media informasi kerja sama pemerintah dengan …kpsrb.bappenas.go.id/data/filemajalah/edisi...

28
1 SUSTAINING PARTNERSHIP EDISI INFRASTRUKTUR PELABUHAN 2017 Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan Proyek Pelabuhan Skema KPBU Tekan “Dwelling Time” Edisi Infrastruktur Pelabuhan 2017 SUSTAINING PARTNERSHIP MEDIA INFORMASI KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA

Upload: phunghuong

Post on 10-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan

Proyek Pelabuhan Skema KPBU

Tekan “Dwelling Time”

Edisi Infrastruktur Pelabuhan 2017

sustaining

PaRtnERsHiPMEDIA INFORMASI KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA

2 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

indEks

Daftar isi

14

12

Selain bandara, terminal, dan stasiun, salah satu yang

menjadi pintu masuk dan keluarnya barang dan

jasa adalah pelabuhan. Dengan kata lain, pelabuhan

memiliki peran yang sangat vital bagi suatu negara.

Untuk mendukung skema kerja sama pemerintah

dengan badan usaha (KPBU) di Indonesia,

Kementerian Keuangan mengadakan inovasi

pembiayaan infrastruktur dengan cara menyediakan

berbagai fasilitas.

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung

samudera, sungai, atau danau untuk menerima

kapal dan memindahkan barang kargo maupun

penumpang ke dalamnya.

PT Penjaminan Infrastruk tur Indonesia (Persero),

adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara yang

didirikan oleh pemerintah sebagai upaya melakukan

per cepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia.

4 Fokus

Regulasi

Top Event

18

Inovasi kebijakan dan teknologi dibutuhkan dalam

menekan dwelling time di pelabuhan.

Ragam Inovasi

22 Mitra

20

16

24

26

Agus Prihatin Saptono, yang mendorong kerja

sama antarnegara Asia dan Eropa demi terciptanya

konektivitas di semua dimensi.

Rekaman gambar kegiatan market sounding proyek

KPBU, di Medan, Sumatera Utara, tentang

Pengembangan RSUD DR. Pirngadi.

Pengembangan infrastruktur sektor kepelabuhanan

melalui skema KPBU, sebagaimana disampaikan oleh

Ariyanto Wibowo.

Inspirasi

Snapshot

Kabar KPBU

Kolom

Percepatan pembangunan Pelabuhan Patimban, Jawa

Barat, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara

dan kesejahteraan masyarakat, termasuk kesejahteraan

masyarakat sekitar pelabuhan dan pengusaha.

3sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

EditoRial

Sejak adanya negara, pelabuhan

menjadi suatu hal yang vital.

Sebab, pelabuhan adalah pintu

gerbang, masuk dan keluarnya, baik

barang maupun jasa. Jika diibaratkan

sebagai organ tubuh, pelabuhan

adalah “mulut manusia”. Maka, jika

tubuh manusia kurang sehat, itu

disebabkan karena sistem kerja mulut

sedang terganggu atau ada masalah

terhadap makanan atau minuman yang

dimasukkan lewat mulut.

Apabila dibawa ke dalam konteks

negara, agar suatu negara tetap “sehat

dan bugar,” maka sistem kerja serta

segala fasilitas yang ada di pelabuhan

harus segera diperbaiki agar proses

masuknya barang dan jasa melalui

pelabuhan bisa berjalan dengan baik.

Menyadari akan arti pentingnya

pelabuhan, pemerintah Republik

Indonesia melalui lembaga dan pejabat

terkait terus melakukan perbaikan serta

pembangunan di wilayah pelabuhan.

Hal tersebut dilakukan guna membantu

pertumbuhan ekonomi negara dan

bangsa Indonesia.

Hal itu pula yang kemudian

menjadi landasan berpikir dari

majalah Partnership dalam mengupas

pelabuhan dan infrastrukturnya, mulai

dari konsep, teknis maupun skema

pembiayaannya. Dalam hal ini, termasuk

di dalamnya skema pembiayaan kerja

sama pemerintah dengan badan usaha

(KPBU).

Pada edisi ini juga dibahas proses

pengembangan dan rencana pengem­

bangan pelabuhan­pelabuhan yang

ada di Indonesia, baik pelabuhan yang

sudah selesai dikembangkan maupun

pelabuhan yang masih dalam tahap

proses pengembangan (on progress).

Semoga ulasan­ulasan yang disaji­

kan majalah ini, bisa menjadi bahan

bacaan dan referensi yang bermanfaat

bagi para pemangku kepentingan

dalam hal mempercepat pembangunan

pelabuhan di Tanah Air. Selamat

membaca.

Salam hormat,Redaksi

Catatan REDaksi

Pelabuhan sebagai “Mulut”

SUSUNAN REDAKSI

PENANGGUNG JAWABDirektur Kerjasama Pemerintah

Swasta Rancang Bangun

PEMIMPIN REDAKSIAde Hendraputra

DEWAN REDAKSIDadang JusronReghi Perdana

Astu Gagono KendartoNovie Andriani

Mohammad Taufiq RinaldiMuch NurachmadAhmad Yudistira

Dhianti Afifah Nabila YudhyHartono Kurniawan

Fildzah AmalinaElly DamayantyNur Wulandari

TEAM LEADERYan Kurniawan

JURNALIS/co­TEAM LEADERMunib Ansori

ANALISIS BERITA Alia Fachrunnisa

EDIToR Lukman Ajis Salendra

REPoRTERRaflis Rusdi

Thomas Febrian H

PENERJEMAH Khairil Zamarel

FoToGRAFERHari Ambari

ILLUSTRAToR/MEDIA DESIGNERAldrian Agusta

TENAGA PENDUKUNG Lilis Mardiana

1SUSTAINING PARTNERSHIP EDISI INFRASTRUKTUR PELABUHAN 2017

Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Pelabuhan

Proyek Pelabuhan Skema KPBU

Tekan “Dwelling Time”

Edisi Infrastruktur Pelabuhan 2017

SUSTAINING

PARTNERSHIPMEDIA INFORMASI KERJA SAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA

ISI DI LUAR TANGGUNG JAWAB PERcETAKAN

FoTo covER: HARI AMBARI

ISTIMEWA

ALAMAT REDAKSIJalan Taman Surapati

Nomor 2 Jakarta 10310Telepon (021) 31934175, Faksimile (021) 31923813

4 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur

Pelabuhan

fokus

HARI AMBARI

5sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

fokus

komersial, sementara aspek operasional

dikoordinasikan oleh Lembaga Ad­

ministrator Pelabuhan (Adpel). Terlepas

dari hal itu semua, seiring dengan

kemajuan dan perkembangan zaman

khususnya di bidang teknologi informasi,

para pengelola pelabuhan yang telah

dibentuk oleh pemerintah harus bisa

memanfaatkan kemajuan dari informasi

teknologi itu.

Artinya, selain melakukan perbaikan

ataupun pembangunan secara fisik

terhadap pelabuhan, para pengelola

pelabuhan, baik pengelolaan pada

aspek operasional maupun aspek

komersial harus bisa menerapkan

kemajuan teknologi di pelabuhan yang

dikelolanya masing­masing.

Dwelling Time

Sebelum jauh membahas persoalan

ini, kita perlu pahami lebih dahulu

arti dari kata dwelling time. Secara

Selain bandar udara (bandara), terminal, dan stasiun, salah satu yang menjadi pintu keluar masuknya barang dan jasa adalah pelabuhan. Dengan kata lain, pelabuhan memiliki peran yang sangat vital bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Oleh sebab itu, perlu badan usaha yang profesional sekaligus bertanggungjawab dalam mengelola pelabuhan.

Berdasarkan pemahaman ter­

sebut kemudian pemerintah

Republik Indonesia pada tahun

1960 membentuk Perusahaan Negara

(PN) Pelabuhan I hingga Pelabuhan

vIII sebagai pengelola pelabuhan

laut di seluruh Indonesia berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

1960 tentang Pengelolaan Pelabuhan

Umum yang dilakukan oleh Badan

Pengusahaan Pelabuhan (BPP).

Tidak cukup sampai di situ,

pemerintah terus melakukan perbaikan

demi perbaikan dalam hal pengelolaan

dan aspek komersial dengan maksud,

dari hasil pengelolaan pelabuhan

tersebut, negara bisa menawarkan

“citra pengelolaan pelabuhan” kepada

negara lain ataupun para pebisnis

(pengusaha).

Konkretnya, pada tahun 1964 hingga

1969, BPP yang terdiri dari PN Pelabuh­

an I hingga Pelabuhan vIII bertanggung

jawab terhadap pengelolaan aspek

Presiden Joko Widodo meninjau fasilitas di Pelabuhan Tanjung PriokISTIMEWA

6 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

sederhana, dwelling time dapat diartikan

sebagai waktu yang dibutuhkan peti

kemas (barang impor) untuk ditimbun di

Tempat Penimbunan Sementara (TPS)

pelabuhan sejak dibongkar dari kapal

sampai dengan barang impor keluar

dari TPS.

Belum lama ini, pemerintah,

pengusaha, pemerhati, akademisi serta

masyarakat, menyoroti dwelling time

yang terjadi di beberapa pelabuhan yang

ada di Tanah Air karena membutuhkan

waktu yang tidak sebentar dalam

melakukan bongkar muat.

Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi)

bahkan sempat menginstruksikan agar

waktu bongkar muat yang tadinya 7

hingga 8 hari agar dipersingkat menjadi

2 hari. Instruksi tersebut dikeluarkan

dengan harapan menambah daya

saing pelabuhan di Indonesia dengan

pelabuhan yang ada di dunia, ter­

utama di negara­negara maju seperti

Amerika Serikat, Rusia, cina, Australia,

Belanda serta negara­negara Eropa

lainnya, juga negara­negara di Asia

khususnya Asia Tenggara yang secara

waktu ke waktu turut memperbaiki

sistem dan fasilitas pelabuhannya

masing­masing.

Selain memberikan instruksi, Presi­

den Jokowi juga menyarankan agar

dalam melakukan pengelolaan

pelabuhan, lembaga terkait yang

ditunjuk sebagai pengelola dan

bertanggungjawab dalam menjalan­

kan roda pengelolaan serta bisnis

kepelabuhanan agar tidak lagi meng­

gunakan ‘gaya lama’ dalam mengelola

pelabuhan. Selain itu, Presiden Jokowi

juga sempat berpesan agar pihak

pengelola tidak lagi melakukan tindakan­

tindakan kecurangan dalam segala hal,

sebab akan berdampak panjang.

Hal senada juga disampaikan oleh

Menteri Perhubungan, Budi Karya

Sumadi yang menyatakan bahwa banyak

faktor yang membuat waktu tunggu di

pelabuhan atau dwelling time menjadi

lama. Beberapa diantaranya adalah

pada proses pre customs clearance,

yaitu bongkar muat barang yang harus

mendapat izin dari beberapa lembaga

fokusfokus

Pengelola pelabuhan jangan lagi melakukan

tindakan-tindakan kecurangan dalam

segala hal, sebab akan berdampak panjang.

Presiden Joko Widodo

Persiapan pemuatan peti kemas di Pelabuhan Tanjung PriokHARI AMBARI

7sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

fokusfokus

atau instansi terkait.

Menurut Budi Karya Sumadi,

koordinasi yang baik dalam hal

perizinan menjadi ‘kata kunci’ untuk

mempersingkat dan mempermudah

waktu bongkar muat. Berdasarkan

kondisi objektif tersebut, maka Ke­

menterian Perdagangan (Kemendag)

memberlakukan izin secara online.

Pelayanan Berbasis Digital

PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)

atau IPc sebagai operator pelabuhan

terbesar di Indonesia, dalam kilas

balik tahun 2016 telah mengambil

langkah­langkah strategis dalam

rangka redefinisi posisi perusahaan dan

reorientasi arah perusahaan, termasuk

penajaman visi, nilai dan karakter

perusahaan, penentuan arah kebijakan

Direksi hingga penyusunan corporate

roadmap menuju cita­cita perusahaan

sebagai pengelola pelabuhan kelas

dunia di tahun 2020.

Tiga bidang yang menjadi fokus

dalam peningkatan kinerja ke depan

adalah persiapan fondasi governance,

revenue enhancement, dan cost

effectiveness. Fase fit in infrastructure

di tahun 2016 diharapkan menjadi

landasan kuat dan komprehensif bagi

Pelabuhan Tanjung Priok

Penyimpanan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok

ISTIMEWA

HARI AMBARI

8 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

fokusfokus

perusahaan untuk dapat lepas landas

pada tahap berikutnya.

Direktur Utama IPc, Elvyn G.

Masassya, dalam kegiatan media

gathering yang berlangsung di

Bandung, Jawa Barat, pada 2­4

Februari 2017 menyampaikan bahwa

mulai tahun 2017 tidak ada lagi aktivitas

manual di pelabuhan. Katanya, selain

untuk mengefektifkan waktu, juga untuk

menjaga keselamatan kerja. “Hal ini

adalah salah satu syarat atau usaha

yang dilakukan untuk mencapai cita­

cita IPc di tahun 2020, yaitu menjadi

pengelola pelabuhan berkelas dunia,”

katanya.

Elvyn juga memaparkan, bentuk­

bentuk kerja berbasis digital itu dilakukan

mulai dari hulu hingga ke hilir, mulai dari

kapal belum bersandar, hingga peti

kemas (barang) keluar dari pelabuhan.

Direktur Utama IPc juga memberikan

contoh aktivitas pelabuhan yang

berbasis digital. Salah satu contohnya

dari sisi operasi, membangun dan

me­roll out terminal operating system

(ToS), baik pada terminal peti kemas,

maupun pada terminal non­peti kemas.

“Selanjutnya pengenalan integrated

billing system (IBS) dan e-Service di

Pelabuhan Tanjung Priok, dukungan

terhadap Inaportnet untuk kemudian

diintegrasikan dengan Indonesia

National Single Window (INSW),

serta inisiasi Container Freight Station

(cFS) terpadu dan buffer trucking,”

jelasnya.

Kata Elvyn, pelayanan berbasis

digital intinya dilakukan sebelum kapal

datang atau bersandar di pelabuhan.

Terlebih dahulu kita sudah mengetahui

jenis kapal, muatan dan segala

macamnya, termasuk persoalan­

persoalan administrasi dan segala

macam pembayaran yang telah

dilakukan melalui internet serta internet

banking,” ungkapnya.

Dari sisi komersial, perusahaan

telah melakukan revitalisasi sistem

kerjasama usaha (SISKAKU),

penataan kembali customer database,

penetapan formula kerjasama dengan

mitra eksisting maupun prospektif, dan

pengembangan bisnis serta hubungan

dengan pengguna jasa terkait. Dari

sisi teknik, perusahaan melakukan

usaha­usaha untuk mempercepat

implementasi empat proyek strategis

pemerintah, menginisiasi Maritime

Tower dan Museum Maritim, meletakkan

fondasi untuk inisiasi enterprise risk

management (ERM), hingga tindak

lanjut atas inisiasi pemerintah untuk

pengalihan pengelolaan beberapa

pelabuhan UPT.

Kegiatan bongkar muat di pelabuhan.HARI AMBARI

9sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

fokusfokus

Dari sisi operasi, perusahaan

terus melakukan perbaikan menuju

operational and service excellence,

sebagai competitive advantage dengan

membangun dan me­roll out terminal

operating system (ToS) baik pada

terminal peti kemas maupun segmen

non­peti kemas, pengenalan integrated

billing system (IBS) dan e-Service di

Pelabuhan Tanjung Priok, dukungan

terhadap Inaportnet untuk kemudian

diintegrasikan dengan INSW, serta

inisiasi Container Freight Station (cFS)

terpadu dan buffer trucking.

Dari sisi keuangan, perusahaan

terus meningkatkan fungsi­fungsi

seperti budget control, financial report

dashboard, optimalisasi revenue

enhancement dan cost effectiveness

sehingga perusahaan berhasil men­

catatkan pendapatan sebesar Rp9

triliun (unaudited), EBITDA Rp3,2 triliun

(unaudited), dan total aset Rp43,7 triliun

(unaudited). Dalam hal sumber daya

manusia (SDM) dan hukum, perusahaan

telah mengimplementasikan struktur

organisasi kantor pusat dan cabang

yang baru termasuk redeployment

personnel, inisiasi budaya perusahaan

yang baru, penyusunan human capital

system tahap awal, hingga penyelesaian

beberapa permasalahan hukum.

Dalam hal pengelolaan anak

perusahaan dan cabang, perusahaan

telah menetapkan fungsi dan peran

Dirbina (Direktur Pembina) untuk

percepatan pengambilan keputusan

dan tindak lanjut permasalahan,

penyusunan grand design IPc Group,

hingga peningkatan peran stakeholder

management dan inisiasi pengaturan

proses pengadaan.

Tahun 2017 ini merupakan tahun

enhancement, sehingga perusahaan

perlu secara komprehensif meneruskan

transformasi dalam rangka mewujudkan

kinerja unggul berkesinambungan

dengan menjalankan corporate road-

map yang berfokus untuk memperkuat

Persoalan-persoalan administrasi dan segala macam

pembayaran telah dilakukan melalui

internet serta internet banking.

Elvyn G. MasassyaDirektur Utama IPC

Tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok

ISTIMEWA

HARI AMBARI

10 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

fokusfokus

dan mengembangkan bisnis dan actions

di atas fondasi yang telah dibangun

pada tahun 2016. Perbaikan dan

peningkatan dalam aspek operasional

dan pelayanan, termasuk pengadaan,

modernisasi alat, dan program pe­

masaran, pengembangan anak per­

usahaan, pembangunan infrastruktur

pada pelabuhan­pelabuhan baru,

pembentukan holding, dan perkuatan

dan pengembangan usaha akan

menjadi benang merah perusahaan di

tahun 2017.

Sedangkan untuk Pelabuhan

Patimban, IPc siap memberikan

dukungan kepada pemerintah berupa

pembangunan dan pengelolaan

pelabuhan. IPc sebagai badan usaha,

menyiapkan dana kelola sesuai dengan

aturan sekitar Rp2 triliun dengan total

kepemilikan saham 51%.

Sifat dan mekanisme logistik

maritim yang telah bergerak dari

pelayanan port-to-port menjadi door-to-

door mengisyaratkan perusahaan

untuk mendorong pengembangan

penerapan konsep integrated chain

port, di mana pelabuhan­pelabuhan

di Indonesia secara bertahap me­

laksanakan dan mengembangkan

inisiatif untuk melakukan kolaborasi

operasional, inovasi berbasis IT,

perbaikan konektivitas dengan industri

dan pasar, harmonisasi stakeholders

dan penanganan secara tepat isu­isu

strategis yang berkembang.

Untuk meningkatkan sinkronisasi dan

sinergitas antar­stakeholders terkait,

kedepannya IPc akan melaksanakan

persiapan pembangunan Maritime Tower

di Jakarta Utara, yang akan menjadi

pusat aktivitas pihak­pihak yang terkait

di dalam maritime supply chain, seperti

port operator, bea cukai, shipping line,

dan pihak­pihak lain. Pembangunan

Maritime Tower ini bertujuan untuk

memudahkan komunikasi antarpihak

sebagai upaya penurunan biaya logistik

di Indonesia.

Cara pandang pembangunan

infrastruktur yang bertumpu pada APBN/ APBD merupakan cara pandang yang keliru.

Basuki HadimuljonoMenteri Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat

Peti kemas siap dimuat ke kapal

ISTIMEWA

HARI AMBARI

11sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

fokusfokus

Kata Elvyn, dalam mencapai target­

target perusahaan yang ditetapkan

dengan paradigma dan platform baru

tersebut pun sangat penting bagi

organisasi ini untuk membangun dan

mengembangkan kebiasaan dan bu­

daya kolaboratif dalam teamwork

antar unit­unit dan fungsi­fungsi terkait

sekaligus juga untuk menghilangkan

silo/sekat­sekat antarunit dan untuk

harmonisasi dan alignment dalam arti

luas.

“IPc juga membutuhkan kolaborasi

dan dukungan penuh pemerintah mau­

pun pemangku kepentingan lain nya,

termasuk media, demi kelangsungan,

pengembangan, dan pembangunan

proyek­proyek kepelabuhanan untuk

dapat berjalan dengan baik tanpa

hambatan,” tandasnya.

Pentingnya Skema KPBU

Pelayanan pelabuhan yang efektif

dan efisien serta usaha­usaha terobosan

baru yang dilakukan oleh pihak badan

usaha pelaksana dapat lebih efektif jika

skema kerja sama pemerintah dengan

badan usaha (KPBU) diterapkan

khususnya dalam pembangunan

infrastruktur pelabuhan.

Berkaca dari sektor infrastruktur

lain, Menteri Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat (PUPR),

Basuki Hadimuljono menilai cara

pandang pembangunan infrastruktur

yang bertumpu pada APBN/ APBD

merupakan cara pandang yang

keliru. cara pandang keliru itu

dikarenakan adanya pemahaman

yang menggariskan kalau aset

infrastruktur hanya dimiliki oleh

negara sehingga pembangunan aset

infrastruktur oleh swasta di ang gap

sebagai privatisasi.

Lebih lanjut, Basuki mengimbau

agar paradigma yang keliru itu harus

segera diluruskan, dalam artian

kolaborasi antara negara dan swasta

adalah penting dalam melakukan

pembangunan. “Dan skema KPBU ada­

lah salah satu solusinya,” imbuhnya.

Hal senada juga disampaikan

oleh Direktur Pengelolaan Dukungan

Pemerintah dan Pembiayaan

Infrastruktur Kementerian Keuangan,

Freddy Aragih yang menyampaikan

bahwa KPBU menjadi pilihan skema

yang rasional dalam pembangunan

infrastruktur. Lebih lanjut ia menerang­

kan kalau KPBU jadi pembiayaan yang

rasional, baik secara esensi metodologi

maupun kemanfaatannya.

Aktivitas bongkar muatan dari kapalHARI AMBARI

Adapun jenis fasilitas yang diberikan

dalam PDF terbagi ke dalam dua bagian,

yaitu penyiapan proyek dan fasilitas

pendampingan transaksi.

12 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

toP EvEnttoP EvEnt

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi)

memandang penting adanya

pelabuhan di setiap daerah.

Untuk itulah dalam acara Apkasi

otonomi Expo 2017, Presiden Jokowi

mengimbau kepada setiap daerah

untuk membangun pelabuhan dengan

menggunakan skema KPBU.

Senada dengan Jokowi, Menteri

PPN/Kepala Bappenas, Bambang

Brodjonegoro, usai acara ‘Memacu

Pembangunan Infrastruktur’ yang ber­

langsung di Institut Teknologi Ban dung

(ITB), di Bandung, Jawa Barat, (25/8),

mengatakan, mengingat pentingnya

pelabuhan bagi pembangunan suatu

daerah, pemerintah pusat mengajak

pemerintah daerah dan swasta untuk

lebih aktif dalam memanfaatkan

skema pembiayaan infrastruktur

yang menjadi kerja sama pemerintah

dengan badan usaha (KPBU). Pasalnya

selain skema KPBU dapat menutup

Proyek Pelabuhan Skema KPBU

Pelabuhan Kabil

Proyek New Port Makassar

ISTIMEWA

ISTIMEWA

13sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

toP EvEnttoP EvEnt

kesenjangan (gap) antara kebutuhan

dan ketersediaan dana, skema ini juga

dinilai semakin menarik.

Dijelaskan oleh Bambang Brodjo­

negoro, saat ini pemerintah pusat

tengah serius mengerjakan lima proyek

pembangunan pelabuhan dengan

menggunakan skema KPBU. Adapun

proyek pembangunan pelabuhan meliputi

Pelabuhan Kabil di Batam, Pelabuhan

Internasional Kuala Tanjung di Sumatera

Utara, Pelabuhan Internasional Bitung

di Sulawesi Utara, Pelabuhan Baru

Makassar di Sulawesi Selatan, dan

Pelabuhan Patimban di Jawa Barat.

Bambang Brodjonegoro mengatakan

kelima proyek pelabuhan tersebut siap

ditawarkan kepada pihak swasta dengan

skema KPBU. Ketika ditanya berapa

besar biaya yang akan dikeluarkan

untuk pembangunan tersebut,

Bambang Brodjonegoro mengatakan,

untuk pengembangan Pelabuhan

Kabil, Batam dengan nilai US$729

juta, pengembangan Pelabuhan

Kuala Tanjung dengan nilai US$3,6

juta, pengembangan Pelabuhan New

Makassar dengan nilai US$416 juta,

pengembangan Pelabuhan Interna­

sional Bitung dengan nilai US$532

juta, serta pembangunan Pelabuhan

Patimban senilai US$3,2 miliar.

Bambang sendiri yakin kelima proyek

pelabuhan ini dapat mengundang

minat swasta, sehingga di awal 2019

dan 2020, pihak swasta yang menjadi

partner pemerintah sudah bisa

mengerjakannya.

“Saya sendiri berharap di tahun

2021, kelima proyek pelabuhan yang

menggunakan skema KPBU bisa

semuanya selesai, sehingga di tahun

2022 sudah bisa dioperasikan,” tutup

Bambang.

Pelabuhan Tanjung Priok.

Akses jalan tol ke Pelabuhan Kuala TanjungISTIMEWA

HARI AMBARI

14 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

REgulasiREgulasi

Untuk mendukung skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU) di Indonesia, Kementerian Keuangan mengadakan inovasi pembiayaan infrastruktur dengan cara menyediakan berbagai fasilitas dan dukungan pemerintah.

Inovasi yang dimaksud berupa

fasilitas penyiapan proyek, dukung­

an kelayakan, dan pen jaminan

infrastruktur. Dukungan ini merupakan

bentuk nyata dari upaya Pemerintah

Indonesia dalam memperkuat

pembangunan infrastruktur dengan

menjembatani keunggulan yang dimiliki

pemerintah dan swasta.

Salah satu dukungan pemerintah

yang dimaksud adalah dengan

memfasilitasi PJPK dalam menyiapkan

dan melakukan transaksi proyek KPBU

melalui project development facility

(PDF) atau fasilitas penyiapan proyek.

Project development facility

(PDF) atau fasilitas penyiapan proyek

adalah fasilitas yang disediakan

oleh Kementerian Keuangan dalam

membantu PJPK menyusun kajian

prastudi kelayakan, dokumen lelang,

dan mendampingi PJPK dalam transaksi

proyek KPBU hingga mencapai

pembiayaan dari lembaga pembiayaan

(financial close).

Dasar hukum dalam pelaksanaan

PDF ini adalah Peraturan Presiden

Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Percepatan Penyediaan Infrastruktur

Prioritas, Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 265/PMK.08/2015 tentang

Fasilitas dalam Rangka Penyiapan

dan Pelaksanaan Transaksi Proyek

Kerjasama Pemerintah dan Badan

Usaha, serta Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 129/PMK.011/2016

tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 265/

PMK.08/2015.

Dengan adanya PDF ini, KPBU

melalui PJPK dipastikan akan

mendapatkan banyak kemudahan/

manfaat dalam menjalankan sebuah

proyek. Jika melihat pada tujuan dari

adanya PDF, setidaknya ada tiga

manfaat yang bisa diperoleh dalam

proyek­proyek skema KPBU.

Project Development Facility (PDF)

Kegiatan pekerja di Pelabuhan Tanjung PriokHARI AMBARI

15sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

REgulasiREgulasi

Pertama, PDF membantu PJPK

menyusun kajian prastudi kelayakan

dan dokumen lelang secara profesional

sehingga mampu menarik minat dan

partisipasi badan usaha pada proyek

KPBU. Kedua, mendampingi PJPK

dalam transaksi proyek KPBU sampai

mencapai financial close.

Ketiga, menyelaraskan penyediaan

fasilitas oleh Menteri Keuangan untuk

proyek KPBU dalam satu rangkaian

proses yang efektif dan efisien.

Adapun jenis fasilitas yang diberikan

dalam PDF terbagi ke dalam dua

bagian, yaitu penyiapan proyek dan

fasilitas pendampingan transaksi.

Dalam penyiapan proyek, bentuk

fasilitas berupa persiapan kajian akhir

prastudi kelayakan dan persiapan

kajian dan/atau dokumen pendukung

untuk kajian akhir prastudi kelayakan

dilakukan. Sedangkan di bagian fasilitas

pendampingan transaksi, fasilitas

yang diberikan berupa pelaksanaan

pengadaan badan usaha, pelaksanaan

penan datanganan perjanjian KPBU,

serta perolehan pembiayaan untuk

proyek KPBU (financial close), selama

masih menjadi bagian dari tanggung

jawab yang dialokasikan kepada PJPK

berdasarkan perjanjian KPBU.

Ada dua kriteria berbeda dalam

penerapan fasilitas PDF dalam proyek

KPBU, yakni KPBU prioritas dan

KPBU lainnya yang tidak masuk dalam

prioritas. KPBU prioritas adalah proyek

KPBU yang telah memenuhi seluruh

kriteria dan persyaratan yang diatur

dalam Perpres Nomor 75 Tahun 2014

sehingga otomatis bisa mendapakan

fasilitas. Sedangkan Proyek KPBU

yang bukan proyek prioritas bisa

mendapatkan fasilitas ini dengan

syarat PJPK yang bersangkutan telah

melakukan penjajakan minat pasar

(market sounding) yang menunjukkan

bahwa proyek tersebut diminati oleh

para calon investor.

Ada beberapa langkah dalam

proses bisnis pemberian PDF ini.

Sebagai awalan, PJPK mengajukan

permohonan fasilitas kepada

Menteri Keuangan. Jika disepakati,

Menteri Keuangan akan menerbitkan

persetujuan prinsip pemberian PDF.

Setelah itu, PJPK dan Kementerian

Keuangan melalui Direktorat Jenderal

Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko

(DJPPR) berkoordinasi menyusun

kesepakatan induk yang membuat

prinsip dan ketentuan dasar mengenai

penyediaan dan pelaksanaan fasilitas.

Apabila sudah disusun dan disepakati,

PJPK dan Direktur Jenderal PPR akan

menandatangani kesepakatan induk ini.

Bila sudah ditandatangani, pihak PJPK

dapat membentuk tim yang bertugas

untuk melaksanakan proyek KPBU.

Dalam pelaksanaannya, Direktorat

Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan

Pembiayaan Infrastruktur Kementerian

Keuangan bertindak sebagai

pelaksana PDF. Meskipun begitu,

untuk menjaga efisiensi dan efektivitas,

Menteri Keuangan secara khusus

dapat memberi penugasan kepada

BUMN serta mengadakan kerja sama

dengan lembaga internasional dalam

pelaksanaan PDF.

Peti kemas di lapangan ICT Tanjung PriokHARI AMBARI

16 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

snaPsHotsnaPsHot

Badan Koordinasi Penanaman

Modal (BKPM) bekerja sama

dengan Pemerintah Kota Medan

dan Japan International cooperation

Agency (JIcA) untuk mengadakan

kegiatan market sounding pengem­

bangan Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD) DR. Pirngadi Kota Medan.

Berdasarkan studi yang dilakukan

JIcA, total investasi yang diperlukan

untuk pengembangan proyek tersebut

mencapai Rp546 miliar.

Kegiatan ini bertujuan untuk men­

dapatkan feedback dari peserta untuk

meningkatkan kualitas studi kelayakan

proyek untuk kemudian menjadi siap

dilelang. Untuk mencapai tujuan

tersebut, kegiatan market sounding

ini dihadiri oleh lebih kurang 60 orang

peserta yang terdiri dari investor yang

bergerak di bidang jasa pengelolaan

rumah sakit, kontraktor, industri dan

penyalur alat kesehatan, perbankan,

lembaga keuangan, dan konsultan

terkait, baik perusahaan asing maupun

perusahaan dalam negeri.

Deputi Bidang Perencanaan

Penanaman Modal, Tamba Parulian

Hutapea, menyatakan kegiatan market

soundingini dilaksanakan oleh BKPM

sebagai salah satu kegiatan dari Kantor

Bersama KPBU yang telah dibentuk

pada bulan Februari 2017 yang lalu.

Kantor Bersama KPBU ini memiliki

4 fungsi utama, yaitu sebagai pusat

informasi terpadu mengenai proyek

KPBU, sarana penguatan kapasitas

aparatur negara dalam hal KPBU, pusat

pelayanan dan pendampingan proyek

KPBU, serta pusat koordinasi antara

simpul­simpul KPBU di masing­masing

kementerian dan lembaga.

BKPM sendiri memiliki tugas me­

lakukan kegiatan market sounding

serta pelayanan perizinan dan non­

perizinan di bidang pe nanaman

modal.

Market Sounding Proyek kPBu

Pengembangan RSUD DR. Pirngadi MedanBadan koordinasi Penanaman Modal

auditorium nusantara, Jakarta, 9 agustus 2017

HARI AMBARI

17sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

snaPsHotsnaPsHot

HARI AMBARI

HARI AMBARI

HARI AMBARI

18 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

Salah satu proses di pelabuhan

yang sangat penting perannya

dalam laju ekonomi adalah

dwelling time. oleh sebab itu, inovasi

kebijakan dan teknologi dibutuhkan

dalam menekan dwelling time. Jika

tidak dilakukan, negara akan selalu

mengalami kerugian yang cukup besar

hingga mencapai triliunan rupiah.

Salah satu terobosan yang akan

dilakukan adalah modernisasi Container

Freight Station (cFS). Modernisasi cFS

ini akan terintegrasi dengan jaringan

teknologi informasi (IT), sehingga

dwelling time menurun. Tanjung Priok

adalah salah satu pelabuhan yang akan

mendapat modernisasi cFS ini.

Selama ini, setiap Container Freight

Station (cFS) membutuhkan dua orang

atau lebih tenaga bea cukai. Dengan

modernisasi cFS yang terintegrasi,

jumlah tersebut dapat dikurangi. Dengan

demikian akan terjadi efisiensi tenaga

kerja. Konsolidasi lokasi pun akan

diterapkan dalam memodernisasi cFS.

Pihak Dewan Pelabuhan siap

mendukung rencana modernisasi

pelabuhan ini. Hanya saja, masukan

dari para stakeholder cFS yang hari

ini beroperasi harus didengarkan oleh

pihak pemerintah.

Selain modernisasi cFS, berbagai

aspek di pelabuhan pun akan segera

dimodernisasi. Strategi­strategi lain

telah disiapkan dalam modernisasi

pelabuhan.

Kemenko Maritim dan sumber

daya dan lembaga terkait sudah

merencanakan beberapa inovasi untuk

membenahi sistem bongkar muat di

pelabuhan. Dengan beberapa inovasi

tersebut, dwelling time diharapkan

dapat ditekan hingga dua hari atau

kurang.

Dwelling time adalah ukuran waktu

yang dibutuhkan mulai dari bongkar

muat barang (berthing) hingga barang

keluar dari pelabuhan (gate out). Jika

kegiatan dwelling time bisa berlangsung

cepat, maka laju ekonomi pun semakin

cepat. Begitu pula sebaliknya, jika

dwelling time berlangsung lama, maka

kegiatan ekonomi akan terhambat. oleh

sebab itulah, hitungan waktu dalam

dwelling time sangatlah penting.

Ragam inovasi

Modernisasi Container Freight Station (CFS) penting dilakukan sebagai salah satu strategi untuk menekan dwelling time. Terobosan ini memerlukan kerja sama antara kementerian/lembaga, bea cukai, operator terminal, dan pihak swasta sebagai pelaku usaha.

Tekan “Dwelling Time”Tekan “Dwelling Time”HARI AMBARI

19sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

Ada tiga tahap dalam proses dwelling

time, yaitu pre customs clearance,

customs clearance dan post customs

clearance. Pre customs clearance ada­

lah proses pengurusan dokumen se­

b elum pemeriksaan oleh customs

clearance. Sedangkan customs clear-

ance dibagi menjadi dua macam proses

pemeriksaan, yaitu pemeriksaan

dokumen dan pemeriksaan fisik. Ada­

pun post clearance merupakan proses

yang dilakukan setelah pemeriksaan

bea cukai. Selain ketiga tahap di atas,

juga terdapat pemeriksaan karantina

yang terkait dengan barang berbahaya

yang memerlukan pemeriksaan labo­

ratorium, sehingga bisa menambah

dwelling time.

Dwelling time juga berhubungan

erat dengan lahan tempat kontainer

ditumpuk. Secara umum, lahan dwelling

time dibagi menjadi dua, yaitu quay

yard dan buffer yard. Quay yard adalah

lahan tempat penumpukan kontainer/

barang yang posisinya berada tepat

di pinggir dermaga. Sedangkan buffer

yard adalah cadangan lahan tempat

penumpukan kontainer/barang di area

ataupun di luar area pelabuhan.

Tahapan dwelling time dan luasan

lahan tempat kontainer/barang

ditumpuk sangat memengaruhi waktu

yang dibutuhkan dalam kegiatan

bongkar muat barang. oleh karenanya,

diperlukan sebuah terobosan baru

agar tahapan dwelling time dan luasan

lahan tidak menghambat aktivitas

pelabuhan.

Presiden Joko Widodo pernah

menyampaikan bahwa waktu tunggu

bongkar muat barang di pelabuhan

(dwelling time) di Pelabuhan Tanjung

Priok dan pelabuhan lain agar bisa

menyamai Singapura dan Malaysia.

Setidaknya, target yang disampaikan

Presiden cukup tinggi, yakni di bawah

tiga hari. Padahal pada pertengahan

tahun lalu, dwelling time di Pelabuhan

Tanjung Priok bisa mencapai 6­7 hari.

Sementara pertengahan tahun ini bisa

ditekan menjadi 3,5 hari.

Permasalahan dwelling time yang

berkaitan dengan biaya logistik,

memerlukan peran dan partisipasi

aktif dari semua pihak yang terlibat,

baik dari kementerian/lembaga terkait

yang menerbitkan izin ekspor/impor,

bea cukai, operator terminal, juga

dari pihak swasta sebagai pelaku

usaha yaitu para pengimpor dan

pengekspor, Perusaha an Pengurusan

Jasa Kepabeanan (PPJK), shipping

agent, forwarder dan pelaku usaha

pelabuhan lainnya, Masih banyak hal

yang harus dilakukan untuk menekan

masalah­masalah yang ada agar

dwelling time bisa menurun sesuai

dengan permintaan Presiden.

oleh karena itu, berbagai inovasi

dibutuhkan untuk mengurangi dwelling

time, baik dari infrastrukturnya sendiri

maupun dari sisi sistem pengoperasian

dan manajemen infrastrukturnya. Di

sinilah pihak swasta dapat dilibatkan,

salah satunya dengan turut membantu

meningkatkan infrastruktur pelabuhan

melalui skema kerja sama pemerintah

dengan badan usaha (KPBU) agar

aktivitas pelabuhan dapat dikelola

secara efektif dan inovatif guna

memperlancar kegiatan ekonomi yang

dilaksanakan.

Ragam inovasi

Memindahkan peti kemas ke atas truk pengangkutHARI AMBARI

20 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

Dalam hal pembangunan infra­

struktur serta investasi, perlu

terobosan­terobosan dalam

pe mikiran inovatif dan kreatif dari

Kepala Biro Kerja Sama Kementerian

Perhubungan, Agus Prihatin Saptono,

untuk mendorong terciptanya kerja sama

yang kuat, baik antarpemerintahan,

Badan Usaha Milik Negara (BUMN),

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

bahkan kerja sama dengan pihak swasta

ataupun antarnegara Asia dan Eropa.

Salah satu sepak terjang atas

pemikiran lelaki kelahiran Denpasar 21

Agustus 1964 tersebut adalah ditantang

bagaimana cara untuk melancarkan

sekaligus menguntungkan konektivitas

bagi Indonesia dalam perhelatan “Asia

Europe Meeting Transport Ministers’

Meeting (ASEM TMM)” ke­4 yang

digelar di Bali pada 26­28 September

2017. Acara dua tahunan itu seyogianya

dihadiri Menteri Perhubungan dari 51

negara Asia dan Eropa.

Konektivitas dan rencana strategis,

baik jangka panjang maupun jangka

pendek dari kerja sama antar

Kementerian Perhubungan dari setiap

negara itu kemudian dituangkan ke

dalam ASEM. Kegiatan yang dihelat tiga

hari itu bertajuk ‘Menjembatani Asia dan

Eropa Melalui Konektivitas Transportasi

Terpadu dan Rencana Strategis

Regional Bersinergi’.

Dengan kata lain, tajuk ini menjadi

tuntunan para pejabat terkait dalam

merencanakan pembangunan, khu­

susnya transportasi di setiap negara.

Kata Kepala Biro Kerja Sama

Kementerian Perhubungan Agus Pri­

hatin Saptono ada beberapa isu utama

yang akan dibahas.

”Di antaranya, kita mencoba mem­

bahas isu­isu yang menjadi kepentingan

Asia­Eropa, bagaimana satu visi

dari pada pemimpin Asia dan Eropa

terkoneksi di semua dimensi,” kata

Agus.

insPiRasiinsPiRasi

Agus Prihatin Saptonokepala Biro kerjasama kementerian Perhubungan:

Mendorong Kerja Sama Lebih Kuat

Di sini kita mencoba membahas suatu isu yang menjadi kepentingan Asia-Eropa, bagaimana satu visi dari pada pemimpin Asia dan Eropa terkoneksi di semua dimensi.

Agus Prihatin Saptono

ISTIMEWA

21sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

insPiRasiinsPiRasi

Selain itu, ASEM sebagai platform

strategis untuk meningkatkan kerja

sama Asia dan Eropa memberi parti­

sipasi dari swasta dan mewujudkan

transportasi berkelanjutan dengan tuju­

an pembangunan.

“Jadi ini berkelanjutan, negara­

ne gara bersatu untuk mendorong

kerja sama yang lebih kuat dalam

menghadapi tantangan yang dihadapi

oleh negara­negara dan wilayah­daratan

yang terkurung daratan, kepulauan, dan

wilayah geografis, termasuk daerah

terpencil dan luar, untuk membangun

sinergi,” jelasnya.

“Dengan pertemuan bilateral, kedua

negara bekerjasama membangun

sektor transportasi. Ada beberapa

negara, yakni RI dengan Filipina,

Luksemburg, Korea, Hungaria, Malaysia,

Polandia, RRc, India, Jepang, Europe

commission for Mobility and Transport,

serta Sekretariat ASEAN,” imbuhnya.

Penyelenggaraan ASEM TMM ke­

4 menghasilkan Deklarasi Bali, yang

berisi 20 poin keprihatinan ASEM TMM

ke depan. Sesuai dengan tema yang

diusung, isu­isu yang dituangkan adalah

perihal pengintegrasian konektivitas

transportasi antara Eropa dan Asia serta

menyinergikan perencanaan regional.

Dalam kesempatan ini, Kemen terian

Perhubungan juga membidik komitmen

investasi dari para investor prospektif

senilai Rp30 triliun­Rp40 triliun melalui

12 proyek yang ditawarkan. Hal ini

disampaikan pada konferensi pers

forum bisnis yang dilakukan di Jakarta

(25/9).

Dari kiri ke kanan, Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Sugihardjo, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi dan State Secretary of Ministry of Transport of the Republic of Latvia, Karspars Ozolins, membuka Transport Senior Official Meeting ke-4 dalam rangkaian ASEM Transport Minister Meeting (TTM) 4th, di Nusa Dua, Bali, Selasa (26/9).

ERWAN

Agus Prihatin SaptonoISTIMEWA

22 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

mitRamitRa

PT Penjaminan Infrastruktur

Indonesia (Persero)/

PT PII adalah satu­

satunya lembaga di Indonesia yang

menyediakan penjaminan terhadap

risiko proyek infrastruktur melalui skema

kerja sama pemerintah dengan badan

usaha (KPBU). PT PII dibentuk sebagai

salah satu upaya pemerintah dalam

mendukung percepatan pembangunan

di Indonesia melalui penyediaan

jaminan yang akuntabel, transparan,

dan kredibel.

Pemerintah Indonesia mendirikan

PT PII pada tanggal 30 Desember 2009,

sebagai sebuah Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) melalui penempatan

modal negara sebesar Rp1 triliun,

sesuai dengan PP Nomor 35 Tahun

2009 sebagai modal dasar ditempatkan

dan disetor penuh.

PT PII secara resmi dapat ber­

operasi pada tanggal 11 Mei 2010.

Sesuai mandatnya, PT PII pun mulai

berfungsi sebagai penyedia penjaminan

bagi proyek­proyek infrastruktur dalam

skema kerja sama pemerintah dengan

badan usaha (KPBU). Kemudian dengan

terbitnya Peraturan Presiden Nomor 78

Tahun 2010 tanggal 21 Desember 2010

tentang Penjaminan Infrastruktur dalam

Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan

Badan Usaha yang Dilakukan melalui

Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur,

menjadi tanda dimulainya model baru

dalam proses penjaminan infrastruktur

di Indonesia.

Pada akhir Desember 2010,

Menteri Keuangan Republik Indonesia

pun menerbitkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 260/ PMK. 011/2010

tentang Petunjuk Pelaksanaan Pen­

jaminan Infrastruktur dalam Proyek

Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha, yang merupakan peraturan

pelaksana dari Peraturan Presiden

Nomor 78 Tahun 2010.

Tujuan didirikannya PT PII adalah

untuk meningkatkan kelayakan kredit

dan kualitas proyek­proyek infrastruktur

KPBU melalui kerangka evaluasi dan

pengelolaan klaim atas penjaminan

yang jelas dan konsisten. Selain itu, PT

PII juga ditujukan untuk meningkatkan

tata kelola dan transparansi

pelaksanaan penyediaan penjaminan,

memfasilitasi serta mendorong

keberhasilan transaksi bagi PJPK

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII)

Proyek tol Solo-KertosonoISTIMEWA

PT Penjaminan Infrastruk-tur Indonesia (Persero), atau PT PII, adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan oleh pemerintah sebagai upaya melakukan per-cepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia. PT PII sendiri berada di bawah pembinaan serta pengawasan Kementerian Keuangan.

23sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

(Kementerian, BUMN, Pemda) dengan

penyediaan penjaminan untuk proyek

KPBU yang terstruktur dengan baik,

dan memagari kewajiban Pemerintah

dan meminimalisir kejutan langsung

kepada APBN.

Mengacu pada regulasi yang ada,

tugas PT PII adalah melaksanakan

penjaminan pemerintah untuk proyek

infrastruktur yang dilakukan dengan

skema kerjasama pemerintah dengan

badan usaha (KPBU) dan skema lainnya

sesuai penugasan pemerintah.

Dalam proyek dengan skema

KPBU, sebagai badan usaha pen­

jaminan infrastruktur (BUPI), PT

PII melaksanakan penjaminan atas

kewajiban finansial penanggung

jawab proyek kerjasama (PJPK) yang

dilaksanakan berdasarkan perjanjian

kerja sama. PJPK merupakan instansi/

institusi yang mewakili pemerintah

dalam penyediaan proyek KPBU, seperti

kementerian, lembaga, pemerintah

daerah atau badan usaha milik negara

(BUMN)/badan usaha milik daerah

(BUMD).

Dalam perjanjian kerja sama ter­

sebut, pihak badan usaha dapat

bertanggung jawab atas desain,

konstruksi, pembiayaan, dan operasi

proyek KPBU. Perjanjian kerja sama

tersebut biasanya memiliki jangka waktu

yang relatif panjang (lebih dari 15 tahun)

untuk memungkinkan pengembalian

investasi pihak badan usaha.

Basis dari perjanjian kerja sama

proyek KPBU adalah pembagian alokasi

risiko antara pemerintah (melalui

PJPK) dan badan usaha. Setiap risiko

dialokasikan kepada pihak yang secara

relatif lebih mampu mengendalikan,

mengelola, mencegah ataupun

menyerapnya. Bentuk perjanjian kerja

sama proyek KPBU dapat berupa kerja

sama operasi dan pemeliharaan fasilitas

infrastruktur hingga pembiayaan,

penyediaan dan pengoperasian fasilitas

infrastruktur.

Proses penjaminan yang dilakukan

oleh PT PII diawali oleh kegiatan

konsultasi/bimbingan (consultation/

guidance). Setelah itu dilakukan

penyaringan (screening) untuk

menentukan kesesuaian berdasarkan

regulasi atau ketentuan yang ada untuk

memperoleh penjaminan.

Jika lolos, dilakukan evaluasi

(appraisal) kelayakan proyek secara

rinci, termasuk juga evaluasi terhadap

kemampuan PJPK untuk memenuhi

kewajiban finansialnya sesuai perjanjian

kerja sama. Proses terakhir adalah pen­

strukturan (structuring) penjaminan

serta menyusun ketentuan dan kondisi

penjaminan.

mitRamitRa

Proyek jalan tol Serang-PanimbangISTIMEWA

24 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

kabaR kPbukabaR kPbu

Menyadari akan arti pentingnya pelabuhan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi negara dan kesejahteraan masyarakat, termasuk kesejahteraan masyara kat sekitar pelabuhan dan pengusaha, pemerintah Republik Indonesia terus melakukan evaluasi, perbaikan, dan pembangunan pelabuhan. Salah satunya adalah pembangunan Pelabuhan Patimban di Jawa Barat.

Semangat dari pembangunan

Pelabuhan Patimban ini, tidak

lain dan tidak bukan adalah

pelabuhan berwawasan lingkungan.

Artinya, dalam menjalankan fungsinya,

pelabuhan ini nantinya tidak hanya

bermanfaat dalam meningkatkan

perekonomian, tapi juga bisa menjamin

kelestarian lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya, keseriusan pemerintah

dalam pembanguan Pelabuhan

Patimban tersebut dapat dilihat dari

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor

58 Tahun 2017 tentang Perubahan atas

Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016

tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek

Strategis Nasional. Yang jelas, untuk

melakukan percepatan pembangunan

pelabuhan itu, pemerintah harus

bekerjasama atau bersinergi dengan

semua lini.

Percepatan Pembangunan Pelabuhan Patimban

Mau ritz Sibarani

Pekerja melakukan penghalusan Pelabuhan Patimban

ISTIMEWA

ISTIMEWA

25sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

kabaR kPbukabaR kPbu

Dengan kata lain, agar pembangunan

berskala nasional bisa terwujud,

pemerintah pusat mau tidak mau

harus bersinergi dengan pemerintah

daerah, swasta, pengusaha dalam dan

luar negeri, bahkan bersinergi dengan

lembaga antarnegara.Yang tak kalah

pentingnya, juga perlu bersinergi dengan

masyarakat sekitar dalam berbagai hal.

Direktur Kepelabuhanan, Mau­

ritz Sibarani menuturkan kalau pem­

bangunan Pelabuhan Patimban di­

laksanakan berdasarkan 3 tahap,

yaitu tahap konstruksi yang dimulai

pada Januari 2018, lalu soft opening

pada awal tahun 2019. Selanjutnya

pembangunan yang menelan biaya

sebesar Rp43,22 triliun ini ditargetkan

rampung pada tahun 2027.

Maka, guna mendorong percepatan

pembangunannya, Kementerian Peker­

jaan Umum dan Perumahan Rakyat

(PUPR), Kementerian Perhubungan

(Kemenhub), dan Japan International

cooperation Agency (JIcA), pada

Senin (14/8) telah melakukan pe­

nandatanganan Nota Kesepahaman

sebagai usaha untuk mempercepat

pembangunan Pelabuhan Patimban.

Artinya, MoU yang mengatur per­

bedaan antara JICA Guidelines dengan

peraturan perundang­undangan di

Indonesia ini bisa menjadi bagian dari

loan agreement. Hal tersebut meliputi

pengadaan barang dan jasa dalam hal

penggunaan e-procurement system dan

metode pengadaan serta penerapan

UU Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa

Konstruksi.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut,

A Tonny Budiono mengatakan bahwa

pembangunan, pengoperasian dan peng­

gerakan usaha di pelabuhan ini nantinya

akan dilakukan secara koordinasi. “Tentu­

nya sesuai de ngan peraturan dan

perundang­undangan. Salah satunya,

Kementerian Perhubungan dimungkinkan

bekerja sama dengan badan usaha

pelabuhan (BUP),” tutupnya.

Pelabuhan Patimban

Pelabuhan Patimban

Fasilitas dermaga Pelabuhan PatimbanISTIMEWA

ISTIMEWA

ISTIMEWA

26 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

Maka dibuatlah kebijakan yang kira­

kira bisa mendukung kegiatan yang

mendatangkan pemasukan melalui

kerja sama dengan swasta.

Hal ini dalam artian pihak swasta

dibukakan kesempatan agar mereka

dapat masuk untuk berinvestasi maupun

mengoperasikan. Dari situ dimulailah

yang namanya kerja sama dengan

swasta dalam penyediaan infrastruktur.

Dulu infrastruktur yang masih diatur

adalah yang mempunyai cost recovery,

biasanya infrastruktur ekonomi,

salah satunya adalah pembangunan

infrastruktur pelabuhan.

Di pelabuhan sendiri, kalau yang

saya lihat itu memiliki kebijakan.

Pelaksanaannya, mereka punya induk

pelabuhan nasional. Jadi di Indonesia

ini, pelabuhan nanti ditaruh di mana

saja. Pelabuhan itu sendiri men jadi

pelabuhan (pengumpan, transhipment,

atau yang lainnya).

Lokasi kira­kira pengguna pelabuhan

itu di mana, pelabuhan sebenarnya

untuk transportasi di laut saja. Nah,

berikutnya bagaimana barang atau

orang yang diangkut oleh kapal itu

bersandar kemudian dia akan memiliki

tujuan ke mana, atau kalimat kerennya,

daerah interland­nya.

Pengembangan pelabuhan harus

dimulai dari pemahaman. Apakah akan

menjadi pelabuhan antarpulau, atau

pelabuhan transhipment yang dibuat

untuk bepergian jarak jauh. Selain itu,

pemerintah juga harus melindungi

kapal­kapal Indonesia, jangan sampai

tumpangan itu diambil semua sama

pihak asing.

Maka dibangunlah pelabuhan­

pelabuhan internasional sebagai pintu

keluar masuk. Prinsipnya, swasta harus

ada cost recovery­nya.

Kalau kerja sama pemerintah dengan

badan usaha atau KPBU ini prinsipnya

dengan swasta masuk, kemudian

pemerintah tidak mengeluarkan uang

dengan jumlah yang terlalu besar. Terus

pengelolaan juga akan dilakukan oleh

pihak swasta tadi. Biasanya pihak swasta

itu akan lebih lincah dalam penggunaan

sumber dana yang ada, sedangkan

pemerintah hanya mengandalkan dari

pajak saja. Karena itulah pemerintah

mengajak swasta untuk mengerjakan

proyek KPBU.

Kuncinya berapa jumlah cost reco-

very, di mana revenue harus lebih besar

dari pengeluaran atau pengembalian

dan pasti harus ada margin. Tapi margin

itu juga jangan begitu dikuasai pihak

swasta, lalu pihak swasta mencetak

margin sebesar­besarnya. Itu yang

dihindari. Tetap tarif itu ditentukan oleh

pemerintah.

Hal ini dibahas dalam konteks

KPBU, yaitu Perpres Nomor 38 Tahun

2015, karena kerja sama dengan pihak

swasta bisa macam­macam. Kalau

di Perpres Nomor 38 Tahun 2015,

keuntungan dipatok secara wajar. Jadi

pengendalian financial internal of rhythm

(FIR) dikembalikan secara wajar. Jika

lebih dari itu, tentu tarifnya disesuaikan

dengan besaran volumenya FIR­

kolomkolom

Oleh Ariyanto Wibowo

Skema KPBU Pengembangan Infrastruktur Pelabuhan, Sebuah Refleksi

Pengamat Percepatan Pembangunan Infrastruktur

ISTIMEWA

Baiklah, kita agak mundur jauh di

tahun 1997­1998 sebelum krisis

moneter (krismon). Semua­

nya happy regulated. Semuanya

diatur. Seperti tugas­tugas penyediaan

infrastruktur itu merupakan domain

pemerintah.

Namun, setelah periode krisis

moneter, pemerintah juga sadar perlu

alternatif pendanaan lain. Menyangkut

penyediaan infrastruktur tidak bisa

lagi mengandalkan uang pemerintah.

Pertama, keterbatasan uang pemerintah.

Kedua, urusannya juga semakin banyak,

mulai dari kesehatan, lingkungan, serta

bencana­bencana yang tidak terprediksi.

27sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

kolomkolom

nya. Jika berlebih, ada pilihan yang

bisa dilakukan, apakah tarif itu harus

disesuaikan, di­hold, atau memang

harus dinaikkan sesuai kecukupan FIR­

nya. Setelah itu, barulah menentukan

kelas dari pelabuhan.

Di pelabuhan, ternyata pada

prinsipnya tidak semudah yang

dibayangkan atau tidak semua bisa

dikerjasamakan dengan pihak swasta

karena pengembaliannya harus cukup

untuk mengembalikan pinjaman, modal,

dan margin.

Pertanyaannya sekarang, ada tidak

bagian­bagian yang bisa menghasilkan

pendapatan cost recovery tadi?

Kenapa hanya sebagian besar saja

dan sebagian lagi harus dibangun

sama pemerintah? contohnya kalau

di pelabuhan, katakanlah pelabuhan

perlu yang namanya break water, yang

berfungsi untuk menghalangi ombak.

Inilah yang dipergunakan bersama

untuk pihak swasta, untuk nelayan,

untuk siapa aja. Jadi yang tidak ada

pengembalian uangnya itu pemerintah

yang mengadakan.

Beberapa bagian memang perlu

meng gunakan uang pemerintah.

Misalkan, ada pelabuhan yang

memerlukan biaya Rp20 triliun. Pe­

merintah dapat mengajak pihak swasta

untuk pembangunan break water,

kolam dan macam­macamnya dengan

besaran dana sebesar Rp12 triliun dari

pihak swasta.

Keuntungan lain dari melibatkan

pihak swasta, kalau melakukan

maintenance, biasanya pihak swasta

sudah menyiapkan uang cadangan,

sedangkan pemerintah harus meng­

anggarkan terlebih dahulu, sehingga

akan ada time lag yang cukup besar.

Kalau ada time lag yang cukup besar,

bilamana infrastruktur yang dibangun

tersebut rusak, belum bisa diperbaiki

secara langsung, sehingga kerusakan

yang semakin besar. Sedangkan apabila

ada pihak swasta terlibat, begitu ada

yang rusak langsung dicari uangnya

dan langsung diperbaiki sehingga

kerusakannya tidak akan membesar

dan dapat dioperasikan kembali. Jadi

lebih mudah dan fleksibel jika yang me­

manage adalah pihak swasta.

Intinya, selain mudah mencari alter­

natif pendanaan, pihak swasta juga

mampu melakukan efisiensi guna

mendapat biaya lebih. cara semacam

ini tidak dilarang.

Jadi ketika akan bekerjasama,

pemerintah dan swasta menetapkan

model keuangannya yang dipilih. Setelah

itu, dilakukan pengujian di pasar, kira­

kira berat atau tidak jika menggunakan

tarif sekian.

Jika ada proyek infrastruktur pe­

labuhan yang sejenis, maka tarifnya

tinggal dibandingkan. Apa saja

service yang dilakukan dan berapa

investasinya.

Artinya, ada saat di mana pemerintah

harus mengeluarkan biaya. Pada kondisi

tersebutlah skema KPBU dibutuhkan.

Pada skema kerja sama pemerintah

dengan badan usaha, ada beberapa

tahapan yang harus dilaksanakan,

mulai dari perencanaan, persiapan,

pelelangan sampai proses kontruksi

dan operasi.

Dalam skema KPBU juga ada

fasilitas Viability Gap Funding (vGF)

yang diberikan setelah konstruksi

pelabuhan selesai, setelah itu diberikan

ke pihak swasta untuk dikelola. Namun,

ada persyaratan yang harus dipenuhi,

yaitu dokumen­dokumen sesuai dengan

syarat­syarat dalam Peraturan Menteri

Keuangan.

Sebelum ada skema KPBU,

sudah ada skema kerja sama antara

pemerintah dengan swasta (KPS).

Yang membedakan keduanya adalah

prosesnya. KPBU diawali dengan lelang.

Karena dengan proses lelang, dipastikan

mendapat best price dari investasi dan

yang lain­lainnya. Selain itu, tarif yang

paling baik juga bisa ditentukan. Kalau

dulu tidak, siapa yang menang tinggal

datang saja ke penguasa.

ISTIMEWA

Pelabuhan Lamong

28 sustaining PaRtnERsHiP Edisi infrastruktur PElabuhan 2017

HARI AMBARI