mekanisme penerapan wakaf manfaat asuransi jiwa...
TRANSCRIPT
MEKANISME PENERAPAN WAKAF MANFAAT ASURANSI JIWA
SYARIAH AXA MANDIRI BERDASARKAN FATWA NO. 106/DSN-
MUI/X/2016
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh :
Ummi Khoiriah Hasibuan
11150490000088
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2019/1441 H
v
ABSTRAK
Ummi Khoiriah Hasibuan. 11150490000088 Mekanisme Penerapan Wakaf
Manfaat Asuransi Jiwa Syariah pada PT AXA Mandiri Berdasarkan Fatwa No.
106/DSN-MUI/X/2016. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441
H / 2019 M.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan menggunakan
metode penelitian deskriptif analisis, data yang digunakan berupa data primer
bersumber dari wawancara kepada pihak yang bersangkutan mengenai wakaf pada
produk asuransi jiwa syariah. Data sekunder bersumber dari formulir pengajuan
asuransi jiwa syariah, formulir ikrar wakaf manfaat asuransi dan/atau manfaat
investasi, dan brosur asuransi jiwa. ketentuan atau syarat-syarat umum dan
khusus, buku-buku, website, penelitian terdahulu dan sumber-sumber tertulis
lainnya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi yaitu
mengumpulkan data dan wawancara.
Hasil penelitian ini bahwa Prosedur penerapan wakaf manfaat asuransi
pada AXA Mandiri Unit Syariah, belum seluruhnya sesuai dengan aturan Fatwa
DSN-MUI. Hal itu karena dua hal, yakni: pertama, dalam formulir perjanjian
wakaf, termaslahat tidak menyatakan janji yang mengikat untuk mewakafkan
manfaat asuransi, namun yang menyatakan janji adalah pemegang polis (peserta
asuransi), padahal dalam fatwa disebutkan “Pihak yang ditunjuk untuk menerima
manfaat asuransi menyatakan janji yang mengikat (wa’d mulzim) untuk
mewakafkan manfaat asuransi”. Kedua, dalam Fatwa DSN-MUI dijelaskan “Harta
yang diwakafkan harus harta yang sudah menjadi milik penuh (milk tam) bagi
wakif pada saat akad wakaf dilakukan”. Sedangkan pemegang polis bukanlah
pemilik penuh manfaat asuransi.
Kata kunci : Wakaf Manfaat Asuransji Jiwa Syariah, AXA Mandiri, Fatwa
No:106/DSN-MUI/X/2016
Pembimbing : Dr. Hasanudin, M.Ag
Daftar Pustaka : 1988 s.d. 2017
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Taufiq,
Hidayah serta memberikan berkah, kasih sayang dan karunianya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Mekanisme Penerapan Wakaf
Manfaat Asuransi Jiwa Syariah Pada PT AXA Mandiri Berdasarkan Fatwa
No:106/DSN-MUI/X/2016” Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
yang telah menghantarkan umatnya dari kegelapan dunia kezaman peradaban ilmu
pengetahuan. Penulis sangat bahagia dan bersyukur karena telah dapat
menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang pendidikan Strata Satu (S1). Selanjutnya
penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat tercapai tanpa
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan rasa
hormat yang amat mendalam. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ahmad Tholabi, S.H. M.H. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M. Hasan Ali, MA selaku ketua program studi Hukum Ekonomi
Syaria dan bapak Abdurrauf, M.A. selaku Sekretaris Prodi Hukum
Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dosen Pembimbing Skripsi bapak Dr. Hasanudin, M.Ag. Yang selalu
memberi pengarahan, pembelajaran yang baru bagi saya dengan penuh
keikhlasan, kesabaran, dan keistiqomahan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
4. Bapak Muhammad Mujiburrahman, M.A. selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan arahan kepada saya.
5. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah ikhlas
mengajarkan ilmunya.
6. Terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi, ibunda Siti
Lasnar Hasibuan dan ayahanda tercinta Sarasi Hasibuan yang selalu
mendoakan dan memberikan semangat kepada saya untuk menyelesaikan
skripsi ini, serta telah mengorbankan seluruh hidupnya untuk
membahagiakan dan membesarkan penulis hingga saat ini. Saya tidak
vii
akan mampu membayar apa yang telah diberikan selama ini, Kedua orang
tua yang selalu menjadi sumber inspirasi penulis dalam menjalankan
kehidupan dan menyelesaikan skripsi ini.
7. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dompet
Dhuafa Pendidikan dan Beastudi Etos UIN Jakarta yang telah memberikan
beasiswa hingga saya dapat melanjutkan pendidikan ini sampai selesai.
8. Terimakasih kepada pembina Beastudi Etos yang telah membimbing saya
dan memberikan solusi disetiap permasalahan penulis, yakni Kak Yani,
Kak Inay, Kak Zia, Kak Nunu, Kak Utih, Kak Syifa, Kak Yuli, Kak Imam,
Kak Helmi, Kak Yogi, Kak Fahri, Kak As’ad, Kak Yasir. Kemudian
terimakasih juga kepada seluruh angkatan Ukhuwah, Akasia, Skarpelos,
4GLTE, Akselerasi, dan El-Mukhyar yang telah menjadi keluarga besar
saya ditanah rantau ini yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu-
persatu.
9. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada keluarga
ibu Retno dan bapak Jufri atas keikhlasannya membantu pendanaan kuliah
saya dan selalu memberikan dukungan hingga saya lulus, semoga Allah
SWT. membalas kebaikan keluarga ibu dan menjadi amal jariyah aamiin.
10. Tidak kalah pentingnya saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada keluarga LiSEnSi yang telah memberikan saya ilmu, pengalaman
dan keluarga baru. Dan terimakasih kepada teman-teman angkatan 2015
yang telah menjadi sahabat setia yakni Rizka, Azizah, Nuriah, Aisyah,
Nining, Caca, Sandi, Nasrullah, Halid, Alfin, Hasan, dan seluruh keluarga
besar LISENSI UIN Jakarta.
11. Terima kasih juga untuk pihak perusahaan AXA Mandiri yang
memberikan penulis kesempatan untuk meneliti.
12. Terima kasih juga buat teman-teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah
UIN Jakarta angkatan 2015 khususnya yang telah mendukung penulis
dalam perkuliahan dan juga dalam penulisan skripsi ini.
viii
Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.
Sesungguhnya hanya Allah SWT yang membalas kebaikan mereka dengan
kebaikan berlipat ganda.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 7
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 7
F. Tinjauan Review Studi Terdahulu ............................................................. 8
G. Kerangka Teori dan Konseptual................................................................ 11
H. Metode Penelitian...................................................................................... 13
I. Sistematika Kepenulisan ........................................................................... 15
BAB II: GAMBARAN UMUM ASURANSI DAN WAKAF ............................. 16
A. Asuransi .................................................................................................... 16
1. Sejarah Lahirnya Asuransi .................................................................. 16
2. Pengertian Asuransi Syariah ............................................................... 17
3. Maqashid Syariah Pada Asuransi ........................................................ 21
4. Syarat Sah Asuransi Syariah ............................................................... 22
5. Bentuk-Bentuk Produk Asuransi Syariah ........................................... 24
6. Prinsip Asuransi Syariah ..................................................................... 26
B. Wakaf ........................................................................................................ 29
1. Pengertian Wakaf ................................................................................ 29
2. Dasar Hukum Wakaf ........................................................................... 30
3. Rukun Wakaf ...................................................................................... 32
x
4. Syarat Wakaf ....................................................................................... 33
5. Wakaf Uang ........................................................................................ 35
6. Wakaf Manfaat Asuransi..................................................................... 36
C. Resiko dan Kedudukannya Dalam Asuransi ............................................. 41
1. Pengertian Risiko ................................................................................ 41
2. Kedudukan Risiko Dalam Asuransi .................................................... 42
3. Manfaat Asuransi ................................................................................ 44
BAB III: GAMBARAN UMUM PT. AXA MANDIRI SYARIAH ................... 47
A. Sejarah Singkat Perusahaan ...................................................................... 47
B. Visi dan Misi ............................................................................................. 48
C. Konsep AXA Mandiri Syariah .................................................................. 49
D. Produk-Produk AXA Mandiri Syariah...................................................... 50
E. Kekuatan Keuangan dan Kinerja Bisnis AXA Mandiri Syariah ............... 54
F. Struktur Organisasi PT. AXA Maandiri Syariah ...................................... 55
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 58
A. Prosedur Pembukaan Peserta Asuransi Jiwa AXA Mandiri Syariah ........ 58
B. Cara Penembusan Manfaat Asuransi dan Manfaat Investasi .................... 64
C. Fitur Wakaf Perusahaan AXA Mandiri Syariah dengan Lembaga Wakaf 64
D. Mekanisme Penerapan Wakaf Manfaat Asuransi Jiwa AXA Mandiri .... 66
E. Analisis Kesesuaian Penerapan Wakaf Polis Asuransi Jiwa AXA Mandiri
Syariah Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 106 Tahun 2016................... 70
BAB V: PENUTUP .............................................................................................. 84
A. Kesimpulan ............................................................................................... 84
B. Saran .......................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 90
xi
DAFTAR TABEL
Tabel: 3.1 Susunan Manajemen AXA Mandiri Financial Services ...................57
Tabel: 4.1 Persentase Manfaat Asuransi ............................................................69
Tabel: 4.2 Persetujuan Wakif .............................................................................71
Tabel: 4.3 Penerapan Wakaf Manfaat Asuransi .................................................80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wakaf menurut pandangan masyarakat kebanyakan hanya berkutat
pada benda tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, Kemudian bentuk
harta benda wakaf itu kekal dan nilai wakaf harus memberikan manfaat
secara berkelanjutan. tidak boleh berkurang nilainya, tidak boleh dijual,
dan dipindahkan. Namun, hal demikian kurang produktif untuk
perkembangan wakaf itu sendiri. Saat ini masih Banyak tanah wakaf yang
belum terfasilitasi karena masyarakat hanya mewakafkan tanah tanpa
memikirkan dana untuk pembangunan tanah tersebut.
Lisa Listiana, mahasiswi PhD IIUM Institute of Islamic Banking
and Finance, memaparkan tentang wakaf yang menjadi cikal bakal topik
risetnya dalam acara kajian rutin dikampus ISEFID. Sistem Informasi
Wakaf (Siwak) Kemenag mencatat bahwasanya terdapat 333.562 lokasi
wakaf yang tersebar di seluruh tanah air, dengan luas total mencapai
49.516,87 hektar. Proporsi terbesar dari aset wakaf tersebut adalah berupa
masjid (45%) dan musholla (28,5%). Sisanya terbagi menjadi sekolah,
pesantren, makam, dan lain-lain1.
Seiring perkembangan jaman, cakupan wakaf pun semakin luas
dan memberikan peluang untuk memproduktifkan wakaf tanah. Wakaf
uang adalah solusi agar bisa memaksimalkan dana wakaf untuk
pengembangan filantropi islam dan pemberdayaan masyarakat Indonesia.
Dengan begitu masyarakat tidak harus mengumpulkan uang yang banyak
untuk membeli benda mati kemudian diwakafkan. Dengan demikian untuk
mendorong perwakafan uang di Indonesia telah dikeluarkan Fatwa Majelis
Ulama Indonesia tentang wakaf uang pada tahun 2002. Fatwa tersebut
merupakan solusi atas problem yang ada di masyarakat, dimana
1 Vicky vendy, “Potensi dan Kontribusi Wakaf untuk Indoneia” diakses pada 10 April
2019, https://isefid.id/potensi-dan-kontribusi-wakaf-di-indonesia/
2
masyarakat maju menginginkan bentuk baru wakaf yang sesuai dengan
kondisi kekinian.2
Disebabkan keinginan perusahaan asuransi bisa menjual produknya
dengan banyak dan tepat, juga Nazir wakaf ingin pendapatan wakaf
semakin meningkat. Namun kenyataanya mengajak orang berasuransi dan
berwakaf tidaklah mudah. Akhirnya perusahaan asuransi dan lembaga
wakaf bekerjasama untuk memanfaatkan perkembangan wakaf produktif.
Hal ini menjadi jalan bagi lembaga keuangan syariah khususnya
perusahaan asuransi untuk mengambil perannya masing-masing dalam
memperkaya produknya, salah satunya dengan membuka peluang wakaf
manfaat asuransi dan manfaat investasi pada asuransi jiwa syariah yang
kini semakin berkembang. Mereka menawarkan, bahwa dengan
berasuransi kita bisa mendapatkan 2 manfaat sekaligus, yaitu
meninggalkan warisan dan juga bisa berwakaf yang akan menjadi amal
jariyah. Dengan demikian menggabungkan tawaran asuransi dan wakaf
akan menarik minat masyarakat, kemudian akan menjadi sebuah
keuntungan bagi kedua belah pihak perusahaan.
Perkembangan asuransi di Indonesia menunjukan kemajuan yang
cukup baik selama beberapa tahun terakir. Perusahaan-perusahaan asuransi
menunjukan pertumbuhan dalam usaha yang mereka jalankan, dimana
semakin banyak masyarakat yang menggunakan layanan asuransi dalam
kehidupan mereka. Kondisi ini menjadi sebuah keuntungan bagi
perusahaan asuransi karena semakin meluasnya pasar yang dapat dijadikan
sebagai sasaran penjualan produk mereka. Industri asuransi di Indonesia
dituntut untuk memiliki inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Pesatnya industri asuransi syariah dan dinamisnya produk-
produk asuransi syariah, maka asuransi kini telah bertambah fungsinya
bukan saja lembaga penjamin resiko (proteksi) tetapi juga sebagai lembaga
pengelolaan dana masyarakat.
2 Latif Ali Romadhoni, “Studi Analisis Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun 2002.
Tentang Wakaf Uang” jurnal az zarqa, vol.7, no. 1 juni 2015, h. 49
3
Dalam pengelolaan dana dan penanggunan resiko, asuransi syariah
juga tidak memperbolehkan adanya gharar (ketidak jelasan) dan maisir
(judi). Dalam investasi atau manajemen dana tidak diperkenankan adanya
riba (bunga). Ketiga larangan ini, gharar, maisir, dan riba adalah area
yang harus dihindari dalam praktek asuransi syariah3. Dewan Syariah
Nasional membolehkan wakaf polis dengan tiga syarat yakni harus
disetujui ahli waris, manfaat klaim yang diperoleh tidak boleh seluruhnya
diwakafkan, manfaat klaim tidak boleh diambil nazhir saat klaim asuransi
terjadi tapi saat sudah diserahkan dan disetujui ahli waris secara tertulis.
Bila peserta sudah berikrar sejak awal bila ia meninggal dunia maka
manfaat klaimnya diwakafkan, ini dibolehkan4.
Asuransi sebagai bentuk pengendalian risiko yang mungkin terjadi
di masa depan mempunyai tujuan secara umum, yakni untuk saling tolong
menolong diantara pihak yang melakukan kerjasama berdasarkan prinsip
syariah. Adapun tujuan khususnya adalah ta’min (menciptakan rasa
tenang), sebagaimana kata asuransi dalam ahasa arab adalah al-ta’min
yang memiliki akar kata al-amnu artinya aman lawan dari kata al-khauf
artinya takut. menciptakan rasa aman disini adalah memberikan rasa aman
bagi nasabah dalam kegiatan sehari-harinya tanpa khawatir akan
kemungkinan bahaya masa depan yang bertubi-tubi.5
Dewasa ini, produk asuransi jiwa sudah menjadi trending dalam
dunia asuransi untuk mewakafkan sebagian manfaat polisnya. Dalam hal
asuransi jiwa, peserta asuransi jiwa syariah akan menerima polis ketika
pemilik asuransi meninggal dunia. Kemudian polis asuransi tersebut
diwakafkan, dalam hal ini polis atas nama peserta asuransi. Banyak para
akademisi yang keliru dalam memahami wakaf manfaat asuransi ini
sehingga mereka mengatakan hal tersebut masuk pada wakaf wasiat.
3 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah dalam Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press,
2005), h. 34 4 http://www.republika.co.id/berita/dunia/fatwa, Diakses pada tanggal 13 juli 2019. 5 Muhamad Nadratuzzaman Hosen “Mendudukkan status hukum asuransi syariah dalam
tinjauan fuqaha kontemporer” jurnal hukum internasional, h. 223
4
Dengan alasan dimana wakaf setelah meninggal dalam teori dan
pemahaman kebanyakan orang termasuk kategori wakaf wasiat. kemudian
Pendapat ini dikuatkan dengan adanya kompilasi hukum islam bab 1
ketentuan umum pasal 171 huruf (f) yang berbunyi “wasiat adalah
pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau lembaga yang
akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia. Pasal 25 undang-undang
nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf menjelaskan “harta benda wakaf yang
diwakafkan dengan wasiat paling banyak 1/3 dari jumlah harta warisan
setelah dikurangi dengan utang pewasiat, kecuali persetujuan seluruh ahli
waris.” Hal tersebut telah jelas bahwa hukum positif telah mengatur
batasan jumlah maksimum wakaf wasiat.
Wakaf harus segera dilaksankan setelah ikrar wakaf dinyatakan
tanpa menggantungkan pelaksanaanya pada suatu peristiwa yang akan
terjadi dimasa yang akan datang. Sebabnya adalah ikrar wakaf itu
menyebabkan lepasnya hubungan pemilikan seketika itu juga antara wakif
dengan wakaf yang bersangkutan. Bila digantungkan pada kematian
seseorang, yang berlaku adalah hukum wasiat. Dalam hal ini tidak boleh
lebih dari 1/3 harta peninggalan. Bila wasiat wakaf itu melebihi 1/3 harta
peninggalan, selebihnya baru dapat dilaksanakan kalau disetujui oleh para
ahli waris. Bila semua ahli waris menyetujuinya, semua harta yang
diwakafkan itu dapat diolah atau dikerjakan. Bila semua tidak
menyetujuinya, hanya 1/3 yang dapat dilaksanakan, selebihnya menjadi
batal karena hukum.6 Kemudian manfaat klaim tidak boleh diambil nazhir
saat klaim asuransi terjadi tapi saat sudah diserahkan dan disetujui ahli
waris secara tertulis. Bila peserta sudah berikrar sejak awal bila ia
meninggal maka manfaat klaimnya diwakafkan, ini dibolehkan.
Wakaf manfaat asuransi jiwa syariah ini sudah dikenal dan
diaplikasikan sejak tahun 2012, didasari atas permohohonan PT Sun Life
6 Mohammad Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf”, (Universitas
indonesia: UI-Press, 1988), h. 88.
5
Syariah dan lembaga wakaf Al-Azhar kepada Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI).7 DSN-MUI sebagai lembaga yang
berwenang dalam mengeluarkan fatwa yang berkaitan dengan produk
lembaga keuangan syariah selalu cermat dan cepat dalam menanggapi
masalah terkait pengembangan usaha lembaga keuangan syariah.
Kemudian dalam rapat pleno DSN-MUI mengeluarkan fatwa wakaf
manfaat asuransi dan manfaat investasi pada suransi jiwa syariah pada
tanggal 1 oktober 2016 Namun mulai disosialisasikan pada tahun 2017.8
Mulai sejak pengaplikasiannya pada tahun 2012 hingga fatwa dibentuk
dan mulai disosialisasikan pada tahun 2017 terdapat kurun waktu yang
begitu panjang (5 tahun), karena banyaknya masalah dalam
mempertimbangkan pembuatan fatwa tersebut.
Salah satu perusahaan asuransi terkemuka saat ini adalah PT AXA
Mandiri Financial Services meluncurkan produk asuransi terbarunya yaitu
asuransi syariah. Perusahaan AXA Mandiri terdiri dari bisnis asuransi
jiwa, yaitu PT AXA Mandiri Financial Services dan bisnis asuransi umum,
yaitu PT Mandiri AXA General Insurance, yang keduanya adalah sebuah
perusahaan patungan antara PT Bank Mandiri (Persero) TBK dengan
AXA Group. Sama dengan produk asuransi syariah lain, AXA Mandiri
menambah fitur wakaf manfaat asuransi jiwa syariah didalamnya. AXA
Mandiri merupakan perusahaan asuransi syariah yang sudah mendapat izin
pengelolaan produk polis wakaf di Indonesia. AXA Mandiri unit Syariah
didukung oleh lembaga wakaf yang terpercaya di Indonesia yakni Dompet
Dhuafa dan Mandiri Amal Insani untuk mengelola dan menyalurkan dana
wakaf para nasabah dan menghibahkan sebagian manfaatnya untuk
kesejahteraan umat, khususnya dalam inisiatif pembangunan Masjid,
Rumah Sakit serta tempat pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
7 Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No: 106/DSN-MUI/X/2016
Tentang Wakaf Manfaat Asuransi Dan Manfaat Investassi Pada Asuranssi Jiwa Syariah. 8 Siska Lis Sulistiani “Analisis Implementasi Wakaf Wasiat Polis Asuransi Syariah Di
Lembaga Wakaf al-Azhar Jakarta” Jurnal wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan. Volume 17,
No 2, Desaember 2017, h. 285-299.
6
kurang mampu. Seluruh lembaga pengelola aset wakaf tersebut telah
terdaftar dan diawasi langsung oleh BWI agar aset dikelola lebih baik dan
produktif. Dipilihnya PT AXA Mandiri Syariah ini dikarenakan termasuk
perusahaan asuransi yang ada produk wakaf.
Kehadiran wakaf manfaat asuransi syariah adalah solusi terhadap
wakaf untuk masyarakat muslim di Indonesia. Maka dari itu hadirnya
wakaf manfaat asuransi jiwa syariah ini menjadi jawaban terhadap
bagaimana penerapan baik secara teori maupun praktek. Seiring
berkembangnya usaha perasuransian di Indonesia dan dapat bermanfaat
bagi umat islam agar memahami wakaf manfaat asuransi yang ada di
asuransi syariah sehingga bertambah kepercayaan masyarakat, bahwa
perusahaan asuransi syariah dapat melaksanakan wakaf manfaat asuransi
jiwa syariah sesuai prinsip syariah, yakni mengikuti panduan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No:106/DSN-MUI/X/2016. Melalui fatwa
tersebut diharapkan dapat memberikan andil untuk perusahaan agar dapat
memegang teguh nilai syariah dalam menerapkan usahanya khususnya
dibidang wakaf manfaat asuransi jiwa syariah dan perkembangan industri
keuangan syariah pada umumnya, kemudian diharapkan bisa memberikan
instrumen pendukung bagi kalangan industri asuransi syariah untuk
memaksimalkan perekonomian berbasis syariah. Oleh sebab itu penulis
mengangkat judul sebagai berikut: ANALISIS PENERAPAN PRODUK
ASURANSI JIWA PADA PT AXA MANDIRI SYARIAH
BERDASARKAN FATWA DSN-MUI NO 106.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi
masalah yang nantinya akan diteliti sesuai dengan kemampuan penulis,
antara lain:
1. Bagaimana hukum wakaf manfaat asuransi syariah dalam islam?
2. Bagaimana kedudukan risiko dalam asuransi?
7
3. Bagaimana langkah penerapan wakaf manfaat asuransi pada PT
AXA Mandiri Syariah?
4. Apakah penerapan wakaf asuransi AXA Mandiri syariah sudah
sesuai dengan fatwa DSN-MUI No 106 tahun 2019?
C. Pembatasan Masalah
Agar mendapatkan suatu batasan yang jelas guna mencegah
terjadinya pembahasan yang meluas dan keluar dari konteks yang
semestinya, maka dalam hal ini penulis merasa perlu membatasi
permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini yaitu membahas
penerapan wakaf manfaat asuransi yang dilakukan di perusahaan asuransi
PT AXA Mandiri syariah apakah sudah sesuai dengan peraturan Fatwa
DSN-MUI No 106”
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur mewakafkan manfaat asuransi pada PT AXA
Mandiri Syariah ?
2. Apakah penerapan wakaf manfaat asuransi AXA Mandiri syariah
sudah sesuai dengan peraturan fatwa DSN-MUI No. 106 tahun
2016 ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana langkah penerapan wakaf manfaat
asuransi syariah pada PT AXA Mandiri
b. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan risiko dalam asuransi
jiwa syariah.
c. Untuk mengetahui bagaimana status hukum wakaf manfaat
asuransi dan manfaat investasi pada asuransi jiwa syariah dalam
pandangan islam.
2. Manfaat Penelitian
a. Agar dapat menjadi bahan informasi terhadap kajian akademis.
8
b. Untuk mengetahui apakah prosedur pelaksanaan wakaf manfaat
asuransi pada PT AXA Mandiri syariah sudah sesuai dengan
tuntutan fatwa.
c. Agar mengetahui status hukum wakaf manfaat asuransi dan
manfaat investasi dalam pandangan hukum islam.
d. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperdalam
keilmuan tentang penetapan hukum dalam hal wakaf manfaat
asuransi dan manfaat investasi.
e. Untuk menambah khazanah keilmuan bagi penulis pada khususnya
dan memberikan informasi terhadap masyarakat umum mengenai
penetapan jumlah wakaf manfaat asuransi dan manfaat investasi.
f. Penelitian ini juga di ajukan sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada jurusan Hukum Ekonomi
Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Tinjauan (Review) Studi Terdahulu
Untuk mengetahui dan memperjelas bahwa penelitian ini ada
perbedaan dengan studi terdahulu yang berkaitan, maka penulis
mencantumkan hasil penelitian terdahulu untuk dikaji dan ditelaah secara
seksama, penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Skripsi Romadhon Nugroho. Dengan judul “Ananlisis fatwa Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 106 tentang wakaf
manfaat asuransi dan manfaat investasi pada asuransi jiwa syariah”
Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Kesimpulan penelitian ini ditemukan bahwa faktor yang
melatarbelakangi hadirnya fatwa ini dipengaruhi oleh karena DSN
MUI belum mengatur ketentuan hukum terkait mewakafkan manfaat
asuransi dan manfaat investasi pada asuransi jiwa syariah. fatwa DSN
MUI belum mengakomodir pengembangan usaha termasuk asuransi
syariah. kemudian istinbat hukum yang digunakan bersandarkan pada
al-Quran, hadits dan kaidah fiqhiyyah.
9
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama membahas analisis
fatwa yang sama yaitu fatwa DSN MUI No. 106 tahun 2016 tentang
wakaf manfaat asuransi dan manfaat investasi. Kemudian
Perbedaannya adalah penelitian ini membahas faktor yang melatar
belakangi munculnya fatwa tersebut dan metode istinbat hukum yang
dipakai DSN dalam menentukan fatwa tersebut. Sedangkan penulis
membahas analisis penerapan produk wakaf manfaat asuransi jiwa
pada PT AXA Mandiri Syariah berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 106
2. Siska Lis Sulistiani, dalam Jurnal wacana hukum islam dan
kemanusiaan dengan judul “Analisis Implementasi Wakaf Wasiat Polis
Asuransi Syariah di Lembaga Wakaf Al-Azhar Jakarta”. Adapun
pembahasannya adalah Implementasi Wakaf Wasiat Polis Asuransi
Syariah di Lembaga Wakaf Al-Azhar Jakarta belum sepenuhnya
mengikuti aturan dalam fatwa DSN MUI dikarenakan fatwa tersebut
baru keluar diakhir 2016 dan disosialisasikan di awal 2017, sedangkan
wakaf polis asuransi syariah ini sudah dikenal dimasyarakat sejak
tahun 2012.
Persamaan Penelitian ini sama-sama membahas terkait fatwa yang
telah dibuat dan di sahkan DSN MUI terkait wakaf manfaat asuransi
dan manfaat investasi.adapun perbedaannya adalah Penelitian ini
membahas kesesuaian sistem yang di terapkan lembaga wakaf al-
Azhar Jakarta terhadap fatwa DSN MUI No. 106 tahun 2016.
Sedangkan penulis membahas analisis penerapan produk wakaf
manfaat asuransi jiwa pada PT AXA Mandiri Syariah berdasarkan
fatwa DSN-MUI No. 106
3. Ariffan Rahman Hakim dalam skripsi yang berjudul “Analisis
Penerapan Wakaf Polis Asuransi Syariah Berdasarkan Fatwa
No:106/Dsn-Mui/X/2016 (Studi Pada Sun Life Syariah). adapun
kesimpulan penelitian tersebut adalah Hasil penelitiannya secara
singkat bahwa penerapan wakaf pada polis asuransi jiwa Sun Life
Syariah terdapat beberapa unsur terkait didalamnya yaitu: kesesuaian
10
aturan fatwa terhadap bagaimana pelaksanaan perusahaan Sun Life
Syariah yang berkerjasama dengan lembaga wakaf dalam mengelola
dana yang diwakafkan. Kesesuaian pernyataan perjanjian form ikrar
wakaf Sun Life Syariah batas maksimal yang sesuai ketentuan fatwa
pada wakaf wasiat (manfaat meninggal dunia) jumlah sebesar 45% dan
wakaf manfaat investasi sebesar 30%.
Persamaan dalam penelitian ini sama-sama membahas terkait fatwa
yang telah dibuat dan di sahkan oleh DSN MUI terkait wakaf manfaat
asuransi dan manfaat investasi pada asuransi jiwa syariah. Perbedaan
Dalam penelitian ini adalah penulis skripsi ini meneliti seperti apa
penerapan wakaf polis asuransi syariah yang dilakukan oleh PT Sun
Life Syariah dan meneliti apakah PT Sun Life Syariah sudah sesuai
penerapan wakafnya dengan ketentuan Fatwa No:106/DSN-
MUI/X/2016. Sedangkan penulis membahas analisis penerapan produk
wakaf manfaat asuransi jiwa pada PT AXA Mandiri Syariah
berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 106
4. Ali Amin Isfandiar dalam Jurnal ekonomi islam yang berjudul
“Tinjauan Fiqih Muamalat Dan Hukum Nasional Tentang Wakaf Di
Indonesia” dengan pembahasan Hasil dari penelitian ini terdapat
beberapa perbedaan pendapat mengenai wakaf termasuk
dibolehkannya wakaf uang. Di indonesia sediri wakaf uang ini
dibolehkan bahkan sangat dianjurkan. Persamaan dalam penelitian ini
adalah sama-sama membahas wakaf, sedangkan perbedaannya adalah
Penelitian ini membahas tentang Wakaf dari tinjauan fiqih muamalah
dan hukum nasional, dimana didalamnya penulis menjelaskan
pengertian serta pembahasan wakaf melalui pendapat para imam
kemudian membandingkannya dengan tinjauan hukum nasional yaitu
UU No. 41 tahun 2004. Sedangkan penulis membahas analisis
penerapan produk wakaf manfaat asuransi jiwa pada PT AXA Mandiri
Syariah berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 106
11
G. Kerangka Teori dan Konseptual
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah teori kepatuhan hukum.
Bagaiaman kepatuhan PT AXA Mandiri terhadap peraturan yang telah
ditetapkan dalam fatwa, dalam hal ini adalah Fatwa DSN-MUI No. 106
tahun 2016 tentang Wakaf Manfaat Asuransi dan Manfaat Investasi Pada
Asuransi Jiwa Syariah.
Dalam konteks ini PT AXA Mandiri sebagai perusahaan asuransi yang
membuka peluang wakaf manfaat asuransi untuk peserta asuransi jiwa
syariah. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia sebagai
penerbit fatwa syariah menempati kedudukan yang strategis dan sangat
penting, untuk menjaga kualitas dan perkembangan sebuah perusahaan
syariah khususnya di Indonesia. Karena mufti (pemberi fatwa) merupakan
pelanjut tugas nabi SAW. dalam menyampaikan hukum-hukum syariat,
mengajar manusia dan memberi peringatan kepada mereka agar berhati-
hati sehingga ia berkedudukan sebagai khalifah dan ahli waris beliau.9
DSN MUI sebagai lembaga yang berwenang menerbitkan peraturan
operasional lembaga keuangan syariah telah menerbitkan fatwa yang
masih terbilang baru, karena baru disosialisasikan pada tahun 2017. Dalam
memutuskan fatwa DSN MUI tidak sembarangan dalam menetapkannya
kecuali berpegang terhadap al-Quran dan Hadits serta pendapat para ulama
sebagai dasar hukum dalam menetapkan peraturan. Oleh sebab itu PT
AXA Mandiri wajib mengikuti tuntutan fatwa yang telah ditetapkan.
Konseptual penerbitan wakaf manfaat asuransi jiwa sysariah pada PT
AXA Mandiri Syariah.
9 Romadhon Nugroho, “Analisi Fatwa DSN MUI tentang Wakaf Manfaat Asuransi dan
Manfaat Investasi Pada Asuransi Syariah (Skripsi S-1 Fakultas Syariah Universitas Isnlam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017) . h. 21.
12
H. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau teknis yang akan dilakukan
penulis dalam proses penelitian ini. Adapun metode penelitian yang akan
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi
ini adalah penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan permasalahan
dengan cara mengumpulkan data, dokumen dan informasi yang aktual.
Data-data yang diperoleh akan diinterpretasikan dalam bentuk
pemaparan kemudian dianalisis untuk lebih lanjut untuk kemudian
ditarik kesimpulan.
Mengingat penulisan skripsi ini bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang suatu kejadian tertentu, maka dalam Penelitian
deskriptif tingkat keyakinan harus maksimal Pendekatan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu bersumber dari
hasil studi kepustakaan dan wawancara yang dilakukan terhadap pihak
Nasabah datang ke AXA
Mandiri mengajukan
pembukaan asuransi jiwa
syariah (bertempat di
setiap cabang bank mandiri
syariah karena keduanya
kerjasama)
Pihak bank mebuka
akun/buku
tabungan BSM
untuk nasabah
Petugas AXA Mandiri
menawarkan nasabah
sesuai asuransi yang
dibutuhkannya
Jika nasabah telah tutup usia
pada masa asuransi berjalan
kemudian wakaf bisa
dijalankan
Setelah ditemukan kebutuhan
nasabah, kemudian petugas
mebuka akun polis untuk
nasabah yang bersangkutan
Petugas menawarkan
wakaf manfaat
asuransi jiwa syariah
pada nasabah
Setelah nasabah setuju
kemudian nasabah
mengisi formulir wakaf
manfaat asuransi
13
perusahaan yang bersangkutan yakni PT AXA Mandiri financial
services Syariah (AXA Mandiri).
2. Data Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam/jenis data
yaitu :
a. Data Primer
Data primer yaitu merupakan data utama yang diambil
langsung dari perusahaan tempat objek penelitian yaitu dengan
teknik wawancara (interview) kepada pihak PT AXA Mandiri
Syariah terkait penerapan wakaf manfaat asuransi asuransi
syariah. Sehingga dapat memecahkan masalah yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung yang dapat
dilihat dari formulir, ikhtisar polis, ketentuan atau syarat-syarat
umum dan khusus serta ilustrasi polis, brosur asuransi PT Sun
Life Syariah, Fatwa, Al-Qur’an, Hadist, buku-buku, penelitian
terdahulu, internet dan bahan tertulis lainnya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun skripsi ini, penulis mengumpulkan data dan
informasi dalam penelitian ini dengan cara:
a. Riset Lapangan (Field Reseach)
Penelitian yang secara langsung dari lokasi perusahaan-
perusahaan untuk memperoleh data-data dan informasi melalui
masalah tersebut dapat dipecahkan dan diselesaikan dengan
baik dan benar.
Wawancara (interview), merupakan teknik pengumpulan
data dengan tanya jawab kepada pihak yang berkaitan langsung
dengan penelitian ini. Penulis mewancarai salah satu pihak
asuransi yang bersangkutan di PT Sun Life Syariah. Tujuan
14
wawancara adalah untuk memperoleh informasi data yang
valid dan akurat dari pihak yang dijadikan sebagai informasi.
Dokumentasi, merupakan teknik pengumpulan data yang
ditunjukan kepada subjek dokumen, dapat berupa: rekaman,
catatan pribadi, formulir, ikhtisar polis, ketentuan atau syarat-
syarat polis umum dan khusus, ilustrasi polis dan brosur
asuransi lainnya. Dimana penelitian dilakukan secara langsung
pada objek penelitian untuk mendapatkan gambaran yang lebih
nyata mengenai kesesuaian penerapan wakaf wasiat polis
asuransi di PT Sun Life Syariah.
b. Riset Kepustakaan (library research).
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mempelajari
dan memahami data atau bahan yang diperoleh dari berbagai
literature seperti: Berita, Jurnal, buku-buku cetak, artikel,
mailing list, (website/internet) yang berkaitan dengan
pembahasan penelitian ini.
4. Teknik Analisis Data
Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif dan akan
dianalisis dengan metode deskriptif yaitu metode yang
menggambarkan secara jelas dan rinci dengan didasari pada data-data
tentang topik penelitian yang diteliti, sehingga memperoleh gambaran
yang diteliti dan masalah tersebut dapat dipecahkan dan diselesaikan
dengan baik dan benar.
5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan ini merujuk pada buku “pedoman penulisan
skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2017”.
I. Sistematika Penulisan
Agar mempermudah pembaca serta mendapatkan gambaran umum
dari penulisan proposal ini maka penulis menyusun dan membagi kedalam
lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub bab. Adapun urutan
15
dan tata letak masing-masing bab serta pokok pembahasannya sebagai
berikut:
Bab I berisi pendahuluan, dalam bab ini akan dijelaskan latar
belakang penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan (reviw) studi terdahulu, kerangka teori dan konseptual,
metode penelitian dan sistematika kepenulisan.
Bab 2 berisi landasan teori, dalam bab ini akan membahas tentang
teori dan tinjauan pustaka yang terkait wakaf manfaat asuransi syariah.
Bab 3 gambaran umum PT AXA Mandiri, bab ini akan membahasa
Mengenai gambaran umum PT AXA Mandiri Syariah sebagai bahan
penelitian skripsi ini.
Bab 4 hasil penelitian dan pembahasan, bab ini akan membahas
inti dalam penelitian ini tentang bagaimana analisis produk wakaf manfaat
asuransi jiwa pada PT AXA Mandiri Syariah berdasarkan Fatwa DSN-
MUI No 106.
Bab 5 berisi penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang berisis
tentang kesimpulan hasil yang ditemui dari penelitian ini yang mana
mencakup penutup dan saran.
16
BAB II
GAMBARAN UMUM ASURANSI DAN WAKAF
A. Asuransi
1. Sejarah Lahirnya Asuransi
Asuransi muncul pada abad pertengahan, letaknya di Eropa pada
tahun 1400-1800 sebelum masehi. Di zaman pertengahan asuransi sudah
digunakan oleh para serikat buruh yang saat itu memang hidup dengan
kondisi yang tidak layak, dimana hanya kaum pemodal yang memiliki
kekuasaan. saat mereka melakukan perjalanan di Eropa mereka sering
tidak aman ketika mengantarkan barang dari suatu daerah ke daerah lain
sering kali terjadi ada perampokan, karena itu mereka memerlukan jasa
pengamanan, oleh sebab itu muncullah asuransi yang asal katanya adalah
security (pengamanan), lalu pada tahun seribu delapan ratus lima pulahan
muncul bahasa arab untuk asuransi yaitu saukaroh. seiring dengan
perkembangannya, saukaroh diubah jadi kata at-ta’min. karena fungsi
daripada asuransi adalah memberikan rasa aman, maka dibuatnya kata at-
ta’min itu dengan harapan memberikan rasa aman.1
Kata asuransi saat ini berasal dari kata verzekering (belanda) yang
berarti pertanggungan. Istilah pertanggungan ini seringnya dipakai dalam
literatur hukum dan kurikulum perguruan tinggi hukum di indonesia.
Sedangkan istilah asuransi berasal dari istilah assurantie (belanda) atau
assurance (inggris) lebih banyak dikenal dan digunakan oleh kalangan
pelaku usaha bisnis. Di inggris selain istilah assurance, juga terdapat
istilah pendampingnya yaitu insurance. Istilah assurance sering
digunakan untuk mengidentifikasi jenis asuransi jiwa dan istilah
insurance digunakan untuk jenis asuransi kerugian (umum).
Asuransi jiwa pertama di indonesia dengan nama Nederlandsch
Indische Leven Verzekering En Liefrente Maatschappij (NILMIY).
Perusahaan ini terakhir diambil alih oleh pemerintah indonesia dan
berubah menjadi PT. Asuransi jiwasraya. Pada 1853 terdapat perusahaan
1Mulhadi, “Dasar-Dasar Hukum Asuransi”. Cet-1 (Depok Rajawalipers, 2017), h. 13.
17
asuransi kerugian pertama di indonesia, yaitu Bataviasche Zee Brand
Asurantie Maatschsppij. Pada 1912 didirikan perusahaan asuransi jiwa
bernama asuransi jiwa Boemi Poetra di Magelang atas prakarsa seorang
guru yang bernama M. Ng. Dwidjosewojo sebagai perusahaan asuransi
yang berbentuk badan usaha bersama. Pendirian bumi putra didorong
oleh keprihatinan yang mendalam terhadap nasib para guru pribumi
(bumiputera). Asuransi non jiwa yang pertama adalah NV Indishe Lloyd
yang kemudian berganti nama menjadi Lloyd Indonesia.2
2. Pengertian Asuransi Syariah
Dalam bahasa arab asuransi disebut at-ta’min, penanggung disebut
mu’ammin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau
musta’min. Atta’min diambil dari kata amana yang memiliki arti
memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa
takut, sebagaimana firman Allah “Dialah yang mengamankan merka dari
ketakutan.”(Quraisy:4)
Dari kata tersebut muncul kata-kata yang berdekatan seperti
berikut,
Al amanatu minal khouf : aman dari rasa takut
Al amanatu dhiddal khiyanat : amanah lawan dari khianat
Al iymanu dhiddul kufri : iman lawan dari kufur
I’thoul amna : memberi rasa aman
Dari arti terakhir di atas, dianggap paling tepat untuk
mendefinisikan istilah at-ta’min, yaitu:3 “menta’minkan sesuatu, artinya
adalah seorang membayar/menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli
warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati,
atau untuk mendapatkan ganti terhadap harta yang hilang, dikatakan
seseorang untuk mempertanggungkan atau mengasuransikan hidupnya,
rumahnya atau mobilnya.
2Mulhadi, “Dasar-Dasar Hukum Asuransi”. (Cetakan Ke-1 (Depok: Rajawali Pers, 2017),
h. 18. 3Muhammad Syakir Sula,“Asuarnsi Syariah ( Life And General)”. cet-1, (Gema Insani
Press, 2004), h. 28.
18
Ada tujuan dalam islam yang menjadi kebutuhan mendasar, yaitu
alkifayah yaitu ‘kecukupan’ dan al-amnu yaitu ‘keamanan’ sebagaimana
firman Allah SWT, “Dialah Allah yang mengamankan mereka dari
ketakutan” sehingga sebagian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar
merupakan bentuk dari keamanan. Mereka menyebutnya dengan al-amnu
al-qidza’i aman konsumsi. Dari prinsip tersebut islma mengarahkan pada
ummatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri dimasa
mendatang maupun untuk keluarganya sebagaimana nasihat rasul kepada
Saat Bin Abi Waqqash 4agar mensedekahkan sepertiga hartanya saja.
Selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya agar tidak menjadi beban
masyarakat.
Alfanjari membagi at-tamin kedalam tiga bagian, yaitu ta’min at-
taawuniy, ta’min al-tijari, dan ta’min al-hukumiy5. Menurut Mushtafa
Ahmad Zarqa, makna asuransi secara istilah adalah kejadian. Adapaun
metodologi dan gambarannya dapat berbeda-beda, namun pada intinya
asuransi adalah cara untuk memlihara manusia untuk menghindari resiko
(ancaman) yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya atau dalam
aktivitas ekonominya.
Dalam buku aqdu at-ta’min wa maukifu asy-syariah al-ialamiyah
minhu, az-Zarqa juga mengatakan bahwa sistem asuransi yang dipahami
oleh para ulama hukum (syariah) adalah sebuah sistem Ta’awun dan
Tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peristiwa-peristiwa
atau musibah-musibah. Tugas ini dibagikan kepada sekelompok
tertanggung, dengan cara memberikan pengganti kepada orang yang
tertimpa musibah. Pengganti tersebut diambil dari kumpulan premi-premi
mereka. Para ulama ahli syariah mengatakan bahwa dalam penetapan
4Abdul Baqi dan Muhammad Fuad, Al-lu’lu wal Marjan. (Surabaya: Al Ridha, 2011), h.
2/471, hadits: 1053 5Muhammad Syauqi Al-Fanjari, “Al-Islam Wa At-Ta’min: Alternatif Asuransi dalam
Islam”, Riyadh, 1994, h. 23. Artikel di akses pada Mei 2019 dari https://www.researchgate.net/publication/324156038_AT-TA'MIN_AT TA'AWUNI_ALTERNATIF_ASURANSI_DALAM_ISLAM
19
semua hukum yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan ekonomi, islam
bertujuan agar suatu masyarakat hidup berdasarkan atas asas saling
menolong dan menjamin dalam pelaksanaan hak dan kewajiban.6
Dengan demikian, asuransi dilihat dari segi teori dan sistem, tanpa
melihat sarana atau cara-cara kerja dalam merealisasikan sistem dan
memperaktikkan teorinya, sangat relevan dengan tujuan-tujuan umum
sayriah dan diserukan oleh dalil-dalil juz’i-nya. Dikatakan demikian
karena asuransi dalam arti tersebut adalah sebuah gabungan kesepakatan
untuk saling menolong, yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapih,
antara sejumlah besar manusia. Tujuannya adalah menghilangkan atau
meringankan kerugian dari peristiwa-peristiwa yang terkadang menimpa
sebagian mereka. Dan, jalan yang mereka tempuh adalah dengan
memberikan sedikit pemberian dari masing-masing individu.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
dalam fatwanya tentang pedomam umum asuransi syariah, memberi
defenisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi Syariah (ta’min, takaful,
tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru
yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu
melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Asuransi dalam sudut pandang hukum dan ekonomi merupakan
bentuk manajemen resiko utama yang digunakan untuk menghindari
kemungkinan terjadinya kerugian yang tidak tentu. Asuransi didefenisikan
sebagai transfer yang wajar atas resiko kerugian, dari satu entitas ke entitas
lain. Dengan kata lain, asuransi adalah suatu sistem yang diciptakan untuk
melindungi orang, kelopok, atau aktivitas usaha terhadap resiko kerugian
finansial dengan cara membagi atau menyebarkan resiko melalui
pembayaran sejumlah premi.
6Muhammad Syakir Sula,“Asuarnsi Syariah ( Life And General)”, cet-1, (Gema Insani
Press, 2004), h. 29.
20
Asuransi merupakan suatu metode untuk memutuskan atau
melimpahkan kerugian-kerugian yang mungkin diderita pada umumnya
antara anggota-anggota suatu kelompok. Hal ini dilakukan karena:
a. Adanya sejumlah resiko yang cukup besar dan terpisah, akan tetapi
dapat dikombinasi.
b. Suatu kejadian yang terjadi secara merata dan diperhitungkan secara
matematik. Dengan suatu marge kesalahan yang relatif kecil. Hal ini
memungkinkan untuk memperkirakan kerugian-kerugian yang
mungkin timbul dan untuk mengkalkulasi biaya tahunannya.7
Asuransi juga di atur dalam KUHD pasal 246 mengenai devinisi
asuransi, dapat ditarik beberapa unsur yang terdapat didalam asuransi,
yakni:
a. Adanya dua pihak yang terkait dalam asuransi, yaitu penanggung dan
tertanggung.
b. Adanya peralihan risiko dari tergantung kepada penanggung
c. Adanya premi yang harus dibayar tertanggung kepada penanggung
d. Adanya unsur peristiwa yang tidak pasti (evenemen; onzeker voorval);
e. Adanya unsur ganti kerugian apabila terjadi suatu peristiwa yang tidak
pasti.
Asuransi menurut Undang-Undang terbaru yakni Undang-Undang
No. 40 tahun 2014 tentang perasuransian pasal 1 ayat (1) menyatakan
bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak antara perusahaan
asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerima premi
oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis
karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan
keuntungan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang
7Mulhadi, “Dasar-Dasar Hukum Asuransi”, Cetakan Ke-1 (Depok: Rajawali Pers, 2017),
h.1.
21
mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya
suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya
tertanggung atau pembayaran yang didasrkan pada hidupnya
tertanggung dengan manfaat besarnya telah ditetapkan dan/atau
didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Beberapa pokok materi baru dalam undang-undang ini antara lain,
disamping mengatur pokok asuransi umum, jiwa dan reasuransi juga
mengatur yang terkait dengan produk asuransi syariah, seperti asuransi
umum syariah, asuransi jiwa syariah, dan usaha reasuransi syariah8. Semua
pengertian asuransi yang penulis paparkan di atas adalah pengertian
asuransi pada umumnya.
3. Maqashid Syariah Pada Asuransi
Asuransi syariah menggunakan prinsip tabarru atau tolong-
menolong dan bekerja sama sehingga menimbulkan kemaslahatan untuk
para peserta. Prinsip tabarru yang dipakai oleh asuransi syariah tersebut
mempunyai hubungan yang erat dengan maqashid syariah. Menurut Dr.
Oni Sahroni, M.A. dan Ir. Adiwarman A Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P
dalam buku Maqashid Bisnis & Keuangan Islam, mendefinisikan secara
singkat bahwa maqashid syariah adalah “Memenuhi hajat manusia dengan
cara merealisasikan mashlahatnya dan menghindarkan mafsadah dari
mereka”. Mashlahat yang dimaksud adalah setiap perkara yang
memberikan kemanfaatan dan menghapus kemudaratan.
Imam Asy-Syatibi merumuskan lima maqashid syariah yaitu:
Hifdz Ad-Din (Memelihara Agama), Hifdz An-Nafs (Memelihara Jiwa),
Hifdz Al’Aql (Memelihara Akal), Hifdz An-Nasb (Memelihara
Keturunan) dan Hifdz Al-Maal (Memelihara Harta). Salah satu penerapan
Hifdz Ad-Din atau memelihara agama dalam asuransi syariah adalah
8Abdul R. Saliman,“Hukum Bisnis untuk Perusahaan” (Prenadamedia Group.2005.
Jakarta), h. 189.
22
membantu mengelola risiko jamaah dalam menjalankan ibadah haji. Hal
ini dijelaskan lewat fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No 39/DSN-
MUI/X/2002 tentang asuransi haji.
Penerapan Hifdz An-Nafs atau Memelihara Jiwa pada asuransi
syariah yaitu menjaga keselamatan jiwa dari hal-hal yang mengancam
seseorang seperti kecelakaan, kecelakaan ataupun kematian. Hifdz Al’Aql
atau memelihara akal pada asuransi syariah terletak pada produk asuransi
pendidikan. Asuransi syariah membantu memelihara akal dengan cara
asuransi syariah akan bekerja sebagai penyandang dana pendidikan ketika
orang tua yang membiayai pendidikan sudah tiada. Sehingga anak masih
bisa terus melanjutkan belajarnya dan memelihara akalnya.
Peran asuransi syariah terhadap Hifdz An-Nasb atau Memelihara
Keturunan adalah memelihara kemaslahatan keturunan. Dengan mengikuti
asuransi syariah maka keluarga yang ditinggalkan masih bisa melanjutkan
pendidikan dan melanjutkan kehidupannya dengan ekonomi yang layak.
Asuransi syariah menjalankan Hifdz Al-Maal atau memelihara harta salah
satunya adalah dengan mengelola dana yang dititipkan oleh peserta kepada
perusahaan asuransi syariah. Kepemilikan dana dan penyalurannya akad
diolah dengan baik olah perusahaan asuransi syariah.9
4. Syarat Sah Asuransi Syariah
Asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengeloaan risiko yang
memenuhi ketentuan syariah, tolong-menolong secara mutual yang
melibatkan peserta dan perusahaan asuransi.10 Syarat sahnya asuransi
harus terpenuhi unsur-unsur asuransi sebagai berikut:
a. Adanya pihak penanggung
b. Adanya pihak tertanggung
c. Adanya Perjanjian asuransi
9Ardne, Implementasi Maqashid Syariah Pada Asuransi Syariah, diakses pada 15 Juli
2019 di situs http://www.dakwatuna.com/2018/05/23/92588/implementasi-maqashid-syariah-
pada-asuransi-syariah/#ixzz5zZgrSA6Y 10 Muhammad iqbal, “Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik” (Jakarta: gema insani,
2006), h. 2.
23
d. Pembayaran premi
e. Adanya kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diderita oleh tertanggung.
f. Adanya suatu peristiwa yang tidak pasti terjadinya (risiko).11
Dalam unsur asuransi ini penulis menilai bahwa sebenarnya risiko
adalah hal utama yang dipentingkan dalam asuransi, karena asuransi
sebagai alat pembagian risiko. Jika dilihat dari sejarah asuransi, timbulnya
asuransi karena adanya risiko yang harus ditangani, tanpa sebab risiko
hingga sekarang asuransi tidak hadir.
Kemudian terdapat persyaratan sahnya suatu akad. Akad yang tidak
memenuhi salah satu dari persyaratan ini atau melanggar dari salah
satunya maka akad jadi batal. Adapun persyaratan tersebut dalam hal ini
bagi Subjek/pelaku akad sebagai berikut:
a. Sudah baligh (dewasa).
b. Berakal, sudah barang tentu setiap transaksi yang dilakukan oleh
orang yang kehilangan akal adalah tidak sah, maka perasuransiannya
pun batal.
c. Ikhtiyar (kehendak bebas), tidak boleh ada paksaan dalam transaksi
yang tidak disukai.
d. Tidak sah transaksi atas suatu yang tidak diketahui. Syarat ini terdapat
di dalam seluruh transaksi. Tidak sah jual beli apabila barang yang di
jual tidak diketahui.
e. Tidak sah transaksi yang mengandung unsur riba. Ini adalah
persyaratan dan larangan bagi sahnya transaksi. Atas dasar ini, maka
setiap transaksi yang baru harus kita anggap sah, sesuai tuntutan
prinsip.12
11 Hermansyah, “Hukum Perbankan Nasional Indonesia” (Jakarta: Kencana, 2006), h. 11. 12 Murtadha Muthahhari, “Pandangan Islam Tentang Asuransi Dan Riba”, Terjemah:
Irwan Kurniawan, ar-Riba Wa at-Ta’min, (Bandung, Pustaka Hidayah, 1995), h. 276.
24
Menurut fatwa DSN MUI No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman
umum asuransi syariah aqid dalam asuransi syariah terbagi menjadi dua
yaitu:
a. Mudhorib yaitu pengelola dana tabarru’
b. Sohibul mal adalah pemilik dana tabarru’
5. Bentuk-Bentuk Produk Asuransi Syariah AXA Mandiri Syariah
Yang membedakan asuransi umum dengan asuransi syariah adalah
takaful, dimana takaful merupakan konsep kooperatif yang diusung
sehingga asuransi syariah terhindar dari riba. Produk-produk asuransi
takaful terdiri dari Asuransi Takaful individu, Asuransi Takaful Grup dan
Asuransi Takaful Umum sebagaimana yang akan dijelaskan dibawah ini
a. Takaful Individu (Asuransi Jiwa)
Produk asuransi syariah ini memberikan perlindungan dan
perencanaan yang bersifat pribadi, dan dibagi menjadi beberapa jenis
berikut ini:
1) Takaful Dana Investasi yang menjamin dan memberikan
perlindungan hari tua atau menjadi jaminan dana bagi ahli waris
bila nasabah meninggal dunia lebih awal
2) Takaful Dana Haji yang dipergunakan sebagai perlindungan dana
perorangan yang berencana menunaikan ibadah haji
3) Takaful Dana Siswa yang memberikan jaminan dana pendidikan
mulai sekolah dasar sampai sarjana
4) Takaful Dana Jabatan yang memberikan jaminan santunan bagi
ahli waris dari nasabah yang menduduki jabatan penting bila
nasabah meninggal dunia lebih awal atau tidak bekerja lagi dalam
masa jabatannya.
b. Takaful group
Produk Asuransi Syariah ini memberi perlindungan dan
perencanaan untuk pribadi dan kelompok, misal kelompok dalam
sebuah perusahaan yang dibagi menjadi beberapa jenis berikut ini:
25
1) Takaful al-Khairat dan Tabungan Haji sebagai perlindungan bagi
karyawan yang ingin menunaikan ibadah haji, yang didanai iuran
bersama dengan keberangkatan bergilir
2) Takaful Kecelakaan Siswa yang memberikan proteksi pelajar dari
resiko kecelakaan yang berakibat cacat bahkan yang
mengakibatkan meninggal dunia
3) Takaful Wisata dan Perjalanan yang memberikan proteksi peserta
wisata dari resiko kecelakaan yang mengakibatkan meninggal
dunia atau cacat seumur hidup
4) Takaful Kecelakaan Group, yang memberikan proteksi santunan
karyawan dalam perusahan, organisasi atau perkumpulan lainnya
5) Takaful Pembiayaan, untuk proteksi pelunasan hutang bagi
nasabah yang meninggal dalam masa perjanjian.
c. Takaful Umum
Produk Asuransi Syariah ini memberi perlindungan dan
perencanaan yang bersifat umum dan dibagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
1) Takaful Kebakaran, untuk perlindungan dari kerugian yang
disebabkan api
2) Takaful Kendaraan Bermotor, untuk perlindungan terhadap
kerugian pada kendaraan bermotor
3) Takaful Rekayasa, untuk perlindungan terhadap kerugian pada
pekerjaan pembangunan baik pembangunan rumah, villa, dan
bangunan lainnya
4) Takaful Pengangkutan, untuk perlindungan dari kerugian pada
semua barang setelah dilakukan pengangkutan baik darat, laut,
dan udara
26
5) Takaful Rangka Kapal, untuk perlindungan dari kerusakan mesin
khususnya mesin kapal dan rangka kapal yang disebabkan
kecelakaan atau musibah.13
Asuransi Jiwa bertujuan menanggung risiko terhadap kerugian
finansial tak terduga, yang disebabkan karena meninggal dunia. Di
sini terlukis bahwa dalam asuransi jiwa, risiko yang dihadapi adalah
risiko kematian. Asuransi jiwa adalah jaminan untuk keturunan,
seorang bapak jika meninggal dunia sebelum waktunya atau dengan
tiba-tiba, si anak tidak akan terlantar dalam hidupnya. Bisa juga terjadi
terhadap seseorang yang telah lanjut usia dan tidak mampu untuk
mencari nafkah atau membiayai anak-anaknya, maka dengan asuransi
jiwa, risiko yang mungkin diderita dalam arti kehilangan kesempatan
untuk mendapat penghasilan akan ditanggung oleh perusahaan
asuransi.
6. Prinsip Asuransi Syariah
Prinsip dasar yang terdapat dalam asuransi jiwa takaful
disamakan dengan asuransi syari’ah pada umumnya dan hal tersebut
tidak jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep
ekonomi Islam secara komprehensif. Begitu juga dengan asuransi, harus
dibangun di atas fondasi dan prinsip dasar yang kuat serta kokoh. Di
antara prinsip-prinsip tersebut adalah:
a. Ke-Esaan (tauhid)
Prinsip ke-Esaan (tauhid) adalah dasar utama dari setiap bentuk
bangunan yang ada dalam berasuransi yang harus diperhatikan
adalah bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisi
bermu’amalah yang dibangun oleh nilai-nilai ke-Tuhanan. Kalau
pemahaman semacam ini terbentuk dalam setiap “pemain” yang
terlibat dalam perusahaan asuransi, maka pada tahap awal masalah
13Cermati.com. “Asuransi Syariah: Jenis Produk dan Ketentuan Menggunakannya”,
Diakses pada 15 juni 2019 dari https://www.cermati.com/artikel/asuransi-syariah-jenis-produk-dan-ketentuan-menggunakannya
27
yang sangat urgensi telah terlalui dan dapat melangsungkan
perjalanan bermuamalah seterusnya.
b. Keadilan (al-‘adl)
Prinsip kedua dalam bermuamalah adalah keadilan, begitu juga
dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan (justice),
dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hal dan
kewajiban antara nasabah (anggota) dan perusahaan asuransi. Sikap
adil dibutuhkan ketika menentukan nisbah mudharabah, musyarakah,
wakalah, wadi’ah dan sebagainya dalam bank syari’ah. Sikat adil
juga diperlukan ketika asuransi jiwa syari’ah menentukan bagi hasil
dalam surplus underwriting penentuan bunga teknik (bunga teknik
tidak ada dalam asuransi syari’ah) dan bagi hasil invenstasi antara
perusahaan serta peserta. Karena itulah transparansi dalam
perbankan dan asuransi jiwa yang berlandaskan syari’ah menjadi
sangat penting.
c. Menghindari kedzaliman (adz-dzulm)
Pelanggaran terhadap kedzaliman merupakan salah satu dasar
dalam bermuamalah. Karena itu Islam sangat ketat dalam
memberikan perhatian terhadap pelanggaran kedzaliman. Dalam
praktek bisnis, proses saling mendzalimi mungkin dapat terjadi
dalam 3 (tiga) hal sebagai berikut:
1) Dalam hubungan dengan nasabah, yakni nasabah akan
terdzalimi apabila ada hak-haknya yang dikebiri. Mungkin ini
disebabkan ketidaktahuan atau tidak adanya transparansi dari
suatu perusahaan.
2) Dalam hubungan dengan karyawan. Sesama manusia diharuskan
untuk segera memberikan upah buruh setelah selesai bekerja jika
ia meminta. Wajib bagi perusahaan untuk memikirkan kebutuhan
bagi perusahaan sesuai tenaga dan pikiran yang diberikan.
3) Dalam hubungan dengan pemilik modal (investor). Investor
menanamkan modal ke suatu perusahaan tentunya karena ingin
28
memperoleh keuntungan yang baik dan halal dari bisnis tersebut.
Oleh karenanya, pengurus dalam perusahaan adalah pemegang
amanah yang benar-benar harus dipercaya. Pendzaliman terhadap
investor terjadi bila pengurus (direksi) suatu perusahaan tidak
amanah menjalankan perusahaan.
d. Tolong-menolong (at-ta’awun)
Saling tolong-menolong atau saling membantu berarti diantara
peserta syari’ah yang satu dengan yang lainnya saling bekerja sama
dan memperingan penderitaan memenuhi berbagai kebutuhan dalam
mengatasi kesulitan yang dialami karena musibah yang diderita.
e. Kerjasama (musyarakah)
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan dapat hidup sendiri
tanpa adanya bantuan dari orang lain. Kerjasama dalam bisnis
asuransi dapat berwujud dalam akad yang dijadikan acuan antara
kedua belah pihak yang terlibat, yaitu anggota (nasabah) dan
perusahaan asuransi.
f. Amanah (al-amanah)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud
dalam nilai-nilai akuntabiltas (pertanggungjawaban) perusahaan
melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Prinsip amanah
juga harus berlaku pada seorang nasabah, seseorang yang menjadi
nasabah asuransi berkewajiban menyampaikan informasi yang benar
berkaitan dengan pembayaran dana iuran (premi) dan tidak
memanipulasi kerugian (peril) yang menimpa dirinya.
g. Kerelaan (al-ridha)
Pentingnya prinsip ridha dalam muamalah karena tanpa dilandasi
dengan keridhaan, maka seluruh akad dalam muamalah menjadi
batal. Dengan demikian, kedudukan prinsip keridhaan sangat fatal
dalam akad-akad yang dibuat dalam mumalah yang dilandasi hukum
syari’ah.
29
h. Larangan gharar (ketidakpastian)
maisir (judi) dan riba Dalam setiap transaksi, seseorang muslim
dilarang memperkaya diri dengan cara yang tidak dibenarkan karena hal
tersebut menimbulkan kerugian pada pada salah satu pihak.14
B. Wakaf
1. Pengertian Wakaf
Perkataan waqf, yang menjadi wakaf dalam bahasa indonesia,
berasal dari bahasa arab, kata kerja dari waqafa yang berarti
menghentikan, berdiam ditempat, atau menahan sesuatu. pengertian
menahan sesuatu dihubungkan dengan harta kekayaan, itulah yang
dimaksud dengan wakaf dalam uraian ini. Wakaf adalah menahan
sesuatu benda untuk diambil manfaatnya sesuai dengan ajaran islam.15
Menurut Fatwa DSN-MUI, wakaf adalah menahan harta yang
dapat dimanfaatkan dan/atau di-istitsmar-kan, tanpa lenyap bendanya,
dengan tidak menjual, menghibahkan, dan/atau mewariskannya, dan
hasilnya disalurkan pada suatu yang mubah kepada penerima manfaat
wakaf yang ada16.
Menurut Undang-Undang republik indonesia nomor 41 tahun
2004 dalam pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa, wakaf adalah perbuatan
hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah. Dalam pengertian ini dapat
disimpulkan bahwa wakaf boleh dalam bentuk apa saja selagi ia tidak
menyalahi aturan syariat dan tidak harus selamanya dalam artian
permanen.
14 Ilyas, studi komperatif asuransi jiwa takaful dan asuransi jiwa konvensional. (kanun
jurnal ilmu hukum, No. 62, Th. XVI (April 2014). Pp 39-55. 15Mohammad Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf” Skripsi universitas
Indonesia, tahun 1988, h 80. 16DSN-MUI No.106 Tahun 2016.
30
Menurut ulama fiqih, Para ahli fikih berbeda-beda dalam
mendefinisikan wakaf menurut istilah, sehingga berbeda pula dalam
memandang hakikat wakaf itu sendiri. Adapaun pandangan para ulama
ahli fikih tersebut sebagai berikut:
Abu Hanifah berpendapat wakaf adalah menahan harta dari
otoritas kepemilikan orang yang mewakafkan dan menyedekahkan
kemanfaatan barang wakaf tersebut untuk tujuan kebaikan. Dari
pengertian tersebut wakaf tidak memberikan konsekuensi hilangnya
barang yang diwakafkan, orang yang mewakafkan boleh saja mencabut
barang tersebut atau menjualnya. Kemudian pendapat madzhab Maliki
wakaf adalah sipemilik harta menjadikan hasil dari harta yang dia miliki
meskipun kepemilikan itu dengan cara menyewa atau menjadikan
penghasilan dari harta tersebut, artinya sipemilik harta menahan hartanya
tersebut dari semua bentuk kepemilikan, menyedekahkan hasil harta
tersebuat dengan tujuan kebaikan, sedangkan harta tersebut masih utuh
milik orang yang mewakafkan untuk satu tempo tersebut.
Madzhab Syafi’i dan Ahmad Bin Hambal wakaf adalah menahan
harta yang bisa dimanfaatkan, sementara barang tersebut masih utuh
dengan menghentikan sama sekali pengawasan terhadap barang tersebut
dari orang yang mewakafkan dan lainnya untuk pengelolaan yang
diperbolehkan rill, atau pengelolaan penghasilan barang tersebut untuk
tujuan kebajikan dan kebaikan demi mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Atas dasar ini barang tersebut terlepas dari tangan orang yang
mewakafkan dan menjadi tertahan dengan dihukumi menjadi milik
Allah17.
2. Dasar Hukum Wakaf
a. Surah al-Baqarah (2) 267 yang artinya “hai orang-orang yang
beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi
17 Wahbah Zuhaili, “Fiqih Islam Wa Adillatuhu”, terj. Abdul hayyie al-kattani, (Jakarta:
gema insani, 2011), h. 269-271.
31
untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk buruk lalu
kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.
Dan ketahuilah bahwa Allah Maha kaya lagi Maha Terpuji.” Dalam
ayat tersebut Allah memrintahkan agar menafkahkan hartanya yang
baik.
b. Hadits nabi yang diriwayatkan oleh imam Muslim berasal dari Abu
Hurairah, seorang manusia yang meninggal dunia akan berhenti
semua pahala amal perbuatannya, kecuali pahala tiga amalan yaitu:
1) Pahala amalan shadaqah jariayah (sedekah yang pahalanya
tetap mengalir) yang diberikannya selama ia hidup
2) pahala ilmu yang bermanfaat (bagi orang lain) yang
diajarkannya selama hayatnya, dan (3) doa anak yang sholeh
yakni anak yang membalas guna orangtuanya dan mendoakan
ayah ibunya kendatipun orangtuanya telah tiada bersama dia di
dunia ini. Para ahli sependapat bahwa yang dimaksud dengan
(pahala) shadaqah jariyah dalam hadits itu adalah pahala wakaf
yang diberikannya dikala seseorang masih hidup (A.A. Basyir,
1977:7)
c. Hadits yang menyebutkan Usman Bin Affan (kemudian menjadi
khalifah III) membeli sumur di kota Madinah. Sumur itu beliau
wakafkan untuk kepentingan umum, namun beliau sendiri
memanfaatkan airnya untuk keperluan sehari-hari. Didalam hadits
yang berkenaan dengan Usman ini tidak dijumpai perkataan habs,
tetapi dari fungsi sumur itu yakni untuk kemanfaatan orang banyak
jelas pengertian wakaf disitu.18
Dari pengertian al-qur’an dan Hadits di atas jelaslah bahwa
wakaf hukumnya sunnah muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan)
bahkan mendekati wajib bagi orang yang mempunyai harta lebih.
18 Mohammad Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf”, (Universitas
Indonesia: UI-Press, 1988), h. 80-82.
32
3. Rukun Wakaf
Rukun artinya sudut, tiang penyangga, yang merupakan sendi
utama atau unsur pokok dalam pembentukan suatu hal. Wakaf sebagai
suatu lembaga mempunyai unsur-unsur pembentukannya, tanpa unsur itu
wakaf tidak dapat berdiri. Unsur atau rukun tersebut adalah :
a. Orang yang Mewakafkan Hartanya (Wakif)
orang yang mewakafkan hartanya dalam istilah hukum islam
disebut wakif. Seorang wakif harus memenuhi syarat untuk
mewakafkan hartanya diantaranya adalah kecakapan bertindak, telah
dapat mempertimbangkan baik buruknya perbuatan yang
dilakukannya dan benar-benar pemilik harta yang diwakafkan itu (A.
Wasit Aulawi, 1975: 2-3)
b. Harta yang Diwakafkan (Mauquf)
barang atau benda yang diwakafkan (mauquf) harus memenuhi
syaratsyarat sebagai berikut:
1) harus tetap zatnya dan dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu
yang lama, tidak habis sekali pakai pemanfaatan itu harus untuk
hal-hal yang berguna, halal dan sah menurut hukum.
2) Harta yang diwakafkan itu haruslah jelas wujudnya dan pasti batas-
batasnya (jika bentuk tanah misalnya).
3) Benda itu harus benar-benar kepnuyaan wakif dan bebass dari
segala beban.
4) Harta yang diwakafkan dapat berupa benda dapat juga berupa
benda bergerak seperti buku-buku, saham, surat-surat berharga dan
sebagainya. (A.A. Basyir, 1977:10; Awasit Aulawi, 1975:3).
c. Tujuan Wakaf (Mauquf ‘alaih)
Dalam tujuan itu tercermin yang berhak menerima hasil wasil
wakaf atau mauquf alaih harus jelas dan tidak boleh bertentangan
dengan nilai ibadah. Tujuan wakaf itu harus dapat dimasukkan
33
kedalam kategori ibadah pada umumnya, sekurang-kurangnya
tujuannya harus merupakan hal yang mubah atau jaiz ‘boleh’.
d. Pernyataan (Siqhat) Wakif
Pernyataan wakif merupakan tanda penyerahan barang atau benda
yang diwakafkan dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Dengan
pernyataan itu tanggallah hak wakif atas benda yang diwakafkannya.
Benda itu kembali menjadi hak mutlak milik Allah yang dimanfaatkan
oleh orang atau orang-orang yang disebut dalam ikrar wakaf tersebut.
Karena tindakan mewakafkan sesuatu itu dipandang sebagai
perbuatan hukum sepihak, maka dengan pernyataan wakif yang
merupakan ijab, perwakafan telah terjadi. Pernyataan qabul dari
mauquf alaih tidak diperlukan.
4. Syarat-Syarat Wakaf
a. Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu tertentu saja.
b. Tujuannya harus jelas. Namun apabila seorang wakif menyerahkan
tanahnya kepada suatu badan hukum tertentu yang sudah jelas tujuan
dan usahanya, wewenang untuk tujuan wakaf itu berada pada badan
hukum yang bersangkutan sesuai dengan tujuan badan hukum itu.
c. Wakaf harus segera dilaksankan setelah ikrar wakaf dinyatakan tanpa
menggantungkan pelaksanaanya pada suatu peristiwa yang akan terjadi
dimasa yang akan datang.
Sebabnya adalah ikrar wakaf itu menyebabkan lepasnya hubungan
pemilikan seketika itu juga antara wakif dengan wakaf yang bersangkutan.
Bila digantungkan pada kematian seseorang, yang berlaku adalah hukum
wasiat. Dalam hal ini tidak boleh lebih dari 1/3 harta peninggalan. Bila
wasiat wakaf itu melebihi 1/3 harta peninggalan, selebihnya baru dapat
dilaksanakan kalau disetujui oleh para ahli waris. Bila semua ahli waris
menyetujuinya, semua harta yang diwakafkan itu dapat diolah atau
34
dikerjakan. Bila semua tidak menyetujuinya, hanya 1/3 yang dapat
dilaksanakan, selebihnya menjadi batal karena hukum.19
5. Wakaf Uang
Dalam catatan sejarah islam wakaf tunai sudah dipraktikkan sejak
awal abad kedua hijriyah. Diriwayatkan oleh al-Bukhari 22 bahwa Imam
al-Zuhri (w. 124 H) salah satu ulama terkemuka dan peletak dasar tadwin
al-hadis memfatwakan, dianjurkannya wakaf dinar dan dirham untuk
pembangunan sarana sosial, dakwah, dan pendidikan umat Islam. Adapun
caranya adalah dengan menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha
kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf. Wakaf uang juga
dikenal pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir. Pada masa itu,
perkembangan wakaf sangat menggembirakan. Wakaf tidak hanya sebatas
pada benda tidak bergerak, tapi juga benda bergerak semisal wakaf uang.
Diera modern ini, wakaf uang yang menjadi populer berkat
sentuhan piawai M.A. Mannan dengan berdirinya sebuah lembaga yang ia
sebut Social Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh yang
memperkenalkan produk Sertifikat Wakaf Tunai untuk yang pertama kali
di dunia. SIBL mengumpulkan dana dari para aghniya’ (orang kaya) untuk
dikelola secara profesional sehingga menghasilkan keuntungan yang dapat
disalurkan kepada para mustadh’afin (orang fakir miskin).
Sekilas tentang Bangladesh, negara ini termasuk negara miskin dan
terbelakang dengan jumlah penduduk yang besar, sekitar 120 juta dengan
luas daerah 55.000 mil persegi. Selain itu, kondisi alam yang seringkali
kurang menguntungkan karena negara ini termasuk sering tertimpa
bencana banjir dan angin topan. Terlepas dari fenomena kehidupan
masyarakat yang relatif miskin dan serba kekurangan, dibidang yang lain,
terutama dalam pengamalan ajaran keagamaan, masyarakat Bangladesh
bisa dianggap begitu antusias dalam hal praktik ajaran keagamaan. Dalam
19 Mohammad Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf”, (Universitas
indonesia: UI-Press, 1988), h. 88.
35
hal yang berkaitan dengan pemahaman ajaran agama dan kebutuhan
peningkatan ekonomi masyarakat Bangladesh sepertinya sadar bahwa
mereka membutuhkan alternatif pengembangan ekonomi masyarakat yang
berbasis syariah.
Wakaf uang, selain juga wakaf reguler, menjadi sarana pendukung
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Di Bang ladesh, wakaf telah dikelola
oleh Social Investment Bank Ltd (SIBL). Bank ini telah mengembangkan
pasar modal sosial (The Volutary Capital Market). Instrumen-instrumen
keuangan Islam yang telah di kembangkan, antara lain: surat obligasi
pembangunan perangkat wakaf (Waqf Properties Development Bond),
sertifikat wakaf uang (Cash Waqf Deposit Certificate), sertifikat wakaf
keluarga (Family Waqf Certificate), obligasi pembangunan perangkat
masjid (Mosque Properties Development Bond), saham komunitas masjid
(Mosque Community Share), Quard-e-Hasana Certificate, sertifikat pem
bayaran zakat (Zakat/Ushar Payment Certificate), sertifikat simpanan haji
(Hajj Saving Certificate) dan sebagainya.
Secara konseptual, wakaf uang mempunyai peluang yang unik
untuk menciptakan investasi di bidang keagamaan, pendidikan, dan
layanan sosial. Tabungan dari masyarakat yang mempunyai penghasilan
menengah keatas dapat dimanfaatkan melalui penukaran dengan Sertifikat
Wakaf Tunai (SWT), sedangkan pendapatan yang diperoleh dari
pengelolaan wakaf tunai dapat dibelanjakan untuk berbagai tujuan, di
antaranya untuk pemeliharaan dan pengelolaan tanah wakaf. Mustofa
Edwin Nasution, sebagaimana dikutip Umrotul Hasanah, memaparkan
cara memanfaatkan potensi SWT yang digali di Indonesia, yakni: (a)
lingkup sasaran pemberi wakaf uang bisa menjadi sangat luas dibanding
wakaf biasa. (b) SWT. dapat dibuat berbagai macam pecahan, yang di
36
sesuaikan dengan segmen umat Islam yang memungkinkan untuk
membangkitkan semangat beramal jariyah.20
Di Indonesia sejak tahun 2002 wakaf uang sudah mendapatkan izin
dari Majelis Ulama Indonesia, dengan mengeluarkan fatwa wakaf uang,
agar masyarakat mempunyai panduan dalam pelaksanaanya. hal itu
sebagai berikut, Menetapkan : Fatwa Tentang Wakaf Uang Pertama :
1) Wakaf Uang (Cash Wakaf/Waqf al-Nuqud) adalah wakaf yang
dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum
dalam bentuk uang tunai.
2) Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
3) Wakaf Uang hukumnya jawaz (boleh).
4) Wakaf Uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar’iy
5) Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh
dijual, dihibahkan, dan/atau diwariskan.21
6. Wakaf Manfaat Asuransi
Menurut Badan Wakaf Indonesia (BWI), potensi wakaf di
Indonesia mencapai angka Rp180 triliun. Namun pada 2017, total
penghimpunan dana wakaf baru mencapai Rp400 miliar. Sementara
berdasarkan data Bank Indonesia, sektor sosial Islam yang mencakup
sistem wakaf memiliki potensi sekitar Rp217 triliun (atau setara
dengan 3,4% PDB Indonesia) sehingga dapat memainkan peran yang
sangat penting untuk mempercepat pembangunan ekonomi dan
mendukung stabilitas keuangan. Maka untuk mewujudkan hal tersebut
salah satunya dengan membuka peluang wakaf manfaat asuransi dan
atau manfaat investasi asuransi jiwa syariah.
20Sudirman Hasan, “Wakaf Uang Dan Implementasinya di Indonesia”. Jurnal syariah dan
hukum, volume 2 nomor 2, Desember 2010. h. 162-177. 21DSN-MUI tentang Wakaf Uang No.32/DSN-MUI/IX/2002.
37
Wakaf Asuransi Syariah adalah adalah wakaf berupa polis
asuransi syariah yang mana nilai manfaat asuransinya dan atau manfaat
investasinya diwakafkan oleh tertanggung utama. Hanya saja dengan
sepengetahuan ahli waris. Wakaf asuransi syariah bertujuan untuk
pemanfaatan asuransi dengan berinvestasi melalui lembaga pengelola
wakaf yang nantinya memiliki hasil dan manfaat, kemudian manfaat
tersebut dapat digunakan untuk kemaslahatan umat. Dalam
menghadirkan produk ini, Prudential Indonesia bermitra dengan tiga
lembaga wakaf atau nazhir, yaitu Dompet Dhuafa, iWakaf, dan
Lembaga Wakaf Majelis Ulama Indonesia (LW-MUI)22. Kemudian
khusus PT. AXA Mandiri wakafnya boleh dikelola oleh lembaga wakaf
Mandiri Amal Insani. Nasabah dapat memilih nazhir di antara ketiga
lembaga tersebut.
Dibolehkannya wakaf manfaat asuransi syariah ini diluncurkan,
harus sesuai dengan aturan syariat islam, oleh sebab itu dibutuhkan
fatwa mengenai kebolehannya. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional
adalah lembaga yang berwenang untuk menerbitkannya. Akhirnya, PT.
SUN LIFE SYARIAH dan lembaga wakaf Al-Azhar mengirimkan surat
kepada DSN-MUI (surat No.019/Dir-wakaf/III/2014) pada tanggal 26
Maret 2014 perihal permohonan ketetapan aspek syariah atas produk
wakaf wasiat polis asuransi23
Untuk mendapatkan izin dari DSN-MUI tidak begitu mulus. Awalnya
DSN-MUI tidak membenarkan mewakafkan manfaat asuransi jiwa karena
dianggap mewakafkan manfaat asuransi bukanlah objek yang pas untuk
dijadikan wakaf, karena tujuan utama asuransi bukanlah untuk berwakaf,
namun untuk meminimalisir risiko yang mungkin terjadi. Kemudian
manfaatnya akan menjadi milik mutlak ahli waris. Akan tetapi karena
22 Wakaf Asuransi Bakal Jadi Tren diIndustri Asuransi Syariah, diakses pada 15 Juli 2019,
disitus https://www.wartaekonomi.co.id/read219243/wakaf-asuransi-bakal-jadi-tren-di-industri-asuransi-syariah.html 23 Fatwa DSN-MUI No. 106 tahun 2016. Tentang Wakaf Manfaat Asuransi Dan Manfaat Investasi Pada Asuransi Jiwa Syariah.
38
permintaan lembaga keuangan syariah dalam hal ini asuransi syariah,
membutuhkan fatwa terkait inovasi produk barunya yakni mewakafkan
manfaat asuransi dan manfaat investasi pada asuransi jiwa syariah.
akhirnya DSN-MUI membuat dan mengesahkan fatwa Nomor 106/DSN-
MUI/X/2016 tentang Wakaf Manfaat Asuransi dan Manfaat Investasi
pada Asuransi Jiwa Syariah yang membolehkan mewakafkan manfaat
asuransi dan manfaat investasi dalam asuransi jiwa syariah. Isi dari
fatwa tersebut adalah sebagai berikut:
a. penjelasan para fuqaha mengenai Mauquf bih.
1) Wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan dan/atau di-
istitsmar-kan tanpa lenyap bendanya, dengan tidak menjual,
menghibahkan, dan/atau mewariskannya, dan hasilnya disalurkan
pada sesuatu yang mubah kepada penerima manfaat wakaf yang
ada.
2) Syarat-syarat obyek wakaf menurut pendapat ulama, antara lain
adalah:
a) harta yang diwakafkan harus harta yang berharga/bernilai
secara syariah (mal mutaqawwam);
b) harta yang diwakafkan harus harta yang sudah jelas dan
terukur (ma 'lum); dan
c) harta yang diwakafkan harus harta yang sudah menjadi
milik penuh (milk tam) bagi wakif pada saat akad wakaf
dilakukan.
b. Surat-surat terkait, yaitu :
1) Surat dari Sun Life Financial Syariah No. 01lE/SHDI 1112015
tanggal 27 Februari 2015 perihal Surat Konfirmasi Program
Manfaat Investasi Asuransi Jiwa Syariah untuk Wakaf.
2) Surat dari Lembaga Wakaf AI-Azhar No.019/DirWakaf/IIl/2014
tanggal 26 Maret 2014 perihal Permohonan Ketetapan Aspek
Syariah atas Produk Wakaf Wasiat Polis Asuransi.
39
3) Keputusan Rapat Kerja DSN-MUI tanggal 11-13 Februari 2016
yang dilaksanakan di Bogor.
c. Fatwa DSN-MUI:
1) Fatwa DSN-MUI Nomor: 21 IDSN-MUIIX/2001 tentang Pedoman
Umum Asuransi Syariah;
2) Fatwa DSN-MUI Nomor: 51 IDSN-MUIIIII/2006 tentang Akad
Mudharabah Musytarakah pada Asuransi Syariah (Ketentuan
Kedua, Ketentuan Hukum, angka 2); dan
3) Fatwa DSN-MUI NO: 85/DSN-MUIIX1II2012 Tentang Janji
(Wa'd) Dalam Transaksi Keuangan Dan Bisnis Syariah
d. Fatwa MUI tentang Wakaf Uang tanggal 11 Mei 2002
e. Pendapat peserta Rapat Pleno DSN-MUI tanggal 01 Oktober 2016
MEMUTUSKAN: FATWA TENTANG WAKAF MANFAAT
ASURANSI DAN MANFAAT INVESTASI PADA ASURANSI JIW
A SYARIAH.
Pertama, Ketentuan Umum:
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
1. Wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan dan/atau
diistitsmar-kan tanpa lenyap bendanya, dengan tidak menjual,
menghibahkan, dan/atau mewariskannya, dan hasilnya disalurkan pada
sesuatu yang mubah kepada penerima manfaat wakaf yang ada.
2. Manfaat Asuransi adalah sejumlah dana yang bersumber dari Dana
Tabarru' yang diserahkan kepada pihak yang mengalami musibah atau
pihak yang ditunjuk untuk menerimanya.
3. Manfaat Investasi adalah sejumlah dana yang diserahkan kepada
peserta program asuransi yang berasal dari kontribusi investasi peserta
dan hasil investasinya.
40
Kedua, Ketentuan Hukum:
1. Pada prinsipnya Manfaat Asuransi dimaksudkan untuk melakukan
mitigasi risiko peserta atau pihak yang ditunjuk.
2. Mewakatkan Manfaat Asuransi dan Manfaat lnvestasi pada asuransi
jiwa syariah hukumnya boleh dengan mengikuti ketentuan yang
terdapat dalam Fatwa ini.
Ketiga, Ketentuan Khusus:
1. Ketentuan Wakaf Manfaat Asuransi
a. Pihak yang ditunjuk untuk menerima manfaat asuransi
menyatakan janji yang mengikat (wa'd mulzim) untuk
mewakatkan manfaat asuransi;
b. Manfaat asuransi yang boleh diwakatkan paling banyak 45% dari
total manfaat asuransi;
c. Semua calon penerima manfaat asuransi yang ditunjuk atau
penggantinya menyatakan persetujuan dan kesepakatannya; dan
d. lkrar wakaf dilaksanakan setelah manfaat asuransi secara prinsip
sudah menjadi hak pihak yang ditunjuk atau penggantinya.
2. Ketentuan WakafManfaat Investasi
a. Manfaat investasi boleh diwakatkan oleh peserta asuransi;
b. Kadar jumlah manfaat investasi yang boleh diwakatkan paling
banyak sepertiga (113) dari total kekayaan dan/atau tirkah, kecuali
disepakati lain oleh semua ahli waris.
3. Ketentuan Ujrah terkait dengan produk wakaf
a. Ujrah tahun pertama paling banyak 45% dari kontribusi reguler;
b. Akumulasi ujrah tahun berikutnya paling banyak 50% dari
kontribusi reguler.
Keempat, Ketentuan Penutup:
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
41
melalui lembaga penyelesaian sengketa berdasarkan syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta, Pada
Tanggal 29 Dzulhijjah 1436 H.
C. Resiko dan Kedudukannya dalam Asuransi
1. Pengertian Risiko
Risiko adalah suatu kondisi yang mengandung kemungkinan terjadinya
penyimpangan yang lebih buruk dari hasil yang diharapkan. Hinga sekarang
masih belum ditemukan keseragaman pengertian risiko yang sesungguhnya
baik diperguruan tinggi, hingga risiko akhirnya memiliki bebrapa definisi
antara lain:
a. Kesempatan timbulnya kerugian (the chance of loss)
b. Kemungkinan timbulnya kerugian (the possibility of loss)
c. Ketidakpastian (uncertainty)
d. Penyebaran dari hasil perkiraan (the dispersion of actual from expected
result)
e. Kemungkinan suatu hasil akhir berbeda dengan yang diharapkan (the
probability of any outcome different from the expected one)
Istilah risiko memiliki berbagai pengertian dalam bisnis dan dalam
kehidupan sehari-hari dan pada tingkatan yang paling umum, istilah risiko
dipergunakan untuk menggambarkan setiap keadaan dimana terdapat
ketidakpastian tentang hasil apa yang akan timbul. Dalam ilmu asuransi
terdapat istilah peril dan hezard yang tidak jarang digunakan saling
menggantikan antara keduanya dan terhadap pengertian risk (risiko). Ketiga
kata tersebut dalam istilah asuransi dapat mempuanyai perbedaan walaupun
menurut kamus inggris indonesia. Baik peril maupun hazard diterjemahkan
“bahaya, risiko”. Untuk membedakan diantara kedua istilah tersebut, Emmet
J. Vaughan Dan Therese Vaughan mendefinisikan peril sebagai suatu
42
penyebab kerugian. Peril juga dipergunakan untuk merujuk kepada bahaya
api, topan, banjir, pencurian dan sejenisnya. Secara umum jenis risiko dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Financial dan Non Financial, yaitu risiko yang menyangkut keuangan
dan yang tidak menyangkut keuangan.
b. Dinamis dan Statis, Dinamis adalah risiko yang timbul dari perubahan
dalam bidang ekonomi seperti perubahan harga, selera konsumen dan
teknologi yang dapat menimbulkan kerugian financuial kepada
mayarakat hingga lebih sulit untuk diprediksi. Statis adalah tidak
memberikan keuntungan kepada masyarakat dan cenderung timbul
secara teratur dalam jangka waktu tertentu sehingga lebih mudah
diprediksi.
c. Pure dan Speculative Risk, Pure (murni) untuk menjelaskan situasi
yang mengandung kemungkinan adanya kerugian atau tidak. Spekulatif
mengandung kemungkinan adanya untung rugi seperti pada perjudian
atau strategi investasi tententu.24
2. Kedudukan Risiko dalam Asuransi
Sri Redjeki Hartono mengemukakan bahwa fungsi dasar asuransi
adalah suatu upaya untuk menanggulangi ketidakpastian terhadap
kerugian khusus untuk kerugian-kerugian murni dan bukan kerugian
yang bersifat spekulatif, sehingga pengertian risiko dapat diberikan
sebagai suatu ketidakpastian tentang terjadinya atau tidak terjadinya
suatu peristiwa.
Pentingnya risiko dalam asuransi ditandai dengan masuknya risiko
kedalam persyaratan asuransi, sehingga tanpa adanya resiko yang akan
ditanggung maka asuransi jadi batal. Karena tujuan asuransi adalah untuk
meminimalisir resiko, jika risiko hilang dalam suatu masalah, maka
24 A. Junaedi Ganie, “Hukum Asuransi Indonesia” Cetakan ke-2 (Jakarta, Sinar Grafika,
2013) h. 40-42.
43
funfsi asuransi jadi hilang. Oleh sebab itu resiko adalah salah satu
persyaratan utama asuransi.
Perusahaan asuransi adalah sebuah perusahaan yang bertindak
sebagai penanggung risiko dalam menjalankan usahanya yang
berhubungan langsung dengan tertanggung, atau melalui pialang
asuransi. perusahaan reasuransi adalah perusahaan yang menjadi
penanggung ulang, dalam menjalankan usahanya menerima
pertanggungan ulang dari perusahaan asuransi atau perusaan reasuransi
lainnya.25 Pada dasarnya, keengganan terhadap risiko merupakan
kekuatan fundamental yang mendorong orang membeli asuransi. Oarang
yang takut risiko (risk everse) akan lebih menyukai sejumlah kekayaan
tertentu yang pasti daripada keadaan yang mengundang risiko yang dapat
memberikan tambahan kekayaan dalam jumlah yang sama.
Merujuk kepada ketentuan pasal 268 KUHD, dimana disebutkan
hal-hal yang dapat menjadi objek asuransi adalah semua kepentingan
yang dapat dinilai dengan uang (op geld waardeerbaar), dapat takluk
pada macam-macam bahaya (aan gevaar on derheving), dan tidak
dikecualikan oleh undang-undang.26 Kemudian prinsip keadilan yang
dapat di asuransikan (insurable interest) diatur dalam pasal 250 KUHD
dengan bunyi: “apabila seorang yang telah mengadakan suatu perjanjian
asuransi untuk diri sendiri, atau apabila seorang yang untuknya telah
diadakan suatu asuransi, pada saat diadakannya asuransi itu tidak
mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang diasuransikan itu,
maka penanggung tidak diwajibkan memberikan ganti keugian”. Benda
asuransi merupakan salah satu objek asuransi, yakni kepentingan yang
dapat dinilai dengan uang, benda asuransi adalah harta kekayaan yang
mempunyai nilai ekonomi, dan dapat dinilai dengan uang.
25 A. Junaedi Ganie, “Hukum Asuransi Indonesia” Cetakan ke-2 (Jakarta, Sinar Grafika,
2013) h. 44. 26 Mulhadi, “Dasar-Dasar Hukum Asuransi”, Cetakan Ke-1 (Depok: Rajawali Pers, 2017)
h. 75.
44
3. Manfaat Asuransi
Pengertian ‘manfaat’ menurut kamus besar bahasa Indonesi
adalah “guna atau faedah, laba atau untung”. Pemanfaatan juga
merupakan turunan kata dari kata ’Manfaat’ yakni suatu penghadapan
yang semata-mata menunjukan kegiatan menerima.27 Penghadapan
tersebut pada umumnya mengarah pada perolehan atau pemakaian hal-
hal yang berguna baik di pergunakan secara langsung maupun tidak
langsung agar dapat bermanfaat.
Menurut Prof. Dr. J.S. Badudu dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, mengatakan bahwa: ”Pemanfaatan adalah hal, cara, hasil kerja
dalam memanfaatkan sesuatu yang berguna”. Dan definisi lain dari
manfaat dikeluarkan oleh Dennis Mc. Quail dan Sven Windahl, yakni:
”Manfaat merupakan harapan sama artinya dengan explore (penghadapan
semata-mata menunjukan suatu kegiatan menerima)” Selain itu Dennis
juga mengatakan ada dua hal yang mendorong munculnya suatu
pemanfaatan, yaitu: pertama, Adanya posisi terhadap pandangan
deterministis tentang efek media massa. Sedangkan yang kedua yaitu
adanya keinginan untuk lepas dari debat yang berkepanjangan tentang
selera media massa.
Jika dikaitkan dengan masalah penelitian ini, maka pemanfaatan
disini berarti menggunakan atau memakai suatu hal yang berguna, dalam
hal ini adalah menggunakan polis suransi sebagai media dalam
wakaf. Dari pemanfaatan polis sebagai media wakaf dalam melaksanakan
ibadah diharapkan dapat memberikan hasil berupa manfaat yang berguna
bagi publik yang memakainya. yang dalam hal ini wakaf disalurkan
melalui lembaga wakaf yang bekerjasama dengan perusahaan asuransi itu
sendiri yakni Lembaga Dompet Dhuafa dan Mandiri Amal Insani.
27 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diakses pada juni 2019 disitus https://kbbi.web.id/
45
Manfaat asuransi adalah sejumlah dana yang bersumber dari dana
tabarru’ yang diserahkan kepada pihak yang mengalami musibah atau
pihak yang ditunjuk untuk menerimanya. Adapun manfaat asuransi jiwa
syariah itu sendiri adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi beban biaya rumah sakit. Jika seseorang menderiat
sakit, maka biaya pengobatan akan dibayarkan oleh perusahaan
asuransi sesuai kesepakatan atau akad yang dibuat.
b. Mendapatkan uang tabungan drai pembayaran premi setiap bulannya
sesuai dengan akad yang dibuat.
c. Mendapatkan keuntungan dari hassil investasi yang dilakukan dan
dibagi sesuai akad yang digunakan.
d. Saling membantu sama lain karena akad yang digunakan adalah
akad tabarru’ (tolong-menolong), sehingga imbalannya adalah
pahala, seperti halnya orang yang meninggal dunia kemudian oranag
lain memberikan sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan,
sehingga memberikan keringanan biaya, baik itu biaya pemakaman
maupun yang lain.
e. Ahli waris akan mendapatkan manfaat berupa uang saat peserta
meninggal dunia.
Perlu diketahui bahwa ahli waris peserta akan mendapatkan klaim
dari perusahaan asuransi jika peserta meninggal dunia, baik itu karena
sakit maupun karena kecelakaan. Besarnya pembayaran klaim sesuai
dengan akad yang diperjanjikan di awal akad. Kemudian setiap asuransi
memiliki unit link atau berbentuk perlindungan dan investasi, sehingga
setiap perusahaan asuransi dalam menjalankan usahanya memiliki
investasi. Dana premi yang diberikan oleh peserta akan diinvestasikan
sesuai dengan akad atau perjanjian dimana uang tersebut akan
diinvestasikan. Akantetapi setiap peserta memiliki kewajiban untuk
menentukan apakah dia akan mengambil perlindungan yang disertai
46
dengan investasi atau tidak, karena setiap peserta yang ikut dalam
asuransi tidak semua mengambil unit link.28
28 Waldi Nopriansyah, “Asuransi Syariah” (CV ANDI OFFSET, Yogyakarta), H. 28-29.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM PT AXA MANDIRI SYARIAH
A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT AXA Mandiri Financial Service (AXA Mandiri) merupakan
perusahaan patungan antara PT Bank Mandiri (persero) Tbk dan AXA, yang
terdaftar dan di awasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai dengan izin
usaha menteri berdasarkan Surat Keputusan No. S-071/MK.06/2004 tanggal
11 februari 2004. Axa Mandiri mampu memprtahankan posisinya sebagai
pemimpin di jalur distribusi bancassurance dengan menguasai 17 persen dan
telemarketing dengan 26,7 persen pangsa pasar berdasarkan data asosiasi
asuransi jiwa indonesia (AAJI) pada Q3 2017. Axa mandiri juga memenuhi
tingkat solvabilitas dengan rasio Risk Based Capital (RBC) per Q4 2017
sebesar 239,5 persen.
Berawal dari bisnis asuransi jiwa di tahun 2004, kesuksesan AXA
Mandiri dilanjutkan dengan dibangunnya bisnis asuransi umum pada tahun
2011. AXA Mandiri kini semakin lengkap dan kuat dan terus berfokus untuk
menyediakan berbagai solusi sesuai kebutuhan Nasabah, baik disegi layanan
keuangan dan investasi, maupun solusi perlindungan jiwa dan aset.
AXA Mandiri berkomitmen untuk memberikan solusi perlindungan
disetiap tahap kehidupan nasabah sebagai partner AXA Mandiri. Dengan
menjunjung nilai customer first, integrity, corage, dan one heart yang
dibangun melalui budaya innovation, inclussion dan trust, AXA Mandiri
mewujudkan tujuan perusahaan untuk menjadikan masyarakat memiliki
kehidupan yang lebih baik.
AXA Mandiri terdiri dari bisnis asuransi jiwa, yaitu PT AXA Mandiri
Financial Service dan bisnis asuransi umum, yaitu PT Mandiri AXA General
Insurance, yang keduanya adalah sebuah perusahaan patungan antara PT
Bank Mandiri (Persero) TBK dengan AXA Group.
48
AXA Mandiri yang menjalankan model bisnis bancassurance
memiliki jalur distribusi in-branch, telemarketing dan korporasi. Pemasaran
produk dilakukan melalui lebih dari 2.300 financial advisor di lebih dari
1.300 cabang Bank Mandiri dan 300 cabang Bank Syariah Mandiri diseluruh
indonesia, serta didukung lebih dari 500 Sales Officer pada jalur
telemarketing dan korporasi. AXA Mandiri juga telah memanfaatkan dunia
digital untuk penjualan produk secara online, serta memberikan pelayanan
purna jual untuk nasabah.
AXA Mandiri telah meraih sejumlah penghargaan diantaranya Top
Brand Award kategori perusahaan asuransi jiwa versi majalah marketing, Top
Agent Bancassurance dalam ajang Top Agent Award Asosiasi Asuransi Jiwa
Indonesia 2016, Contack Center Service Exellent Award 2017, Info Bank
Syariah Award 2017 untuk kinerja keuangan selama tahun 2016, Indonesia
Trusted Company 2017, serta penghargaan-penghargaan lainnya.1
B. Visi Misi AXA Mandiri Syariah
Adapun visi Misi AXA Mandiri Syariah adalah sebagai berikut:
AXA Mandiri adalah Empower People To Live A Better Life, dengan
maksud Axa mandiri berkomitmen untuk memberikan solusi perlindungan
disetiap tahap kehidupan nasabah sebagai partner kami. Dengan menjunjung
nilai customer first, integrity, corage, dan one heart yang dibangun melalui
budaya innovation, inclussion dan trust, axa mandiri mewujudkan tujuan
perusahaan untuk menjadikan masyarakat memiliki kehidupan yang lebih
baik.2
1 Tentang AXA Mandiri, diakses pada 20 Agustus 2019 di situs https://www.axa-
mandiri.co.id/tentang-axa-mandiri/ 2 Tentang AXA Mandiri, diakses pada 20 Agustus 2019 di situs https://www.axa-
mandiri.co.id/tentang-axa-mandiri/
49
C. Konsep AXA Mandiri Syariah
Adapun konsep AXA Mandiri syariah adalah sebagai berikut:
PT AXA Mandiri Financial Services (AXA Mandiri) senantiasa
berupaya dalam berinovasi mengembangkan produk dan layanan, khususnya
dalam unit Syariah. AXA Mandiri unit Syariah menghadirkan fitur wakaf
yang memungkinkan nasabah untuk berwakaf melalui produk asuransi jiwa
syariah yang akan memberikan keberkahan bagi nasabah, sekaligus
memberikan manfaat berkelanjutan bagi sesama.
AXA Mandiri unit Syariah bersyukur dapat menghadirkan produk
Asuransi Jiwa Syariah dengan fitur wakaf dengan prinsip tolong menolong
menghadapi resiko dengan harapan dapat melengkapi kesempurnaan ibadah
nasabah. Pengelola AXA Mandiri percaya fitur terbaru ini menjadi pilihan
yang menarik untuk masyarakat. Tidak hanya memberikan manfaat proteksi
dan perencanaan keuangan sesuai prinsip syariah, namun melalui fitur wakaf,
nasabah juga diberi kemudahan beramal yang akan bermanfaat bagi sesama
dan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Hal ini terwujud
melalui tagline AXA Mandiri unit Syariah yakni #BerbagiJadiBerkah,”.
Karena saat ini tingkat literasi dan prefensi masyarakat terhadap
produk dan layanan keuangan syariah menjadi salah satu isu strategis dalam
Roadmap IKNB Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dari fakta tersebut,
AXA Mandiri unit syariah berkomitmen untuk berperan aktif mendukung
pengembangan pasar asuransi jiwa syariah di Indonesia dengan
menghadirkan produk yang inovatif dan amanah3.
3 Handojo G. Kusuma, Berita Pers AXA Mandiri Untit Syariah, h. 1.
50
D. Produk-produk axa mandiri sayriah
Perlindungan jiwa
1. Asuransi mandiri sejahtera mapan syariah
Asuransi Mandiri Sejahtera Mapan Syariah merupakan asuransi
keluarga yang hadir memberikan perlindungan sekaligus nilai investasi
dengan pengelolaan secara syariah untuk nasabah yang mengutamakan
keberkahan. Program ini memberikan sebuah perlindungan syariah
yang lebih menyeluruh bagi keluarga Anda.
Kelebihan Asuransi Mandiri Sejahtera Mapan Syariah antara lain:
a. Perlindungan asuransi jiwa hingga usia 100 tahun.
b. Perlindungan kesehatan apabila terdiagnosa salah satu dari 33
penyakit kritis.
c. Pilihan jenis investasi sesuai pada profil risiko.
d. Pilihan metode pembayaran yang bervariasi (tahunan, semesteran,
triwulanan dan bulanan).
e. Usia masuk mulai 0-60 tahun (tertanggung), 18-70 tahun
(pemegang polis)
f. Pilihan mata uang antara rupiah dan USD
g. Minimum premi Rp 2.500.000 atau USD 300 per tahun
Kemudian Manfaat Asuransi Mandiri Sejahtera Mapan Syariah antara lain:
a. Perlindungan terhadap penyakit kritis
b. Perlindungan asuransi jiwa
c. Manfaat nilai investasi pertanggungan
d. Santunan meninngal dunia4
4 AXA Mandiri, Asuransi Mandiri Perlindungan Sejahtera, diakses pada Agustus 2019
disitus https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-perlindungan-sejahtera/
51
2. Asuransi Mandiri Perlindungan Sejahtera Syariah
Asuransi Mandiri Perlindungan Sejahtera Syariah hadir sebagai
solusi perlindungan jiwa syariah yang akan mendampingi keluarga
Indonesia saat menghadapi risiko hidup. Maslahat Santunan Asuransi
jika Peserta meninggal dunia, nilai investasi yang terbentuk sesuai
dengan perkembangan pasar, merupakan beberapa di antara manfaat
yang bisa didapatkan oleh nasabah dalam mempersiapkan masa depan
diri dan keluarga yang lebih baik.
Karakteristik:
a. Usia masuk 15 hari – 70 tahun,
b. Masa pertanggungan hingga usia 100 tahun dan menggunakan
mata uang rupiah.
Adapun manfaat yang didapatkan adalah antara lain:
1. Manfaat perlindungan jiwa
2. Manfaat investasi
3. Loyalty bonus5
3. Asuransi Mandiri Elite Plan Syariah
Asuransi Mandiri Elite Plan Syariah hadir untuk menyediakan
perlindungan menyeluruh untuk membantu perencanaan masa depan
Anda terbebas dari ketidakpastian (gharar), riba, barang haram, serta
dilengkapi fitur yang akan mengoptimalkan perlindungan jiwa dan hasil
investasi untuk masa depan.
Karakteristik:
a. Usia masuk peserta 15 hari – 70 tahun
b. Mata uang rupiah
c. Pilihan metode pembayaran kontribusi
d. Penarikan sebagian unit
e. Dengan ujrah akuisisi yang kompetitif, maka hasil investasi akan
lebih optimal
5 AXA Mandiri, Asuransi Mandiri Perlindungan Sejahtera Syariah, diakses pada Agustus 2019 disitus https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-perlindungan-sejahtera-syariah/
52
Adapun manfaatnya adalah:
a. Santunan asuransi dasar apabila peserta meninggal dunia
b. Perlindungan jiwa bagi peserta sampai dengan usia 100 tahun
c. Santunan asuransi tambahan apabila peserta meninggal dunia
karena kecelakaan pada saat melakukan ibadah haji/umrah.
d. Pengelolaan dana investasi yang berkembang sesuai dengan
kondisi pasar6.
4. Asuransi Mandiri Rencana Sejahtera Syariah Plus
Asuransi Mandiri Rencana Sejahtera Syariah Plus membantu
memastikan perencanaan finansial Anda dikelola secara syariah demi
ketenteraman Anda. Program ini memberi alternatif perlindungan
syariah yang lebih menyeluruh untuk Anda dan keluarga dengan
manfaat hidup dan manfaat asuransi jiwa.
Keunggulan Asuransi Mandiri Rencana Sejahtera Syariah Plus yakni:
a. Perlindungan asuransi jiwa sampai usia 100 tahun.
b. Fleksibilitas dalam menentukan besarnya uang pertanggungan.
c. Fleksibilitas dalam menambahkan kontribusi investasi tambahan
(Top-up).
d. Fleksibilitas dalam menambahkan asuransi tambahan sesuai
kebutuhan Anda.
e. Pilihan jenis dana investasi yang sesuai dengan profil risiko Anda.
f. Bebas melakukan penarikan dan penambahan serta pemindahan
kontribusi setiap saat.
g. Pembagian surplus underwriting yang diperhitungkan dari dana
tabarru’ peserta jika memenuhi persyaratan.
Pemilihan Jenis Dana Investasi :
6 AXA Mandiri, Asuransi Mandiri Elit Plan Syariah, diakses pada Agustus 2019 disitus
https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-elite-plan-syariah/
53
a. Active Money Syariah Rupiah, dengan tingkat risiko rendah
b. Advanced Commodity Syariah Rupiah, dengan tingkat risiko tinggi
c. Attractive Money Syariah Rupiah, dengan tingkat risiko tinggi7
Asuransi Pendidikan
1. Asuransi Mandiri Sejahtera Cerdas Syariah
Asuransi Mandiri Sejahtera Cerdas Syariah hadir untuk
memberi perlindungan jiwa yang dikelola dengan cara syariah untuk
masa depan Anda dan anak Anda. Nikmati manfaat luas, sekaligus
keberkahan dengan investasi yang terbebas dari ketidakpastian
(gharar), perjudian, riba, suap, barang haram dan maksiat jika
musibah datang.
Dengan karakteristik:
a. Usia masuk 17-59 tahun
b. Masa pertanggungan minimum 10 tahun dan maksimum 20
tahun
c. Mata uang rupiah
d. Jalur distribusi dengan finansial advisor
Manfaat yang didapatkan:
a. Manfaat meninggal dunia
b. Santunan cacat tetap total
c. Santunan meninggal dunia setelah diagnosa cacat tetap
d. Manfaat hidup8.
2. Asuransi Mandiri Elite Plan Syariah
7 AXA Mandiri, Asuransi Mandiri Rencana Sejahtera Syariah Plus, diakses pada Agustus
2019 disitus https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-rencana-sejahtera-syariah-plus/
8 AXA Mandiri, Asuransi Mandiri Sejahtera Cerdas Syariah, diakses pada Agustus 2019, disitus https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-sejahtera-cerdas-syariah/
54
Asuransi Mandiri Elite Plan Syariah hadir untuk menyediakan
perlindungan menyeluruh untuk membantu perencanaan masa depan
Anda terbebas dari ketidakpastian (gharar), riba, barang haram, serta
dilengkapi fitur yang akan mengoptimalkan perlindungan jiwa dan hasil
investasi untuk masa depan Dengan karakteristik:
a. Usia masuk pemegang polis : 18 - 70 tahun peserta : 15 hari - 70
tahun
b. Masa pertanggungan hingga usia 100 tahun
c. Mata uang rupiah
d. Jalur distribusi financial advisor
Adapun manfaat yang didapatka adalah sebagai berikut:
a. Meninggal dunia
b. Investasi
c. Loyalty bonus
d. Perlindungan asuransi tambahan
e. Manfaat hidup9
E. Kekuatan Keuangan dan Kinerja Bisnis Axa Mandiri Syariah
1. Dana kelola AXA Mandiri Syariah pada tahun 2018. Sudah termasuk total
liabilitas, dana peserta, dan ekuitas yaitu sebesar Rp 1.420.351.000.000.
(data tahun 2018)
2. Terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
3. Rasio tingkat solvabilitas dana tabarru dan dana tanahud sebesar 1471%,
dan rasio tingkat solvabilitas dana perusahaan sebesar 7344%. (data tahun
2018) dari yang disyaratkan peraturan 80%
4. Beban klaim pada tahun 2018 sebesar Rp 15.039.000.000
5. Surplus (defisit) underwriting 2018 sebesar Rp 9.534.000.000
6. Surplus (defisit) dana tabarru’ sebesar Rp 6.101.000.000
7. Saldo akhir dana tabarru Rp 37.817.000.000
9 AXA Mandiri, Asuransi Mandiri Elite Plan Syariah, diakses pada Agustus 2019, disitus
https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-elite-plan-syariah/
55
8. Total penghasilan komprehensif tahun berjalan sebesar 54.436
9. AXA Mandiri yang menjalankan model bisnis bancassurance memiliki
jalur distribusi in-branch, telemarketing dan korporasi.
10. AXA Mandiri memiliki 300 cabang bank syariah mandiri diseluruh
indonesia, serta didukung lebih dari 500 sales officer pada jalur
telemarketing dan korporasi
11. AXA Mandiri telah meraih sejumlah penghargaan diantaranya Top Brand
Award kategori perusahaan asuransi jiwa versi majalah marketing, Top
Agent Bancassurance dalam ajang Top Agent Award Asosiasi Asuransi
Jiwa Indonesia 2016, Contack Center Service Exellent Award 2017, Info
Bank Syariah Award 2017 untuk kinerja keuangan selama tahun 2016,
Indonesia Trusted Company 2017.10
F. Struktur Organisasi PT. AXA Maandiri Syariah
Adapun susunan manajemen AXA Mandiri financial services sebagai berikut11
DEWAN KOMISARIS
1 Agus Haryoto Widodo Presiden Komisaris
2 Paul-Henri Nicolas Pierre Marie
Rastoul
Komisaris
3 Wihana Kirana Jaya Komisaris Independen
4 Akhmad Syakhroza Komisaris Independen
DEWAN DIREKSI
1 Handojo Gunawan Kusuma Presiden Direktur
2 Henky Oktavianus Direktur
3 Cecil Mundisugih Direktur
4 Lowong Direktur
5 Lowong Direktur
DEWAN PENGAWAS SYARIAH
1 Prof. Dr. Hj. MA Huzaemah Ketua Dewan Pengawas Syariah
2 Kanny Hidaya Y. SE Dewan Pengawas Syariah
3 Dr. H. Zainut Tauhid Sa'adi Dewan Pengawas Syariah
1 Irma Adeka Staa EVP Human Capital
10 AXA Mandiri, Laporan Tahunan, diakses pada Agustus 2019, disitus https://www.axa-
mandiri.co.id/laporan-tahunan 11 AXA Mandiri, Susunan Management AXA Mandiri Agustus 2019, diakses pada Agustus
2019, disitus https://www.axa-mandiri.co.id/wp-content/uploads/2019/08/Susunan-Manajemen-AXA-Mandiri-Agustus-2019.pdf
56
2 Vierna Suryaningsih Chief Risk Officer
3 Rully Nooring Safitri S Head of Compliance
4 Rikky Gunawan Head of Internal Audit
5 Budhi Setiawan Head of Sales Group-1
6 Anandhito Joko Prakoso Head of Sales Group-2
7 Devtin Rarung Suryaningsih Sales Quality Senior Manager
8 Vini Yulianti Head of Sales Support
9 Ina Rio Muchtar Head of Syariah
10 Theodores Tangke Head of Business Transformation & Partnership
11 Andrie Setiawan Head of Group sales & CR
12 Ari Krisnanto Head of Telemarketing
13 Liestya Sulaeman Chief Actuary
14 Andri Herdiana Kriswandi Head of Strategic Performance
15 Sisca Wirjawan Financial Controller
16 Gaina Kasia Wela Head of Legal
17 Faisal Rahmad Head of Product Development
18 Billy Hotbah Maruli Tuah Data Innovation
19 Teguh Budiyanto Head of Collection & Complaint Management
20 Bryan Anggraita Head of Customer Operations Development &
21 Ai Lilis Kuraesin Head of Operation Strategy & Solution Delivery
22 Faiza Kamalia Head of Underwriting & POS
Tabel: 3.1 (Susunan Manajemen AXA Mandiri Financial Services)
Dewan pengawas syariah
1. Prof. Dr. Hj. MA Huzaemah
2. Kanny Hidaya Y. SE
3. Dr. H. Zainut Tauhid Sa'adi
Customer care centre
AXA Tower lt. GF
Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 18, Kuningan City
Jakarta 12940, indonesia
Tel: +62 21 3005 8788
Fax: +62 21 3005 7800
Email: [email protected]
57
Head office
AXA Tower lt. 10
Jl. Prof. Dr. Satrio kav. 18, Kuningan City
Jakarta 12940, indonesia
Tel: +62 21 3005 8888
Fax: +62 21 3005 8500
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Pembukaan Peserta Asuransi Jiwa AXA Mandiri Syariah
Asuransi Jiwa Syariah adalah program yang dimunculkan oleh PT
AXA Mandiri Financial Services. Perusahaan tersebut mengelola asuransi
umum dan asuransi syariah. Produk asuransi syariah ini bisa dipasarkan
tidak hanya kepada nasabah bank syariah mandiri saja, namun juga pada
masyarakat umum. Jika ingin mendaftarkan diri sebagai peserta asuransi
jiwa syariah pada PT AXA Mandiri, maka calon peserta harus memenuhi
langkah/prosedur yang telah ditetapkan perusahaan dengan mengisi
formulir surat permintaan asuransi jiwa syariah. Adapun langkah tersebut
dengan mengisi data lengkapi pada formulir surat permintaan asuransi
jiwa syariah tersebut sebagai berikut:
1. Jika calon peserta asuransi jiwa syariah bukan nasabah bank syariah
mandiri, harus membuka tabungan bank syariah mandiri terlebih
dahulu. Hal ini karena pembayaran tiap bulannya akan di debet
melalui akun bank syariah mandiri.
2. Calon peserta asuransi mengisi formulir surat permintaan asuransi
jiwa syariah yang sudah disiapkan perusahaan. Adapun poin yang
harus di isi sebagai berikut:
a. Data calon peserta, yang meliputi:
1) Nama lengkap sesuai KTP
2) Nomor KTP
3) Tempat tanggal lahir
4) Jenis kelamin
5) Agama
6) Status perkawinan
7) Data pekerjaan
8) Penghasilan perbulan
59
9) Nama ibu kandung dan alamatnya
b. data calon pemegang polis (jika berbeda dengan calon peserta)
c. data sumber dana dan tujuan pembelian asuransi yang memuat
pertanyaan
d. data alamat korespondensi calon pemegang polis
e. data calon termaslahat, yang memuat:
1) nama termaslahat
2) hubungan dengan calon peserta
f. data pertanggungan, yang memuat:
1) mata uang yang akan dipakai untuk membayar kontribusi
2) asuransi dasar yang diingini
3) asuransi tambahan yang diingini
4) model perlindungan yang diingini
5) model top up yang diingini
6) total kontribusi yang dibayar
g. alokasi dana investasi
h. pembayaran kontribusi, yang memuat:
1) cara (tahunan, semesteran, triwulan, bulanan, dan tunggal)
2) metode pembayaran
i. ujrah (jika calon pemegang polis mengajukan asuransi tambahan
perlindungan bagi pembayar kontribusi.
j. Data pribadi dan kebiasaan
k. Data fisik
l. Data kesehatan
m. Data kesehatan khusus wanita (jika calon peserta atau pemegang
polis adalah wanita)
n. Data kesehatan anak (jika calon peserta adalah anak)
o. Riwayat keluarga
p. Polis pengganti
q. Pernyataan kepemilikan polis
60
r. Akad, yang didalamnya memuat pernyataan bahwa calon
pemegang polis atau peserta asuransi:
1) Setuju mengikatkan diri sebagai anggota kumpulan peserta
pertanggungan asuransi jiwa syariah dan menghibahkan
sejumlah iuran tabarru’ untuk saling tolong menolong apabila
ada peserta yang mengalami musibah.
2) Sesuai dengan akad wakalah bil ujrah saya memberikan kuasa
kepada PT AXA Mandiri Financial Services (perusahaan)
sebagai wakil untuk mengelola dana, risiko dan melakukan
transaksi atas nama saya. Atas hal tersebut perusahaan berhak
mendapatkan ujrah serta memotong sejumlah biaya
sebagaimana diatur dalam polis.
3) Mewakilkan kepada perusahaan untuk memotong iuran
tabarru’ saya dan memasukkannya kedalam rekening dana
tabarru’. Apabila terjadi risiko atas diri peserta dan atas
peristiwa tersebut harus dibayarkan maslahat/manfaat asuransi,
pembayaran maslahat tersebut akan dibebankan atas dana
tabarru’
4) Memberikan kuasa kepada perusahaan untuk melakukan
transaksi investasi syariah yang saya pilih dan atas hal tersebut
saya setuju membayar biaya pengelolaan investasi sebagaimana
diatur dalam polis.
5) Menyetujui pembagian surplus underwriting, jika ada, untuk
dicadangkan 50 % kedalam rekening cadangan dana tabarru’
dan mendistribusikannya 30% kepada peserta yang memenuhi
syarat sebagaimana diatur dalam polis dan 20% kepada
perusahaan sebagai pengelola asuransi. Apabila dana tabarru’
mengalami defisit (tidak cukup untuk membayar
maslahat/manfaat asuransi) maka perusahaan akan
meminjamkan dana untuk menalangi kekurangan pembayaran
maslahat/manfaat asuransi tersebut dengan akad Qordh yang
61
akan dikembalikan dari surplus underwriting periode
mendatang.
s. Pernyataan dan kuasa, yang memuat pernyataan calon pemegang
polis menyetujui bahwa:
1) Telah membaca, mengerti, mejawab dan mengisi semua
pertanyaan pada surat permintaan asuransi jiwa syariah ini
beserta lampirannya dengan sebenar-benarnya.
2) Semua jawaban dan keterangan diatas merupakan dasar dan
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari polis, saya
menyetujui bahwa apbila ternyata jawaban dan keterangan
yang diberikan itu tidak benar, maka perusahaan berhak
membatalkan polis yang dibuat atas dasar permintaan ini sejak
awal, sesuai ketentuan dalam polis.
3) Pertanggungan belum berlaku selama belum disetujui oleh
perusahaan serta kontribusi belum saya bayar penuh dan lunas.
4) Tidak memberikan informasi kepada financial advisor atau
agen atau staf pemasaran perusahaan selain dari informasi yang
tertulis dalam surat permintaan asuransi jiwa syariah ini.
5) Memberikan kuasa kepada setiap tenaga medis, dokter, rumah
sakit, klinik, puskesmas, laboratorium, perusahaan asuransi dan
atau perusahaan reasuransi, badan hukum, instansi atau
lembaga, perorangan, organisasi atau pihak lain yang
mempunyai keterangan tentang kebiasaan, pekerjaan dan
catatan medis dari saya, untuk mengungkapkan kepada
perusahaan semua keterangan atau catatan kebiasaan, pekerjaan
dan catatan medis saya untuk diberikan kepada perusahaan.
6) Dokter yang pernah dan akan memeriksa saya diperkenankan
mengadakan pemeriksaan yang diperlakukan terhadap
peserta/pemegang polis dikemudian hari.
7) Mengizinkan perusahaan untuk menggunakan informasi
mengenai saya yang tersedia, diperoleh atau disimpan oleh
62
perusahaan, kepada pihak lain termasuk tapi tidak terbatas pada
perusahaan asuransi, reasuransi, lembaga, bankatau badan
hukum lain baik didalam maupun diluar negeri yang memiliki
hubungan kerjasama dengan perusahaan dalam rangka
pengajuan surat permintaan asuransi jiwa syariah ini.
8) Penawaran persetujuan nasabah untuk mengajukan aplikasi atas
produk tersebut dapat diberikan melalui percakapan telepon
yang direkam, email dan media lainnya yang disepakati
perusahaan, dari waktu kewaktu dan nasabah setuju atas
konfirmasi tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti didepan
pengadilan.
9) Transaksi tidak berasal dari dan/atau pencucian uang
sebagaimana diatur dalam UU No. 8 tahun 2010 tentang tindak
pidana pencucian uang dan perubahan-perubahannya termasuk
namun tidak terbatas pada peraturan perundang-undangan
terkait lainnya yang berlaku diwilayah hukum republik
indonesia.
10) Saya telah mendapatkan penjelsan dan sepenuhnya mengerti
serta menerima hal-hal dibawah ini:
a) Besarnya nilai investasi tidak dijamin, dapat
meningkat/menurun sesuai dengan karakteristik dan
risiko dari masing-masing jenis dana investasi yang
telah saya pilih.
b) Segala risiko pemilihan jenis investasi sepenuh ya
menjdi tanggung jawab saya dan karenanya saya
membebaskan perusahaan dari setiap dan segala
tuntutan, gangguan, ancaman laporan dan gugatan dari
siapapun dan dalam bentuk apapun yang mungkin
timbul baik pada saat ini maupun kemudian hari.
63
c) polis akan secara otomatis menjadi berakhir jika
kontribusi berkala lanjutan sampai dengan tahun polis
kedua belum sepenuhnya dibayarkan.
11) Transaksi investasi akan dijalankan sesudah surat permintaan
asuransi jiwa syariah disetujui dan kontribusi pertama yang
sudah dibayarkan telah diterima direkening perusahaan dan
jumlah unit yang akan dapat ditentukan berdasarkan harga unit
yang berlaku pada tanggal perhitungan setelah surat permintaan
asuranasi jiwa syriah disetujui dan pembayaran kontribusi
diterima direkening penanggung.
12) Pernyataan yang saya berikan ini akan tetap berlaku selama sya
massih hidup maupun sesudah meninggal dunia dan
sehubungan dengan hal tersebut saya menyetujui untuk
mengesampingkan ketentuan pada pasal 1813, 1814 dan pasal
1816 KUHP.
13) Salinan/fotokopi dari pernyataan dan kuasa ini sama sah dan
berlakunya sesuai dokumen aslinya, apabila telah dinyakan
oleh perusahaan.
t. Calon peserta, calon pemegang polis, orang tua/wali, dan
saksi/financial advisor menandatangani surat permintaan asuransi
jiwa tersebut.1
Setelah semua data diisi dan ditandatangani yang bersangkutan,
maka saat itu formulir permohonan asuransi jiwa tersebut sah, dan
selanjutnya akan dibuatkan polis pleh pihak AXA Mandiri untuk peserta
asuransi. Setelah polis selesai dan ditandatangani maka syarat dan
ketentuan yang terdapat dalam formulir permintaan wakaf dan didalam
polis akan segera berlaku sejak ditandatanganinya akad tersebut.
1 Formulir permohonan asuransi jiwa syariah, PT AXA Mandiri financial services
64
B. Cara Penembusan Manfaat Asuransi dan Manfaat Investasi.
Adapun manfaat asuransi yang diterima termaslahat adalah dari Dana
Tabarru yang diberikan tiap nasabah, kemudian dikumpulkan dan dijadikan
satu pada dana ‘full of tabarru’ (dana yang terkumpul). Kemudian jika ada
nasabah yang klaim maka dananya akan di ambil dari dana ‘full of tabarru’
tersebut. Disitulah terasa tolong menolongnya antara peserta yang satu
dengan peserta yang lain. Perlu diketahui bahwa untuk mendapatkan manfaat
tersebut tidak serta merta diberikan begitu saja oleh perusahaan, namun harus
melalui prosedur yang berlaku yang telah disepakati pada saat
menandatangani formulir permintaan asuransi jiwa syariah. adapun peraturan
tersebut sebagai berikut:
1. Peserta asuransi tutup usia dalam masa jangka pertanggungan yakni 100
tahun.
2. Termaslahat memberikan informasi kepada pihak AXA Mandiri yang
bersangkutan bahwa peserta asuransi telah tutup usia.
3. Termaslahat mengajukan klaim asuransi jiwa yang telah diperjanjikan.
4. Perusahaan asuransi (PT AXA Mandiri) menyatakan persetujuan atas
klaim yang diajukan termaslahat.
5. PT AXA Mandiri membayarkan klaim manfaat asuransi dan/atau manfaat
investasi serta membayarkan dana wakaf yang telah diperjanjikan dari
hasil dana tabarru.
C. Fitur Wakaf Perusahaan AXA Mandiri Syariah dengan Lembaga Wakaf
Program wakaf di PT AXA Mandiri Syariah merupakan kerjasama
dengan dengan 2 Nazir (lembaga wakaf) yang memiliki track record bagus
dalam penyalurannya yang produktif dari waktu ke waktu dan didukung agen
tersertifikasi wakaf, yakni Dompet Dhuafa dan Mandiri Amal Insani. Nazir
dapat mewujudkan infrastruktur dan fasilitas yang sangat dibutuhkan
masyarakat. Mauquf‟ Alaih (orang yang menerima manfaat) akan merasakan
dampak manfaat dana wakaf dan juga membuat perbaikan kesejahteraan yang
berkesinambungan.
65
Di Indonesia, program wakaf polis asuransi jiwa syariah ini sudah di
aplikasikan sejak tahun 2016 oleh Perusahaan Sun Life Financial Indonesia.
Saat ini, perusahaan AXA Mandiri juga mengeluarkan salah produk
terbarunya yakni wakaf manfaat asuransi jiwa, yang mana dana yang
diwakafkan bisa langsung disalurkan ke yayasan yang terdaftar. Produk
asuransi jiwa yang menyatukan ibadah wakaf dengan proteksi diri dan
mengajak nasabahnya bisa berwakaf langsung yang akan disalurkan kepada
lembaga wakaf. Saat mengajukan permohonan untuk mewakafkan manfaat
Asuransi Jiwa Syariah, Setiap peserta dapat mewakafkan manfaat asuransi
maksimal 45% dan wakaf manfaat investasi maksimal 30%.
Dari skema di atas, implementasi asuransi syariah dengan lembaga
wakaf tersebut dapat dijelaskan sebagaimana berikut:
1. Calon mitra mendatangi perusahaan asuransi syariah (PT AXA
Mandiri) untuk melakuan kemitraan.
2. Perusahaan asuransi menjelaskan tentang produk-produk asuransi
syariah yang sesuai dengan kebutuhan mitra.
3. Jika mitra setuju, maka proses dilanjutkan pada akad. Dalam
kesepakatan, nantinya terdapat dua akad, yaitu:
a. Akad tabarru‟, yaitu mitra memberikan sejumlah dana tabarru‟
sesuai dengan ketentuan premi polis yang disetujuinya.
b. Akad wakalah. Di antara nominal polis tersebut, terdapat sejumlah
dana yang nantinya akan diserahkan kepada lembaga wakaf. yaitu
mitra mewakilkan kepada Lembaga Takaful untuk menyerahkan
sejumlah dana kepada Lembaga Wakaf sebagai wakaf tunai atas
nama dirinya.
4. Jika pada masa pertanggungan, pemegang polis mengalami musibah
kematian, maka ahli termaslahat dapat mengajukan klaim asuransi jiwa,
setelah disetujui perusahaan maka akan diberikan manfaat berupa
sejumlah dana kepada ahli waris pemegang polis. Karena pemegang
polis sudah meninggal, maka kemanfaatan materi sudah tidak bisa
66
diberikan lagi dan tidak diperlukan lagi oleh pemegang polis. Ia hanya
memerlukan aliran pahala yang akan menambah amal kebaikannya
pada saat penantian di alam kubur.
Sebagai salah satu mitra pengelola wakaf terpecaya, Dompet Dhuafa
menyambut baik amanah serta kerjasama yang terjalin dengan AXA Mandiri.
Dalam mengoptimalkan potensi serta menyalurkan dana wakaf untuk
kesejahteraan umat, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak termasuk
lembaga pengelola keuangan berbasis syariah. Dana yang terhimpun,
kemudian akan disalurkan oleh nazhir ke berbagai sektor sosial yang
membutuhkan, mulai dari pendidkan, ekonomi, hingga kesehatan di bidang
kesehatan misalnya. Saat ini Dompet Dhuafa memiliki jaringan rumah sakit
berbasis wakaf di berbagai daerah di Indonesia.
Ditinjau dari potensinya, Badan Wakaf Indonesia (BWI)
memperhitungkan potensi wakaf di Indonesia mencapai angka Rp180 triliun.
Namun pada 2017, total penghimpunan dana wakaf baru mencapai Rp400
miliar. Jika dikumpulkan dan dikelola dengan baik, objek wakaf dapat
dimanfaatkan sebagai investasi strategis dalam upaya menghapuskan
kemiskinan dan menangani ketertinggalan di bidang ekonomi, pendidikan,
hingga kesehatan. Pemahaman masyarakat yang menganggap bahwa objek
wakaf hanya terbatas pada tanah atau bangunan (wakaf tidak bergerak),
ditengarai menjadi salah satu alasan yang menyebabkan potensi wakaf belum
optimal. Kehadiran manfaat wakaf pada produk asuransi jiwa syariah AXA
Mandiri diharapkan bisa membantu memfasilitasi masyarakat untuk tidak lagi
menunda melakukan ibadah wakaf.
D. Mekanisme Penerapan Wakaf Manfaat Asuransi Jiwa AXA Mandiri
PT AXA Mandiri Unit Syariah, telah menghadirkan fitur wakaf yang
memungkinkan nasabah untuk berwakaf melalui produk asuransi jiwa
syariah. Produk Asuransi Jiwa Syariah AXA Mandiri, memiliki tujuan untuk
memberikan solusi perlindungan dan membantu nasabah untuk berbuat
kebaikan dan bermanfaat bagi sesama melalui fitur wakaf. Jika nasabah
67
asuransi jiwa syariah ingin melaksanakan penerapan wakaf polis tersebut,
maka peserta polis Asuransi Jiwa Syariah harus melalui beberapa langkah
sebagai berikut:
1. Perusahaan AXA Mandiri membuat formulir perjanjian wakaf manfaat
asuransi yang memuat identitas pemegang polis (peserta asuransi).
2. Pemegaang polis yang tercantum dalam SPAJS mengisi form perjanjian
wakaf polis.
3. Pemegang polis membuat pernyataan janji yang mengikat (wa’d mulzim)
untuk mewakafkan manfaat asuransi berupa maslahat, kemudian disebut
“manfaat asuransi”.
Fatwa DSN-MUI No. 106 tahun 2011, bagian ke-tiga ketentuan
khusus pada ayat 1 berbunyi “pihak yang ditunjuk untuk menerima
manfaat asuransi menyatakan janji yang mengikat (wa’d mulzim) untuk
mewakafkan manfaat asuransi”. Namun dalam formulir mengatakan
bahwa yang menyatakan janji yang mengikat (wa’d mulzim) dan sekaligus
menandatangani perjanjian wakaf tersebut untuk mewakafkan manfaat
asuransi tersebut adalah pemegang polis (peserta asuransi).
Sedangkan dalam penjelasan fatwa diatas telah jelas bahwa yang
menyatakan janji yang mengikat untuk mewakafkan manfaat asuransi
harus penerima manfaat itu sendiri, namun dalam akad tersebut yang
mengatakan janji adalah pemegang polis dalam hal ini peserta asuransi,
oleh sebab itu tidak sesuai dengan fatwa sehingga menyebabkan wakafnya
tidak sah.
4. Manfaat asuransi terbentuk ketika peserta meninggal dunia.
5. Manfaat asuransi bisa diperoleh setelah permohonan klaim disetujui oleh
PT AXA Mandiri Financial Service Indonesia, sesuai nomor SPAJS yang
tertera di dalam surat dokumen perjanjian wakaf manfaat asuransi.
6. Pemengang polis mengisi tabel yang telah tersedia didalam formulir
perjanjian wakaf, guna untuk menguraikan jumlah persentase manfaat
asuransi yang akan diwakafkan, namun perusahaan memberikan batasan
68
yang bisa diwakafkan hanya sebanyak 45%. Tabel tersebut sebagai
berikut:
No Nama termaslahat dan nazhir Manfaat asuransi termasuk
dana wakaf (dalam
persentase)
1 (nama termaslahat 1) ....%
2 (nama termaslahat 2) ....%
3 (nama nazhir) ....% (maksimal 45%)
Total 100%
Tabel: 4.1 (Persentase Manfaat Asuransi)
7. Pemegang polis menyatakan setuju agar dana wakaf tersebut digunakan
untuk kepentingan umum.
8. Wakaf tersebut disalurkan melalui lembaga wakaf yang akan dipilih oleh
pemegang polis pada dokumen perjanjian wakaf. lembaga wakaf yang
akan jadi Nazir tersebut adalah lembaga Dompet Dhuafa dan Mandiri
Amal Insani.
9. Pemegang polis dan termaslahat menyatakan dan menyetujui bawa:
a. Perjanjian wakaf tersebut menjadi satu kesatuan dengan dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SPAJS dan polis.
b. Wakaf manfaat asuransi hanya diberikan kepada polis-polis yang tidak
dijaminkan dengan pihak ketiga (bank) terkait (bankers clause) baik
pada saat ini maupun dikemudian hari.
c. Bahwa telah setuju untuk memberi kuasa kepada PT AXA Mandiri
Financial Services untuk mewakili wakif (termasuk penerus atau
penggantinya dari waktu kewaktu) untuk membuat ikrar wakaf dengan
nazhir dan melakukan pembayaran dana wakaf kepada nazhir
(termasuk penerus dan atau penggantinya dari waktu kewaktu)
sebagaimana diatur pada perjanjian wakaf ini.
d. Setuju bahwa apabila terdapat perubahan pihak yang ditunjuk untuk
menerima manfaat asuransi (termaslahat) yang dilaporkan oleh
69
pemegang polis kepada PT AXA Mandiri Financial Services, maka
termaslahat tersebut akan menggantikan wakif. Dengan demikian
termaslahat akan mengisi dan menandatangani perjanjian wakaf yang
baru. Segala perubahan pada perjanjian wakaf akan menjadi dokuumen
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari polis.
e. Setuju bahwa dalam hal pemegang polis tidak melaporkan adanya
perubahan pemegang polis dan atau termaslahat selama periode polis
aktif, maka PT AXA Mandiri Financial Serfices akan melakukan
transfer dana wakaf sesuai dengan perjanjian wakaf awal. Dengan
demikian, janji yang mengikat (wa’d mulzim) pada perjanjian wakaf
awal berlaku dan mengikat juga terhadap para penerus/pengganti dari
wakif.
f. Bahwa proses pembayaran klaim manfaat asuransi serta pembayaran
dana wakaf akan dibayarkan oleh PT AXA Mandiri Financial Services
setelah adanya persetujuan klaim dari PT AXA Mandiri Financial
Services dan persetujuan wakif pada perjanjian wakaf ini.
g. Bahwa telah memahami dan setuju bahwa ikrar wakaf dari wakif
berdasarkan perjanjian wakaf ini tidak dapat dibatalkan.
h. Wakif dengan ini memberikan persetujuan kepada PT AXA Mandiri
Financial Services untuk memberikan data-data wakif yang diperlukan
oleh Nazhir dalam rangka pembayaran dana wakaf dan dan penerbitan
sertifikat wakaf.
i. Bahwa dengan ini membebaskan PT AXA Mandiri Financial Services
dari segala tuntutan hukum yang timbul dari perselisihan yang timbul
akibat dan/atau yang sehubungan dengan perjanjian wakaf.
j. Bahwa wakif yang menandatangani perjanjian wakaf ini, menyatakan
telah membaca, memahami dan berjanji akan melaksanakan seluruh
ketentuan wakaf manfaat asuransi yang tertuang dalam perjanjian
wakaf tersebut.
k. Pernyataan dan kuasa berikan ini akan tetap berlaku selama wakif
hidup maupun sesudah wakif meninggal dunia dan sehubungan dengan
70
hal tersebut menyetujui untuk mengesampingkan pasal 1813, 1814 dan
pasal 1816 kitab undang undang hukum perdata.
l. Wakif dengan ini menyatkan setuju atas tabel rincian penerima
manfaat di atas pada perjanjian wakaf ini.
m. Persetujuan wakif dapat ditandatangani terpisah terpisah serta dapat
dikirimkan melalui email ataupun media lainnya yang ditentukan oleh
pt axa mandiri financila services. Apabila dikemudian hari terdapat
ahli waris yang belum dicantumkan dalam perjanjian wakaf ini yang
menyatakan tidak setuju, maka perjanjian wakaf yang telah dibuat ini
tidak dapat dibatalkan dengan alasan apapun.
10. Pemegang polis menandatangani form ikrar wakaf yang telah diisi tersebut
diatas materai.
11. Tabel persetujuan ditandatangai oleh termaslahat (wakif) sebagai berikut:2
No Nama
termaslahat
(wakif)
No.
KTP
Hubungan dengan
pemegang polis
No.
telepon
Tanda
tangan
1
2
3
Tabel: 4.2 (Persetujuan Wakif)
E. Analisis Kesesuaian Penerapan Wakaf Polis Asuransi Jiwa AXA
Mandiri Syariah Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 106 Tahun 2016.
Produk wakaf manfaat asuransi dan manfaat investasi, adalah produk
unit syariah yang tidak bisa dihindari dari aturan fatwa DSN-MUI. PT AXA
Mandiri syariah salah satu yang menghadirkan produk Asuransi Jiwa Syariah
dengan fitur wakaf untuk melengkapi kesempurnaan ibadah nasabahnya.
Berkenaan dengan hal tersebut DSN-MUI telah mengeluarkan fatwa No.106
tahun 2016 tentang Wakaf Manfaat Asuransi dan Manfaat Investasi Pada
2 Formulir perjanjian wakaf manfaat asuransi dan manfaat investasi pada asuransi jiwa
AXA Mandiri financial servuces.
71
Asuransi Jiwa Syariah. Didalam fatwa tersebut menerapkan peraturan bagi
perusahaan yang akan menerapkan produk asuransi berbasis wakaf, peraturan
tersebut memuat dan mengatur beberapa ketentuan sebagai berikut:
Memperhatikan.
1. Penjelasan para fuqaha mengenai Mauquf Bih.
a. Wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan dan/atau
diistitsmar-kan tanpa lenyap bendanya, dengan tidak menjual,
menghibahkan, dan/atau mewariskannya, dan hasilnya disalurkan
pada sesuatu yang mubah kepada penerima manfaat wakaf yang ada.
Dalam praktinya, objek yang diwakafkan perusahaan AXA
Mandiri syariah adalah manfaat asuransi berupa uang, sebagaimana
uang adalah suatu yang sangat dapat dimanfaatkan pada saat ini,
salah satunya memproduktifkan tanah wakaf dengan cara
membangun bangunan yang bermanfaat untuk masyarakat seperti
sekolah, rumah sakit. Kemudian dana wakaf akan dikelola langsung
oleh Nazir, dalam hal ini lembaga Dompet Dhuafa dan/atau lembaga
Mandiri Amal Insani, sehingga memberikan manfaat sosial bagi
banyak orang dan berlangsung terus menerus. Oleh sebab itu dalam
konteks ini AXA Mandiri telah sesuai dalam penerapannya.
b. Syarat syarat objek wakaf menurut pendapat para ulama, antara
lain adalah:
1) Harta yang diwakafkan harus harta yang berharga/bernilai
secara syariah (mal mutaqawam).
Dalam hal ini, AXA Mandiri mewakafkan berupa uang
hasil dari manfaat asuransi dan manfaat investasi, hingga saat
ini uang sangat berharga/bernilai secara syariah (mal
mutaqawwam). Dalam konteks ini AXA Mandiri telah benar
dalam menetapkan objek dalam mewakafkan manfaat asuransi
jiwa syariah.
72
2) Harta yang diwakafkan harus harta yang sudah jelas dan
terukur (ma’lum).
Dalam hal ini, Ikrar wakaf dilaksanakan setelah
melakukan klaim atas meninggalnya peserta asuransi (dalam
masa pertanggungan 100 tahun). Sebelumnya, pemegang polis
telah mengisi tabel yang tersedia didalam formulir perjanjian
wakaf, guna untuk menguraikan jumlah persentase manfaat
asuransi yang akan diwakafkan. Namun, dalam persentase
tersebut baru diketahui nominalnya dalam rupiah setelah
menerima manfaat asuransi yakni setelah peserta tutup usia.
manfaat asuransi tersebut diperoleh dari hasil patungan peserta
(dana tabarru’) yang sudah disepakati akan diberikan pada
peserta yang mengalami musibah.
Dalam konteks ini, AXA Mandiri telah benar dalam
menetapkan harta yang akan diwakafkan adalah harta yang
sudah jelas dan terukur.
3) Harta yang diwakafkan harus harta yang sudah menjadi milik
penuh (milk tam) bagi wakif pada saat akad wakaf dilakukan.
Dalam pandangan Dewan Syariah Nasional, Pada
dasarnya tujuan asuransi jiwa adalah untuk memitigasi risiko
(risiko ahli waris yang ditinggalkannya), bukan untuk
diwakafkan. Hal itu karena klaim asuransi muncul setelah
peserta meninggal dunia, sehingga manfaat asuransi jadi milik
termaslahat seutuhnya. Namun, dalam formulir perjanjian
wakaf manfaat asuransi disebutkan, bahwa yang membuat
pernyataan janji yang mengikat (wa’d mulzim) untuk
mewakafkan manfaat asuransinya sekaligus menandatangani
perjanjian wakaf polis tersebut adalah pemegang polis dengan
persetujuan termaslahat. Dalam aturan syariah Seharusnya
yang berhak untuk itu (menyatakan janji dan menandatangani)
adalah sorang wakif (termaslahat). Karena itu dapat
73
disimpulkan bahwa wakif dalam pelaksanaan wakaf ini adalah
peserta asuransi. Orang yang telah meninggal, sudah tidak
memiliki harta lagi termasuk manfaat asuransi, makanya secara
syariah wakaf tersebut sudah tidak sah. Karena telah jelas
bahwa harta yang diwakafkan bukan hak milik penuh wakif.
Pertama, Ketentuan Umum
1. Wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan dan/atau
diistitsmar-kan tanpa lenyap bendanya. dengan tidak menjual,
menghibahkan, dan/atau mewariskannya, dan hasilnya disalurkan pada
sesuatu yang mubah kepada penerima manfaat wakaf yang ada.
Setelah perusahaan menyetujui klaim asuransi jiwa yang
diajukan termaslahat, maka penandatanganan wakaf akan segera
dilakukan, kemudian dana wakaf akan diserahkan kepada nazir untuk
dikelola oleh lembaga wakaf sepenuhnya, dengan tidak menjual,
menghibahkan dan/atau mewariskan objek wakaf tersebut. sehingga
kerjasama perusahaan AXA Mandiri Syariah dengan lembaga wakaf
memberikan manfaat sosial bagi masyarakat dan berlangsung terus-
menerus. Produk AXA Mandiri Syariah tidak ada produk khusus
diwajibkan, wakaf hanya bersikap penawaran pada nasabahnya karena
mengingat hukum wakaf adalah sunnah. Dalam konteks ini telah tepat
penerapan dan pengaplikasian wakaf yang dilakukan perusahaan AXA
Mandiri Syariah dengan Lembaga Wakaf.
2. Manfaat Asuransi adalah sejumlah dana yang bersumber dari Dana
Tabarru' yang diserahkan kepada pihak yang mengalami musibah atau
pihak yang ditunjuk untuk menerimanya.
Untuk pengelolaan Dana Tabarru’, nasabah AXA Mandiri
Syariah memberikan kuasa kepada Pengelola AXA Mandiri Syariah
untuk mewakilkan dirinya berdasarkan Akad Wakalah Bil Ujrah untuk
mengelola Dana Tabarru’ dengan mengacu kepada ketentuan-
74
ketentuan yang ditetapkan oleh Pengelola. Hal tersebut terdapat pada
formulir permintaan asuransi jiwa syariah, bagian akad pada nomor 3
dikatan bahwa, calon pemegang polis menyatakan dirinya untuk
diwakili kepada perusahaan untuk memotong iuran tabarru’nya dan
memasukkannya kedalam rekening dana tabarru, apabila terjadi risiko
atas diri peserta dan atas peristiwa tersebut harus dibayarkan
maslahat/manfaat asuransi, pembayaran maslahat tersebut akan
dibebankan atas dana tabaaru’. Dalam konteks ini telah telah sesuai
dengan tuntutan fatwa, bahwa manfaat asuransi adalah sejumlah dana
yang bersumber dari Dana Tabarru’ yang akan diserahkan kepada
pihak yang mengalami musibah.
3. Manfaat Investasi adalah sejumlah dana yang diserahkan kepada
peserta program asuransi yang berasal dari kontribusi investasi peserta
dan hasil investasinya.
Prinsip dasar investasi asuransi AXA Mandiri syariah selaku
pemegang amanah wajib melakukan investasi terhadap dana kontribusi
yang terkumpul dari peserta, Yang mana hasil investasi yang dilakukan
perusahaan diberikan kepada peserta asuransi, selanjutnya disebut
manfaat investasi. Investasi yang dimaksud harus sesuai dengan
prinsip syariah. Investasi keuangan AXA Mandiri Syariah berkaitan
secara langsung dengan suatu aset terbuka atau kegiatan usaha yang
spesifik dan menghasilkan manfaat. karena itu investasi yang
dilakukan perusahaan AXA Mandiri Syariah salah satu bentuk
investasi yang sesuai dengan syariah sehingga manfaat investasi sah
untuk diwakafkan.
Kedua, Ketentuan Hukum
1. Pada prinsipnya Manfaat Asuransi dimaksudkan untuk melakukan
mitigasi risiko peserta atau pihak yang ditunjuk.
Pengalihan resiko dengan cara memitigasi resiko dari peserta
asuransi kepada peserta asuransi lainnya, merupakan fungsi dasar dari
75
asuransi syariah. Dengan adanya rasa ingin melindungi diri terhadap
risiko, maka muncullah rasa kepentingan terhadap asuransi. Seseorang
dapat dianggap mempunyai kepentingan di dalam perjanjian asuransi,
apabila orang tersebut menderita kerugian ekonomi. Perusahaan
asuransi AXA Mandiri Unit Syariah menghadirkan fitur wakaf melalui
produk asuransi jiwa syariah selain memitigasi resiko termaslahat,
kemudian untuk memungkinkan nasabah berwakaf, dengan harapan
akan memberikan keberkahan bagi nasabah, sekaligus memberika
manfaat berkelanjutan bagi sesama.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa Tujuan asuransi pada PT
AXA Mandiri unit syariah menjadi dua, yakni memitigasi risiko pada
ahli waris dan menambah ibadah peserta asuransi yakni dengan cara
mewakafkan sebagian manfaat asuransinya. Manfaat asuransi yang
digunakan untuk memitigasi resiko minimal 55% dari jumlah manfaat
asuransi yang diterima saat klaim asuransi dilakukan.
2. Mewakafkan Manfaat Asuransi dan Manfaat lnvestasi pada asuransi
jiwa syariah hukumnya boleh dengan mengikuti ketentuan yang
terdapat dalam Fatwa ini.
Menurut penjelasan diatas, apabila perusahaan tidak mengikuti
ketentuan yang terdapat dalam fatwa yang dimaksud yakni fatwa DSN-
MUI No. 106 tahun 2016 yang meliputi ketentuan umum, ketentuan
hukum, dan ketentuan khusus yang akan dijelaskan dibawah. maka
mewakafkan manfaat asuransi yang terdapat dalam fitur wakaf asuransi
jiwa dianggap batal/tidak sah. Adapun ketentuan-ketentuan tersebut
diantaranya:
a. harta yang akan diwakafkan harus milik penuh orang yang
berwakaf (wakif), kemudian harus disetujui oleh ahli waris lainnya
b. wakif (termaslahat) menyatakan janji yang mengikat (wa’d muljim)
untuk mewakafkan manfaat asuransi jika klaim asuransi sudah
diterima.
76
c. Wakaf manfaat asuransi diserahkan kepada nazhir saat klaim
asuransi terjadi dan disetujui ahli waris secara tertulis. Dalam hal ini
produk wakaf hanya diperbolehkan pada polis asuransi jiwa syariah
dan tidak untuk AXA Mandiri konvensional.
Ketiga, Ketentuan Khusus
1. Ketentuan Wakaf Manfaat Asuransi
a. Pihak yang ditunjuk untuk menerima manfaat asuransi menyatakan
janji yang mengikat (wa’d mulzim) untuk mewakafkan manfaat
asuransi.
Ketika nasabah ingin mewakafkan sebagian manfaat polis
asuransi jiwa AXA Mandiri syariah, maka pertama perusahaan
akan membuat dokumen perjanjian wakaf manfaat asuransi yang
akan di isi oleh pemegang polis (peserta asuransi), didalamnya
memuat identitas pemegang polis, kemudian diikuti dengan
persetujuan ahli waris (penerima manfaat asuransi). Selanjutnya,
selaku pemegaang polis membuat pernyataan janji yang mengikat
(wa’d mulzim) untuk mewakafkan manfaat asuransi berupa
maslahat yang kemudian disebut “manfaat asuransi” yang terbentuk
ketika peserta meninggal dunia. Kemudian permohonan klaimnya
harus telah disetujui oleh PT AXA Mandiri financial services atas
nomor SPAJS, sebagaimana tertera di dalam surat perjanjian
tersebut.
Dalam penjelasan tersebut, yang pernyataan janji yang
mengikat (wa’d mulzim) untuk mewakafkan manfaat asuransi
sekaligus menandatangani perjanjian wakaf polis adalah pemegang
polis, bukan penerima manfaat. Sedangkan dalam ketentuan fatwa
ini yang berhak untuk menyatakan janji adalah penerima manfaat
asuransi (wakif). Maka dapat dinilai bahwa AXA Mandiri salah
kaprah dalam menetapkan peraturan ini, sehingga pelaksanaan
wakaf jadi tidak sah.
77
b. Manfaat asuransi yang boleh diwakafkan paling banyak 45% dari
total manfaat asuransi.
Pada formulir perjanjian wakaf manfaat asuransi dan
manfaat investasi AXA Mandiri, dijelaskan bahwa wakaf manfaat
asuaransi kepada Nazir maksimal sebesar 45% dari manfaat
asuransi untuk polis berdasarkan SPAJS. Sedangkan wakaf manfaat
investasi kepada nazir maksimal sebesar 30% dari manfaat nilai
investasi yang terbentuk pada saat terjadi klaim meninggal dunia
untuk polis berdasarkan SPAJS. Namun dalam praktiknya tidak
sedikit peserta yang mewakafkan dananya hanya 10% dari nilai
manfaat yang akan diterima. Artinya persentase 45% tersebut tidak
selalu jadi patokan nasabah untuk mewakafkan sebagian hasil
manfaat polisnya. Dengan demikian dalam hal ini AXA Mandiri
telah benar dalam menetapkan aturan yakni tidak melebihi dari
ketentuan yang ditetapkan pada fatwa.
c. Semua calon penerima manfaat asuransi yang ditunjuk atau
penggantinya menyatakan persetujuan dan kesepakatannya.
Dalam hal persetujuan mewakafkan manfaat asuransi, telah
di atur dalam formulir perjanjian wakaf, didalamnya dikatakan
bahwa dengan ditandatanganinya formulir wakaf tersebut, peserta
asuransi dan termaslahat dengan itu menyetujui untuk mewakafkan
sebagian manfaat asuransinya. Selanjutnya dengan itu menyetujui
wakaf tersebut akan digunakan untuk kepentingan umum dan
disalurkan melalui lembaga wakaf yang akan dipilih oleh
pemegang polis pada formulir perjanjian wakaf tersebut. yakni
antara lembaga Dompet Dhuafa dan/atau Mandiri Amal Insani.
Kemudian disusul dengan dibubuhkannya tabel persetujuan
termaslahat (wakif) pada formulir perjanjian wakaf tersebut,
didalam tabel tersebut memuat: nama termaslahat, nomor KTP,
hubungan dengan pemegang polis, nomor telepon, dan diakhiri
dengan tanda tangan.
78
Dalam formulir tersebut telah jelas bahwa persetujuan
termaslahat menjadi salah satu syarat untuk bisa mewakafkan
manfaat asuransi, namun yang tidak tepat adalah penentuan pihak
yang harus menyatakan janji yang mengikat untuk mewakafkan
manfaat asuransi yang seharusnya bukan tugas pemegang polis
(peserta asuransi). Karena peserta asuransi tidak memiliki hak lagi
untuk mewakafkan manfaat asuransi tersebut disebabkan manfaat
asuransi telah jadi hak milik utuh termaslahat.
d. Ikrar wakaf dilaksanakan setelah manfaat asuransi secara prinsip
sudah menjadi hak pihak yang ditunjuk atau penggantinya.
Pada AXA Mandiri Syariah, Mewakafkan manfaat asuransi
dan manfaat investasi yang sudah diperjanjikan diawal dan sudah
ditandangani dalam form Ikrar Wakaf maka tidak dapat dibatalkan.
Adapun pelaksanaan Ikrar Wakaf manfaat Asuransi tersebut
dilaksanakan setelah pengajuan klaim disetujui oleh perusahaan,
dan secara prinsip manfaat asuransi sudah menjadi hak termaslahat.
Selanjutnya wakif akan mengisi akta ikrar wakaf kemudian
perusahaan akan membayarkan wakaf uang ke rekening lembaga
wakaf yang telah dipilih pada saat mengisi perjanjian. Hal ini
disebutkan dalam formulir perjanjian wakaf.
2. Ketentuan wakaf manfaat investasi
a. Manfaat investasi boleh diwakafkan oleh peserta, dan
b. Kadar jumlah manfaat investasi yang boleh diwakafkan paling
banyak sepertiga (1/3) dari total kekayaan dan/atau tirkah kecuali
disepakati lain oleh semua ahli waris.
Perusahaan PT AXA Mandiri syariah, juga menginvestasikan
hasil kontribusi asuransi peserta pada perusahaan-perusahaan syariah,
investasi tersebut seperti menanam saham diperusahan syariah dan
instrumen pasar uang syariah lainnya. Dari hasil investasi tersebut
kemudian dibuka peluang wakaf manfaat investasi untuk para peserta
asuransi jiwa syariah, dimana PT AXA Mandiri syariah mengatur
79
jumlah manfaat investasi yang boleh di wakafkan paling banyak 30%
dari hasil investasinya, dengan demikian hal ini tidak menyalahi Fatwa
dewan syariah nasional.
3. Ketentuan ujrah terkait dengan produk wakaf
a. Ujrah tahun pertama paling banyak 45% dari kontribusi reguler.
Dan
b. Akumulasi ujrah tahun berikutnya paling banyak 50% dari
kontribusi reguler.
Dalam hal ujrah ini diatur dalam formulir surat permintaan
asuransi jiwa syariah sebagai berikut:
1) Ujrah kontribusi Asuransi Jiwa Mandiri Sejahtera Mapan
Syariah tahun pertama sebanyak 80%, ujrah tahun ke-2 sebanyak
60%, ujrah tahun ke-3 sebanyak 30%, ujrah tahun ke-4 sebanyak
20%, ujrah tahun ke-5 sebanyak 10%.
2) Ujrah kontribusi Asuransi Jiwa Mandiri Investasi Sejahtera
Syariah tahun pertama sebanyak 2,3% dan untuk tahun
berikutnya 0%.
3) Ujrah pengelolaan risiko yaitu 40% dari iuran tabarru.
Jika disimpulkan dalam bentuk tabel agar lebih ringkas maka seperti berikut ini:
No Ketentuan Fatwa Praktik S/TS
1. Objek Wakaf adalah harta
yang dapat dimanfaatkan
tanpa lenyap bendanya.
Objek wakaf AXA Mandiri syariah
adalah manfaat asuransi berupa
uang, dimana uang adalah suatu
yang dapat dimanfaatkan untuk
suatu yang tidak lenyap bendanya.
√
2. Harta yang diwakafkan
harus harta yang
berharga/bernilai secara
syariah (mal mutaqawam).
AXA Mandiri mewakafkan berupa
uang hasil dari manfaat asuransi dan
manfaat investasi. Hingga saat ini
uang sangat berharga/bernilai secara
syariah (mal mutaqawwam).
√
3. Harta yang diwakafkan
harus harta yang sudah jelas
dan terukur (ma’lum).
Pemegang polis terlebih dahulu
mengisi tabel yang tersedia didalam
formulir perjanjian wakaf, guna
untuk menguraikan jumlah
persentase manfaat asuransi yang
80
akan diwakafkan nantinya. Namun,
dalam persentase tersebut baru
diketahui nominalnya dalam rupiah
setelah klaim dilakukan yakni
setelah peserta tutup usia, kemudian
wakaf dilaksanakan.
√
4. Harta yang diwakafkan
harus harta yang sudah
menjadi milik penuh (milk
tam) bagi wakif pada saat
akad wakaf dilakukan.
Pada PT AXA Mandiri, wakif
adalah peserta asuransi. Sedangkan
orang yang telah meninggal dunia
sudah tidak memiliki harta lagi
termasuk manfaat asuransi otomatis
jadi milik ahli waris sepenuhnya,
makanya secara syariah wakaf
tersebut sudah tidak sah. Karena
harta yang diwakafkan bukan hak
milik penuh wakif.
×
5. Wakaf adalah menahan
harta yang dapat
dimanfaatkan dan/atau
diistitsmar-kan tanpa lenyap
bendanya. dengan tidak
menjual, menghibahkan,
dan/atau mewariskannya,
dan hasilnya disalurkan
pada sesuatu yang mubah
kepada penerima manfaat
wakaf yang ada.
Dana wakaf akan diserahkan kepada
nazir untuk dikelola oleh lembaga
wakaf sepenuhnya, dengan tidak
menjual, menghibahkan dan/atau
mewariskan objek wakaf tersebut,
sehingga kerjasama perusahaan
AXA Mandiri Syariah dengan
lembaga wakaf memberikan manfaat
sosial bagi masyarakat dan
berlangsung terus-menerus.
√
6. Manfaat Asuransi adalah
sejumlah dana yang
bersumber dari Dana
Tabarru' yang diserahkan
kepada pihak yang
mengalami musibah atau
pihak yang ditunjuk untuk
menerimanya.
Pada formulir permintaan asuransi
jiwa syariah, bagian akad nomor 3
dikatan bahwa, calon pemegang
polis menyatakan dirinya untuk
diwakili kepada perusahaan untuk
memotong iuran tabarru’nya dan
memasukkannya kedalam rekening
dana tabarru, apabila terjadi risiko
atas diri peserta dan atas peristiwa
tersebut harus dibayarkan
maslahat/manfaat asuransi,
pembayaran maslahat tersebut akan
dibebankan atas dana tabaaru’.
√
7. Manfaat Investasi adalah
sejumlah dana yang
diserahkan kepada peserta
program asuransi yang
berasal dari kontribusi
investasi peserta dan hasil
AXA Mandiri syariah selaku
pemegang amanah wajib melakukan
investasi terhadap dana kontribusi
yang terkumpul dari peserta,
kemudian hasil investasi yang
dilakukan perusahaan diberikan
√
81
investasinya. kepada peserta asuransi, selanjutnya
disebut manfaat investasi.
8. Pada prinsipnya Manfaat
Asuransi dimaksudkan
untuk melakukan mitigasi
risiko peserta atau pihak
yang ditunjuk.
Perusahaan asuransi AXA Mandiri
Unit Syariah menghadirkan fitur
wakaf melalui produk asuransi jiwa
syariah selain memitigasi resiko
termaslahat, kemudian untuk
memungkinkan nasabah berwakaf,
dengan harapan akan memberikan
keberkahan bagi nasabah, sekaligus
memberika manfaat berkelanjutan
bagi sesama.
9. Pihak yang ditunjuk untuk
menerima manfaat asuransi
(ahli waris) menyatakan
janji yang mengikat (wa’d
mulzim) untuk mewakafkan
manfaat asuransi.
Selaku pemegaang polis (peserta
asuransi) membuat pernyataan janji
yang mengikat (wa’d mulzim) untuk
mewakafkan manfaat asuransi
berupa maslahat yang kemudian
disebut “manfaat asuransi” yang
terbentuk ketika peserta meninggal
dunia. yang menyatakan janji yang
mengikat (wa’d mulzim) sekaligus
menandatangani perjanjian wakaf
polis adalah pemegang polis, bukan
penerima manfaat.
×
10. Manfaat asuransi yang
boleh diwakafkan paling
banyak 45% dari total
manfaat asuransi.
Dalam formulir perjanjian wakaf
manfaat asuransi dan manfaat
investasi AXA Mandiri, dijelaskan
bahwa wakaf manfaat asuaransi
kepada Nazir maksimal sebesar 45%
dari manfaat asuransi untuk polis
berdasarkan SPAJS.
√
11. Semua calon penerima
manfaat asuransi yang
ditunjuk atau penggantinya
menyatakan persetujuan dan
kesepakatannya.
Dalam formulir perjanjian wakaf
telah disediakan kolom tandatangan
yang ditunjuk untuk menerima
manfaat asuransi, dan dikatakan
bahwa dengan ditandatanganinya
formulir wakaf tersebut, peserta
asuransi dan termaslahat (penerima
manfaat) dengan itu menyetujui
untuk mewakafkan sebagian manfaat
asuransinya.
√
12. Ikrar wakaf dilaksanakan
setelah manfaat asuransi
secara prinsip sudah
menjadi hak pihak yang
ditunjuk atau penggantinya.
Pada AXA Mandiri, pelaksanaan
Ikrar Wakaf manfaat Asuransi
dilaksanakan setelah pengajuan
klaim disetujui oleh perusahaan, dan
secara prinsip manfaat asuransi
√
82
sudah menjadi hak termaslahat.
13. Manfaat investasi boleh
diwakafkan oleh peserta,
dan Kadar jumlah manfaat
investasi yang boleh
diwakafkan paling banyak
sepertiga (1/3) dari total
kekayaan dan/atau tirkah
kecuali disepakati lain oleh
semua ahli waris.
AXA Mandiri membuka peluang
mewakafkan manfaat investasi untuk
para peserta asuransi jiwa syariah.
dalam formulir perjanjian wakaf PT
AXA Mandiri mengatur jumlah
manfaat investasi yang boleh di
wakafkan paling banyak 30% dari
hasil investasinya.
Tabel: 4.3 (Penerapan Wakaf Manfaat Asuransi)
Adanya ketidaksesuaian prosedur penerapan wakaf manfaat asuransi pada PT
AXA Mandiri syariah tidak luput dari pengaruh peran Dewan pengawas Syariah.
Setiap perusahaan yang menjalankan bisnis syariah, termasuk perusahaan
asuransi, masing-masing memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS
memiliki peran strategis untuk mengawasi pelaksanaan prinsip syariah
diperusahaan yang dipegangnya. Dewan Pengawas Syariah adalah ahli syariah
yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Tugas DPS adalah memberikan
nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan perusahaan agar sesuai
dengan prinsip syariah. Fungsi utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha
lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syariah yang
telah difatwakan oleh DSN MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia).
Dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.13/SEOJK..03/2019,
bagian II (dua romawi) disebutkan bahwa tugas DPS adalah sebagai berikut :
Memberikan nasihat dan saran kepada pemimpin perusahaan mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah. Melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan
pengarahan/pengawasan produk/jasa pengelolaan kekayaan dan
kewajiban, praktik, pemasaran, dan kegiatan usaha agar sesuai dengan
prinsip syariah.
83
Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan
DSN.
Sebagai mediator antara perusahaan asuransi syariah dengan DSN dalam
mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan jasa dari
lembaga keuangan syariah yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
Melaporkan hasil pengawasan perusahaan kepada OJK (Otoritas Jasa
Keuangan) sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali dan ke DSN
sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun.
Jika dilihat dari uraian diatas maka sudah lengkap tugas DPS untuk
menjaga perusahaan agar tetap berada dalam koridor syariah, namun dalam
praktiknya masih banyak perusahaan yang belum sepenuhnya menjalani
kegiatannya sesui dengan tuntunan Dewan Syariah Nasional, salah satunya PT
AXA Mandiri dalam proses penerapan wakaf manfaat asuransi, belum sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan oleh DSN-MUI yakni Fatwa DSN-MUI No.
106/2016 tentang wakaf manfaat asuransi dan manfaat investasi pada asuransi
jiwa syariah, oleh sebab itu DPS dinilai belum profesional dalam menjalankan
tugasnya. Hal ini terjadi karena beberapa kemungknan yakni:
1. DPS tidak begitu perhatian (kurang teliti) terhadap perusahaan yang
dipegangnya, sehingga tanpa sepengetahuan DPS perusahaann melakukan
perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan fatwa, sehingga berdampak
fatal terhadap keabsahan produk yang dijalankan.
2. Bisa jadi DPSnya sendiri yang belum faham bagaimana maksud/isi fatwa
yang diluncurkan DSN-MUI tentang produk yang akan dijalankan
sehingga menimbulkan kesalahan.
Tidak dapat dipungkiri, Ketika dua hal ini atau salah satunya terjadi pada
seorang DPS juga disebabkan karena DSN MUI kurang ketat dalam menetapkan
dan mengawasi kinerja DPS, sehingga kinerja DPS kurang maksimal. Dengan
begitu maka perlu dilakukan kajian, pelatihan, dan bimbingan oleh DSN terhadap
anggota DPS untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas DPS dalam
menjalankan tugasnya sehingga tidak terjadi kesalahan yang sama.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, prosedur
penerapan wakaf manfaat asuransi pada produk asuransi jiwa AXA Mandiri
Syariah, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Nasabah yang sudah terdaftar sebagai peserta asuransi jiwa syariah, dan
telah menyetujui untuk mewakafkan sebagian manfaat asuransinya,
selanjutnya wajib untuk mengisi formulir perjanjian wakaf manfaat
asuransi yang telah disiapkan oleh perusahaan sesuai yang tercantum
dalam SPAJS, didalamnya memuat identitas pemegang polis (peserta
asuransi), pernyataan janji yang mengikat (wa’d mulzim) untuk
mewakafkan manfaat asuransi, jumlah manfaat yang akan diwakafkan, dan
memilih nazir yang akan menerima wakaf manfaat asuransi. Manfaat
asuransi tersebut bisa diperoleh setelah peserta asuransi meninggal dunia,
dan permohonan klaim disetujui oleh PT AXA Mandiri Financial Service
Indonesia sesuai nomor SPAJS yang tertera di dalam surat dokumen
perjanjian wakaf manfaat asuransi. Setelah manfaat asuransi muncul maka
perusahaan mewakili nasabah untuk menyerahkan manfaat asuransi
kepada nadzir untuk diwakafkan.
2. Penerapan wakaf manfaat asuransi pada AXA Mandiri Unit Syariah,
belum seluruhnya sesuai dengan aturan Fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia. Hal itu karena dua hal, yakni: pertama, dalam
formulir perjanjian wakaf, yang menyatakan janji yang mengikat untuk
mewakafkan manfaat asuransi adalah pemegang polis (peserta asuransi),
termaslahat hanya berperan menyetujui untuk mewakafkan manfaat
asuransi, padahal fatwa dengan jelas menyebutkan “Pihak yang ditunjuk
untuk menerima manfaat asuransi menyatakan janji yang mengikat (wa’d
mulzim) untuk mewakafkan manfaat asuransi”. Kedua, Dalam Fatwa
DSN-MUI dijelaskan bahwa “Harta yang diwakafkan harus harta yang
85
sudah menjadi milik penuh (milk tam) bagi wakif pada saat akad wakaf
dilakukan”. Karena Pemegang polis sebagai pihak yang menyatakan janji
yang mengikat, maka dapat disimpulkan bahwa pemegang polislah
sebagai pihak yang mewakafkan, padahal sejak munculnya manfaat
asuransi otomatis beralih jadi milik termaslahat seutuhnya, sehingga
peserta asuransi bukan pemilik harta yang akan dijadikan objek wakaf.
Maka dalam hal ini pemegang polis mewakafkan harta yang bukan
miliknya.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin memberi
saran kepada pihak PT AXA Mandiri Syariah, pihak akademisi, maupun
peneliti selanjutnya sebagai berikut:
1. PT AXA Mandiri Syariah agar memperbaiki kekeliruannya dalam formulir
perjanjian wakaf manfaat asuransi, agar mewakafkan manfaat asuransi
syariah sesuai dengan aturan fatwa.
2. Peneliti selanjutnya bisa melanjutkan penelitian ini dengan melihat apakah
PT AXA Mandiri Syariah sudah memperbaiki kesalahannya dalam
menerapkan wakaf manfaat asuransi jiwa syariah.
86
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Iqbal, Muhaimin. Asuransi Umum Syariah dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press, 2005.
Daud Ali, Mohammad. Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf. Universitas
Indonesia: UI-Press, 1988.
Mulhadi. Dasar-Dasar Hukum Asuransi. Depok: Rajawalipers, 2017.
Ganie, A. Junaedi. Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Syakir Sula, Muhammad. Asuarnsi Syariah ( Life And General). Gema Insani
Press, 2004.
Abdul R. Saliman. Hukum Bisnis untuk Perusahaan. Jakarta: Prenadamedia
Group, 2005.
Nopriansyah, Wildi. Asuransi Syariah, berkah terakhir yang tak terduga. Jakarta:
Andi Offset, 2016.
Iqbal, Muhammad. Asuransi Umum Syariah dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani,
2006.
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006.
Muthahhari, Murtadha. Pandangan Islam Tentang Asuransi Dan Riba. Bandung:
Pustaka Hidayah, 1995.
Suhendi, Hendi. Fiqih Muamalah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Jakarta: Gema Insani, 2011.
Yusu fal-Qaradawi, Muhammad. Halal Dan Haram Dalam Islam, Alih Bahasa
Abu Sa’id al-Faalahi dan Aunur Rafiq Shaleh Tamhid. Jakarta: Robbani
Press, 2005.
Ganie, A. Junaedi. Hukum Asuransi Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.
Tono, Sidik. Kedudukan Wasiat Dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan.
Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia.
87
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia. Wakaf Manfaat Asuransi Dan
Manfaat Investassi Pada Asuranssi Jiwa Syariah. Jakarta: 2016
Syauqi Al-Fanjari, Muhammad. Al-Islam Wa At-Ta’min, Riyadh, 1994.
Jurnal:
Romadhoni, L. A. (2002). Studi Analisis Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tahun
2002 Tentang Wakaf Uang. jurnal az-Zarqa, vol.7, 49.
Hosen, M. N. (2014) Mendudukkan Status Hukum Asuransi Syariah Dalam
Fuqaha Kontemporer” Jurnal Hukum. 224.
Sulistiani, S. L. (2017). Analisis Implementasi Wakaf Wasiat Polis Asuransi
Syariah di Lembaga Wakaf al-Azhar Jakarta. Jurnal wacana Hukum Islam
dan Kemanusiaan. Volume 17, 285-299.
Hasan, S. (2010). Wakaf Uang Dan Implementasinya Di Indonesia. Jurnal Syariah
Dan Hukum, volume 2, 100
Skripsi
Nugroho, R. Analisi Fatwa DSN MUI Tentang Wakaf Manfaat Asuransi Dan
Manfaat Investasi Pada Asuransi Syariah. Skripsi Fakultas Syariah
Universitas Isnlam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2017. h. 21.
Mohammad Daud Ali “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf” Skripsi
Universitas Indonesia, Tahun 1988. h. 80.
Nurhasanah, Asuransi Jiwa “Studi Komparasi Pemikiran Muhammad Yusuf Al-
Qaradawi Dan Muhammad Muslehuddin”, Skripsi FSH UIN Sunan Kali
Jaga, 2017.
88
Internet:
https://isefid.id/potensi-dan-kontribusi-wakaf-di-indonesia/
http://www.republika.co.id/berita/dunia/fatwa, Diakses pada tanggal 13 juli 2019.
http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-
pemanfaatan.html
https://www.axa-mandiri.co.id/tentang-axa-mandiri/
https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-perlindungan-sejahtera/
https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-perlindungan-sejahtera-
syariah/
https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-elite-plan-syariah/
https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-rencana-sejahtera-
syariah-plus/
https://www.axa-mandiri.co.id/produk/asuransi-mandiri-sejahtera-cerdas-syariah/
https://www.axa-mandiri.co.id/laporan-tahunan
https://www.axa-mandiri.co.id/wp-content/uploads/2019/08/Susunan-Manajemen-
AXA-Mandiri-Agustus-2019.pdf
Lampiran:
Surat Permohonan Penelitian
Formulir Permohonan Asuransi Jiwa
Formulir Perjanjian Wakaf Manfaat Asuransi
Brosur asuransi mandiri perlindungan sejahtera syariah (solusi perlindungan jiwa
syariah) PT Axa mandiri mandiri syariah.
Fatwa No:106/DSN-MUI/X/2016 Tentang Manfaat Asuransi dan Manfaat
Investasi Pada Asuransi Jiwa Syariah.
89
Wawancara:
Angga f Prasetyo, Area Sales Manager AXA Mandiri Syaiah. Intrview
pribadi pada 22 Juli 2019.
Ninis solihah, sales kantor cabang mandiri syariah Ciputat. Interview
pribadi pada 20 Agustus 2019.
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109