mekanisme diabetes mellitus tipe ii dalam kerusakan jaringan periodontal dan mobilitas gigi
DESCRIPTION
diabetes tipe IITRANSCRIPT
Mekanisme Diabetes Mellitus Tipe II dalam Kerusakan Jaringan Periodontal dan Mobilitas Gigi
Diabetes mellitus merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifaktorial
dengan adanya hiperglikemia kronis dan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak. Secara umum diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi 2. Yaitu : DM tipe I , insulin
dependent diabetes mellitus ( IDDM). DM tipe I terjadi akibat adanya kerusakan
sel pankreas. Biasanya sebab utama akibat kerusakan sel pankreas karena adanya
infeksi virus atau kelainan autoimun, dan factor herediter. Gejala utama pada penderita DM
tipe I adalah naiknya kadar glukosa darah, peningkatan penggunaan lemak sebagai sumber
energi dan untuk pembentukan kolesterol di hati, dan Berkurangnya protein dalam
jaringan. DM tipe II, non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). Pada DM tipe II
terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin, sehingga menimbulkan adanya
mekanisme kompensasi dari sel pankreas. Penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin akan menyebabkan terganggunya metabolisme karbohidrat sehungga meningkatkan
kadar glukosa dalam darah dan merangsang peningkatan sekresi insulin sebagai upaya
kompensasi. Etiologi dari pasien DM tipe II adalah faktor genetik, usia, obesitas dan
kurangnya aktivitas fisik (Guyton dan Hall, 2006).
Insidensi DM dapat terjadi pada semua kelompok umur. Insidensi DM tipe I
biasanya ditemukan pada usia 14 tahun. Oleh sebab itu, DM tipe I juga disebut
dengan juvenile diabetes mellitus. sedangkan insidensi DM tipe II biasanya temukan pada
pasien berusia 30 tahun ke atas, dan yang paling banyak ditemukan adalah pasien dengan
rentan usia 50 – 60 tahun. Jumlah penderita DM tipe II mencangkup sekitar 90% dari
jumlah seluruh penderita DM. (Guyton & hall, 2006).
Penderita DM kronis akan mengalami berbagai komplikasi sistemik seperti
nefropati, retinopati, mempercepat arterosklerosis, neuropati , memperlambat kesembuhan
luka pada jaringan, serta meningkatkan resiko terjadinya infeksi (Silverman et al, 2002).
Selain itu, Berbagai penyakit pada jaringan periodontal merupakan komplikasi yang sering
muncul pada penderita DM. Penyakit jaringan periodontal yang sering ditemukan
diantaranya periodontitis, penurunan kemampuan mengecap, infeksi rongga mulut, kesulitan
dalam penyembuhan luka pada rongga mulut, karies, hilangnya gigi, dan gangguan saraf
sensori disekitar rongga mulut. Keadaan tersebut akan semakin parah pada pasien dengan
kontrol kadar glukosa yang buruk. Identifikasi awal penyakit periodontal dapat membantu
mendiagnosa penyakit diabetes mellitus (Al-maskari et al, 2011).
maka dari itu pengetahuan mengenai manifestasi DM dalam rongga mulut dianggap
perlu untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan periodontal lebih parah dan untuk
dalam pertimbangan modifikasi perawatan dental. Dalam makalah ini menjelaskan
mengenai mekanisme kerusakan jaringan periodontal terutama peristiwa hilangnya gigi
akibat penyakit DM tipe II.
Pengertian, Fungsi, dan Mekanisme Kerja Insulin Secara Normal
Insulin adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel pankreas yang
berfungsi sebagai regulator utama dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
(Mealey et al, 2007). Jumlah asupan karbohidrat akan mempengaruhi jumlah produksi dan
sekresi insulin yang dihasilkan. insulin meregulasi proses transfer glukosa yang ada dalam
darah untuk mencapai target jaringan dan digunakan sebagai sumber energi. Selian itu,
insulin berperan dalam penyimpanan kelebihan karbohidrat dengan mengubahnya menjadi
glikogen dan disimpan terutama di hati dan otot. Semua kelebihan karbohidrat yang tidak
dapat disimpan sebagai glikogen akan diregulasi oleh insulin untuk diubah menjadi lemak
dan disimpan kedalam jaringan adiposa. Sementara fungsi insulin dalam metabolisme
protein adalah secara langsung meregulasi penggunaan asam amino oleh sel, mengubah
asam amino menjadi protein, serta mencegah pemecahan protein yang sudah terdapat
dalam sel-sel dijaringan (guyton and hall, 2006).
Sekeresi insulin dari sel pankreas dipicu oleh kenaikan kadar glukosa
dalam darah. Insulin yang disekresikan akan berikatan dengan reseptor membran pada sel
di jaringan yang akan dituju. Reseptor insulin adalah suatu protein heterotetramerik yang
mengandung dua α-subunit ekstraseluler dan dua β-subunit transmembran (Mealey et al,
2007). Sel pankreas memiliki sejumlah pengankut glukosa (GLUT-2) yang
memungkinkan terjadinya ambilan glukosa dengan kecepatan yang sebanding dengan
dengan nilai kisaran fisiologis konsentrasi glukosa dalam darah. Begitu berada dalam sel
glukosa akan terfosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat oleh enzim glukokinase. Proses
fosforilasi merupakan penentu terhadap kecepatan metabolisme glukosa. glukosa-6-fosfat
selanjutnya akan di oksidasi untuk membentuk ATP. Pada proses ini akan terjadi
peningkatan permeabilitas membran sel terhadap asam amino, ion kalium, dan ion fosfat
(guyton and hall , 2006).
Patofisiologis Insulin Pada DM tipe II
Gangguan produksi dan sekresi insulin akan merubah pengaturan glukosa dalam
darah. Jika produksi isulin menurun, pemasukan glukosa kedalam sel dijaringan akan
terhambat. Hal ini akan memicu terjadinya kondisi hiperglikemia. Efek yang sama akan
terjadi pada saat menurunnya sensitivitas jaringan terhadap ransangan insulin. Apabila
sekresi insulin mengalami peningkatan, kadar glukosa dalam darah akan menurun atau
hipoglikemia. Hal ini dapat meminimalkan jumlah glukosa yang dapat masuk kedalam sel
(Silverman et al 2002).
Karbohidrat yang masuk dibutuhkan oleh sel dalam bentuk glukosa. Glukosa yang
berlebih akan disimpan didalam hati dalam bentuk glikogen, yang dapat digunakan sebagai
cadangan energi. Ketika energi berkurang maka glikogen yang ada dalam hati akan dirubah
kedalam bentuk glukosa melalui reaksi glukogenolisis. Hati juga memproduksi glukosa yang
berasal dari lemak dan protein melalui proses glukoneogenesis. Kedua proses tersebut
menyebabkan penigkatan kadar glukosa dalam darah. Insulin adalah satu-satunya hormon
yang berfungsi dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah. Pada penderita DM tipe II,
terjadi gangguan dalam tiga hal, yaitu :
1. adanya resistensi jaringan terhadap ransangan hormone insulin, terutama terjadi pada sel
otot.
2. Terjadinya peningkatan produksi glukosa didalam hati
3. Gangguan dalam sekresi hormone insulin
(Silverman et al 2002).
Meningkatknya resistensi jaringan terhadap insulin secara umum akan diikuti dengan
gangguan sekresi insulin. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan glukosa untuk masuk
kedalam sel dan menyebabkan glukosa cenderung terakumulasi didalam darah dan akan
menyebabkan keadaan hiperglikemia. Adanya akumulasi glukosa dalam darah akan
meningkatkan sekresi insulin. Pada penderita DM tipe II biasanya akan mengalami kondisi
hiperinsulinemia (Silverman et al 2002).
Obesitas merupakan salah satu faktor yang sering menjadi penyebab DM tipe II.
Kehilangan berat badan secara cepat biasanya menyertai penderita DM tipe II. Selain
obesitas, DM tipe II biasanya disebabkan adanya kelainan yang bersifat genetik atau
kurangnya aktifitas fisik (guyton and hall , 2006).
Manifestasi DM tipe II terhadap Jaringan Periodontal
jaringan periodontal merupakan salah satu faktor resiko yang memungkinkan
memperparah kontrol metabolik pada penderita DM. Beberapa kerusakan jaringan
periodontal berhubungan dengan insidensi DM. kelainan yang sering terjadi diantaranya
periodontitis, gingivitis, perubahan komposisi saliva, penurunan kemampuan mengecap,
stomatitis, glossitis, fissured tounge, lichen planus, angular chelitis, gangguan dalam
penyembuhan luka, karies gigi, kehilangan gigi, dan absorpsi tulang alveolar (Al-maskari at
al, 2011).
Kondisi hiperglikemia pada pasien DM II diduga dapat memicu terjadinya gangguan
pada respon tubuh dan proses metabolisme kolagen (Bjelland et al, 2002). Diabetes mellitus
dapat menyebabkan periodontitis melalui respon inflamasi yang berlebihan terhadap
mikroflora yang berada pada jaringan periodontal. pembentukan AGEs terjadi selama
kelebihan kadar glukosa (Lamster et al, 2008). AGEs yang terbentuk akan berikatan dengan
reseptor pada monosit dan marofag. Interaksi AGE dengan reseptor tersebut pada sel
inflamasi menghasilkan peningkatan produksi sitokin pro-inflamasi seperti IL-1β dan TNF-α.
Interaksi ini menyebabkan peningkatan IL-1β dan TNF-α dalam cairan krevikular gingiva
pada penderita DM, dan memicu terjadinya peningkatan prevalensi dan keparahan penyakit
periodontal pada penderita DM. selain itu, Fungsi sel neutrofil, monosit, dan makrofag,
berubah pada penederita diabetes. Perlekatan, kemotaksis dan fagositosis dari neutrofil
terganggu. Sehingga bakteri yang invasiv dan menyebabkan periodontitis tidak dapat
dihambat. Hal ini akan memicu kerusakan jaringan periodontal lebih parah (Mealey,
2006). Kerusakan jaringan periodontal yang telah parah mengakibatkan resorpsi tulang
alveolar. Hal ini terjadi akibat adalanya infeksi mikroorganisme yang tidak terkendali (Al-
Emadi et al, 2006).
Hubungan DM Tipe II dengan Kegoyahan Gigi
Mekanisme DM dengan kegoyahan gigi terjadi karena kondisi hiperglikemia pada
penderita DM akan memicu ganguan pada metabolisme dan kualitas tulang. Selain itu,
kondisi hiperglikemia dapat mingkatkan fungsi osteoklas dan menurunkan fungsi osteoblast
sehingga dapat memicu absorpsi tulang secara cepat. hiperglikemia dapat menginduksi
produksi macrophage colony stimulating factor (MCSF), tumor necrosis factor (TNF)-α
dan receptor activator of nuclear factor-κB ligand (RANKL), yang dapat memicu gangguan
dalam proliferasi dan diferensiasi dari osteoblast dan osteoklas. Pada jurnal “Osteoporosis
in diabetes mellitus: Possible cellular and molecular mechanisms” diterangkan bahwa
kondisi hiperglikemia akan meningkatkan jumlah osteoklas, TNF- , MCSF, RANKL yang
semua komponen tersebut akan memicu peningkatan resorpsi tulang, sementara penurunan
Runx2,Osteoclastin, Osteonectin, penurunan proliferasi osteoblast, penurunan
neovaskularisasi, peningkatan diferensiasi adiposit, peningkatan deposit sumsun
tulang ,PPAR- , aP2, adipisin dan resistin serta penurunan diferensiasi osteoblast akan
cenderung menurunkan kemampuan dalam pembentukan tulang atau remodeling tulang.
Produksi AGEs pada penderita DM juga akan dapat menurunkan kolagen tipe I and kekauan
tulang yang dapat menurunkan kualitas dari tulang (Woogdee et al, 2011). Hiperglikemia
juga berperan dalam penurunan densitas tulang. Gangguan remodeling tulang pada
penyakit inflamasi seperti periodontitis juga terganggu. Pembentukan sitokin pada proses
inlfamasi, gangguan pada proses penyembuhan luka, gangguan pada sel neutrophil, juga
diduga sebagai pemicu dari peningkatan pembentukan osteoklas dan meningkatkan
kehilangan tulang alveolar (Hongbing et al, 2004). Invasi mikroorganisme secara progresif
dapat menyebabkan kehilangan tulang alveolar akibat adanya destruksi jaringan periodontal
yang parah (Mealey, 2006). Kondisi hilangnya tulang alveolar baik secara vertikal ataupun
horizontal pada penderita DM akan menyebabkan mobilitas pada gigi secara keseluruhan
baik disertai atau tidak disertain dengan adanya kerusakan pada gigi.
Perawatan Dental Pada Pasien DM
Secara umum perawatan dental pada pasien yang mengalami diabetes hampir sama
dengan pasien yang tidak mengalami diabetes. Respon terhadap terapi yang diberikan
tergantung pada masing-masing individual, biasanya dilihat dari beberapa faktor seperti
status kebersihan rongga mulut, diet, kebiasaan seperti merokok, dan kesehatan rongga
mulut secara umum . pada pasien penderita DM biasanya disertai dengan kontrol kadar
glukosa memiliki peran penting dalam memelihara status kesehatan jaringan periodontal
pada pasien DM. selain itu modifikasi perawatan dental terhadap pasien penderita DM [erlu
dilakukan, modifikasi tindakan dental tersebut dapat meliiputi reduksi stres, pengaturan
perawatan, penggunaan antibiotik, modifikasi diet, waktu pertemuan, perubahan pengaturan
konsumsi medikasi, dan manajemen kegawatdaruratan (Silverman et al 2002).
Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang dapat terjadi akibat adanya
kelainan dalam sekresi insulin ataupun penurunan sensitifitas jaringan terhadap efek insulin.
Pada DM tipe II yang sering terjadi adalah akibat menurunnnya sensitifitas jaringan terhadap
efek insulin. Insidensi DM tipe II banyak dipengaruhi oleh faktor obesitas, genetik, dan
kurangnya aktifitas fisik. Berbagai macam manifestasi akibat DM banyak terjadi dalam
rongga mulut. Periodontitis merupakan manifestasi DM yang sering terjadi. Selain itu akibat
dari periodontitis yang parah dapat menyebabkan hilangnya tulang alveolar sehingga
jaringan pendukung dan penyangga gigi berkurang dan terjadi mobilitas pada gigi. Mobilitas
yang terjadi biasanya terjadi pada keseluruhan gigi baik disertai maupun tidak disertai
dengan kerusakan pada gigi tersebut.
Daftar Pustaka Al-Emadi A, Bissada N, Farah C,Siegel B,Al-Zaharani M.2006. Diabetes Causes Decreased
Osteoclastogenesis, Reduced Bone Formation, and Enhanced Apoptosis of Osteoblastic Cells in Bacteria Stimulated Bone Loss. Quitessence int 2006:37:761-765.
Al-maskari AY, Al-sudairy S, Al-maskari MY. 201i. Oral Manifestations and Complications of Diabetes Mellitus.SQU Medical Journal 2011. Vol. 11, 2011, 179-186.
Bjellland S, Bray P, Gupta N, Hirscht R. 2002. Dentists, diabetes and periodontitis. Australian Dental Journal 2002;47;(3) 202-207.
Guyton AC, Hall JE. 2006. TEXTBOOK OF MEDICAL PHYSIOLOGY, 11th Edition. Singapore. Elsevier. Hal. 1012 – 1027.
He H, Liu R, Desta T, Leone C, C Louis, Gerstenfeld , Graves DT. 2004. Diabetes Causes Decreased Osteoclastogenesis, Reduced Bone Formation, and Enhanced Apoptosis of Osteoblastic Cells in Bacteria Stimulated Bone Loss. Endocrinology January 1, 2004 vol. 145 no. 1 447-452.
Lamster IB, Lalla E, S Wenche, Borgnakke , 2008.Taylor GW. The relationship Between Oral Health and Diabetes Mellitus. The Journal Of The American Dental Association 2008;139(suppl 5): 19s-24s.
Mealey BL, Ocampo GL. 2007. Diabetes mellitus and periodontal disease. Journal compilation Ó 2007 Blackwell Munksgaard. Vol. 44, 2007, 127–153.
Mealey, BL. 2006. Periodontal diasease and diabetes A two-way Street. The Journal Of The American Dental Association 2006 vol 137; 26s-31s.
Silverman Jr S., Eversole L., Truelove E. 2002. Essential of Oral Medicine. New York: BC Decker.
Wongdee K, Charoenphandhu N. 2011. Osteoporosis in Diabetes mellitus: Possible Cellular and Molecular Mecanisms. World Journal of Diabetes 2011 march 15;2(3):41-48.