membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

42
MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN Artikel non penelitian ini diajukan untuk mengerjakan tugas seminar matematika NAMA : AMALINA AZIZAH NPM : 201313500580 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: amalinaazizah

Post on 21-Jan-2017

749 views

Category:

Science


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN

MUTU PENDIDIKAN

Artikel non penelitian ini

diajukan untuk mengerjakan tugas

seminar matematika

NAMA : AMALINA AZIZAH

NPM : 201313500580

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS TEKNIK, MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2015

Page 2: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

MEMBANGUN PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN

MUTU PENDIDIKAN

AMALINA AZIZAH

Program Studi Pendidikan Fakultas Teknik, Matematika, dan IPA

Universitas Indraprasta PGRI

Abstrak. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana cara

meningkatkan mutu pendidikan terutama di Indonesia. Untuk meningkatkan mutu

pendidikan hal pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualitas dan

profesionalisme guru baik softskills yang dimiliki guru tersebut maupun

kemampuan yang diperoleh dari Lembaga Penghasil Tenaga Kependidikan

(LPTK). Setelah guru memiliki kualitas dan profesionalisme yang tinggi dan

memenuhi syarat maka seorang pendidik harus tahu apa saja peran dan fungsi

guru baik untuk siswa dan lingkungannya. Setelah itu, guru akan benar-benar

layak menjadi seorang pendidik apabila sudah memenuhi syarat-syarat di atas,

setelah guru mempunyai sifat yang kompeten di bidangnya maka peserta didik

pasti akan berkompeten pula. Dan ketika guru dan peserta didik sudah saling

berkompeten maka akan terbentuklah sistem pendidikan nasional yang akan

membawa Indonesia lebih baik terutama kualitas pendidikan di Indonesia akan

meningkat menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Kata kunci : Pendidikan, Profesionalisme, Kompeten, Sistem Pendidikan

Nasional

PENDAHULUAN

Page 3: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

Berbagai fenomena pembelajaran di sekitar kita telah memperlihatkan

rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini kemungkinan besar

disebabkan oleh dua hal yang berkecimpung di lingkungan itu sendiri yaitu guru

ataupun siswa. Namun, seperti yang sudah kita ketahui bahwa guru memiliki andil

yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah, maka

bagaimana bisa mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas dan cerdas

apabila guru yang berfungsi sebagai penentu keberhasilan siswa saja tidak

berkompeten dan berkualitas. Maka dari itu, dalam artikel ini penulis akan

membahas tentang apa saja peran guru dan bagaimana cara membentuk dan

memperbaiki kualitas guru di Indonesia agar terwujud pendidikan yang maju.

Seperti yang sudah kita ketahui peran guru di sekolah adalah mendidik. Namun

sayangnya, Kebanyakan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah justru

memerankan bahwa tugas guru ialah mengajar bukan mendidik. Hal inilah yang

menyebabkan kekeliruan sedari awal. Tugas guru ialah mendidik BUKAN

mengajar. Sebelum kita tahu apa saja alasan kenapa tugas guru mendidik bukan

mengajar lebih baik kita tahu terlebih dahulu apa itu pengertian mendidik dan

mengajar dan apa perbedaannya. Mendidik adalah proses transfer nilai, sedangkan

mengajar merupakan proses transfer pengetahuan. Maka dari itu, kenapa nama

Kementrian yang menangani pendidikan di Indonesia disebut Kementrian

Pendidikan Nasional bukan Kementrian Pengajaran Nasional. Oleh karena itu,

kita akan sepakat bahwa tugas guru adalah mendidik, bukan mengajar karena

mendidik adalah mengajarkan pengetahuan baik dalam diri sisiwa sekaligus

mengajarkan nilai – nilai dan moral untuk sisi luar siswa.

Proses pendidikan akan berjalan baik apabila guru dan siswa berjalan

seiringan. Apabila kita sebagai guru ingin menghasilkan peserta didik yang cerdas

dan berkualitas maka sebagai guru kita harus menjadi berkualitas terlebih dahulu

sebelum mencerdaskan peserta didik. Namun sayangnya, berbagai fenomena yang

terjadi sekarang ini telah memperlihatkan kepada kita rendahnya kualitas dan

kinerja guru akibat dari lemahnya kompetensi dan profesionalisme guru. Padahal

kompetensi dan profesionalisme guru adalah suatu hal yang penting dan mutlak

Page 4: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

dimiliki oleh suatu guru agar dapat menjadi guru yang profesional, karena guru

berperan penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Apabila masing –

masing guru di Indonesia bersifat profesional maka sudah dapat dipastikan kita

akan mencetak generasi yang berkualitas sehingga akan mengangkat derajat

bangsa Indonesia dari segi pendidikan.

Namun, apabila guru yag berperan penting dalam penentu keberhasilan

belajar siswa ternyata memiliki kualitas yang rendah maka dapat dipastikan akan

berdampak buruk bagi peserta didik yang hasilnya tidak jauh dan tidak bukan

dari kualitas guru tersebut yaitu akan mencetak peserta didik yang tidak

berkualitas pula. Penyebab dari kebanyakan guru di Indonesia memiliki kualitas

yang rendah karena guru cenderung terjebak dalam situasi pasif dan pola kerja

rutinitas sehingga mencetak guru miskin kreatif dan terkesan monoton dalam

sistem pembelajarannya sehingga tidak menghasilkan perbaikan dari waktu ke

waktu, lalu selanjutnya hasil tes rata – rata skor kompetensi guru yang telah

bersertifikat yang dilakukan melalui jalur portofolio dan PLPG cenderung kurang

memuaskan.

Maka dari itu, berdasarkan UU No. 20/2003, UU No. 14/205, PP No.

19/2005, PP No. 74/2008 pemerintah berupaya meningkatkan profesionalisme

guru dan memperbaiki kualitas guru dengan cara mewajibkan setiap guru untuk

memenuhi persyaratan – persyaratan dalam setiap jenjangnya yaitu dimulai dari

guru PAUD sampai dengan guru pendidikan menengah antara lain seperti guru

harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikasi pendidikan.

Kualifikas akademik memiliki syarat bahwa sekurang – kurangnya guru harus

memilik strata pendidikan S1 dan untuk mengetahui seberapa kompetensi yang

dimiliki seorang guru maka harus dibuktikan dengan sertifikasi pendidikan profesi

yang diadakan oleh pemerintah maupun masyarakat yang biasanya

diselenggarakan oleh Perguruan tinggi pendidikan yang terakreditasi.

Sejauh ini proses pensertifikasian guru dilaksanakan melalui penelitian

portofolio yang didasarkan atas dokumentasi yang dikaitkan dengan kualifikasi

Page 5: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

akademik,pelatihan dan pengalaman mengajar, prestasi akademik, penghargaan

dalam bidang pendidikan, dll. Guru dinyatakan lulus dalam penilaian portofolio

akan diajukan untuk memperoleh sertiikat pendidik, sedangkan yang belum lulus

dianjurkan untuk memperoleh pelatihan PLPG (Pendidikan Latihan Profesi Guru)

dalam jangka waktu 9 hari. Bagi mereka yang lulus maka akan dianjurkan untuk

memperoleh sertifikasi pendidik, sedangkan yang belum lulus akan dianjurkan

untuk mengikuti pelatihan kembali dan kesempatan untuk mengikuti PLPG

diberikan sebanyak 2 kali. Guru penerima sertifikasi pendidik sebagian besar

merupakan jebolan dari PLPG.

Namun sayangnya, pengamatan sekilas menunjukkan bahwa

pensertifikasian guru terkesan belum cukup mampu untuk meningkatkan mutu

pendidikan, kecuali haya berfungsi sebagai kertas berharga dan untuk

meningkatkan taraf hidup guru itu sendiri. Maka dari itu, penulis sangat

bersemangat sekali untuk mengupas tuntas bagaimana cara meningkatkan mutu

pendidikan nasional di Indonesia tanpa mengubah sedikitpun aturan yang sudah

ada dan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah agar terciptanya guru yang

berkualitas bagus dan peserta didik yang kompeten yang dapat berguna dalam

pembangunan bangsa di masa sekarang dan masa depan bangsa Indonesia lebih

baik.

PEMBAHASAN

Makna Pendidikan

Pendidikan dianggap sebagai alat yang paling efektif saat ini untuk

melakukan perubahan terhadap masyarakat ke arah lebih baik, baik untuk segi

pendidikan itu sendiri maupun kemajuan bangsa. Bagi masyarakat yang kurang

maju pembangunan di bidang pendidikan merupakan cara paling efektif untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diharapkan akan membawa

dampak positif bagi peningkatan hidup masyarakat menjadi lebih baik. Inkeles

(1974 : 8) mengatakan,’’Saya percaya bagaimanapun juga manusia bisa diubah

Page 6: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang tetap menjadi manusia

tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan

dalam sebuah masyarakat tradisional’’. Maksud dari kutipan diatas adalah dengan

adanya perencanaan dan implementasi yang cermat dan tepat maka setiap orang

dapat berubah dan diubah menjadi manusia modern.lalu lebih lanjut Inkeles (ibid)

mengatakan,”Salah satu komponen yang langsung terkait atau memiliki andil

besar dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan

dan pengajaran” jadi, salah satu cara untuk mengubah manusia yang tradisional

menjadi manusia modern yaitu dengan cara pendidikan dan pengajaran.

Di samping itu, pendidikan ternyata memiliki pengaruh tiga kali lebih

besar dan kuat dibandingkan dengan usaha – usaha yang lain dalam hal

membentuk kualitas sumber daya manusia. Berbagai pengalaman di negara lain

memperlihatkan bahwa pendidikan memiliki peran yang cukup besar dalam

membangun negara tersebut ke arah kemajuan ekonomi dan kesejahteraan hidup

masyarakatnya. Contohnya seperti negara Jepang, Korea Selatan, Taiwan,dll.

Meskipun negara – negara tersebut negara yang miskin akan sumber daya alam,

Namun karena negara tersebut memiliki komitmen yang tinggi terhadap

pembangunan di bidang pendidikan maka pengaruh dari kemajuan pendidikan di

negara tersebut adalah pendidikan ikut mendorong dan membawa negara – negara

tersebut ke arah kemajuan dan kemakmuran bagi negara – negara tersebut.

Bangsa Indonesia mulai menyadari akan pentingnya pendidikan dalam

membangun sumber daya manusia yang handal. Bangsa Indonesia dikenal sebagai

negara dengan sumber daya alam yang melimpah ruah. Namun sayangnya, hal itu

kurang disadari oleh kebanyakan penduduknya karena mereka lebih terfokus

untuk mencari materi untuk pribadi masing – masing dibanding mempertahankan

dan mengolah materi yang sudah di depan mata. Dalam hal ini penduduk

Indonesia kurang kreatif dan cenderung bersikap pasif dengan sumber daya alam

indonesia, hal ini justru dimanfaatkan oleh negara lain untuk melakukan

pembodohan di Indonesia dengan dalih mengolah kekayaan Indonesia padahal

sebenarnya mereka mengeruk habis semua kekayaan Indonesia sedangkan

Page 7: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

Indonesia hanya mendapat keuntungan sebesar 1%. Dan anehnya kebanyakan

dari rakyat Indonesia berfikir bahwa keuntungan 1 % itu bernilai besar dan sangat

menguntungkan. Hal ini tidak lain dan tidak bukan disebabkan karena kurangnya

tenaga ahli pengelola sumber daya alam di Indonesia. Jikalau kita memiliki tenaga

ahli yang cukup dalam hal mengelola sumber daya alam maka tidak akan terjadi

lagi campur tangan orang luar di negeri kita tercinta ini. Menciptakan tenaga ahli

berawal dari pendidikan. Dari sini, kita tahu bahwa hanya dengan pendidikan kita

bukan saja dapat memperbaiki kepribadian kita melainkan kita dapat menguasai

dan membenahi Indonesia bahkan kita bisa menguasai dunia. Maka dari itu,

pemerintah mulai menyadari pentingnya pendidikan dengan cara mengalokasikan

dana anggaran pendidikan sebesar 20 % dari APBN/APBD.

Peran Guru

Permasalahan yang perlu diatasi saat ini adalah rendahnya kualitas dari

hasil pendidikan di berbagai jenjang pendidikan. Dalam suatu penelitian

dibenarkan apabila kualitas pendidikan masih rendah, penelitian tersebut adalah

penelitian TIMMS (Third Internasional Mathematics and Science Study) tahun

1999 yang menghasilkan bahwa dari 40 negara yang dikaji mengenai kemampuan

matematika siswa SLTP, Indonesia menempati peringkat ke – 36. Demikian

halnya dengan kajian PISA (Program for International Student Assessment) tahun

1992 terhadap kemampuan membaca anak sekolah kelompok umur 8 – 10 tahun

yang menunjukkan bahwa kemapuan anak Indonesia berada pada peringkat ke –

29. Salah satu survei yang dilakukan oleh The Political and Economic Risk

Consultancy (PERC) tahun 200 memperlihatkan rendahnya kualitas pendidikan di

Indonesia yaitu berada di urutan terakhir dari 12 negara di Asia yang dikaji. Dari

beberapa penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa kualitas pendidikan di

Indonesia masih sangat rendah padahal di lain sisi kita harus terus berjuang

meningkatkan mutu pendidikan agar siap bersaing melawan antar bangsa di dunia

yang memperebutkan sumber daya yang semakin terbatas jumlahnya.

Page 8: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

Berbagai unsur dalam sistem pendidikan nasional di segenap tingkatan

memerlukan pengembangan. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu

pendidikan adalah dengan cara memperbaiki kualitas pendidik / guru terlebih

dahulu baik dari segi pengetahuan maupun cara mengajar lalu setelah itu baru

kepada peserta didik. Peran guru sangatlah penting dalam memperbaiki mutu

pendidikan nasional. Mungkin di antara kita masih ingat, ketika duduk di kelas 1

SD, guru-lah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia

memegang satu demi satu tangan peserta didik dan membantunya agar dapat

memegang pensil dengan benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta

didik berani berbuat benar, dan bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya.

Guru juga bertindak sebagai pembantu atau bisa dikatakan orang tua kedua setelah

orang tua kita di rumah contohnya ketika ada peserta didik yang buang air kecil,

atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Selain itu,

ketika ada murid yang jatuh berkelahi dan menangis guru-lah yang dengan sabar

mengurus semuanya.

Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Selain itu, guru memiliki peran

dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian peserta didik selain

orang tua di rumah yang nantinya akan berguna untuk mencetak generasi hebat

dan sumber daya manusia (SDM) bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Selain itu, guru harus berpacu dalam pembelajaran dengan cara memberikan

kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik agar dapat mengembagkan

potensinya secara optimal. Dalam hal ini menurut (Dr. E. Mulyasa, M.Pd.,2012 :

36) guru harus bersifat kreatif dan profesionalime dalam memposisikan diri

sebagai berikut :

1. Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.

2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para

peserta didik.

3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani

peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.

Page 9: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat

mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan

saran pemecahannya.

5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.

6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan

(bersilahturahmi) dengan orang lain secara wajar.

7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antarpeserta didik,

orang lain, dan lingkungannya.

8. Mengembangkan kreativitas.

9. Menjadi pembantu ketika diperlukan.

Menurut UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, ada 4

kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pendidikan. Empat

kompetensi dasar dimaksud adalah kompetensi pedagogik, profesional,

kepribadian dan kompetensi sosial.

1. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru untuk

memahami dinamika proses pembelajaran dengan baik.

Pembelajaran di ruang kelas bersifat dinamis karena terjadi

interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan temannya dan

siswa dengan sumber belajar yang ada. Guru perlu memiliki

strategi pembelajaran tertentu agar interaksi belajar yang terjadi

berjalan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan guru mengelola

pembelajaran dengan baik. Guru akan dapat mengelola

pembelajaran apabila menguasai; materi pelajaran, mengelola

kelas dengan baik, memahami berbagai strategi dan metode

pembelajaran, menggunakan media dan sumber belajar yang ada

Page 10: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

3. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru untuk

menunjukkan sikap dan pribadi yang dapat ditiru dan dipatuhi.

Guru dapat ditiru karena terdapat sikap dan pribadi yang baik. Guru

dipatuhi karena memiliki ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi

siswa.

4. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk

berinteraksi dan berkomunikasi sosial yang baik. Kemampuan

bersosialisasi ini dapat dilihat melalui pergaulan sosial guru dengan

siswa, rekan sesama guru maupun dengan masyarakat dimana ia

berada. Di samping itu, guru juga diharapkan memiliki kompetensi

untuk mengatasi konflik pergaulan sosial di lingkungan sekolah

maupun masyarakat.

Uraian di atas hanyalah kompetensi dasar yang harus dimiliki guru professional.

Giliran berikutnya kompetensi ini akan diperluas sehingga guru betul-betul

menjadi sosok yang digugu dan ditiru oleh orang lain.

Untuk memenuhi tuntutan di atas, guru harus mampu memaknai

pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan

kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Untuk kepentingan

tersebut, dengan memperhatikan kajian Pullias dan Young (1988), Manan (1990),

serta Yelon and Weinstein (1997) E.Mulyasa (2012 : 7) mengatakan,”Sedikitnya

19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,

penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti,

pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah,

pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, kulminator”.

1. Guru sebagai Pendidik

Page 11: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

Guru adalah pendidik yang menjadi panutan bagi peserta

didik dan lingkungannya. Maka dari itu, guru harus memiliki sikap

tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan dengan

tanggung jawab, guru harus bertanggung jawab terhadap segala

tindakan dan kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan norma

dan nilai – nilai di sekolah dan masyarakat.

Sedangkan berkenaan dengan wibawa, guru harus memiliki

kelebihan baik dalam segi pemahaman ilmu pengetahuan,

teknologi maupun sikap dan budi pekerti yang baik. Selain itu,

guru harus bersikap mandiri yaitu guru harus mampu mengambil

keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran terutama

berkaitan dengan masalah pembelajaran dan pembentukan

kompetensi peserta didik.

Sedangkan guru harus memiliki sikap disiplin yaitu

menerapkan sikap disiplin dalam pembelajaran di kelas, namun

sebelum guru menanamkan sikap disiplin pada peserta didik guru

harus terlebih dahulu memulai menanamkan sikap disiplin dari

dalam diri guru itu sendiri dan menerapkannya dalam berbagai

tindakan dan perilaku guru dalam sehari – hari.

2. Guru sebagai Pengajar

Guru sebagai pengajar bertugas untuk membantu peserta

didik untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya,

membentuk kompetensi, dan memahami materi yang sedang

dipelajari. Pada era globalisasi semakin berkembangnya teknologi

hanya dapat sedikit menggeser fungsi guru namun belum mampu

menggantikan peran dan fungsi guru dan itupun haya terjadi di

kota – kota besar saja dimana peserta didik memiliki berbagai

sumber belajar baik melalui internet atau buku. Maka dari itu,

teknologi mengubah peran guru dari pengajar yag bertugas

Page 12: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang

memberikan kemudahan belajar.

E. Mulyasa (2012 : 39) mengatakan,” Kegiatan belajar

peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti motivasi,

kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan

verbal, tingkat kebebasan, rasa aman, dan ketrampilan guru dalam

berkomunikasi”. Apabila faktor – faktor diatas terpenuhi maka

peserta didik dapat belajar dengan baik, sehubungan dengan itu,

sebagai orang yang bertugas menjelaskan, guru harus berusaha

membuat pembelajaran yang mudah dipahami oleh siswa dan

berusaha terampil dalam memecahkan masalah.

3. Guru sebagai Pembimbing

Sebagai pembimbing guru harus merencanakan tujuan dan

kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan

apa yang telah dimiliki oleh peserta didik berdasarkan kemampuan

yang dimiliki oleh peserta didik, untuk mencapai tujuan tersebut

guru harus melihat dan memahami peserta didik dalam segi

kemampuan dan psikologi anak. Lalu selanjutnya guru harus

melibatkan peserta didik dalam pembelajaran dan yang paling

penting peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar tidak

hanya secara fisik saja melainkan peserta didik harus terlibat secara

psikologi. Dengan kata lain, peserta didik harus dibimbing agar

memiliki pengalaman dan kompetensi dalam kegiatan belajar.

Selanjutnya guru harus dapat memaknai kegiatan belajar

dengan pembelajaran yang baik dan memberi pertanyaan kepada

peserta didik dengan pertanyaan yang menantang rasa ingin tahu

peserta didik. Dan setelah itu guru dapat memberi penilaian. Jika

berhasil, mengapa, dan jika tidak berhasil mengapa? Dan mencari

solusi dari setiap kesalahan agar dikemudian hari dapat

memberikan pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya dan

bermanfaat untuk perbaikan kualitas pembelajaran.

Page 13: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

4. Guru sebagai Pelatih

Pemberian latihan pada peserta didik bertujuan untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan yang dimiliki peserta

didik selain itu dengan adanya latihan, guru dapat mengetahui

seberapa besar pemahaman yang dapat diterima oleh peserta didik

dari materi yang sudah ia sampaikan pada peserta didik.

5. Guru sebagai Penasehat

Menjadi guru berarti menjadi penasehat dan menjadi orang

kepercayaan bagi peserta didiknya. Setiap saat peserta didik selalu

dihadapkan dengan masalah, terutama masalah yang berkaitan

dengan penguasaan kompetensi. Disisi lain peserta didik adalah

sosok yang senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk

membuat keputusan. Kondisi ini membuat peserta didik menjadi

bingung yang akhirnya dapat merugikan peserta didik itu sendiri.

Kondisi inilah dibutuhkan peran guru sebagai penasehat

kepercayaan dlam pembelajaran.

6. Guru sebagai Pembaharu (Innovator)

Peran guru sebagai innovator adalah pembaharu

pengetahuan bagi peserta didiknya. Gurulah sebagai penerjemah

sekaligus agen pengalaman, agen pengetahuan, dan agen

perubahan bagi peserta didik. Sebagai agen guru harus kreatif,

memiliki rasa ingin tahu yang besar, selalu bersemangat, pantang

menyerah, dan toleran terhadap perubahan.

7. Guru sebagai Model dan Teladan

Menjadi teladan merupakan bagian penting dari peran

seorang guru. Sebagai teladan tentu kepribadian dan perilaku guru

menjadi sorotan dan acuan bagi peserta didik, tentu kita masih

Page 14: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

ingat pepatah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” karena

kepribadian dan perilaku guru mempengaruhi peserta didik, maka

guru seharusnya menjadi model teladan terbaik bagi peserta didik

yang dapat mengantarkan peserta didik pada tujuan dan cita-cita

sebenarnya.

8. Guru sebagai Pribadi

Guru sebagai pribadi harus memiliki nilai moral,

kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan sosial, dan

kecerdasan spiritual yang tinggi. Karena guru menjadi panutan

oleh peserta didik, jadi seorang guru haruslah bersikap baik di

depan peserta didik maupun tidak bersama peserta didik. Agar

peserta didik dapat menjadikan guru tauladan yang baik dalam

kehidupan sehari-harinya.

9. Guru sebagai Peneliti

Rasa ingin tahu merupakan salah satu kebutuhan semua

manusia. Menyadari akan keterbatasannya sebagai manusia, maka

guru berusaha untuk mencari apa yang belum diketahui. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan adalah melalui penelitian. Hal yang

paling sederhana adalah melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

10. Guru sebagai Pendorong Kreativitas

Kreativitas merupakan sifat penting yang harus dimiliki

oleh seorang guru. Kreativitas ini perlu di perkuat dengan kegiatan-

kegiatan yang mengarah timbulnya ide atau gagasan baru yang

orisinil, dan karya nyata dalam proses pembelajaran. Orang yang

kreatif selalu fungsional, berguna dan bermanfaaat bagi dirinya,

orang lain dan lingkungan disekitarnya.

11. Guru sebagai Pembangkit Pandangan

Page 15: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

Guru harus mampu menanamkan pandangan yang positif

terhadap martabat manusia dan menanamkannya ke dalam diri

peserta diidk. Sehingga peserta didik akan menjadi orang yang

menjunjung tinggi harkat dan martabat mausia, sehingga terjadi

kehidupan bermasyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

12. Guru sebagai Pekerja Rutin

Guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu,

serta kegiatan rutin yang sangat diperlukan dan sering kali

memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik,

maka bisa mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua

perannya.

13. Guru sebagai Pemindah Kemah

Sayidina Ali pernah berpesan “Ajarlah anakmu sesuai

dengan zamannya” ungkapan ini sangat tepat dengan peran guru

sebagai pemindah kemah, artinya pengetahuan dan pengalaman

yang kita berikan kepada peserta didik disesuaikan dengan tuntutan

zaman sekarang.

14. Guru sebagai Pembawa Cerita

Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri dan

menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan

keberadaannya itu. Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul

dalam lingkungannya dan berhubungan dengan lingkungan, tanpa

mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui cerita. Guru

tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang

kehidupan, karena ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat

bermanfaat bagi manusia. Cerita adalah cermin yang bagus dan

merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa

mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan

Page 16: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang

nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan

dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk

membangkitkan gagasan kehidupan di masa mendatang.

15. Guru sebagai Aktor

Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak

terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga

tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-

respon pendengarnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya

sehingga dapat dikontrol. Sebagai aktor, guru berangkat dengan

jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan

kegiatannya. Tahun demi tahun sang actor berusaha mengurangi

respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.

16. Guru sebagai Emansipator

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi

peserta didik, menghormati setiap insane dan menyadari bahwa

kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Guru

mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan

seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak

menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan rendah

diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika

peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami

berbagai kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang

percaya diri.

17. Guru sebagai Evaluator

Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi

sejauh mana tujuan telah dapat dicapai, sebagai evaluator guru

Page 17: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

harus memiiki prinsip dan tujuan yang jelas dalam melaksanakan

evaluasi terhadap peserta didik.

18. Guru sebagai Pengawet

Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari

generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia

terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusia

sekarang maupun di masa depan. Sarana pengawet terhadap apa

yang telah dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga

harus mempunyai sikap positif terhadap apa yang akan diawetkan.

19. Guru sebagai Kulminator

Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara

bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya

peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang

memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui kemajuan

belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai

evaluator. Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba

bisa dan serba tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan

pengetahuan pada muridnya dengan cara yang sesuai dengan

perkembangan dan potensi anak didik.

Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang

guru. Peran yang begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya

tidak menjadikan calon guru mundur dari tugas mulia tersebut.

Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan dan motivasi bagi

calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus ada

yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat

tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan

akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.

Page 18: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

Pengembangan Soft Skills Guru

Setelah kita tahu apa saja peran guru maka yang harus kita lakukan

sekarang adalah mengembangkan kemampuan kita sebagai pendidik / guru agar

dapat menjadi guru yang berkualitas. Sebagai seorang guru, guru memiliki tugas

untuk mendidik bukan mengajar. Mendidik adalah proses transfer nilai,

sedangkan mengajar merupakan proses transfer pengetahuan. Proses mendidik

tidak hanya berlangsung dalam kelas melainkan bisa terjadi dimana saja, maka

dari itulah alasan mengapa proses mendidik lebih penting, maka guru harus

memperkuat kompetensi yang berhubungan dengan tugas mendidik. Seperti

diketahui kompetensi yang harus dimiliki seorang guru ada empat yaitu

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut saling terkait dan harus

dimiliki oleh seorang guru. Keempat kompetensi tersebut dapat kita kelompokkan

menjadi dua, yaitu hard competence( hard skills) dan soft competence (soft skills).

Yang termasuk hard competence (hard skills) adalah kompetensi pedagogik dan

kompetensi profesional, sementara soft competence (soft skills ) adalah

kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Sebelum kita mengembangkan kemampuan kita alangkah lebih baiknya

kita tahu apa itu soft skills guru? Dr. Muqowim (2012 : 5) mengatakan,” soft skills

adalah ketrampilan non – teknis, ketrampilan yang dapat melengkapi kemampuan

akademik, dan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap orang, apa pun profesi

yang ditekuni. Profesi seperti guru, polisi, dokter, akuntan,petani,pedagang,

perawat, arsitek, dan nelayan harus mempunyai soft skills”. Dari kutipan diatas

dapat kita simpulkan baha menjadi profesi apa saja harus mempunyai soft skills.

Soft skills dapat dikatakan sebagai modal awal dari suatu pekerjaaan agar dalam

menjalankan pekerjaan tersebut akan usaha kita akan menghasilkan hasil yang

bagus dan berkualitas. Salah satu contohnya adalah profesi guru, Untuk menjadi

guru yang berkualitas dengan menciptakan peserta didik yang berkualitas dengan

hasil belajar yang bagus seorang guru memerlukan soft skills sebagai modal awal.

Jika dipersentase soft skills guru menempati 80 % dan 20 % nya ditempati oleh

Page 19: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

hard skills. Apa itu hard skills ? Dr. Muqoim (2012 : 10 – 11) mengatakan,” hard

skills adalah kemampuan guru secara teknis dalam menyelesaikan tugas – tugas

tertentu menurut profesi masing – masing”. Jadi dapat kita simpulkan dari kutipan

diatas hard skills adalah cara masing – masing orang dalam menyelesaikan

masalah dari setiap profesinya berbeda – beda dan hal ini berkaitan dengan

karakter dari orang tersebut.

LPTK Penghasil Calon Guru

Guru merupakan produk dari pendidikan tinggi yang disebut sebagai Lembaga

Penghasil Tenaga Kependidikan (LPTK). Jadi dapat kita simpulkan bahwa LPTK

merupakan penghasil tenaga pendidik (guru) yang berperan menghasilkan calon

guru yang berkompeten dan profesional. Pertanyaan mendasar yang diajukan

bagaimana LPTK mampu menghasilkan lulusan calon guru yang kompeten dan

profesional. Kompetensi dan profesionalisme kerja tidak langsung diperoleh

lulusan LPTK setelah memperoleh S1 dan akan diangkat menjadi pendidik/guru,

seperti yang dipersyaratkan dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pra Jabatan,

melainkan seharusnya kompetensi dan profesionalisme kerja dibentuk dan

dikembangkan semasa menjalani pendidikan S1.

LPTK merupakan lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan

program akademik dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan untuk menghasilkan

lulusan calon guru. Keberadaan LPTK teramat penting, terutama dalam

menghasilkan pendidik/guru sebagai pihak yang nantinya menjalankan tugas

pembelajaran dalam membentuk dan mengembangkan kualitas peserta didik dan

siswa. Dengan demikian kemampuan LPTK dalam menghasilkan lulusan calon

guru pun perlu mendapat perhatian dan penekanan serius. Harapan yang

terkandung dari keberadaan LPTK adalah kemampuan lembaga ini dalam

menjalankan peran dan fungsinyadalam menghasilkan calon guru yang terkategori

kompeten dan profesional. Artinya, LPTK dituntut untuk dapat memberikan

pembekalan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan yang memadai pada

lulusannya, agar kelak dapat menjalankan tugasnya sebagai pendidik secara

Page 20: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

memadai yang akhirnya bermuara pada pencapaian kualitas pendidikan peserta

didik/siswanya yang memadai. Dengan demikian, LPTK benar – benar berfungsi

sebagai wadah dan wahana sistemik untuk mencerdaskan bangsa,

mengembangkan kemampuan dan daya saing, membangun watak dan peradaban

bangsa.

Studi yang dilakukan oleh berbagai pihak cenderung menunjukkan situasi

yang memprihatinkan. Masih besar jumlah pendidik/guru yang terkategori kurang

memuaskan, sekaligus mengindifikasikan bahwa LPTK masih belum mampu

menghasilkan lulusan calon guru seperti yang diharapkan. Apabila situasi ini

dibiarkan dan tidak dicarikan upaya pembenahannya, maka teramat sulit

mengharapkan LPTK mampu menjalankan peran dan fungsi sebagaimana

diharapkan, terutama sebagai sumber penghasil tenaga pendidik/guru yang

kompeten dan profesional. Jadi persolana mendasar, bagaiman menjadikan LPTK

menghasilkan lulusan calon guru yang benar – benar kompeten dan profesional?

LPTK belum menjalankan peran dan fungsi seperti yang diharapkan, terutama

ditinjau dari sisi kualitas lulusan. Maka dari itu diperlukan pemikiran untuk

mengatasi permasalalahan tersebut agar LPTK dapat menjalankan peran dan

fungsi nya sebagaimana mestinya.

Seiring dengan permasalahan itu, maka diterapkannya program tertentu

sebagai bagian dari kurikulum perkuliahan yang harus ditempuh oleh mahasiswa.

Program tersebut disebut dengan bridging program,sebagai salah satu materi

perkuliahan yang terkait dnegan pengembangan kompetensi (kepribadian,

pedagogis, profesional, dan sosial) baik teoritis maupun prakteknya. Bridging

program juga dapat disebut sebagai program yang menjembatani dan membekali

mahasiswa LPTK calon guru untuk memenuhi kompetensi dan profesional yang

memadai apabila kelak menjadi pendidik/guru. Oleh karena itu penerapan

program ini harus dipikirkan dan direncanakan secara matang dalam segenap

bidang keilmuan yang ada, menjadikannya sebagai kurikulum yang wajib diikuti

oleh mahasiswa. Disarankan bridging program dapat diikuti oleh mahasiswa pada

Page 21: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

tahun terakhir setelah menempuh semuan mata kuliah yang diperikan oleh

lembaga pendidikan dimana sedang menjalani perkuliahan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri Se-Surakarta yang terdiri dari

delapan sekolah yang dimulai dari Bulan Maret 2011sampai dengan selesainya

penelitian ini yaitu Bulan Desember 2012.Populasi dalam penelitian ini termasuk

dalam populasi yang jumlahnya terhingga karena memiliki elemen dengan jumlah

tertentu, adapun yang menjadi karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah

guru-guru di SMK Negeri Se-Surakarta yang telah lulus program sertifikasi

profesi guru kuota tahun 2008 dan telah menerima tunjangan profesi, baik yang

berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan dengan jumlah 159 guru. Sampel

dalam penelitian ini diambil 50% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 80 guru,

dan teknik pengambilan sampelnya dengan teknik simple random sampling

karena subjek-subjek di dalam populasi dianggap sama.Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner dan

dokumentasi. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis tertutup

dalam bentuk check list, dan guna mempermudah pengukuran data yang diperoleh

dari responden, digunakan skala likert skala 1 sampai 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Koefisien Determinan (R2) Sertifikasi Guru (X) Terhdap Motivasi Kerja

(Y1)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel terikat dapat

dijelaskan oleh variabel bebas. Angka R2 (R Square) adalah 0,592. Hal tersebut

berarti 59,2% variasi motivasi kerja dapat dijelaskan oleh variabel sertifikasi

profesi. Sisanya (100% - 59,2% = 40,8%) dijelaskan oleh faktor lain.

Page 22: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

Tabel 1. Hasil Uji Koefisien Determinan

Model R

1 592

(Sumber : Data primer diolah, 2012)

Uji Koefisien Determinasi (R2) Sertifikasi Guru (X) Terhadap Kinerja (Y2)

Angka R2 (R Square) adalah 0,467. Hal tersebut berarti 46,7% variasi kinerja guru

dapat dijelaskan oleh variabel sertifikasi profesi. Sisanya (100% - 46,7% = 53,3%)

dijelaskan oleh faktor lain.

Tabel 2 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model R

1 467

(Sumber : Data primer diolah, 2012)

Uji Parsial (Uji t) Sertifikasi Guru (X) Terhadap Motivasi Kerja (Y1)

Pengaruh parsial dari variabel sertifikasi profesi (X) terhadap motivasi kerja (Y1)

menunjukkan bahwa thitung sebesar 10,641 dengan taraf signifikansi 5% dan

memiliki nilai probabilitas 0,000. Oleh karena thitung > ttabel atau 10,641 > 1,664

dan probabilitas 0,000 < 0,05. maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh signifikan sertifikasi profesi guru (X) terhadap motivasi

kerja (Y1).

Tabel 3 Hasil Uji Regresi Sederhana Variabel X terhadap Y1

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

Page 23: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

1 (Constant)

X

7.623.844 7.623.102 683 12.998.266 198

.00

0

(Sumber: Data primer diolah, 2012)

Uji Parsial (Uji t ) Variabel Sertifikasi Profesi (X) terhadap Kinerja (Y2)

Pengaruh parsial dari variabel sertifikasi profesi (X) terhadap kinerja (Y2)

menunjukkan bahwa thitung sebesar 8,266 dengan taraf signifikansi 5% dan

memiliki nilai probabilitas 0,000. Oleh karena thitung > ttabel atau 8,266 > 1,664

dan probabilitas 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat pengaruh signifikan sertifikasi profesi guru (X) terhadap kinerja

(Y2).

Pembahasan Hasil Analisis Data

Uji Parsial Variabel Sertifikasi Profesi (X) terhadap Motivasi Kerja (Y1)

Pengaruh parsial dari variabel sertifikasi profesi (X) menunjukkan bahwa thitung

sebesar 10,641dengan taraf signifikansi 5% dan memiliki nilai probabilitas 0,000.

Oleh karena thitung > ttabel atau 10,641 > 1,664 dan probabilitas 0,000 < 0,05

maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan

antara variabel sertifikasi profesi (X) terhadap motivasi kerja guru (Y1).

Perolehan ini sesuai dengan perolehan Mika Marsely (2008) bahwa program

sertifikasi guru berpengaruh secara langsung yang positif dan signifikan terhadap

motivasi kerja guru di SMA Negeri Se-Kota Malang. Guru dalam bekerja

melaksanakan tugasnya akan didasari oleh dorongan yang melatarbelakangi dia

melakukan pekerjaan tersebut. Dorongan itulah yang disebut dengan motivasi.

Dalam tugasnya sebagai seorang pendidik, guru memerlukan motivasi baik dari

dalam maupun dari luar. Motivasi biasa muncul dari dalam diri guru maupun dari

luar diri guru. Menurut Hasibuan (2003), motivasi yang muncul dari dalam diri

seseorang yang meliputi: prestasi yang dimiliki, rasa tanggung jawab,

pengembangan potensi individu, pengakuan kedudukan guru, dan kemampuan

Page 24: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

(ability) atau kompetensi guru yang harus dimiliki sebagai syarat menjadi seorang

guru. Sedangkan motivasi dari luar individu lebih cenderung pada gaji atau upah,

kondisi kerja dan hubungan antar pribadi. Guru yang telah lulus program

sertifikasi serta menguasai empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi kepribadian

lebih termotivasi dalam mengembangkan kemampuannya. Hal tersebut

dikarenakan adanya pengakuan, penghargaan, pengalaman, rasa tanggung jawab

dan ilmu yang didapat selama guru-guru tersebut mengikuti ujian sertifikasi

keprofesionalan. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

persepsi yang baik oleh guru di SMK Negeri Se-Surakarta terhadap program

sertifikasi profesi guru. Artinya semakin tinggi guru mempunyai persepsi yang

baik tentang program sertifikasi profesi guru, maka motivasi kerja guru akan

semakin meningkat. Dalam hal ini motivasi instrisiknya adalah keinginan untuk

untuk berprestasi, keinginan untuk maju, pengakuan dan penghargaan dalam

melakukan tugas, dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Sedangkan

motivasi ekstrinsiknya adalah insentif yang berupa gaji tunjangan sertifikasi.

Uji Parsial Variabel Sertifikasi (X) terhadap

Kinerja Guru (Y1)

Pengaruh parsial dari variabel sertifikasi profesi (X) menunjukkan bahwa thitung

sebesar 8,266 dengan taraf signifikansi 5% dan memiliki nilai probabilitas 0,000.

Oleh karena thitung > ttabel atau 8,266 > 1,664 dan probabilitas 0,000 < 0,05

maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan

antara variabel sertifikasi profesi (X) terhadap kinerja guru (Y2). Perolehan ini

tidak sesuai dengan perolehan Widyaningtias Aprilia (2010) bahwa tidak terdapat

pengaruh yang signifikan antara program sertifikasi terhadap kinerja guru

ekonomi SMA Se-kabupaten Nganjuk. Guru dalam proes belajar mengajar di

kelas mempunyai peran yang sangat penting demi tercapainya tujuan

pembelajaran. Fasli Jalal (2007) mengatakan bahwa pendidikan yang bermutu

sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang

Page 25: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

profesional, sejahtera, dan bermartabat. Oleh karena itu keberadaan guru yang

bermutu merupakan syarat mutlak hadirnya sistem pendidikan yang berkualitas.

Kunandar (2007) mengemukakan bahwa sertifikasi profesi guru adalah proses

untuk memberikan sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar sebagai

bukti atau pengakuan atas kemampuan profesionalnya sebagai tenaga pendidik.

Program ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan

mutu guru di Indonesia. Program ini mendidik guru untuk meningkatkan

kompetensi dasar mereka yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Kompetensi guru

merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial,

dan spiritual secara khaffah membentuk kompetensi standar profesi guru. Jika

guru telah mampu menguasai berbagai kompetensi dasar yang di tuntutkan, maka

hal tersebut akan berdampak pada kinerjanya yang semakin meningkat. Hasil

analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat persepsi yang baik oleh

guru di SMK Negeri Se-Surakarta terhadap program sertifikasi profesi guru.

Artinya semakin tinggi guru mempunyai persepsi yang baik mengenai sertifikasi

profesi guru , maka kinerja guru akan mengalami peningkatan, hal tersebut

dikarenakan setelah mendapat sertifikat pendidik, guru akan terus berusaha

membangun citra guru dengan bekerja sungguh-sungguh, meningkatkan kualitas

diri, dan menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dan masyarakat sekitar.

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah

diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada pegaruh

sertifikasi profesi terhadap motivasi kerja guru di SMK Negeri se-Surakarta, hal

ini dapat dilihat dari hasil uji t yang diperoleh hasil thitung > ttabel yaitu 10,641>

1,664 pada taraf signifikansi 5%. Kesimpulan kedua yaitu ada pengaruh sertifikasi

profesi terhadap kinerja guru di SMK Negeri se-Surakarta, hal ini dapat dilihat

dari hasil uji t yang diperoleh hasil thitung > t tabel yaitu 8,226 > 1,664 pada taraf

signifikansi 5%.

Simpulan

Page 26: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

kata kunci bagi kemajuan pendidikan di Indonesia adalah guru. Sebagai

seorang guru yang menjadi panutan setiap peserta didik, diharapkan memiliki

kualitas yang baik da profesionalisme. Bagaimana jadinya pendidikan di negeri ini

apabila setiap guru yang menjadi panutan setiap peserta didik bersikap seenaknya

dan tidak berkompeten. Maka dari itu setiap guru harus berkompeten. Salah satu

caranya dengan belajar dengan baik saat sedang berada di Perguruan Tinggi

khususnya calon guru. Jangan hanya menjadi guru yang lulus S1 saja melainkan

harus juga berkompete agar dapat menciptakan generasi yang hebat penerus

bangsa Indonesia.

Saran

Mengingat bagaimana pentingnya pendidikan dalam suatu bangsa maka

seharusnya kita harus memajukan pendidikan dengan cara yang terkecil terlebih

dahulu yaitu dengan cara meningkatkan kualitas guru dengan cara memperbaiki

sistem pendidikan yang sudah ada seperti penentuan sertifikasi lebih diperketat

dan seleksinya berdasarkan hasil yang real dan kompeten karena jika dalam

menentukan pensertifikasian guru saja sudah salah maka hal itu dapat merusak

seluruh komponen pendidikan sehingga akan menghasilkan hasil belajar peserta

didik yang buruk. Maka dari itu, pemerintah harus membenahi tes seleksi

pensertifikasian guru agar benar – benar menghasilkan guru yang profesional.

Untuk itu, kita sebagai calon pendidik harus mulai membenahi masing – masing

diri dimulai dengan hal kecil seperti menguasai setiap materi dan bersikap displin

waktu agar kelak ketika kita telah menjadi guru kita dapat menguasai materi

sehingga dapat menjelaskan dan memberikan pemahaman yang baik kepada

peserta didik. Dan yang paling penting senantiasa mau berubah dan merubah

sikap dalam hal mengajar. Mari mencerdaskan anak bangsa dengan pendidikan

lebih berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: Membangun profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan

Agung, Iskandar.2012. Menghasilkan Guru Kompeten & Profesional. Jakarta :

Penerbit Bee Media Indonesia

Muqowim.2012. Pengembangan Soft Skills Guru. Jakarta : PEDAGOGIA (PT

Pustaka Insan Madani, Anggota IKAPI)

Mulyasa, 2012. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Jakarta : PT. Rajagrafindo

Sadulloh, Uyoh, dkk. 2011. Pedagogik. Bandung : Alfabeta

Kunandar, 2009. Guru Profesional. Jakarta : PT Rajawali

Hesti Murwati. (2013). Pengaruh Sertifikasi Profesi Guru terhadap Motivasi

Kerja dan Kinerja Guru di SMK Negeri Se-Surakarta).Jakarta : Jurnal Pendidikan

Bisnis dan Ekonomi (BISE) Vol.1 No. 1 Tahun 2013.