memasuki musim semi pengelolaan hutan dan lahan gambut indonesia: kesempatan dan tantangan

20
22 January 2015 William Sabandar Deputi Operasi Badan Pengelola REDD+ MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA: KESEMPATAN DAN TANTANGAN

Upload: septianm

Post on 23-Jul-2015

64 views

Category:

Government & Nonprofit


1 download

TRANSCRIPT

22 January 2015

William Sabandar

Deputi Operasi

Badan Pengelola REDD+

MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN

HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:

KESEMPATAN DAN TANTANGAN

Blusukan Asap Presiden Jokowi, 27 Nov 2014

1

“Moratorium ijin perkebunan sampai detik

ini masih terus,…, kelihatannya akan kita

teruskan. Moratorium ijin yang akan

berakhir Mei 2015, akan kita teruskan.”

Presiden Jokowi, November 2014

“Kita akan (melakukan) perlindungan

menyeluruh gambut. … Ini bisa

diaplikasikan, ini bisa dipermanenkan.

Supaya apa yang dilakukan masyarakat

ditindaklanjuti pemerintah. Gambut

sepanjang tahun harus basah. Kalau

basah tidak mudah terbakar atau dibakar.

Kuncinya di situ.

Presiden Jokowi, November 2014

2

Tangkap pelaku yang menyuruh

masyarakat bakar hutan dan rusak

hutan. Tangkap semua. Selama ini

ada pembiaran. Korporasi harus

ditegaskan. Dengan korporasi harus

tegas. Jangan ada toleransi lagi. Masa

kita biarkan bisnis berpesta menjarah

sumber daya alam Indonesia kita diam

saja. Tegas dalam pemeberian izin,

tidak ada toleransi, lakukan

penegakan hukum,”

Presiden Jokowi, November 2014

Blusukan Asap Presiden Jokowi, 27 Nov 2014

3

• Ministries/institutions have

multiple and different concepts on

degraded/abandoned land.

Masyarakat Sungai Tohor Menyekat Kanal

Dari bantuan Presiden Jokowi sebesar

Rp. 300 juta, masyarakat sudah

membuat 10 sekat kanal parit gambut

dari 11 yang ditargetkan di Sungai

Tohor.

10 sekat kanal yang dibuat menghabiskan

dana sekitar Rp150 juta. Sisa dana Rp 150

juta akan dialokasikan untuk

pembangunan sekat kanal permanen dari

semen, diperkirakan akan menghabiskan

Rp180 juta. Dengan demikian masih ada

kekurangan Rp30 juta yang diperlukan.

Namun warga siap untuk mencari

kekurangan dana secara mandiri.

Penggunaan dana ini pun diawasi oleh

tokoh masyarakat dan pemerintah desa

dan kecamatan secara transparan.

4

• Sebagian besar areal konsesi PT LUM merupakan tanah gambut dengan

kedalaman > 2 meter.

• Kalau ijin HTI PT LUM dicabut, masyarakat sudah mempersiapkan inisiatif untuk

merestorasi bekas lahan konsesi menjadi Hutan Desa.

#Blusukan Asap: tuntutan masyarakat agar

Pemerintah mencabut ijin HTI PT LUM

5 AGENDA MUSIM SEMI

1. Efektifkan pencegahan kebakaran hutan dan lahan gambut

2. Perkuat Moratorium hutan dan lahan gambut lewat gerakanSatu Peta

3. Lembagakan pengakuan dan perlindungan hak masyarakatadat

4. Perbaiki tata kelola perijinan lahan dan efektifkan resolusikonflik

5. Efektifkan penegakan dan pembaruan hukum dibidangreforma agraria dan pengelolaan SDA

5

Agenda 1: Pencegahan Karhutla

1. Penanganan Sungai Tohor: penutupan kanal untuk menjaga agar gambut tetap basah

2. Penetapan wilayah gambut sebagai kawasan lindung dalam RTRW

3. Pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan pemegang konsesi

4. Memastikan perusahaan melaksanakan tata kelola air untuk memastikan gambut tetapbasah dalam rangka mencegah karhutla

5. Pelaksanaan evaluasi terhadap luas konsesi perusahaan yang terbakar kawasannya

6. Peningkatan kapasitas pemda dalam penyelesaian konflik diwilayah konsesi

7. Membangun sistem monitoring karhutla terintegrasi di provinsi dan kabupaten

8. Penyusunan peraturan kepala daerah terkait pencegahan karhutla

9. Penguatan sistem kelembagaan untuk pembinaan dan pengawasan bagi pemegangkonsesi

10. Penegakan hukum administrasi terhadap perusahaan yang tidak melaksanakanrekomendasi audit kepatuhan

11. Optimalisasi sistem koordinasi pencegahan karhutla

12. Pemberdayaan masyarakat peduli api

13. Penyedian sarana dan prasarana PLTB bagi masyarakat

14. Penyediaan anggaran pencegahan yang memadai dalam APBD

15. Akses terhadap dana dalam kegiatan pencegahan karhutla

6

Mengembangkan Aksi 2015 Riau dari Rekomendasi Audit Kepatuhan

Karhutla Monitoring System (KMS)

KMS meliputi aspek manusia, proses, dan teknologi

terkini untuk memastikan sistem dapat

diimplementasikan dan dieksekusi dengan baik di

lapangan.

Manfaat/Tujuan KMS:

Pencegahan – menyediakan analisa untuk memprediksi

potensi kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla)

Pengendalian – menyebarkan data dan informasi paling

dekat waktu (near-real-time) kepada pemangku

kepentingan tertentu untuk pengendalian api

Penegakan Hukum – menyediakan data dan informasi

berbasis fakta atas pelanggaran karhutla untuk

ditindaklanjuti secara hukum

Implementasi KMS:

KMS sudah di ujicoba – di lapangan untuk pencegahan

karhutla dan pemadaman dini dan awal serta audit

kepatuhan hukum

Monitoring – menyebarkan informasi harian untuk

monitoring dan evaluasi pencegahan dan aksi cepat di

lapangan

Komunikasi Data Harian – menyediakan data dan

informasi terkini yang mudah diakses oleh banyak pihak

dan mudah dilakukan analisis berbasiskan spasial

Pada rapat yang dipimpin Wapres Budiono 23 September 2014: Riau mendapat pujian keberhasilan pencegahan dan

pemadaman kebakaran hutan. Peran Polda Riau sangat besar

8Penggunaan Baseline & Peta Kadastral untuk Monitoring Karhutla

Agenda 2: Perkuat Moratorium Hutan dan

Lahan Gambut

1. Perhatian khusus pada lahan gambut. Peta gambut harus definitif dengan

skala 1:50.000

2. Dorong pengukuhan kawasan hutan mencapai 100%.

3. Lakukan review perijinan secara proaktif melibatkan pemerintah daerah

4. Lakukan monitoring, verifikasi dan penegakan hukum secara efektif

5. Integrasikan peta indikatif atau definitif kawasan hutan dan gambut dengan

RTRW

9

Agenda 2: Mendorong Gerakan Satu Peta (One Map)

10

Baseline Data & Cadastral Map

• Satu Referensi

• Satu Standard

• Satu Database

• Satu Geoportal

Agenda 3: Melembagakan Pengakuan dan

Perlindungan Masyarakat Hukum Adat

1. Mengembangkan kapasitas serta membuka ruang partisipasi MHA yang

aktif dalam pelaksanaan berbagai program dan kegiatan pemerintahan,

termasuk namun tidak terbatas pada program REDD+;

2. Mendorong percepatan terwujudnya sinkronisasi dan harmonisasi

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan dan

pengakuan MHA termasuk namun tidak terbatas pada kriteria penetapan

keberadaan, mekanisme pengakuan dan kriteria penetapan pemetaan MHA;

3. Mendorong terwujudnya peraturan perundang-undangan yang menjadi

landasan hukum bagi perlindungan dan pengakuan MHA, termasuk namun

tidak terbatas pada Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan dan

Pengakuan Masyarakat Hukum Adat (PPMHA) dan RUU Pertanahan

melalui partisipasi aktif pemerintah dalam proses penyusunan kedua RUU

dimaksud;

4. Mendorong pemerintah daerah untuk melaksanakan pendataan keberadaan

MHA beserta wilayahnya melalui proses inventarisasi dan penetapan dengan

Peraturan Daerah;

11

Agenda 3: Melembagakan Pengakuan dan

Perlindungan Masyarakat Hukum Adat

5. Menginventarisir dan mengupayakan penyelesaian berbagai konflik

yang terkait dengan keberadaan MHA sekaligus dapat mengantisipasi

potensi konflik dimasa mendatang guna menjamin kepastian hukum atas

perlindungan hak setiap warga negara;

6. Melaksanakan pemetaan dan penataan terhadap penguasaan, pemilikan,

penggunaan dan pemanfaatan tanah yang terintegrasi dan berkeadilan

dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat termasuk MHA;

7. Memperkuat kapasitas kelembagaan dan kewenangan berbagai pihak

termasuk pihak yang bertanggungjawab dan bertugas untuk melakukan

pengakuan dan perlindungan MHA di pusat dan daerah;

8. Mendukung pelaksanaan program REDD+ sebagai salah satu upaya

untuk mengembangkan partisipasi MHA secara hakiki dalam kerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

12

13

Sistem/Satu Informasi Perizinan (SIP)

•Pembangunan infrastruktur SIP

•Pengumpulan dan digitalisasi dokumen

•Perbaikan pengarsipan

• Sosialisasi SIP

•Penerbitan kebijakan implementasi SIP

Audit Perizinan

•Pembentukan Pedoman Audit Legalitas Izin

•Pelaksanaan Audit Legalitas Izin (dokumen dan lapangan)

•Evaluasi Sistem Perizinan

•Penyusunan Rekomendasi (perbaikan kebijakan dan penertiban izin)

Tindak Lanjut Rekomendasi

• Penertiban izin yang bermasalah

• Penyelesaian konflik/tumpang tindih lahan

• Perbaikan kebijakan dan harmonisasi peraturan

OUTCOME

•Data izin yang lengkap & mutakhir, serta dapat diakses pusat dan daerah (termasuk satu peta izin)

• Sistem perizinan online yang memperbaiki tata kelola perizinan dan terintegrasi (mengadopsi Keterbukaan Informasi Perizinan)

• Iklim investasi yang baik (memberikan kepastian hukum dan bebas konflik)

•Peraturan hukum yang harmonis antara pusat dan daerah, serta mendukung tata kelola perizinan

•Emisi GRK turun, ekonomi tumbuh & kesejahteraan rakyat meningkat

Catatan:

Untuk tahap awal, program dilakukan terhadap Perizinan Bidang Pertambangan dan Perkebunan

Agenda 4: Perbaiki Tata Kelola Perijinan Lahan

Agenda 4: Satu Informasi Perizinan

14

Bekerjasama dengan BKPM dalam mengembangkan SIP

Agenda 5: Peta Jalan Pembaruan Hukum

Prioritas legislasi yang harus diperkuat atau direvisi

adalah :

• Memperkuat legeslasi terkait pengakuan dan perlindungan

Masyarakat Hukum Adat

• Penguatan regulasi terkait perlndungan lahan gambut,

termasuk standar lingkungan hidup dan KLHS;

• Memperkuat peraturan menteri kehutanan terkait klaim

dan verifikasi dalam proses pengukuhan

• Peraturan Presiden atau MoU mengenai sistem perizinan

terpadu

• Optimalisasi UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang

Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan Hutan;

• Revie proses HGU

Penguatan Prosedur dan mekanisme untuk memperkuat

atau merevisi legeslasi

• Pembangunan sistem database legeslasi yang terintegrasi

khususnya berkaitan dengan sumber daya alam dan

lingkungan hidup.

Proses Saat Ini

15

Agenda 5: Peta Jalan Pembaruan Hukum

terkait Tata Kelola Hutan dan Lahan Gambut

16

Bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM dalam mengembangkan Peta

Jalan Pembaruan Peraturan SDA-LH dan Database Peraturan:

Agenda 5: Penguatan Peraturan Perlindungan

Lahan Gambut

17

• PP 71/2014 yang terbit September 2014 merupakan

peraturan satu-satunya yang mengatur mekanisme

perlindungan dan pengelolaan lahan gambut secara

komprehensif;

• Badan Pengelola REDD+ telah menyelenggarakan

diskusi dengan para pakar, Kementerian dan Lembaga

Terkait, serta perwakilan masyarakat sipil mengenai

efektivitas PP 71/2014 dalam upaya perlindungan lahan

gambut.

• Poin hasil diskusi tersebut adalah perlu adanya upaya

cepat untuk mengimplementasikan PP 71/2014.

Dalam kelebihan dan kekurangan PP ini, efektivitas

perlindungan gambut dapat direalisasikan melalui

penyusunan peraturan pelaksana yang scientific

based dan patisipatif.

Agenda 5: Fasilitasi Pemberantasan

Kejahatan Terorganisir di Hutan dan Lahan

18

Praktik Korupsi ditengarai masih banyak mewarnaiproses peradilan

Lemahnya kondisi penegakan hukum, antara lain karena kurangnya kapasitas dan integritas penegakhukum.

Belum dioptimalkannya pengawasan dan penaatan hukum sebagai tulang punggung penegakan hukum administrasi

1

2

3

Pertautan kepentingan politik dan bisnis yang berpotensi untuk menghambat penegakan hukum yang efektif

4

Terdapat indikasi praktik kejahatan terorganisir

dalam pemanfaatan hutan dan lahan:

22 January 2015

William Sabandar

Deputi Operasi

Badan Pengelola REDD+

MEMASUKI MUSIM SEMI PENGELOLAAN

HUTAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA:

KESEMPATAN DAN TANTANGAN