lap. expert

Upload: anonymous-ahqijmjad6

Post on 29-Feb-2016

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

xv

TRANSCRIPT

Lampiran 1

LAPORAN EXPERTASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETES MELITUS Di Ruang Anyelir RS Soediran MS

BAB IPENDAHLUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang

memerlukan waktu perawatan lama dan memerlukan pembeayaan perawatan yang sangat mahal, selain itu prevalensi DM juga terus meningkat sehingga mencapai tingkat epidemi baik di negara yang telah maju maupun di negara yang sedang berkembang (King et al., 1998). Komplikasi DM secara bermakna mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas, demikian juga dihubungkan dengan kerusakan ataupun kegagalan fungsi beberapa organ vital tubuh seperti pada mata maupun ginjal serta sistem syaraf. Penderita DM juga berisiko tinggi mengalami percepatan timbulnya aterosklerosis (Hayden & Tyagi, 2002), yang selanjutnya akan menderita penuakit jantung koroner (PJK), penyakit vaskuler perifer (PVP) dan stroke, serta kemungkinan besar menderita hipertensi ataupun dislipidemia maupun obesitas (Turner et al., 1998)Terapi gizi medis merupakan salah satu pilar penatalaksanaan DM disamping edukasi, latihan jasmani dan intervensi farmakologis. Manfaat latihan jasmani bagi penderita diabetes antara lain meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan kerja.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun menyusun Laporan Expert Asuhan Keperawatan Klien Diabetes Melitus di ruang Anyelir RSUD Dr. Soediran MS WonogiriB. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh terapi gizi terhadap kestabilan gula darah penderita diabetes melitus di ruang Anyelir RSUD Dr. Soediran MS WonogiriBAB II ISI

A. Asuhan Keperawatan Teori

KONSEP TEORI1. DefinisiDiabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh penurunan skresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati. (Yuliana Elin, 2009)

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).2. Etiologia. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)

1) Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

2) Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.3) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas.b. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:

1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

2) Obesitas3) Riwayat keluarga4) Kelompok etnik3. Manifestasi KlinikGejala klasik pada DM adalah :a. Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk pada malam hari.b. Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat.c. Polifagi (banyak makan), rasa lapar meningkat.d. Gejala lain yang dirasakan penderitae. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang harif. Keletihang. Penglihatan atau pandangan kabur.h. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dani. penurunan kesadaran.Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :a. Kehilangan berat badan.b. Luka, goresan lama sembuh.c. Kaki kesemutan, mati rasa.d. Infeksi kulit.4. KomplikasiKomplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. (Carpenito, 2001)a. Komplikasi AkutAda 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 : 1258)1) Diabetik Ketoasedosis (DKA)Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer, 2002 : 1258)2) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)3) Hypoglikemia Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)b. Komplikasi kronikDiabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu: (Long 1996)1) Mikrovaskulera) Penyakit GinjalSalah satu akibat utama dari perubahanperubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)b) Penyakit Mata (Katarak)Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)c) NeuropatiDiabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahanperubahan metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)2) Makrovaskulera) Penyakit Jantung KoronerAkibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau Diabetes Melitus. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau strokeb) Pembuluh darah kakiTimbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celahcelah kulit yang mengalami hipertropi, pada selsel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus demikian juga pada daerahdaerah yang terkena trauma (Long, 1996 : 17)c) Pembuluh darah otakPada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah keotak menurun (Long, 1996 : 17)5. Patofisiologi dan Pathway

Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.

Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik.6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.

Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:

a. Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat:

1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

2) Mengarahkan pada berat badan normal

3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda

4) Mempertahankan kadar KGD normal

5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.

7) Menarik dan mudah diberikanPrinsip diet DM, adalah:

1) Jumlah sesuai kebutuhan

2) Jadwal diet ketat

3) Jenis: boleh dimakan/tidak

Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya:

1) Diit DM I:1100 kalori

2) Diit DM II:1300 kalori

3) Diit DM III:1500 kalori

4) Diit DM IV:1700 kalori

5) Diit DM V:1900 kalori

6) Diit DM VI:2100 kalori

7) Diit DM VII:2300 kalori

8) Diit DM VIII:2500 kalori

Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi,

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus: BB (Kg)

BBR = X 100 %

TB (cm) 1001) Kurus (underweight) :BBR < 90 %

2) Normal (ideal)

:BBR 90 110 %

3) Gemuk (overweight):BBR > 110 %

4) Obesitas, apabila: BBR > 120 %

- Obesitas ringan: BBR 120 130 %

- Obesitas sedang: BBR 130 140 %

- Obesitas berat:BBR 140 200 %

- Morbid:BBR > 200 %Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah:

1) kurus

: BB X 40 60 kalori sehari

2) Normal : BB X 30 kalori sehari

3) Gemuk

: BB X 20 kalori sehari

4) Obesitas: BB X 10-15 kalori seharib. LatihanBeberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.

2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore

3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen

4) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein

5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru

6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik

c. PenyuluhanPenyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainyad. Obat1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)a) Mekanisme kerja sulfanilurea(1) kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas(2) kerja OAD tingkat reseptorb) Mekanisme kerja BiguanidaBiguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:(1) Biguanida pada tingkat prereseptor ( ekstra pankreatik(a) Menghambat absorpsi karbohidrat(b) Menghambat glukoneogenesis di hati(c) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin(2) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin(3) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler2) Insulin(a) Indikasi penggunaan insulin(1) DM tipe I

(2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD(3) DM kehamilan

(4) DM dan gangguan faal hati yang berat(5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)(6) DM dan TBC paru akut

(7) DM dan koma lain pada DM(8) DM operasi

(9) DM patah tulang

(10) DM dan underweight

(11) DM dan penyakit Graves

(b) Beberapa cara pemberian insulin(1) Suntikan insulin subkutanInsulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:(a) Lokasi suntikanAda 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.(b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulinLatihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan(c) Pemijatan (Masage)Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin(d) Suhu

Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin(e) Dalamnya suntikanMakin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan(f) Konsentrasi insulinApabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u 100 ke u 10 maka efek insulin dipercepat(2) Suntikan intramuskular dan intravenaSuntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetike. Cangkok pankreasPendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari donor hidup saudara kembar identikASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. AnamneseIdentitas penderita meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

b. Keluhan UtamaAdanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat Kesehatan sekarangBerisi tentang kapan terjadinya penyakit, penyebab terjadinya hipoglikemia serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.

2) Riwayat kesehatan dahuluAdanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

3) Riwayat kesehatan keluargaDari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantungd. Riwayat psikososialMeliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.e. Pola Gordon1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

2) Pola Nutrisi/Metabolik

Diet, kebiasaan makan makanan tinggi karbohidrat3) Pola Eliminasi

4) Pola Aktifitas dan Latihan

5) Pola Istirahat Tidur

6) Pola Kognitif Perseptual

7) Pola Persepsi Konsep Diri.8) Pola Hubungan peran.9) Pola seksualitas reproduksi.10) Pola mekanisme koping

11) Pola nilai dan keyakinanf. Pemeriksaan fisik1) Status kesehatan umum meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda tanda vital.2) Kepala dan leherKaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh3) Sistem integumentTurgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku4) Sistem pernafasanAdakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.5) Sistem kardiovaskulerPerfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia, kardiomegalis6) Sistem gastrointestinalTerdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

7) Sistem urinaryPoliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

8) Sistem musculoskeletalPenyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

9) Sistem neurologisTerjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasig. Pemeriksaan penunjang (Diagnostik/laboratorium)

1) Tes Toleransi Glukosa

Tes toleransi glukosa oral merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif daripada tes toleransi glukosa intravena yang hanya digunakan dalam situasi tertentu. Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat sederhana. Beberapa yang mempengaruhi tes toleransi glukosa oral, mencakup metode analisis, sumber spesimen (darah utuh, plasma atau serum, darah kapiler atau vena).

2) Pertimbangan Gerontologis

Kenaikan kadar glukosa darah tampak berhubungan dengan usia dan terjadi pada laki- laki atau perempuan di seluruh dunia. Kenaikan glukosa darah timbul pada dekade usia kelima dan frekuensi meningkat bersamaan dengan pertambahan usia.

3) Pemeriksaan glukosa darah/hiperglikemia (puasa, 2 jam setelah makan/post prandial/PP) dan setelah pemberian glukosa per-oral (TTGO).

4) Untuk membedakan tipe 1 dengan tipe 2 digunakan pemeriksaan C-peptide. Konsentrasi C-peptide merupakan indikator yang baik untuk fungsi sel beta, juga bisa digunakan untuk memonitor respons individual setelah operasi pankreas. Konsentrasi C-peptida akan meningkat pada transplantasi pankreas atau transplantasi sel-sel pulau pancreas5) Pemeriksaan HbA1C HbA1C adalah komponen Hb yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik antara glukosa dengan N terminal valin rantai b Hb A dengan ikatan Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi ketoamin yang stabil dan ireversibel.Metode pemeriksaan HbA1C: ion-exchange chromatography, HPLC (high performance liquid chromatography), Electroforesis, Immunoassay, Affinity chromatography, dan analisis kimiawi dengan kolorimetri2. Diagnosa Keperawatana. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulinb. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau embolic. Resiko infeksiB. Resume KasusASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN DIABETES MELITUS DI RUANG ANYELIR RUMAH SAKIT SOEDIRAN MS WONOGIRITgl/Jam masuk RS

: 22 Juni 2015Tanggal dan jam Pengkajian: 24 Juni 2015 jam 14.00Metode Pengkajian

: anamnese, pemeriksaan fisikDiagnosis Medis

: Diabetes MelitusNo. Registrasi

: 46 54 83PENGKAJIAN

a. BIODATA

1. Identitas Klien

Nama Klien: Ny. SAlamat: Nguluh RT 02/ 04, Mlopoharjo, WuryantoroUmur: 61 thAgama: IslamStatus perkawinan: kawinPendidikan: SMPPekerjaan: Swastaa. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Keluhan UtamaKaki terasa kesemutan2. Riwayat Penyakit SekarangSejak satu minggu yang lalu kaki terasa kesemutan, dan terasa tebal. Sudaha berobat ke dokter tapi belum ada perbaikanHari/Tanggal/

WaktuDiagnosa KeperawatanDAR (Data Action Respon)

Rabu/

24 Juni 2015/ Pkl. 14.30

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhDATA:

DS: Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan kadang terasa mualDO: GDS: 700 mg/ dl ACTION:

1. Manajemen Hiperglikemi

Aktivitas:

a. Memonitor kadar gula darah

b. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemi

c. Memberikan insulin

d. Meningkatkan intake cairan

e. Memonitor tekanan darah2. Teaching : Diet yang dianjurkanAktivitas:

a. Mengkaji pengetahuan klien tentang diet yang dibutuhkan

b. Mengkaji pola makan pasien sebelumnya

c. Menjelasakan tujuan dari ketaatan melakukan diet sesuai anjuran bagi kesehatan

d. Memberi informasi kepada pasien berapa lama diet harus dilakukan

e. Mendorong pasien untuk mentaati makanan yang boleh dimakan dan yang dilarang

f. Melibatkan keluargaRESPONSE:

S: Pasien menyatakan akan mematuhi anjuran petugasO:

Insulin masuk dengan lancar, porsi makan dihabiskan

C. Hasil1. Rhury V.A, S.Kep, NersPengetahuan gizi penderita diabetes melitus mempengaruhi kepatuhan diet dalam rangka mempertahankan gula darah normal. Hal yang perlu diketahui penderita diabetes melitus antara lain tujuan diet, jenis jenis makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat dan yang harus dihindari.2. C. Widuri, S.S.TTujuan Pengelolaan diet penderita diabetes melitus:

a. Jangka pendek: Hilangnya keluhan dan tanda DM dengan mempertahankan rasa nyaman dan sehat

b. Jangka panjang:

Dapat dicegahnya/ terhambatnya progesivitas penyakit seperti mikroangiopati dan neuropati diabetik

D. PembahasanPendidikan bukan merupakan faktor penentu tingkat pengetahuan seseorang namun pendidikan yang cukup membantu menentukan tingkat kemampuan seseorang untuk memahami edukasi mengenai gizi yang diberikan.Hal ini sesuai dengan penelitian PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN, DAN KONTROL GLUKOSA DARAH PADA ANGGOTA ORGANISASI PENYANDANG DIABETES MELITUS DAN NON ANGGOTA yang dilakukandi RS Pantiwilasa Citarum sebagian besar (33,3%) berusia lanjut, yaitu 65-74 tahun. Sekitar 50% lansia usia 65 tahun mengalami intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal. Dari hasil analisis yang dilakukan pendidikan terakhir sampel baik anggota Persadia maupun non anggota sebagian besar (47,6%) adalah SMA. Namun, berdasarkan hasil penelitian jumlah anggota Persadia yang memilki nilai pengetahuan gizi baik lebih banyak (38,1%) daripada non anggota (14,3%). Hal ini dapat disebabkan oleh karena tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pendidikan, pekerjaan, dan umur, sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan, sosial budaya, pengalaman, dan informasi yang didapatkan melalui edukasi. Edukasi dapat diperoleh melalui beberapa sumber informasi, diantarnya dari tenaga kesehatan.BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanPengetahuan gizi penderita diabetes melitus mempengaruhi kepatuhan diet dalam rangka mempertahankan gula darah normal untuk dapat mencegahnya/ menghambat progesivitas penyakit seperti mikroangiopati dan neuropati diabetik

B. Saran

1. Kepada pasien diharapkan mematuhi program terapi gizi yang dianjurkan petugas2. Kepada pihak rumah sakit mohon membuat website untuk penyebarluasan informasi gizi penderita diabetes melitusDAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo Aru W, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, ed. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.

2. Darmono, Tony Suhartono, Tjokorda G D Pemayun, et al. Naskah Lengkap Diabetes Melitus Ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2007

3.Tjokroprawiro, Askandar. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. 2006.

4. Miller CK, Edwards L, Kissling G, Sanville L. Nutrition Education Improves Metabolic Outcomes Among Older Adults With Diabetes Mellitus: Result From a Randomized Control Trial Preventive Medicine 2002.