mekanisme gagal napas trauma
DESCRIPTION
gagal napasTRANSCRIPT
MEKANISME GAGAL NAPAS
Gagal napas akut didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengancam
kehidupan akibat tidak adekuatnya pengambilan O2 dan pengeluaran CO2. Secara
lebih terinci didefinisikan sebaga penurunan mendadak PaO2 dibawah 50 mmHg
atau PCO2 diatas 50 mmHg. Peningkatan CO2 yang terjadi disertai dengan
asidemia. Penderita penyakit paru kronik dengan keadaan gas arterial yang
mendekati keadaan diatas tidak dimasukkan dalam kategori ini karena tidak
disertai asidemia akibat sudah adanya kompensasi ginjal.
Sesuai dengan patofisiologinya, gagal napas akut dibedakan menjadi dua, yaitu
hiperkapnik atau kegagalan ventilasi atau hipoksemik/non-hiperkapnik atau
kegagalan oksigenasi.
KEGAGALAN VENTILASI
Kegagalan ventilasi dapat disebabkan hipoventilasi karena kelainan
ekstrapulmoner dan ketidaksepadanan rasio ventilasi/perfusi (V/Q) yang berat
pada intrapulmoner atau bisa terjadi keduanya secara bersamaan. Hiperkapnik
yang terjadi ekstrapulmoner disebabkan karna terjadinya penurunan aliran udara
antara atmosfir dan paru tanpa kelainan pertukaran gas oleh paru. Dengan
demikian terjai peningkatan PCO2, penurunan PO2, dan (A-a)DO2 normal.
Kegagalan ventilasi pada penderita penyakit paru terjadi sebagai berikut :
sebagian alveoli megalami penurunan ventilasi relatif terhadap perfusi, sedangkan
sebagian lagi terjadi peningkatan ventilasi relatif terhadap perfusi. Mula-mula
daerah dengan ventilasi rendah dapat dikompensasi dengan daerah terventilasi
tinggi sehingga tidak terjadi peningkatan PaCO2. Tapi kalau ketidaksepadanan
ventilasi perfusi ini sudah berat maka mekanisme ompensasi tadi gagal sehingga
terjadi kegagalan ventilasi yang ditandai oleh peningkatan PaCO2, penurunan PO2,
dengan peningkatan (A-a)DO2 yang bermakna.
Kombinasi dari kedua keadaan ini dapat terjadi misalnya pada penderita asma atau
PPOM yang telah mengalami kelelahan otot pernapasan, disamping karena terjadi
ketidaksepadanan ventilasi-perfusi karena kelainan intrapulmoner juga akan
terjadi penurunan jumlah aliran udara antara atmosfir dan paru karena kelelahan
otot pernapasan.
KEGAGALAN OKSIGENASI
Pada gagal napas tipe hipoksemik/non hiperkapnik, PaCO2 adalah normal atau
menurun, PaO2 menurun dan disertai dengan peningkatan nilai (A-a)DO2. Gagal
napas tipe ini terjadi pada kelainan pulmoner dan tidak disebabkan oleh kelainan
ekstrapulmoner. Mekanisme terjadinya hipoksemia, terutama akibat
ketidaksepadanan ventilasi-perfusi dan pintasan darah kanan-kiri, sedangkan
gangguan difusi dapat merupakan faktor penyerta bukan sebagai faktor dominan.
Penderita dengan gagal napas tipe hipoksik dibagi dalam 3 kelompok yaitu: (1)
gangguan pulmoner non spesifik akut, ARDS, (2) penyakit paru spesifik akut, (3)
penyakit paru progresif kronik.
1. GANGGUAN PULMONER NON SPESIFIK AKUT (ARDS)
Patofisiologi ARDS yaitu kelainan membran alveolar kapiler, kerusakan
pada membran ini akan mengakibatkan terjadinya gangguan pengambilan
oksigen dengan akibat terjadinya hipoksemia. Kelainan terutama berupa
peningkatan permeabilitas membran tersebut sehingga terjadi kebocoran
cairan yang mula-mula mengisi cairan interstitial antara endotelium
kapiler dan epitelium alveolar, sehingga paru menjadi kaku dan
compliance paru menurun, penurunan ini akan mengakibatkan terjadinya
penurunan ventilasi dan perbandingan ventilasi-perfusi menurun sehingga
terjadilah hipoksema arterial, akhirnya kebocoran masuk dan mengisi
ruang alveoli, ventilasi sama sekali tidak terjadi, perbandingan ventilasi
perfusi menjadi nol, maka terjadilah shunt, lebih banyak lagi ruang aveoli
yang terisi lebih berat pintasan intrapulmoner yag terjadi, dan tekanan
oksigen arterial menjadi semakin menurun, terjadi penutupan ruang napas
terminalis dengan akibat terjadi atelektasis, penurunan volume paru
terutama kapasitas residu fungsional dan ini akan memperberat penurunan
tekanan oksigen arterial.
2. PENYAKIT PARU SPESIFIK AKUT
Ganggua fisiologis utama pada penyakit ini adalah pengisian alveoli
dengan akibat perbandingan V/Q menjadi nol. Termasuk dalam penyakit
ini adalah pneumonia, edema paru, dan atelektasis.
3. PENYAKIT PARU PROGRESIF KRONIK
Ada dua kelainan dalam kategori ini yaitu fibrosis interstitial dan
karsinoma limfangitik. Gangguan fisiologik terutama dari kelompok ini
adalah maldistribusi ventilasi regional yang menyebabkan perbandigan
ventilasi-perfusi menjadi rendah. Rendahnya ventilasi regional disebabkan
karea terjadinya peningkatan kekakuan paru akibat fibrosis jaringan
interstitial atau edema pembuluh getah bening. Penurunan ventilasi
regional menyebabkan peningkatan PaCO2 regional dan mengakibatkan
hipoksemia. Karena kemampuan difusi CO2 lebih baik maka pada keadaan
ini akan terjadi hipoksemia dan hipokapni. Pada keadaan penyakit yang
sudah lanjut/menyeluruh baru akan timbul hiperkapni.
Referensi :
Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) & dr. I Ketut Suastika, Sp.PD (KE).
Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC. p(31-32; 34-36).