mekanisme gagal napas trauma

5
MEKANISME GAGAL NAPAS Gagal napas akut didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengancam kehidupan akibat tidak adekuatnya pengambilan O 2 dan pengeluaran CO 2 . Secara lebih terinci didefinisikan sebaga penurunan mendadak PaO 2 dibawah 50 mmHg atau PCO 2 diatas 50 mmHg. Peningkatan CO 2 yang terjadi disertai dengan asidemia. Penderita penyakit paru kronik dengan keadaan gas arterial yang mendekati keadaan diatas tidak dimasukkan dalam kategori ini karena tidak disertai asidemia akibat sudah adanya kompensasi ginjal. Sesuai dengan patofisiologinya, gagal napas akut dibedakan menjadi dua, yaitu hiperkapnik atau kegagalan ventilasi atau hipoksemik/non-hiperkapnik atau kegagalan oksigenasi. KEGAGALAN VENTILASI Kegagalan ventilasi dapat disebabkan hipoventilasi karena kelainan ekstrapulmoner dan ketidaksepadanan rasio ventilasi/perfusi (V/Q) yang berat pada intrapulmoner atau bisa terjadi keduanya secara bersamaan. Hiperkapnik yang terjadi ekstrapulmoner disebabkan karna terjadinya penurunan aliran udara antara atmosfir dan paru tanpa kelainan pertukaran gas oleh paru. Dengan demikian terjai peningkatan PCO 2 ,

Upload: nurulrezqia

Post on 14-Apr-2016

226 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

gagal napas

TRANSCRIPT

Page 1: Mekanisme Gagal Napas Trauma

MEKANISME GAGAL NAPAS

Gagal napas akut didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengancam

kehidupan akibat tidak adekuatnya pengambilan O2 dan pengeluaran CO2. Secara

lebih terinci didefinisikan sebaga penurunan mendadak PaO2 dibawah 50 mmHg

atau PCO2 diatas 50 mmHg. Peningkatan CO2 yang terjadi disertai dengan

asidemia. Penderita penyakit paru kronik dengan keadaan gas arterial yang

mendekati keadaan diatas tidak dimasukkan dalam kategori ini karena tidak

disertai asidemia akibat sudah adanya kompensasi ginjal.

Sesuai dengan patofisiologinya, gagal napas akut dibedakan menjadi dua, yaitu

hiperkapnik atau kegagalan ventilasi atau hipoksemik/non-hiperkapnik atau

kegagalan oksigenasi.

KEGAGALAN VENTILASI

Kegagalan ventilasi dapat disebabkan hipoventilasi karena kelainan

ekstrapulmoner dan ketidaksepadanan rasio ventilasi/perfusi (V/Q) yang berat

pada intrapulmoner atau bisa terjadi keduanya secara bersamaan. Hiperkapnik

yang terjadi ekstrapulmoner disebabkan karna terjadinya penurunan aliran udara

antara atmosfir dan paru tanpa kelainan pertukaran gas oleh paru. Dengan

demikian terjai peningkatan PCO2, penurunan PO2, dan (A-a)DO2 normal.

Kegagalan ventilasi pada penderita penyakit paru terjadi sebagai berikut :

sebagian alveoli megalami penurunan ventilasi relatif terhadap perfusi, sedangkan

sebagian lagi terjadi peningkatan ventilasi relatif terhadap perfusi. Mula-mula

daerah dengan ventilasi rendah dapat dikompensasi dengan daerah terventilasi

tinggi sehingga tidak terjadi peningkatan PaCO2. Tapi kalau ketidaksepadanan

ventilasi perfusi ini sudah berat maka mekanisme ompensasi tadi gagal sehingga

terjadi kegagalan ventilasi yang ditandai oleh peningkatan PaCO2, penurunan PO2,

dengan peningkatan (A-a)DO2 yang bermakna.

Kombinasi dari kedua keadaan ini dapat terjadi misalnya pada penderita asma atau

PPOM yang telah mengalami kelelahan otot pernapasan, disamping karena terjadi

ketidaksepadanan ventilasi-perfusi karena kelainan intrapulmoner juga akan

Page 2: Mekanisme Gagal Napas Trauma

terjadi penurunan jumlah aliran udara antara atmosfir dan paru karena kelelahan

otot pernapasan.

KEGAGALAN OKSIGENASI

Pada gagal napas tipe hipoksemik/non hiperkapnik, PaCO2 adalah normal atau

menurun, PaO2 menurun dan disertai dengan peningkatan nilai (A-a)DO2. Gagal

napas tipe ini terjadi pada kelainan pulmoner dan tidak disebabkan oleh kelainan

ekstrapulmoner. Mekanisme terjadinya hipoksemia, terutama akibat

ketidaksepadanan ventilasi-perfusi dan pintasan darah kanan-kiri, sedangkan

gangguan difusi dapat merupakan faktor penyerta bukan sebagai faktor dominan.

Penderita dengan gagal napas tipe hipoksik dibagi dalam 3 kelompok yaitu: (1)

gangguan pulmoner non spesifik akut, ARDS, (2) penyakit paru spesifik akut, (3)

penyakit paru progresif kronik.

1. GANGGUAN PULMONER NON SPESIFIK AKUT (ARDS)

Patofisiologi ARDS yaitu kelainan membran alveolar kapiler, kerusakan

pada membran ini akan mengakibatkan terjadinya gangguan pengambilan

oksigen dengan akibat terjadinya hipoksemia. Kelainan terutama berupa

peningkatan permeabilitas membran tersebut sehingga terjadi kebocoran

cairan yang mula-mula mengisi cairan interstitial antara endotelium

kapiler dan epitelium alveolar, sehingga paru menjadi kaku dan

compliance paru menurun, penurunan ini akan mengakibatkan terjadinya

penurunan ventilasi dan perbandingan ventilasi-perfusi menurun sehingga

terjadilah hipoksema arterial, akhirnya kebocoran masuk dan mengisi

ruang alveoli, ventilasi sama sekali tidak terjadi, perbandingan ventilasi

perfusi menjadi nol, maka terjadilah shunt, lebih banyak lagi ruang aveoli

yang terisi lebih berat pintasan intrapulmoner yag terjadi, dan tekanan

oksigen arterial menjadi semakin menurun, terjadi penutupan ruang napas

terminalis dengan akibat terjadi atelektasis, penurunan volume paru

terutama kapasitas residu fungsional dan ini akan memperberat penurunan

tekanan oksigen arterial.

Page 3: Mekanisme Gagal Napas Trauma

2. PENYAKIT PARU SPESIFIK AKUT

Ganggua fisiologis utama pada penyakit ini adalah pengisian alveoli

dengan akibat perbandingan V/Q menjadi nol. Termasuk dalam penyakit

ini adalah pneumonia, edema paru, dan atelektasis.

3. PENYAKIT PARU PROGRESIF KRONIK

Ada dua kelainan dalam kategori ini yaitu fibrosis interstitial dan

karsinoma limfangitik. Gangguan fisiologik terutama dari kelompok ini

adalah maldistribusi ventilasi regional yang menyebabkan perbandigan

ventilasi-perfusi menjadi rendah. Rendahnya ventilasi regional disebabkan

karea terjadinya peningkatan kekakuan paru akibat fibrosis jaringan

interstitial atau edema pembuluh getah bening. Penurunan ventilasi

regional menyebabkan peningkatan PaCO2 regional dan mengakibatkan

hipoksemia. Karena kemampuan difusi CO2 lebih baik maka pada keadaan

ini akan terjadi hipoksemia dan hipokapni. Pada keadaan penyakit yang

sudah lanjut/menyeluruh baru akan timbul hiperkapni.

Referensi :

Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) & dr. I Ketut Suastika, Sp.PD (KE).

Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. p(31-32; 34-36).