membangun pendidikan karakter bangsa melalui pembelajaran matematika

10
105 MEMBANGUN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA Hendra Erik Rudyanto Lecture IKIP PGRI MADIUN Abstrak Globalisasi berdampak positif bagi yang dapat mengikuti arusnya secara positif, namun juga berdampak negatif jika tidak membentengi diri dengan baik. Namun kenyataannya dampak negatif bahkan lebih mendominasi, hal itu dibuktikan dengan kemerosotan karakter bangsa. Kunci sukses untuk menghadapi tantangan globalisasi tersebut terletak pada karakter sumber daya manusia bangsa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya pada karakter individu. Pendidikan merupakan salah satu aspek strategis untuk mengatasi dan mencegah hal tersebut. Melalui pengembangan pendidikan karakter di semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang ada pada setiap jenjang pendidikan dimana didalamnya terkandung nilai-nilai yang mendukung keberhasilan pembentukan karakter bangsa. Potensi nilai-nilai tersebut termuat dalam materi matematika maupun dalam pembelajarannya. Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Matematika, Karakter Bangsa A. PENDAHULUAN Globalisasi memang sudah tidak dapat ditolak kehadirannya. Globalisasi yang telah merambah kepada semua aspek kehidupan, baik ekonomi, politik, maupun budaya menandakan bahwa orang yang hidup di era ini mau tidak mau harus mampu berkompetisi dalam segala bidang apabila tidak mau tertinggal jauh. Hal ini tentu saja membawa dampak positif terhadap keberlangsungan hidup masyarakat sebagai warga negara Indonesia jika dapat mengikuti arusnya secara positif. Namun di sisi lain, dampak negatif juga ikut mengiringi jika kita tidak mampu membentengi diri dengan baik. Hal tersebut senada dengan perkembangan karakter bangsa kita, dimana kian hari semakin mengalami kemerosotan. Tindakan menyimpang yang

Upload: warjoko

Post on 04-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika

105

MEMBANGUN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Hendra Erik Rudyanto

Lecture IKIP PGRI MADIUN

Abstrak

Globalisasi berdampak positif bagi yang dapat mengikuti arusnya

secara positif, namun juga berdampak negatif jika tidak

membentengi diri dengan baik. Namun kenyataannya dampak

negatif bahkan lebih mendominasi, hal itu dibuktikan dengan

kemerosotan karakter bangsa. Kunci sukses untuk menghadapi

tantangan globalisasi tersebut terletak pada karakter sumber daya

manusia bangsa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan adanya

peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya pada

karakter individu. Pendidikan merupakan salah satu aspek strategis

untuk mengatasi dan mencegah hal tersebut. Melalui

pengembangan pendidikan karakter di semua mata pelajaran,

pengembangan diri, dan budaya sekolah. Matematika adalah salah

satu mata pelajaran yang ada pada setiap jenjang pendidikan

dimana didalamnya terkandung nilai-nilai yang mendukung

keberhasilan pembentukan karakter bangsa. Potensi nilai-nilai

tersebut termuat dalam materi matematika maupun dalam

pembelajarannya.

Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Matematika, Karakter Bangsa

A. PENDAHULUAN

Globalisasi memang sudah tidak dapat ditolak kehadirannya. Globalisasi

yang telah merambah kepada semua aspek kehidupan, baik ekonomi, politik,

maupun budaya menandakan bahwa orang yang hidup di era ini mau tidak mau

harus mampu berkompetisi dalam segala bidang apabila tidak mau tertinggal jauh.

Hal ini tentu saja membawa dampak positif terhadap keberlangsungan hidup

masyarakat sebagai warga negara Indonesia jika dapat mengikuti arusnya secara

positif. Namun di sisi lain, dampak negatif juga ikut mengiringi jika kita tidak

mampu membentengi diri dengan baik.

Hal tersebut senada dengan perkembangan karakter bangsa kita, dimana

kian hari semakin mengalami kemerosotan. Tindakan menyimpang yang

Page 2: Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika

106

dilakukan pelajar membuat pendidikan karakter mendesak untuk diterapkan di

berbagai jenjang sekolah. Fondasi karakter yang kuat, tentunya juga akan

menjadikan pelajar mampu bersaing kelak di kancah internasional. Wajah

pendidikan Indonesia tercoreng dengan berbagai pemberitaan miring. Masih

teringat dipikiran kita peristiwa tawuran antar pelajar di ibu kota yang

mengakibatkan terenggutnya nyawa. Seorang pelajar seharusnya segala tindak

lagunya mencerminkan seseorang yang terpelajar yang mengutamakan otak dan

intelektualitasnya untuk berekspresi.

Bukan sebaliknya, atas dasar berkespresi malahan bertingkah brutal

melanggar norma-norma yang berlaku. Contoh tersebut hanya sebagian kecil

sebagai contoh bukti nyata kemerosotan karakter bangsa kita, dan masih banyak

contoh-contoh lain misalnya korupsi yang merajalela dan kian lama tak

terbendung, kerusuhan, kekerasan, perpecahan yang terjadi di berbagai organisasi,

keinginan merdeka dari sebagian wilayah, kekurangtaatan pemerintah daerah

terhadap pemerintah pusat. Peristiwa-peristiwa tersebut mengindikasikan

memudarnya karakter kebangsaan.

Pemerintah telah berupaya untuk mengatasi bahkan mengantisipasi hal

tersebut. Salah satu elemen yang strategis untuk melakukan usaha tersebut melalui

pendidikan. Tentu saja, sudah merupakan bagian dari tugas dunia pendidikan

untuk menyiapkan bagaimana menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang

memiliki kemampuan atau berkompetensi. Dunia pendidikan harus mampu

menyiapkan SDM yang dapat mengikuti arus globalisasi dalam arti yang positif.

Demikian pula, karena globalisasi mengandung pula hal-hal yang negatif, maka

lembaga pendidikan di samping juga masyarakat dan keluarga (stakeholder) harus

mampu membentengi generasi penerus terutama dari pengaruh budaya yang tidak

sesuai dengan norma (agama) sebagai tolak ukur kepribadian atau budi pekerti.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 3, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Page 3: Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika

107

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Namun kondisi pendidikan di sekolah sekarang ini cenderung

mengembangkan aspek kognitif siswa, dimana aspek selain kognitif seperti afektif

kurang mendapat perhatian bahkan terabaikan.

Menurut Akbar (2009) praktik pendidikan di Indonesia cenderung lebih

berorentasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis) yang lebih

bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ), namun kurang

mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional

intelligence (EQ), dan spiritual intelligence (SQ). Pembelajaran diberbagai

sekolah bahkan perguruan tinggi lebih menekankan pada perolehan nilai hasil

ulangan maupun nilai hasil ujian. Banyak guru yang memiliki persepsi bahwa

peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah memiliki nilai hasil

ulangan / ujian yang tinggi, padahal nilai yang tinggi tapi belum menjamin

memiliki sikap yang baik.

Dalam lingkup satuan pendidikan pengembangan karakter dapat dilakukan

dengan menggunakan: (1) pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran;

(2) pengembangan budaya satuan pendidikan; (3) pelaksanaan kegiatan

kokurikuler dan ekstrakurikuler; serta (4) pembiasaan perilaku dalam kehidupan

di lingkungan satuan pendidikan. Hal ini dipertegas oleh Koesuma (2007) yang

menyatakan bahwa salah satu prinsip pengembangan pendidikan karakter adalah

melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah.

Matematika adalah mata pelajaran yang ada pada setiap jenjang pendidikan.

Pendidikan Matematika memuat nilai-nilai yang berpotensi untuk

mendukung keberhasilan pembentukan karakter bangsa. Nilai-nilai tersebut

termuat dalam materi matematika maupun dalam pembelajarannya.

Permasalahannya adalah apakah matematika benar-benar dapat berperan dalam

pembentukan karakter bangsa? Dari kajian terhadap karakteristik matematika

terlihat nilai-nilai karakter termuat dalam masing-masing karakteristik. Hal ini

tentunya memperlihatkan bahwa pengembangan pendidikan karakter dapat

dilakukan melalui pembelajaran matematika. Kajian tersebut dapat digunakan

guru sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Page 4: Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika

108

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Pembelajaran Matematika

Menurut Soedjadi (2007) matematika memiliki objek tujuan abstrak,

bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir deduktif. Sedangkan menurut

Ruseffendi, matematika adalah bahasa symbol, ilmu deduktif, ilmu tentang pola

keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma, dan akhirnya ke dalil

(Heruman, 2007: 1).

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan

keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan

penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat

generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (5)

memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Sedangkan menurut BSNP (2006) matematika memiliki karakteristik yaitu

menuntut kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan

inovatif serta menekankan pada penguasaan konsep dan algoritma di samping

pemecahan masalah. Di samping itu matematika juga mengandung nilai-nilai

antara lain kesepakatan, kebebasan, konsisten, kesemestaan, ketat, taat azas atau

taat hukum, kejujuran, dan keterbukaan. Karakteristik matapelajaran Matematika

adalah menuntut kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan

inovatif serta menekankan pada penguasaan konsep dan algoritma di samping

pemecahan masalah. Suyitno (2012) berpendapat bahwa matematika juga

Page 5: Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika

109

mengandung nilai-nilai antara lain kesepakatan, kebebasan, konsisten,

kesemestaan, ketat, taat azas atau taat hukum, kejujuran, dan keterbukaan.

2. Hubungan Nilai-nilai yang terkandung dalam Matematika dengan

Pendidikan Karakter

Karakter merupakan sifat yang melekat pada setiap manusia, sebagai

faktor penentu seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku, dengan dipengaruhi

oleh situasi, kondisi, dan yang dirasakan dalam hati seseorang. Pendidikan

karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah

yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan

untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan

kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)

harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi

kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan

atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau

kegiatan kokurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja

seluruh warga dan lingkungan sekolah. Karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu

spontanitas manusia dalam bersikap atau melakukan perbuatan yang menyatu

dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi. Wynne

berpendapat karakter merupakan nilai kebaikan dalam bentuk tingkah laku

(Zuhdi, 2009:10).

Menurut Bishop, nilai-nilai dalam pendidikan matematika adalah kualitas

sikap yang dalam yang ditanamkan dalam pendidikan melalui materi matematika

di sekolah (Suyitno, 2012). Nilai-nilai dalam pendidikan matematika sebagai

bagian integral dari pengalaman belajar matematika merupakan sesuatu hal yang

penting. Nilai-nilai dalam matematika dan nilai-nilai dalam mata pelajaran

matematika dapat ditumbuhkan melalui pelaksanaan proses belajar mengajar

matematika. Nilai-nilai tersebut akan tertanam lebih meresap dari pada konsep

matematika maupun prosedur matematika yang apabila jarang digunakan akan

cepat memudar. Guru matematika harus memahami nilai-nilai matematika yang

harus ditanamkan dalam pembelajaran.

Page 6: Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika

110

Nilai-nilai matematika harus diwujudkan dalam proses belajar mengajar

dan materi ajar matematika, sehingga pembelajaran matematika dapat digunakan

untuk menanamkan nilai-nilai yang diarahkan kepada masalah-masalah sosial,

moral, politik, agama, kebangsaan, dan kenegaraan. Tujuan pendidikan

matematika adalah agar peserta didik dengan cerdas mendiskusikan suatu isu dan

memiliki perangkat untuk dapat menganalisis dan berdebat, sehingga mereka

menjadi cakap dan terlatih menjadi orang yang memiliki rasa ingin tahu dan tidak

mudah menerima kebenaran suatu informasi (skeptics), kemampuan mengajukan

pertanyaan seperti para politisi, kemampuan seperti wartawan, kemampuan seperti

pemimpin agama, dan kemampuan seorang ilmuwan. Tercapainya tujuan

pendidikan matematika berarti terwujudnya nilai-nilai yang sangat mendukung

pembentukan karakter bangsa.

3. Pembelajaran Matematika dan Pembentukan Karakter bangsa

Tujuan pembelajaran adalah agar pengetahuan/ informasi yang

disampaikan guru dapat diterima dengan baik oleh siswa sehingga diharapkan

hasilnya baik pula. Dengan proses belajar matematika yang baik dapat

memudahkan mempelajari matematika dan memudahkan pula

mengamplikasikannya pada situasi yang baru, baik untuk menyelesaikan masalah

dalam matematika itu sendiri maupun ilmu lain dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk pendidikan Sekolah Dasar, usia siswa menurut Peaget tingkat

perkembangan intelektualnya masih pada tahap operasi konkret sehingga

membutuhkan intervensi guru lebih banyak dibanding dengan jenjang pendidikan

yang lebih tinggi karena pada tahap tersebut siswa masih terikat dengan hal-hal

yang sifatnya konkret. Sementara matematika adalah abstrak, dan karena

keabstrakannya inilah yang menyebabkan matematika sulit.

Oleh karena itu agar dapat berperan banyak dalam membelajarkan

matematika maka seorang guru harus mempunyai kompetensi-kompetensi tertentu

dalam pembelajaran matematika, diantaranya menguasai materi matematika,

strategi membelajarkan matematika, mengetahui psikologi perkembangan mental

siswa dan berprilaku sebagai pendidik. Dengan menguasai materi matematika

maka dapat mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam matematika itu sendiri.

Page 7: Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika

111

Nilai-nilai tersebut diantaranya adalah matematika merupakan ilmu yang taat

azas, rasional, kebenarannya logis. Ciri-ciri matematika tersebut sesuai dengan

filsafat umum yang pada hakekatnya menuju kebenaran/keadilan. Sikap dan

tindakan yang menempatkan nilai-nilai keadilan sebagai tujuan akhir dinamakan

perbuatan moral. Perkembangan moral dipengaruhi oleh perkembangan pikiran

(kognitif) dan perasaan/kelakuan.

Namun yang lebih berperan dalam perkembangan moral adalah perasaan

seseorang. Kemampuan kognitif dapat mempengaruhi perbuatan moral seseorang

tergantung bagaimana perasaan seseorang tersebut. Orang yang kemampuan

kognitifnya tinggi dapat bermoral/ berkarakter baik bila perasaannya baik, namun

sebaliknya kemampuan kognitif tinggi dapat bermoral/ berkarakter rendah bila

perasaannya kurang baik. Dengan karakteristik matematika yang disebutkan di

atas dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai moral

khususnya pada pendidikan sekolah dasar. Hal ini mengingat usia anak sekolah

dasar mempunyai kepekaan dan daya lekat ingatan yang kuat, sehingga

penanaman nilai karakter perlu diterapkan melalui berbagai kesempatan termasuk

dalam pembelajaran matematika.

Bentuk penanaman nilai-nilai karakter dalam pembelajaran matematika

dapat dilakukan melalui berbagai model tergantung kreatifitas guru masing-

masing, yang terpenting secara eksplisit selalu menekankan nilai-nilai karakter

yang terkandung didalam setiap topik/pokok bahasan matematika yang diajarkan

dan mengkaitkannya dengan kehidupan nyata. Suyitno mengemukakan,

pembelajaran konsep pecahan dalam arti pecahan sebagai suatu pembagian, dapat

dimanfaatkan untuk menanainkan rasa keadilan. Berikut adalah contoh penggalan

bahan ajar dengan materi ajar arti pecahan:

Bu Mami memiliki dua orang anak Ali dan Budi. Ia ingin membagi kue

kepada kedua anaknya secara adil, yaitu dengan membagi kue itu

menjadi dua sama besar. Baginya membagi adil itu sangat penting, sebab

keadilan mengakibatkan perdamaian dan ketidakadilan dapat

mengakibatkan iri, dengki, dan permusuhan. Ia mempunyai banyak cara

untuk mengiris dan membagi secara adil kepada anak-anaknya. Agar

anak-anaknya benar-benar merasa memperoleh keadilan, maka Bu Mami

mengundi untuk menentukan siapa mengiris dan dengan konsekuensi

yang tidak mengiris berhak mengambil lebih dahulu. Setelah selesai

membagi kue, Bu Mami mengatakan “kalian masing-masing mendapat

seperdua dari kue yang utuh”.

Page 8: Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika

112

Dalam matematika terdapat prinsip keadilan dalam hal sebuah persamaan.

Seperti contoh: x + 5 = 10, tentukan nilai x! Untuk mencari solusi dari persamaan

tersebut diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

x + 5 = 10

x + 5 – 5 = 10 – 5

x = 5

Kalau kita lihat jika ruas kiri dikurangi lima maka ruas kanan juga

dikurangi lima. Jadi dalam pengerjaanya terdapat prisnsip keadilan dalam

matematika. Pembelajaran matematika dengan materi aritmetika jam menurut

Suyitno dapat dimanfaatkan bagi penanaman sikap toleransi. Misalkan dalam

kelas, guru membagi kelas menjadi lima kelompok dan setiap kelompok diberi

tugas menyusun Label penjumlahan aritmetika jam. Kelompok I sampai dengan

kelompok V berturut-turut untuk jam empatan, jam limaan, jam enaman, jam

tujuan dan jam delapanan. Hasil penjumlahan untuk kelompok I adalah 4 + 4 = 4,

untuk kelompok 11 adalah 4 + 4 = 3 untuk kelompok III adalah 4 + 4 = 2, untuk

kelompok IV adalah 4 + 4 = 1, dan untuk kelompok V adalah 4 + 4 = S. Mereka

tidak dapat saling menyalahkan, sebab masing-masing kelompok menggunakan

aturannya sendiri. Sikap toleransi adalah salah satu fundamen bagi keeratan suatu

bangsa.

Contoh dalam materi volume, seseorang biasanya mempunyai kebiasaan

menghidupkan kran air ketika sedang mandi. Kita asumsikan setiap mandi

membutuhkan waktu 5 menit. Berarti 10 menit air kran hidup hanya untuk mandi

jika dalam sehari mandi sebanyak dua kali. Jika debit air yang mengalir di kran itu

8 liter per menit, jadi setiap hari kran akan mengalir 80 liter hanya untuk mandi.

Dalam seminggu berapa air yang terbuang? Bagaimana jika satu desa atau kota

melakukan kebiasaan yang sama? Pasti banyak air yang habis terbuang, sehingga

kita harus bisa lebih menghemat air saat mandi dengan menggunakan seperlunya

saja. Dengan pelajaran ini karakter hemat bisa ditanamkan pada siswa.

Menurut Suyitno (2012) model pembelajaran kooperatif akan sangat

membantu terhadap tumbuhnya nilai-nilai kerjasama, menghargai pendapat orang

Page 9: Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika

113

lain, dan demokrasi. Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI melatih

siswa untuk mengasah kemampuannya dalam hal kedisiplinan, kemandirian,

bernegosiasi, dan menghargai pendapat orang lain. Strategi pemecahan masalah

dapat membantu tumbuhnya kreatifitas, keuletan, dan ketangguhan; proses belajar

mengajar dengan nuansa kolaboratif dapat membantu tumbuhnya sikap mau dan

dapat bekerja sama; dan proses belajar mengajar dengan nuansa kompetitif dapat

membantu tumbuhnya sikap berani menghadapi tantangan dan meningkatkan

daya saing.

Beberapa contoh diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran

matematika memiliki potensi untuk mendukung keberhasilan pembentukan

karakter bangsa yang meliputi antara lain sikap toleransi, kemandirian, keuletan,

ketangguhan, kreatif, cerdas, ulet, kereligiusan, ketagwaan, dsb. Sudah barang

tentu pemilihan model, strategi, atau metode pembelajaran yang dsipilih harus

disesuaikan dengan materi ajar.

Pendidikan matematika akan berperan secara maksimal dalam rangka

pembentukan karakter bangsa apabila guru memahami nilai-nilai yang terkandung

dalam matematika dan pembelajarannya. Nilai-nilai tersebut akan tertanam lebih

dalam dari pada konsep matematika maupun prosedur matematika yang apabila

jarang digunakan akan cepat memudar. Guru matematika harus memahami nilai-

nilai matematika yang harus ditanamkan dalam pembelajaran. Nilai-nilai tersebut

harus termuat dalam bahan ajar dan dalam proses belajar mengajar. Uraian di

muka memberi implikasi bahwa guru matematika harus memahami hakikat

matematika. Selanjutnya, guru harus mampu menuangkan nilai-nilai tersebut

dalam setiap unsur pembelajaran.

C. PENUTUP

Pendidikan matematika memiliki potensi-potensi yang dapat membentuk

karakter bangsa yang terkandung dalam materi dan pembelajarannya. Salah satu

elemen terpenting dalam pembentukan karakter bangsa adalah peran guru sebagai

tauladan bagi peserta didiknya. Karena dalam pembelajaran terjadi interaksi dua

arah antara keduanya. Perilaku guru akan memberi pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku peserta didik. Apabila guru memberikan pengaruh-pengaruh

Page 10: Membangun Pendidikan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Matematika

114

yang positif maka siswa akan terpengaruh yang berdampak positif, demikian

sebaliknya.

Pembentukan karakter bangsa sebagaimana pendidikan karakter harus

melalui proses mengenal hal yang baik dan berbuat kebaikan, pada akhirnya

berpikiran yang baik, berbuat yang baik, membiasakan perbuatan yang baik, dan

membudayakan hal yang baik. Dan yang tidak kalah penting, guru harus

memahami hakikat matematika, karakteristik dan nilai-nilai yang terkandung di

dalam matematika itu sendiri, sehingga guru dapat merencanakan, melaksanakan

dan mengevaluasi pembelajaran khususnya matematika sesuai potensi nilai-nilai

yang ada di dalamnya.

DAFTAR RUJUKAN

Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Jakarta: Balitbang.

Koesuma, D. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta: Grasindo.

Soedjadi, R. 2007. Masalah Kontekstual sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah.

Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah (PSMS).

Suyitno, H. 2011. Mathematics Education And Nation Character Building. Dalam

Collection of Paper International Seminar and the 4th National Conference on Mathematics Education.

Suyitno, H. 2012. Seminar Nasional Matematika: Nilai-nilai Pendidikan

Matematika bagi Pembentukan Karakter Bangsa, 13 Oktober.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. 2006. Bandung: Fokus Media.

Zuhdi, D. 2009. Pendidikan Karakter Grand Design dan Nilai-nilai Target.

Yogyakarta: UNY Press.