mekanisme pendengaran pada telinga_blok6 david

18
Mekanisme Pendengaran pada Telinga Oleh: David Christian RonaldTho (102012210) Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email : [email protected] PENDAHULUAN Latar Belakang Anatomi, fisiologi dan histologi adalah modal utama untuk memahami fungsi telinga. Pada akhirnya adalah untuk memahami penatalaksanaan telinga dan keseimbangan. Fungsi keseimbangan kita adalah lebih mendasar dan lebih penting dari fungsi pendengaran. Suatu organisme dapat bertahan tanpa pendengaran, tapi tidak dapat bertahan tanpa keseimbangan dengan lingkungannya. Karena itu mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi organism terhadap lingkungan berkembang lebih dahulu dari pendengaran. Telinga mengandung banyak vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendo dalam. Jadi telinga adalah organ pendengaran dan keseimbangan. Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian: telinga luar, tengah dan dalam. Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami kelainan congenital sementara bagian lain bekembang normal. Tujuan Agar dapat benar-benar memahami mengenai bagaimana proses dari mekanisme pendengaran pada telinga, struktur anatomi pada daerah telinga yang terdiri dari telinga luar, tengah, dan 1 | Problem Based Learning

Upload: david-christian

Post on 19-Jan-2016

50 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

Mekanisme Pendengaran pada TelingaOleh:

David Christian RonaldTho (102012210)

Fakultas Kedokteran Universitas Krida WacanaJl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email : [email protected]

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anatomi, fisiologi dan histologi adalah modal utama untuk memahami fungsi telinga. Pada akhirnya adalah untuk memahami penatalaksanaan telinga dan keseimbangan. Fungsi keseimbangan kita adalah lebih mendasar dan lebih penting dari fungsi pendengaran. Suatu organisme dapat bertahan tanpa pendengaran, tapi tidak dapat bertahan tanpa keseimbangan dengan lingkungannya. Karena itu mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi organism terhadap lingkungan berkembang lebih dahulu dari pendengaran. Telinga mengandung banyak vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendo dalam. Jadi telinga adalah organ pendengaran dan keseimbangan.

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian: telinga luar, tengah dan dalam. Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami kelainan congenital sementara bagian lain bekembang normal.

Tujuan

Agar dapat benar-benar memahami mengenai bagaimana proses dari mekanisme pendengaran pada telinga, struktur anatomi pada daerah telinga yang terdiri dari telinga luar, tengah, dan dalam, kemudian faktor-faktor apa saja yang mungkin mempengaruhi menurunnya kemampuan seseorang dalam mendengar, serta test seperti apa yang perlu dilakukan dalam menguji kemampuan mendengar seseorang.

Manfaat

Manfaat makalah ini adalah agar pembaca bisa mendapatkan informasi tambahan tentang struktur anatomi telinga dan menjadi mengerti tentang mekanisme pendengaran telinga. Pembaca dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, layaknya contoh kasus menurunnya kemampuan pendengaran di atas, jika suatu saat pembaca mengalami masalah gangguan yang sama, pembaca bisa tepat mendapat gambaran apa saja kemungkinan yang terjadi dan yang harus dilakukan untuk menjadi langkah antisipasi dan pencegahan.

1 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 2: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

PEMBAHASAN

Telinga secara umum di lihat dari luar terdiri dari tulang helix, anti helix, fossa scapha, fossa triangularis, concha, tragus, anti tragus dan lobules.

Tulang pendengaran:

Malleus (Tulang Martil) Incus (Tulang Landasan) Stapes (Tulang Sanggurdi).1

Gambar 1. Anatomi Telinga Manusia

Struktur Telinga (Makroskopik) :

A. Telinga LuarDaun Telinga (aurikula). Aurikula mempunyai kerangka dari tulang rawan yang dilapisi oleh kulit. Di bagian anterior aurikula, kulit tersebut melekat erat pada perikondrium sedangkan di bagian posterior kulit melekat secara longgar. Bagian aurikula yang tidak mempunyai tulang rawan disebut lobulus.Liang Telinga (Meatus Akustikus Eksterna-MAE). MAE merupakan saluran yang menuju ke arah telinga tengah dan berakhir pada membran timpani. MAE mempunyai diameter 0,5 cm dan panjang 2,4-3 cm. MAE merupakan saluran yang tidak lurus, tapi berbelok dari arah postero-superior di bagian luar ke arah antero-inferior. Selain itu, terdapat penyempitan di bagian medial yang dinamakan ismus. Dinding MAE sepertiga bagian lateral dibentuk oleh tulang rawan yang merupakan kelanjutan dari tulang rawan aurikula dan disebut pars kartilagenus. Bagian ini bersifat elastis dan dilapisi kulit yang melekat erat pada perikondrium. Kulit pada bagian ini mengandung

2 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 3: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

jaringan subkutan, folikel rambut, kelenjar lemak (glandula sebacea) dan kelenjar serumen (glandula ceruminosa).1,2

Dinding MAE dua pertiga bagian medial dibentuk oleh tulang dan disebut pars osseus. Kulit yang meliputi bagian ini sangat tipis dan melekat erat pada periosteum. Pada bagian ini tidak didapatkan folikel rambut atau pun kelenjar. Dengan demikian dapat dimengerti jika serumen dan furunkel hanya dapat ditemukan di sepertiga bagian lateral MAE.

Gambar 2. Anatomi Telinga Luar (Auris Externa)

B. Telinga Tengah (Auris Media)

Merupakan ruangan yang berisi udara dan terletak di dalam tulang temporal. Auris media terdiri dari kavum timpani, tuba Eustachius, mastoid (yang terdiri dari antrum dan selula mastoid). Selama ruangan yang membentuk auris media dilapisi oleh mukosa dengan epitel selapis kubis yang sama dengan mukosa kavum nasi dan nasofaring. Selain itu, mukosa auris media merupakan kelanjutan mukosa nasofaring dan mukosa tuba Eustachius. Secara klinis hal ini mempermudah keradangan pada nasofaring meluas ke kavum timpani dan menimbulkan keradangan pada kavum timpani.1

Kavum Timpani. Kavum timpani merupakan bagian terpenting dari auris media mengingat banyaknya struktur yang ada di dalamnya yaitu tulang, otot, ligamen, saraf, dan pembuluh darah. Kavum timpani dapat dibayangkan sebagai kotak dengan dinding enam, dan dindingnya berbatasan dengan organ-organ penting. Jarak anterior sampai posterior adalah 15 mm, jarak superior sampai inferior adalah 15 mm dan jarak lateral sampai medial adalah 6 mm, tempat ada bagian tersempit yang hanya berjarak 2 mm.Kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian yaitu epitimpanum, mesotimpanum, dan hipotimpanum. Pada kavum timpani terdapat3 :

a) Osikula yang terdiri atas: Maleus, dengan bagian-bagiannya yaitu kaput, kolum, prosesus brevis,

prosesus longus, dan manubrium malei. Kaput malei mengisi epitimpanum, sedangkan bagian yang lain mengisi mesotimpanum.

3 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 4: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

Inkus, terdiri atas kaput, prosesus brevis, dan prosesus longus. Sebagian besar bagian inkus mengisi epitimpanum dan hanya sebagian dari prosesus longus yang mengisi mesotimpanum.

Stapes, terdiri atas kaput, kolum, krus anterior, krus posterior, dan basis.

Ketiga tulang pendengaran ini satu dengan yang lain dihubungkan dengan suatu persendian, sehingga merupakan suatu rangakaian yang disebut rantai osikula. Basis stapes menutup foramen ovale dengan perantaraan jaringan ikat yang disebut ligament anulare. Rantai osikula dan gerakan basis stapes sangat penting artinya bagi sistem konduksi pada fungsi pendengaran.

b) Muskuli, terdiri atas M. tensor timpani yang mempunyai fungsi meregangkan membrane timpani dan M. Stapedius yang mempunyai fungsi mengatur gerakan stapes.

c) Ligamen, mempunyai fungsi memepertahankan posisi osikula di dalam kavum timpani.

d) Saraf yang berada dalam kavum timpani adalah N. Korda timpani. Saraf ini merupakan cabang dari pars vertikalis N. VII (N. Fasialis).

Membran Timpani

Membran timpani memisahkan kavum timpani dengan meatus akustikus eksterna. Bentuknya seperti kerucut dengan basis oval dan puncak kerucut cekung ke arah medial. Tepi membran timpani disebut margo timpani. Membran timpani terpasang miring dengan melekat pada suatu lekukan tulang yang disebut sulkus timpanikus dengan perantaraan jaringan ikat (annulus timpanicus).4

Tuba Eustachius

Tuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring, berbentuk terompet, panjang 37 mm. Tuba Eustachius dari kavum timpani menuju nasofaring terletak dengan posisi infero-antero-medial sehingga ada perbedaan ketinggian antara muara pada kavum timpani dengan muara pada nasofaring sekitar 15 mm.

Pada bayi, tuba Eustachius terletak lebih horizontal, lebih pendek dan lumen lebih lebar sehingga mudah terjadi keradangan telinga tengah. Muara pada kavum timpani selalu terbuka, sedangkan muara pada nasofaring selalu tertutup dan baru terbuka bila ada kontraksi M. Levator dan M. Tensor veli palatine yaitu pada waktu menguap atau menelan. Fungsi tuba Eustachius antara lain adalah untuk menjaga agar tekanan di dalam kavum timpani sama dengan tekanan udara luar (1 atm) dan untuk menjamin ventilasi udara di dalam kavum timpani.

Mastoid

Dalam kaitannya dengan penyakit telinga tengah, terdapat 2 hal penting yang perlu dipelajari tentang mastoid, yaitu topografi dan pneumatisasi mastoid. Topografi Mastoid. Dinding anterior mastoid merupakan dinding posterior kavum timpani dan meatus akustikus eksterna. Antrum mastoid dan kavum timpani dihubungkan lewat aditus ad antrum.

Dinding atas antrum mastoid disebut tegmen antri, merupakan dinding tipis seperti juga pada segmen timpani dan merupakan batas antara mastoid dengan fosa kranii media. Dinding posterior dan medial merupakan dinding tulang tipis membatasi mastoid dengan sinus sigmoid.

4 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 5: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

Gambar 3. Anatomi Telinga Tengah (Auris Media)

C. Telinga Dalam (Auris Interna)

Auris interna disebut juga labirin. Di dalamnya terdapat dua alat yang saling berdekatan yaitu organ status (alat imbang) dan organ auditus (alat dengar). Keduanya berbentuk tabung yang masing-masing berisi endolimf dan perilimf. Cairan endolimf keluar melalui duktus endolimfatikus sedangkan cairan perilimf berhubungan dengan likuor serebrospinalis melalui duktus perilimfatikus.

Organ Status. Terdiri atas 3 kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis horizontal, kanalis semisirkularis vertical posterior (inferior) dan kanalis semisirkularis vertical anterior (superior). Alat keseimbangan inilah yang membuat seseorang menjadi sadar akan posisi tubuhnya dalam suatu ruangan. Jika alat ini terganggu akan timbul keluhan pusing atau vertigo.

Organ Auditus. Alat pendengaran terdiri dari koklea yang berbentuk rumah siput dengan dua setengah lingkaran yang akan mengubah getaran suara dari sistem konduksi menjadi sistem saraf. Jika alat ini terganggu akan timbul keluhan kurang pendengaran atau tuli.3

5 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 6: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

Gambar 4. Anatomi Telinga Dalam (Auris Interna)

Struktur Telinga (Mikroskopik) :3,4

Telinga Luar

a. Aurikula

Aurikula atau pinna terdiri atas lempeng tulang rawan elastic dengan bentuk tidak teratur, setebal 0,5-1mm, di bungkus oleh perikondrium yang mengandung banyak serat elastic. Kulit yang menutupi tulang rawan mempunyai lapis subkutan jelas hanya di bagian posterior aurikula. Ia di lengkapi beberapa rambut pendek dan kelenjar sebasea terkait. Pada orang tua, rambut-rambut besar dan kaku tumbuh di tepian aurikula dan pada lobus telinga. Kelenjar keringat jarang ada.

b. Meatus Akustikus Eksternus

Meatus Akustikus Eksternus adalah saluran yang terbentang antara aurikula sampai ke membran timpani (gendang pendengar) dengan panjang sekitar 2,5 cm. sepertiga bagian luarnya merupakan lanjutan dari tulang rawan aurikula dan dua pertiganya adalah saluran dalam tulang temporal. Kulit yang melapisi meatur itu tipis dan melekat erat pada perikondrium dan periosteum di bawahnya. Terdapat banyak rambut kasar terjulur ke dalam dan mereka makin nyata pada orang tua. Kulit pada segmen ini juga mengandung kelenjar seruminosa yang merupakan bentuk khusus kelenjar keringat apokrin yang tubular bergelung, yang mensekresi serumen, yaitu secret sejenis lilin coklat. Serumen itu di duga membuat kulit yang melapisi meautr setempat kedap air dan bersama rambut-rambut kasar tadi, di duga mencegah masuknya serangga.

Telinga Tengah

Telinga tengah mencakup kavum timpani dan isinya, tulang-tulang pendengar, tuba eustachii dan membran timpani atau gendang pendengar yang menutupi cavum timpani di luarnya. Kavum timpani adalah ruangan berisikan udara berbentuk tak teratur dengan diameter sekitar 3-15mm, di dalam tulang temporal. Dinding lateralnya sebagian besar di

6 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 7: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

bentuk oleh membran timpani dan dinding medialnya oleh dinding tulang dari telinga dalam. Keposterior ia menyatu dengan rerongga berisikan udara dari proses mastoid tulang temporal, dank e anterior ia berlanjut ke dalam tuba eustachii, yang menghubungkan kavum timpani dan nasofaring.

Kavum ini di lapisi oleh epitel gepeng, namun dekat muara tuba auditorius dan dekat tepian membran timpani, ia kuboid dan mungkin bersilia. Tidak terdapat kelenjar di sini.4

Tulang Pendengaran

Kavum timpani mengandung 3 tulang pendengar bersendi kecil, yaitu malleus, inkus, dan stapes, terbujur melintangi kavum dari perlekatan malleus pada membran timpani ke dinding medial, tempat stapes duduk di atas fenestra vestibulum, atau foramen ovale. Lubang pada labirin tulang dari telinga dalam. Ketiga tulang tersebut di hubungkan oleh sendi diartrosis khas dan di sokong dalam kavum oleh ligament halus.

Fungsi tulang pendengar adalah meneruskan energi dari gelombang tekanan suara yang relative lemah dari udara dalam meatus akustius eksternus menjadi getaran kuat dari cairan di telinga dalam.

Membran Timpani

Membran timpani bersifat semi-transparan, lonjong , berbentuk kerucut sangat rendah dengan apeks mengarah ke medial. Bentuk kerucutnya di pertahankan oleh insersio, pada permukaan medialnya, manubrium dari malleus, yang cenderung menarik bagian pusat membran ke medial. Membran ini di bentuk oleh dua lapir serat kolagen dan fibroblast. Di lapis luar, serat kolagen terorientasi radial, sedangkan pada lapis dalam tersusun melingkar. Juga terdapat jalinan tipis serat-serat elastic. Permukaan luar membran timpani di lapisi selapis kulit sangat tipis (50-60um) tanpa rambut atau kelenjar sedangkan permukaan dalamnya di lapisi oleh mukosa dari rongga timpani, setebal 20-4-um dan terdiri atas epitel gepeng.2,3

Utrikulus dan Sakulus

Utrikulus dan sakulus terdiri atas lapis fibrosa luar, sebuah lapis tengah jaringan ikat vascular halus dan lapir dalam epitel yang bervariasi dari gepeng sampai kuboid rendah. Sel gelap dan terang dapat di bedakan di daerah tidak khusus dari epitel. Sel terang memiliki sedikit mikrovili mikropinositosis. Sitoplasma mengandung sedikit ribosom dan relative sedikit mitokondria. Sel gelap memiliki inti yang tidak teratur dan berdekatan di permukaan epitel.

Utrikulus berhubungan dengan sakulus melalui duktus utrikulosakularis sempit. Pada dinding anterior sakulus globular terdapat penebalan lonjong pada dinding yang di sebut macula sakuli yang sebenarnya identik susunannya dengan macula utrikuli.

Duktus kecil-kecil dari utrikulus dan sakuluks bergabung membentuk duktus endolimfatikus yang berjalan ke bawah dalam akueduktus vestibular dalam bagian petrosus tulang temporal untuk berakhir dalam pelebaran kecil, yang terletak di antara lapis-lapis meninges. Duktus ini di lapisi oleh epitel kuboid sampai gepeng seperti yang melapisi labirin membranosa.3

7 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 8: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

Telinga Dalam

Koklea ( Rumah Siput)

Koklea adalah bagian labirin dari vestibulum. Ia adalah kanal tulang berpilin sepanjang kira-kira 35 mm yang membentuk dua dan tiga perempat putaran mengelilingi tiang konis dari tulang spons. Pada dasarnya terdapat lubang ke kavum timpani.4

Saraf Pada Telinga

Telinga di persarafi oleh saraf cranial ke VIII, yaitu N.Vestibulocochlearis. Nervus Vestibulocochlearis [VIII] mempunyai 2 daerah persarafan, yaitu:

a. Sensorik: N. Cochlearis : Organ Pendengaran (corti)b. Sensorik: N. Vestibularis: Organ Keseimbangan.5

Mekanisme Pendengaran

Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi cairan. Dengan demikian, gelombang suara hantaran udara harus disalurkan ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam, dan dalam prosesnya melakukan kompensasi terhadap berkurangnya energi suara yang terjadi secara alamiah sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi ini dilakukan oleh telinga luar dan telinga tengah.1,2

Pinna (bagian dari daun telinga), suatu lempeng tulang rawan terbungkus kulit, mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga luar. Karena bentuknya, daun telinga secara parsial menahan gelombang suara yang mendekati telinga dari arah belakang dan, dengan demikian, membantu seseorang membedakan apakah suara datang dari arah depan atau belakang. Pintu masuk ke kanalis telinga dijaga oleh rambut-rambut halus. Kulit yang melapisi saluran telinga mengandung kelenjar-kelenjar keringat termodifikasi yang menghasilkan serumen (kotoran telinga), suatu sekresi lengket yang menangkap partikel-partikel asing yang halus. Rambut halus dan serumen tersebut membantu mencegah partikel-partikel dari udara masuk ke bagian dalam saluran telinga, tempat mereka dapat menumpuk atau mencederai membrana timpani dan mengganggu pendengaran.

Membrana timpani, yang teregang akan bergetar sewaktu terkena gelombang suara. Daerah-daerah gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang-seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara.

Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membrana timpani ke cairan di telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang terdiri dari tiga tulang yang dapat bergerak atau osikula (maleus, inkus, dan stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Tulang pertama, maleus, melekat ke membrana timpani, dan tulang terakhir, stapes, melekat ke jendela oval, pintu masuk ke koklea yang berisi cairan. Ketika membrana timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela oval. Tekanan tambahan ini cukup untuk menyebabkan pergerakan cairan koklea.

Beberapa otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks sebagai respons terhadap suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan membrana timpani menegang dan pergerakan tulang-tulang di telinga tengah dibatasi. Pengurangan pergerakan struktur-struktur telinga

8 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 9: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

tengah ini menghilangkan transmisi gelombang suara keras ke telinga dalam untuk melindungi perangkat sensorik yang sangat peka dari kerusakan. Namun, respons refleks ini relatif lambat, timbul paling sedikit 40 mdet setelah pajanan suatu suara keras. Dengan demikian, refleks ini hanya memberikan perlindungan terhadap suara keras yang berkepanjangan, bukan terhadap suara keras yang timbul mendadak, misalnya suara ledakan.

Organ corti, yang terletak di atas membrana basilaris, di seluruh panjangnya mengandung sel-sel rambut yang merupakan reseptor untuk suara. Sel-sel rambut menghasilkan sinyal saraf jika rambut di permukaannya secara mekanis mengalami perubahan bentuk berkaitan dengan gerakan cairan di telinga dalam.3

Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil “jalan pintas”. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis, dan kemudian melalui membrana basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol keluar masuk bergantian, perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang tekanan melalui membrane basilaris menyebabkan membran ini bergerak ke atas dan ke bawah , atau bergetar, secara sinkron dengan gelombang tekanan. Karena organ corti menumpang pada membrana basilaris, sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu membrana basilaris bergetar. Karena rambut-rambut dari sel reseptor terbenam di dalam membrana tektorial yang kaku dan stasioner, rambut-rambut tersebut akan membengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap membrana tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju-mundur ini menyebabkan saluran-saluran ion gerbang-mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial reseptor-dengan frekuensi yang sama dengan ransangan suara semula.

Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membrana basilaris bergeser ke atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat perantara mereka, yang menaikkan kecepatan potensial aksi di serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris bergeser ke bawah).

Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan-gerakan berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan pergerakan maju-mundur rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian) saluran di sel reseptor, yang menimbulkan perubahan potensial berjenjang di reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara.3,4

9 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 10: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

Hilang pendengaran

Ada dua macam hilang pendengaran yaitu hilang pendengaran karena konduksi (tuli konduksi), hilang pendengaran karena syaraf.

a. Tuli Konduksi : Dimana vibrasi suara tidak dapat mencapai telinga bagian tengah. Tuli semacam ini sifatnya hanya sementara oleh karena adanya malam/wax/serumen atau adanya cairan di dalam telinga tengah. Apabila tuli konduksi tidak pulih kembali dapat menggunakan Hearing aid (alat pembantu pendengaran)

Bisa terjadi hanya sebagian kecil frekuensi saja atau frekuensi yang tidak dapat di dengar. Tuli ini belum bisa di obati.4

b. Tuli Persepsi/ Tuli Saraf:Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan kelainan atau penyakit ditelinga luar atau tengah. Pada tuli saraf (Perspetif, sensorineural).

Faktor Yang Mempengaruhi Pendengaran :

Penggunaan Obat-ObatanPenggunaan obat-obatan lebih dari 14 hari baik diminum maupun melalui

suntikan menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran. Obat-obatan yang mempengaruhi organ pendengaran pada umumnya adalah jenis antibiotik aminoglikosid yang mempunyai efek ototoksik. Gangguan akustik ini tidak selalu terjadi pada kedua telinga sekaligus.Pada mulanya kepekaan terhadap gelombang frekuensi tinggi akan berkurang dan tidak disadari. Gejala dini berupa tinitus bernada tinggi dapat bertahan sampai dua minggu setelah pemberian aminoglikosid dihentikan.

Umur Pada usia lanjut, sedang sakit atau anak berumur antara 4 sampai 6 tahun,

dipandang lebih sensitif terhadap gangguan kebisingan dibanding kelompok usia lain. Orang yang berumur lebih dari 40 tahun akan lebih mudah tuli akibat bising. Pada orang lanjut usia, gangguan pendengaran biasanya disebabkan oleh fungsi organ pendengaran yang menurun atau disebut presbiakusis (sekitar 1,8 – 5%).

Penyakito Otitis Media

yaitu suatu peradangan telinga tengah yang terjadi akibat infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae, Haemopilus influenzae atau Staphylococcus aureus. Otitis media juga dapat timbul akibat infeksi virus (otitis media infeksiosa).

o Tinnitusadalah suara berdenging di satu atau kedua telinga. Tinnitus dapat timbul pada penimbunan kotoran telinga atau presbiakusis, kelebihan aspirin daninfeksi telinga.

o HipertensiPara penderita penyakit darah tinggi, dimana sel-sel pembuluh darah sekitar telinga ikut tegang dan mengeras, juga harus selalu memperhatikan

10 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 11: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

kesehatan telinganya. Sebab, berkurangnya oksigen yang masuk lebih memudahkan sel-sel pendengaran mati.

o InfluenzaPenyakit influenza dapat menyebabkan gangguan pada telinga karena lubang yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan hidung (tubaeustakius) mengalami peradangan atau bahkan mampet.

Tes Pendengaran

Tes Suara Berbisik/Noise Box

Telinga normal dapat mendengar suara berbisik dengan tone/nada rendah. Misalnya suara konsonan, dan palatal : b, p, t, m , n pada jarak 5-10 meter. Suara berbisik dengan nada tinggi misalnya suara desis s, z, ch, sh, shel pada jarak 20 meter.5

Tes Garputala

Uji Rinne : membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang.Cara pemeriksaan: penala di getarkan, kemudian dasar penalan diletakkan pada prosesus mastoid telinga yang sedang di periksa. Jika orang yang di periksa tidak mendengar bunyi lagi, penala di pindahkan ke depan liang telinga, kira-kira 2,5 cm jaraknya dari liang telinga.

Penilaian: Bila intensitas hantaran udara lebih buruk dari intensitas hantaran tulang (AC<BC), maka di sebut Rinne negative, artinya pada telinga yang di periksa terdapat tuli konduktif.

Normal AC : BC = 2:1

AC= Air Conduction

BC = Bone Conduction

Uji Weber: Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.Cara pemeriksaan: Penala di getarkan, kemudian dasar penala diletakkan pada garis tengah kepala (ubun ubun, dagu atau pertengahan gigi seri). Paling sensitive bila diletakkan di pertengahan gigi seri.

Penilaian: bila tidak ada lateralisasi, berarti kedua telinga normal atau kedua telinga tulinya I dentik. Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang sakit, berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif, sedangkan bila lateralisasi ke telinga yang sehat, berarti telinga yang sakit menderita tuli saraf.

Uji Schwabach: membandingan hantaran tulang orang yang di periksa dengan pemeriksa yang pendegarannya normal.5

Cara pemeriksaan: Penala di getarkan kemudian dasarnya di letakkan pada prosesus mastoid yang di periksa. Bila sudah tidak terdengar lagi, penala di pindahkan pada prosesus mastoid pemeriksa. Bila masih terdengar, maka kesannya Schwabach memendek. Apabila pemeriksa juga tidak dapat mendengar pada waktu penala di pindahkan, maka pemeriksaan diulangi lagi. Penala di getarkan kembali dan diletakkan pada prosesus mastoid pemeriksa lebih dulu, bila sudah tidak terdengar lagi di pindahkan pada yang di periksa, bila penderita masih dapat mendengar disebut Schwabach memanjang.

11 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 12: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

Penilaian: Telinga normal, bila hantaran melalui tulang pasien sama dengan pemeriksa. Bila Schwabach memanjang, berarti pada telinga pasien yang di periksa terdapat tuli konduktif. Pada Schwabach memendek, yang berarti pada telinga pasien yang di periksa terdapat tuli saraf.5

Audiometer

Merupakan alat elektronik pembangkit bunyi yang di pergunakan untuk mengukur derajat ketulian. Alat elekrtonik ini dapat membangkitkan bunyi pada berbagai frekuensi dan dihubungkan dengan earphone. Pemeriksa menekan knop frekuensi tertentu sedangkan penderita mengacungkan tangan tanda mendengar. Pada saat ini pemeriksa memberi tanda pada sebuah kartu yang telah ada frekuensi tertentu seperti di bawah ini.6

Gambar 5. Kartu Frekuensi Tes Audiometer

Kesimpulan

Telinga merupakan salah satu panca indera yang dimiliki oleh manusia, yang mempunyai fungsi ganda yaitu pendengaran dan keseimbangan. Telinga juga terbagi atas tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Masing masing bagian telinga mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan saling berkesinambungan. Adapun kemungkinan terjadi gangguan pendengaran seperti penuruan pendengaran, ataupun tuli dan sebagainya, mungkin dapat terjadi karena adanya kesalahan pada kerja mekanisme dari ketiga bagian telinga tersebut ataupun saraf pada telinga.

Adapun cara untuk mengetahui sejauh mana pendengaran seseorang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, mulai dari tes berbisik, tes penala, serta audiometer.

Berdasarkan skenario, gangguan pendengaran pada laki-laki usia 60 tahun tersebut kemungkinan lebih disebabkan oleh karena faktor usianya.

12 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g

Page 13: Mekanisme Pendengaran Pada Telinga_Blok6 David

Daftar Pustaka

1. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jilid ke-1. Edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.380-90.

2. Herawati S, Rukmini S. Anatomi telinga hidung tenggorok. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit THT.Edisi ke-1. Jakarta: EGC; 2003.h.1-8.

3. Bloom, Fawcett. Buku Ajar Histologi. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2002.h.824-6.

4. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Tabel Otot, Sendi dan Saraf. Edisi ke-22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.71.

5. Sherwood L. Sistem saraf perifer: divisi aferen; indera. Dalam: Santoso BI, penyunting. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2001.h. 176-87.

6. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001.

13 | P r o b l e m B a s e d L e a r n i n g