membangun semangat gotong royong dalam menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup oleh cbo...
TRANSCRIPT
CBO KOFITEL
MEMBANGUN SEMANGAT GOTONG ROYONG DALAM MENJAGA KELESTARIAN HUTAN DAN
LINGKUNGAN HIDUP
Oleh:
Markus M. Lake
Ketua CBO Kofitel, Desa Nefokoko,
Kab. Timor Tengah Selatan - NTT
A. LATAR BELAKANG
Yang melatar belakangi adanya program
SCBFWM di Desa Nefokoko adalah sebagai
berikut:
1. Kondisi ekologis Desa Nefokoko sudah sejak
lama mengalami tingkat kerusakan yang
cukup berat, dimana lahan kritis tercatat
cukup luas sampai dengan 77% dari luas
wilayah 1.807 Ha.
2. Keadaan sosial ekonomi masyarakat
sebagian besar hidup sebagai petani 97%
dari 439 Kepala Keluarga. Namun pada
kenyataannya sebagian besar penduduk
belum sepenuhnya memanfaatkan SDA
yang dimiliki sehingga masih terlihat
banyak sekali lahan kosong, baik lahan
desa maupun lahan milik masyarakat tidak
tergarap dengan maksimal. Sebagian
masyarakat lebih senang untuk keluar
daerah sebagai pekerja di kota.
Keadaan inilah yang menjadi tantangan bagi CBOKofitel untuk bergotong royong merubah keadaanekologis yang rendah tersebut dan merubahkondisi yang sedemikian rupa jelek, serta upayaCBO yang tertantang juga oleh adanya SCBFWMyang hadir di Desa Nefokoko pada tahun 2010.
Maka selanjutnya CBO dibentuk atas prakarsamasyarakat dan diadakan pembinaan olehSCBFWM sampai dengan saat ini. CBO danseluruh masyarakat mempunyai semangat yangtinggi untuk bersama-sama melestarikan hutandan lingkungan hidup yang diyakininya akanmerubah Desa Nefokoko pada saat ini dan kedepan.
B. PROFIL CBO
CBO Kofitel terletak di Desa Nefokoko,Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten TTS, yangmerupakan salah satu wilayah di hulu Sub DASBesiam.
CBO Nefokoko terbentuk pada bulan Juli 2010,dengan SK Kepala Desa no. 5/2011 denganjumlah anggota sebanyak 25 orang (L=18 orang,P=7 orang). Dan sekarang berkembang menjadi53 orang (L=26 orang, P=27 orang).
Visi-Missi CBO Kofitel:
“Dengan Semangat Gotong Royong, CBO Kofitel
berupaya melestarikan hutan dan DAS dengan
melibatkan berbagai komponen masyarakat
secara partisipatif dengan tujuan memperbaiki
ekologi, ekonomi dan sosial budaya”.
Desa Nefokoko memiliki ketinggian ±900 m di
atas permukaan laut dengan luas wilayah 1.807
Ha yang didominasi oleh lahan kritis seluas 1.504
Ha (83%) dan sisanya merupakan hutan
sekunder, lahan pertanian dan perkebunan.
Topografi Desa Nefokoko didominasi oleh
daerah curam dan bergunung serta kondisi
alamnya sudah menurun bahkan telah
mengalami tingkat kerusakan yang cukup
berat.
C. KONDISI SEBELUM ADA PROYEK
SCBFWM
1. Masyarakat belum terbiasa dengan hidupberkelompok (lebih mengandalkan kemampuanindividu).
2. Semangat untuk menanam masih relatif rendah.
3. Tingkat partisipasi dan swadaya masyarakat masihsangat kurang, terlebih dalam kegiatankemasyarakatan.
4. Keterlibatan kaum perempuan dalam setiapkegiatan kemasyarakatan masih sangat rendah.
5. Masyarakat cenderung berorientasi kepada proyek.
D. KONDISI SETELAH ADA PROYEK
SCBFWM
1. Masyarakat dengan kesadaran sendiri menyatakankesediaannya untuk masuk bergabung dengan CBOsetelah mengikuti sosialisasi.
2. Semangat gotong royong dan gemar menanam mulaitumbuh dalam kelompok bahkan berkembang ketingkat masyarakat di Desa Nefokoko.
3. Tingkat partisipasi dan swadaya masyarakat telahbertumbuh dengan adanya proyek SCBFWM.
4. Keterlibatan dan peran perempuan semakin tinggidalam setiap kegiatan kelompok, termasukpengambilan keputusan.
5. Masyarakat merasa memiliki kelompok
karena bisa kerja sama dan bergotong
royong dalam semua kegiatan di desa.
6. Terjadinya perubahan ekonomi dan sosial
budaya setelah ada pembinaan dari
SCBFWM melalui pendampingan dari FL
meskipun kecil.
7. Dengan adanya SCBFWM, dapat merubah
perilaku masyarakat dalam sistem
kekeluargaan dan sistem usaha tani.
E. KEGIATAN YANG TELAH
DILAKSANAKAN OLEH CBO
1. Gotong royong menanam di areal percontohan, kebun milik anggota, penanaman di kompleks gereja dan sekolah.
2. Pertemuan dilakukan di kantor CBO dan di lapangan yang dilakukan secara rutin sebulan sekali.
3. Keterlibatan CBO dalam kegiatan gotong royong tingkat desa.
4. CBO mengembangkan model agroforestry, yaitu penanaman dengan multifungsi antara tanaman hutan, tanaman pertanian (sayuran, kacang, jagung, umbi-umbian, tanaman obat), perikanan dan peternakan.
5. Kami mengembangkan kegiatan industri rumah tangga (piring rotan, manisan asam, kripik talas, manisan mangga, jahe-jahean, dll).
F. KENDALA DAN HAMBATAN
1. Kesulitan CBO dalam mengaplikasikan inovasibaru dari luar karena keterbatasan aksesinformasi dan komunikasi (contoh: jaringan HPtidak ada, belum ada perpustakaan desa, dll).
2. Kesulitan CBO dalam mengantisipasi kondisiekstrim dari alam, terutama dalam pemeliharaananakan tanaman karena fase kemarau yangpanjang di NTT (9 bulan kemarau).
3. Ternak lepas cukup mengganggu tanaman petanioleh karena itu saat ini CBO telah berupaya untukmengembangkan ternak kandang (paronisasi).
G. HARAPAN
1. Semangat gotong royong CBO harus tetap dipertahankan bahkan ditingkatkan.
2. 2014 CBO Kofitel harus menjadi CBO mandiri untuk tetap melanjutkan program CBO yang sudah dirasakan manfaatnya.
3. Anggota CBO meningkat kesejahteraannya pada 2014 nanti dari hasil tanaman jangka pendek dan menengah.
4. Membangun dampak kepada masyarakat yang ada di dalam desa sendiri maupun ke desa-desa tetangga.
5. Membangun kemitraan dan kerjasama dengan pihak kelompok lain di desa maupun desa tetangga.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH...