mekanisme aging
TRANSCRIPT
MEKANISME AGING
Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan kemampuan sel
untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu penurunan fisiologik (kehilangan fungsi
tubuh dan sistem organnya) dan peningkatan penyakit (Fowler, 2003).
Menurut Fowler (2003), aging adalah suatu penyakit dengan karakteristik yang terbagi
menjadi 3 fase yaitu :
1) Fase subklinik (usia 25-35 tahun)
Kebanyakan hormon mulai menurun : testosteron, growth hormone (GH), dan
estrogen. Pembentukan radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi
tubuh, seperti diet yang buruk, stress, polusi, paparan berlebihan radiasi ultraviolet dari matahari.
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar. Individu akan tampak dan merasa “normal” tanpa
tanda dan gejala dari aging atau penyakit. Bahkan, pada umumnya rentang usia ini dianggap usia
muda dan normal.
2) Fase transisi (usia 35-45 tahun)
Selama tahap ini kadar hormon menurun sampai 25 persen. Kehilangan massa otot
yang mengakibatkan kehilangan kekuatan dan energi serta komposisi lemak tubuh yang
meninggi. Keadaan ini menyebabkan resistensi insulin, meningkatnya resiko penyakit jantung,
pembuluh darah, dan obesitas. Pada tahap ini mulai mncul gejala klinis, seperti penurunan
ketajaman penglihatan- pendengaran, rambut putih mulai tumbuh, elastisitan dan pigmentasi
kulit menurun, dorongan seksual dan bangkitan seksual menurun. Tergantung dari gaya hidup,
radikal bebas merusak sel dengan cepat sehingga individu mulai merasa dan tampak tua. Radikal
bebas mulai
mempengaruhi ekspresi gen, yang menjadi penyebab dari banyak penyakit aging, termasuk
kanker, arthritis, kehilangan daya ingat, penyakit arteri koronaria dan diabetes.
3) Fase Klinik (usia 45 tahun keatas)
Orang mengalami penurunan hormon yang berlanjut, termasuk DHEA
(dehydroepiandrosterone), melatonin, GH, testosteron, estrogen, dan hormon tiroid. Terdapat
juga kehilangan kemampuan penyerapan nutrisi, vitamin, dan mineral sehingga terjadi
penurunan densitas tulang, kehilangan massa otot sekitar 1 kilogram setiap 3 tahun, peningkatan
lemak tubuh dan berat badan. Di antara usia 40 tahun dan 70 tahun, seorang pria kemungkinan
dapat kehilangan 20 pon ototnya, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk membakar 800-
1.000 kalori perhari. Penyakit kronis menjadi sangat jelas terlihat, akibat sistem organ yang
mengalami kegagalan. Ketidakmampuan menjadi faktor utama untuk menikmati “tahun emas”
dan seringkali adanya ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana dalam kehidupan
sehari-harinya. Prevalensi penyakit kronis akan meningkat secara dramatik sebagai akibat
peningkatan usia (Fowler, 2003).
TEORI AGING
Ada 4 teori aging, yaitu(Goldman dan Klatz, 2007):
1) Teori “wear and tear”
Tubuh dan selnya mengalami kerusakan karena sering digunakan dan disalahgunakan
(overuse and abuse). Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan yang lainnya,
menurun karena toksin di dalam makanan dan lingkungan, konsumsi berlebihan lemak,
gula, kafein, alcohol, dan nikotin, karena sinar ultraviolet, dan karena stress fisik dan
emosional. Tetapi kerusakan ini tidak terbatas pada organ melainkan juga terjadi di
tingkat sel.
2) Teori neuroendokrin
Teori ini berdasarkan peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Hormon
dikeluarkan oleh beberapa organ yang dikendalikan oleh hipotalamus,sebuah kelenjar
yang terletak di otak. Hipotalamus membentuk poros dengan hipofise dan organ tertentu
yang kemudian mengeluarkan hormonnya. Dengan bertambahnya usia tubuh
memproduksi hormon dalam jumlah kecil, yang akhirnya mengganggu berbagai sistem
tubuh.
3) Teori Kontrol Genetik
Teori ini fokus pada genetik memprogram sandi sepanjang DNA, dimana kita dilahirkan
dengan kode genetik yang unik, yang memungkinkan fungsi fisik dan
mental tertentu. Dan penurunan genetik tersebut menentukan seberapa cepat kita menjadi
tua dan berapa lama kita hidup.
4) Teori Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme menjadi tua karena terjadi akumulasi
kerusakan oleh radikal bebas dalam sel sepanjang waktu. Radikal bebas sendiri
merupakan suatu molekul yang memilkiki elektron yang tidak berpasangan.Radikal bebas
memiliki sifat reaktifitas tinggi, karena kecenderungan menarik elektron dan dapat
mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya atau bertambahnya
satu elektron pada pada molekul lain. Radikal bebas akan merusak molekul yang
elektronnya ditarik oleh radikal bebas tersebut sehingga menyebabkan kerusakan sel,
gangguan fungsi sel, bahkan kematian sel (Suryohudoyo, 2000). Reaktif radikal nitrogen
(nitrat oksida dan turunannya seperti peroxynitrite) dan oksigen (superoksida anion,
hidrogen peroksida, hidroksil ) radikal dapat menimbulkan kerusakan besar pada
makromolekul (protein, asam nukleat, lipid kompleks), menimbulkan karsinogen
(misalnya, nitrosamin), dan memicu (atau kadang-kadang mencegah) kematian apoptosis
sel-sel seperti makrofag dan sel epitel pembuluh darah. Ada mekanisme untuk
pembilasan dan pertentangan spesies-spesies yang sangat reaktif molekul dan untuk
memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh mereka. Namun, kecuali mekanisme
tersebut benar-benar efektif, kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas dapat
terakumulasi, bahkan dalam self-potentiating atau secara eksponensial. Ada bukti bahwa
efisiensi transpor elektron mitokondria dan energi yang menghasilkan proses memburuk
dengan usia, sehingga dalam penampilan peningkatan oksidasi radikal bebas.
(Albright,2003).Dengan bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan sel akibat radikal
bebas semakin mengambil peranan, sehingga mengganggu metabolisme sel, juga
merangsang mutasi sel, yang akhirnya membawa pada kanker dan kematian. Selain itu
radikal bebas juga merusak kolagen dan elastin , suatu protein yang menjaga kulit tetap
lembab, halus, fleksibel, dan elastis. Jaringan tersebut akan menjadi rusak akibat paparan
radikal bebas, terutama pada daerah wajah, dimana mengakibatkan lekukan kulit dan
kerutan yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas (Goldman dan Klatz,
2007).
Fowler, B. 2003. Functional and Biological Markers of Aging. In : Klatz, R. 2003. Anti-Aging Medical Therapeutics volume 5. Chicago : the A4M Publications. p. 43.
Suryohudoyo, P. 2000. Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Molekuler. Jakarta : CV.Infomedika. p. 31-46.
Goldman, R dan Klatz, R. 2007. The New Anti-Aging Revolution. Malaysia :Printmate Sdn. Bhd. p. 19-25
Albright, Joseph F. and Julia W.2003. Aging, Immunity, and Infection. Totowa : Humana Press