meet the expert
DESCRIPTION
Meet the ExpertTRANSCRIPT
Meet the Expert
LASERASI PALPEBRA
Oleh
Rieke Arya Putri 0910312100
Rahimon Afif 1010313106
Rezi Amalia Putri 1110312003
Ranti Verdiana 1110312084
Preseptor :
dr. Hendriati Sp.M
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
RSUP DR.M.DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul “Laserasi
Palpebra” dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini merupakan ini merupakan salah satu
syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas/ Rumah Sakit DR.M.Djamil Padang.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini. Penulis juga berharap makalah ini dapat memberikan dan meningkatkan pengetahuan
serta pemahaman tentang Laserasi Palpebra, terutama bagi penulis sendiri dan bagi rekan-
rekan sejawat lainnya.
Padang, Oktober 2015
Penulis
2
BAB I
ANATOMI & FISIOLOGI PALPEBRA DAN APPARATUS LACRIMALIS
Palpebra
Palpebra berkembang dari lipatan kulit yang dapat bergerak oleh karena adanya otot
lurik. Otot-otot tersebut adalah muskulus orbicularis oculi yang mengelilingi bagian depan
mata, dan berfungsi untuk menutup mata. Disamping itu terdapat juga muskulus levator
palpebra yang berlekatan di sepanjang palpebra superior yang berfungsi untuk membuka.
Kontraksi muskulus orbicularis oculi menyebabkan palpebra menutup mata, dan kontraksi
muskulus levator palpebra menyebabkan elevasi palpebra superior untuk membuka mata.7
Palpebra melindungi bola mata dari kekeringan melalui reflex kedip sekitar 20-30
kali/menit dan menyebarkan air mata di permukaan anterior bola mata. Untuk menghindari
gambar yang buram, palpebra umumnya akan berkedip ketika bola mata bergerak ke posisi
baru untuk memfiksasi gambar.7,6
Palpebra terdiri dari lamella anterior dan posterior (Gambar 1) yang dipisahkan oleh
gray line. Berikut ini merupakan uraian lapisan palpebra.6,8
a. Lamella anterior terdiri dari :
Kulit yang merupakan lapisan tipis, yang memiliki vaskularisasi yang baik
Kelenjar keringat
Modifikasi kelenjar keringat (glandula ciliaris atau glands of Moll) dan kelenjar
sebaceous (glands of Zeis) di sekitar silia (bulu mata)
Serat otot lurik muskulus orbicularis oculi, yang secara secara aktif menutup mata
(diinervasi oleh nervus facialis)
Serat otot lurik muskulus levator palpebra, yang secara secara aktif membuka mata
(diinervasi oleh nervus occulomotorius)
b. Lamella posterior terdiri dari :
Tarsus merupakan rangka dan memberi bentuk pada palpebra.
Serat otot polos muskulus levator palpebra yang masuk ke dalam tarsus (muskulus
tarsalis). Muskulus tarsalis diinervasi oleh sistem saraf simpatis dan mengatur lebar
fissura palpebralis. Tonus simpatis yang tinggi menyebabkan kontraksi muskulus
tarsalis dan memperlebar fissura palpebralis, sebaliknya bila tonus simpatis rendah
menyebabkan relaksasi muskulus tarsalis dan mempersempit fissura palpebralis.
Konjunctiva palpebralis sangat kuat melekat pada tarsus.
3
Kelenjar sebaceous (glandula Meibom), merupakan struktur tubular yang tersusun
vertikal pada tarsus. Kelenjar ini berfungsi untuk memproduksi lipid yang berfungsi
mencegah penguapan air mata.
Silia (bulu mata) mengarah ke depan pada margo palpebralis. Pada palpebra superior,
sekitar 150 silia tersusun dalam tiga sampai empat baris; pada palpebra inferior, sekitar 75
silia tersusun dalam dua baris. Sama halnya alis, silia mencegah debu dan keringat masuk ke
dalam mata. Septum orbitalis terletak di antara tarsus dan tepi orbita. Terdapat selaput
membranosa pada jaringan ikat palpebra yang melekat pada tepi orbita yang menahan orbital
fat.6
Gambar 1. Potongan Sagital Palpebra Superior(dikutip dari kepustakaan 6)
Fissura palpebralis adalah ruang antara palpebra superior dan inferior. Fissura
palpebralis berbentuk elips ketika mata terbuka. Commisura (canthus) berada di bagian sudut
medial dan lateral di mana palpebra bertemu. Commisura medialis, yang lebih luas dibanding
commisura lateralis, dicirikan dengan bentuk yang lebih kecil, kemerahan, dan berelevasi
disebut sebagai caruncula lacrimalis. Caruncula lacrimalis berisi kelenjar sebacea dan
sudoriferous, yang memproduksi sekresi keputihan, yang dikenal sebagai “sleep dust” atau
kotoran mata yang biasanya terkumpul selama tidur.7
Apparatus Lacrimalis
Apparatus lacrimalis terdiri dari dua bagian, yaitu struktur yang mensekresi air mata
dan struktur yang memfasilitasi drainase air mata.6
Sistem Sekresi Apparatus Lacrimalis
4
Glandula lacrimalis berukuran sebesar kacang walnut yang terletak di superotemporal
tulang orbita pada fossa lacrimalis os. frontalis, tidak tampak dan tidak dapat diraba. Glandula
lacrimalis yang dapat diraba biasanya tanda perubahan patologis seperti dacryoadenitis.
Tendon muskulus levator palpebra membagi glandula lacrimalis menjadi pars orbitalis yang
lebih besar (dua pertiga) dan pars palpebralis yang lebih kecil (sepertiga). Beberapa glandula
lacrimalis asesorius kecil (Krause and Wolfring’s glands) berlokasi di fornix superior dan
mensekresi air mata serosa tambahan.6
Glandula lacrimalus menerima rangsangan sensoris melalui nervus lacrimalis. Inervasi
nervus parasimpatis sekretomotorius-nya berasal dari nervus intermedius. Serabut simpatis-
nya berasal dari ganglion simpatis cervicalis superior dan mengikuti aliran pembuluh darah
menuju kelenjar.6
Lapisan air mata (Gambar 2) yang membasahi konjunctiva dan cornea terdiri dari 3
lapisan, yaitu sebagai berikut.6
a. Lapisan lipid (ketebalan sekitar 0.1µm), terletak paling luar, diproduksi oleh glandula
Meibom, kelenjar sebaceous, dan kelenjar keringat yang berada di margo palpebralis.
Fungsi utama lapisan ini yaitu untuk menstabilkan lapisan air mata. Dengan sifat
hidrofobik-nya, lapisan ini mencegah evaporasi terjadi lebih cepat seperti halnya lapisan
lilin.
b. Lapisan aquos (ketebalan sekitar 8µm), terletak di tengah, diproduksi oleh glandula
lacrimalis dan glandula lacrimalis asesorius (Krause and Wolfring’s glands). Lapisan ini
bertugas untuk membersihkan permukaan cornea dan memudahkan mobilitas
konjunctiva palpebralis di atas cornea dan melapisi permukaan cornea untuk gambaran
optik dengan kualitas yang tinggi.
c. Lapisan mucin (ketebalan sekitar 0.8µm), terletak paling dalam, disekresi olah sel-sel
Goblet konjunctiva dan glandula lacrimalis. Sifat hidrofilik yang dimilikinya berlekatan
langsung dengan microvili epitel cornea, yang juga membantu stabilisasi lapisan air
mata. Lapisan ini mencegah lapisan aquos membentuk lapisan yang tidak rata pada
cornea dan memastikan lapisan aquos membasahi seluruh permukaan cornea dan
konjunctiva.
5
Gambar 2. Sistem Sekresi Apparatus Lacrimalis(dikutip dari kepustakaan 6)
Lysozyme, beta-lysin, lactoferrin, dan gamma globulin (IgA) merupakan protein
spesifik air mata yang memberikan sifat antimikroba pada air mata.6
Sistem Ekskresi Apparatus Lacrimalis
Susunan serabut muskulus orbicularis oculi menyebabkan mata menutup secara
progresif dari lateral ke medial termasuk palpebra yang menutup secara simultan. Gerakan
“windshield wiper” menggerakkan air mata ke medial sepanjang mata menuju canthus
medialis (Gambar 3).6
Gambar 3. Fungsi Kombinasi Muskulus Orbicularis Oculi dengan Apparatus Lacrimalis(dikutip dari kepustakaan 6)
Punctum lacrimalis superior et inferior mengumpulkan air mata dan mengalirkannya
ke dalam canaliculus lacrimalis superior et inferior kemudian menuju canaliculus lacrimalis
communis lalu ke saccus lacrimalis. Dari saccus lacrimalis, air mata dialirkan ke ductus
nasolacrimalis yang kemudian bermuara di meatus nasi medius di bawah concha nasalis
inferior (Gambar 4). Sebuah flap dari membrane mukosa, valvula Hasner, mencegah reflux
retrograde dari isi cavum nasi dan seringnya imperforate saat lahir, yang menyebabkan
terjadinya epiphora.6,7
6
Gambar 4. Sistem Eksresi Apparatus Lacrimalis(dikutip dari kepustakaan 8)
7
BAB II
LASERASI PALPEBRA
Definisi
Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
atau rongga orbita karena adanya benda tajam atau tumpul yang mengenai mata dengan
keras/cepat ataupun lambat. Trauma dapat digolongkan menjadi trauma tertutup dan trauma
terbuka. Salah satu bentuk dari trauma terbuka adalah laserasi. Laserasi merupakan luka yang
mengenai seluruh ketebalan dinding bola mata yang disebabkan oleh benda tajam. Keadaan
ini akan menimbulkan adanya trauma penetrasi ataupun trauma perforasi.13
Epidemiologi
Laserasi palpebra dapat terjadi pada setiap usia dan juga pada bayi baru lahir setelah proses
kelahiran elalui operasi caesar. Dri sebuah studi di Iran, laki-laki lebih sering mengalami
trauma pada mata akibat benda yang mengenai mata dan kebanyakan berumur sekitar 29
tahun. Meskipun tidak ada kebutaan yang terjadi akibat laserasi palpebra, outcome visual
berhubungan dengan derajat insidensi trauma berdasarkan adanya open globe injuries.13,14
Etiopatogenesis
Trauma palpebra dapat terjadi pada setiap trauma wajah. Berikut merupakan daftar kondisi
yang memerlukan perhatian khusus, yaitu:4
Laserasi palpebra dengan keterlibatan margo palpebralis
Avulsi palpebra pada canthus medialis disertai avulsi canaliculus lacrimalis
Laserasi sistem canalicular merupakan hasil dari trauma langsung atau tidak langsung.
Trauma langsung dapat memisahkan bagian lacrimal dari palpebra dengan benda, seperti
kaca, penggantung baju, pisau, gigitan anjing, cakaran kucing, kuku jari, atau benda tajam
8
lainnya. Trauma tidak langsung timbul akibat trauma tumpul pada adnexa oculi dari beberapa
mekanisme, seperti pukulan pada wajah, peluru, atau jatuh menimpa benda tumpul.1
Patofisiologi
Laserasi palpebra dapat terjadi karena trauma tumpul atau disebabkan oleh benda tajam,
gigitan binatang, perkelahian dan luka bakar. Laserasi tidak hanya melibatkan kulit, tapi dapat
juga mengenai otot palpebra, margo palpebra, dan sistim lakrimal. Laserasi pada bagian
medial palpebra dapat menyebabkan robekan pada kanalis lakrimalis inferior, kanalis
lakrimalis superior, dan sakus lakrimalis.9-10
Manifestasi Klinis
a. Laserasi tanpa keterlibatan margo palpebralis
Laserasi palpebra superfisialis hanya melibatkan kulit dan muskulus orbicularis oculi.
Adanya lemak orbita pada luka berarti septum orbita telah terganggu. Benda asing
superfisial atau profunda harus dicari dengan teliti sebelum laserasi palpebra yang
lebih dalam diperbaiki.5
b. Laserasi dengan keterlibatan margo palpebralis
Palpebra memiliki banyak vaskularisasi dan tekstur jaringan yang longgar
menyebabkan perdarahan sedalam-dalamnya ketika mengalami trauma. Tusukan,
terpotong, atau avulsi seluruh palpebra akibat benda tumpul seringnya melibatkan
semua lapisan6.
c. Trauma dengan keterlibatan jaringan lunak canthus
Trauma pada canthus medialis atau lateralis biasanya merupakan hasil traksi horizontal
palpebra, yang menyebabkan avulsi palpebra pada titik terlemahnya, tendon canthus medialis
atau lateralis. Anamnesis yang cermat pada riwayat penyakit pasien seringnya mengonfirmasi
bahwa objek atau jari bertautan dengan jaringan lunak palpebra pada bagian tengah palpebra,
9
dilanjutkan dengan traksi horizontal pada palpebra. Oleh karena itu, laserasi daerah canthus
medialis memerlukan evaluasi terhadap drainase apparatus lacrimalis, yang seringanya
menyebabkan avulsi. Keterlibatan canaliculus biasanya dikonfirmasi dengan inspeksi dan
penyelidikan yang hati-hati. Pemeriksa dapat menilai integritas dan tendon canthus medialis
atau lateralis dengan memegang setiap palpebra dengan toothed forceps dan menjauhkannya
dari luka sementara mempalpasi insersio tendon. Bahkan trauma canthus medialis yang ringan
dapat menyebabkan laserasi canaliculus.5
DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat penyakit yang harus termasuk di dalamnya yaitu fungsi penglihatan dan
mekanisme trauma. Penting untuk diperhatikan apakah hilangnya fungsi penglihatan terjadi
secara progresif atau tiba-tiba. Benda asing intraocular harus dicurigai jika ada riwayat
menempa, menggerinda, atau ledakan, dan pemeriksaan radiologis yang sesuai harus
dilakukan. Trauma pada anak dengan riwayat yang tidak sesuai dengan jenis perlukaan
mendukung kecurigaan terhadap tindak kekerasan pada anak. 5
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan fisis dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan.
Jika hilangnya penglihatan sangat berat, maka diperiksa light projection, diskriminasi dua
titik, dan adanya defek aferen pupil. Pemeriksaan motilitas ocular dan sensasi kulit periorbital,
dan palpasi untuk melihat defek pada sekeliling tulang orbita. Adanya enophthalmus dapat
diperiksa dengan melihat profil cornea dari atas suprasilia. Jika slit lamp tidak tersedia di
ruang gawat darurat, penlight, loupe, atau direct ophthalmoscope yang diatur pada +10 (black
numbers) dapat digunakan untuk memeriksa perlukaan lainnya pada permukaan tarsus
palpebra dan segmen anterior.5
10
Permukaan cornea diperiksa untuk melihat adanya benda asing, luka, dan abrasi.
Konjunctiva bulbaris diinspeksi untuk melihat adanya perdarahan, benda asing, atau laserasi.
Kedalaman dan kejelasan bilik mata depan juga harus diperhatikan. Ukuran, bentuk, dan
reflex cahaya pupil harus dibandingkan antara kiri dan kanan untuk memastikan jika defek
aferen pupil ada pada mata yang mengalami trauma. Bola mata yang lunak, penglihatan hanya
dapat melihat pergerakan tangan (atau lebih buruk), defek aferen pupil, atau perdarahan
vitreus mengindikasikan adanya ruptur bola mata. Jika bola mata tidak rusak, palpebra,
konjunctiva palpebralis, dan fornix dapat diperiksa lebih mendalam, termasuk inspeksi
dengan eversi palpebra superior. Oftalmoskopi direk dan indirek digunakan untuk melihat
lensa, vitreus, papil N.II, dan retina. Dokumentasi pemeriksaan berguna untuk tujuan
medikolegal pada semua kasus trauma eksternal. Pada semua kasus trauma okuli, mata yang
tidak terluka juga diperiksa dengan cermat,5
Laserasi tanpa Keterlibatan Margo Palpebralis
Laserasi palpebra superficialis hanya melibatkan kulit dan muskulus orbicularis oculi.
Adanya lemak orbita pada luka berarti septum orbita telah terganggu. Benda asing superficial
atau profunda harus dicari dengan teliti sebelum laserasi palpebra yang lebih dalam
diperbaiki.2
Laserasi dengan Keterlibatan Margo Palpebralis
Palpebra yang memiliki banyak vaskularisasi dan textur jaringan yang longgar
menyebabkan perdarahan sedalam-dalamnya ketika mengalami trauma. Tusukan, terpotong,
atau avulsi seluruh palpebra akibat benda tumpul seringnya melibatkan semua lapisan.5
Trauma dengan Keterlibatan Jaringan Lunak Canthus
Trauma pada canthus medialis atau lateralis biasanya merupakan hasil traksi
horizontal palpebra, yang menyebabkan avulsi palpebra pada titik terlemahnya, tendon
canthus medialis atau lateralis. Anamnesis yang cermat pada riwayat penyakit pasien
seringnya mengonfirmasi bahwa objek atau jari bertautan dengan jaringan lunak palpebra
11
pada bagian tengah palpebra, dilanjutkan dengan traksi horizontal pada palpebra. Oleh karena
itu, laserasi daerah canthus medialis memerlukan evaluasi terhadap drainase apparatus
lacrimalis, yang seringnya menyebabkan avulsi. Keterlibatan canaliculus biasanya
dikonfirmasi dengan inspeksi dan penyelidikan yang hati-hati. Pemeriksa dapat menilai
integritas dan tendon canthus medialis atau lateralis dengan memegang setiap palpebra
dengan toothed forceps dan menjauhkannya dari luka sementara mempalpasi insersio tendon.
Bahkan trauma canthus medialis yang ringan dapat menyebabkan laserasi canaliculus.5
Pemeriksaan Penunjang
Hitung darah lengkap dan analisis kimia serum seringkali diperlukan untuk tujuan
anestesi. Pemeriksaan faal hemostasis dapat membantu dalam kasus-kasus tertentu, dan
pemeriksaan kimia darah untuk alkohol dan zat-zat beracun lainnya diperlukan dalam
beberapa kasus. Ketika kecurigaan klinis patah tulang orbital tinggi, pencitraan yang sesuai
dengan orbita, terutama computed tomography, harus diusulkan. Ultrasonografi bola mata,
otot luar mata, saraf optik, dan orbita kadang-kadang bisa menjadi pemeriksaan tambahan
yang penting.5
Penatalaksanaan
Pengetahuan yang rinci mengenai anatomi palpebra membantu dokter dalam
memperbaiki trauma penetrasi palpebra dan seringnya mengurangi perlunya perbaikan
sekunder. Secara umum, penanganan laserasi palpebra tergantung pada kedalaman dan lokasi
trauma.
Laserasi tanpa Keterlibatan Margo Palpebralis (Partial-thickness)
Laserasi palpebra superficialis biasanya hanya memerlukan jahitan kulit, sama halnya
dengan laserasi kulit lainnya. Jaringan parut dapat dihindari dengan mengikuti prinsip dasar
12
plastic repair, yaitu debridement luka konservatif, penggunaan needle berkaliber kecil, eversi
tepi luka, dan pelepasan jahitan dini.
Irigasi yang banyak akan menyingkirkan bahan-bahan terkontaminasi pada luka.
Adanya prolaps lemak orbita pada palpebra superior merupakan indikasi dilakukannya
eksplorasi levator.Laserasi pada muskulus levator palpebra atau aponeurosis-nya harus
diperbaiki untuk mengembalikan fungsi levator senormal mungkin.Lagophthalmus dan
tambatan ke rima orbitalis superior umum terjadi bila septum orbital tidak digabungkan
dengan hati-hati pada perbaikan palpebra.Laserasi septum orbita tidak boleh dijahit.
Penutupan yang cermat pada kulit palpebra dan muskulus orbicularis dilakukan secara
adekuat pada seluruh kasus untuk menghindari pemendekan vertical septum orbita.2,5
Laserasi dengan Keterlibatan Margo Palpebralis (Full-thickness)
Perbaikan laserasi margo palpebralis memerlukan penempatan jahitan yang tepat dan
tekanan jahitan yang kritis untuk meminimalisasi takik pada margo palpebralis atau
komplikasi lanjutan seperti cicatricial entropin. Edema palpebra paling baik ditangani dengan
wool pads atau kompres dingin. Berbagai teknik telah digunakan, tetapi prinsip paling penting
yaitu perkiraaan tarsus harus dilakukan secara hati-hati (Gambar 5).2,4
Gambar 5. Perbaikan Margo Palpebralis
(dikutip dari kepustakaan 4)
Penutupan margo palpebralis dapat dilakukan dengan menempatkan 2 atau 3 jahitan
untuk menyatukan garis silia, plana glandula Meibom, dan (bisa juga) gray line. Setiap dokter
memiliki perbedaan dalam menentukan apakan tarsus atau margo palpebralis yang akan
13
dijahit pertama kali. Menempatkan margo palpebralis dan penutupan tarsus dalam suatu
jajaran anatomis yang tepat merupakan tujuan penanganan, dan berbagai teknik dapat
diterima. Untuk menghindari disrupsi epitel cornea, penjahitan tarsus tidak boleh meluas
hingga permukaan konjunctiva. Penutupan margo palpebralis harus memberikan hasil eversi
sedang pada tepi luka. Salep antibiotik kemudian diberikan pada jaringan palpebra yang telah
diperbaiki.2,5
Jika perbaikan primer tidak tercapai dalam 24 jam, edema dapat menunda
penutupan.Luka harus dibersihkan secara mendalam dan diberikan antibiotik.Setelah edema
mereda, perbaikan dapat dilakukan. Debridement harus diminimalkan, terutama jika kulit
tidak lemah.2
Rekonstruksi palpebra dilakukan pada defek yang timbul akibat reseksi tumor,
kelainan kongenital, dan juga defek traumatik. Pilihan prosedur operasi tergantung pada usia
pasien, kondisi palpebra, ukuran dan posisi defek, serta pengalaman dan preferensi dokter
sendiri. Tujuan utama dalam rekonstruksi palpebra yaitu:4
Margo palpebralis menjadi stabil
Tinggi palpebra yang adekuat
Penutupan palpebra yang adekuat
Permukaan internal yang halus dan berepitel
Kepentingan kosmetik maksimal dan simetris
Berikut merupakan panduan prinsip umum pada rekonstruksi palpebra.10
1. Rekonstruksi baik pada lamella anterior maupun lamella posterior palpebra, tidak
keduanya, digunakan graft; salah satu lapisan harus menyediakan suplai darah (pedicle
flap). Graft ditempatkan pada graft yang memiliki angka kegagalan yang tinggi
2. Maksimalkan tekanan horizontal dan minimalkan tekanan vertical
3. Pasangkan yang sesama jaringan (like tissue to like tissue)
14
4. Perkecil defek sebanyak mungkin sebelum mengukur graft
5. Gunakan teknik yang paling sederhana
6. Minta bantuan dari ahli subspesialis jika dibutuhkan
Defek Palpebra tanpa Keterlibatan Margo Palpebralis
Defek yang tidak melibatkan margo palpebralis dapat diperbaiki dengan penutupan
langsung jika prosedur ini tidak mengubah margo palpebralis. Jika defek tidak
memungkinkan penutupan langsung, transposisi flap kulit dapat dilakukan.Tekanan
penutupan palpebra harus diarahkan ke arah horizontal sehingga deformitas sekunder dapat
dihindari; tekanan secara vertikal dapat menyebabkan retraksi palpebra atau ectropion. Untuk
menghindari tekanan secara vertikal ini diperlukan penempatan garis insisi berorientasi secara
vertial.4
Jika defek terlalu besar untuk ditutup secara primer, beberapa teknik transposisi flap
kulit lokal dapat digunakan. Flap yang sering digunakan yaitu bentuk rectangular, rotasional,
dan transposisi. Flap biasanya memberikan hasil jaringan terbaik yang cocok dan estetik tetapi
memerlukan perencanaan untuk meminimalkan deformitas sekunder. Meskipun prosedur skin
graft secara umum mudah dilakukan, tetapi tekstur, kontur, dan kosmetik akhir dengan flap
memberikan hasil yang lebih baik.Defek palpebra superior pada lamella anterior paling baik
diperbaiki dengan full-thicknessskin graft dari palpebra superior kontralateral.Skin graft
preaurikular atau postaurikular dapat digunakan tapi dengan ketebalan yang lebih besar dapat
membatasi mobilitas palpebra superior.Defek palpebra inferio paling baik ditangani dengan
skin graft preaurikular atau postaurikular. Jika kulit tidak tersedia dari palpebra superior atau
area auricular, full -thicknessgraft dapat diperoleh dari fossa supraclavicular atau brachium
superior bagian medial.4
15
Defek Palpebra dengan Keterlibatan Margo Palpebralis
Defek Palpebra Superior
a. Defek Kecil Palpebra Superior
Defek kecil yang melibatkan margo palpebra superior dapat diperbaiki dengan
penutupan langsung jika teknik ini tidak mengambil tekanan yang terlalu besar pada luka.
Penutupan langsung biasanya dilakukan pada defek yang berukuran ≤ 33% pada margo
palpebralis; jika melibatkan area yang lebih besar, graft dari jaringan yang lebih jauh
mungkin diperlukan. Dokter dapat memotong bagian superior tendon canthus lateral untuk
memungkinkan mobilisasi medial sekitar 3-5 mm dari margo palpebralis lateral yang tersisa,
menghindari ductules lacrimalis pada sepertiga lateral margo palpebralis. Pengangkatan atau
destruksi ductules ini dapat menyebabkan masalah mata kering. Setelah operasi, palpebra
tampak menjadi tegang dan menonjol karena traksi, tetapi akan relaksasi kembali setelah
beberapa minggu.5
b. Defek Sedang Palpebra Superior
Defek sedang pada margo palpebralis (keterlibatan 33%-50%) dapat diperbaiki
dengan memajukan segmen lateral palpebra. Tendon canthus medialis diinsisi dan
semicircular skin flap dibuat di bawah porsio lateral suprasilia dan canthus untuk
memungkinkan mobilisasi palpebra lebih lanjut.5
c. Defek Besar Palpebra Superior
Defek palpebra superior yang melibatkan >50% margo palpebralis membutuhkan
jaringan yang berdekatan untuk memperbaikinya. Dengan insisi di bawah tarsus inferior,
full-thickness flap palpebra inferior dipindahkan ke defek palpebra superior melalui flap yang
dimajukan dari belakang margo palpebralis inferior yang tersisa (Cutler-Beard
procedure).Akan tetapi, prosedur ini memberikan hasil yang lebih tebal dan immobile pada
palpebra superior.Sebagai pilihan lainnya, free tarsokonjunctival graft yangdiambil dari
16
palpebra superior kontralateral dapat diposisikan dan ditutup dengan skin-muscle flap jika
kulit palpebra superior tersedia berlebih dan adekuat.5
Gambar 6. Langkah Rekonstruksi Defek Palpebra Superior
(dikutip dari kepustakaan 5)
Defek Palpebra Inferior
a. Defek Kecil Palpebra Inferior
Defek kecil palpebra inferior (keterlibatan ≤33%) dapat diperbaiki dengan penutupan
primer. Selain itu, crus inferior tendon canthus lateral dapat dibebaskan sehingga terdapat
tambahan mobilisasi medial sekitar dari margo palpebralis yang tersisa.5
b. Defek Sedang Palpebra Inferior
Semicircular atau rotasional flap, yang telah dideskripsikan pada perbaikan palpebra
superior dapat digunakan untuk rekonstruksi defek sedang pada palpebra inferior. Flap yang
paling sering digunakan pada kasus-kasus seperti ini yaitu modifikasi Tenzel semicircular
17
rotation flap. Autograft tarsokonjunctival yang diambil dari dari sisi dalam palpebra superior
dapat ditransplantasikan ke defek palpebra inferior untuk rekonstruksi lamella posterior
palpebra. Ketika graft tarsus diambil, 4-5 mm tinggi tepi tarsus dipreservasi untuk mencegah
distorsi pada donor margo palpebralis. Autograft tarsokonjunctival dapat ditutup dengan skin
flap berbagai tipe. Cheek elevation mungkin diperlukan sehingga traksi vertikal pada
palpebra dan ectropion dapat dihindari. Tarsokonjunctival flap yang diambil dari palpebra
superior dan full-thickness skin graft juga dapat menjadi pilihan rekonstruksi defek ini.5
c. Defek Besar Palpebra Inferior
Defek yang melibatkan >50% margo palpebra inferior dapat diperbaiki dengan
tarsokonjunctival flap dari palpebra superior ke defek lamella posterior palpebra inferior.
Rekonstruksi lamella anterior kemudian dibuat dengan skin flap atau, pada kebanyakan
kasus, free skin graft diambil dari area preaurikular atau postaurikular. Modified Hughes
procedure menghasilkan adanya jembatan konjunctiva dari palpebra superior melewati pupil
untuk beberapa minggu.Pedikel konjunctiva yang telah memiliki vaskularisasi kemudian
dilepas sesuai waktu yang telah diperhitungkan. Flap rotasional dari pipi (Mustardé
procedure) dapat bekerja dengan baik pada perbaikan defek lamella anterior yang besar,
tetapi diperlukan beberapa pengganti tarsus seperti free tarsokonjunctival autograft, mukosa
palatum durum, atau Hughes flap untuk penggantian lamella posterior. Mustardéflap dan
Tenzel semicircular rotation flap seringkali menimbulkan canthus lateralis berbentuk bulat.
Dokter dapat mengurangi masalah ini dengan membuat insisi yang sangat tinggi ke arah
ujung lateral suprasilia di mana insisi keluar dari commisura lateralis. Free tarsokonjunctival
autograft dari palpebra superior ditutup dengan skin flap yang memiliki vaskularisasi juga
telah digunakan untuk memperbaikin defek yang besar. Prosedur tipe ini memiliki kelebihan
yaitu hanya memerlukan satu tahap operasi dan bahkan terhindar dari oklusi temporer aksis
visual.5
18
Gambar 7. Langkah Rekonstruksi Palpebra Inferior
(dikutip dari kepustakaan 5)
Laserasi Apparatus Lacrimalis
Laserasi di dekat canthus medialis sering melibatkan canaliculus.Perbaikan dini lebih
diperlukan karena jaringan menjadi lebih sulit untuk diidentifikasi dan diperbaiki jika telah
edema.Trauma apparatus lacrimalis diperbaiki dengan menggunakan mikroskop.Stent dari
bahan silicon yang berbentuk cincin dimasukkan ke dalam canaliculus menggunakan alat
khusus (Gambar 8).Stent ini kemudian dibiarkan in situ selama 3-4 bulan dan kemudian
dibuka. Perbaikan bedah pada palpebra dan apparatus lacrimalis harus dilakukan oleh ahli
mata.1,2
19
Gambar 8. Penanganan Bedah pada Avulsi Palpebra dan Avulsi Apparatus Lacrimalis
(dikutip dari kepustakaan 6)
KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering terjadi pada laserasi palpebra disebabkan karena
prosedur penutupan luka yang tidak sesuai.Terlalu tegangnya ikatan yang menghubungkan
kedua tepi palpebra yang mengalami laserasi dapat menyebabkan takik pada palpebra yang
kemudian,meskipun jarang, dapat menjadi jalan keluar dan drainase infeksi pada luka. Setelah
proses penyembuhan luka berakhir dengan terbentuknya sikatriks, jika penutupan luka tidak
tepat, maka dapat menyebabkan cicatricial ectropion. Selain itu, komplikasi yang dapat
terjadi yaitu epiphora di mana terjadi gangguan pada sistem apparatus lacrimalis.3-5
Hilangnya stent dapat terjadi pada perbaikan bicanalicular di mana stent masuk ke
ductus nasolacrimalis.Stent juga dapat mengalami prolaps melalui punctum lacrimalis, yang
mengundang perhatian pasien dan anggota keluarga lainnya. Ketika metode eyed pigtail
probe digunakan, jahitan dapat berputa dan menyebabkan iritasi konjunctiva. Punctum
20
lacrimalis dapat terkikis akibat bahan stent yang digunakan untuk memperbaiki
laserasi.Granuloma pyogenik dapat terbentuk berdekatan dengan stent.Iritasi hidung dan
epistaxis dapat terjadi saat stent melewati hidung.Meskipun perbaikan dilakukan dengan
segera, epiphora chronic tetap dapat timbul. Palpebra medialis dapat menjadi berselaput
disebabkan karena laserasi yang berhadapan.4
PROGNOSIS
Dengan pemahaman anatomi palpebra yang baik, manajemen luka yang tepat, dan
perbaikan primer yang teliti, prognosis laserasi palpebra ini baik sekali dalam hal fungsi dan
penampakan.Angka keberhasilan perbaikan canalicular berkisar antara 20-100%. Angka
keberhasilan meningkat hingga 86-95% dengan reanastomosis mikroskopis pada laserasi
canaliculus yang berat dengan intubasi silicon pada apparatus lacrimalis.2,5
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Mawn, LA. 2012. Canalicular Lacrimation, Medscape Dari http://emedicine.medscape.com/article/1210031-overview.
2. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course, Section 7: Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. San Fransisco: AAO; 2011. Chapter 10. Classification and Management of Eyelid Disorders.
3. Burroughs, JR., Soparkar, CNS., Patrinely, JR. 7 Tips for Traumatic Eyelid Lacerations, Review of Ophthalmology. Dari: http://www.revophth.com/content/d/plastic _pointers/i/1341/c/25686/
4. Probst, LE., Tsai, JH., Goodman, G., editor. Ophthalmology Cinical and Surgical Principles. USA: SLACK Incorporated; 2011. Chapter 5.
5. Riordan-Eva, P., Whitcher, JP. editors. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology, 17th
edition. USA: The McGraw Hill Companies; 2007. Chapter 19. Ocular and Orbital Trauma
6. Lang, GK. Ophthalmology, A Pocket Textbook Atlas, 2nd edition. New York: Thieme; 2006
7. Graaf, Vd. Human Anatomy, 6th edition. USA: The McGraw Hill Companies; 2001. Chapter 15. Sensory Organs
8. Sundaram, V., Barsam, A., Alwitry, A., Khaw, PT. Oxford Specialty Training: Training in Ophthalmology: The Essential Clinical Curriculum. New York: Oxford University Press Inc.; 2009. Chapter 2. Oculoplastic
9. Protocol For Injuries to the eye, diakses dari http://www.cour.ri.gov.com Akses terahir 01/08/2009
10. Daniel E and Buerger MD. Repair of canalicular laceration can be simplified IN: Ophtalmology times july 1 1998.
11. Ing, E. 2012. Eyelid Laceration, [online], Medscape. Dari: http://emedicine.medscape.com/article/1212531-overview [25 Juni 2013].
12. Tabatabaei, A., Kasaei, A., Nikdel, M., Shoar, S., Esmaeili, S., Mafi, M., et al. Clinical Characteristics and Causality of Eye Lid Laceration in Iran. Oman Medical Journal 2013;28(2):97-101.
13. Ilyas, Sidarta. 2003. Ilmu Penyakit Mata, edisi 2. Balai penerbit FK UI; Jakarta
22