSSC TiO2
Gambar 7 Kurva I-V DSSC TiO2/PS
Gambar 8 Kurva I-V DSSC TiO2/PSS
Kurva tegangan dan arus DSSC TiO2, TiO2/PS, dan TiO2/PSS diperoleh
pada ketiga rangkaian menunjukkan kinerja DSSC berdasarkan Vm dan Im. Nilai
10
Vm yang dihasilkan DSSC TiO2 (206 mV) > TiO2/PSS (172 mV) > TiO2/PS (30
mV). Nilai Im yang dihasilkan DSSC TiO2/PSS (19.4 µA) > TiO2/PS (12 µA) >
TiO2 (8.1 µA). Vm dan Im pada kurva ditentukan dengan mengalikan V dan I
terukur, dipilih luas daerah kurva terbesar. Kurva Vm dan Im menunjukkan daya
makasimum yang bisa dihasilkan oleh DSSC. Daya maksimum yang dihasilkan
DSSC dengan membran PSS menunjukkan nilai lebih besar daripada TiO2 dan
TiO2/PS, hal tersebut karena PSS meningkatkan konduktivitas dari DSSC,
sedangkan PS menurunkan konduktivitas, karena bersifat hidrofobik. Parameter
kinerja DSSC penting lainnya adalah Voc, Isc, FF, dan η (Tabel 1).
Tabel 1 Parameter terukur dari kurva I-V
Parameter TiO2 TiO2/PS TiO2/PSS
Voc (mV) 227.00 48.00 217.00
Isc (µA) 9.70 13.60 19.70
Vm (mV) 206.00 30.00 172.00
Im (µA) 8.10 12.00 19.40
FF (%) 75.78 55.15 78.06
η (%) 0.06 0.01 0.11
Voc ditentukan dengan cara mengondisikan hambatan maksimum (Rmaks)
dan I = 0 A, sedangkan Isc ditentukan dengan mengondisikan R = 0. Berdasarkan
kurva I-V nilai Voc dan Isc diperoleh dengan cara aproksimasi, yaitu dengan
melihat nilai terkecil yang mendekati nol. Berdasarkan data Tabel 1, penambahan
PS menurunkan kinerja, karena PS konduktivitasnya rendah, sedangkan
penambahan PSS meningkatkan kinerja, karena PSS memiliki konduktivitas yang
lebih baik. Hal tersebut juga ditunjukkan pada perhitungan nilai FF dan η dari
DSSC (Lampiran 6).
Nilai FF menunjukkan kemampuan perangkat DSSC menjerap cahaya yang
dipancarkan matahari (Sunardi dan Sari 2014). Dari Tabel 1, didapatkan FF
TiO2/PSS > TiO2 > TiO2/PS, hal tersebut karena sifat PSS yang polar, sehingga
meningkatkan keaktifan terhadap cahaya. Efisiensi merupakan paramater
terpenting DSSC, yaitu kemampuan DSSC mengkonversi cahaya matahari
menjadi listrik. Hasil pengukuran η DSSC TiO2, TiO2/PS, dan TiO2/PSS berturut-
turut adalah 0.06%, 0.01%, dan 0.11%. Hasil uji efisiensi DSSC menunjukkan
kenaikan efisiensi yang signifikan antara DSSC TiO2 dan DSSC TiO2/PSS, yaitu
sebesar 83% dari 0.06% menjadi 0.11%. Penambahan PSS telah terbukti
meningkatkan kinerja DSSC dengan meningkatnya nilai efisiensi. Selain itu, arus
yang dihasilkan DSSC TiO2/PSS lebih besar daripada TiO2 saja dan TiO2/PS,
karena pada PSS terdapat gugus sulfonat yang membentuk electron hole (Yang et
al. 2014). Nilai FF dan η berdasarkan persamaan berbanding lurus, sehingga akan
bersesuaian. Hasil percobaan telah menunjukkan kesesuaian FF dan η, yaitu η
semakin besar dengan FF yang semakin besar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dye-senstized solar cell dengan tambahan polimer membran elektrolit
polistirena tersulfonasi meningkatkan kinerja sel surya yang dihasilkan. Hasil
tersebut ditunjukkan dengan meningkatnya efisiensi yang dihasilkan dengan
penambahan polimer membran elektrolit polistirena tersulfonasi (0.11%) lebih
besar daripada TiO2 (0.06%), yaitu sekitar 83%. Teknik pembuatan lapisan TiO2
dengan teknik slip casting kurang baik, dengan bentuk lapisan masih terlalu tebal.
Kinerja dye-senstized solar cell dengan pewarna acid blue 80 masih rendah, yaitu
arus yang dihasilkan sangat kecil, dalam mikro ampere dan efisiensi < 1% untuk
ketiga rangkaian.
Saran
Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan uji mendalam menggunakan
TiO2 untuk pembuatan DSSC dengan luas permukaan yang lebih besar, yaitu
anatase (< 11 nm) untuk memaksimumkan penjerapan pewarna, serta
menggunakan teknik spin coating agar diperoleh lapisan TiO2 yang lebih tipis dan
lebih merata.
DAFTAR PUSTAKA
Adachi T, Hoshi H. 2013. Preparation and characterization of Pt/carbon counter
electrodes for dye-sensitized solar cells. Mat Lett. (94):15-18. doi:
10.1016/j.matlet.2012.11.123
Apriliana SD. 2012. Membran polistirena tersulfonasi untuk aplikasi pada
microbial fuel cell[skripsi]. Bogor (ID): IPB. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2008. Kemasan Polistirena Foam
(Styrofoam). Jakarta (ID): BPOM.
Chang R. 2005. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Ed ke-3 (Jilid 2). Jakarta (ID):
Erlangga.
Cowd MA. 1991. Polymer Chemistry. London (UK): J Murray.
Damayanti R, Hardeli, Hary S. 2014. Preparasi dye sensitized solar cell (DSSC)
menggunakan ekstrak antosianin ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). J
Sainstek. 2(4):148-157. Day RA, Underwood LA. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Ed Ke-6. Jakarta (ID):
Erlangga.
[ECHC] Environmental Canada, Health Canada. 2008. Screening assessment for
the challenge benzenesulfonic acid, 3,3'-[(9,10-dihydro-9,10-dioxo-1,4-
anthracenediyl)diimino]bis[2,4,6-trimethyl-,disodium salt (Acid Blue 80).
Kanada (CA): Canadian Environmental Protection Act.
Fouassier JP, Jacques L. 2015. Dyes and Chromophores in Polymer Science.
London (UK): John Will.
12
Gledhill SE, Scott B, Gregg BA. 2005. Organic and nano-structured composite
photovoltaics: an Overview. J Mat Res. 20(12): 3167-3179. ISSN 0884-
2914
Grätzel M. 2003. Dye-sensitized solar cells. J Photochem and Photobiol. 4: 145-
153. doi: 10.1016/S1389-5567(03)00026-1.
Hu C, White RM. 1983. Solar Cells: From Basics to Advanced Systems. New
York (US): McGraw-Hill.
Landmann M, Rauls E, Schmidt WG. 2012. The elecronic structure and optical
response of rutile, anatase, brookite TiO2. J Phys Cond Mat. 24: 1-6. doi:
10.1088/0953-8984/24/19/195503
Li L, Xu L, Wang Y. 2003. Novel proton conducting composite membranes for
direct methanol fuel cell. Mat Lett. 57:1406-1410.
Miettunen K, Janne H, Paula V, Tapio S, Minna T, Peter L. 2009. Dye solar cells
on ITO-PET substrate with TiO2 recombination blocking layers. J
Electrochem Soc. 156 (8):876-883. doi: 10.1149/1.3138129
Miley GH. 2013. Life at The Center of The Energy Crisis: A Technologist’s
Search for A Black Swan. New Jersey (US): World Scientific.
Mujiarto I. 2005. Sifat dan karakteristik material plastik dan bahan aditif. Traksi.
3(2):65-74.
Mulijani S, Dahlan K, Wulanawati A. 2014. Sulfonated polystyrene copolymer:
synthesis, characterization, and its application of membrane for direct
methanol fuel cell (DMFC). J Mat Mech Manufact. 2(1): 36-40.
O`Regan, Gratzel M. 1991. A Low Cost, High Efficiency Solar Cell Based on
Dye-Sensitized Colloid TiO2. Folms Nat. 353:737-739.
Pavia DL, Gary ML, George SK, James RV. 2015. Introduction to Spectroscopy.
Ed ke-5. Washington (US): Cengage Learning.
Phani G, Tulloch D, Vittorio, Skyrabin I. 2001. Titania solar cells: new
photovoltaic technology. J Renew Energy. 226(3):156-157. doi:
10.1016/S0960-1481(00)00059-8.
Prasetyo YH, Sayekti W, Risa S. 2014. Studi variasi elektrolit terhadap kinerja
dye sensitized solar cell (DSSC). J Fis Indones.53(18): 47-49.
Qibtiya MA, Muliani L, Suhandi A, Hidayat J. 2013. Karakteristik pasta TiO2
suhu rendah dan apikasi light scattering layer pada dye sensitized solar cell
(DSSC). J Fibusi. 1(3): 1-7.
Singh R, Bhattacharya B, Hee-Woo R, Pramod KS. New biodegradable polymer
electrolit for dye sensitized solar cell. J Electrochem Sci. 9: 2620-2630.
Solomons TWG, Fryhle CB. 2011. Organic Chemistry. Ed ke-10. London (UK):
John Will.
Sunardi, Sari K. 2014. Pengaruh waktu milling titanium dioksida doping dye
tectona grandis terhadap sifat listrik solar cell. Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Pendidikan Sains IX; 21 Juni 2014; Salatiga, Indonesia. Salatiga
(ID): Jurusan MIPA, Fakultas Sains dan Teknik, UNSOED. 5(1): 322-325.
Yang Y, Chu Y, Yang F, Zhang Y. 2005. Uniform hollow conductive polymer
microspheres synthesized with the sulfonated polystyrene template. Mat
Chem Phys. 92 : 164–171. doi: 10.1016/j.matchemphys.2005.01.007
Yulika D, Kusumandari, Suryana R. 2014. Pelapisan TiO2 di atas FTO dengan
teknik slip casting dan spin coating untuk aplikasi DSSC. J Fis Indones. 53
(28): 66-70.
13
Zhang H, Banfield JF. 2000. Understanding polymorphic phase transformation
behavior during growth of nanocrystalline aggregates: insights from TiO2. J
Phys Chem. 104: 3481-3487.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Penentuan λ maksimum
AB 80 (UV-Vis)
Sulfonasi Polistirena (PS)
Polistirena Tersulfonasi
(PSS) Preparasi Pasta TiO2
Pencirian
(FTIR)
Preparasi Elektrode Kerja
TiO2 dilapiskan pada sisi konduktif ITO
Perendaman pada AB80
Elektrode lawan
(Pt)
Dirangkai kombinasi
potensiometer-multimeter
Dicelup pada elektrolit KI
0.5 M
Uji Kinerja DSSC
(Vm, Im, Voc, Isc, FF, η)
Kaca ITO terlapis TiO2
dilapisi PSS (TiO2/PSS)
15
Lampiran 2 Penentuan derajat sulfonasi
Sampel
Bobot Volume HCl (mL) Derajat
membran
(g) Blangko Sampel
sulfonasi
(%)
1 0.1133 10.00 9.55 30.49
2 0.1009 10.00 9.60 30.43
3 0.1037 10.00 9.55 33.31
Rerata 31.41
Keterangan: (-): tanpa sampel membran
Contoh perhitungan (sampel 1):
Diketahui:
Volume NaOH 1N = 10.00 mL
𝑉𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝑉𝐻𝐶𝑙 blangko = 10.00 mL
𝑉𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = 𝑉𝐻𝐶𝑙 sampel = 9.55 mL
𝑁𝐻𝐶𝑙 = 0.9588 N
BESO3 = 80.06 g/ek
DS = ( 𝑉𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑉𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟)𝑥 𝑁𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝐵𝐸𝑆𝑂3
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%
DS = ( 10 −9.55 ) x 10−3 L x 0.9588 N x 80.06 g/ek
0.1133 g x 100%
DS = 30.49%
Lampiran 3 Penentuan panjang gelombang maksimum AB80 dengan UV-Vis
λ (nm) Absorbans
625.6 0.249
581.6 0.205
693.2 0.008
600.4 0.195
Keterangan: ( ) λmaks
16
Lampiran 4 Spesifikasi AB80
17
Lampiran 5 Hasil pengukuran tegangan dan arus DSSC
DSSC V (mV) I (µA) V x I
TiO2
8.00 9.70 77.60
76.00 10.00 760.00
118.00 9.60 1132.80
188.00 8.60 1616.80
206.00 8.10 1668.60
218.00 7.60 1656.80
221.00 7.10 1569.10
226.00 5.70 1288.20
227.00 0.10 22.70
TiO2/PS
5.00 13.60 68.00
7.60 13.40 101.84
11.70 13.40 156.78
20.60 13.50 278.10
30.00 12.00 360.00
35.50 8.60 305.30
42.00 6.30 264.60
48.00 5.10 244.80
51.00 0.10 5.10
TiO2/PSS
8.00 19.70 157.60
59.00 19.60 1156.40
94.00 19.60 1842.40
124.00 19.70 2442.80
141.00 19.40 2735.40
172.00 19.40 3336.80
207.00 10.20 2111.40
217.00 7.80 1692.60
218.00 0.10 21.80
Keterangan : ( ) : Vm × Im
18
Lampiran 6 Hasil uji kinerja DSSC
Contoh perhitungan :
Polistirena tersulfonasi
FF = 𝐼𝑚 × 𝑉𝑚
𝐼𝑠𝑐 × 𝑉𝑜𝑐
= 8.1 µA × 206 mV
9.7 µA × 270 mV × 100 %
FF = 75.78 %
A = p × l
= 0.005 m × 0.005 m
A = 2.5 × 10-5
m2
η = 𝐼𝑠𝑐 × 𝑉𝑜𝑐 × 𝐹𝐹
𝐼𝐺 × 𝐴
= 9.7 × 10−6 A × 0.270 v × 75.78 %
118 W/m2 × 2.5 × 10−5 m2
η = 0.06 %
Parameter TiO2 TiO2/PS TiO2/PSS
Voc (mV) 227.00 48.00 217.00
Isc (µA) 9.70 13.60 19.70
Vm (mV) 206.00 30.00 172.00
Im (µA) 8.10 12.00 19.40
FF (%) 75.78 55.15 78.06
η (%) 0.06 0.01 0.11
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor, 12 Oktober 1993 dari ayah Sudrajat dan ibu Erna
Mu’tamanah. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara. Tahun 2012 penulis
lulus dari SMA Negeri Leuwiliang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi
masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur ujian tulis nasional (SNMPTN
tulis 2012) dan diterima di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota kepanitiaan,
seperti Seminar Nasional Kimia Aplikatif (Sensitif) pada tahun 2013 dan Chemistry
Challenge (CC) pada tahun 2013–2014. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten
praktikum Kimia TPB pada tahun 2014–2016, Kimia Dasar 1 pada tahun 2015, Kimia
Dasar 2 pada tahun 2016, dan praktikum Kimia Fisik 2016. Penulis juga pernah
melakukan praktik lapangan di Australian Labolatory Service (ALS) Indonesia
dengan judul laporan Penentuan konsentrasi logam raksa dalam sampel darah.
Penulis melakukan penelitian dan menulis skripsi dengan judul Membran
Elektrolit Polistirena Tersulfonasi untuk Aplikasi Dye-sensitized Solar Cell dengan
Pewarna Acid Blue 80 sebagai tugas akhir di Departemen Kimia IPB.