meluruskan niat
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Meluruskan Niat
1/2
MELURUSKAN NIAT
Oleh : H. E. Nadzier Wiriadinata
Peran niat dalam suatu perbuatan, apapun perbuatan
tersebut, dalam kacamata Islam begitu sentral dan takpernah bisa diabaikan karena niat sangat berkaitan dan
bahkan sangat menentukaan kualitas suatu perbuatan.
Niat adalah suatu tekad yang secara ikhlas tertanam kuat
dalam hati dan sekaligus sebagai dasar yang mendorong
seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Ketika
seseorang berniat melakukan sesuatu bisa saja niat
tersebut terucap melalui bibirnya dan bisa juga tidak.
Terucap atau
tidaknya suatu niat
bukanlah hal yang prinsip. Yang prinsip adalah bagaimanaseseorang secara sadar mampu menetapkan niat yang
benar saat melakukan sesuatu yang benar dan dengan cara
yang benar pula.
Harus diakui bahwa seringkali di masa lalu, bahkan
tidak jarang sekarang juga, ketika permasalahan niat ini
dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan ibadah-
ibadah ritual seringkali menjadi pemicu perdebatan yang
terkadang berujung pada perselisihan dan perseteruan saat
tidak terwujud kesefahaman diantara mereka yangberdebat. Dalam tulisan ini, penulis tentunya tidak ingin
membahas perdebatan klasik menyangkut permasalahan
niat tersebut melainkan ingin mengajak para penyuluh,
mubaligh dan para aktivis keagamaan untuk merenung dan melakukan evaluasi secara jujur apa
sebenarnya niat yang tersimpan dalam hati saat mereka terlibat dalam berbagai aktivitas
keagamaan.
Melakukan perenungan dan evaluasi secara jujur dan berkelanjutan terhadap niat yang
terdalam saat beraktivitas dalam berbagai kegiatan keagamaan adalah sesuatu yang sama sekali
tidak boleh diabaikan oleh seorang penyuluh atau mubaligh. Kenapa demikian ? Karena merekaberada ditengah-tengah mayoritas masyarakat , yang disadari atau atau tidak, sangat terpengaruh
oleh faham orientasi hidup to have (sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Erich Fromm,
seorang psikoanalis dan filosof sosial berdarah jerman, melalui bukunya ToHave or to Be ).
To have artinya memiliki. Memiliki berarti menguasai dan menggunakan sesuai dengan
kehendak . Ciri-ciri masyarakat yang terpengaruh faham orientasi hidup to have, menurut Erich
-
7/31/2019 Meluruskan Niat
2/2
fromm, adalah bahwa semua hal (baik manusia, kedudukan, kekayaan, keutamaan dan
sebagainya) dimata mereka dipandang sebagai benda dan sekaligus obyek yang harus dimiliki.
Makanya, yang dijadikan pijakan dalam memformulasikan tolak ukur keberhasilan mereka
adalah pemilikan . Artinya bahwa dalam sikap pandang penganut faham tersebut keberhasilan
seseorang sangat bergantung pada sejauh mana dia mampu meraih atau memiliki
materi/keduniawian. Menurut mereka, semakin kaya seseorang, semakin berhasillah dia.
Semakin miskin seseorang semakin jauhlah dia untuk dikatakan sebagai manusia berhasil.
Semakin banyak pengikut/jamaah yang dimiliki seseorang , semakin berhasillah dia. Semakin
tinggi ketenaran yang dimiliki seseorang, semakin berhasillah dia, dan seterusnya. Karenanya,
loba/tamak adalah sifat intristik dari modus memiliki. Identitas, status dan kualitas diri sangat
tergantung pada apa yang mereka miliki. Mereka sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu
benda yang dimilikinya, sehingga tidak aneh bila kecemasan adalah problem kejiwaan yang
senantiasa hinggap pada diri mereka. Cemas dan takut jika apa yang mereka miliki hilang dari
sisi mereka.
Berada ditengah-tengah masyarakat semacam itu tentunya bukanlah hal yang mudah bagi
para penyuluh maupun para muballigh untuk bisa secara mulus memberikan pencerahan
terhadap mereka. Oleh karena itu, salah satu hal yang harus senantiasa dijaga dan dibenahi
adalah aspek niat. Ketika niat seorang penyuluh atau mubaligh dalam beraktivitas dibidang
keagamaan adalah semata mencari ridla Allah untuk menegakkan kalimat-Nya maka tentunya
kita bisa berharap banyak akan adanya sebuah perubahan kualitas moral yang berarti ditengah-
tengah masyarakat. Tetapi bila, ini yang kita khawatirkan, para penyuluh dan mubaligh tidak
bisa lagi menjaga konsistensi ketulusan mereka dalam meraih ridla-Nya atau bahkan tanpa
disadari justeru mereka terpengaruh oleh perilaku penganut faham orientasi hidup to have,
maka mustahil bagi mereka untuk bisa berbuat banyak dalam meningkatkan kualitas moralbangsa kita yang kian terpuruk ini.
Kita berharap semoga para penyuluh dan para mubaligh senantiasa diberikan keteguhan
iman dalam menjalankan profesi mereka dan tidak tergoda dengan rayuan-rayuan duniawi yang
membuat kekokohan niat tulus yang mereka bangun selama ini menjadi ambruk.