media, budaya, dan politik di ea milenialfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding...

92
i PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018 MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI ERA MILENIAL FISIP UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto 2018 PROSIDING SEMINAR NASIONAL ISBN: 978-602-7369-08-5 ISBN: 978-602-7369-08-5

Upload: truongliem

Post on 16-Mar-2019

265 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

iPROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI

ERA MILENIAL

FISIP UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Purwokerto 2018

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

ISBN: 978-602-7369-08-5

ISBN: 978-602-7369-08-5

Page 2: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

ii PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Dwi Pangastuti M., Bambang WidodoRizqianda SaputraPera NurfathiyahM. Kusuma H.Abimanyu Nour PratiwiPramudias Aditya G.Richard F. LabiroMaria NofiantiZahra Sasmira, Helmina Rafifa, Fatika H.S.Atika Kemala R., Agoeng NoegrohoWirawan S., M.Sjafei A., Agung Zainal M.R.I Dewa Ayu H.P., SuwatnoAkhmad Khoerul FahmiLilis Sri Sulistiani, Muslih FaozanudinDian NurdiansyahSumiyatiDyan Suci P., Griselda Fidela SetyalaniSri Pangestuti, S. Bekti IstiyantoVincentia AnandaDwi Rohma WulandariHanricko Valantina C.

Cetakan pertama, Agustus 2018Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang memperbanyak, mencetak ataupun menerbitkansebagian maupun seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

Editor: Dr. Edi Santoso

Desain & Layout: B. Satria

Penulis:

REVIEWER :

Dr.Agung Noegroho

Dr. Tyas Retno Wulan

Hariyadi, PhD

Dr. Nanang Martono

Lutfi Makhasin, PhD

Dr. Alizar Isna Dr Wahyuningrat

Ayusia Shabita Kusuma, M.Si.

Elpeni Fitrah, M.Si

Dr Agus Haryanto

Dr. S. Bekti Istiyanto

PENERBIT:

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Bekerjasama dengan:

Yayasan Literasi Bangsa

Jl Brigjen Encung, Gg. Karang Indah 2 No 6 Purwokerto, www.literasibangsa.org

ISBN: 978-602-7369-05-4

Martinus UjiantoWisnu Widjanarko, Tri Nugroho AdiKartika Lestari SianiparNeli SDenisa RamadhantiNodi MarefandaCici Eka IsawahyuningtyasZumiartiSiswantini, Latifah BestariDamayanti W., M.Dafaullah, Fahmi R., Rizky Agung P.Deassy Ratna J.S.Eceh Trisna Ayuh S.E.Anita Agustina W.Muhammad Fachry Azis K.Muhammad ZakyRanjani, Lintang Ayu Saputri, Mitha Nur HikmahDesvian Bandarsyah S.M.P.Kinkin Yuliaty S.P., Taofiq Hidayat, Rahmi SetiawatiSetiamenda GintingRoro Retno Wulan

Page 3: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

iiiPROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Apa yang menarik dari era generasi milenial? Satu yang tak diragukan, di era ini,

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadi driver dari berbagai

perubahan dalam masyarakat. Gagasan Marshall McLuhan tentang ‘technological

determenism’ nampak nyata di depan mata. Media massa misalnya, perlahan perannya

diganti oleh media baru, seperti media sosial. Tak hanya medianya yang berganti, tetapi cara

orang mengkonsumsi dan memproduksi media juga berubah. Jika sebelumnya orang menanti

(waiting) kabar, kini orang mencari (searching) kabar. Profesi pencari kabar (jurnalis) pun

mengalami ‘desakralisasi’, ketika semua orang bisa menjadi jurnalis (citizen journalism).

Perubahan di aspek budaya dan politik juga sangat terasa. Budaya ‘berkumpul’ secara fisik

misalnya, kini tergeser oleh komunitas virtual. Orang bertaut secara fisik, tapi sering kali

terpisah secara emosional. Mereka berdekatan, tapi hatinya berjauhan, karena jiwa dan

pikirannya terpisah oleh sekat virtual. Anonimitas virtual, dalam gilirannya menyisakan

banyak masalah, misalnya dengan kemunculan isu-isu sensitif yang selam ini dijaga.

Perdebatan berbau SARA (Suku, Ras, Agama, Golongan) mengancam persatuan bangsa.

Imbas teknologi informasi-komunikasi pada dunia politik makin terasa, sejak internet merasuk

ke segala sisi kehidupan manusia (internet of thing). Ada gairah warga untuk berpartisipasi

dalam politik, lebih dari sekadar termobilisasi. Pada Pemilu 2014 misalnya, muncul gerakan

pemantauan terhadap hasil pemilu, yang diinisiasi oleh netizen. Sayangnya, karena politik

juga, di dunia maya berlangsung ‘pertempuran’ yang mengarah pada segregasi sosial. Berita

palsu (hoax) dan ujaran kebencian mewarnai kontestasi politik di dunia maya.

Dengan segala warna yang mengikuti tren milenial, sungguh mendesak hadirnya akal sehat.

Kampus, sebagai komunitas akademis, harus mengambil bagian dalam upaya menghadirkan

rasionalitas melalui perbincangan yang konstruktif. Prosiding Seminar ini adalah salah satu

bentuknya, yakni ikhtiar menemukan berbagai pemikiran dalam diskursus media, budaya,

politik, dan tren milenial. Menyimak prosiding ini, memang akan terasa sebagai tulisan gado-

gado, karena rentang temanya luas. Tapi, mari kita ambil semangat para penulis, untuk ikut

berkontribusi melalui beragam riset di bidang ilmu sosial politik.

Mewakili tim reviewer dan penyunting, kami mengucapkan terima kasih pada para penulis,

juga pihak fakultas yang men-support kegiatan seminar. Akhirnya, kami memohon maaf yang

sebesar-besarnya jika masih banyak kesalahan dan kekurangan. Semoga, kumpulan tulisan ini

membawa manfaat.

Purwokerto, Agustus 2018

Editor

KATA PENGANTAR

Page 4: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

iv PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Page 5: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

vPROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................iii

Revitalisasi Peran Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga Masyarakat di Era Globalisasi...1

Fenomena Red Ribbon Army Dalam Komik Dragon Ball..................................................................5

Analisis Hubungan Antara Gangguan (Noise) dalam Proses Komunikasi dengan Penerapan

Teknologi di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi....................................................................................17

Revitalisasi Kearifan Lokal Sebagai Upaya Penguatan Identitas Kebudayaan Melalui Lembaga

Sosial Pokmas Pasir Luhur Desa Pasir Wetan, Banyumas...............................................................25

Membangun Stakeholder Relations di Perguruan Tinggi (Studi Peran Humas Universitas

Jenderal Soedirman)...............................................................................................................................33

Hambatan Komunikasi Internal dalam Organisasi Olahraga Ikasi ( Ikatan Anggar Seindonesia)

di Purwokerto.........................................................................................................................................39

Tindakan Komunikatif dalam Decision Making Kebijakan ..............................................................45

Komunikasi dan Ekspresi Politik Generasi Millennial Saat Ini.......................................................55

Pemberdayaan Pariwisata di Kabupaten Banyumas ........................................................................61

Hubungan Antara Pemahaman Produk dan Keputusan Membeli Produk Kangen Water di

Kota Cilacap ............................................................................................................................................67

Jimat dalam Kehidupan Masyarakat Cirebon: Antara Seni, Magis, dan Religi ............................71

Strategi Komunikasi Electronic Word-Of-Mouth dalam Pemasaran Hotel Melalui Media Sosial

....................................................................................................................................................................81

Komunikasi Politik Santri Pengikut Diponegoro di Kedu-Banyumas ........................................87

Analisis Optimalisasi Penilaian Kinerja Pegawai Melalui Komunikasi Internal .....................109

Representasi Syariah dalam Spanduk Kampanye Paslon Calon Bupati dan Wakil Bupati

Achmad Husein-Sadewo Vs Mardjoko-Irfan ...................................................................................115

Pengaruh Iklan Politik Terhadap Minat Memilih di Kalangan Mahasiswa ................................125

Pemberdayaan Petani Sayur dalam Mengoptimalkan Hasil Panen Melalui Kelompok Tani

Desa Serang, Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga ......................................................131

Keberhasilan Komunikasi Kelompok di Lingkungan Industri Kecil Menengah di Kecamatan

Cilongok, Kabupaten Banyumas........................................................................................................141

Viral Video Pelabrakan ‘Pelakor’: Upaya Perlawanan Atau Pengukuhan Patriarki?.................147

Inovasi dalam Kewirausahaan Berbasis Perdesaan Terhadap Pegolahan Informasi Pemuda

Terkait Sistem Sosial Masyarakat Indonesia ....................................................................................155

Page 6: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

vi PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Dari Membentuk ke Merawat Tubuh : Konsumerisme dan Pergeseran Maskulinitas Ideal ..175

Revitalisasi Fungsi Kehumasan di Perguruan Tinggi : Studi di Universitas Jenderal Soedirman

..................................................................................................................................................................183

Dinamika Koalisi Fraksi-Fraksi dalam Pembentukan Undang-Undang No. 7 Tahun 2017

tentang Pemilihan Umum ..................................................................................................................189

Evaluasi Program Public Relation dalam Reputasi Perushaan di Hotel Aston Imperium

Purwokerto ............................................................................................................................................213

Penerapan Manajemen Strategik Pada Aktivitas Kehumasan Panin Bank KC Purwokerto ....219

Pengawasan Sumber Daya Perikanan Sebagai Upaya Pemberantasan Illegal Fishing di Perairan

Kabupaten Aceh Barat .........................................................................................................................225

Prospek Dan Peran Media Komunitas dalam Penanggulangan Women Trafficking di Indonesia

..................................................................................................................................................................237

Komunikasi Interpersonal Antara Terapis dengan Pasien Anak Terlambat Bicara (Speech Delay)

(Studi Kasus Klinik Tumbuh Kembang Anak My Lovely Child (MLC) Kota Padang) ............247

Green Public Relations: Studi Kasus Pada Kegiatan Csr di Tangerang ..........................................255

Fase Bencana Dalam Iklan Layanan Masyarakat ............................................................................261

Pengaruh Komunikasi Interpersonal Customer Care terhadap Kepuasan Pasien Rumah Sakit

Orthopaedi Purwokerto ......................................................................................................................269

Pendekatan Komunikasi Antar Perawat dengan Lansia di Panti Jumpo Tresna Werda Pagar

Dewa Bengkulu ....................................................................................................................................275

Manajemen Humas dalam Membangun Kredibilitas Pendidikan Di SD Negeri Kalicari 02

Semarang ...............................................................................................................................................281

Analisis Resepsi Khalayak Terhadap Konsep Melamar dalam Reality Show “Melamar” NET

(Studi Pada Karyawati Swasta) ..........................................................................................................287

Manajemen Penyajian Berita TV dalam Menghindari Terjadinya Peradilan Oleh Pers (Trial By

The Press).................................................................................................................................................291

Implementasi Kebijakan Revitalisasi Pasar Tradisional di Pasar Manis Purwokerto ...............301

Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Pendidikan: Studi Kasus Di PWM Sulawesi Selatan....307

Pembingkaian Literasi Media Baru Dalam Komunikasi Politik di Media Elektronik ..............319

Kebiasaan Memakan Sirih Dan Gangguan Komunikasi Antara Suami Istri ............................. 325

Kajian Gender Dalam Ilmu Komunikasi

Page 7: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

1PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

PENDAHULUAN

Baru-baru ini, hal-hal tentang keluarga telah tumbuh dengan banyak tantangan yang kompleks dan

masalah. Hal ini terjadi karena modernisasi, industrialisasi dan pesatnya teknologi. Pertumbuhan yang

cepat teknologi karena aspek tiga ini telah membawa friksi dan pengaruh terhadap peran keluarga.

Sebelum pertumbuhan cepat teknologi, hubungan dalam keluarga yang dilakukan melalui

komunikasi interpersonal sangat intens. Hubungan ini didasarkan pada nilai-nilai dan dengan demikian

hubungan yang diciptakan melalui komunikasi dalam keluarga akan utama pada bagaimana seseorang

memiliki kemampuan dalam menempatkan diri mereka dalam masyarakat dan lingkungan mereka.

Pertumbuhan teknologi dan informasi telah membawa perubahan sangat besar terhadap keberadaan

nilai-nilai. Keterbukaan dalam mengakses informasi untuk semua anggota masyarakat akan benar-benar

membantu untuk perubahan, dan dengan demikian nilai-nilai tradisi dapat dianggap sebagai hambatan

dan itu bisa pergi dan dipertukarkan dengan metode yang dianggap lebih baik.

DISKUSIAhli dan peneliti ilmu sosial telah mempertimbangkan komunikasi sebagai aspek penting dari

perilaku interpersonal. Dari hasil penelitian-penelitian dalam beberapa bidang, dapat disimpulkan bahwakomunikasi adalah indikator yang sangat bagus untuk memahami kualitas hubungan (Lihat Terry L Morton,et.al, di Gerald R, Miller, 1976).

Sebagian besar masa lalu komunikasi penelitian didasarkan pada model linier, sebuah model yangtidak menggambarkan proses komunikasi yang nyata seperti yang diusulkan oleh Lasswell, yang terkenalsebagai lima pertanyaan pokok; yang mengatakan apa, saluran apa, kepada siapa dan apa efek. Kemudian,

Dwi Pangastuti Marhaeni dan Bambang Widodo

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

[email protected]

ABSTRAK:Baru-baru ini, hal-hal dalam keluarga telah tumbuh dengan banyak tantangan yang kompleks dan

masalah. Ini wajar karena modernisasi, industrialisasi dan cepat pertumbuhan teknologi. Pertumbuhan

yang cepat karena tiga faktor ini telah membawa friksi dan pengaruh pada peran keluarga. Sebelum

pertumbuhan cepat teknologi, hubungan dalam keluarga yang dilakukan melalui komunikasi

interpersonal sangat intens. Proses komunikasi tersebut, cinta tumbuh secara alami dan masing-masing

anggota keluarga memberikan kontribusi dalam bentuk tanggung jawab sebagai peran mereka dalam

keluarga, yang kemudian menciptakan harmoni. Proses komunikasi ini biasanya ditemukan dalam

masyarakat tradisional Indonesia, terutama di Jawa. Orang Jawa dikenal memiliki budaya yang kuat

dengan tradisi yang memiliki nilai-nilai kekeluargaan yang kuat. Nilai-nilai ini dibentuk karena tingkat

dalam keluarga yang tidak membuat hubungan antara orang tua dan anak-anak tidak bebas seperti

hubungan antara orang tua dan anak-anak di negara-negara modern. Anak-anak yang orang tua dan

saudara-saudara hubungan dilakukan di mewarisi tradisi. Pertumbuhan yang cepat teknologi

menyebabkan perubahan hubungan berbasis tingkat dalam keluarga, yang cenderung bentuk sebagai

egaliter. Pertumbuhan teknologi telah menyebabkan perubahan pada ruang dimensi dalam komunikasi

kehidupan, dari ruang fisik untuk layar, ruang imajiner (Atwar Bajari, 2011). Perubahan ini juga

mempengaruhi pola komunikasi interpersonal relasi, yang awalnya dilakukan tatap muka menjadi

pola komunikasi yang dimediasi oleh ponsel dan bahasa Jawa leveled tidak lagi digunakan. Perubahan

hubungan interpersonal komunikasi dalam keluarga, sebagai dampak dari pertumbuhan teknologi,

yang menyebabkan nilai-nilai tradisi yang diwariskan melalui generasi. Sopan-santun dalam

membangun hubungan dengan orang tua, saudara kandung dan lain-lain yang berdasarkan tradisi

tidak diterapkan lagi. Dengan menggunakan studi literatur, peneliti ingin menemukan apa peran

komunikasi antar pribadi adalah di era globalisasi untuk menjaga keaslian Jawa budaya nilai-nilai.

Kata Kunci: komunikasi interpersonal, masyarakat dan globalisasi.

REVITALISASI PERAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KELUARGA

MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI

Page 8: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

George Gerbner diidentifikasi sepuluh komponen dalam komunikasi, yaitu; seseorang, merasakan suatuperistiwa, dan bereaksi, dalam situasi, melalui beberapa cara, untuk membuat bahan-bahan yang tersedia,dalam beberapa bentuk, dan konteks, menyampaikan konten dan beberapa konsekuensi (Joseph A. Devito,1986). Dengan dua model disebutkan, proses memberikan pesan dari komunikator untuk communicantsdapat dengan mudah dijelaskan. Dalam perkembangan selanjutnya, model komunikasi ini linier dikritikdan dihindari karena model disebutkan tidak menerapkan alam jaringan komunikasi. Meskipun ada banyakkritik terhadap model linier, pendekatan komponen model ini memiliki banyak fungsi untuk mempelajariperilaku komunikasi.

Keluarga, di mana-mana, akan selalu menggunakan komunikasi interpersonal yang komunikasilangsung di mana setiap peserta dari komunikasi proses dapat bertukar fungsi mereka, baik sebagaicommunicator dan communicant (Effendy, Onong U., 1981). Sementara itu, Gerbner menggambarkankomunikasi antar pribadi sebagai proses pengiriman pesan antara dua orang atau jumlah tertentu dariorang-orang dalam kelompok dengan efek yang dapat segera diketahui (dalam Marhaeni, Dwi, Tesis,1996).

Komunikasi antar pribadi adalah salinan dari bentuk-bentuk lain dari komunikasi mentation yang

memiliki interpersonal bagian atau unsur-unsur. Perbandingan antara bentuk komunikasi interpersonal

sebagai interaksi dan hubungan langsung antara individu yang dijelaskan di sini. Komunikator membagi

aturan dari pengirim ke penerima dan dalam interaksi, mereka menciptakan makna dan pengertian (Sarah

Trenholm dan Arthur Jenseri di Littlejohn, 1989).

Dalam perkembangan selanjutnya, komunikasi antar pribadi digambarkan sebagai bentuk

komunikasi yang kebutuhan ruang antara mereka, dan orang-orang menyebutnya sebagai ‘koneksi’, yang

dapat dicontohkan dalam hubungan antara ayah ibu, ayah-anak, saudara-saudara kandung Guru-murid,

kekasih, teman, dan banyak lain (Devito, Joseph A., 1986). Dalam konteks ini, hubungan antara individu-

individu yang berkomunikasi yang dapat dengan mudah dikenali.

Komunikasi interpersonal sering digunakan untuk berbagai keperluan, untuk contoh adalah untuk

mengenali diri sendiri dan orang lain, memahami dunia, menciptakan dan menjaga hubungan yang

berharga, mengubah perilaku, bermain dan mencari untuk hiburan dan membantu. Dengan tujuan tersebut,

komunikasi antar pribadi memang adalah bentuk komunikasi yang orang tidak.

Komunikasi interpersonal adalah proses yang sangat unik, yang berarti bahwa kegiatan yang terjadi

dalam bentuk komunikasi ini berbeda dari aktivitas lainnya, seperti perencanaan kampanye atau menulis

artikel. Komunikasi interpersonal termasuk dua orang di minimal yang memiliki karakter yang berbeda

dan unik, nilai, pendapat, cara, pikiran dan perilaku. Selain itu, komunikasi interpersonal juga menuntut

mengambil dan memberikan tindakan antara peserta komunikasi. Dalam konteks ini, komunikasi

interpersonal diakui sebagai suatu proses transaksional (Sasa Djuarsa Senjaya, Ph.D., Pengantar Komunikasi,

UT modul, 1996).

Sebagai suatu proses transaksional, semua orang akan melakukan tindakan dan memberi reaksi

sebagai seorang manusia yang integral. Ini berarti, individu tidak bertindak dan bereaksi hanya dengan

logika atau emosi. Ini mencakup logika, emosi, sikap, dan lain-lain. Salah satu hal yang paling penting

pada proses transaksional ini adalah bahwa komunikasi memiliki dimensi konten dan hubungan. Dalam

definisi ini, komunikasi merujuk kepada ‘isi’ dan ‘hubungan’ antara peserta komunikasi. Misalnya:-

menyebutkan nama!; -Apakah nama Anda? Contoh ini memiliki sama dimensi ‘isi’, yang meminta nama.

Tapi, saya memiliki dimensi berbeda ‘hubungan’. Kalimat pertama menggambarkan hubungan superioritas

sementara dalam kalimat kedua yang komunikasi peserta memiliki sama ‘hubungan’ dimensi (Sasa Djuarsa,

UT modul, ibid).

Keberhasilan komunikasi interpersonal harus dalam dimensi ‘hubungan’ sama. Oleh karena itu,

kesetaraan pada masing-masing peserta komunikasi adalah hal yang penting untuk membuat proses

komunikasi yang bekerja dengan baik dan efektif.

Masyarakat Jawa di Era Globalisasi

Masyarakat Jawa ini kaya dengan tradisi dan budaya. Sampai sekarang, budaya Jawa masih

mendominasi Nasional tradisi dan budaya di Indonesia. Dalam membahas Jawa, terdapat dua rujukan

yang harus dipahami, yang Jawa sebagai nama pulau dan Jawa sebagai budaya, budaya Jawa. Sebagai

sebuah pulau, ada banyak budaya yang dapat ditemukan di Jawa seperti Betawi, Banten, Sunda, Badui

dan budaya Jawa. Selain itu, di pulau Jawa ada enam pemerintah provinsi, yaitu DKI Jakarta (Daerah

Khusus Ibukota), DIY (DIY), Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sebagai budaya, memiliki penyebaran budaya Jawa. Penyebaran kebudayaan Jawa yang ada di

banyak daerah yang diakui oleh Koentjaraningrat (1980) sebagai variasi Regional Jawa budaya. Daerah

Page 9: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

3PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

kebudayaan variasi Jawa yang ada di tiga provinsi, yaitu; 1) Provinsi DIY, 2) nomor Jawa Timur dan Jawa

Tengah 3). Untuk variasi regional yang spesifik Jawa budaya terdiri dari:

1. Jawa Pesisiran (daerah utara laut Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur),

2. Jawa Negari Agung (Pusat dua raja, yaitu Kraton Yogyakarta dan Kraton Solo),

3. Jawa Bagelenan (daerah Kel Kedu keresidenan dan Magelang),

4. Jawa Banyumasan (daerah Kel keresidenan Madiun),

5. Jawa Banyumasan (daerah Kel keresidenan Banyumas), dan

6. Jawa Tanah Sabrang Wetan (kawasan kota Surabaya dan sekitarnya).

Variasi regional disebutkan Jawa, wilayah di mana masyarakat tinggal dikenal sebagai masyarakat

Jawa. Masyarakat Jawa yang memiliki karakteristik budaya Jawa, yang salah satunya adalah stratifikasi

sosial. Stratifikasi sosial ini menciptakan dua kelas, priyayi dan bebas-priyayi.Sampai hari ini, bentuk stratifikasi sosial dalam budaya Jawa masih kuat, terutama dalam penggunaan

bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, ada bahasa Jawa Kromo dan Jawa Ngoko . Bebas-priyayi masyarakat Jawa

akan menggunakan bahasa Jawa Kromo individu-individu tertentu yang dianggap sebagai priyayi kelas.

Sebaliknya, priyayi akan menggunakan bahasa Jawa Ngoko untuk berbicara dengan bebas-priyayi.

Pola komunikasi disebutkan menciptakan hambatan psikologis karena keterbatasan menggunakan

bahasa antara komunikator dan communicants (komunikasi partisipan) karena satu kelas lebih unggul

yang lain. Kondisi komunikasi ini akan menciptakan pola ketidakseimbangan komunikasi.

Di era ini, dimana pertumbuhan ilmu dan teknologi memberikan banyak kemudahan, itu juga

berkontribusi dalam membuat masalah baru. Ilmu dan teknologi, dengan produk yang tumbuh pesat, juga

berkontribusi dalam mempercepat proses globalisasi. Informasi, dalam bentuk apapun, yang setelah itu

mahal dan tidak mudah diakses, sekarang dapat dengan mudah diakses dan murah. Bahkan informasi

yang sekarang bisa datang kepada kita, memasuki rumah kita dan bahkan memasuki kamar tidur

unintendedly. Kondisi ini cenderung meningkat di masa depan (Arief Rachman S. di Koeswara, Dinamika

Informasi dalam Era Globalisasi, 1998).

Kondisi ini tentu saja adalah mempengaruhi proses komunikasi, terutama komunikasi interpersonal

dalam masyarakat Jawa. Seperti disebutkan di atas, dengan memasukkan era globalisasi yang kaya nuansa

demokratisasi, yang menekankan pada kebebasan untuk berbicara, sehingga keberadaan stratifications

bahasa dalam masyarakat Jawa dapat menciptakan masalah-masalah sosial tertentu. Masalah sosial adalah

bahwa masyarakat Jawa tidak akan mengenali demokratisasi bahasa. Ini tidak adanya demokratisasi bahasa

juga akan menciptakan perilaku sosial yang tidak mencerminkan demokratisasi. Sebagai contoh adalah

keberadaan perilaku ‘ ewuh-pekewuh’, yang berarti keengganan menjadi terang akan membuat ide bahwa

orang-orang yang bisa menjadi pemimpin individu-individu dari priyayi kelas. Pemikiran ini jelas

digambarkan dalam frase Jawa, ‘trahing rembesing madu, rembesing kusumo’ yang berarti ‘nenek-moyang

kerajaan’.

Perubahan lain yang disebabkan oleh pertumbuhan teknologi dan informasi adalah bahwa

masyarakat Jawa, yang sekali menghormati nilai-nilai tradisional mereka melalui stratifikasi sosial, memiliki

perselisihan dalam pola hubungan komunikasi, yang didominasi oleh priyayi kelas, sekarang didominasi

oleh individu-individu dari kelas bebas-priyayi , terutama di usia remaja. Dalam konteks ini, pola komunikasi

yang ketidakseimbangan menjadi seimbang. Hubungan tidak dipisahkan oleh batas-batas stratifikasi sosial

dan dengan demikian masyarakat Jawa tidak berbeda dengan masyarakat non-Jawa. Dengan kata lain,

masyarakat Jawa modern cenderung untuk tidak menggunakan aturan dalam hubungan yang berdasarkan

tradisi, tetapi lebih egaliter budi pekerti sekarang longgar.

Hubungan antara orang tua dan anak-anak dalam keluarga yang melambangkan hubungan antara

orang-orang yang lebih tua dan lebih muda di lingkungan tertentu, tidak digunakan aturan masyarakat

Jawa, tetapi ianya lebih berlebihan. Sebagai dampak dari pertumbuhan ini, sopan-santun yang telah

masyarakat Jawa karakter memudar. Kecenderungan masyarakat Jawa untuk memperhatikan lingkungan,

dengan adanya teknologi, juga memudar.

KESIMPULAN

Pertumbuhan teknologi dan informasi memang tidak bisa dihindari. Dengan teknologi, semua aspek

pengetahuan, informasi, dan budaya bisa dilihat dan disalin. Masyarakat Jawa sebagai masyarakat yang

telah menyambut teknologi dan informasi, mampu mengubah struktur tradisi dengan menerapkan aturan

gratis. Sebagai konsekuensi, nilai-nilai tradisi sebagai karakter masyarakat Jawa memudar.

Karena fakta itu, peran orang tua sangat penting dalam mengubah nilai-nilai tradisi Jawa untuk

remaja sebagai generasi muda. Nilai-nilai yang harus dipelihara adalah perilaku etika. Etika dalam

masyarakat Jawa memiliki makna yang sangat dalam karena memiliki aturan yang mengarahkan bagaimana

Page 10: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

4 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

berkomunikasi dengan para tetua, bagaimana berkomunikasi dengan orang lain. Dengan demikian, jika

peran dapat dioptimalkan, meskipun teknologi dan informasi tumbuh lebih cepat, akan ada penyaring

yang akan membuat masyarakat Jawa yang dapat hidup dalam harmoni tradisi dan teknologi.

Referensi

Bajari, Anwar, metodologi dan Epistemologi Dalam Komunikasi Konvergensi, 2011

DeVito, Yusuf. A., komunikasi antar pribadi buku, 4th Edition, New York: Harper and Row, penerbit, 1986

Djuarsa, Sasa, Ph, D. Pengantar Komunikasi, Modul UT, Jakarta, tahun 1996

Koentjaraningrat, pengantar gelar Budaya, Djogjakarta, 1980

Koeswara, DR, M.Sc., Dinamika Informasi dalam Era Global, Bandung, 1998.

Little John Stephen W., teori manusia komunikasi, tiga edisi, Calivornia, Publishing Company, 1989

Marhaeni Dwi P., Pola Komunikasi Suami Istri dengan Prestasi Anak, Tesis, UI Jakarta, 1996.

Page 11: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

5PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

LATAR BELAKANG MASALAHKomik didefinisikan sebagai suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak

yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertasdan dilengkapi dengan teks merupakan salah satu media massa yang digunakan sebagai sarana hiburan.Selain itu komik berperan sebagai sarana modern yang digunakan untuk menyebarkan informasi kepadamasyarakat. Komik menjadi salah satu media massa yang efektif dalam menyampaikan visi penulis ataupenulis ceritanya. Kali ini peneliti akan membahas tentang salah satu fenomena yang terdapat dalam KomikDragon Ball, yang pertama kali muncul di tahun 1984. Komik yang menganatarkan Akira Toriyama sebagipengarngnya mendapatkan penghargaan “Golden Age of Jump” ini tercatat oleh Nielsen BookScan masukdalam posisi kedua komik terlaris di Amerika Serikat pada bulan Mei 2017 lalu.

Adapun beberapa fakta menarik yang menjadi alasan mengapa penlitian ini cukup layak untukditeliti adalah sebagai berikut:

Dragon Ball merupakan salah satu komik paling laris dan popular di dunia. Salah satu alasan mengapaDragon Ball menjadi pilihan dalam penelitian ini adalah Dragon Ball sempat merajai penjualan komik didunia dan telah terjual lebih dari 230 juta eksemplar. Penelitian ini juga Keluar dari ranah mainstreamdengan fokus utama fenomena mengenai antagonis masih jarang ditemui.

Fenomena ini pun menarik untuk diteliti karena dengan sengaja keluar dari dunia korporasi atauorganisasi di dunia nyata, seperti yang populer dilakukan oleh mahasiswa pada umumnya. Beberapapembahasan mengenai komik sebelumnya memang sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain diinstitusi pendidikan ini, namun untuk yang membahas mengenai organisasi antagonis melalui analisisnaratif diyakini baru dimulai dengan penelitian ini. Namun penelitian ini juga tetap dapat memenuhikriteria research implications yaitu dengan output Media Materials to reach specific target audiences, yangdi mana hasil dari penelitian tentang media ini dapat digunakan sebaga acuan sebagai bahan pembelajaranbagi praktisi yang ingin menjangkau target market yang spesifik.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : “Bagaimana fenomena Red Ribbon Army dalamkomik Dragon Ball dianalisa melalui teori naratif”. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah: “Untukmendapatkan temuan (makna) yang signifikan dari fenomena Red Ribbon Army dalam komik DragonBall melalui analisis naratif”.

Secara Teoretis diharapkan peneliti lain dapat memahami sesuatu yang terdapat dibalik makna-makna tertentu, terutama yang berhubungan dengan suatu jenis media yang memiliki marketnya sediri.Penelitian ini juga diharapkan memberikan warna baru di dunia ilmu komunikasi, karena menghadirkansuatu diversifikasi dalam objek penelitian.

Secara Praktis. Banyak korporasi tidak hanya melihat suatu fenomena dengan secara explisit.Kontribusi penelitian ini diharapkan berguna bagi korporasi yg interest kepada pemahaman makna, untuklebih mengembangkan kreatifitas produk dan jasanya. Makna lebih penting dari sekedar hal apa yang

FENOMENA RED RIBBON ARMY DALAM KOMIK DRAGON BALL

Rizqianda Saputra

ABSTRAK:Komik adalah salah satu media hiburan dengan market yang loyal. Penelitian mengenai komik DragonBall ini tidak hanya didasari oleh fakta dimana Dragon Ball sebagai fenomena universal sebagai komiknomor dua terlaris di dunia dengan angka penjualan lebih dari 230 juta eksemplar, namun jugabagaimana Dragon Ball ikut membentuk Pop Culture dunia yang dimulai dari akhir tahun 1980ansampai sekarang ini. Penelitian ini bertujuan mendapatkan temuan (makna) yang signifikan darifenomena Red Ribbon Army dalam komik Dragon Ball. Penelitian yang ditinjau dengan teori naratif inimenggunakan metode kualitatif interpretif berdasarkan perspektif fenomenologi, yang berusahamemahami fenomena yang terjadi di dalam suatu media dan bagaimana analisis naratif yang digunakandapat menjelaskan makna dari fenomena yang dialami manusia. Penelitian yang bertempat di Jakartaini menggunakan analisa terhadap media komik sebagai objek utama penelitian dan beberapa artikelpendukung terhadap pihak-pihak yang terlibat dan relevan hubungannya dengan penelitian ini.Penelitian ini menggunakan analisis Vladmir Propp dengan tabel fungsi dan karakternya, dengan unitanalisis yang terdiri dari alur cerita, narasi, dan penokohan. Penelitian pada akhirnya ini akanmengungkap multimodaliti dari literasi media berupa komik, dengan harapan hasil dari penelitian ini,para praktisi dapat memahami suatu makna dalam media dengan perspektif yang berbeda.

Kata Kunci: Naratif, Media, Pop Culture

Page 12: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

tersampaikan secara explisit, terutama bagi perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di industri kreatifseperti Bandai, EA, Facebook, dan industri perfilman.

TEORI UTAMAPenelitian ini akan menggunaan Teori naratif yang merupakan salah satu teori modern yang

dikembangkan dari teori klasik, yang berlandas terhadap strukturalisme dan menekankan pada prosesnaratologi pada sebuah cerita atau teks dan pemaknaannya.

Melalui analisis naratif, kita juga dapat meilihat text berita sebuah cerita, yang di dalamnya terdapatplot, adegan, tokoh, dan karakter. Analisis naratif pada dasarnya adalah analisis mengenai narasi, baik itufiksi ataupun fakta. Dengan menggunakan analisis naratif, peneliti menempatkan teks sebagai sebuahcerita yang dilihat sebagai rangkaian peristiwa dan tata urutan peristiwa. Sedangkan untuk contoh penelitianserupa yang membahas mengenai komik, di dunia akademis ditemukan beberapa penelitian sebelumnyasebagai berikut:

Pertama, Jurnal Scientiae Educatia Volume 2 Edisi 2 yang berjudul “Pengembangan Bahan AjarDalam Bentuk Media Komik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN 9 Cirebon, padaPokok Bahasan Ekosistem” oleh Resti Wahyu Danaswari, Kartimi, dan Evi Roviati.. Kedua, Open JournalSystem “SEMNASTEKNOMEDIA ONLINE” yang Berjudul “Analisis Perubahan Bentuk Karakter Son GokuDalam Film Animasi Dragon Ball” oleh Andi Sanjaya, M. Suyanto, dan Sukoco.

Penelitian-penelitian terdahulu di atas memiliki kemiripan dengan penelitian ini, yaitu sama-samameneliti mengenai fenomena mengenai komik dan terdapat juga elemen-elemen yang menjadi pokokpembahasan penelitian juga memiliki persamaan seperti tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang,gaya bahasa, dan pesan moral. Peneliti akan banyak menggunakan pemahaman dari Walter Fisher sebagailandasan pemikiran, namun dalam pengaplikasian dan analisis terhadap fenomena, peneliti akanmenggunakan beberapa penerapan dari Vladimir Propp yaitu analisis mengenai fungsi narasi dan fungsikarakter.

METODOLOGIPenelitian menggunakan metode Kualitatif Interpretif berdasarkan perspektif Fenomenologi karena

pada dasarnya penelitian berusaha memahami fenomena yang terjadi di masyarakat. Dengan kata lainadalah penelitian yang berusaha memahami fenomena yang terjadi di dalam suatu media dan bagaimanateori analisis naratif yang digunakan dapat menjelaskan fenomena tersebut.

Penelitian ini menggunakan Observasi terhadap media komik sebagai objek utama penelitian, artikelpendukung, serta wawancara mendalam (jika diperlukan) terhadap pihak-pihak yang terlibat dan relevanhubungannya dengan penelitian ini.

Metode penelitian ini dipilih karena sesuai dengan objek penelitian yang berupa narasi berupa kata-kata dan gambar dalam media komik, karena Jenis metode ini adalah kualitatif deskriptif, yang dimanadata yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, bukan angka-angka.

PEMBAHASANPeneliti akan memaparkan mengenai alur cerita, penokohan, dan narasi yang disampaikan penulis

cerita komik demi mendapatkan pemahaman mengenai apa yang ingin penulis cerita sampaikan lewatfenomena Red Ribbon Army dalam komik Dragon Ball tersebut.

Alur CeritaDragon Ball bercerita tentang seorang bocah laki-laki bernama Son Goku yang sedang memulai

petualangannya dalam mencari 7 buah bola naga yang konon jika dikumpulkan akan dapat mengabulkansatu buah permintaan apa saja yang dikehendaki. Dalam perjalanannya Son Goku bertemu dengan pasukanRed Ribbon Army yang juga sedang dalam misi mereka mengumpulkan Dragon Ball dengan tujuanpermintaan untuk menguasai dunia. Petualangan ini kemudian mengantarkan Son Goku ke desa Jingle,dimana kepala kepala desa Jingle ditawan di salah satu markas Red Ribbon army yaitu Muscle Tower,dengan tujuan agar masyarakat desa Jingle dapat mendapatkan Dragon Ball untuk ditukar dengankeselamatan kepala Desa.

Setelah mengalahkan pasukan Red Ribbon pimpinan General White di Muscle Tower danmenyelamatkan kepala desa Jingle. Son Goku pun meneruskan pencariannya mencari Dragon Ball danterus bertempur dengan pasukan Red Ribbon, yang pada akhirnya berhasil mengalahkan perwira terkuatRed Ribbon Army yaitu General Blue. Red Ribbon juga menyewa Tao Pai Pai, seorang pembunuh bayarannomor satu di dunia khusus untuk membunuh Son Goku. Namun, pada akhirnya Son Goku pun berhasilmeruntuhkan organisasi kejahatan itu seluruhnya di markas besar Red Ribbon.

Narasi

Page 13: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

7PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Dalam komik ini, terdapat box narasi dimana penulis cerita membantu pembaca dalam membantumemahami jalannya cerita, narrator ini tidak menjelaskan karakter antagonis dan protagonist, karenadiharapkan pembaca dapat memahami dari penokohan yang juga dijelaskan secara linear dengan jalannyacerita. Narasi disajikan dengan gaya bahasa yang ringan agar memudahkan pembaca untuk memahamijalannya cerita, karena target pembaca dari komik Dragon Ball ini mayoritas usia anak-anak dan remaja,meskipun tidak sedikit pembaca usia dewasa yang mengikuti jalan cerita komik ini. Narasi menjelaskanjalan cerita sebelumnya dan sampai dimana kisah tersebut berlangsung, serta bagaimana cerita ini akanberjalan ke depannya, narasi juga dapat menstimuli pembaca dengan berekspektasi tinggi mengenai jalanselanjutnya. Penulis cerita mengarahkan pembaca dengan kotak-kotak narasi yang membantu penguatanpemahaman pembaca mengenai alur cerita dengan tetap kembali mengingatkan pembaca mengenaipenokohan dengan kembali mencantumkan nama karakter sesuai dengan jalannya cerita. Narasi cukupuntuk membantu pembaca tetap teringat pada alur jalannya cerita, karena dari gambar, dialog, dan jalannyacerita yang dituturkan penulis cukup dapat memainkan emosi pembaca dengan kejutan-kejutan di sela-sela kisah Red Ribbon Saga.

Pembaca juga dibuat bertanya-tanya akan misteri yang disampaikan oleh penulis cerita (teaser) diawal kalimat mengenai kejaiban apakah yang akan terjadi, dan pada titik ini penulis cerita menyajikanyang dapat memancing sekaligus dua emosi pembaca yaitu rasa penasaran (excitement) dan rasa takut(anxious) akan bagaimana jalan cerita selanjutnya.

Penokohan Karakter.Karakter adalah orang atau tokoh yang mempunyai sifat atau perilaku tertentu, yang masing-masing

mempunyai fungsi dalam narasi, sehingga narasi menjadi satu kesatuan. Narasi tidak hanyamenggambarkan isi cerita, namun di dalamnya juga terdapat karakter-karakter yang akan memudahkanbagi si pembuat cerita dalam menyampaikan gagasannya.

Vladimir Propp, seorang peneliti dongeng asal Rusia berhasil menyusun karakter yang hampirdtemukan dalam setiap narasi, yang dimana karakter-karakter tersebut menempati fungsi tertentu dalamcerita.

Tokoh-tokoh di Red Ribbon Saga ini memang hanya muncul sebentar, namun karakter-karakter inisangatlah unik dengan masing-masing merepresentasikan warna baru bagi dunia antagonis di dalam komik.Sebagian besar Red Ribbon Army dan semua pemimpinnya adalah “Orang Asing” (Non-Jepang), dalamarti orang barat dengan ras caucasia, dan bahkan hewan bipedal yang dapat berbicara dan bertindaklayaknya manusia

Red Ribbon Army telah mengumpulkan banyak tentara di seluruh dunia, termasuk ahli militer,pembunuh, ilmuwan jahat, teknisi, divisi darat, udara dan laut, bahkan androids. Red Ribbon Armydigambarkan seperti tentara penjahat jahat dalam film-film intelijen dan agen rahasia seperti di MissionImpossible, James Bond, atau Jason Bourne. Mayoritas tentara Red Ribbon Army berpakaian menyerupaipasukan era Perang Dunia II dengan peralatan pribadi minimalis, yang terutama terdiri dari jaket, celanacargo, dan sepatu boot. Logo “RR” Red Ribbon Army pun ditempatkan pada bendera, serta disematkanpada dada dan topi mereka, adapun untuk tentara elit atau perwira khusus mengenakan ban lengan logo“RR” untuk menunjukkan peringkat superior mereka.

Tokoh-tokoh yang akan dipilih menjadi objek penting dari penelitian dengan alasan pemilihankarakter masing-masing yang didasari dari subjektifitas peneliti yang didasari karakter, peran, keunikan,dan penampilan tersebut antara lain adalah Commander Red, Tao Pai Pai, General Blue, Sergeant Purple(Ninja Murasaki), dan Sergeant Metallic.

Meskipun fokus utama penelitian ini adalah Red Ribbon Army sebagai organisasi antagonisi, namunterdapat karakter-karakter umum yang disampaikan juga oleh Propp, dengan seperti fungsi-fungsi tertentuyang menjadikan karakter tersebut perlu untuk diperkenalkan dalam pembahasan. Berikut beberapakarakter protagonist yang berdasarkan table analasis naratif karakter fungsi dari Propp memegang peranpenting dalam narasi cerita yaitu : Son Goku, Bulma, Muten Roshi (Kame Sennin), Krillin, Arale, danDewa Karin.

Untuk dapat menyajikan analisis naratif secara detil pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan31 Fungsi Narasi seperti yang disampaikan oleh Vladimir Propp yang merupakan versi paling lengkapjika dalam sebuah cerita dapat memenuhi semua elemen daari fungi tersebut. Propp mengemukakan bahwaseringkali ditemui dalam sebuah cerita (narasi) tidak semua karakter dan fungsi tersebit dapat ditemui.

Berikut adalah analisis fungsi narasi dari Propp yang telah diimplementasikan berdasarkan objekpenelitian yaitu Fenomena Red Ribbon Army Dalam Komik Dragon Ball.

Situasi AwalRed Ribbon Saga dimulai dengan berakhirnya kejuaraan beladiri sejagad yang diikuti oleh Son Goku

dan Krillin. Pada saat inilah Goku memutuskan untuk memulai kembali petualangannya dalam mencariDragon Ball, yang memertemukannya dengan Red Ribbon Army.

Page 14: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

1. KetidakhadiranKetidakhadiran tokoh-tokoh protagonist yang sejak awal selalu bersama Goku seperti Krillin, Bulma, MutenRoshi, dan Yamcha pada saat-saat awal Red Ribbon Saga dimulai sampai ke pertengahan cerita tidakmengurangi keseruan dari jalannya cerita ini. Banyaknya tokoh-tokoh baru yang dimunculkan oleh penuliscerita telah memberikan kesegaran tersendiri bagi pembaca. Hal ini juga didukung dengan keunikan-keunikan dari karakter-karakter baru tersebut.

2. PelaranganRed Ribbon Army melarang Son Goku untuk mencari Dragon Ball, karena secara langsung, hal ini dapatmenghalangi tujuan organisasi mereka untuk mengumpulkan Dragon Ball demi tujuan agar dapat bisamenguasai dunia

3. KekerasanSon Goku yang tidak mengindahkan larangan dari Red Ribbon Army akhirnya memulai perseteruannyadengan organisasi kejahatan tersebut. Pertarungan demi pertarungan pun terjadi antara Son Goku dengantentara Red Ribbon

4. PengintaianRed Ribbon Army tentunya selalu memantau pergerakan dari Son Goku, hal ini terbukti dengandiketahuinya lokasi peristirahatan Son Goku di salah satu rumah warga Desa Jingle. Dari hasil pengintaianini, General White mengutus beberapa anak buahnya untuk membunuh Son Goku demi merebut DragonBall yang dimilikinya.

5. PengirimanDari fungsi pengintaian sebelumnya, Red Ribon Army juga mendapat informasi berharga, bahwa SonGoku memiliki Radar Dragon yang berukuran kecil, namun teknologinya jauh melampaui teknologi yangmereka miliki.

6. Tipu DayaFungsi tipu daya dari Red Ribbon Army terjadi pada saat Son Goku pergi ke Muscle Tower untukmenyelamatkan kepaka Desa Jigle yang ditawan oleh General White, fungsi ini juga ditemukan terutamasaat bertarung melawan Sergeant Purple atau yang dikenal dengan nama Ninja Murasaki. Sebagai seorangNinja, Murasaki mempunyai banyak tipu daya dan muslihat yang digunakan dalam pertarungan, termasukbeberapa penyamaran yang pada akhirnya selalu diketahui Son Goku karena kecerdikannya dalambertarung.

7. KeterlibatanDalam Red Ribbon Saga ini, tidak ada fungsi keterlibatan dimana terdapat korban yang tertipu oleh tentaraRed Ribbon yang di mana korban tersebut sampai masuk ke dalam perangkap penjahat, yang akhirnyasampai dapat memberikan informasi penting mengenai karakter protagonist.

8. KejahatanFungsi ini terjadi terutama pada saat General Blue bertarung melawan Krillin. Krillin yang bertarung mati-matian saat melawan General Blue hamper tewas oleh perwira tinggi Red Ribbon yang sangat disegani itu.Kebetulan, sang penulis cerita juga menyematkan kemampuan magis ke dalam karakter General Blueyang menjadikan dia dapat unggul dengan kecurangannya dalam pertarungan.

9. MediasiFungsi ini terjadi saat Son Goku pergi ke tanah suci Karin untuk mengumpulkan Dragon Ball, yang dimanabersamaan dengan tibanya tentara Red Ribbon di tempat itu. Malangnya, Bora, sang penjaga tanah suciKarin tersebut tewas terbunuh dalam pertarungan dengan Tao Pai Pai, seorang pembunuh bayaran nomorsatu di dunia yang disewa Red Ribbon untuk membunuh Son Goku

10. Tindakan balasanDari kejadian fungsi mediasi di atas, Son Goku bertekad untuk membalas kekalahannya dari Tao Pai Pai,dan membalas dendam atas kematian Bora. Namun, karena merasa kemampuannya masih di bawah TaoPai Pai terdapat pertentangan di benak Son Goku yang akhirnya memutuskan untuk berlatih terlebihdahulu sebelum menghadapi Tao Pai Pai untuk yang kedua kalinya.

11. Keberangkatan

Page 15: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

9PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Fungsi ini terjadi saat Goku telah menyelesaikan latihannya selama tiga hari di menara Karin. Son Gokutiba di tanah suci Karin bersamaan dengan munculnya kembali Tao Pai Pai yang datang kembali untukmerebut Dragon Ball yang tertinggal pada pertarungan pertama di tanah suci Karin tersebut.

12. Fungsi pertama seorang penolongFungsi pertama dari seorang penolong adalah di mana Dewa Karin menerima Son Goku untuk berlatihdan berguru padanya di menara Karin. Hal ini disebabkan Dewa Karin melihat karena kejujuran dalamjiwa Son Goku, dan didukung dengan fakta yang menyebutkan ternyata Muten Roshi, atau guru dari SonGoku juga pernah berguru kepada Dewa Karin selama tiga tahun di masa silam.

13. Reaksi dari pahlawanSon Goku merasa berterima kasih kepada Dewa Karin karena mengizinkan Son Goku untuk berlatihdengannya. Meskipun sempat terkejut dengan fakta bahwa gurunya harus menempuh waktu selama tigatahun untuk berlatih bersama Dewa Karin, namun karena bakat yang dimiliki dan kesungguhannya dalamberlatih

14. Resep dari dukun / paranormalSetelah tiga hari berlatih di Menara Karin, Son Goku akhirnya dapat merebut air suci dari Dewa Karin danberhasil meminumnya. Sebelumnya Dewa Karin juga memberikan Son Goku kacang ajaib yang dapatmenyembuhan luka dan memulihkan kondisi fisik dalam sekejab, serta memberikan efek kenyang yangtahan lama.

15. Pemindahan RuangSetelah berlatih di menara Karin yang terletak sangat tinggi di langit, Son Goku akhirnya keembali turunke tanah suci Karin. Kedatangannya tepat saat Upa, anak dari Bora hampir terbunuh oleh Tao Pai Pai.

16. PerjuanganPerjuangan terberat Son Goku adalah saat melawan Tao Pai Pai. Son Goku yang kalah dan hamper tewas,bahkan sudah dianggap tewas oleh Tao Pai Pai, kembali menghadapi Tao Pai Pai untuk yang kedua kalinya.Kali ini dengan kondisi fisik berbeda, Son Goku sudah siap bertarung mati-matian melawan pembunuhbayaran nomor satu di dunia yang disewa oleh Red Ribbon ini.

17. CapFungsi Cap terlihat beberapa kali sejak awal Red Ribbon Saga dimulai. Son Goku yang berhasil menjadiRunner Up dalam kejuaraan bela diri sejagad mulai dikenal di kalangan dunia beladiri. Terutama denganciri khas kendaraannya yang berupa awan ajaib yang dapat dinaikinya untuk pergi kemana pun.Sejakkemenangannya melawan beberapa perwira tinggi Red Ribbon, nama Son Goku pun telah menjadi prioritasutama untuk disingkirkan dari dunia oleh organisasi kejahatan tersebut.

18. KemenanganDalam Red Ribbon Saga, fungsi kemenangan ini mencapai klimaks saat pertarungan kedua Son Gokudengan Tao Pai Pai berakhir dengan kemenangan bagi Son Goku dan tewasnya Tao Pai Pai.

19. PembubaranFungsi ini terjadi di akhir cerita Red Ribbon Saga, di mana saat Red Ribbon Army berhasil dhancurkanoleh Son Goku dan Goku berangkat melanjutkan perjalanannya dalam mencari Dragon Ball demi dapatmenghidupkan kembali Bora yang tewas di tangan Tao Pai Pai.

20. KembaliDalam Fase Red Ribbon Saga ini, Son Goku sebagai karakter pahlawan tidak ditemukan mengalami fungsiini. Karena setelah Red Ribbon Saga berakhir, Son Goku harus bergegas melanjutkan perjalanannya dalammencari Dragon Ball untuk memohon kepada Dewa Naga agar dapat menghidupkan Bora kembali.

21. PengejaranFungsi ini terlihat pada saat Son Goku mengalahkan General White dan General Blue beserta pasukanmereka masing-masing. Red Commander yang berang akan kejadian ini memerintahkan Tao Pai Pai untukmengejar Son Goku untuk membunuhnya demi membalas dendam kekalahan Red Ribbon dan untukmerebut Dragon Ball yang dimiliki Son Goku.

22. Pertolongan

Page 16: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

10 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Fungsi ini terjadi berkali-kali, dan dijalankan oleh karakter-karakter protagonist pendukung yangkemunculannya hanya sebentar di Red Ribbon Saga ini. Tapi fungsi yang secara sempurna memenuhikriteria ini adalah pada saat pesawat Son Goku jatuh di Desa Jingle, dan ditolong oleh seorang gadis desadan ibunya yang bahkan tidak disebutkan namanya di cerita ini. Son Goku diberikan tempat beristirahat,minuman hangat, dan pakaian hangat karena tidak terbiasa di daerah dingin dan bersalju. Sebagai rasaterima kasihnya, Son Goku mengalahkan beberapa tentara Red Ribbon yang datang ke rumah itu, danpergi ke Muscle Tower untuk menyelamatkan kepala desa Jingle yang ditawan oleh General White.

23. Kedatangan tidak dikenalFungsi ini terjadi dua kali dalam Red Ribbon Saga, yaitu Saat pesawat Son Goku jatuh di Desa Jingle, yangkemudian membawa Son Goku ke dalam pertarungan melawan tentara Red Ribbon Army di Muscle Towerdemi menyelamatkan kepala desa yang ditawan oleh General White. Desa Jingle digambarkan sebagai dsaterpencil di belahan utara bumi yang alamnya sangat dingin dan ditutupi oleh salju, yang di mana SonGoku baru pertama kali datang ke tempat dengan suhu seperti ini. Fungsi yang kedua terjadi pada saatpertarungan Son Goku dan General Blue yang membawa mereka memasuki wilayah Desa Pinguin.

24. Tidak bisa mengklaimDari karakter-karakter yang ada dalam serial Dragon Ball selama fase Red Ribbon Saga ini, tidak ditemukanfungsi “Tidak bisa mengklaim” di mana aka nada hadirnya sosok pahlawan palsu. Fungsi ini baru akanmuncul pada fase Cell Saga yang merupakan kelanjutan dari Fase Red Ribbon Saga yang baru akan dimulaibelasan tahun setelah Red Ribbon Saga berakhir.

25. Tugas BeratSatu-satunya narasi dalam fase Red Ribbon Saga yang bisa masuk dalam kategori fungsi ini terjadi diawal-awal cerita, di mana pada saat Muten Roshi memerintahkan kepada murid-muridnya untuk mulaiberlatih sendiri dengan cara masing-masing. Hal inilah yang kemudian membawa Son Goku ke dalampetualangannya yang memertemukan dirinya dengan Red Ribbon Army.

26. SolusiFungsi ini ditandai dengan runtuhnya rezim Red Ribbon. Tewasnya pimpinan tertinggi dan hancurnyamarkas besar Red Ribbon oleh Son Goku. Kemanangan yang diraih oleh Son Goku seorang diri ini menjadiakhir dari fase Red Ribbon Saga dalam serial komik Dragon Ball.

27. PengenalanTidak ada fungsi pengenalan yang signifikan secara fisik pada tokoh Son Goku. Namun nama Son Gokusemakin dikenal karena reputasinya dalam mengalahkan Red Ribbon Army seorang diri.

28. PemaparanFungsi pemaparan yang paling penting terjadi saat pertarungan terakhir Son Goku di markas besar RedRibbon Army. Red Commander, sebagai pemimpin tertinggi dari Red Ribbon Army akhirnya mengutarakantujuan sebenarnya dari usaha mereka dalam mengumpulkan Dragon Ball, yaitu bukan untuk menguasaidunia, namun hanya untuk memohon kepada Dewa Naga agar dapat diberikan tubuh yang lebih tinggi.Assistant Black yang terkejut akan kebenaran tersebut pun marah dan membunuh sendiri pimpinannyatersebut serta memerlihatkan ambisinya sebagai pemimpin Red Ribbon baru yang bertujuan benar-banringin menguasai dunia. Walaupun tujuan itu tidak akan pernah terealisasi karena Assistant Black punpada akhirnya tewas di dalam baju tempurnya sendiri karena terkena serangan dari Son Goku.

29. Perubahan rupaPada fase Red Ribbon Saga ini tidak ada perubahan rupa atau fisik yang disampaikan sang penulis cerita.Perubahan hanya terjadi pada kemampuan dari sosok pahlawan. Son Goku secara eksplisit dinarasikantelah mengalami peningkatan yang pesat akan kemampuannya dalam bertarung.

30. HukumanRed Ribbon Army, sebagai organisasi kejahatan yang fenomenal ini seperti tidak mendapat kesempatanuntuk menghadapi hukuman. Kekalahan-kekalahan yang terjadi biasanya berujung apada proses melarikandiri, kematian, atau bahkan tidak dicertakan kembali sama sekali oleh sang penulis cerita.

31. PernikahanPada fase Red Ribbon Saga ini tidak ada fungsi naratif pernikahan, karena memang usia dari tokoh-tokohprotagnis yang masih sangat muda pada masa tersebut.

Page 17: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

11PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Dari analisis fungsi narasi di atas, terdapat karakter-karakter umum yang disampaikan juga oleh Propp,dan seperti fungsi-fungsi tersebut juga, tidak semua karakter dapat ditemukan di dalam setiap narasi(cerita).

Adapun untuk fenomena Red Ribbon Saga dalam Dragon Ball ini, analisis penempatan karakter dapatdilihat sebagai berikut:

1. Penjahat (Melawan pahlawan) : Red Ribbon Army.Dalam penelitian ini tentunya sudah jelas bahwa sosok penjahat atau antagonis yang menjadi sorotanutama fenomena adalah Red Ribbon Army.Red Ribbon Army merupakan organisasi kejahatan terbesardan paling ditakuti di dunia yang dipimpin oleh Commander Red ini telah memberikan terror yang dahsyatke seluruh penjuru bumi. Dengan para perwira yang berasal dari latar belakang kebangsaan dar berbagainegara yang berbeda-beda, lengkap dengan pasukannya yang masing-masing dipimpin dengan rapi danterstruktur oleh 2 jenderal utama yaitu General White dan General Blue yang sangat ditakuti bahkan olehanak buahnya sendiri. Dalam Red Ribbon Saga, dikisahkan bahwa Red Ribbon Army sedang dalam misiutama mereka dalam mengumpulkan Dragon Ball demi memohon permintaan kepada Dewa Naga agarpermintaan mereka dapat dikabulkan, yaitu ingin menguasai dunia.

2. Donor / Penderma (Menolong Pahlawan dengan kekuatan magis) : Dewa Karin.Dewa Karin memainkan peran besar di serial Dragon Ball ini, saat ia melatih Son Goku yang mengalamikekalahan saat menghadapi Tao Pai Pai, pembunuh bayaran nomor satu di dunia yang disewa Red Ribbonuntuk membunuh Son Goku.

3. Penolong (Membantu Pahlawan)Son Goku, tokoh protagonist utama dalam serial Dragon Ball ini memang terlihat berjibaku seorang diridalam menumpas kejahatan Red Ribbon. Namun, dalam beberapa pertarungannya ada beberapa tokohyang membantu secara langsung, namun memang tidak dalam durasi yang lama. Tokoh-tokoh yang masukdalam karakter penolong ini antara lain adalah:a. KrillinKrillin terlibat dalam pertarungan dengan Red Ribbon Saga saat mendampingin Son Goku dalam mencariDragon Ball yang tersembunyi di gua yang terletak di dasar laut. Dalam Red Ribbon Saga ini, Krillinsempat bertarung melawan Genera Blue, namun dapat dengan mudah dikalahkan oleh General Blue.b. AraleArale adalah salah satu tokoh unik yang ada di dalam Dragon Ball. Tokoh yang merupakan cross over darikomik Dr. Slump ini bertemu dengan Son Goku saat pertarungan Son Goku dengan General Blue membawamereka ke Desa Pinguin, di mana Arale tinggal. Arale secara tidak langsung turut membantu Son Gokudalam proses memerbaiki radar Dragon Ball milik Son Goku yang rusak dalam pertarungan, namun secaramengejutkan Arale berhasil mengalahkan General Blue dalam pertarungan singkat sekaligusmenyelamatkan nyawa Son Goku. Arale bisa dikatakan sebagai cameo karena kemunculannya yang sangatsebentar, namun memberikan bantuan yang sangat berharga bagi karakter protagonis utama dalam komikini.

4. Putri (Mencari calon suami) : Bulma.Dragon Ball pada dasarnya adalah komik dengan nuansa bela diri dan komedi. Bulma adalah protagonisutama yang lumayan cocok dengan fungsi karakter “Putri” dari Propp ini. Sosok yang muncul sejak bukujilid pertama inilah yang mengenalkan Son Goku mengenai fungsi dan keajaiban Dragon Ball. Kebetulan,penulis cerita mengisahkan bahwa motivasi Bulma dalam mengumpulkan Dragon Ball ini adalah untukmemohon kepada Dewa Naga agar diberikan jodoh yang tampan.

5. Pengirim (Mengirim pahlawan menjalankan tugas berat) : Muten Roshi.Pada Red Ribon Saga, tidak ada karakter pengirim secara spesifik dalam fungsi karakter naratif milikPropp ini. Namun Muten Roshi secara eksplisit mengatakan kepada murid-muridnya: “Lebih baik latihansendiri-sendiri” dan “Mulai sekarang jalani dengan cara masing-masing”. Son Goku dengan inisiatifmerespon nasihat gurunya itu dengan niat mencari Dragon Ball sebagai salah satu cara latihannya yangpada perjalanannya nanti akan memertemukannya dengan Red Ribbon Army.

6. Pahlawan (Mencari Sesuatu dan menjaankan misi) : Son Goku.Karakter Pahlawan sudah jelas menjadi hak mutlak Son Goku. Sebagai tokoh protagonis utama komikDragon Ball yang menjadi sentral cerita, pada Red Ribbon Saga ini seringkali dikisahkan Son Goku denganseorang diri mengalahkan perwira-perwira tinggi Red Ribbon, yang di mana pada akhirnya dikisahkan

Page 18: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

12 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Son Goku dengan seorang diri pula berhasil mengalahkan pemimpin tinggi Red Ribbon dan menruntuhkanrezim organisasi kejahatan terbesar di dunia itu seiring dengan hancurnya juga markas besar mereka.

7. Pahlawan Palsu (Mengklaim sebagai pahlawan, tetapi kedok terbuka). Pada cerita Dragon Ball ini,terutama pada fase Red Ribbon Saga tidak ditemukan karakter yang sesuai dengan fungsi karakter PahlawanPalsu. Tidak ada karakter atau tokoh yang dapat mengklaim kemenangan Son Goku atas Red RibbonArmy.

TemuanDragon Ball, Red Ribbon Saga dan Paham Sosialis.Pada penelitian ini, lewat analisa nartif terhadap narasi, teks, gambar dan karakter yang ada dalam komikDragon Ball penelliti menemukan beberapa makna mengenai paham sosialis yang dismpaikan AkiraToriyama lewat karyanya ini. Sebelum secara khusus masuk ke dalam fase Red Ribon Saga pun penelitimenemukan beberapa hal yang diyakini merupakan pemaknaan dan representasi dari paham sosialis.

Pada serial Dragon Ball seringkali ditemukan gambar bintang berwarna merah. Bintang merah identicdan dikenal sebagai lambang sosialisme yang melambangkan kelima jari tangan pekerja dan lima benua.Bintang berujung lima ini pada awalnya dimaknakan untuk mewakili kelima kelompok sosial yang akanmembawa Rusia ke paham komunisme yang terdiri dari kaum muda, militer, industri, buruh petani, dancendekiawan. Bintang dengan 5 ujung berwarna merah ini seringkali ditemui di dalam serial Dragon Ballkarena pada masing-masing dragon ball memiliki bintang merah dengan jumlah yang berbeda-beda.

Namun, tidak berhenti sampai di situ, peneliti juga menemukan gambar bintang merah tersebut dibeberapa karakter di dalam Dragon Ball, seperti pada tokoh antagonis bernama Pilaf. Dikisahkan bahwaPilaf adalah sosok antagonis yang sangat berambisi dalam mengumpulkan Dragon Ball, namun belummempunayi alasan atau tujuan spesifik yang jelas. Pilaf digambarkan memakai topi dengan corak warnamerah dan biru dengan warna hitam di sekeliling lingkaran. Sebuah bintang merah berujung limaditempatkan di depan latar belakang kuning dan tengah.

Selanjutnya peneliti juga menemukan gambar bintang merah yang serupa pada topi yang dikenakanOolong. Oolong adalah seekor babi bipedal yang awalnya jahat, namun pada akhirnya menjadi salah satuteman baik dari tokoh protagonist utama pada serial ini. Oolong juga digambarkan mengenakan seragamkhas tentara komunis Cina berwarna hijau, Namun, pada fase Red Ribbon Saga yang terjadi setelah Oolongberalih ke sisi protagonist, dia tidak lagi terlihat mengenakan topi dengan simbol bintang merah tersebut.

Dalam menganalisa karakter Oolong tersebut, peneliti melakukan riset tambahan mengenai korelasipenokohan Dragon Ball dengan sejarah tentara komunis cina sampai menemukan nama dan foto dari MaoZedong, seorang pemimpin dari partai komunis Cina. Berdasarkan factor sejarah antara tentara komunisTiongkok dengan Jepang, dar sini penulis berasumsi, dari tokoh inilah kemungkinan Toriyama terinspirasimembuat karakter Oolong ini.

Selanjutnya adalah Red Ribbon Army itu sendiri sebagai organisasi militer antagonis pada serialDragon Ball. Red Ribbon Army diindikasikan sebagai representasi dari tentara Red Army Rusia yang lekatdengan simbol kekuatan militeristik komunis yang mendunia. Nama Red Army yang identik dengankekerasan, pertumpahan darah dan kekuasaan ini pada awalnya hanya mendominasi eropa, namunakhirnya berhasil memengaruhi dunia asia dengan pergerakan Mao Zedong yang mendirikan Red Armyversi Tiongkoknya. Red Army sempat ini mendominasi Asia selama beberapa dekade, termasuk beberapaperang dengan Jepang, tempat kelahiran Akira Toriyama.

Dari analisa ini, peneliti berasumsi bahwa makna sosialis yang ingin disampaikan oleh Toriyamalebih kepada mencitrakan sosialis (komunis) ke dalam karakter-karakter jahat di dalam karyanya. Edukasiyang disampaikan melalui makna-makna implisit inilah yang menjadikan Toriyama.

Dragon Ball Memenuhi Sistematis Penulisan Media ModernBranston & Stafford (2010) mengatakan bahwa ada dua poin tentang studi narasi sistematis di media

modern. Poin pertama adalah Teori naratif mengemukakan bahwa cerita di media mana pun dan budayaapa pun menceritakan fitur-fitur tertentu yang serupa. Hal ini telah dilakukan oleh Akira Toriyama denganstruktur penulisan dan koherensi yang konsisten. Toriyama juga menampilkan fitur-fitur wajib yang serupaseperti yang terdapat dalam komik lain seperti adanya tokoh protagonist dan antagonis, dimana terdapatkebaikan melawan kejahatan di dalamnya.

Kemudian, di poin kedua disebutkan bahwa di beberapa media tertentu dapat untuk meyampaikanceritanya dengan cara yang berbeda..

Namun yang menjadikan organisasi Red Ribbon Army dalam komik Dragon Ball ini menjadi berbedaadalah dimana Akira Toriyama sebagai penulis cerita telah memberikan perhatian yang lebih terhadapdetail karakter antagonis yang dibuatnya. Misalnya pada narasi dimana Red Ribbon, yang dimana hanyadengan menyebut namanya saja dapat memberikan efek kengerian terhadap semua orang di dunia dalam

Page 19: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

13PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Komik Dragon Ball tersebut. Teror dan horror yang diberikan organisasi kejahatan yang mendunia tersebutsangat menakutkan karena reputasi kekejaman yang mereka bangun. Kemudian Toriyama menghadirkanfenomena yang membuat Red Ribbon Army ini menjadi sangat berbeda dan menarik denganmengoptimalkan penokohan, latar belakang dan tujuan organisasi, dan kemiripan atau parody darikehidupan nyata, ataupun kisah popular lain, bahkan sejarah dunia.

Dalam Red Ribbon Saga ini, Akira Toriyama menyampaikan pesan-pesan moralnya dengan carayang berbeda. Contohnya dimana penokohan yang dibuat seunik mungkin pada sosok pemimpin besardari organisasi tersebut merupakan seorang yang mempunyai postur tubuh yang sangat kecil, atau dengansosok Perwira tinggi dalam organosasi teroris yang mempunyai fobia terhadap tikus. Secara gambaranumum, semua tokoh-tokoh atau karakter yang terdapat pada Red Ribbon Saga telah menjadi bagian pentingdalam fenomena ini.

Jika dilihat dari penggambaran saja pun, kehadiran tokoh-tokoh itu sendiri pun sudah bisa menjadisuatu fenomena tertentu pada komik ini, apalagi ditambah dengan narasi yang disampaikan, dialog-dialogdari karakter, sampai ke detail dan latar belakang dari karakter itu sendiri. Komik Dragon Ball yangditerbitkan di era tahun 1980 – 1990an pada saat fase Red Ribbon Saga, telah mengantarkan Toriyamasebagai Mangaka yang sukses dalam menyuguhkan suatu hal yang baru dan segar untuk dunia komikpada zamannya, bahkan masih sangat dapat diterima untuk beberapa dekade generasi setelah komiktersebut pertama kali diterbitkan.

Dragon Ball Menyajikan Antologi Perspektif Global dan BudayaLewat Red Ribbon Saga, Toriyama menyuguhkan latar Belakang Budaya, Ekspresi, Popularitas,

sejarah, dan pengaruh kepada pembacanya. Kita dapat melihat suatu bentuk atraksi pertukaran antarbudaya dalam perjalanan fase Red Ribbon Saga ini. Hal ini disajikan oleh Toriyama lewat penokohanyang detail dari karakter-karakter yang diciptakannya, seperti yang sudah dijelaskan peneliti pada analisadi sub bab sebelumnya.Kekurangan Fungsi Karakter

Peneliti menemukan masih ada beberapa fungsi karakter yang tidak ditemukan dalam 7 fungsikarakter Propp. Pada cerita modern, seperti Dragon Ball ditemukan juga beberapa fungsi yang cukupkrusial dan krusial keberadaannya dalam suatu cerita seperti yang peneliti jabarkan pada tabel berikut:

Page 20: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

14 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Makna Social Issue Lewat Pesan ImplisitPeneliti menemukan bahwa lewat narasinya, penulis cerita dari komik Dragon Ball ingin

menyampaikan pesan-pesan khusus kepada pembaca komiknya yang antara lain adalah:1. Bahaya Perundungan (Bullying)Secara implisit Toriyama menyampaikan bahwa setiap tindakan pasti ada sebabnya. Atau dengan

kata lain setiap kejahatan mempunyai latar belakang tersendiri. Red Commander misalnya, Dirinya adalahkorban perundungan (bullying) di masa kecilnya yang mengakibatkan dirinya tumbuh menjadi seorangpenjahat yang menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginannya demi mengobati rasa sakithatinya di masa kecil. Pada masa komik itu diluncurkan, kasus bullying belum marak diberitakan di mediamassa dan masih jauh dari perhatian di social masyarakat, namun Akira Toriyama dapat menyampaikanpesan moral ini dengan cara yang luar biasa lewat narasi, gambar, dan cerita yang disampaikannya.

2. Issue LGBT (Homosexualitas)Toriyama mendeskripsikan beberapa tokoh utama antagonisnya dengan karakter dan kepribadian

yang sangat unik seperti penyimpangan orientasi seksual, pemilihan pakaian yang di luar kebiasaan, bahkanparodi dari tokoh popular lain di luar komik tersebut. Isu Homoseksual dan fedofilia yang diangkatToriyama lewat sosok General Blue tidak ditemui pada manga lain dengan genre yang serupa pada eradimana fase Red Ribbon Saga terbit. Bahkan sampai sekarang pun masih sulit ditemui karakter antagonisutama dalam komik dengan latar belakang orientasi seksual yang menyimpang.

3. Kekuatan Citra (Image) OrganisasiDari segi komunikasi organisasi pembaca dapat belajar bahwa dengan pencitraan dan pembentukan

reputasi yang maksimal dapat menimbulkan efek yang maksimal pula. Toriyama lewat narasinyamencitrakan bahwa Red Ribbon Army terkadang tidak perlu mengeluarkan upaya untuk mendapatkankeinginan mereka, cukup dengan ancaman lewat identitas mereka, terkadang para korban mereka langsungmemberikan yang mereka inginkan tanpa perlawanan.

SIMPULAN & SARANPeneliti telah menyampaikan temuan-temuan yang merupakan hasil dari analisis pada penelitian

ini. Kemudian dari temuan-temuan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa lewat komik/manga yang sukses,dapat melahirkan suatu Pop Culture, yang dimana semua ide, perspektif, sikap, dan fenomena yangdilahirkan lewat suatu karya dan dapat diterima oleh masyarakat luas dapat membentuk suatu budayapopuler baru.

Penelitian ini juga mengungkap multimodaliti dari literasi media berupa komik/manga, yang dimanamerupakan proses pendeskripsian dari praktik komunikasi dalam hal sumber daya tekstual, linguistik,dan visual yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan atau makna tertentu, atau dengan kata laindapat dikatakan sebagai proses menafsir verbal, membaca gambar, dan memahami teks.

Dari sisi akademis, berdasarkan temuan dan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis penelitian,peneliti memiliki beberapa saran untuk dunia akademis terutama yang berkaitan dengan penelitian analisisnaratif maupun penelitian dengan objek media fiksi terutama komik/manga. Saran pertama adalahpengembangan manga polysytem sebagai suatu bentuk interaksi untuk menghasilkan proses evolusi yangdinamis secara berkesinambungan dalam dunia manga.

Dari pengoptimalan manga polysystem, praktisi di industry komik dapat memprojeksikan keinginanpasar dan menghasilkan karya-karya yang diinginkan audiensnya.

Saran yang kedua dari peneliti lebih berkaitan dengan dunia akademis, dimana peneliti berharapagar pada penelitian-penelitian naratif berikutnya, dapat mengkombinasikan analisis fungsi dengan praktikaplikatif modern seperti Trope. Trope yang kini marak karena kehadiran TV Tropes, pada dasarnya memilikifungsi yang mirip dengan 31 Fungsi Analisis Propp. Trope itu sendiri dikenal sebagai sebuah kebiasaanyang secara tersirat terdapat didalam sebuah media yang biasanya berupa plot, peristiwa, atau karakterkhusus dari suatu tokoh.

Sebagai penutup, peneliti meyakini bahwa kesuksesan Akira Toriyama dengan serial Dragon Ballberasal dari kegigihannya dalam menyuguhkan sesuatu yang baru dalam berkarya. Di sisi lain, kreatifitasdan inovasi Toriyama dalam berkarya juga membuatnya diakui dunia sebagai salah satu mangaka terbaikyang pernah ada.

Di sini, kita tidak hanya dapat memahami suatu makna dengan perspektif yang berbeda, namunjuga dirangsang untuk berkarya dan menyampaikan makna dengan cara yang berbeda. Para praktisi atauprofesional yang bergerak di industri kreatif tentunya diharapkan dapat terinsiprasi dari hasil penelitianini, dan menerapkannya dalam dunia akademis dan kehidupan sosial masyarakat, serta pengaplikasiandalam bidang keahliannya masing.

Page 21: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

15PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

REFERENSI

Allen, K. & Ingulsrud, J. (2011). Reading Manga: Patterns of Personal Literacies Among Adolescents.Diperoleh dari website Taylor and Francis online: https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500780508668681

Alvermann, D. & Heron, A. (2001). LIteracy Identity Work: PLaying To Learn With Popular Media. Journalof Adolescent & Adult Literacy. Diperoleh dari website: https://search.proquest.com/openview/8e40b252a091fc492022a536125d7738/1?pq-origsite=gscholar&cbl=42001

Barder, O. (2016). Kazuhiko Torishima On Shaping The Success Of ‘Dragon Ball’ And The Origins Of‘Dragon Quest’. Diperoleh dari website Forbes: https://www.forbes.com/sites/olliebarder/2016/10/15/kazuhiko-torishima-on-shaping-the-success-of-dragon-ball-and-the-origins-of-dragon-quest/#45c439f325e5

Berger, A. A. (1992). Popular Culture Genres: Theories and Texts Volume 2. California: Sage Publications,

Inc.

Biography of Vladimir Jakovlevic Propp (1895-1970). (n.d.). Diperoleh dari website The Biography: http:/

/thebiography.us/en/propp-vladimir-jakovlevic

Bogdan, R. & Taylor, S.J. (1975). Introduction to Qualitative Research Method. New York: John Willey and

Sons.

Bordwell, D. & Thompson, K. (2001). Film Art : An Introduction Sixth Edition. New York: McGrawHill.

Bouissou, J. (2006). Japan’s growing cultural power. The example of manga in France. Diperoleh dari website

CCSD: https://hal-sciencespo.archives-ouvertes.fr/hal-00972716/

Branston, G. & Stafford, R. (2010). The Media Student’s Book, Third Edition. London: Routledge.

Cooper-Chen, A. (2011). Japan IllistraredStorrytelling: A thematic Analysis of Globalized Anime and Manga.

Keio Communication Review No.33. Dieroleh dari website: http://www.mediacom.keio.ac.jp/publication/

pdf2011/05Anne.pdf

Creswell, J.W. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Denzin, Norman K., dan Yvonna S. Lincoln. (2009). Handbook of Qualitative Research. California-USA:

Sage Publication.

Dhani, A. (2017). Akira Toriyama, Sosok Pencipta Dragon Ball. Diperoleh dari website Tirto.id: https://

tirto.id/akira-toriyama-sosok-pencipta-dragon-ball-cwDd

Dolle-Weinkauff, B. (2006). The attractions of intercultural exchange: Manga market and manga reception

in Germany. Goethe University, Germany.

Eriyanto. (2013). Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapannya Dalam Analisis Teks Berita Media. Jakarta:

PT Fajar Interpratama Mandiri.

Fusanosuke, N. (2003). Japanese Manga: Its Expression and Popularity. Diperoleh dari website: http://

www.accu.or.jp/appreb/09/pdf34-1/34-1P003-005.pdf

Hartley, J. (2010). Communication, Cultural, & Media Studies – Konsep Kunci. Yogyakarta: Jalasutra

Herman, L. & Vervaeck, B. (2005). Handbook of Narrative Analysis. London: University of Nebraska Press.

Johnson-Woods, T. (2010). Manga: An Anthology of Global and Cultural Perspectives. New York:

Continuum.

Jandreau, C. (2015). 32 Fun Facts About the Dragon Ball Z Series.

Diperoleh dari website Anime Underground: https://www.ranker.com/list/dragon-ball-z-facts/coy-

jandreau

Page 22: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

16 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Kurland, D. (2016). Dragon Ball: 15 Things You Didn’t Know About The Red Ribbon Army. Diperoleh dari

website Screenrant: https://screenrant.com/dragon-ball-red-ribbon-army-facts-trivia/

Littlejohn, S.W. & Karen A. F. (2009). Encyclopedia of Communication Theory. USA: Sage Publication.

Narratology: LITERARY THEORY. (n.d.). Diperoleh dari website: Ecyclopeia Britannica: https://

www.britannica.com/art/narratology

PHELAN, J. & RABINOWITZ, P. (2005). A companion to narrative theory. Victoria: Blackwell Publishing.

Diperoleh dari website: http://www.lit.auth.gr/sites/default/files/a_companion_to_narrative_theory_-

wiley-blackwell_2005.pdf

Prisilia, J. (2014). Propaganda Unifikasi Korea Utara Dan Korea Selatan Dalam Serial Drama Televisi Korea

The King 2 Hearts. Surabaya: Jurnal E-Komunikasi, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen

Petra. Diperoleh dari website https://media.neliti.com/media/publications/83629-ID-propaganda-

unifikasi-korea-utara-dan-kor.pdf

Ramadhani, M. (2013). 20 Manga Shonen Jump dengan Penjualan Tertinggi. Diperoleh dari website

Republika: http://republika.co.id/berita/senggang/review-senggang/13/12/19/my1t22-20-manga-

shonen-jump-dengan-penjualan-tertinggi-4habis

Red Ribbon Army. (n.d). Diperoleh dari website: http://dragonball.wikia.com/wiki/Red_Ribbon_Army

Rivera, J. (2015). ‘Dragon Ball Z’ voice actor tells us how the series became a pop culture phenomenon.

Diperoleh dari website: http://www.businessinsider.com/dragon-ball-z-christopher-sabat-interview-2015-

8/?IR=T

Sanjaya, A., Suyanto, & Sukoco. (2016). Analisis Perubahan Bentuk Karakter Son Goku Dalam Film Animasi

Dragon Ball. Diperoleh dari website Universitas Amikom Yogyakarta : https://ojs.amikom.ac.id/

index.php/semnasteknomedia/article/view/1382/1297

Schwartz, A. (2011). Understanding the Manga Hype: Uncovering the Multimodality of ComicBook

Literacies. Diperoleh dari website International Literarcy Association: https://ila.onlinelibrary.wiley.com/

doi/pdf/10.1598/JAAL.50.1.5

Sobur, A. (2014). Komunikasi Naratif : Paradigma, Analisis, dan Aplikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Toriyama, A. (1992). Dragon Ball Volume 5. Jakarta :Media Elex Komputindo, PT Gramedia.

Toriyama, A. (1992). Dragon Ball Volume 6. Jakarta :Media Elex Komputindo, PT Gramedia.

Toriyama, A. (1992). Dragon Ball Volume 7. Jakarta :Media Elex Komputindo, PT Gramedia.

Toriyama, A. (1992). Dragon Ball Volume 8. Jakarta :Media Elex Komputindo, PT Gramedia.

Toriyama, A. (1992). Dragon Ball Volume 9. Jakarta :Media Elex Komputindo, PT Gramedia.

Walter Fisher, Emeritus Professor. (n.d.). Diperoleh dari website USC Annenberg: https://annenberg.usc.edu/

faculty/communication/walter-fisher

West, R. & Turner, L. (2008). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Willhite, L. (2018). Best Mangaka of All Time. Diperoleh dari website The Top Tens: https://

www.thetoptens.com/best-mangaka/

Page 23: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

17PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

PENDAHULUAN

Pemerintah melaksanakan berbagai program dalam rangka peningkatan produksi untuk memenuhi

kebutuhan pangan khusunya beras. Pemerintah menintroduksi program teknologi pertanian, seperti

pembangunan bendungan dan irigasi, pupuk buatan, obat pengendalian hama atau penyakit, pemberian

bibit unggul padi, dan ditumbuhkan kesatuan petani untuk bercocok tanam secara baik dan bergabung

dalam kelompok tani untuk mempermudah komunikasi antar petani.

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan informasi dari Dinas Pertanian setempat diketahui

bahwa produktivitas padi di Kecamatan Tengah Ilir mengalami fluktuasi selama kurun waktu 2011 sampai

2013 mengalami kenaikan sebesar 4,3 Ton/Ha dan mengalami penurunan sebesar 60 Ton/Ha pada tahun

2014, pada tahun 2015 produktivitas mengalami stagnasi atau kondisi tetap yaitu 4,33 Ton/Ha angka

produktivitas ini sama dengan tahun 2014, padahal teknologi dan bantuan dana telah diberikan kepada

petani di Kecamatan Tengah Ilir sama dengan Kecamatan yang ada di Kabupaten Tebo. Hal ini diduga

terdapat gangguan dalam proses transformasi informasi dan komunikasi kepada petani. Gangguan adalah

suatu hal, getaran, atau gelombang yang mendistorsi pengiriman pesan dalam proses komunikasi. Gangguan

menyebabkan perbedaan antara pesan yang dikirimkan oleh sumber (source). Perubahan teknologi harus

ditransformasikan kepada petani melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Jalur pendidikan non formal ini

akan menjangkau semua petani sehingga penyerapan teknologi lebih cepat, salah satu faktor yang paling

penting dalam penyuluhan yaitu komunikasi.

Komunikator yaitu penyuluh menyampaikan informasi kepada petani tapi tidak semua informasi

yang diberikan kepada petani dapat diterima, seringkali petani mengalami gangguan dalam menerima

informasi. Gangguan komunikasi yang terjadi dapat menghambat petani dalam menerapkan teknologi

dilapangan yang berdampak pada produksi yang dihasilkan rendah dan tingkat kesejahteraan petani yang

rendah pula.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul tentang; “Analisis hubungan

antara Ganggun (Noise) dalam Proses Komunikasi dengan Penerapan Teknologi Di Kabupaten Tebo Provinsi

Jambi”.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Komunikasi

Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada

orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN (NOISE) DALAM PROSESKOMUNIKASI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI DI KABUPATEN TEBO

PROVINSI JAMBI

Pera Nurfathiyah

[email protected]

ABSTRAK:Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) Bentuk gangguan (noise) yang ada dalam proses

komunikasi dengan penerapan teknologi pada tanaman padi (2) Tingkat penerapan teknologi pada

tanaman padi (3) hubungan antara gangguan (noise) dalam proses komunikasi dengan penerapan

teknologi pada tanaman padi. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2017 sampai Oktober

2017. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (Purpossive) dengan kriteria petani yang menerapkan

teknologi padi sawah dan yang menerima bantuan dari pemerintah dan jumlah sampel dalam penelitian

adalah 70 petani. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis data

yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pemberian skor dan analisis Rank Spearman.Hasil

penelitian menunjukkan gangguan yang terjadi dalam proses komunikasi yaitu: gangguan teknis,

gangguan semantik, dan gangguan psikologis. Tingkat penerapan teknologi padi dilokasi penelitian

tergolong tinggi (77,14%) juga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara gangguan dalam

proses komunikasi dengan penerapan teknologi padi.

Kata Kunci : Gangguan komunikasi, Proses komunikasi, Teknologi, Teknis, Semantik,Psikologis.

Page 24: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

18 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

sumber, pesan, media, penerima, dan efek. unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen

komunikasi.Gangguan dalam proses komunikasi terdiri dari gangguan teknis, semantik dan psikologis. Gangguan

teknis terjadi jika salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehinggainformasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan saluran seperti suara telepon yang tidakjelas karena sinyal yang mengalami gangguan. Gangguan semantik ialah gangguan komunikasi yangdisebabkan oleh bahasa yang digunakan (blake dalam Cangara, 2014). Gangguan psikologis terjadi karenaadanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu, misalnya rasa curigapenerima kepada sumber. Noise yang berasal dari audience akan sangat besar apabila pesan yang

disampaikan kontroversial, tetapi sebaliknya pesan akan diterima relatif jelas apabila pesan itu sederhanadan tidak bertele-tele. Skema kerangka pemikiran terlihat pada gambar berikut ini:

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo, Propinsi Jambi. Penentuan lokasi

dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan tengah ilir memiliki produktivitas padi terendah

dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Tebo. Objek penelitian ini adalah petani yang

Page 25: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

19PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

mengusahakan usahatani padi yang berjumlah 239 orang, sampel penelitian ini terlihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 3.1 memperlihatkan jumlah petani di Desa Penapalan dan Muara Kilis Kecamatan Tengah Ilir

sebanyak 239 petani. Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan rumus dari taro yamane dalam riduwan (2009) dengan presisi pengambilan sampel 10%-

25%, sehingga diperoleh 70 orang responden. Data diolah secara tabulasi dan dilanjutkan analisis secara

deskriptif menggunakan tabel distribusi frekuensi dan dilakukan uji korelasi Rank Spearman (rs).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gangguan Teknis, semantik dan psikologis dalam proses komunikasi

Hasil penelitian menunjukkan gangguan teknis dilokasi penelitian yaitu gangguan pada penggunaan

media komunikasi yaitu media cetak seperti brosur dan media elektronik seperti infokus. Indikator yang

digunakan adalah kemampuan PPL menyelesaikan masalah teknis pada media elektronik yang digunakan,

waktu yang dibutuhkan PPL untuk memperbaiki masalah teknis pada media elektronik yang digunakan,

kemampuan PPL mengevaluasi masalah teknis, dan kemampuan PPL mengendalikan situasi dan kondisi.

Berdasarkan hasil penelitian frekuensi dan persentase pada hambatan mekanis dapat dilihat pada Tabel

4.1 berikut :

Tabel 4.1 Persentase Petani pada Gangguan Teknis di Daerah Penelitian Tahun 2017.

Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Tinggi 20 28.57

Rendah 50 71.43

Jumlah 70 100

Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil dilapangan sebagian besar petani menyatakan

tidak terdapat gangguan teknis pada alat komunikasi yang digunakan PPL dalam melakukan penyuluhan.

Alat bantu adalah alat-alat atau perlengkapan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna memperlancar

proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu dilaksanakan. Alat ini diperlukan terutama dalam

menentukan atau memilih materi penyuluhan atau menerangkan inovasi yang disuluhkan (Mardikanto,

1992).

Gangguan semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata yang sebenarnya,

gangguan semantik terjadi karena penggunaan bahasa yang sering salah diucapkan atau makna kurang

dimengerti oleh komunikan. Indikator yang digunakan adalah pengucapan kalimat pesan oleh PPL,

penggunaan kata-kata oleh PPL yang memiliki makna yang berbeda namun bunyi dan tulisannya sama,

pemilihan kata-kata oleh petani dalam merespon PPL, cara PPL menjelaskan maksud pesan kepada

petani.Berdasarkan hasil penelitian frekuensi dan persentase pada hambatan semantik dapat dilihat pada

Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2. Persentase Petani pada Gangguan Semantik di Daerah Penelitian Tahun 2017.

Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Tinggi 4 5.71

Rendah 66 94.29

Jumlah 70 100

Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa sebagian besar petani menyatakan tidak terdapat gangguan

semantik dalam komunikasi antara PPL dan petani. Kondisi yang dirasakan menghambat adalah

pengucapan pesan oleh PPL sudah jelas, namun terlalu banyak menggunakan istilah yang sulit ditafsirkan

Page 26: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

20 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

oleh petani. Sehingga petani sulit untuk memahami apa yang disampaikan oleh penyuluh. Levis dalam

Doni, 2004) mengatakan bahwa keterampilan berkomunikasi, sikap dan pengetahuan adalah hal yang

harus diperhatikan saat melakukan komunikasi dengan petani yang menjadi sasaran penyuluhan. Maka

dari itu keterampilan dalam berkomunikasi akan mampu mempengaruhi cara petani menerima dan

menafsirkan pesan yang disampaikan.

Gangguan psikologis berasal dari kondisi jiwa petani dimana penerimaan pesan di dasarkan nilai-

nilai dan harapan. Indikator yang digunakan adalah pemahaman latar belakang petani oleh PPL, sikap

saling menghargai antara PPL dan petani, harapan petani terhadap PPL, bahasa yang digunakan PPL,

status sosial yang dimiliki PPL, dan pengalaman yang dimiliki PPL. Berdasarkan hasil penelitian frekuensi

dan persentase pada gangguan psikologis dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3. Persentase Petani pada Gangguan Psikologis di Daerah Penelitian Tahun 2017.

Kategori Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Tinggi 9 12.86

Rendah 61 87.14

Jumlah 70 100

Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil penelitian dilapangan sebagian besar petani

menyatakan tidak terdapat gangguan psikologis dalam proses komunikasi antara PPL dan petani.

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar pendidikan petani adalah SD, namun

pengetahuan dan keterampilan mereka dalam berusahatani tidak bisa dipandang rendah karena rata-rata

para petani diaerah penelitian telah berkecimpung cukup lama dalam berusahatani padi sawah, sedangkan

agama yang dianut sama dengan agama yang dianut oleh sumber serta bahasa yang digunakan sama

dengan sumber tentunya akan mempengaruhi cepat lambatnya petani dalam mernyerap informasi. Segala

sesuatu yang terjadi pada diri petani pada saat ia melakukan komunikasi dengan sumber pada akhirnya

akan berpengaruh pada kemampuan petani dalam menyerap informasi.

Penerapan Teknologi Padi Sawah

Penerapan teknologi padi sawah oleh petani dinilai dari pelaksanaan sesuai dengan rekomendasi

yang diberikan oleh PPL. Dalam penelitian ini yang ingin dilihat adalah penerapan teknologi padi sawah

seperti: penggunaan bibit unggul, pupuk, sistem tanam jajar legowo, pengendalian OPT, panen dan pasca

panen, mesin dan alat pertanian. Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan

informasi yang telah diketahui ke dalam situasi atau kaitan yang baru atau menggunakan pengetahuan itu

untuk memecahkan atau menjawab persoalan (Sutjipta dalam Wawan dan Dewi, 2010). Pengolahan data

sesuai konsepsi pengukuran maka diperoleh rincian persentase petani berdasarkan skor penerapan teknologi

padi seperti pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4. Persentase Penerapan Teknologi Padi Sawah di Daerah Penelitian Tahun 2017.

Kategori Penerapan Teknologi Padi Sawah Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Tinggi 46 77,14

Rendah 24 22,86

Jumlah 70 100

Tabel 4.4 memperlihatkan persentase penerapan teknologi padi sawah oleh petani sampel di daerah

penelitian termasuk dalam kategori tinggi artinya apa yang disampaikan oleh komunikator di adopsi oleh

petani dan dilaksanakan, sedangkan penerapan teknologi padi sawah di daerah penelitian membuktikan

bahwa petani setempat telah sepenuhnya menerapkan teknologi yang dianjurkan oleh PPL. Hal ini

menunjukkan bahwa petani didaerah penelitian memiliki pemikiran yang maju dan lebih terbuka terhadap

Page 27: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

21PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

inovasi-inovasi baru serta lebih menghargai usaha PPL dalam membina keberhasilan usahataninya.

Walaupun ada beberapa komponen yang belum diterapkan secara berkelanjutan, namun bukan berarti

komponen tersebut tidak baik, hanya saja ada beberapa kendala yang dihadapi dilapangan seperti

penggunaan ALSINTAN yang tidak optimal dikarnakan kondisi lingkungan fisik yang tidak mendukung

untuk penggunaan alat tersebut.

Hubungannya Gangguan Komunikasi dengan Penerapan Teknologi Padi

Hubungan Gangguan Teknis dengan Penerapan Teknologi Padi

Gangguan teknis adalah suatu bentuk gangguan yang berhubungan dengan penggunaan alat yang

digunakan oleh sumber, penguasaan alat yang digunakan sumber, dan dan kemampuan sumber dalam

menggunakan media yang digunakan dalam menyampaikan materi sehingga dapat mempengaruhi petani

dalam menyerap materi yang diberikan. Jika dikaitkan dengan penerapan teknologi padi sawah hal ini

akan berpengaruh kepada peningkatan pengetahuan petani terhadap materi yang disampaikan melalui

alat/media yang digunakan oleh sumber. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan

gangguan teknis dengan penerapan teknologi padi sawah untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

4.5 berikut :

Untuk menguji signifikasi dari koefisien korelasi rs tersebut digunakan uji hipotesis, pengujian

dilakukan menggunakan uji t berikut:

Thit

=

= 050.02

)050.0(1

270

= 2,41

Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji Rank Spearman melalui SPSS

diperoleh nilai 0,050 yang artinya tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel gangguan teknis

dengan penerapan adalah sebesar 0,050, maka nilai ini menandakan hubungan sangat lemah. Angka

koefisien korelasi pada hasil diatas bernilai negatif, sehingga hubungan kedua variabel bersifat tidak searah,

dengan demikian semakian rendah gangguan maka penerapan teknologi akan semakin meningkat.

Berdasarkan hasil uji statistik tingkat signifikansi 0,683 > 0,05, maka mempunyai arti hubungan antar

variabel tersebut bernilai tidak signifikan. Pengujian dilakukan menggunakan uji t dengan nilai 2.41, karena

thit

= 2.41> dari ttabel

((á/2 = 5%) db=68) = 1,66757 tolak Ho. maka keputusan terima H

1.

Artinya terdapat suatu hubungan yang nyata antara gangguan teknis dalam komunikasi terhadap

penerapan teknologi padi sawah.hal ini mengindikasikan bahwa gangguan teknis berpengaruh terhadap

penerapan teknologi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa PPL kurang memanfaatkan alat

bantu untuk mengefektifkan dan mempercepat petani dalam menyerap informasi yang disampaikan dan

Page 28: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

22 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

begitu pula dalam memilih alat bantu yang digunakannya. Alat bantu yang sering digunakan adalah infokus,

brosur, foster, liflet. Alat bantu yang digunakan oleh PPL bisa menarik perhatian petani untuk lebih

menyimak materi yang pernah disampaikan, namun disisi lain alat bantu yang sering digunakan oleh PPL

ternyata belum mampu membuat petani teringat kembali akan materi yang pernah disampaikan jika

seandainya petani diperlihatkan kembali atau melihat kembali alat bantu yang pernah digunakan.

Hubungan Gangguan Semantik dengan Penerapan Teknologi Padi Sawah

Gangguan semantik adalah berupa kata yang digunakan oleh penyuluh, bahasa yang digunakan,pengguaan bahasa yang baik, dan kemampuan penyuluh dalam memberikan pemahaman ke petani. Bahasadan kata-kata yang digunakan harus konsisten artinya kita mencegah pengguaan bahasa yang berlainanatau berbeda untuk menjelaskan suatu persoalan yang sama. Bahasa harus jelas, tegas dan lengkap dan

sebaiknya menggunakan bahasa yang dimengerti oleh petani. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukanmengenai hubungan gangguan semantik dengan penerapan teknologi padi sawah untuk lebih jelasnyadapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut :

untuk menguji signifikasi dari koefisien korelasi rs tersebut digunakan uji hipotesis, pengujian dilakukan

menggunakan uji t berikut:

Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji Rank Spearman melalui spss

diperoleh nilai rs = 0,222 yang artinya tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel gangguan

teknis dengan penerapan adalah sebesar 0,222 atau hubungan sangat lemah. Angka koefisien korelasi

pada hasil diatas bernilai negatif, sehingga hubungan kedua variabel bersifat tidak searah, dengan demikian

dapat diartikan bahwa semakin rendah gangguan yang terjadi maka penerapan penerapan teknologi padi

sawah akan semakin meningkat. Berdasarkan output diatas, diketahui nilai signifikansi atau sig. (2-tailed)

sebesar 0,065> 0,05, maka ada hubungan yang tidak signifikan (tidak berarti) antara variabel gangguan

dengan penerapan.. Pengujian dilakukan menggunakan uji t dengan nilai 1.87, karena thit

= 1.87> dari ttabel

((á/2 = 5%) db=68) = 1,66757 tolak Ho. maka keputusan terima H

1.Artinya terdapat suatu hubungan yang

nyata antara gangguan semantik dalam komunikasi terhadap penerapan teknologi padi sawah. meskipun

hubungan tersebut sangat lemah.Berdasarkan hasil penelitian dalam berkomunikasi PPL menggunakan

bahasa yang sederhana (jarang menggunakan istilah-istilah ilmiah) agar lebih mudah dicerna oleh petani,

Page 29: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

23PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

serta juga disertai dengan bahasa yang sedikit agak humor agar petani tidak terlalu kaku dan tegang

dalam menerima apa yang disampaikan. Begitu pula jika ada pertanyaan dari petani dengan menggunakan

bahasa daerah setempat juga bisa dimengerti oleh PPL, karena PPL setempat bukan merupakan penduduk

asli desa penelitian terlihat bahwa PPL kurang mampu menerjemahkan bahasa yang sulit dimengerti

kedalam bahasa yang diharapkan bisa dimengerti oleh petani. Sikap PPL pada saat berbicara sudah

komunikatif, kekeluargaan dan sopan serta vokal teratur, tidak gugup dan tidak ragu-ragu. PPLdalam

menyampaikan materi sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan petani, PPL tidak menyebutkan

kelemahan dan kelebihan dari teknologi baru sehingga tidak membingungkan petani dalam adopsi teknologi

dan hasil dapat dicapai secara maksimal.

Hubungan Gangguan psikologis dengan Penerapan Teknologi Padi

Gangguan psikologis berkaitan dengan sikap berbicara PPL yaitu bagaimana sikap seorang penyuluh

dalam menyampaikan ide atau inovasi, apakah santai atau tegang atau kaku, kontak mata komunikator

dengan petani dimana jika kontak mata kita dengan para pendengar berjalan dengan baik maka para

pendengar akan terpengaruh dengan gaya persuasif yang diberikan sehingga mereka lebih mudah menerima

inovasi yang diberikan. Ekspresi wajah yang simpatik merupakan salah satu jaminan seorang komunikator

diterima atau didengar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan gangguan

psikologis dengan penerapan teknologi padi sawah untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

Untuk menguji signifikasi dari koefisien korelasi rs tersebut digunakan uji hipotesis, pengujian

dilakukan menggunakan uji t berikut:

Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik dengan menggunakan uji Rank Spearman melalui SPSS

diperoleh nilai - 0,199 yang artinya tingkat kekuatan hubungan (korelasi) antara variabel gangguan

psikologis dengan penerapan adalah sebesar 0,199 atau hubungan lemah. Angka koefisien korelasi pada

hasil diatas bernilai negatif, sehingga hubungan kedua variabel tidak searah. Tidak searah artinya jika

gangguan psikologis meningkat maka penerapan teknologi akanmenurun. begitu pula sebaliknya, jika

Page 30: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

24 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

gangguan psikologis menurun maka penerapan teknologi akan meningkat. Berdasarkan output diatas,

diketahui nilai signifikansi atau sig. (2-tailed) 0,098> 0,05, maka artinya hubungan antar variabel tersebut

bernilai tidak signifikan (tidak berarti). Pengujian dilakukan menggunakan uji t dengan nilai 1.67, karena

thit

= 1.67> dari ttabel

((á/2 = 5%) db=68) = 1,66757 tolak Ho. maka keputusan terima H

1, artinya terdapat

suatu hubungan yang nyata antara gangguan psikologis dalam komunikasi terhadap penerapan teknologi

padi sawah. Hal ini mengindikasikan bahwa gangguan psikologis berpengaruh terhadap penerapan

teknologi meskipun hubungan tersebut lemah. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dalam

berkomunikasi dengan petani, PPL memanfaatkan dan menggunakan bahasa tubuh mulai dari ekspresi

wajah sampai dengan posisi berdiri.Saat melakukan penyuluhan, posisi berdiri PPL setempat sudah

menunjukkan hal yang positif karena terlihat santai dan tidak tegang, juga disertai dengan ekspresi wajah

yang simpatik, walaupun posisi berdiri PPL sudah menunjukkan hal yang positif, namun posisi berdiri

ternyata belum mampu mempengaruhi petani untuk lebih memperhatikan PPL dalm penyampaian materi

penyuluhan. Selain itu PPL juga terkadang melakukan kontak mata dengan petani saat memberikan materi,

dalam artian PPL tidak menunduk.Jika ada petani yang lambat mengerti PPL terkadang tetap menunjukkan

sikap kasih dalam artian tidak cemberut.Selain itu tingkat pemahaman penerima atau petani setelah

mendapatkan penyuluhan yang disampaikan oleh PPL tergolong sedang.

KESIMPULAN

1. Bentuk gangguan komunikasi yang terjadi dalam proses komunikasi di daerah penelitian yaitu; gangguan

teknis, semantik, dan psikologis.

2. Tingkat penerapan teknologi padi sawah dilokasi penelitian tergolong tinggi dengan persentase sebesar

77,14%.

3.Terdapat hubungan antara gangguan dalam proses komunikasi dengan penerapan teknologi padi sawah,

dengan koefisien korelasi: Gangguan Teknis (rs) = - 0.050, Gangguan semantik (r

s)= - 0.222, T hitung = 1.87

dan Gangguan psikologis (rs) = - 0.199

DAFTAR PUSTAKA

BPP Kecamatan Tengah Ilir, (2016). Programa Penyuluhan Pertanian. Kecamatan Tengah Ilir

BPTP Jambi, (2013). Sistem Tanam Padi Jajar Legowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi.Balai

Besar pengkajian dan Pengembangan Pertanian.Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Kementerian Pertanian.

Cangara, H, (2014). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Daniel, M, (2004). Pengantar Ekonomi pertanian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Tebo, (2015). Data Produksi Padi Sawah Di

Kabupaten Tebo.

Mardikanto. (1992). Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta (ID : sebelas maret)

Ridwan dan akdon. (2009). Rumus Dan Data Dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta

Siegel, S, (1997). Statistik Nonparametrik : Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Sitorus, S. RP, (2004). Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung: Tarsito Keberadaan Situ (Studi Kasus Kota

Depok). Tesis. Bogor : IPB.

Soekartawi, (2005). Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia, Jakarta

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: alfabeta

Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengeluaran, Sikap dan Perilaku Manusia.Yogyakarta.

Nuha Medika.

Page 31: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

25PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

M. Kusuma H.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

[email protected]

PENDAHULUAN

Kearifan lokal bisa didefinisikan menjadi suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan

hidup; falsafah yang mengakomodasi kebijakan dan kearifan hayati. Menjadi model, hampir setiap budaya

lokal di Nusantara dikenal kearifan lokal mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, serta seterusnya.

Walaupun terdapat upaya pewarisan kearifan lokal dari generasi ke generasi, tidak ada garansi bahwa

kearifan lokal akan konsisten kukuh menghadapi globalisasi yang menyodorkan gaya hidup yang makin

pragmatis serta konsumtif.

Kearifan lokal bisa ditinjau sebagai identitas bangsa, terlebih pada konteks Indonesia yang

memungkinkan kearifan lokal bertransformasi secara lintas budaya pada akhirnya melahirkan nilai budaya

nasional. Kearifan lokal hanya akan kekal bila kearifan lokal terimplementasikan dalam kehidupan nyata

sehari-hari sebagai akibatnya bisa merespons dan menjawab arus zaman yang sudah berubah. Kearifan

lokal pula wajib terimplementasikan pada kebijakan negara, contohnya dengan menerapkan kebijakan

ekonomi berasaskan gotong royong serta kekeluargaan sebagai salah satu wujud kearifan lokal kita.

Di antara beragam penggerusan kearifan lokal saat ini, di sisi lain kita masih menyaksikan

pemanfaatan kearifan lokal, contohnya di dunia medis terjadi pengembangan obat herbal sebagai warisan

leluhur pada bidang medis lalu disempurnakan menggunakan baku farmakologi yang berlaku.

Untuk menguatkan identitas bangsa yang mulai luntur akibat gerusan arus globalisasi, dibutuhkan

langkah-langkah konkret. Bahkan hal kecil yang dilakukan seorang individu mampu menjadi langkah

awal. Bila seluruh anggota masyarakat berpandangan demikian, bukan tidak mungkin identitas bangsa

mampu tegak serta kokoh di kancah internasional.

Pemberdayaan masyarakat pada dasarnya merupakan proses untuk membuat masyarakat menjadi

berdaya. Untuk menggerakkan kembali kemandirian masyarakat dalam pembangunan di komunitasnya,

maka diperlukan dorongan-dorongan atau gagasan awal untuk menyadarkan kembali peran dan posisinya

dalam kerangka untuk membangun masyarakat madani. Proses penyadaran masyarakat tersebut dilakukan

melalui konsep-konsep pengembangan kapasitas melalui pembinaan lembaga sosial.

Pengembangan komunitas diupayakan untuk membangun dan memperkuat struktur masyarakat

supaya menjadi suatu kelompok yang bisa menyelenggarakan kehidupannya dalam pemenuhan kebutuhan

hidup. Program pengembangan komunitas dilakukan dengan berbasis pada (1) masyarakat menjadi pelaku

utama, yaitu masyarakat sebagai subyek perencanaan dan aplikasi primer, (2) pemanfaatan sumber daya

REVITALISASI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA PENGUATAN IDENTITASKEBUDAYAAN MELALUI LEMBAGA SOSIAL POKMAS PASIR LUHUR DESA

PASIR WETAN, BANYUMAS

ABSTRAK:Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi Strategi POKMAS Pasir Luhur dalam merevitalisasi kearifan

lokal sebagai upaya penguatan identitas kebudayaan Banyumas dan pengembangan komunitas

masyarakat Desa Pasir Wetan berbasis kearifan lokal, serta untuk menciptakan strategi

baru.Menggunakan metode penelitian aksi partisipatif untuk menghubungkan proses penelitian ke

dalam proses perubahan sosial. Ialah bagaimana proses pemberdayaan bisa mewujudkan tiga tolak

ukur, yakni adanya komitmen bersama dengan masyarakat, adanya local leader pada masyarakat serta

adanya lembaga baru dalam masyarakat yang dibangun sesuai kebutuhan. Teknik pengumpulan data

melalui berbagi cerita dalam diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam.Pada dinamika

tadi, partisipan merupakan anggota POKMAS Pasir Luhur, berpeluang lebih besar menyampaikan

pengalaman, gagasan, serta refleksi secara lebih terbuka, sebagai kekuatan primer yang berasal dari

masyarakat untuk menggerakkan pembangunan.

Kata Kunci : revitalisasi, kearifan lokal, penguatan identitas, lembaga sosial

Page 32: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

26 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

setempat, yaitu penciptaan aktivitas dengan melihat potensi sumber daya setempat, serta (3) pembangunan

berkelanjutan yaitu program berfungsi menjadi penggerak awal pembangunan yang berkelanjutan (Suharto,

2009).

Inti pengembangan komunitas ditekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan oleh, dari, serta untuk

masyarakat sendiri. Hal ini berarti, sangat diperlukan kiprah langsung masyarakat menyumbangkan sumber

daya yang dimilikinya. Melalui eksploitasi sumber daya tadi maka pengembangan komunitas akan

bertumpu pada kekuatan masyarakat.

Pengembangan komunitas yang memanfaatkan potensi sumber daya akan membentuk proses

kemandirian masyarakat untuk senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan serta mengatasi

permasalahannya sendiri, tanpa harus bergantung pada pemerintah. Kemandirian masyarakat akan

memberikan landasan yang berpengaruh buat kelanjutan beragam program pembangunan pengembangan

komunitas.

Sumber daya masyarakat tercermin melalui nilai-nilai, adat-istiadat, tata hukum, dan pranata-pranata

sosial budaya yang menyatu pada kehidupan bermasyarakat. Secara spesifik untuk sumber daya sosial

masyarakat tercipta melalui korelasi sosial yang serasi, tingkah laku sesuai tata cara yang kuat, serta

hubungan sosial. Badaruddin (2005) mempertegas bahwa, sumber daya sosial masyarakat dikenal menjadi

kapital sosial yang dimiliki masyarakat dalam upaya untuk bisa memberdayakan masyarakat secara sosial

dan ekonomi. Pernyataaan ini didukung juga oleh Soetomo (2012) bahwa, memanfaatkan modal sosial

secara internal bisa membentuk serta memperkuat kohesi sosial, solidaritas sosial, serta secara eksternal

bisa menciptakan jaringan sosial yang lebih luas sebagai akibatnya kesejahteraan masyarakat bisa melonjak.

Di Desa Pasir Wetan, tepatnya di grumbul Sukadamai Jogreg ada bangunan tua bernama

Kademangan yang pada masa lalu merupakan sentra pemerintahan yang dipimpin oleh Demang. Penduduk

asli Desa Pasir Wetan mayoritas hidup dari hasil kerajinan, diantaranya: 1) Pengrajin besi; 2) Pengrajin

emas; 3) Pengrajin Lencana; dan 4) Konfeksi. Hasil kerajinan ini didistribusikan sendiri sebagai akibatnya

penduduk Desa Pasir Wetan lebih dikenal sebagai pedagang.

Meskipun letak Desa Pasir Wetan lebih jauh dari akses Jalan Raya dibanding dengan desa Pasir

Kidul serta Pasir Kulon, tetapi penduduk Desa Pasir Wetan lebih berkembang secara ekonomi. Salah satu

indikasinya ialah kebutuhan komunikasi yaitu telepon rumah telah mulai masuk di tahun 1995, sementara

desa lain belum masuk. Saat ini Desa Pasir Wetan sedang aktif mengembangkan perekonomian desa,

sehingga pada bulan Maret 2012 sudah didirikan Pasar Pagi yang menjual makanan khas seperti buntil,

comro, ranjem, bakwan, lontong, nasi uduk serta lain sebagainya.

Dan didirikan pula POKMAS Pasir Luhur yaitu tempat kesenian desa Pasir sebagai tempat pembinaan

serta pementasan seni gendingan dan karawitan, dengan tujuan melestarikan kesenian budaya warisan

leluhur.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud memaparkan kajian secara konseptual dan teoritis

tentang Upaya Penguatan Identitas Kebudayaan Banyumas melalui Revitalisasi Kearifan Lokal. Penelitian

ini bertujuan untuk menggambarkan strategi serta menyusun strategi pengembangan komunitas yang

dapat dilakukan POKMAS Pasir Luhur Sebagai Upaya Penguatan Identitas Kebudayaan Banyumas melalui

Revitalisasi Kearifan Lokal.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai revitalisasi kearifan lokal serta penelitian mengenai penguatan identitas

kebudayaan telah banyak dilaksanakan dengan judul dan metode yang berbeda-beda. Tetapi parameter

yang digunakan dalam penelitian tetap sama, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi dari aspek fisik,

aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek sosial.

Bambang Sumardjoko (2013) dalam penelitiannya yang berjudul REVITALISASI NILAI-NILAI

PANCASILA MELALUI PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK PENGUATAN

KARAKTER DAN JATI DIRI BANGSA, bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan model

pembelajaran Pkn di SMP Negeri setempat yang bijak untuk revitalisasi strategi nilai pancasila terhadap

kekuatan karakter dan karakteristik diri negara. Tahun pertama, penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Peninjauan masalah fokus dan rancangan rancangan model menggunakan pendekatan kualitatif dengan

jalur: studi pustaka, pengumpulan bahan-bahan yang mendukung hubungan model pembelajaran Pkn,

pengumpulan data lapangan dan triangulasi data deskripsi model pembelajaran PKn pada pelaksanaan

SMP, analisis SWOT membangun konsep model, dan menyempurnakan desain model oleh partisipasi

lokakarya-kolaboratif.

Page 33: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

27PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Hasil penelitian menunjukkan Profil latar belakang guru PKn di SMP Negeri Surakarta adalah

pendidikan PKn dan mereka memiliki pengalaman mengajar yang lama. Guru PKn memiliki pengalaman

dalam kegiatan ilmiah di tingkat lokal atau nasional sehingga pemahaman guru PKn SMP Negeri Surakarta

tentang pendidikan dasar dan tujuan kewarganegaraan sudah cukup baik. Untuk pengembangan

pembelajaran PKn sangat diperlukan revisi terhadap materi PKn, yang utama tentang integrasi nilai dan

strategi budaya lokal dan metode pembelajaran mendukung penguasaan PKn yang kompeten dan nilai

pendidikan.

Menurut analisis SWOT, draf mengembangkan model PKn di basis Sekolah Menengah Pertama

lokal yang bijak untuk strategi revitalisasi nilai Pancasila terhadap karakter kekuatan dan karakteristik

diri negara dengan integrasi yang bijaksana sumber budaya lokal Jawa dari nilai inti, penyelesaian masalah

sosial, studi dengan interaksi sosial dan studi dengan interaksi sosial-budaya, implementasi konsep model

dengan model pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek dan klasifikasi nilai.

Sularso (2016) dalam penelitiannya yang berjudul REVITALISASI KEARIFAN LOKAL DALAM

PENDIDIKAN DASAR, bertujuan untuk menjawab persoalan (1) bagaimana wujud revitalisasi kearifan

lokal di tingkat pendidikan dasar; (2) mengapa materi kearifan lokal diberikan pada pendidikan tingkat

dasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh dari kajian pustaka dan observasi.

Metode analisis data menggunakan metode analisis data kualitatif. Peneliti mencermati aspek

pendidikan dasar dan kearifan lokal secara terminologis. Keduanya diletakan sebagai satu kesatuan yang

saling terhubung secara konseptual. Hubungan logis yang terbingkai secara konseptual tersebut selanjutnya

dianalisis dan digunakan untuk menjawab persoalan yang telah diajukan.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa nilai kearifan lokal ditempatkan secara integral dengan seluruh

materi pembelajaran. Alasan kearifan lokal penting diberikan pada tingkat pendidikan dasar agar peserta

didik tidak kehilangan nilai dasar kulturalnya, tidak kehilangan akar sejarahnya serta memiliki wawasan

dan pengetahuan atas penyikapan realitas sosial dan lingkungannya secara kultural.

Ari Setiarsih (2016) dalam penelitiannya yang berjudul PENGUATAN IDENTITAS NASIONAL

MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS KEARIFAN LOKAL, mengkaji ilmu secara

teoritik dengan metode kepustakaan yang bertujuan memberikan wawasan tentang penguatan identitas

nasional melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal. Hal ini penting karena identitas nasional

merupakan jati diri suatu bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain. Dewasa ini situasi dan kondisi

bangsa Indonesia dihadapkan pada beberapa persoalan seperti krisis identitas, konflik horizontal, konflik

multikultur, disintegrasi bangsa, instabilitas politik, kekerasan, kriminalitas, degradasi moral, dan

memudarnya nilai-nilai kebangsaan yang mengakibatkan instabilitas diberbagai bidang kehidupan.

Guna mengatasi persoalan tersebut, maka pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal memiliki

peran yang strategis untuk memperkuat identitas bangsa melalui eksplorasi dan elaborasi nilai-nilai budaya

lokal. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran kewarganegaraan

multikultural. Penguatan identitas nasional melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal dapat

dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya: 1) Integrasi pendidikan multikultural berbasis kearifan

lokal dalam desain kurikulum; 2) Optimalisasi pendidikan kewarganegaraan berbasis multikultural dan

kearifan lokal, 3) Penempatan pendidikan multikultural sebagai falsafah pendidikan, pendekatan

pendidikan, bidang kajian dan bidang studi.

METODOLOGI

Penelitian Participatory Action Research adalah salah satu contoh penelitian yang mencari sesuatu

untuk menghubungkan proses penelitian ke dalam proses perubahan sosial. Perubahan sosial yang

dimaksud ialah bagaimana pada proses pemberdayaan bisa mewujudkan tiga tolak ukur, yakni adanya

komitmen bersama dengan masyarakat, adanya local leader pada masyarakat serta adanya lembaga barudalam masyarakat yang dibangun sesuai kebutuhan. Penelitian ini membawa proses penelitian padalingkaran kepentingan orang serta menemukan solusi mudah bagi persoalan bersama serta tema-temayang memerlukan aksi dan refleksi bersama, serta menyampaikan sokongan bagi teori praktis (Affandi,dkk. 2013: 55).

PAR (Participatory Action Research) melibatkan aktualisasi penelitian untuk mendefinisikan sebuahkasus maupun menerapkan data ke dalam aksi selaku solusi atas kejadian yang sudah terdefinisi. PAR

(Participatory Action Research) ialah partisipatif dalam arti bahwa ia sebuah keadaan yang dibutuhkan dimana

orang memainkan fungsi kunci di dalamnya serta memegang data yang relevan berhubungan dengan

sistem sosial (komunitas) yang tengah berada di bawah pengkajian, serta bahwa mereka berpartisipasi

pada rancangan dan implementasi agenda aksi itu berdasarkan pada hasil penelitian.

Page 34: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

28 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Paradigma pertama, PAR merubah cara berfikir kita tentang penelitian dengan menjadikan penelitian

sebuah proses partisipasi. PAR itu sendiri adalah sebuah kondisi yang diperlukan dimana orang memainkan

peranan kunci di dalamnya dan memiliki informasi yang relevan tentang sistem sosial atau komunitas,

yang tengah berada di bawah studi. “Subyek” penelitian lebih baik untuk dirujuk atau menjadi rujukan

sebagai anggota-anggota komunitas, dan mereka berpartisipasi dalam rancangan, implementasi, dan

eksekusi penelitian.PAR melibatkan pelaksanaan penelitian untuk mendefinisikan sebuah masalah maupun penerapan

informasi dengan mengambil aksi untuk menuju solusi atas masalah-masalah yang terdefinisikan. Anggota-anggota komunitas berpartisipasi dalam rancangan dan implementasi dalam rencana tindak strategisdidasarkan pada hasil penelitian.

Paradigma kedua, PAR adalah proses dimana komunitas-komunitas berusaha mempelajari masalahsecara ilmiah dalam rangka memandu, memperbaiki, dan mengevaluasi keputusan dan aksi mereka. Cara-cara penelitian yang selama ini biasa dilakukan kalangan akademisi dan peneliti dalam komunitas kita,justru dapat menjadi tantangan dan ancaman bagi sebuah komunitas. Kedua tipe penelitian ini juga dapatmelenyapkan bagian-bagian penting dan vital dari sebuah poyek penelitian yakni pengalaman hidup nyata,mimpi, pikiran, kebutuhan, kemauan dari anggota komunitas. PAR menawarkan metode-metode untukmerubah hakekat hubungan antara orang, dengan organisasi yang biasanya dikejar poyek penelitian danpengembangan.

ANALISIS

Intinya, kinerja pada suatu organisasi dilakukan oleh segenap sumber daya manusia dalam organisasi,

baik unsur pimpinan atau unsur anggota. Berbagai faktor yang bisa mempengaruhi sumber daya manusia

dalam menjalankan kinerjanya. Beberapa faktor yang memungkinkan Mengganggu kualitas aktifitas pada

POKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas adalah persoalan

komitmen organisasi. Persepsi atau budaya lingkungan kerja itu bisa mencakup taraf kedisiplinan kehadiran

pertemuan koordinasi, fasilitas yang tersedia, dan kenyamanan yang disebabkan oleh semua komponen

organisasi baik itu pimpinan atau bawahan.

Pada penelitian ini taraf kedisiplinan koordinasi di POKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan,

Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas sangat rendah. Hal ini mampu ditinjau dari tingkat absensi

dari setiap anggota yang masih sangat minimal dalam hal ketepatan waktu kehadiran pertemuan koordinasi.

Mereka melihat dari lingkungan kerjanya yang memungkinkan tidak hadir tepat waktu dengan mencontoh

pimpinan atau rekan kerjanya yang selalu tidak tepat waktu dalam menghadiri pertemuan koordinasi

tanpa ada peringatan dari organisasi itu sendiri.

Selain itu beberapa hal yang memungkinkan suasana kerja menjadi kurang nyaman adalah fasilitas

yang diberikan pada setiap anggota tidak sesuai dengan visi pencapaian organisasi, sebagai akibatnya

berimbas pada kinerja yang jauh dari istilah memuaskan. Korelasi antara anggota satu dengan yang lainnya

pula sedikit banyak mempengaruhi pada kinerja holistik anggota. Situasi yang nyaman akan berdampak

pada kerjasama yang saling berkesinambungan di antara para anggota serta terciptanya kinerja yang

memuaskan buat organisasi.

Dengan demikian komitmen organisasi sangat kuat berpengaruh terhadap kinerja setiap anggota.

Hal ini bisa ditinjau jika suatu lingkungan atau suasana kerja pada organisasi akan dirasakan oleh setiap

anggota, sebagai akibatnya akan berdampak pada sikap dan perilaku anggota dalam menjalankan

pekerjaannya.

Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan penulis maka kondisi komitmen organisasi belum

mampu mempertinggi kinerja organisasi secara maksimal. Upaya organisasi dalam menaikkan kinerja

mampu dilakukan dengan membentuk komitmen organisasi yang kondusif diantaranya: membangun

lingkungan fisik serta lingkungan sosial untuk menciptakan suatu rasa ketenangan sebagai akibatnya akan

terbentuk korelasi kerja yang positif antar anggota atau anggota dengan pimpinan, dan menciptakan sistem

manajemen yang menyesuaikan dengan keadaan organisasi.

Beberapa faktor yang memungkinkan menghambat kualitas aktifitas di POKMAS Pasir Luhur Desa

Pasir Wetan, Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas ialah masalah komitmen organisasi. Persepsi

atau budaya lingkungan kerja itu bisa meliputi tingkat kedisiplinan kehadiran pertemuan koordinasi,

fasilitas yang tersedia, serta ketenangan yang disebabkan oleh semua komponen organisasi baik itu

pimpinan atau bawahan. Mereka melihat dari lingkungan kerjanya yang memungkinkan tidak hadir tepat

waktu dengan mencontoh pimpinan atau rekan kerjanya yang selalu tidak tepat waktu dalam menghadiri

pertemuan koordinasi tanpa ada peringatan dari organisasi itu sendiri.

Page 35: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

29PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

DISKUSI

Komitmen Organisasi

Mathis dan Jackson (dalam Sopiah, 2008:155) mempertimbangkan komitmen organisasi seperti

individu untuk percaya dan setuju dengan tujuan organisasi dan untuk selaras dengan organisasi mereka.

Sementara itu, menurut Richard M. Steers (dalam Sri Kuntjoro, 2002), komitmen organisasi sebagai

identifikasi (referensi terhadap nilai organisasi), komitmen (kemauan untuk melakukan yang terbaik untuk

kepentingan organisasi) dan kesetiaan (aspirasi sebagai anggota Organisasi). Steers berpandangan komitmen

organisasi adalah bentuk dimana anggota sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, serta arah

organisasinya.

Komitmen organisasi adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang mengetahui dan

terikat oleh organisasinya (Griffin, 2004). Komitmen kepada organisasi lebih dari sekedar keanggotaan

resmi karena melibatkan tindakan seperti organisasi dan kemauan untuk mencari upaya tingkat tinggi

untuk kepentingan organisasi untuk mencapai tujuannya. Menurut definisi ini, keterlibatan organisasi

mencakup unsur kesetiaan kepada organisasi, keterlibatan dalam kegiatan, dan pengenalan nilai-nilai dan

tujuan organisasi.

Menurut Meyer dan Allen (1997), keterlibatan organisasi terdiri dari tiga komponen: keterlibatan

afektif (kemauan), keterlibatan normatif (kebutuhan), dan keterlibatan berkelanjutan. Komitmen yang

rendah ini mencerminkan tidak adanya orang yang bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya.

Untuk mencapai komitmen yang sama untuk tanggung jawab akuntabilitas, peran kepemimpinan dalam

hal ini adalah kepemimpinan organisasi yang terkait dengan delegasi kekuasaan (pemberdayaan). Dalam

konsep ini, para eksekutif berkomitmen untuk mendelegasikan peran dan tanggung jawab mereka kepada

para ahli. Sebaliknya, anggota harus berkomitmen untuk meningkatkan self-efficacy mereka.

Komitmen organisasi adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana anggota POKMAS Pasir Luhur

Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas mengetahui dan terikat oleh

organisasinya. Komitmen kepada organisasi lebih dari sekedar keanggotaan resmi karena melibatkan

tindakan seperti organisasi dan kemauan untuk mencari upaya tingkat tinggi untuk kepentingan organisasi

untuk mencapai tujuannya.

Menurut definisi ini, keterlibatan anggota POKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan, Kecamatan

Karang Lewas, Kabupaten Banyumas mencakup unsur kesetiaan kepada organisasi, keterlibatan dalam

kegiatan, dan pengenalan nilai-nilai dan tujuan organisasi. Untuk mencapai komitmen yang sama untuk

tanggung jawab akuntabilitas, peran kepemimpinan dalam hal ini adalah kepemimpinan organisasi

POKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas yang terkait

dengan delegasi kekuasaan.

Kepemimpinan Lokal

Baik di masyarakat umum atau lokal, para eksekutif adalah tokoh yang mulia atau lebih tua. Di

dalam, seseorang dapat mengatakan bahwa seorang pemimpin telah mengenal desa itu untuk waktu yang

lama dan sudah tua dan mampu memberi nasihat kepada mereka yang membutuhkannya. Menurut Joseph

C. Rost (1993), kepemimpinan adalah hubungan yang berpengaruh antara pemimpin dan pengikut mencari

perubahan konkrit yang mencerminkan tujuan bersama mereka.

Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial masyarakat juga harus

dikelola dengan baik. Maka itu membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya

pemimpin setidaknya memimpin. Dengan semangat pemimpin manusia untuk merawat diri sendiri,

kelompok dan lingkungan.

Slamet (2002: 29) menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan, proses, atau gaya hidup

untuk mempengaruhi orang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu, Slamet

menyarankan bahwa bimbingan penting dalam hidup dan pelatihan harus fokus pada orang dan

bimbingannya terhadap orang yang dipimpinnya. Ini berarti bahwa harus diakui berdasarkan timbal balik,

misalnya, tujuannya harus mengakui bahwa orang tersebut adalah seorang pemimpin. Kepemimpinan

adalah upaya untuk mempengaruhi pengikut, daripada mendorong mereka untuk mencapai tujuan tertentu.Khususnya untuk mengatasi masalah ini, itu rumit dan sulit. Di sini, karier menantang seorang

pemimpin untuk membuat keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Manajer dapatmempengaruhi pikiran, kepuasan kerja, keselamatan, kualitas hidup, dan terutama pencapaian organisasi.

Koontz (1980) menyatakan bahwa pemimpin harus memiliki setidaknya tiga kemampuan:keterampilan manusia, kemampuan inspirasi dan reaktif. Kemampuan manusia dikaitkan dengan motivasiteoritis, kemampuan inspirasi untuk menemukan kualitas pemimpin yang karismatik dan responsif adalah

Page 36: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

30 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

sesuatu yang mengacu pada gaya kepemimpinan sebagai persiapan lingkungan yang baik untukmeningkatkan kinerja. Oleh karena itu, kepemimpinan membutuhkan pembelajaran berkelanjutan.

Keterampilan kepemimpinan dan motivasi untuk memimpin merupakan faktor penting dalamefektivitas pemimpin. Jika organisasi dapat mengidentifikasi kualitas kepemimpinan, kemampuan untukmemilih pemimpin yang efektif akan meningkat. Ketika organisasi mampu mengidentifikasi kepemimpinandan teknik organisasi yang efektif, perilaku dan teknik yang berbeda dapat dipelajari.

Di dalam, seseorang dapat mengatakan bahwa seorang pemimpin telah mengenal desa itu untukwaktu yang lama dan sudah tua dan mampu memberi nasihat kepada mereka yang membutuhkannya. Disini, karier menantang seorang pemimpin POKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan, Kecamatan KarangLewas, Kabupaten Banyumas untuk membuat keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah.

Kemampuan manusia dikaitkan dengan motivasi teoritis, kemampuan inspirasi untuk menemukankualitas pemimpin yang karismatik dan responsif adalah sesuatu yang mengacu pada gaya kepemimpinanPOKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas sebagaipersiapan lingkungan yang baik untuk meningkatkan kinerja.

Jika organisasi dapat mengidentifikasi kualitas kepemimpinan, kemampuan untuk memilihpemimpin yang efektif akan meningkat. Ketika organisasi POKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan,Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas mampu mengidentifikasi kepemimpinan dan teknikorganisasi yang efektif, perilaku dan teknik yang berbeda dapat dipelajari.

Kelembagaan Baru

Interaksi antara lembaga dan organisasi lokal menciptakan sintesis Teori Lembaga Baru. Menurut

Scott (2008), teori-teori kelembagaan baru menekankan bagaimana pendekatan kelembagaan baru dapat

digunakan dalam organisasi pembelajaran. Pendekatan kelembagaan ini menekankan kesan kognitif dari

kerangka normatif dan lebih berfokus pada pengaruh sistem energi budaya, yang berhubungan dengan

lingkungan organisasi, yang bertentangan dengan proses internal organisasi.

Sementara perspektif lain pada konsep lembaga baru Nee dan Ingram (2001) dijelaskan, mereka

cenderung melihat integrasi berbagai hubungan sosial dan kelembagaan sebagai panduan ke masa lalu

sebagai regulator antara unsur-unsur formal struktur kelembagaan dan organisasi sosial sebagai jaringan

standar. Memfasilitasi perilaku, promosi dan definisi anggota komunitas ekonomi. Menurut Scott, teori

lembaga baru adalah tentang memilih pendekatan kelembagaan baru dalam meninjau sosiologi organisasi.

Pernyataan di atas memberikan kontribusi signifikan untuk meningkatkan pemahaman baru untuk

ilmu sosial dengan menanamkan pengaruh tambahan pada pengetahuan individu yang mempengaruhi

persepsi mereka tentang dunia sosial. Teori lembaga baru berasal dari teori kognitif, teori budaya,

fenomenologi, dan etnometodologi. Berdasarkan ide-ide ini, Scoot mengembangkan lembaga ini sebagai

“terdiri dari unsur-unsur regulatif, normatif dan kognitif yang, bersama dengan kegiatan dan sumber

daya terkait, memberikan stabilitas dan makna bagi kehidupan sosial.”

Scoot lebih lanjut menjelaskan bahwa ketiga elemen ini adalah struktur inti, kode etik, meskipun

mereka dapat bervariasi di mana-mana, termasuk aspek perilaku sosial dan kehidupan sosial melalui

produksi sumber daya dan aktivitas reproduksi untuk keberlanjutan. lembaga ini memberikan panduan

dan sumber daya untuk tindakan serta pembpimpinan tindakan dan rintangan. Misi lembaga adalah untuk

mencapai stabilitas dan ketertiban, tetapi mereka berubah.

lembaga ini memberikan panduan dan sumber daya untuk tindakan serta pembpimpinan tindakan

dan rintangan. Misi lembaga adalah untuk mencapai stabilitas dan ketertiban, tetapi mereka berubah.

Pendekatan lembaga baru ini mengakui bahwa lembaga semacam ini mendorong munculnya organisasi

resmi.

Ini mengontrol hambatan struktural dan budaya yang menentang kemampuan atau keberanian

individu untuk bertindak secara kreatif. Aturan, norma, dan makna muncul dari proses interaksi, sehingga

prosesnya dipertahankan dan dimodifikasi oleh perilaku manusia. Lebih penting lagi, bahan awal adalah

campuran bahan dan orang. Konsep struktur sosial, yang berkontribusi pada kekuatan yang tidak setara,

membutuhkan dukungan pembpimpinan sehingga aturan dan norma dapat berfungsi secara efektif.

Aktor memaksimalkan keuntungan mereka dalam konteks ini, itulah sebabnya mengapa lembaga-

lembaga ini juga disebut institusi kelembagaan dan aturan pengambilan keputusan yang rasional. Konsep

atmosfer kelembagaan baru didukung oleh tiga pilar, termasuk pilar regulatif, normatif dan kognitif. Secara

khusus, Scoot percaya bahwa kombinasi aturan tumpukan dalam peraturan, pengawasan dan penegakan

sanksi harus dihormati.

Konsep dalam aturan ini termasuk kemampuan untuk mengatur aturan, menilai kemampuan, dan,

jika perlu, memanipulasi imbalan, bpimpinan, dan hukuman untuk mempengaruhi perilaku masa depan.

Page 37: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

31PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Proses ini digunakan melalui penyebaran mekanisme formal dan informal yang mempengaruhi praktik

publik seperti kegiatan palsu atau ekskomunikasi, atau bisa sangat formal dan ditargetkan pada pelanggar

tertentu seperti polisi dan pengadilan. Sementara persetujuan pengaturan mengonfirmasi bentuk

penindasan dan larangan atau pelarangan, langkah-langkah sosial dan langkah-langkah yang terkait dengan

pemberian lisensi dapat dipantau. Beberapa jenis pelaku dapat menguntungkan beberapa pelaku.

Menurut Scoot, pilar normatif berfokus pada aturan normatif yang berisi ketentuan atau pedoman

untuk menilai komitmen dalam dimensi sosial kehidupan. Scoot menyatakan lagi bahwa nilai-nilai adalah

konsep yang kuat atau legal dengan mengembangkan standar melalui struktur yang ada atau perilaku

yang sebanding dan berharga. Beberapa nilai dan norma berlaku untuk semua anggota berdasarkan perilaku

timbal balik, sementara yang lain berlaku untuk yang dipilih atau partisan.

Sistem normatif biasanya membatasi perilaku sosial dan publik. Pada saat yang sama, standar

mencegah dan mendorong para aktor. Konsep lembaga normatif berkontribusi pada institusi yang

menekankan efek menstabilkan kepercayaan dan norma masyarakat yang diilhami dan diterapkan pada

anggota masyarakat. Ia sering disebut sebagai teori “lembaga asli”.

Pendekatan kognitif budaya berfokus pada konsep umum realitas sosial dalam konteks makna. Para

ilmuwan institusional menganggap dimensi kognitif eksistensi manusia sebagai mediator antara rangsangan

eksternal dan tanggapan organisasi individu yang diperoleh dari pandangan dunia melalui internasionalisasi

koleksi simbol. Menurut Scoot, konteks lembaga kognitif budaya menganggap proses penindasan dan

kristalisasi makna dalam bentuk tujuan melalui proses interpretasi internal yang dibentuk oleh kerangka

budaya eksternal.

Sebenarnya, budaya memberikan gambaran tentang keadaan konseptual dari masyarakat individu,

seperti bendera dan penggunaan ideologi politik atau sistem ekonomi yang disukai. Unsur-unsur budaya

memiliki tingkat kelembagaan di mana unsur-unsur mengandung beberapa elemen lain yang terkandung

dalam kegiatan rutin organisasi. Unsur-unsur lembaga kognitif budaya tertanam dalam bentuk budaya,

seperti peraturan bentuk budaya untuk membimbing masyarakat, memperkuat ritual dan simbol dalam

realitas kehidupan, yang sering digunakan sebagai refleksi dalam budaya masyarakat.

Lembaga POKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas

ini memberikan panduan dan sumber daya untuk tindakan serta pembpimpinan tindakan dan rintangan.

Konsep dalam aturan ini termasuk kemampuan untuk mengatur aturan, menilai kemampuan, dan, jika

perlu, memanipulasi imbalan, bpimpinan, dan hukuman untuk mempengaruhi perilaku masa depan. Proses

ini digunakan melalui penyebaran mekanisme formal dan informal yang mempengaruhi praktik publik

seperti kegiatan palsu atau ekskomunikasi, atau bisa sangat formal dan ditargetkan pada pelanggar tertentu

seperti polisi dan pengadilan.

Sementara persetujuan pengaturan mengonfirmasi bentuk penindasan dan larangan atau pelarangan,

langkah-langkah sosial dan langkah-langkah yang terkait dengan pemberian lisensi dapat dipantau. Konsep

lembaga normatif POKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas

berkontribusi pada institusi yang menekankan efek menstabilkan kepercayaan dan norma masyarakat

yang diilhami dan diterapkan pada anggota masyarakat.

KESIMPULAN

Persepsi atau budaya lingkungan kerja itu bisa mencakup taraf kedisiplinan kehadiran pertemuankoordinasi, fasilitas yang tersedia, dan kenyamanan yang disebabkan oleh semua komponen organisasibaik itu atasan atau bawahan. Selain itu beberapa hal yang memungkinkan suasana kerja menjadi kurangnyaman adalah fasilitas yang diberikan pada setiap anggota tidak sesuai dengan visi pencapaian organisasi,sebagai akibatnya berimbas pada kinerja yang jauh dari istilah memuaskan. Situasi yang nyaman akanberdampak pada kerjasama yang saling berkesinambungan di antara para anggota serta terciptanya kinerjayang memuaskan buat organisasi.

Upaya organisasi dalam menaikkan kinerja mampu dilakukan dengan membentuk komitmenorganisasi yang kondusif diantaranya: membangun lingkungan fisik serta lingkungan sosial untukmenciptakan suatu rasa ketenangan sebagai akibatnya akan terbentuk korelasi kerja yang positif antaranggota atau anggota dengan pimpinan, dan menciptakan sistem manajemen yang menyesuaikan dengankeadaan organisasi. Untuk mencapai komitmen yang sama untuk tanggung jawab akuntabilitas, perankepemimpinan dalam hal ini adalah kepemimpinan organisasi POKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan,Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas yang terkait dengan delegasi kekuasaan. Kemampuanmanusia dikaitkan dengan motivasi teoritis, kemampuan inspirasi untuk menemukan kualitas pemimpinyang karismatik dan responsif adalah sesuatu yang mengacu pada gaya kepemimpinan POKMAS Pasir

Page 38: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

32 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Luhur Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karang Lewas, Kabupaten Banyumas sebagai persiapan lingkunganyang baik untuk meningkatkan kinerja.

Ketika organisasi POKMAS Pasir Luhur Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karang Lewas, KabupatenBanyumas mampu mengidentifikasi kepemimpinan dan teknik organisasi yang efektif, perilaku dan teknikyang berbeda dapat dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, dkk. 2013. Model-model Pembelajaran. Semarang: Sultan Agung Press.

Allen & Meyer.1997. Commitment In The Workplace (Theory, Research and Application). Sage Publication London.

Badaruddin. “Modal Sosial (Social Capital) dan Pemberdayaan Komunitas Nelayan”, dalam M. Arief Nasution,

Badaruddin, Subhilhar, (Editor). 2005. Isu-isu Kelautan: Dari Kemiskinan Hingga Bajak Laut. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Joseph, C Rost. 1993. “Leadership for Twenty-First Century”. Dalam: Safaria, Triantoro. Kepemimpinan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Koontz, Harold, O’Donnel, Cyrill and Weinric Heins. 1980. Management 7th edition. Kogakusha, Tokyo:Mc Graw Hill

Nee, Victor and Ingram, Paul. (2001). The New Institutionalism In Sociology. California: Stanford University

Press.

Richard M. Steers dalam Kuntjoro 2002. Employee Training and Development, International Edition. McGraw

– Hill, Inc

Scott, Richard W. 2008. Institutions and Organizations: Ideas an Interest. Los Angeles, London, New Delhi,

Singapore: Sage Publication. Third Edition.

Setiarsih, Ari. 2016. Penguatan Identitas Nasional Melalui Pendidikan Multikultural Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal.

Slamet, Juli Soemirat, 2002. Kesehatan Lingkungan. Gajahmada University Press, Yogyakarta

Soetomo. 2012. Keswadayaan Masyarakat Manifestasi Kapasitas Masyarakat Untuk Berkembang Secara Mandiri,cetakan 1. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Sopiah. 2008. Perilaku organisasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. PT Refika Aditama: Bandung.

Sularso. 2016. Revitalisasi Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Dasar. Jurnal. JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah

Dasar Vol. 2, No. 1 Desember 2016.

Sumardjoko, Bambang. 2013. Revitalisasi Nilai-nilai Pancasila Melalui Pembelajaran PKn Berbasis Kearifan Lokal

Untuk Penguatan Karakter Dan Jati Diri Bangsa. Jurnal. Varia Pendidikan, Vol. 25. No. 2, Desember 2013.

Page 39: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

33PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

PENDAHULUANStakeholders turut memiliki peran dalam mendukung keberhasilan setiap organisasi, baik stakeholders

internal maupun eksternal. Apa yang diinginkan dari suatu organisasi dapat tercapai apabila mendapatkandukungan dari setiap stakeholders. Setiap stakeholders, tentu memiliki karakteristik serta harapan yangberbeda-beda terhadap organisasi. Menjalin hubungan baik dengan para stakeholders (stakeholder relations)sebagai salah satu modal untuk keberlangsungan hidup suatu organisasi. Namun pada kenyataannya,untuk menciptakan pengelolaan hubungan baik dengan stakeholders dibutuhkan niat baik yang disertaidengan bukti dari pihak organisasi yang menunjukkan bahwa keberadaan organisasi tersebut memberikandampak positif bagi para stakeholders yang terlibat. Dengan demikian, dibutuhkan peran humas dalammensinergikan hal tersebut.

Humas sendiri memiliki peran penting dalam membangun kesuksesan suatu organisasi. MenurutCutlip, Center dan Broom, (2006:6) bahwa humas dalam fungsi manajemen dapat membantu suatuorganisasi dalam hal membangun dan mempertahankan hubungan baik dan bermanfaat antara organisasidengan stakeholders yang terlibat. Hal tersebut memberikan penegasan bahwa peran humas sangat berkaitanerat dalam membangun dan menjaga hubungan baik dengan para stakeholders suatu organisasi. Setiaporganisasi tentunya juga membutuhkan pihak lain dalam mewujudkan tujuan organisasinya. Oleh sebabitu, keberadaan humas diharapkan dapat menjadi penyeimbang kepentingan-kepentingan dari setiapstakeholders dengan kepentingan organisasi itu sendiri. Ruslan, (2008:10) menjelaskan bahwa untukmendapatkan kepercayaan dari setiap stakeholders, humas harus mampu menciptakan dan mengebangkanhubungan baik antara institusi dengan stakeholders baik internal maupun eksternal dengan menanamkanpengertian dan menumbuhkan motivasi serta partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim opiniyang menguntungkan bagi organisasi. Ketika menjalankan tugasnya sebagai komunikator maupun mediatorhumas berfungsi sebagai penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan stakeholders,membina hubungan yang berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan denganstakeholders, sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan, dan membentukcorporate image yang berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. Dengan demikian,dibutuhkan peran humas dalam mensinergikan hal tersebut.

Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) adalah salah satu dari sekian banyak Perguruan TinggiNegeri yang diselenggarakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi yang mengklaim dirinyasebagai pusat pengembangan sumberdaya perdesaan berkelanjutan. Untuk dapat mempertahankan reputasisesuai dengan keinginan universitas, maka dibutuhkan adanya profesionalisasi para praktisi humas dalam

MEMBANGUN STAKEHOLDER RELATIONS DI PERGURUAN TINGGI(Studi Peran Humas Universitas Jenderal Soedirman)

Abimanyu Nour Pratiwi

Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, FISIP

Universitas Jenderal Soedirman

[email protected]

ABSTRAK:

Penelitian ini mengkaji tentang peran Humas dalam mengelola hubungan baik dengan parastakeholder (stakeholder relations) di Universitas Jenderal Soedirman. Menggunakan metode studikasus dengan pendekatan deskriptif kualitatif, pengumpulan data melalui analisa dokumen,wawancara mendalam dan observasi. Berdasarkan hasil pengamatan, proses pelaksanaan kebijakandi Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) sampai saat ini dinilai masih belum begitu efektifdikarenakan masih banyaknya stakeholder baik internal maupun eksternal mengeluh dankebingungan atas ketidakpahaman yang mereka alami. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwapelaksanaan kebijakan masih belum optimal. Sementara tuntutan dan harapan UNSOED semakinmeningkat. Stakeholder mempunyai peranan penting dalam menunjang kesuksesan setiaporganisasi, baik itu internal maupun eksternal. Oleh karenanya, menjaga hubungan baik dengansetiap stakeholder, menjadi sebuah kebutuhan yang harus dilakukan. Dengan demikian dibutuhkanadanya peran humas perguruan tinggi dalam rangka mengelola hubungan baik dengan parastakeholder.

Kata Kunci : Stakeholder Relation, Peran Humas, UNSOED, Studi Kasus

Page 40: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

34 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

institusi tersebut. Perkembangan humas menghendaki bahwa tiap-tiap institusi dalam masyarakat perlumengatur hubungannya dengan berbagai lapisan masyarakat baik internal maupun eksternal agar tercapaihubungan yang serasi dan harmonis. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi humas sangat berkaitan eratdengan opini publik dan pencitraan yang akan berpengaruh pada reputasi. Sebagai salah satu bagian dariinstitusi, humas adalah bagian yang bertugas untuk berinteraksi dengan para stakeholders. Keberadaanhumas dalam sebuah institusi dapat menjadi jembatan penghubung antara lembaga dengan stakeholdersnya.Hal tersebut memberikan penegasan bahwa peran humas sangat berkaitan erat dalam membangun danmenjaga hubungan baik dengan para stakeholders suatu organisasi. Dengan demikian, tujuan dari penelitianini adalah untuk mengetahui dan menganalisa peran humas dalam membangun hubungan baik denganpara stakeholders di UNSOED.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian mengenai manajemen hubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholders) telah banyak

dilakukan dengan judul dan metode penelitian yang berbeda-beda. Namun, tolak ukur yang digunakan

dalam penelitian tetap sama, yakni bagaimana proses manajemen dan startegi yang dilakukan.

Dewi Soyusiawaty dan Choirul Fajri (2016) dalam Jurnal Komuniti, Vol. VIII, No. 2 dengan judul

penelitiannya Strategi Humas Dalam Menjalin Good Relationship Dengan External Stakeholders UAD,

bertujuan untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan Humas untuk menjalin hubungan baik dengan

stakeholders eksternal dalam rangka mewujudkan sinergitas diantara keduanya. Peneliti menggunakan

metode studi kasus untuk mencermati secara mendalam tentang peran maupun strategi yang dijalan humas

dalam rangka membangun kedekatan dengan stakeholders eksternal yang didukung dengan hasil

wawancara, serta focus group discussion (FGD) sebagai teknik pengumpulan data dalam penelitian.

Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa Humas UAD dalam menjalin hubungan baik dengan

stakeholders eksternal menerapkan beberapa strategi yang dibagi berdasarkan tiga kategori. Pertama

berkaitan dengan manajemen isu, Humas UAD harus lebih peka dalam melihat isu-isu yang sedang

berkembang di masyarakat dan juga mencarikan solusi untuk mengurangi isu negatif dan menggantinya

dengan isu positif. Kedua berkaitan dengan pola komunikasi, Humas UAD harus lebih informatif dalam

memberikan akses komunikasi dan informasi kepada media dan pola komunikasi yang digunakan adalah

terpusat (satu pintu). Pola komunikasi yang digunakan adalah terpusat (satu pintu). Ketiga berkaitan dengan

pengelolaan media komunikasi, Humas UAD juga harus mengoptimalkan penggunaan media-media

komunikasi, karena pengunaan media komunikasi dapat membantu dalam aktivitas branding.

Uljanatunnisa (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi

Kasus Praktek Humas Comdev PT Bintang Delapan Mineral dalam Mengelola Hubungan Baik dengan

Stakeholder di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah), bertujuan untuk menganalisis manajemen

hubungan stakeholder PT BDM dengan stakeholder yang didasarkan pada keberhasilan PT BDM menjadi

satu-satunya industry pertambangan di Blok Bahodopi. Dengan menggunakan metode studi kasus, peneliti

mengolaborasikan model komunikasi arah komunikasi (one way-two way), keseimbangan komunikasi (two

way symmetrical a two way asymmetrical), dan saluran komunikasi (media dan komunikasi interpersonal)

dengan atribut kepemilikan stakeholder (power, legitimacy, urgency).

Hasil dari penelitian ini adalah praktek Humas Comdev PT BDM dalam mengelola hubungan baik

dengan stakeholder yakni dengan menerapkan konsep personal influence. Konsep ini sangat mendominasi

praktek Humas Comdev PT BDM, bahwa hubungan politik dangat kuar dan hubungan terjadi pada tingkat

daerah hingga pemerintah pusat. Hal ini didukung dengan praktek Humas Comdev di site yang mengelola

hubungan dengan pemerintah daerah dan komunitas melalui komunikasi interpersonal dalam rangka

merealisasikan kehubutan stakeholder dan kepatuhan perusahaan terhadap aturan UU No 4 Tahun 2009

tentang pembangunan Smelter yang telah direalisasikan PT BDM tahun 2015.

Mia Fairuza (2017) dalam Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik Vol.5, No.3 dengan judul

penelitiannya Kolaborasi antar Stakholder dalam Pembangunan Inklusif pada Sektor Pariwisata (Studi Kasus

Wisata Pulau Merah di Kabupaten Banyuwangi), bertujuan untuk mencermati kolaborasi bertujuan untuk

mencermati kolaborasi antar stakeholder di Pulau Merah dan pencapaian kolaborasi dalam pembangunan

inklusif di Pulau Merah. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan penentuan informan

menggunakan teknik purposive untuk memperluas deskripsi informasi dan melacak variasi informasi serta

mengetahui dan mengulas lebih dalam mengenai kolaborasi antar stakeholder di Pulau Merah dan pecapaian

kolaborasi dalam pembangunan inklusif.

Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa kolaborasi antar stakeholderdi Pulau Merah belum berjalan

dengan baik hal tersebut terlihat dari komponen kolaborasi yang yang belum berjalan dengan baik pula.

Namun, pada pencapaian kolaborasi pembangunan inklusif telah tercapai. Keberadaan desa wisata Pulau

Page 41: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

35PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Merah telah dirasakan manfaatnya oleh semua pihak termasuk pemerintah dan masyarakat sekitar. Adanya

partisipasi masayarakat yang tinggi menjadi faktor tercapainya tujuan. Adanya partisipasi masayarakat

yang tinggi menjadi faktor tercapainya tujuan. Setiap stakeholders sudah memiliki kesamaan tujuan dan

kesadaran saling ketergantungan satu sama lain dalam menjalankan peran dan memenuhi tanggung jawab

masing-masing dalam menjaga ekologi wisata Pulau Merah.

Habri Fernando Manurung, dkk (2015) dalam E-Proceeding of Management Vol.2, No.2 dengan judul

penelitiannya Strategi Manajemen Public Relations dalam Menciptakan Citra Positif (Studi Kasus tentang

Kegagalan Menjual Ponsel IMO pada PT INTI Bandung) bertujuan untuk memahami bagaimana strategi

manajemen dan strategi komunikasi public relations serta program kerja yang dilakukan untuk menciptakan

citra positif dalam menyelesaikan masalah IMO. Dengan menggunakan metode penelitian studi kasus

hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menangani kasus IMO, strategi manajemen public relations PT

INTI (Persero) melakukan press conference/press gathering, media monitoring, memilih spokeperson dan merilis

berita.

Devina Richiani Manengkei (2017) dalam Jurnal E-Komunikasi Vol.5 No.1 dengan judul penelitiannya

Outcome of Relationships antara Polda Jatim dengan Komunitas Motor Honda CB dalam Menyosialisasikan

Program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas, bertujuan untuk mengukur outcome of

relationship dengan menggunakan komponen relationship yaitu control mutuality, trust, commitment,

satisfaction, communal relationships dan exchange relationships.

Penelitian ini mengguakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Hasil dari penelitian ini

ditemukan bahwa outcome relationships antara Polda Jatim dengan komunitas motor Honda Cb adalah

baik. Polda Jatim sudah cukup efektif dalam membangun relasi dengan salah satu pemangku kepentingan.

Hubungan positif sudah tercipta dengan sifat saling mendung sehingga tercipta komunikasi yang efektif.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metodologi studi kasus, melalui metodologi studi kasus diharapkan

peneliti mendapatkan hasil yang lebih mendalam dan spesifik dalam menganalisis peran Humas di

Perguruan Tinggi dalam membangun hubungan dengan institusi dan para stakeholders. Stake dalam Denzin

& Linclon (2009:300) mengungkapkan bahwa studi kasus adalah aktivitas menganalisis kasus dan hasil

dari proses analisis tersebut. Dengan menggunakan metodologi studi kasus, peneliti dapat lebih mencermati

dan memahami suatu peristiwa secara menyeluruh, menjabarkan implikasi, memberikan rekomendasi

serta dapat membangun dasar bagi penelitian sebelumnya. Polit & Beck (2004) dan Borbasi (2004) dalam

Yona (2006) mengatakan bahwa jika dilihat berdasarkan tujuan, studi kasus adalah salah satu metodologi

penelitian kualitatif yang berfokus pada pemahaman dan perilaku manusia berdasarkan perbedaan nilai,

kepercayaan, dan scientific theory. Yin (2003) mengatakan metodologi studi kasus dapat berlaku apabila

suatu pertanyaan bagaimana dan mengapa diajukan terhadap suatu peristiwa karena, penekanan studi

kasus berada pada kedalaman dan kerincian. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menggunakan studi kasusdalam penelitian ini, hal ini dikarenakan pada rumusan masalah peneliti mengajukan pertanyaan

“bagaimana”. Selain itu, fokus penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi peran Humas Universitas

Jenderal Soedirman (UNSOED) dalam membangun hubungan baik dengan para stakeholders.

HASIL ANALISIS

Berbicara tentang membangun hubungan dengan stakeholders tidak akan terpisah dengan humas.

Hal ini dikarenakan, tugas dan fungsi seorang praktisi kehumasan adalah menjalin, membina dan mengelola

hubungan yang baik dan harmonis dengan para stakeholdersnya. Namun demikian, berdasarkan hasil

pengamatan, proses pelaksanaan kebijakan di Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) sampai saat ini

dinilai masih belum begitu efektif dikarenakan masih banyaknya mahasiswa mengeluh dan kebingungan

atas ketidakpahaman yang mereka alami. Hal ini dikarenakan, masih banyaknya kebijakan-kebijakan yang

tidak disosialisasikan dan tidak transparan dalam proses penyeleksiannya dan sosialisasi mengenai

kebijakan belum pernah dilakukan kepada para stakeholders yang terlibat. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa pelaksanaan kebijakan secara institusional belum optimal. Sementara tuntutan dan harapan

UNSOED semakin meningkat.

Stakeholders sebagai pihak yang memiliki pengaruh dan dipengaruhi memberikan kekuatan tersendiri

bagi institusi Perguruan Tinggi, sehingga institusi tersebut khususnya UNSOED harus teliti dalam

mengidentifikasi para pemangku kepentingan. Kesalahan dalam memetakan kebutuhan pemangku

kepentingan akan berdampak pada keberlangsungan hidup suatu institusi. Dengan demikian dibutuhkan

adanya peran Humas Perguruan Tinggi dalam rangka membangun hubungan baik dengan para stakeholders

Page 42: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

36 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

dimulai dari proses pemetaan hingga manajemen pengelolaan hubungan tersebut. Proses manajemen

pengelolaan hubungan sebagai bagian dari praktek humas dengan para stakeholders yang diimplementasikan

melalui model komunikasi.

Humas UNSOED dalam menjalin hubungan dengan para stakeholders belum mengimplementasikan

model komunikasi. Dengan demikian, untuk efektivitas pengelolaan hubungan baik, Humas UNSOED

harus lebih selektif dalam melihat besarnya pengaruh stakeholders. Selain itu, diperlukan strategi yang

berbeda untuk menghadapi setiap stakeholders. Berdasarkan hal tersebut, maka institusi Perguruan Tinggi

dituntut untuk membangun dan mengelola hubungan antara institusi dengan para stakeholders.

DISKUSI

Humas Dalam Membangun Hubungan StakeholdersOrganisasi sangat dipengaruhi oleh interaksi para pihak dalam satu lingkungan organisasi tersebut,

agar hubungan terjalin dengan baik organisasi harus menempatkan strategi membangun ataupunmempertahankan hubungan pada proritas utama. Untuk mengelola hubungan, organisasi menggunakanperan humas (public relations). Humas sebagai perpanjangan tangan dari organisasi merupakan aktor utamadalam membangun bahkan mengelola hubungan organisasi dan para stakeholders. Umumnya setiaporganisasi baik yang mengutamakan profit maupun tidak, telah menempatkan peran humas sebagaijembatan antara organisasi dan lingkungan. Hal ini belum berlaku pada UNSOED, pihak Perguruan Tinggibelum menerapkan peran humas dalam membangun hubungan dengan stakeholders. Ungkapan PR yangdisebutkan Grunig yakni membangun dan mempertahankan hubungan, dalam praktek Humas UNSOEDbelum sampai pada tahap membangun hubungan dengan stakeholders baik itu hubungan dengan stakeholderinternal maupun eksternal.

Cutlip dkk (2011:6) berpendapat bahwa terkait fungsi humas dalam organisasi yakni merupakanfungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan antara organisasi dan lingkunganagar tetap terjalin dan bermanfaat untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Putra (1992:2) mengatakan,ada banyak pengertian tentang humas salah satunya yakni suatu usaha untuk membangun hubunganyang harmonis dengan para publiknya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keberlangsungan hidupsuatu organisasi dalam lingkungan sangat dipengarui oleh adanya peran humas dalam membangun sertamengelola hubungan dengan para stakeholders yang memiliki kepentingan dengan organisasi hinggamendapatkan hubungan yang saling menguntungkan. Praktek peran humas di UNSOED dapat dikatakanbelum sukses dalam membangun bahkan mengelola hubungan dengan para stakeholdersnya. Hal ini terlihatdari masih banyaknya stakeholders yang belum merasa puas dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkandi UNSOED yang memiliki keterkaitan dengan para stakeholders.

Praktek Humas Dalam Membangun Hubungan Baik dengan StakeholdersKonsep pokok humas dalam menjalin hubungan masih terfokus pada komunikasi. Hal ini

mengartikan bahwa komunikasi masih dianggap menjadi pendekatan utama dalam membangun ataumempertahankan hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Komunikasi merupakan langkahtepat untuk menumbuhkan kepercayaan antara Humas UNSOED dengan lingkungan untuk memberikankontribusi-kontribusi kepada masyarakat. Artinya dalam penelitian ini peran humas dalam membangunhubungan merupakan proses pengelolaan relasi antara stakeholders dan perguruan tinggi melalui modelkomunikasi yang diimplementasikan pada praktek humas sebuah perguruan tinggi.

Grunig dkk (dalam Shen & Kim, 2012) menjelaskan ada empat dimensi komunikasi yang memberikanpengaruh terhadap praktek humas. Pertama, yakni arah komunikasi one-way VS two way, proses penyebaraninformasi bersifat satu arah atau dua arah. Satu arah atau dua arah ditandai dari feedback perusahaanterhadap opini masyarakatnya, umumnya satu arah digunakan untuk penyebaran informasi perusahaanterhadap stakeholders sedangkan dua arah diwujudkan melalui dialog dalam pertukaran informasi.

Kedua asymmetrical dan symmetrical melihat keseimbangan organisasi terhadap publiknya yangditandai dengan perilaku advokasi atau kolaborasi. Menurut Grunig & Hunt (dalam Fawkes, 2004:11)bersifat a symmetrical jika komunikasi yang dilakukan masih ditentukan oleh pihak perusahaan walaupunkomunikasi ini sudah menerapkan proses dua arah, lebih jauh Dickerson (2012) menyatakan dalam prosesasymmetrical organisasi atau perguruan tinggi melakukan komunikasi persuasif, manipulasi serta dominasisebagai tindakan untuk menguasai publiknya. Selanjutnya symmetrical merupakan model yang lebihmenekankan pada proses komunikasi dua arah serta win-win solution, keterbukaan lebih mengedapankandialog untuk mencapai saling pengertian antara organisasi dan stakeholders.

Ketiga adalah interpersonal dan mediated menggambarkan penggunaan saluran praktisi humas baiksaluran secara langsung ataupun tidak langsung, misalnya komunikasi satu arah melalui media massa(koran, televisi, radio, majalah khusus perusahaan) atau komunikasi dua arah melalui tatap muka anggota

Page 43: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

37PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

atau humas perguruan tinggi dengan masyarakatnya (Huang:2004). Keempat adalah ethical yaitumenjelaskan faktor keetisan dari aktivitas humas. Selain itu terdapat dua faktor untuk menunjang proseskomunikasi perusahaan yakni aktivitas sosial dan budaya masyarakatnya.

Aktivitas sosial dikonseptualiasasikan sebagai hal-hal sosial yang dilakukan oleh peruguruan tinggiuntuk menjalin hubungan dengan stakeholders (Huang:2004), sama halnya dengan komunikasi yangdilakukan secara interpersonal yakni secara tatap muka namun lebih berorientasi pada aksi yang dilakukanoleh perguruan tinggi, seperti melakukan gathering, memenuhi undangan serta pemberian hadiah. Kegiatan-kegiatan sosial tersebut ditujukan untuk mengeratkan hubungan dengan stakeholders. Kemudian, faktoryang tidak kalah pentingnya adalah budaya masyarakat setempat, dalam prakteknya seorang humasdituntut untuk memahami kebudayaan atau tipologi masyarakat di sekitar lingkungan perguruan tinggi.Budaya yang mempengaruhi masyarakat Indonesia yakni power distance (Jarak kekuasaan) dan budayakolektif masyarakatnya. Jarak kekuasaan yang dimiliki baik dari dilihat dari sistem sosial, politik dll, modelini disebut dengan personal influence, bahwa organisasi memanfaatkan satu individu yang mempunyaikredibilitas yang baik di masyarakat dengan tujuan untuk untuk membangun dan mengelola hubunganbaik agar tercapainya tujuan organisasi. Implementasi model humas yang merujuk pada dimensi komunikasijika diterapkan oleh organisasi akan menghasilkan hubungan baik jangka panjang. Sebenarnya secara sadaratau tidak sadar mungkin saja dalam praktek humas menggunakan beberepa elemen dari dimensikomunikasi di atas tergantung pada situasi, kondisi serta individu-individu yang dihadapi perusahaan dilapangan.

KESIMPULAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa inti atau tujuan dari humas (public relations) perguruan tinggi adalah

untuk membangun hubungan baik dengan mahasiswa serta hubungan dengan pemerintah. Keduanya

memang memiliki pengaruh signifikan dalam mempengaruhi keberadaan organisasi, jika pemerintah

mempengaruhi perusahaan dengan kebijakan atau UU berbeda dengan mahasiswa yang menekan

perguruan tinggi dengan aksi-aksi mereka.

Membangun hubungan stakeholders UNSOED dalam penelitian dimaknai sebagai evaluasi bagian

dari praktek Humas UNSOED dengan seluruh stakeholders yang memiliki potensi untuk mempengaruhi

keberlangsungan operasional perguruan tinggi, praktek Humas UNSOED dalam membangun hubungan

baik dengan stakeholders terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah identifikasi atau pemetaan

stakeholders berdasarkan tiga atribut (power, legitimacy, urgency), dari hasil tersebut organisasi memetakan

tiga prioritas stakeholders yakni stakeholders prioritas utama atau definitive stakeholder (mahasiswa dan

pemerintah), stakeholder prioritas menengah (karyawan) dan stakeholder prioritas rendah (media dan

perusahaan kerjasama) tiga prioritas tersebut masing-masing ditangani perguruan tinggi dengan cara

berbeda.

Tahap kedua yakni implementasi model komunikasi, perguruan tinggi UNSOED belum menerapkan

komunikasi dua arah terhadap tiga prioritas stakeholder serta belum menerapkan komunikasi interpersonal

dalam mengelola hubungan dengan stakeholder. Seharusnya, Perguruan Tinggi UNSOED menerapkan model

komunikasi yakni, keseimbangan komunikasi antara organisasi dengan ke tiga prioritas stakeholder.

Komunikasi simetris atau seimbang harus diterapkan pada stakeholder prioritas utama misalnya bersikap

transparan, berdiskusi, dialog ataupun pelibatan mereka dalam program serta penentuan kebijakan

organisasi. Sedangkan ketidakseimbangan komunikasi atau konsep asymmetric yakni sikap menghindar,

dominasi, manipulasi hingga persuasif digunakan ketika perusahaan menghadapi stakeholder prioritas

menengah dan rendah.

Selain itu penerapan komunikasi symmetric atau asymmetric juga harus diterapkan dengan

berdasarkan pada faktor situasional, artinya tergantung pada keadaan yang sedang dihadapi oleh organisasi.

Ketika organiasasi menghadapi satu masalah yang membutuhkan pengambilan keputusan cepat atau isu-

isu yang diduga menimbulkan pro dan kontra maka tindakan persuasif dalam model asimteris digunakan.

Ditambah lagi perubahan posisi stakeholder atau kolaborasi stakeholder untuk menekan organisasi dapat

juga menjadi pertimbangan organisasi untuk menerapkan model komunikasi lainnya. Selain penerapan

praktek two way symmetric dan asymmetric, Humas UNSOED juga harus menerapkan model personal influence.

Model ini sebenarnya merupakan model utama karena dapat dipraktekan terhadap semua stakeholder.

Bahkan dikolaborasikan atau digabungkan dengan dua model sebelumnya. Sehingga praktek Humas

UNSOED dapat bersifat personal influence-two way symmetric atau personal influence-two way asymmetric

tergantung pada keadaan yang sedang dihadapi oleh organisasi.

Dengan demikian, mengacu pada hasil kajian bahwa pihak Humas UNSOED harus menumbuhkan

kesadaran tentang pentingnya riset komunikasi (penelitian tentang sikap, persepsi stakeholder ataupun

Page 44: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

38 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

image UNSOED) untuk menjadi pedoman pelaksanaan program-program perusahaan, sehingga pihak

Humas UNSOED tidak bertindak atas keinginan pribadi melainkan didasari pada hasil riset tersebut.

Memahami bahwa posisi stakeholder bukan merupakan hal yang statis melainkan bersifat dinamis, sehingga

menuntut Humas UNSOED secara berkelanjutan melakukan scanning environment. Memanfaatkan

hubungan baik dengan pihak media untuk mendapatkan publikasi positif. Selain itu, dapat dikatakan

bahwa stakeholder merupakan kunci pokok suatu organisasi dalam hal ini perguruan tinggi untuk tetap

melanjutkan kelangsungan hidup artinya terciptanya hubungan baik dengan mereka berbanding lurus

dengan masa operasional organisasi tersebut, perusahaan akan mencapai operasional jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKACutlip, M Scott, Center H, Allen dan Broom M, Gleen. (2006). Effective Public Relations. Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup.

Denzim, Norman K. dan Linclon, Yvoanas S. (2009). Handbook Qualitative Research Yogyakarta: PustakaPelajar.

Fairuza, Mia. (2017). Kolaborasi antar Stakeholder dalam Pembangunan Inklusif pada Sektor Pariwisata(Studi Kasus Wisata Pulau Merah Di Kabupaten Banyuwangi. Kebijakan dan Manajemen Publik.Volume 5, Nomor 3.

Fairuza, Mia. (2017). Kolaborasi antar Stakeholder dalam Pembangunan Inklusif pada Sektor Pariwisata(Studi Kasus Wisata Pulau Merah Di Kabupaten Banyuwangi. Kebijakan dan Manajemen Publik.Volume 5, Nomor 3.

Fawkes, J. (2004). What is Public Relations. Dalam Allison Theaker (Eds.), The Public Relations Handbook(2nded). New York: Routledge.

Huang, H.Y. (2004). PRSA: Scale Development for Exploring the Impetus of Public Relations Strategies.Vol. 81 No.2 pp. 307-326.

Manengkei, Devina R. (2017). Outcome of Relationship Antara Polda Jatim dengan Komunitas Motor HondaCB dalam Menyosialisasikan Program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas. JurnalE-Komunikasi, Vol.5, No.1.

Manurung, Habri Fernando. (2015). Strategi Manajemen Public Relations dalam Menciptakan Citra Positif(Studi Kasus tentang Kegagalan Menjual Ponsel IMO pada PT INTI Bandung). Eproceddings ofManagement. Vol.2, No.2.

Manengkei, Devina R. (2017). Outcome of Relationship Antara Polda Jatim dengan Komunitas Motor HondaCB dalam Menyosialisasikan Program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas. JurnalE-Komunikasi, Vol.5, No.1.

Manurung, Habri Fernando. (2015). Strategi Manajemen Public Relations dalam Menciptakan Citra Positif(Studi Kasus tentang Kegagalan Menjual Ponsel IMO pada PT INTI Bandung). Eproceddings ofManagement. Vol.2, No.2.

Putra, I. Gusti Ngurah. (1999). Manajemen Hubungan Masyarakat. Yogyakarta: Universitas Atmajaya

Ruslan, Rosady.(2007).Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta: PT. Raja GrafindoPerkasa.

Soyusiawaty, Dewi, dkk. (2016). Strategi Humsa dalam Menjalin Good Relationship dengan ExternalStakeholders UAD. Komuniti, Vol. VIII, No.2.

Uljanatunnisa. (2015). Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT BintangDelapan Mineral dalam Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten MorowaliProvinsi Sulawesi Tengah. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Uljanatunnisa. (2015). Manajemen Hubungan Stakeholder (Studi Kasus Praktek Humas Comdev PT BintangDelapan Mineral dalam Mengelola Hubungan Baik dengan Stakeholder di Kabupaten MorowaliProvinsi Sulawesi Tengah. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Yin. Robert, K. (2003). Studi Kasus Desain & Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Yona, Sri. (2006). Penyusunan Studi Kasus. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 10, No.2.

Page 45: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

39PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Pendahuluan

Komunikasi memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan institusi, oleh karena itu kejelian

seseorang dalam berkomunikasi atau menyampaikan pesan dengan baik, cepat dan tepat informasi yang

berguna bagi institusi sangat diperlukan. Selain itu peran kerja humas dalam sebuah organsiasi sangat

menunjang dalam melakukan komunikasi yang efektif baik komunikasi secara internal maupun eksternal.

Disisi lain peran humas juga mampu membantu seorang pimpinan dalam mengurangi hambatan dalam

berkomunikasi, tentu saja seorang humas dalam hal ini harus tahu bagaimana cara mengembangkan apa

yang ada dalam dirinya termasuk jiwa kepemimpinannya. Dalam pelaksanaan peran humas menjalankan

perannya sangat banyak menghadapi masalah dari berbagai pihak, baik itu dari pihak eksternal maupun

internal organisasi tersebut.

Dengan demikan, pejabat kehumasan hendaknya mengetahui semua persoalan-persoalan yang terjadi

di institusi yang dikelola dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai juru bicara atau

komunikator. Seorang humas hendaknya selalu tahu dan memiliki rasa ingin mengetahui segala persoalan-

persolan yang dihadapi dan yang akan dihadapi. Oleh karena itu salah satu upaya agar seorang humas

dapat mengetahui hal-hal tersebut adalah dengan cara mengikuti pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat

penting yang berhubungan dengan perkembangan institusi yang dikelolanya, sehingga dari data yang

didapat tersebut dapat menjawab pertanyaan dan memenuhi permintaan masyarakat akan fakta-fakta

penting yang berhubungan dengan kepentingan lembaga dan masyarakat sebgai salah satu stakeholder

guna kemajuan lembaga yang dikelolanya.

Seiring berjalannya waktu, dalam organisasi atau institusi kerap terjadi konflik. Baik konflik internal

maupun konflik eksternal. Baik dalam konteks antar organisasi maupun di dalam organisasi tersebut.

Konflik yang terjadi kadang kala terjadi karena permasalahan yang sangat kompleks. Namun dengan

adanya sebuah konflik, peran seorang humas atau lembaga humas yang dimiliki oleh organsiasi atau

perusahaan diperlukan. Hal ini dapat melihat bagaimana seorang humas dalam suatu lembaga mampu

mengendalikan konflik yang terjadi pada suatu institusi dapat diredam atau tidak. Berhasil atau tidaknya

seorang humas dalam mengendalikan sebuah konflik yang terjadi tergantung pada kebijakan-kebijakan

HAMBATAN KOMUNIKASI INTERNAL DALAM ORGANISASI OLAHRAGAIKASI (IKATAN ANGGAR SEINDONESIA) DI PURWOKERTO

Pramudias Aditya Gamaputra

Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, FISIP,

Universitas Jenderal Soedirman

email: [email protected]

ABSTRAK:Komunikasi memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan organisasi, oleh karena itu

kejelian seseorang dalam menyampaikan pesan dengan baik, cepat dan tepat yang berguna bagi

oraganisasi sangat diperlukan. Selain itu peran kerja organisasi sangat menunjang dalam melakukan

komunikasi yang efektif baik komunikasi secara internal maupun eksternal. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis hambatan komunikasi internal organisasi yang terjadi pada Organisasi IKASI

Banyumas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus,

dimana data diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap informan (ketua dan

pengurus IKASI Banyumas).Berdasar hasil observasi, proses komunikasi internal yang dilakukan

oleh para pengurus dan ketua Pengcab IKASI Banyumas mengalami beberapa hambatan dalam

mengkomunikasikan sebuah pesan. Hambatan komunikasi internal yang dihadapi adalah adanya

perbedaan persepsi antara pimpinan dan pengurus terhadap informasi yang diberikan dan ditangkap,

terbatasnya praktik sharing informasi dari pengurus satu dengan yang lainnya, dan kurangnya

pemahaman akan job deks serta tanggung jawab yang diembannya. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa manajemen komunikasi belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu manajemen komunikasi

sangat dibutuhkan dalam organisasi ini.

Kata Kunci : Komunikasi Organisasi, Hambatan Komunikasi, Manajemen Komunikasi

Page 46: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

40 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

dan metode pendekatan komunikasi yang diterapkan. Sebuah institusi dalam mempertahankan anggota

dan segenap komponen di dalamnya. Sebagai contoh adalah pada organisasi olahraga anggar di Purwokerto.

Organisasi olahraga anggar yang terdapat di Purwokerto dapat dijadikan contoh sederhana apakah

dalam audit organisasi yang terjadi di setiap kegiatan dan program yang dimiliki dapat berjalan dengan

baik. Kegiatan komunikasi dapat berjalan secara efektif apabila terdapat tujuan dari kegiatan komunikasi

yang tercapai. Menurut Ludlow dan Panton (1996) manajemen komunikasi yang efektif apabila informasi

yang disampaikan serta hubungannya dibangun dari cara penyampaian informasi tersebut. Sedangkan

Pace, Peterson, dan Burnett (dalam Effendy, 2011: 32) menyebutkan tujuan utama dari kegiatan komunikasi,

untuk memastikan komunikan dapat mengerti maksud dari pesan yang didapat, kemudian memahami

dan melaksanakan pesan yang telah didapatnya, serta mampu memotivasi komunikan untuk melakukan

suatu kegiatan yang dimaksudkan dari pesan tersebut. Baik itu audit komunikasi internal antar anggota,

antar anggota dengan pimpinan, maupun antar pimpinan itu sendiri. Karena organisasi ini merupakan

organisasi yang terbilang baru dengan anggota yang terbilang cukup muda, mejadikan sangat rawan akan

berbagaimacam konflik, baik itu internal maupun eksternal.

Komunikasi yang efektif dalam organisasi dapat diterapkan melalui kegiatan koordinasi antar

anggota dalam suatu organisasi. Koordinasi sangat dibutuhkan karena pada dasarnya masing-masing

anggota dalam suatu organisasi saling bergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan

organisasi. Dalam sebuah koordinasi peran komunikasi menjadi hal yang utama, terutama dalam hal ini

adalah pihak yang membawahi bidang organisasi (humas). Dalam pelaksanaannya, untuk mencapai

komunikasi yang efektif, sebuah organisasi selalu menghadapi berbagai macam hambatan dalam proses

komunikasi di lapangan. Ludlow dan Panton (1996: 13) mengatakan bahwa dalam setiap proses komunikasi,

hambatan atau kendala akan selalu ada. Beberapa penyebab terjadinya hambatan dalam berkomunikasi

antara lain adalah adanya status effect, gangguan semantik, perbedaan persepsi, perbedaan budaya,

gangguan fisik, saluran komunikasi yang buruk, dan tidak adanya umpan balik. Lawrence D. Brennan

(dalam Effendy, 2011: 122), mendefinisikan komunikasi internal sebagai pertukaran gagasan baik secara

horizontal atau pun secara vertikal yang terjadi antara para karyawan dengan pimpinannya dalam sebuah

perusahaan atau organisasi untuk terwujudnya tujuan perusahaan atau organisasi. Sedangkan menurut

Effendy (2011: 123) proses pertukaran gagasan atau informasi dalam sebuah komunikasi internal ditunjang

oleh beberapa bentuk jalur komunikasi, antara lain komunikasi vertikal, horizontal, dan diagonal. Audit

komunikasi internal yang terjadi di Organisasi olahraga anggar biasanya seputar persoalan tentang kebijakan

yang diambil oleh pimpinan dan rasa percaya antar anggota dengan pimpinan begitu juga sebaliknya,

dalam hal ini adalah pengkab dengan anggota. Selain itu audit komunikasi digunakan untuk menemukan

atau memecahkan konflik penghambat komunikasi yang terjadi dalam organisasi anggar di Purwokerto.

Serta bagaimana Peran humas Organisasi Olah Raga Anggar di Purwokerto dalam Mengaudit dan

Menemukan Solusi Terhadap Permasalahan Hambatan Komunikasi dalam Internal Organisasi yang Terjadi.

Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian yang telah dipublikasikan terkait tema audit internal kehumasan dalam suatu

organisasi diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Alvian Yusak (2016) dengan metode

kuantitatif. Penelitian yang berfokus pada audit mini komunikasi, berfokus pada empat aspek diantaranya

adalah Manajemen, Organisasi, Komunikasi dan Umpan balik. Menghasilkan bahwa titik rawan dalam

perusahaan yang perlu mendapat perhatian adalah pada aspek organisasi. Hal tersebut dikarenakan

berdasarkan hasil kuesioner yang di berikan kepada karyawan nilai terendah ada pada aspek organisasi.

Sehingga perusahaan dapat lebih memperhatikan kepuasan komunikasi organisasi karena pada dasarnya

titik rawan dalam perusahaan ini terletak pada aspek kepuasan komunikasi organisasi.Selain itu penelitan kuantitatif tentang audit komunikasi lain juga dilakukan oleh Rieka Hapsari

Koesmastuti (2015). Rieka menjelaskan bahwa Audit Komunikasi dan Efektivitas Organisasi merupakanpenelitian yang dilakukan untuk mengkaji kinerja sistem komunikasi keorganisasian serta pengaruhnyaterhadap pencapaian tujuan organisasi (efektivitas organisasi). Dengan mengungkap 8 variabel komunikasiorganisasi yaitu kepuasan organisasi, iklim komunikasi organisasi, kualitas media, aksesibilitas informasi,penyebaran informasi, muatan informasi, ketepatan pesan, dan budaya organisasi. Maka ditemukannya

beberapa hambatan dalam komuikasi organisasi seperti kepuasan organisasi, iklim komunikasi organisasi,

kualitas media, dan penyebaran informasi. Dari kedelapan variabel audit komunikasi 6 dari 8 variabel

berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas organisasi. Sedangkan 2 variabel yang tidak berpengaruh

adalah aksesibilitas dan penyebaran informasi akibat arah aliran informasi bertingkat yang mengakibatkan

kurang efektifnya penyebaran informasi. Selain itu budaya organisasi yang dipengaruh oleh kultur Jawa

Page 47: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

41PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

(kolektivistik) ternyata berpengaruh signifikan terhadap efektivitas organisasi sehingga budaya ini baik

bagi organisasi dan menciptakan sistem komunikasi organisasi yang baik sehingga memunculkan

kondusifitas yang mempermudah pencapaian tujuan organisasi (efektivitas). Sistem komunikasi organisasi

yang baik didukung budaya organisasi kolektivistik yang kuat akan mempermudah pencapaian tujuan

organisasi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dian Ramadani, Puji Lestari, dan M. Edy Susilo (2015) menjelaskan

lima unit analisis organisasi yaitu, muatan informasi, manajemen, proses komunikasi atau kegiatan-kegiatan

komunikasi, dan umpanbalik. Dari keempat unit analisis tersebut ditemukan faktor keterbukaan secara

vertikal maupun horizontal mempunyai peran yang sangat besar dalam meningkatkan keberhasilan kinerja

organisasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam muatan informasi

terdapat keterbukaan sehingga arus informasi dapat berjalan dengan lancar didukung dengan penggunaan

teknologi yang tepat dan baik, menjadikan hambatan dalam arus informasi dapat diminimalisir. Kesimpulan

dari manajemen adalah organisasi ini dikelola dengan profesional dengan adanya rasa saling percaya,

sehingga proses pendelegasian dapat berjalan dengan baik tanpa melihat usia baik antar pimpinan maupun

anggota. Pola komunikasi dua arah memegang peranan penting dalam penelitian ini, karena dengan

menggunakan pola komunikasi dua arah maka hambatan dapat diminimalisir. Dan yang terakhir adalah

umpan balik, peneliti menyimpulkan bahwa umpan balik seperti adanya evaluasi yang dilakukan secara

periodik selalu menajadi rujukan bagi organisasi. Hal ini bertujuan diantaranya agar organisasi memiliki

gambaran dan komitmen yang lebih baik untuk kedepannya berdasarkan hasil dari evaluasi.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah

uraian dan penjelasan yang komprehensif mengenai berbagai aspek seperti individu, kelompok, organisasi,

program, dan situasi sosial. Dalam penelitian ini, peneliti berupaya menelaah sebanyak mugkin data

mengenai subjek yang diteliti. Peneliti bertujuan memeberikan pandangan yang lengkap dan mendalam

terhadap subjek yang di teliti dengan mempelajari secara seksama seorang individu, atau kelompok, dan

kejadian. Lincon dan Guba dalam (Effendy, 2011) menyatakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi

:

1 Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian yang menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

2 Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam

kehidupan sehari-hari.

3 Studi kasus merupakan sarana yang mefektif untuk menujukan hubungan peneliti dan narasumber.

4 Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan

konsistensi gaya dan faktual tetapi juga kepercayaan.

5 Studi kasus memberikan uraian mendalam yang dibutuhkan bagi penilaian atau transferabilitas

6 Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan serta bagi pemaknaan atas sebuah

fenomena yang diteliti.

Penelitian studi kasus biasanya memiliki tujuan ganda, disisi lain penenilitan studi kasus ini berusaha

memahami kelompok yang diteliti, disisi lain penelitian studi kasus juga berusaha mengembangkan

pernyataan umum mengenai regularitas dalam struktur dan proses sosial.

Oleh karena studi kasus bertujuan memahami secara keseluruhan baik itu prilaku kelompok maupun

individu, maka studi kasus tidak bisa dirancang semerta-merta menguji proposisi-proposisi umum. Metode

ini bersifat holistik yang menganggap kasus sebagai entitas menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan

dari variabel-variabel. Sehingga hubungan atar bagian dalam keseluruhan subjek yang diteliti harus

dipahami dalam kontek yang menyeluruh, bukan dalam konteks umum variabel-variabel yang menandai

anggota suatu populasi unit yang sebanding. Hubungan sebab akibat dipahami sebagai perkiraan, yang

diasumsikan bahwa hubungan manapun mungkin menimbulkan suatu akibat. Penelitian dengan metode

ini memungkinkan peneliti menafsirkan kasus-kasus secara historis dan merumuskan pernyataan mengenai

asal muasal sebuah kasus di teliti dalam situasi yang spesifik.

Teknik pemilihan informan dalam hal ini mengunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan

memilih informan berdasarkan tujuan tertentu. Oleh karena itu, informan penelitian ini adalah pengurus

cabang olahraga Anggar di Purwokerto. Data penelitian dikumpulkan dengan tiga metode, yaitu

wawancara, observasi dan dokumentasi. Sementara itu, analisis data dilakukan dengan transkip hasil

wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi.

Hasil Analisis

Page 48: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

42 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Proses komunikasi dapat dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat

diterima dengan lengkap dan utuh oleh komunikan serta dapat dipahami dan dimaknai dengan benar

oleh komunikan. Namun dalam pengamatan dilapangan hambatan komunikasi yang terjadi dalam

Organiasi Olah Raga Anggar di Purwokerto ini sering terjadi, ada kalanya proses komunikasi yang terjalin

tersebut tidak berjalan dengan lancar. Hal itu dikarenakan adanya beberapa hambatan komunikasi yang

secara sadar maupun tidak sadar terjadi pada proses komunikasi tersebut. Dengan melihat hal tersebut

maka diperlukan peran komunikasi yang efektif untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dan program

yang akan dijalankan. Untuk terciptanya komunikasi yang efektif dalam organisasi ini, maka seorang humas

perlu mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terdapat dalam proses pengiriman dan penerimaan

pesan di lapangan, sehingga humas dapat segera mengambil langkah-langkah untuk meminimalisir

hambatan komunikasi tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan awal dilapangan pada organisasi olahraga Anggar di Purwokerto

ini, banyak sekali terjadi hambatan-hambatan dalam berkomunikasi. Diantaranya adalah pemahaman akan

pesan yang di berikan oleh ketua pengkab dan beberapa anggotanya terkadang terkendala oleh pengetahuan

dalam menagkap pesan serta tidak adanya keterbukaan yang dibangun oleh masing-masing individu dalam

organisasi ini. Dengan melihat hal ini maka peran seorang humas dalam sebuah organisasi sangat

dibutuhkan, disisi lain keterbukaan atau kemauan untuk membuka diri dalam menerima saran serta

mengeluarkan pendapat sangat penting untuk menjalin komunikasi yang tepat. Selain persamalahan

tersebut, hal yang sangat nampak adalah adanya tumpang tindih kebijakan yang diambil secara sepihak

tanpa melalui forum dan sepengetahuan pengurus terkait.

Hal ini jika dibiarkan akan menimbulkan gap diantara pengurus yang membuat iklim organisasi

menjadi tidak kondusif. Munculnya rasa atau anggapan saling membenarkan diri dari keputusan atau hal

yang diambil juga menjadi salah satu hambatan dalam berkomunikasi. Dalam hal ini prinsip sebuah ego

keakuan (menganggap atau merasa) bahwa dirinya telah melakukan hal yang benar terkadang menjadi

salah satu hambatan paling besar walau terlihat sepele. Karena pada dasarnya saat seseorang individu

sudah merasa demikian maka dia tidak dapat melihat sisi lain dari sikap atau hal yang di anggap benar,

dan tentu saja menutup untuk mendengarkan saran atau kritik yang membangun dalam sebuah organisasi.

Pemahaman akan sistem kerja yang kurang juga menjadi masalah baru bagi organisasi ini, hal ini

dikarenakan beberapa anggotanya masih terbilang muda dan belum berpengalaman dalam berorganisasi.

Hal ini didukung dengan tidak adanya AD/ART sebagai panduan organisasi Anggar ini berjalan.

Permasalahan yang sangat kompleks ini sangat berpengaruh dalam berorganisasi, dan tentu saja komunikasi

yang tepat dan baik sebagai ujung tombak sebuah organisasi sangat berpengaruh dan berperan besar demi

jalannya suatu organisasi yang baik. Sehingga dalam hal ini peran serta humas sangat dibutuhkan sebagai

motor dalam menjaga arus komunikasi agar berjalan dengan tepat dan baik.

Selain itu ruang sharing dan keinginan untuk sharing yang dapat dikatakan tidak ada menjadi sebuah

kendala tersendiri. Tidak adanya hal tersebut dapat menjadi terhambatnya arus informasi baik dari anggotadan ketua pengkab sendiri. Hambatan lainnya adalah pemanfaatan media komunikasi yang tidak maksimalmenjadikan proses komunikasi tidak berjalan dengan baik, sehingga arus informasi dan penangkapan

pesan tidak dapat di terima dengan tepat oleh ketua pengkab maupun oleh anggota.

Diskusi

Berdasarkan temuan diatas dapat dikatakan bahwa dalam sebuah organisasi yang paling sederhana

ini terdapat berbagai macam hambatan komunikasi yang cukup kompleks. Selain para pengurusnya yang

terbilang muda dan minim pengalaman berorganisasi, serta organisasi ini juga dapat dikatakan baru berdiri

lagi setelah beberapa tahun non-aktif. Oleh karena itu peran humas dalam hal ini adalah bidang organisasi

sangat dibutuhkan guna meminimalisir terjadinya hambatan dalam berkomunikasi. Pada dasarnya sebuah

proses komunikasi dapat dikatakan berhasil jika pesan atau makna yang disampaikan oleh komunikator

dapat diterima secara lengkap dan utuh oleh komunikan. Oleh karena itu dengan melihat permasalahan

dan hambatan komuniaksi yang terjadi dilapangan, untuk menemukan solusi dari permasalahan yang

terjadi pada organisasi olah raga Anggar di Purwokerto seorang humas dapat melakukan audit komunikasi.

Audit komunikasi dibutuhkan dalam rangka untuk mempelajari secara detail apa, bagaimana, dan kepada

siapa suatu organisasi atau perusahaan melakukan komunikasi. Audit komunikasi dapat memberikan

gambaran yang jelas, tentang apa yang telah dilakukan saat ini, dan juga sebagai dasar untuk memutuskan

sebuah perubahan yang perlu dilakukan bagi organisasi atau perusahaan tersebut. Menurut Andre Hardjana

(2000: 17-18), audit komunikasi diperlukan bagi suatu organisasi atau perusahaan untuk :

a. Mengetahui apakah program komunikasi berjalan dengan baik.

Page 49: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

43PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

b. Membuat diagnosis mengenai masalah yang terjadi atau berpotensi dan memiliki peluang yang

mungkin terbuang.

c. Melakukan evaluasi kebijakan baru atau proses komunikasi yang terjadi.

d. Memeriksa hubungan antara komunikasi dengan tindakan operasional lain.

e.Menyusun sebuah angaran kegiatan komunikasi.

f. menetapkan patokan sebagai pembanding.

g. mengukur kemajuan dan perkembangan dengan membandingkan dengan patokan pembanding

yang sudah dibuat.

h. mengembangkan atau mengubah fungsi-fungsi komunikasi.

i. membangun landasan dan latar belakang guna mengembangkan kebijakan dan program

komunikasi baru.

Dalam sebuah prakteknya audit komunikasi menemui beberapa hambatan karena beberapa hal

sebagai pemicunya, diantaranya adalah (1) audit komunikasi ini bersifat kompleks karena meliputi beberapa

aspek sepeti sumber, media, proses arti dan bentuk pesan komunikasi, dampak serta konteks komunikasi.

Sehingga audit komunikasi terdiri dari banyak kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan membutuhkan

waktu yang lama. (2) audit komunikasi membutuhkan keahlian dan pengetahuan yang mendalam di bidang-

bidang non komunikasi seperti bisnis, dan manajemen. Namun hambatan-hambatan itu bisa teratasi bila

seorang humas dalam hal ini adalah bidang organiasi yang melakukan audit komunikasi pada organisasi

olah raga Anggar mengetahui cara yang tepat untuk melakukan kegiatan tersebut.

Konsep audit komunikasi menurut Gerald Goldhaber dalam (Hardjana, 2000) adalah sebuah

pemeriksaan diagnosis yang dapat memberikan informasi secara dini untuk mencegah kehancuran dari

kesehatan organisasi yang lebih besar”. Sedangkan tujuan dari audit komunikasi menurut Andre Hardjana

(2000: 16-17) adalah :

a. Untuk mengetahui apakah dan di mana letak terjadinya kelebihan (overload) atau kekurangan

(underload) dalam muatan komunikasi yang berkaitan dengan topik, sumber dan saluran komunikasi.

b. Untuk menilai kualitas sebuah informasi dan mengukur kualitas hubungan-hubungan komunikasi

secara khusus mengukur kepercayaan antarpribadi (trust), dukungan, keramahan, dan kepuasan kerja.

c.Untuk mengenali jaringan-jaringan komunikasi non formal dan melakukan perbandingan dengan

komunikasi formal.

d. Untuk mengetahui sumber-sumber kemacetan (bottleneck) arus informasi dan para penyaring

informasi (gatekeeper) dengan membandingan dengan peran masing-masing dalam jaringan komunikasi

yang dibangun.

e.Untuk mengkategorikan dari contoh pengalaman dan peristiwa komunikasi positif maupun negatif

yang terjadi didalam organisasi atau perusahaan.f. Untuk menggambarkan pola-pola komunikasi yang terjadi pada tingkat pribadi, kelompok maupun

organisasi yang berkaitan dengan komponen komunikasi, frekuensi dan kualitas interaksi.

g. Memberikan rekomendasi tentang perubahan atau perbaikan yang perlu dilakukan oleh organisasi

maupun perusahaan.

Pemeriksaan tersebut berupa kajian mendalam serta menyeluruh mengenai sistem komunikasi

organisasi yang terdiri dari dua bagian yang saling berkaitan, yakni komunikasi internal dan komunikasi

eksternal. Oleh karena itu, di samping audit komunikasi internal organisasi, audit kehumasan juga

menyangkut audit corporate image, yaitu mengetahui persepsi masyarakat terhadap kinerja dan personaliti

organisasi atau perusahaan. Tetapi dalam hal ini audit yang dilakukan hanya seputar audit komunikasi

internal organisasi olah raga Anggar di Purwokerto.

Berdasarkan hasil pengamatan awal yang sudah dilakukan maka audit komunikasi dapat dilakukan

pada organisasi olah raga Anggar di Purwokerto. Hal ini terkait dengan beberapa hambatan komunikasi

yang sudah ditemukan dalam pengamatan awal atau pra survey yang peneliti lakukan.

Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan awal atau hasil pra survey dalam organisasi olah raga Anggar di

Purwokerto ini di temukan beberapa hambatan komunikasi. Diantaranya adalah terhambatnya saluran

komunikasi, munculnya rasa saling curiga atau tidak adanya rasa percaya, tumpang tindih kebijakan,

minimnya pemahaman pesan yang diberikan, kurang pahamnya hirarki dalam organisasi dan lainnya.

Menjadikan seorang humas atau dalam hal ini adalah bidang organisasi dalam olah raga Anggar di

Purwokerto harus melakukan suatu tindakan agar tercipta suasana yang kembali kondusif dan

kesepahaman bersama sehingga organisasi dapat kembali berjalan normal. Tindakan tersebut adalah

Page 50: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

44 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

melakukan sebuah audit komunikasi internal yang bertujuan menemukan permasalahan baik dari individu

mapun kelompok dan mencari solusi agar tercipta suasana berorganisasi yang kondusif.

Audit komunikasi merupakan suatu kajian evaluatif secara empiris yang mendalam dan menyeluruh

tentang sistem komunikasi keorganisasian baik komunikasi internal maupun komunikasi eksternal, dengan

menggunakan berbagai teknik pengumpulan dan analisis data yang ada yang bertujuan untuk

meningkatkan efektivitas dan kinerja organisasi. Hasil audit komunikasi dapat memberikan informasi

yang berharga guna mencegah terjadinya kehancuran suatu organisasi. Audit komunikasi dapat dilakukan

secara menyeluruh atau total, tapi dapat pula dilakukan audit komunikasi mini untuk mengukur tingkat

efektifitas suatu program komunikasi atau tidak. Audit komunikasi mini dapat dilaksanakan dengan dana,

energi dan waktu yang lebih terbatas. Audit komunikasi mini ini dapat menjadi petunjuk bagi pelaksanaan

audit komunikasi total yang menyelruh dan mendalam.

Karena pada dasarnya sebuah komunikasi yang efektif dalam sebuah organsiasi maupun perusahaan

sangat menentukan kelangsungan hidup dan kesehatan suatu organisasi. Untuk dapat mengetahui apakah

kegiatan komunikasi yang sudah dijalankan efektif atau berhasil mencapai tujuan dan sasaran organisasi

adalah dengan melakukan audit komunikasi. Dengan melakukan audit komunikasi, diharapkan segala

hambatan komunikasi dan gangguan yang menyebabkan terhentinya aliran informasi baik dari individu

maupun kelompok serta terhindar dari peluang yang terlewat. Dengan melakukan audit komunikasi ini,

seorang humas atau bagian organisasi dapat mengetahui dan memperoleh cara yang tepat untuk

mengurangi dampak negatif yang di terima oleh organisasi dan dapat meningkatkan dampak positif yang

dikehendaki oleh organisasi, sehingga organisasi atau perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan

hidup bahkan dapat meningkatkan kesuksesannya di tengah persaingan yang makin keras. Audit

komunikasi ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu jenis penelitian dalam tahap fact finding kegiatan

atau manajemen kehumasan.

Daftar Pustaka

Alvian, Yusak. 2016. Audit Mini Mengenai Kepuasan Komunikasi Organisasi di UD. Prima Jaya. Universitas

Kristen Petra. Surabaya. Jurnal E-Komunikasi Vol 4 No.1 2016

Effendy, Onong Uchjana. (2011). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hardjana, Andre. 2000. Audit Komunikasi : Teori dan Praktek. PT. Grasindo. Jakarta.

Koesmastuti, Rieka Hapsari. 2015. Audit Komunikasi dan Efektifitas Organisasi (Studi pada Biro Hubungan

Masyarakat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah). Universitas Diponegoro. Semarang. Tesis.

Ludlow, R. & Panton, F. (1996). The Essence of Effective Communication (Komunikasi Efektif) (terjemahan

Deddy Jacobus). Yogyakarta: Andi.

Ramadani Dian, Puji Lestari, & M. Edy Susilo. 2015. Audit Komunikasi Organisasi Wahana Lingkungan

Hidup Indonesia (WALHI) Yogyakarta. UPN “Veteran”. Yogyakarta. Jurnal Komunikasi ASPIKOM Vol.2

No.2 2015

Page 51: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

45PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Pendahuluan

Telah diketahui bersama bahwa banyak kebijakan yang diprotes oleh masyarakat karena tidak ada

kepuasan didalamnya yang ada justru menambah rasa ketidakpuasan itu sendiri. Sama seperti orang yang

mencari rasa keadilan, kebijakan juga menuntut orang yang arif dalam menentukan keputusan di meja

politik. Tak jaran banyak orang menilai kalau di Indonesia kebijakan justru tidak memihak kaum bawah.

Seperti kaum perempuan yang terus menuntut agar ada perlindungan atas mereka ketika kekerasan dan

pelecehan seksual justru ada di sekitar mereka dan buruh yang terus berharap agar ada kebijakan dari

pemerintah yang mau meringankan beban hidup mereka dikala kesulitan menghampiri mereka.

Seperti menunggu hujan di musim kemarau begitu pula dengan kebijakan publik di negeri ini yang

seakan-akan sulit mewujudkan suatu policy yang sesuai dengan sila ke 5 ideologi kita bahkan tak jarang

orang menilai kebijakan itu malah memperburuk kondisi. Lihat saja bagaimana kebijakan agraria kita

yang tiruan dari kolonial, seperti pemberian izin kepada perusahaan perkebunan besar yaitu kelapa sawit

bukanya mensejahterakan petani justru menciptakan konflik agraria yang hari ini belum dituntaskan oleh

pemangku kebijakan. Memang bangsa seperti Indonesia yang lama dikuasai oleh Belanda tentu

meninggalkan model administrasi dan hukum yang sudah lama tertanam di era itu. itulah mengapa kondisi

kita sekarang ini orang sebut sebagai negeri setengah jajahan. Hal ini dikarenakan proses pembuatan

kebijakna justru dilalui dengan proses perjudian bukan dengan proses pendiskusian. Semua dituntut

berdasarkan garis haluan partai dan partai yang berkuasa itulah yang memegang andil meja politik. Lihat

saja, sampai kapan perusahaan tambang besar yang ad di Papua itu bisa di cabut izinya dan sampai kapan

kita tidak lagi tergantung dengan modal asing serta bantuan hibahnya yang justru menjerat negara kita

pada paradigma pembangunan yang liberal. Hal ini diakibatkan perpektif berpikir para aktor kebijakan

lebih condong di kontrol oleh rezim yang berkuasa. Semua kehendak ada di ujung telunjuk yang memegang

kontrol singgasana yang menghasilkan buah kebijakan yang jauh dari rasa keadilan sosial.

Semua ini diakibatkan tidak adanya komunikasi yang baik antara aktor politik, komunikasi yang

terjalin bukan komunikasi yang seimbang melainkan komunikasi yang tidak menghargai lawan bicara.

Tujuan dari komunikasipun bukan untuk melahirkan keputusan bersama yang di mengerti bersama tetapi

saling unjuk gigi retorika tanpa mau mendengar pendapat atau argumen dari pihak lain. Tanpa memandang

orang lain sebagai lawan bicara yang sepadan maka sulit untuk mendapatkan keputusan bersama yang

dipahami secara kolektif.

Ketidakseimbangan komunikasi ini di determinasi oleh kondisi material politik yang ada. Konten

dari kebijakan dalam hal ini, di pengaruhi akan kehendak untuk menguasai bukan untuk merubah.

Kehendak untuk menguasai menjadi latar-belakang pikiran yang memutuskan maksud dan tujuan yang

TINDAKAN KOMUNIKATIF DALAM DECISION MAKING KEBIJAKANRichard F. Labiro

[email protected]

ABSTRAK:Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tindakan komunikasi dalam pembuatan kebijakan publik

yang selama ini kebijakan banyak terjadi overlapping. Hal ini terjadi akibat tidak adanya konsensus

yang dihasilkan dari aktor politik yang cenderung di pengaruhi oleh kondisi material rezim yang

berkuasa mempengaruhi pengambilan keputusan pada pembuatan kebijakan yang dikontrol oleh

piramida atas pada suprastruktur sedangkan pada basis terjadi alienasi komunikasi akibat kesadaran

sosial yang dikendalikan oleh sistem kapitalisme mengakibatkan diskursus—komunikatif intersubjektif

menjadi asing di masyarakat. Sementara, masyarakat secara sosial terus mengkonsolidasikan diri untuk

membawa emansipasi mereka dengan usaha agar isu publik yang mereka usung itu mampu masuk

kedalam meja perundingan kebijakan dan di putuskan secara kolektif hingga kebijakan yang

disampaikan atau dilaksanakan dapat berorientasi nilai. Pengambilan keputusan saat ini masih di

bawah kendali puncak kekuasaan dimana terdapat elite dan kelas kapitalis dan negara sebagai

instrumen dari kelas itu dalam mereproduksi kebijakan yang berpihak kepada power control tersebut.

Alhasil masih sedikit kebijakan yang berpihak pada masyarakat. Dengan menggunakan teori diskursus

Habermas saya mencoba memberikan kritik saya terhadap proses politik dalam pengambilan keputusan

yang sarat intimidatif karena kontrol para penguasa.

Kata kunci : tindakan komunikatif, pembuatan kebijakan dan teori diskursus.

Page 52: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

46 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

baik dari komunikasi itu sendiri hal ini justur membuat hasil dari kebijakan seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya. Latar-belakang pikiran kehendak untuk menguasai ini di reproduksi melalui proses

parlementarisme yang tidak dibangun berdasarkan pengetahuan kolektif.

Komunikasi yang seimbang lewat pendiskusian yang di pengaruhi oleh dasar pengetahuan bersama

dan kesepakatan awal jika di bawa kedalam meja perundingan kebijakan atau politik maka niscaya akan

menghasilkan produk kesejahteraan yan diharapkan. Keseimbangan ini lewat Habermas sebagai dasar

utama dalam membangun sebuah diskursus1. Model komunikasi ini mensyaratkan para pesertanya harus

berada dalam lingkaran kesepahaman untuk memproduksi konsensus sebagai jalan dan bukan tujuandari interaksi secara sosial.

Dalam masyarakat modern, sifat demokrasi yang menjunjung tinggi duel argumentasi secara terbukamensyaratkan terbukanya ruang publik bagi orang banyak. Dan dari situ setiap isu-isu dibahas yangkemudian secara konsolidasi dimasukan ke tempat diskusi para aktor politik yang sedari awal sudahmemiliki niat untuk memperbaiki. Demokrasi adalah tempat dimana orang duduk secara seimbang danmendeliberasikan argumen ilmiahnya secara terbuka dan tidak tertutup artiya setiap peserta wajibmenjelaskan dan orang yang mendengar pernyataan tersebut berhal mendapatkan informasi besertapenjelasan yang logis begitupun sebaliknya. Jadi, komuniasi dalam musyawarah adalah komunikasi yangelegan tanpa “gebrak” meja melainkan setiap orang wajib dan berhak dalam berkomunikasi.

Pandangan antara pembuatan kebijakan yang di pengaruhi oleh komunikasi yang seimbang dalamdiskursus (baca, deliberatif) didasari oleh pemikiran Habermas terkait tindakan komunikatif sehari-hariserta dunia-kehidupan. Selain penjelasan saya mencoba untuk memberikan warna terkait hubungankomunikasi dalam masyarakat kapitalis atau yang orang lebih kenal masyarakat modern yang telahmemahami secara gamblang arti demokrasi. Mampukah kebijakan yang memihak kelas pekerja danperempuan proletar bisa dihasilkan lewat perundingan yang inter-subjektif ataukah itu sulit terwujud.Maka dari itu, akan dijelaskan pertama apa yang menjadi basis teori makalah ini kemudian naik ke intipemikiran penulis sampai pada tantangan yang coba diberikan untuk sebuah studi tentang pembuatankebijakan.

Tinjauan Pustaka

Masyarakat modern atau masyarakat kapitais wujud nyata dari kondisi material saat ini yang

memisahkan komunikasi antara masyarakat sosial dan sistem. Hal ini bisa terlihat ketika sistem mulai

menemukan tempat yang begitu luas ketimbang masyarakat sosial yang mengecil fungsi rasionya. Fungsi

rasio ini kemudian tidak berjalan dengan baik ketika diperparah dengan hegemoni dari sistem akan

semangat mengejar keuntungan yang terpolarisasi kedalam pemikiran sosial yang menjadikan kerja

masyarakat sudah tidak lagi objekif. Disini saya akan membicarakan tentang basis ekonomi yang

mendeterminasi konstrukti sosial-pemikiran yang sepenuhnya dikendalikan oleh hasil akumulasi kapital,

komunikasi bukan lagi menjadi cara rasional untuk menentukan dan menghasilkan arah yang disebabkan

corak produksi atau kerja masyarakat yang tidak lagi sesuai dengan keinginan mereka.

Alienasi Komunikasi

Awal mula akan dijelaskan seperti apa masyarakat yang kapitalis itu, seperti yang dikemukakan

oleh Fromm dalam Eko dan Iwan Triyuwono (2004:51) dimana diungkapkan karateristik dari masyarakat

modern saat ini,

Dikatakanya,

Masyarakat modern mempunyai persoalan akan “kesehatanya” dalam arti kesadaranya menyangkut

eksistensi manusia. Apa yang dilakukan oleh masyarakat modern pada dasarnya tidak pernah disadarinya

sebagai apa? Untuk apa dan apa maknanya? Masyarakat modern bergerak dan beroperasi atas “ perintah”

yang secara otomatis berada dalam kesadarannya2.

Dari cara pandang melihat kondisi publik saat ini, setiap hari sejak pagi hingga malam proses hidup

yang dilakukan oleh orang secara kelompok tidak lagi bertindak sesuai akal sehatnya dalam artian ada

yang mengganggu dalam pikiran setiap individu. Bisa saja kita sadari dalam diri kita masing-masing sejak

hegemonisasi sudah mulai tertancapkan di kepala kita dan mengendalikan syarat pikiran manusia dari

waktu ke waktu peluang komunikasi semakin tidak objektif lagi. Manusia yang merasa berada pada puncak

penciptaan melihat waktu, sejarah hingga manusia itu sendiri sebagai objek dari kerja mereka dan

menggerakan mereka secara mekanik menuju perubahan yang dibutuhkan bukan sesuai kehendaknya

melainkan sesuai profit yang ditambahkan tiap-tiap hari.

Pada dasarnya orang dengan yang lain bisa mengkalim kesahihan dia dalam berkomunikasi akan

tetapi klaim-klaim itu bukan untuk menuju konsensus kolektif melainkan hasil dari retorika yang intimidatif.

Page 53: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

47PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Pidato kenegaraan contohnya, bukan hasil dari kesepakatan itu melainkan sebagai wujud nyata dari

paradigma lama akan materil yang dianggap sebagai objek dari penelitan mereka itu sendiri. Masyarakat

dianggap objek dari kebijakan dan produk hukumnya.

Komunikasi keterasingan produksi dari buah sistem kapitalisme. Dulunya orang melakukan

perundingan secara deliberatif dan itu adalah corak budaya bangsa kita, seperti orang tua dahulu katakan

bahwa musyawarah adalah kultur nenek moyang kita dan itu dituangkan lebih baik lagi kedalam sila ke 4

ideologi kita, hanya saja bangsa Indonesia menjadikan kemampuan verbalnya tidak lagi konstruktif ketika

mesin produksi kapitalisme lebih menonjol akibat penemuan mutakhir yang di sokong oleh ilmu

pengetahuan modern menjadikan kerja tidak lagi sesuai dengan keinginan manusia—menciptakan

hubungan komunikasi yang tidak setara.

Dalam hubungan produksipun sesama kelas pekerja tidak lagi bisa berkomunikasi dan membicarakan

soal kebutuhan material mereka karena tuan modal menginginkan mereka untuk giat bekerja lalu diberi

upah walaupun upah itu belum layak. Disisi lain, petani dengan kondisi agraris yang semakin terpuruk

dipertegas dengan monopoli ruang ketangan segelintir kapitalis yang mengubah tanah bukan lagi sebagai

hasil kerja sosial tetapi lebih kepada komoditi yan bernilai.

Sistem kapitalisme yang menghegemoni konsturksi sosial menjadikan komunikasi tidak lagi

bermakna semua dikaburkan lewat semangat mengejar kapitalisme sebab, keuntungan hidup tidak ada

jika kepuasan diri yang materialistik tidak terpenuhi. Maka menurut para kapitalis tatanan masyarakat

tidak akan ada.

Lebih jelas lagi Triyuwono (2004:53) menerangkan kepada kita akan kondisi masyarakat moder/

kapitalis saat ini,

Realitas sosial yang tercipta saat ini adalah realitas sosial yang banyak dipengaruhi oleh semangat

kapitalisme sebagai produk dari modernisme yang mengklaim ilmu pengetahuan (teori ekonomi positivistik

dan akuntansi positif, misalnya) harus bebas nilai. Akibatnya realitas sosial yang hidup dan berkembang

sekarang ini adalah realitas yang kering akan nilai3 .

Baik Fromm maupun Triyuwono menegaskan akan hilangnya nilai yang terkandung dalam

masyarakat yang kapitalistik saat ini, ditambah lagi pengimanan kita akan keyakinan bahwa kapitalisme

memang sebuah sistem ekonomi yang mengontrol banyak orang baik didalam pintu pabrik maupun diluar.

Namun, pertanyaan selanjutnya ialah apakah diskusi bisa dihasilkan diluar proses produksi. Hal tersebut

akan membuat kita mencari kejelasan dari tindakan rasional manusia sehari-hari tentang komunikasi yang

membuat kita berpikir akan kehidupan secara sosial dalam penguasaan kapital yang kolektif. Maka poin

penting dari perdebatan ini dimulai dari apa bentuk basis ekonominya yang melahirkan konstruksi sosial.

Basis ekonomi kapitalisme akan memberikan sel-sel yang dipompa melalui jantung produksinya

hingga sampai ketangan masyarakat entah kuat atau lemahnya daya belinya. Kemudian orang-orang akan

dipaksa untuk menyerap setiap surplus kapital (komoditi) yang membuat kita seperti berlomba-lomba

untuk mendapatkannya dan menstrategikan kapitalisme untuk menciptakan lautan angakatan kerja yang

siap memenuhi kebutuhan daya belinya yang masih kurang. Masyarakat yang ditingkat tengah lebih banyak

berkonsentrasi untuk memperoleh labanya dengan bekerja di sekotor-sektor jasa, kemampuannya adalahmeletigim akan konstruksi tersebut bahwa tidak ada kerja maka tidak akan ada keuntungan. Semakinterdeferensiasi masyarakat yang ada maka akan terlihat jelas keterasingan dalam bertemunya orang ke

lingakaran diskursus yang deliberatif, dalam hal ini membuat kemulusan bagi akumulasi kapital terus-

menerus dan semakin sulit dia untuk di jinakan. Oleh karenanya dalam interpretasi lama untuk

mengembalikan komunikasi ke arah yang intersubjektif harus dimulai dengan merubah kepemilikan kapital

secara sosial walaupun hal ini banyak diperdebatkan dan justru Habermas memberikan suplemen yang

lebih baik lagi yaitu diskursus lewat tindakan komunikatif.

Komunikasi yang merupakan tindakan rasional manusia merupakan tindakan yang beroriantasi

pada pencapaian konsensus dan itu bisa dicapai apabila rasio ini dikembalikan pada kehidupan manusia

itu sendiri4. Semua itu menjadi sulit ketika sistem yang merupakan struktur sosial menjadi mengemuka

ketimbang solidaritas sosial itu sendiri. Hardiman menjelaskan apa yang dimaksud diatas dengan istilahyang dikenalkan oleh Habermas dalam tindakan komunikatif yaitu Lebenswelt dan sistem. Seperti dituliskanoleh Hardiman (2009:40),

Di dalam masyarakat-masyarakat modern sistem tampak secara mencolok pada ekonomi dan

kekuasaan negara. Habermas menyebut “solidaritas”(Lebenswelt), “uang” dan “kuasa”(System) sebagaitiga komponen integritas masyarakat.

Saya menyebutnya sebagai kapitalisme adalah uang dan suprastruktur sebagai kuasa atau negara

dan masyarakat sosial adalah solidaritas itu sendiri. Ketiga ini yang disebut oleh Hardiman sebagai

Page 54: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

48 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

komponen integritas masyarakat adalah buah dari sistematik dari basis ekonomi yang menciptakan negara

dan juga menciptakan tindakan komunikatif bukan lagi rasionalitas bagi manusia.

Gambar 2.1 Penjelasan akan basis ekonomi yang mempengaruhi suprastuktur .

Dari gambar diatas bisa saya jelaskan bahwa kapitalisme yang dianut oleh masyarakat sejak ia

menemukan bentuknya mendeterminasi negara, budaya, pikiran hingga komunikasi secara sosial

menjadikan dia tidak lagi objektif. Komunikasi yang bernilai tidak lagi dilakukan oleh kebanyakan orang

justru pengejaran akan kapitalismelah yang dikehendaki. Lebih tegasnya lagi seperti dikatakan Hardiman

“hilangya sambungan antara sistem dan Lebenswelt”.

Untuk menutup bagian ini saya memberikan kesimpulan sederhana bahwa tidak adanya lagi diskusi

seperti yang dikehendaki oleh Habermas dikarenakan kontrol pikiran (hegemoni) oleh negara yang basis

ekonominya kapitasitik membuat pencarian nilai akan kepuasan hidup lebih diutamakan dan menciutkan

komunikasi sebagai tindakan yang bersifat rasional—keterasingan komunikasi.

Tindakan Komunikatif

Konsep tindakan komunikatif adalah bagian fundamental dari diskursus Habermas. Untuk

mengetahui komunikatif yang dimaksud dalam diskursus perlu mendalami terlebih dahulu tntang

paradigma baru teori kritis. Habermas sebagai generasi kedua dari Frankfurt school memberikan kiritknya

terhadap pemikiran dari generasi pertama tentang teori kritis yang menurut Habermas perlu direfleksikan

dengan memandang realita masyarakat madani saat ini. Hardiman (2009:26-27) memberikan penjelasan

yang sangat jelas tentang pemikiran baru dari Habermas tersebut. Seperti yang dikatan,

Paradigma lama (Frankfurt generasi pertama) yang oleh Habermas disebut filsafat kesadaran atau

filsafat subjek dianggap tidak cocok lagi untuk kondisi-kondisi masyarakat dewasa saat ini yang ditandai

oleh pluralitas bentuk kehidupan dan orientasi nilai. Dalam paradigma yang lama itu menurut Habermas

terkandung pemahaman tertentu tentang subjektivitas, yaitu subjek yang mengenali dan menguasai

objeknya secara monologal. Ilmu-ilmu kemanusiaan, misalnya, ingin merumuskan hukum-hukum yang

melandasi prilaku manusia dan mekanisme hidup sosialnya dengan cara seperti dilakukan di dalam ilmu-

ilmu alam, yaitu: mengobjektifikasi manusia mengambil sikap netral terhadap objek riset dan jika perlu

juga memanupulasi objek riset itu secara eksperimental.

Menurut Habermas dalam pemikiran lama manusia memandang material sebagai objek dari

tindakannya, seperti juga dalam komunikasi. Manusia secara individual dalam memandang lawan

komunikasinya sebagai objek yang dikuasainya artinya, kerangka pemikiran lama menurut Habermas

adalah filsafat subjek. Dengan mengambil konseptual ilmu alam, kritik pada pemikiran awal menandakan

manusia dalam meriset sejarah, waktu, alam dan manusia yang dianggap sebagai objektifitas dari

kesadaannya. Akhirnya dengan dialektis Habermas memandang komunikasi tidak lagi didasarkan pada

filsafat subjek melainkan filsafat intersubjektif atau komunikasi intersubjektif. Dimana orang tidak lagi

menganggap materi yang dihadapanya sebagai objek melainkan sebagai subjek juga.

Page 55: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

49PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Komunikasi intersubjektif sejatinya dalam diskursus bertujuan memperoleh konsensus. Dan

kesepakatan ini harus diperoleh secara bersama bukan monolog. Dari sini selanjutnya Habermas mengkritik

filsafat tersohor dari Jerman yaitu Kant. Hardiman (2009:29) kembali lagi memberikan ulasan dari kritik

habermas akan Kant terkait rasio praktis,

Dalam rasio praktis tersebut Kant mengandaikan subjek tindakan sebagai sesuatu yang menimbang-

nimbang secara sendirian5 apa yang seharusnya dia lakukan. Subjek otonom ini menimbang-nimbang, maksimtindakan manakah yang sekiranya legitim sebagai norma penetapan undang-undang untuk semua orang.Kant lalu merumuskan maksim tindakan itu dalam imperatif kategorisnya yang termasyhur itu: “bertindaklahsedimikan rupa, sehingga maksim kehendakmu kiranya dapat berlaku setiap saat sekaligus dapat ditetapkansebagai suatu undang-undang yang bersifat universal”.

Kebijakan yang berlaku umum diputuskan melalui model monologal yang diperoleh dari tindakan

seseorang, hal ini tidak bisa diterima oleh Habermas dikarenakan pemikiran Kant mengabaikan keputusan

yang harus di diskusikan secara bersama. Tindakan subjektif ini harus dihilangkan dengan tindakan yang

baru yang horizontal sebagai dasar tindakan yang rasional.

Pemerintah menggunakan dasar pemikiran pertama dari Kant dimana setiap pengambilan keputusan

dalam perumusan kebijakan cenderung diputuskan oleh segelintir orang yang menganggap dirinya

berkuasa dan memberlakukannya secara menyeluruh. Dampaknya adalah kebijakan yang diputuskan secara

otonom tersebut tidak diterima oleh masyarakat justru mendapatkan penolakan dari publik sendiri. Dalam

arti lain kediktatoran tidak bisa diterapkan dalam transisi masyarakat yang semakin pluralis. Maka ruang

publik dalam demokrasi deliberasi adalah anjuran untuk bentuk perkembangan masyarakat kapitalis saat

ini untuk merubah sistem ini atau menjinakannya. Sebab dengan adanya ruang publik yang menerapkan

komunikasi intersubjektif semua keputusan tidak bisa diterapkan secara paksa untuk kepentingan sosial,

harus ada ruang dialog dengan mempertanyakan kesahihan dari kebenaran-kebenaran itu, artinya kebijakan

yang di implementasikan harus memalui kesepakatan kolektif dari seluruh elemen masyarakat.

Dari rasio praktis Kant, Habermas tetap mempertahankan rasio dalam pemikirannya dan

mencetuskan rasio prosedural6 sebagai sebuah tujuan yang dilalui dalam diskursus. Maksudnya, pencapaian

kesepakatan dalam diskursus adalah proses komunikasi yang tanpa intimidasi bahwa setiap klaim-klaimtidak bisa dipaksakan dia harus di diskusikan secara terbuka. Prosedural digambarkan oleh Hardimansendiri adalah penjelasan lebih rinci dari konsep rasio komunikatif.

Lanjut dari situ, konsep diskursus dijelaskan lebih rinci lagi dalam tindakan komunikatif dan klaimkesahihan. Tindakan komunikatif seperti yang sudah dijelaskan pada bagian di atas adalah bersifat rasional,bahwa setiap individu melalukan komunikasinya sehari-hari lewat klaim kesahihan. Dan klaim itu di bagimenjadi tiga mulai dari klaim ketepatan, kebenaran dan kejujuran. Dalam diskursus, setiap orangmemperoleh persetujuan/konsensus melalui komunikasi yang intersubjektif atau komunikasi yangseimbang setiap orang berhak mendapatkan penjelasan dari klaim-klaim itu dan berhak mempertanyakankembali bila ada keraguan, proses diskursus dalam rasio komunikatif adalah bersifat demokrasi (tanpapaksaan) bukan sebaliknya.

Untuk lebih jelasnya lagi definisi dari tindakan komunikatif Habermas dijelaskan oleh Hardiman(2009:34-35) dengan mudah bahwa,

Tindakan yang mengarahkan diri pada konsensus itu adalah tindakan komunikatif. Jika dipahami

demikian, konsep rasio komunikatif mengacu pada rasionalitas yang secara potensial terkandung di dalam

tindakan komunikatif. Rasio komunikatif katakanlah membimbing tindakan komunikatif untuk mencapai

tujuannya, yaitu bersepakat mengenai sesuatu atau mencapai konsensus tentang sesuatu7.

Decision MakingDalam merancang sebuah kebijakan yang baik pengambilan keputusan menjadi sentral utama

kebijakan baik dalam definisi problem maupun implementasi kebijakan. Artinya, seluruh proses policy

selalu ada pengambilan keputusan yang tepat. Hasil keputusan pada definisi problem akan mempengaruhi

implementasi kebijakan, keputusan pada implementasi kebijakan akan mempengaruhi definisi problem.

Intinya, pengambilan keputusan haruslah didiskusikan secara baik/intersubjektif untuk melahirkan

keputusan atau konsensus secara kolektif.Dalam menterjemahan pengambilan keputusan pada bagian ini saya akan memperkenalkan beberapa

pendekatan klasik maupun modern saat ini untuk melihat sejauh mana pengambilan keputusan itu berjalan.Pendekatan yang sering disebut dalam analisa pengambilan keputusan antara lain: pendekatan elite;pendekatan marxis; dan pendekatan teknokrasi. Elite merujuk pada Harold D Lasswell atau biasa disebut

kekuasaan elit, pendekatan marxis banyak dipengaruhi debat antara Miliband dan Poulanzas.8 Untuk

pendekatan teknokrasi sendiri dipicu oleh perkembangan teknologi sebagai penentu dalam pengambilan

Page 56: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

50 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

keputusan—dipengaruhi oleh perkembangan mesin produksi pada kapitalis maka kemajuan teknologimenjadi tak terhindarkan dan membuat akhir dari era ilmu politik atau kebijakan.

Kekuasaan elite, jika kita mendengar nama Lasswell maka yang terlintas dipikiran kita pertama

kali ialah judul bukunya yang terkenal “Politik, siapa mendapatkan apa, kenapa dan bagaimana”. Judul

ini menjadi pijakan saya sendiri sewaktu mahasiswa dalam mempelajari pikiran kritis tentang politik,

seakan-akan politik gambaranya soal siapa yang menguasai apa. Kekuatan politik sendiri sangat

berpengaruh pada mekanisme perumusan kebijakan karena aktor politik dan organisasinya memiliki

kekuatan materil untuk mengendalikan meja politik seperti media, ormas atau yayasan, bisnis serta

antagonismenya. Di era orde baru sangat terasa sekali bagaimana kekuatan-kekuatan politik tersebut sangat

mempengaruhi kursi singgasana kekuasaan, lembaga legislatifnya, hukumnya, hingga tataran pemerintah

lokal dipegang oleh individu yang memiliki kuasan akan itu.

Seperti yang dijelaskan oleh Parsons (2005:251),

Model proses kebijakan elitis berpendapat bahwa kekuasaan terkonsentrasi di tangan segilintir orang

atau kelompok. Menurut model ini pembuatan keputusan adalah proses yang dilaksanakan demi

keuntungan elite-elite tersebut.9

Kemudian Mosca dan Pareto10 berpendapat bahwa seluruh struktur masyarkat akan ada elite yang

berperan dan hal ini menentang pandangan Marxisme akan dunia tanpa kelas. Elite merupakan kelassosial modern dalam ranah penentuan keputusan.

Lebih jelas lagi Lasswell menjelasan bagaimana kekuasaan elite itu berkembang dengan adanyakelompok keahlian yang memainkan perannya dalam menentukan keputusan. Menurutnya kelompokkeahlian ini akan mengancam demokrasi jika kekuatan tersebut dikombinasikan. Kelompok keahlian yangdimaksud adalah elite militer, birokrat dan teknokrat, Parson (2005:252). Dalam sistem demokrasi diIndonesia saat ini melihat ketiga lembaga tersebut memang sudah lama mereka ada dalam lingkaran politikdan mempengaruhi sirkulasi kebijakan yang ada. Kedudukan mereka di hamper semua lini politikmenandakan adanya pengambilan keputusan yang bersandarkan pada paksaan. Kembali mengangkatpendekatan diskursus Habermas, bahwa keputusan haruslah bersifat netral dan non-intimidatif jika tidakkonsensus yang diinginkan tidak akan terwujud.

Pembuatan keputusan dalam masyarakat kapitalis, merupakan pendekatan marxisme yang

beranggapan bahwa keputusan yang diperoleh selalu saja menguntungkan kelas kapitalis. Seperti yang

Offe11 bilang, bahwa sulit bagi Negara yang menganut system kapitalise seperti sekarang ini untuk memiha

kepada kelas pekerja dalam menuntut hak-hak mereka. Bahwa setiap protes mereka tidak selalu diterimaoleh aktor pembuat kebijakan malah justru tersingkirkan. Maka yang terjadi adalah non-decision making,keputusan yang tidak diambil karena ada kepentingan yang harus dipelihara yaitu kepentingan dalamakumulasi kapital.

Non-decision making dimana tuntuntan kebijakan yang dibawa sejak masih isu kebijakan dan didesak

lewat konsolidasi politik—masuk kedalam meja pembuatan kebijakan namun terhenti hingga tak kunjung

selesai dibahas. Hal ini bisa disebabkan karena, obsesi dari para penguasa bukan untuk memperdulikan

kepentingan kelas bawah melainkan sudah terhegemoni dengan sisem yang mengontrol mereka.12

Pendekatan marxisme sendiri dalam analisa pengambilan keputusan sudah mengalami perubahankritis, hal ini dipengaruhi oleh debat klasik terkait negara dan masyarakat kapitalis atau instrumental danstructural. Pandangan pertama dating dari Ralph Miliband (ayah dari Ed Miliband) dia menganggap bahwanegara adalah “instrument” dari kelas kapitalis,Politisi, pegawai negeri sipil, serta elite bisnis dan financial adalah orang-orang yang berasal dari kelasyang berasal dari kelas yang sama (kelas kapitalis), mendapatkan pendidian di sekolah yang sama,dan

bekerja demi kepentingan sistem kapitalis. Parsons (2005:257-258).

Berbeda dengan Miliband, Poulanzas memiliki pendapat yang lain. Lawan debatnya ini menganggap

pendekatan instrument terlalu sederhana dalam melihat sistem kapitalisme dan memperkenalkan

pendekatan struktural guna menganalisis pengambilan keputusan. Dia katakan,

Pandangan Negara sebgai instrumen kapitalisme tidak bisa menerangkan dua faktor: pertama, bahwa

yang penting di sini bukanlah kelas pegawai sipil, politisi, dan yang lainnya, namun yang lebih penting

adalah kekuasaan “struktural” dari kapital yang pada akhirnya menyusun proses pembuatan keputusan;

dan kedua, sejauh mana Negara bisa membuat keputusan secara relatif otonom dari sistem kapitalis. Parsons

(2005:258).

Nampak jelas kedua marxis ini saling memberi tanggapan satu sama lain terkait pandangan mereka

tentang negara yang menganut sistem kapitalis. Namun, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya di atas

bahwa negara sebagai suprastruktur apapun sistem politik dan administrasi yang dianut akan dipengaruhi

oleh basis ekonomi yang ada. Maka negara sebagai alat kapitalis tepat untuk dikatakan, sebab negara

Page 57: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

51PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

sendiri bisa hidup dari hasil akumulasi kapital dan tugas dia untuk terus menjaga siklus akumilasi kapital

tetap normal agar tidak terjadi kejatuhan tingkat laba.

Pendekatan teknokrasi, merupakan pendekatan dengan melihat kemajuan teknologi dalam

birokrasi—pengambilan keputusan akan ditentukan oleh para teknokrat-teknokrat yang bukan lagi pada

politisi atau sarjana kebijakan. Perkembangan ini berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan daya sains

masyarakat yang semakin menggunakan kecanggihan—serta melihat penyelesaian kebutuhan secara teknis.

Kemungkinan, pendekatan teknis lebih banyak di perdebatkan ketimbang membahasnya dalam pikiran

politik.

Kemajuan ini disebabkan juga oleh kemajuan konstan kapital dalam sistem kapitalisme, dengan

keinginan untuk mempercepat terwujudnya kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks maka

kecepatan untuk menyelesaikan masalah pun semakin tak terhindarkan. Saat ini sudah terlihat jelas

bagaimana masyarakat modern banya menggunakan teknologi disertai aplikasi untuk mempermudah kerja-

kerja mereja dan tak jarang bisnispun lebih modis dengan adanya teknologi canggih.

Daniel Bell mengatakan bahwa,

Dalam masyarakat di mana peran pengetahuan adalah dominan—masyarakat post-industri—

pembuat keputusan akan dipengaruhi oleh pihak-pihak yang memiliki pengetahuan teknis yang penting

untuk memahami dunia modern. Parsons (2005:269).

Maka jelaslah sudah, untuk masa depan nanti pengambilan keputusan dalam pembuatan kebijakan

dengan kemajuan teknologi akan di pengaruhi oleh para teknokrat yang siap menjelajahi dunia kebijakan.

Dan aan mempengaruhi perkembangan dalam studi ilmu kebijakan—perpaduan ekonomi, politik sosial

dan sains.

Diskusi

Pengambilan keputusan dalam ranah kebijakan yang tidak mengedepankan tindakan komunikatif

yang intersubjetif akan menghasilkan kebijakan yang tidak bisa diterima oleh masyarakat, karena consensus

harus dicapai dengan saling memahami satu sama lain dengan seluruh anggota diskursus bukan sebaliknya.

Habermas yakin jika diskursus lewat tindakan komunikatif intersubjetif akan menghasilkan sistem negara

yang baik dalam hal ini tentunya sistem kapitalisme yang antagonis. Dia yakin jika kapitalisme bisa dijinakan

melalui ruang publik.

Tentu ini sangat berbeda dengan marxisme lama yang menuntut perubahan pada gerakan kelas

pekerja bukan lewat diskusi. Sebab, dalam penguasaan alat produksi nihil ditemukan satu pertemuan

yang horizon antara pemilik modal dengan kelas pekerja karena ciri dari kapitalisme bisa dilihat dari

hubungan produksinya. Walaupun, diskusi bisa dilakukan diluar hubungan produksi namun tetap saja

penguasaan kapital secara sosial masih sulit terwujud.

Itulah mengapa, setiap kebijakan kurang ada yang mementingkan kelas pekerja, seperti yang

dinyatakan Offe di atas bahwa tuntutan yang merugikan kelas kapitalis akan disaring pada pembuatan

kebijakan lewat pengambilan keputusan. Intinya siapa yang memgang konrol politik maa kepentinganyalah

yang akan di putuskan.

Page 58: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

52 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Tentu saja ini bukanlah konsensus yang diinginkan oleh Habermas, sebab keputusan yang diambil

berdasarkan hegemoni akan melahirkan kebijakan yang berat sebelah bukan melahirkan kebijakan yang

mensejahterakan masyarakat. Oleh sebab itu, dalam pembuatan kebijakan haruslah mengedepankan

diskursus lewat metode tindakan komunikatif intersubjektif.

Kebijakan negara yang sering disoroti oleh publik adalah pembangunan yang tidak merata di segala

aspek, baik itu dalam fisik maupun pembangunan yang non fisik (pangan, perlindungan hukum, dll) hal

ini disebabkan karena kebijakan publik selama ini berorientasi ke kapital atau pasar bukan sebaliknya.

Demikian juga apa yang dikatakan oleh Berger dalam Winarno pada piramida kurban manusia (2013:87),

Kritik terhadap pembangunan (baca, kebijakan pembangunan) kapitalis yang terarahkan pada

pertumbuhan ekonomi dalam sifat pokoknya didasarkan pada pasar. Kritik terhadap ideologi ini diajukan

dalam dua pertanyaan pokok, yakni siapa yang mengambil manfaat apa dan siapa yang mengambil

keputusan? Pertanyaan itu juga bisa dimunculkan dalam versi yang lain, pertumbuhan untuk siapa?; dan

pasar untuk siapa?

Seperti banyak contoh yang terlihat di media, dalam kasus penggusuran masyarakat pinggiran di

Jakarta dan pembangunan bandara di Yogyakarta adalah wujud nyata kebijakan yang menuntut adanya

tumbal sebagai imbas dari kemajuan yang berdasarkan pertumbuhan. Ketidakadilan ini semakin nyata

ketika di daerah timut Indonesia misalnya pembangunan infrastruktur masih jauh dirasakan oleh

masyarakat. Masih banyak desa-desa yang belum terhubung dengan jalan provinsi, kabupaten atau jalan

nasional dan masih ada desa pinggiran yang belum dialiri listrik malahan mereka selalu di gempur dengan

kebijakan negara yang menuntut mereka untuk berusaha mempertahankan ruang hidupnya seperti

kebijakan alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit, dan pertambangan dan kebijakan konservasi.

Keputusan untuk mensejahteraan rakyat pun diambil berdasarkan pemahaman yang abstrak yang

menimbulkan apa yang di sebut Tania Li “The Will To Improve”13 niat baik memperbaiki tapi ujungya tidak

baik.Tak hanya soal minoritas ekonomi yang menjadi imbas dari kebijakan yang tak seimbang, kritik

paling tajam juga disampaikan oleh kaum feminis tentang kebijakan publik—kritik dikotomi ruang publikdan privat. Carole Pateman dan Jan Pahl14 Dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga, banyak orangberpendapat jika persoalan rumah tangga adalah privat bukan publik, sebab sudah ada lembaga-lembaga15

yang bisa menyelesaikan persoalan antara keluarga yang tidak terkontrol lagi. Memasukkan pandanganbahwa rumah tangga adalah ranah privat membuat kurangnya perlindungan terhadap perempuan dananak dari kekerasan dan pelecehan seksual. Itulah sebabnya, kurang sekali produk kebijakan yangmemperdulikan korban kekerasan dalam rumah tangga.

Tidak hanya dalam rumah tangga, jaminan hidup yang dialami perempuan proletar pun tak ada.Dalam hubungan produksi gerakan tuntutan untuk perlindungan kecelakaan kerja, hak maternitas, dangerakan anti kekerasan dan pelecehan seksual dalam ranah kerja industry pun masih dilakukan oleh buruhperempuan yang menuntut.

Tuntutan rakyat yang di atas dikonsolidasikan di masukkan kedalam legislatif untuk di diskusikanscara deliberatif, asal selama tidak ada kendala antara ruang diskursif dengan politik. Denganmemperhatikan hak-hak yang seharusnya dapat dicapai dengan pemahaman bersama antara peserta diskusidengan tema-tema dalam lebenswelt (dunia-kehidupan).

Diskursus Jurgen Habermas dalam demokrasi deliberatif adalah wujud modern dari komunikasiyang dilakukan pasca-kritis. Sistem kapitalismepun diharapkan dapat dilunakkan dengan pendekatantersebut. Sehingga dalam parlemen sendiri semua diskusi yang masih menggunakan rasio praksisseharusnya tidak dibenarkan lagi di era serba pluralis ini. Walaupun kritik dari teori marxis klasik belummembenarkan diskursus komunikasi intersubjektif tanpa terwujudnya masyarakat yang sosial denganperjuangan kelas dan menciptakan kekuasaan politik di tangan kelas pekerja. Kekuasaan elite pun dalamtransisi kapitalisme ke sosialisme tentu masih ada karena tugasnya adalah mengganjang semua anti revolusiyang menghadang sehingga peleburan parlemen ke wilayah satu dewan menjadi keharusan dankemungkinan diskursus dengan komunikasi intersubjetif masih terwujud selama transisi perubahan corakproduksi.

Kesimpulan

Kritik terhadap pembuatan kebijakan dari dulu hingga kini masih ada jika kebijakan yang dibuat

terlalu dipengaruhi oleh kepentingan kekuasaan dan mengakibatkan kebijakan tidak berorientasi nilai,

dalam arti, keputusan dalam pembuatan kebijakan yang diambil baik dalam mendefinisikan masalah,

analisis keputusan, hingga tindakan dan penyampaian kebijakan dihasilkan dalam paradigma lama. Maka

yang harus dilakukan oleh semua aktor kebijakan dalam membuat produk kebijakan yang baik adalah

dengan mengikut sertakan masyarakat yang terdampak dalam perumusan kebijakan—partisipasi

Page 59: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

53PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

masyarakat bagian dari proses pencapaian terwujudnya keadilan sosial. Maka tindakan yang harus

dilakukan ialah. Pertama, memahami problem dengan menanggalkan filsafat kesadaran menuju filsafat

komunikasi intersubjektif; kedua, mengambil keputusan dengan mengedepankan rasio prosedural dimana

keputusan di bahas secara seimbang baik setiap argument atau pandangan mendapatan penjelasan yang

tepat dan tidak terbatas dalam satu tema saja melainkan meluas hingga setiap peserta diskursus mampu

memahami akan kondisi material setiap subjek dengan lainnya; ketiga, menjalankan kebijakan melalui

proses evaluasi partisipatif.

Referensi

Budi Hardiman, F. 2009. Demokrasi Deliberatif. Yogyakarta. Kanisius.

Parsons, Wayne. 2005. Public Policy, Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, terjemahan Tri WibowoBudi Santoso. Jakarta. Kencana.

Subiyanto, Eko B dan Triyuwono, Iwan. 2004. Laba Humanis. Bayumedia Publishing. bekerja sama dengan

Pusat Pengkajian dan Ekonomi Islam. Malang. Universitas Brawijaya.

Winarno, Budi. 2013. Etika Pembangunan. Yogyakarta. Center for Academis Publishing Service ( CAPS ).

Page 60: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

54 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Page 61: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

55PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

PENDAHULUAN

Dunia politik tanah air saat ini sedang mengalami banyak pergeseran. Hampir setiap menit bahkan

setiap detik, selalu ada saja hal baru yang bisa menjadi “berita” di berbagai media, terutama media online,

mulai dari Media Sosial hingga portal digital. Tak hanya itu, dunia politik yang dahulu identik dengan

“orang tua” pun saat ini menjadi tempat yang menarik dan menantang bagi kaum muda generasi millennial.

Pergolakan politik dunia selalu memiliki cerita tersendiri dengan para kaum mudanya. Termasuk

juga di Indonesia, pemuda Indonesia, pada dasarnya adalah mereka yang membangun Indonesia itu sendiri.

Karena tak pernah ada, sejarah pembentukan dan pergerakan Indonesia yang tak melibatkan para kaum

muda. Dari jaman penjajahan hingga saat ini ada banyak contoh bagaimana peran pemuda Indonesia

dalam dunia politik dan pembangun bangsa ini.

Jika pada masa revolusi, pergerakan Indonesia mungkin lebih terasa dengan jelas, hingga pada masa

Orde Baru kaum muda terasa lebih bersikap apatis. Keraguan dan sikap acuh tak acuh pada pemerintah

dan politik sangat terasa, hal itu terus berlanjut hingga masa revolusi.

Seperti halnya survey yang dirilis oleh CSIS dan juga Litbang Kompas yang menyatakan bahwa

hanya ada 2,3% generasi millennial yang tertarik dengan dunia politik dan juga isu sosial. Dan hanya ada

11% dari generasi millennial yang berminat menjadi anggota sebuah partai politik.Baru di era kepemimpinan Joko Widodo inilah, muncul semangat berpolitik generasi millennial

yang sangat kentara. Berbekal dengan kemampuan beropini yang sangat aktif, generasi millennial memilikikeberanian dan lebih jeli dalam melihat berbagai isu yang sedang terjadi, baik itu mengenai masalah pribadi,masalah sosial, hingga pengambilan keputusan untuk kebijakan publik. Tak hanya itu, mereka juga cukuplihai dalam memanfaatkan beragam media atau saluran yang dapat membantu pergerakan mereka dalammencapai satu tujuan.

Tak heran jika pada akhirnya sikap kritis dan jeli nya terhadap fenomena yang terjadi ini, membuatgenerasi millennial seringkali dianggap sebagai oposisi, yang skeptis terhadap para pejabat publik. Tapi,bagi pejabat publik yang menyadari hal ini, justru dapat memanfaatkan generasi millennial secara positifuntuk menyerap aspirasi rakyat, dan ini adalah satu kondisi yang menguntungkan. Karena tak disangkaljika generasi millennial membutuhkan akses dan ruang untuk berekspresi, dan pejabat publik membutuhkankepercayaan dari masyarakat luas.

KOMUNIKASI DAN EKSPRESI POLITIK GENERASI MILLENNIAL

Maria NofiantiMahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed

Email: [email protected]

ABSTRAK:Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana komunikasi dan ekspresi politik yang dilakukan

oleh generasi millennial pada saat ini. Serta media komunikasi apa saja yang berperan besar dalam

mendongkrak keterlibatan politik kaum muda saat ini di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode kualitatif dengan teknik studi referensi kepustakaan dalam memilih informasi dan

pengumpulan data. Di Indonesia studi dan kajian tentang komunikasi dan ekspresi generasi millennial

belum banyak dilakukan, padahal secara jumlah populasi penduduk Indonesia yang berusia antara

15-34 tahun saat ini sangat besar, yaitu 34,45%. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, generasi

millennial memang unik, hasil riset yang dirilis oleh Pew Research Center misalnya, yang mencolok

dari generasi millennial ini dibanding generasi sebelumnya adalah soal penggunaan media teknologi

dan budaya (Pew Research Center, 2015). Kemunculan kaum muda generasi millennial yang cukup

berani menyuarakan suara generasinya menjadi satu motivasi bagi generasi muda Indonesia lainnya

untuk turut serta dalam pergolakan politik tanah air. Pasalnya selama ini kita tahu bahwa anak muda

sudah terlalu lama apatis dengan politik yang didominasi oleh kaum tua di Indonesia yang boleh

dibilang tak sehat. Kemunculan kaum muda generasi millennial Indonesia yang berani bersuara di

saat ini menjadi motivasi tersendiri bagi pemuda lain untuk turut ambil bagian dalam melakukan

perubahan politik di tanah air.

Keyword: Politik, Komunikasi, Generasi Milenial, Ekspresi, Indonesia

Page 62: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

56 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Ikatan generasi millennial yang sangat kuat dengan dunia digital pada akhirnya memang mampu

menghadirkan pola komunikasi yang secara tak langsung menyingkirkan beragam cara tradisional. Maka,

tak heran jika saat ini media sosial menjadi salah satu pilihan generasi millennial dalam melakukan

pergerakan politik serta menarik sebanyak mungkin partisipan muda untuk turut aktif dan mengkawal

dengan kritis perpolitikan tanah air. Hal itu pun dikemukakan oleh Budiyono (2016), dalam proses

demokrasi di era digital ini, khususnya pada konteks kampanye politik saat ini, media sosial telah memiliki

peran yang nyata dan menjadi alat komunikasi yang mampu menghubungkan para pelaku politik dengan

konstituennya, antara komunikator dan komunikan secara jarak jauh dan bersifat masif.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka tulisan ini akan menjawab permasalahan “Bagaimana

komunikasi dan ekspresi politik generasi muda di era millennial”

Lihat saja, apa yang terjadi di Hongkong. Kemunculan Nathan Law dan Jason Wang yang masih

berusia belasan tahun, mampu memobilisasi aksi masa prodemokrasi untuk bergerak di tahun 2014, bahkan

aksi itu akhisnya melumpuhkan pusat ekonomi di Hongkong. Tak hanya itu, hal tersebut juga mengantarkan

Nathan Law menjadi anggota parlemen disaat usianya baru 23 tahun, karena ia berhasil mengantongi

50.000 suara dari masyarakat. Popularitas Nathan Law sebagai politikus yang mewakili generasi millennial

melambung dengan cepat. Hal itu pun menjadi salah satu pemicu semangat para kaum muda untuk turut

ambil bagian dalam dunia politik.Tak hanya di Hongkong, di Indonesia pun ada Tsamara Amany. Ketertarikannya dalam dunia politik,

kemampuannya berorasi, hingga menuangkan buah pikiran kekritisannya dalam tulisan pun menjadi satuhal yang kini menjadikannya sosok politisi muda yang mewakili generasi millennial. Dalam beberapakesempatan, Tsamara mengakui jika ketertarikannya pada dunia politik sudah ia sadari sejak duduk dibangku SMA, namun ia tak langsung terjuan dalam dunia politik praktis. Barulah saat terpilihnya JokoWidodo sebagai Presiden RI, ia mulai terjun aktif dalam dunia politik. Semula ia menuangkan kekritisannyaakan politik melalui tulisan di media digital.

Perempuan kelahiran 2016 itu pun berani menunjukkan sikap politiknya dengan tegas, baginyaterjun ke dalam dunia politik merupakan satu peluang untuk turut melakukan perubahan bagi masyarakat,bangsa, dan Negara. Hingga akhirnya saat ini ia bersama kawan-kawan muda mengusung Partai SolidaritasIndonesia, satu partai politik baru yang menjadi wadah kaum muda untuk terjun langsung di dunia politikaktif.

TINJAUAN PUSTAKA

Generasi Millennial

Istilah generasi millennial beberapa tahun terakhir memang sangat familiar. Umumnya istilah

generasi millenial disingkat Gen Y atau Generasi Y, dan mulai dipopulerkan oleh sepasang sejarawan

Amerika, William Strauss dan neil Howe. Tepatnya di awal tahun 1990-an, melalui beberapa publikasi.

Secara sederhana, teori yang dikemukakan oleh Strauss dan Howe ini menjelaskan mengenai batasan

generasi bersadarkan tahun kelahiran seseorang, dan menjadi asumsi untuk memprediksi generasi tersebut.

Adapun batasan dari generasi millennial ini adalah satu generasi yang terlahir dalam rentang waktu

1982 hingga 2004. Jadi, dengan kata lain generasi Y atau millennial saat ini berusia sekitar 13 hingga 35

tahun. Menariknya generasi ini seringkali mendapatkan perhatian khusus dalam berbagai kepentingan,

mulai dari pendidikan, etos kerja, hubungan sikap, penguasaan teknologi, hingga pandangan politik mereka.

Karena keistimewaan tersebut, kaum muda dari generasi millennial ini pun memiliki cara khusus

untuk mengaktualisasikan diri mereka dalam kebebasan serta keberpihakan mereka dalam dunia politik

dan demokrasi. Adapun menurut ahli lain, Tapscott (2013), meskipun generasi millennial dan generasi

sebelumnya sama-sama memanfaatkan internet dan juga ponsel, tetap saja ada perbedaan norma nyata.

Harus kita diakui bahwa ketergantungan yang dialami oleh generasi sebelumnya atau generasi X ini juga

besar terhadap ponsel. Misalnya di sebagian besar wilayah, interaksi masyarakat dan media sosial juga

cukup besar. Namun hanya generasi millennial lah yang paling peka dengan teknologi dan dapat dengan

mudah menyesuaikan diri dengan semua informasi. Sebagai salah satu pemakain media social terbesar,

generasi millennial di Indonesia ini sangat fanatik dan sangat terpengaruh dengan teknologi. Tak heran

jika meraka adalah sosok-sosok yang responsif dan terbuka dengan pergerakan politik dan ekonomi di

Negara dan juga daerahnya secara khusus, dengan metode komunikasi politik tersendiri yang memang

dikuasai oleh mereka.

Sedangkan menurut Richard Perloff (1998) menyatakan bahwa komunikasi politik tak lain adalah

sebuah proses, dimana kepemimpinan nasional, masyarakat, dan juga media saling bertukar informasi

dan memberi makna dalam setiap pesan yang memiliki hubungan erat dengankebijakan publik.

Dalam beberapa penelitian para ahli, salah satunya Tapscott (2013), mengemukakan bahwa generasi

millennial adalah generasi yang pantang menyerah, ia juga menjelaskan bahwa mereka adalah sosok-

Page 63: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

57PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

sosok yang memiliki kesadaran tinggi atas nasionalisme yang lebih nyata. Generasi muda di era millennial

ini hadir untuk melakukan ekspansi guna menggantikan generasi tua atau sebelumnya. Ada perubahan

nyata dan juga inovasi yang ingin diukri oleh generasi millennial untuk membuat suatu sejarah baru.

Adapun karakteristik mencolok yang dimiliki oleh generasi millennial adalah cenderung tidak mau

rugi, tidak sabaran, apatis, serta banyak menuntut. Hal ini wajar terjadi, karena generasi ini tumbuh ditengah

segala hal yang instan. Selain itu, mereka juga memiliki rasa percaya yang tinggi, optimis, dan dengan

pola pikir yang mereka miliki, generasi millennial ini lebih mudah serta terbuka menerima perubahan.

Media Sosial

Media sosial tak lain adalah sebuah media dalam jaringan, yang memberikan kemudahan partisipasi

pada para penggunanya. Mulai dari berbagi, dan menciptakan suatu konten atau isi seperti di dalam blog

dan jejaring sosial, website, ensiklopedia daring, forum, dan juga blog. Karena blog dan jejaring sosial

merupakan bentuk media sosial yang saat ini paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Menurut Andreas Kaplan, seorang ahli pemasaran, media sosial, dan ahli digita dari ESCP Europe

Business School mengungkapkan bahwa media sosial tak lain merupakan kelompok aplikasi berbasis

internet yang dibangun di atas dasar ideology dan juga teknologi, serta sangat memungkinkan penciptaan

dan pertukaran isi oleh setiap pengguna.

Untuk saat ini, menurut survey yang dilakukan CSIS, ada 81,7% anak muda generasi millennial

memiliki akun Facebook, 70,3% memiliki Whatsapp, dan sebanyak 54,7% memiliki akun Instagram.

Sedangkan untuk microblog Twitter kini sudah mulai ditinggalkan oleh generasi millennial, jadi yang

masih aktif sekitar 23,7% dari generasi millennial.

Betapa menakjubkannya, tak heran jika media sosial pun kini menjadi media kampanye politik yang

sangat deras dan sulit dihindari. Karena tak ada batasan juga akan hal itu, dan hal ini juga disadari oleh

beberapa elit politik. Tapi bukan hal yang mudah juga mendekati generasi millennial melalui media sosial.

Karena sekali lagi, generasi millennial memiliki kecenderungan yang skeptis terhadap hal apapun. Maka

tak bisa elit politik menjejali beragam informasi pada generasi millennial, terlebih jika hanya untuk meraup

suara mereka saja dalam ajang politik.

Komunikasi Politik

Denton dan Woodward (dalam McNair 2011) telah memaknai komunikasi politik sebagai suatu

diskusi mengenai alokasi sumber daya publik, sebuah otoritas resmi yang dapat memberi wewenang untuk

membuat aturan hukum, pelaksanaan pemerintah sebagai eksekutif, dan juga membuat peraturan, serta

sanksi resmi, baik itu penghargaan atua juga hukuman yang diberikan oleh negara.

Jadi jika mengacu pada definisi Denton dan Woodward, maka McNair (2011) membuat definisi

komunikasi politik secara sederhana sebagai komunikasi yang terarah tentang politik, yang meliputi semua

bentuk komunikasi yang dilakukan oleh politisi dan juga aktor politik lainnya untuk memperoleh tujuan

khusus. Selain itu komunikasi yang ditujukan kepada aktor politik oleh mereka yang bukan politisi, misalnya

para pemilih atau wartawan dan juga kolumnis di media massa. Karena pada dasarnya komunikasi tersebut

dan aktivitasnya seperti yang terangkum dalam berita, editorial, dan bentuk lain diskusi media mengenai

politik.

Adapun tindakan komunikasi politik ini dapat dilakukan dalam bermacam-macam konteks, mulai

dari komunikasi antar pribadi, komunikasi organisasi, komunikasi massa, atau komunikasi kelompok.

Dengen meneruskan informasi politik yang relevan diteruskan dari satu orang ke orang lainnya secara

berkesinambungan.

METODOLOGI

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian studi kasus. Menurut Yin dalam Woodside, 2010,

penelitian dengan metode studi kasus merupakan kajian empiris yang menyelidiki beragam fenomena

kontemporer yang terjadi dalam kehidupan nyata. Sedangkan menurut Eisenhardt (Woodside, 2010) pada

dasarnya studi kasus merupakan penelitian yang memiliki fokus pada satu waktu untuk memahami dan

menjelaskan dinamika yang terjadi.

HASIL PENELITIAN

Dari penelitian yang dilakukan, kita bisa melihat bahwa kecenderungan komunikasi dan ekspresi

politik yang dilakukan oleh anak muda generasi millennial ini banyak menggunakan media komunikasi

modern yang kekinian. Dan mereka juga banyak membuat gerakan-gerakan yang memiliki manfaat besar

dalam dunia politik. Mulai dari gerakan kerelawanan yang muncul di era pemilihan kepada daerah DKI

Page 64: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

58 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Jakarta, gerakan kerelawanan mengawal pemilu yang jujur dan adil, hingga pembuatan petisi-petisi

dukungan untuk beragam masalah sosial politik yang terjadi di tengah masyarakat dan juga pemerintahan.

Lihat bagaimana Ridwan Kamil memanfaatkan Instagram dengan baik dan bijak, hingga akhirnya

ia dicintai oleh masyarakat, bahkan tak hanya di Jawa Barat, melainkan masyarakat luar Jawa Barat pun

banyak yang mengidolakannya. Karena ia mampu membuat masyarakat merasa dihargai, membuat

masyarakat merasa lebih dekat dengan dirinya. Atau lihat juga bagaimana Presiden Joko Widodo berhasil

membangun citra diri yang baik tentang seorang presiden yang dekat dengan rakyat. Respon-respon santai

yang terkadang lucu, membuat jarak antara masyarakat jelata dengan sosok Presiden yang semula sangat

jauh dan kaku, kini perlahan memudar dan lebih mencair.

Itulah tanggung jawab yang harus dilakukan oleh politisi, yakni memberikan pendidikan politik

dan konten positif melalui media sosial. Karena membangun kepercayaan rakya bukan suatu hal yang

mudah, terlebih lagi untuk menjaganya.

Hal di atas menunjukkan bahwa ada peningkatan yang sangat pesat terhadap inisiatif, dan kepekaan

sosial yang sangat tinggi dimiliki oleh generasi millennial. Mereka juga mampu memanfaatkan media

sosial dengan sangat maksimal dalam menggalang dukungan dan membuat masyarakat khususnya kaum

muda yang sebelumnya apatis terhadap politik, menjadi lebih terbuka dan peduli.

DISKUSI

Jika dilihat dari rumusan masalah dan tujuan yang ingin didapat melalui penelitian ini, secara garis

besar adalah melihat bagaimana komunikasi dan ekspresi politik yang dilakukan oleh generasi millennial

pada saat ini? Serta media komunikasi apa saja yang berperan besar dalam mendongkrak keterlibatan

politik kaum muda saat ini di Indonesia?

Dari penelitian yang sudah dilakukan, penulis mendapati bahwa komunikasi dan ekspresi politik

generasi millennial pada saat ini cukup menakjubkan, karena kehadiran teknologi dan gaya hidup generasi

millennial mampu merubah kebiasaan generasi muda yang sebelumnya apatis terhadap dunia politik,

kini justru menjadi peka terhadap keadaan politik tanah air. Misalnya saja kemunculan Pantai Solidaritas

Indonesia (PSI) yang digawangi oleh anak-anak muda usia 35 tahun ke bawah. PSI seolah menjadi partainya

generasi millennial yang berusaha membuat politik di Indonesia menjadi politik yang lebih bersih.

Selain hal tersebut di atas, peneliti juga menemukan bahwa media sosial tak selamanya memiliki

sisi positif yang bermanfaat dalam dunia politik. Namun juga dapat menjadi boomerang jika tidak bijak

memanfaatkannya.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dan ekspresi politik

generasi millennial pada saat ini cukup menakjubkan, karena kehadiran teknologi dan gaya hidup generasi

millennial mampu merubah kebiasaan generasi muda yang sebelumnya apatis terhadap dunia politik,

kini justru menjadi peka terhadap keadaan politik tanah air. Misalnya saja kemunculan Partai Solidaritas

Indonesia (PSI) yang digawangi oleh anak-anak muda usia 35 tahun ke bawah. PSI seolah menjadi partainya

generasi millennial yang berusaha membuat politik di Indonesia menjadi politik yang lebih bersih.

Masyarakat secara luas lebih cerdas dalam berpolitik, meski tak disangkal masih ada juga sebagian

kecil masyarakat yang menafikan beragam hal positif yang sudah ada di depan mata mereka.

Oleh karena itu, dengan kesadaran politik yang semakin tinggi dan beragam media komunikasi

yang digunakan untuk menunjukkan ekspresi politik generasi millennial, maka tak perlu disangkal jika

hal tersebut pun harus dibarengi dengan pemberian panggung politik. Jangan sampai hanya karena

keegoisan elit politik “tua” yang tak memberikan kesempatan pada generasi muda, membuat mereka

kembali apatis.

Media sosial menjadi salah satu media komunikasi andalan yang digunakan oleh generasi meillenial

saat ini. Media sosial juga memiliki efek yang sangat besar di tengah masyarakat. Lihat saja bagaimana

media sosial dapat dengan cepat mengorbitkan nama Joko Widodo dalan Pilkada tahun 2012 dan berlanjut

pada Pemilihan Presiden tahun 2014. Tak hanya itu, Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama pun memanfaatkan

media sosial sebagai media transparansi pemerintah daerah.

Disisi lain, banyak juga orang yang tak bertanggung jawab memanfaatkan media sosial sebagai

media penyebaran kebohongan atau hoax dan fitnah. Mengingat kebebasannya yang sangat luas, siapa

saja bisa menuliskan konten dalam media sosial, tanpa kebenaran yang valid, ada juga masyarakat yang

menelan mentah-mentah setiap informasi yang dilihat di media sosial. Ini tentu saja sangat ampun untuk

memacah belah bangsa. Seperti misalnya saat ini, isu komunis dan PKI mencoba dilekatkan pada sosok

Joko Widodo, penggodogan isu SARA yang membuat DKI Jakarta memanas saat Pilkada 2017.

Page 65: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

59PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Betapa menakjubkannya, tak heran jika media sosial pun kini menjadi media kampanye politik yang

sangat gencar dan sulit dihindari. Karena tak ada batasan juga akan hal itu, dan hal ini juga disadari oleh

beberapa elit politik. Tapi bukan hal yang mudah juga mendekati generasi millennial melalui media sosial.

Karena sekali lagi, generasi millennial memiliki kecenderungan yang skeptis terhadap hal apapun. Maka

tak bisa elit politik menjejali beragam informasi pada generasi millennial, terlebih jika hanya untuk meraup

suara mereka saja dalam ajang politik.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik:Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi dan Komunikasi Politik di Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka

Budiyono. 2016. Media Sosial dan Komunikasi Politik: Media Sosial sebagai Komunikasi Politik Menjelang Pilkada DKI

Jakarta 2017. Jurnal Komunikasi UII, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

Creswell, John W., 2016. Research Design:Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran, Edisi 4. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Ginanjar, Ging. 2017. Relawan pilkada cuma fenomena kota besar? Bisakah menekan politik uang? Tersedia

pada http://www.bbc.com/ indonesia/indonesia-38966195

Howe, Neil and William Strauss. 2007. The Next 20 Years How Customer and Workforce Attitudes Will Evolve.

Harvard Business Review: July– August 2007, p:1-13

Putra, Yanuar Surya. 2016. Theoritical Review : Teori Perbedaan Generasi. Among Makarti Vol.9 No.18,

Desember 2016

Rush, M dan P Althoff. 2013. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Sahri, Mardhiyyah dkk. 2013. Empowering Youth Volunteerism: The Importance and Global Motivating

Factors. Journal of Educational and Social Research, Vol. 3 No. 7 October 2013

Sandfort, Melissa H& Jennifer GHaworth. 2002. Whassup? AGlimpse Into the Attitudes and Beliefs of the

Millennial Generation, Journal of College and Character, 3:3, , DOI: 10.2202/1940-1639.1314

Tapscott, Don. 2013. Grown Up Digital: Yang Muda yang Mengubah Dunia (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama)

Page 66: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

60 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Page 67: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

61PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

PENDAHULUAN

Salah satu cara meningkatkan pemasukan perekonomian negara adalah dengan memaksimalkan

potensi setiap daerah yang memang memumpuni di sektor pariwisata. Pariwisata Indonesia sendiri sudah

sangat terkenal namun hanya sedikit tempat yang dikenal oleh orang Indonesia bahkan Internasional seperti

Pulau Bali dan Lombok yang terkenal akan ke indahan pantainya, Yogyakarta dengan situs bersejarahnya

dan Raja Ampat karena keindahan wisatanya yang masih asri dan tenang. Daerah-daerah tersebut terus

meningkatkan pemasukan disektor pariwisata sehingga perkembangan dan pengembangan pemberdayaan

dimasyarakat pun terus meningkat dan hal tersebut juga menjadi salah satu faktor adanya pembangunan

ekonomi, sosial dan budaya disetiap daerah tersebut. Saat daerah tersebut menaikan pemasukan daerah

mereka, negara pun mendapatkan pemasukan juga dari daerah-daerah tersebut karena banyaknya

pemasukan dan pertumbuhan ekonomi dimasyarakat mereka.

Banyumas sendiri sebagai kabupaten di Jawa Tengah sebenarnya mampu meningkatkan

kemajuannya di sektor pariwisata dikarenakan terdapat banyak budaya yang bisa ditelaah, tempat

pariwisata yang indah serta makanan dan minuman khas. Apalagi banyumas memiliki luas sekitar 1.327,60

km2 atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan & pegunungan dengan

struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran

tinggi untuk pemukiman dan pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis

terletak dilereng Gunung Slamet sebelah selatan sehingga sebenarnya Banyumas sendiri bisa mampu

meningkatkan sektor pariwisata mereka agar meningkatkan pemberdayaan serta pembangunan untuk

masyarakat banyumas itu sendiri.

Atas latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan yang terdapat di jurnal ini adalah

“Bagaimana cara meningkatkan pemberdayaan pariwisata di Banyumas?”

TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia memiliki banyak daerah yang sebenarnya mampu meningkatkan dan memaksimalkan

didalam sektor pariwisata. Salah satunya dengan meningkatkan pemberdayaan pariwisata disetiap daerah

di Indonesia agar bisa membuat daerah yang memilikki pemasukan yang tinggi seperti di Pulau Bali.

Salah satunya di Kabupaten Banyumas. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu daerah yang

berpotensi bisa dijadikan sebagai destinasi wisata karena banyaknya budaya dan tempat yang bisa

dikunjungi oleh banyak orang dari dalam maupun luar negeri.

Pada gambar berikut tergambar data banyaknya pengunjung ke Objek Wisata di Wilayah Kabupaten

Banyumas Tahun 2009-2013 yang bersumber dari Dinas Pemuda Olah Raga Pariwisata dan Kebudayaan

PEMBERDAYAAN PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUMAS

Zahra Sasmira, Helmina Rafifa, dan Fatika Hrdining SofianaMahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Jenderal Soedirman

[email protected]; [email protected]; [email protected]

ABSTRAK

Banyumas memiliki potensi pariwisata yang belum banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia bahkanmancanegara. Upaya untuk meningkatkan potensi tersebut dengan cara melakukan pemberdayaan didalamnya, terutama di aspek-aspek sosial dan budaya di Banyumas. Hal tersebut dapat meningkatkanpembangunan yang membuat perekonomian masyarakat Banyumas menjadi lebih baik jikapemberdayaan tersebut dilakukan secara berkala. Seperti contohnya, membuat paket wisata yangdikombinasi dengan berbagai destinasi, budaya, dan kuliner di Banyumas yang cocok untuk liburankeluarga, teman, dan pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan potensi pariwisatadengan cara memberdayakan sosial dan budaya di Banyumas agar meningkatkan pembangunanekonomi yang pada masyarakat kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptifstudi kasus yang memusatkan secara intensif terhadap pemberdayaan pariwisata di Banyumas sebagaisumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan ini akan meningkatkan pembangunansosial ekonomi budaya di masyarakat Banyumas itu sendiri.

Kata kunci: Banyumas, pemberdayaan, pariwisata, pembangunan, masyarakat, sosial, ekonomi, dan

budaya.

Page 68: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

62 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Kabupaten Banyumas, kami sendiri belum mendapatkan updatean terbaru mengenai data statistik

pengunjung diatas.

Namun bisa dilihat sejak tahun 2009-2013 sendiri sudah banyak pengunjungi yang mengjungi

objek wisata di wilayah kabupaten banyumas walaupun belum bisa ditandingi dengan daerah atau pulau

lainnya. Jika terdapat data terbaru mengenai pengunjung ditahun 2014-2018 ini pastinya makin banyak

pegunjung yang mendatangi objek wisata di kabupaten Banyumas, dikarenakan makin banyaknya orang

yang menetap di kabupaten banyumas yang disongkong oleh mahasiswa dari universitas yang makin

banyak minat masuk di Universitas yang berada di Banyumas, serta banyak dari mereka setelah lulus

lebih banyak menetap bahkan membuat investasi di Banyumas sehingga terdapat meningkatan penduduk

di Kabupaten Banyumas. Terutama setiap tahun makin banyaknya peningkatan objek wisata yang terus

bermunculan untuk memberikan pilihan kepada masyarakat terutama masyarakat Banyumas jika ingin

berwisata. Karena sejatinya dengan meningkatkan sektor pemberdayaan pariwisata akan terdapat indeks

perubahan dari pembangunan ekonomi, budaya serta sosial di dalam masyarakat itu sendiri.

PEMBAHASAN

Filosofi Pemberdayaan Masyarakat.

1. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat, dari masyarakatnya berinteraksi ke luar. Example : beberapapemuda di desa didalam masyarakat ada yang dikuliahkan hingga sukses dan berhasil tapi ia harus kembalike desa tersebut untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat disana.2. Dengan dukungan dari pihak luar, dari luar desa melakukan interaksi ke dalam desa. Example : KKN.3. Tujuannya untuk :,a. Memperbaiki kehidupan.b. Berbasis sumber daya sendiri.c. Optimalisasi serta posisi tawarnya.

“ Bekerja sama, masyarakat agar dapat meningkatkan kesejahteraan. Membantu masyarakat dapat

membantu dirinya sendiri secara demokratif dan setara / partisipatif dan egaliter “ ( Helping people to

help themselves)

Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat adalah proses komunikasi masyarakat untuk mngaspirasikan

kebutuhan, mengidentifikasi masalah potensi dan prospek secara dialogis dan egaliter untuk membuat

melaksanakan dan mengecaluasi program peningkatan motivasi, pengetahuan, kemampuan dan akses

informasi secara bersama. (Sulaiman 2015-2017)

Page 69: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

63PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Hakekat Pemberdayaan :1. Tidak atau kurang berdaya Menjadi mempunyai daya guna.2. Mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan yang sesuaidengan keinginan mereka.3. Hal ini menjadikan mereka harus menjadi MANDIRI.

Indikator Tahapan Pemberdayaan Masyarakat :

1. Proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang berkembang menjadi perubahansosial yang lebih besar. Disini harus bisa mencari individu yang mampu menjadi pemimpin.2. Perubahan sosial yang ditunjang denhan psikologis rasa percaya diri. Keadaan psikologis yang ditandaioleh rasa percaya diri, yang mampu mengendalikan diri sendiri dan orang lain.3. Pemberdayaann yang dihasilkan dari sebuah gerakan sosial, yang dimulai dari pendidikan, dapatmemperkuat orang-orang yang lemah untuk memiliki kemampuan dan mengubah struktur. Strukturdisini adalah struktur didalam masyarakatnya. (Suharto 2005)

Unsur Pemberdayaan :

1. Pemberian akses kepada masyarakat terhadap aset produksi dengan modal.2. Memperkuat posisi tawar masyarakat lapisan bawah dalam percaturan ekonomi pasar, dapatmenguntungkan kedua belah pihak.3. Memperkuat industri rakyat sebagai tulang punggung industri nasional, Industri masyarakat harusMAJU!4. Meningkatkan kemandirian (goals) dan keswadayaan masyarakar secara berkelanjutan.5. Pemerataan pembangunan (dimasyarakat) dengan mengikutsertakan seluruh komponen anggotamasyarakat diseluruh wilayah. (Sumodiningrat, et al 2005)

Siklus Pemberdayaan untuk menentukan program pemberdayaan dengan cara :1. Merefleksikan kembali pengalaman pemberdayaan.2. Mendiskusikan problematika pemberdayaan didalam masyarakat.3. Mengidentifikasikan satu permasalahan atau kegiatan desa.4. Mengidentifikasikan kemampuan dasar masyarakat yang bermakna.5. Mengembangkan rencana aksi dan mengimplementasikannya.6. Ke 5 siklus diatas terus berputar. (Diadopsi dari Hogan)

Komunikasi Teknorakratis dan Komunikasi Partisipatif· Komunikasi Teknoraktis. Top down, elitisi, intervensi, instruksi, penanganan cepat kebijakan, alokasianggaran, pemerataan, penunjukan priorotas. <Kaum Elit>

· Komunikasi Partisipatif. Bottom up, gress root, aspirasi masyarakat / komunitas / kelembagaan, people

centre development, social capital, local wisdom, indege nuous tecnology. <Masyarakat>« Komunikasi yang baik adalah menggabungkan kedua komunikasi diatas yang bisa disebut denganKomunikasi Deliberatif. Hal ini karena menyatukan kepentingan teknoratif atau elit, top down denganmasyarakat atau partisipatif, bottom up secara dialogis, egaliter dan mutual understanding [terdapatkesepakatan bersama]

Komunikasi Pemberdayaan Partisipatif

Proses Komunikasi Pemberdayaan dan Berkelanjutan untuk para Komunikan (yang melakukan

pemberdayaan.1. Studi Pendahuluan, literatur dan hasil riset analisis media massa pembukaan akses dan diskusi ( harusmencari profil desa dengan jelas, harus mencari tahu terlebih dahulu, dari mulai pemberdayaan itu apadll)2. Identifikasi dan analisis, masalah potensi dan prospek SDM, SDA, SDE, SDSB.3.Sosialisasi dan kesepakatan program,

4.Pelaksanaan,a)Penyuluhanb) Pelatihanc) Pendampingan monitoringd) Evaluasi Program* Sosialisasi yang kuat untuk melakukan penyuluhan waktunya lama.5. Perluasan akses, promosi dan prmasaran,

Page 70: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

64 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

6. Pengembangam kelembagaan, kemitraan dan kemandirian serta agen pemberdayaan.

Pariwisata Banyumas

Budaya Banyumasan memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan wilayah lain di Jawa Tengah,

walaupun akarnya masih merupakan budaya Jawa.

Di antara seni pertunjukan yang terdapat di Banyumas antara lain:

1. Wayang kulit gagrag Banyumas, yaitu kesenian wayang kulit khas Banyumasan. Terdapat

dua gagrak (gaya), yakni Gragak Kidul Gunung dan Gragak Lor Gunung. Kekhasan wayang kulit gragak

Banyumasan adalah napas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya.

2. Begalan, adalah seni tutur tradisional yang pada upacara pernikahan. Kesenian ini menggunakanperalatan dapur yang memiliki makna simbolis berisi falsafah Jawa bagi pengantin dalam berumah tangganantinya.Kesenian musik tradisional Banyumas juga memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan kesenian musikJawa lainnya, di antaranya:

1. Calung, adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu yang diletakkan melintang dan dimainkan

dengan cara dipukul. Perangkat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan

gamelan Jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendang.

Selain itu ada juga Gong Sebul dinamakan demikian karena bunyi yang dikeluarkan mirip gong tetapi

dimainkan dengan cara ditiup (Bahasa Jawa: disebul), alat ini juga terbuat dari bambu dengan ukuran

yang besar. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal

yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-

Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransemen ulang.

2. Kenthongan (sebagian menyebut tek-tek), adalah alat musik yang terbuat dari bambu. Kenthong adalah

alat utamanya, berupa potongan bambu yang diberi lubang memanjang disisinya dan dimainkan dengan

cara dipukul dengan tongkat kayu pendek. Kenthongan dimainkan dalam kelompok yang terdiri dari

sekitar 20 orang dan dilengkapi dengan bedug, seruling, kecrek dan dipimpin oleh mayoret. Dalam satu

grup kenthongan, Kenthong yang dipakai ada beberapa macam sehingga menghasilkan bunyi yang selaras.

3. Salawatan Jawa, yakni salah satu seni musik bernapaskan Islam dengan perangkat musik berupa terbang

jawa. Dalam pertunjukan kesenian ini menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanji.

4. Bongkel, yakni peralatan musik tradisional sejenis angklung, namun terdiri empat bilah berlaras slendro.

Sejumlah tarian khas Banyumasan antara lain:1. Lengger, merupakan tarian yang dimainkan oleh dua orang perempuan atau lebih. Di tengah-tengahpertunjukkan hadir seorang penari laki-laki disebut badhud (badut/bodor). Tarian ini umumnya dilakukandi atas panggung dan diiringi oleh alat musik calung.2. Sintren, adalah tarian yang dimainkan oleh laki-laki yang mengenakan baju perempuan. Tarian inibiasanya melekat pada kesenian ebeg. Di tengah-tengah pertunjukan biasanya pemain ditindih denganlesung dan dimasukan ke dalam kurungan, di mana dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita danmenari bersama pemain yang lain.

3. Aksimuda, yakni kesenian bernapaskan Islam berupa silat yang digabung dengan tari-tarian.

4. Angguk, yakni kesenian tari-tarian bernapaskan Islam. Kesenian ini dilakukan oleh delapan pemain, di

mana pada akhir pertunjukan pemain tidak sadarkan diri.

5. Aplang atau daeng, yakni kesenian yang serupa dengan angguk, dengan pemain remaja putri.

6. Buncis, yaitu paduan antara kesenian musik dan tarian yang dimainkan oleh delapan orang. Kesenian

ini diiringi alat musik angklung.

7. Ebeg, adalah kuda lumping khas Banyumas. Pertunjukan ini diiringi oleh gamelan yang disebut bendhe

Banyumas memiliki beberapa tempat wisata andalan, kebanyakan berupa keindahan alam seperti gua, air

terjun dan wana wisata.

1. Wisata alam Kab. Banyumas : Baturraden, Pancuran Pitu, Pancuran Telu, Gua SaraBadak, Curug Gede,

Curug Ceheng, Curug Telu, Curug Belot, Curug Cipendok, Bumi Perkemahan Kendalisada, Telaga Sunyi,

Mata Air Panas Kalibacin, Bendung Gerak Serayu, Wahana Wisata Lembah Combong, Batur Agung

Adventure Forest, Curug Nangga Pekuncen Ajibarang, Bukit Tranggulasih, Curug Jenggala Kalipagu

Ketenger, Small World Baturraden

2. Wisata sejarah Kab. Banyumas yaitu : Masjid Saka Tunggal, Museum Wayang Sendang Mas, Museum

BRI Purwokerto, Museum Jenderal Soedirman

Page 71: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

65PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

3. Wisata keluarga Kab. Banyumas : Combong Valley Paint Ball and War Games, Serayu River Voyage,

Dreamland Spring Water Park, Depo Bay, Taman Rekreasi Andhang Pangrenan, Baturraden

4. Perayaan, Kabupaten Banyumas memiliki beberapa acara yaitu: Boyongan Saka Tunggal dan Banyumas

Extravaganza.

Kuliner khas dari Banyumas di antaranya adalah:

1. Masakan khas Banyumas, yaitu: Mendoan, Sate Bebek Tambak, Soto Sokaraja dan Gethuk Goreng

Sokaraja

2. Minuman khas Banyumas, yaitu: Es Dawet Banyumas dan Wedang Runtah

3. Jajanan pasar khas Banyumas, yaitu: Getuk goreng sokaraja, Jenang jaket khas Mersi (Purwokerto Timur),

Kraca, Keripik tempe, Kue Gelombang Samudra, Es Brasil.

4. Oleh-oleh khas banyumas, yaitu: Nopia dan Mino (Mini Nopia)

Batik Banyumasan, Banyumas juga menghasilkan batik, meskipun tidak setenar Solo, Yogyakarta dan

Pekalongan. Batik Banyumas mempunyai keunikan karena kedua sisi muka dan belakang mempunyai

kualitas yang hampir sama. Batik banyumas yang sekarang ini cukup terkenal adalah Batik produksi Pak

Sugito dari Sokaraja. Selain itu sentra batik Banyumasan yang lengkap barada di jalan Mruyung di dalam

kompleks alun-alun kota Banyumas

HASIL PEMBAHASAN

Dari pembahasan diatas, kami pun melakukan sebuah ide itu memberdayakan pariwisata

kabupaten Banyumas dengan cara membuat paket wisata untuk memperlihatkan potensi yang ada di

Kabupaten Banyumas. Berikut paket wisata yang kami buat :

No. Day 1 Tempat Waktu

1. Pancuran 7 06.00-08.00

2. Kembali ke penginapan 08.10-09.00

3. Baturaden 09.10-11.30

4. Soto Sokaraja 12.00-12.30

5. Museum Wayang Banyumas 12.40-14.00

6. Outlite Es Brasil 14.30-16.00

7. Kembali ke penginapan 16.20-18.30

8. Alun-Alun Purwokerto 18.40-19.30

9. Mendoan Kriuk 19.50-21.00

10. Bukit Bintang Baturaden 21.10-22.0011 Kembali ke penginapan 22.10-04.45

No. Day 2 Tempat Waktu1. Bukit Tranggulasih/Bukit Padang 03.30-06.002. Kembali ke penginapan 06.10-08.003. Saka Tunggal 08.10-11.004. Pantai Cilacap 11.00-14.005. Batik Antodjamil 16.00-18.006. Kembali ke penginapan 18.10-21.007. Angkringan (Optional) 21.10-22.008. Kembali ke penginapan 22.10

No. Day 3 Tempat Waktu

1. Curug Telu 07.00-09.002. Museum Jenderal Soedirman 09.10-11.003. Pabrik Jenang Jaket Mersi 11.10-13.004. The Village 13.10-14.305. Pertunjukan seni di Gedung Seni 15.00-17.006. Pusat Oleh-oleh 17-.00-19.007. Selesai

Page 72: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

66 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

KESIMPULAN

Kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial dari segi wisata dan juga hasil buminyakarena terdapat pegunungan Slamet yang masih aktif. Namun kurangnya perhatian pemerintah terhadappengeksplorasian wisata yang berada di Banyumas membuat perkembangan wisata Kabupaten Banyumasjalan ditempat. Salah satu faktor yang memengaruhinya yaitu kurangnya promosi wisata, rendahnya jumlahwisatawan asing, kurangnya aksesbilitas, dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itukami mencoba untuk meningkatkan perkembangan pariwisata Kabupaten Banyumas dengan membuatpaket Travel sebagaimana yang telah dijabarkan di atas. Seiring dengan makin meningkatnya perkembanganpariwisata, kami juga berusaha untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat asli Banyumas. Karenadengan meningkatkan pmberdayaan pariwisata Kabupaten Banyumas dapat meningkatkan danmengembangkan pembangunan dari segi ekonomi, sosial dan budaya di dalam masyarakat Banyumas itusendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Banyumas. 2018. “Banyaknya Pengunjung Objek Wisata di Wilayah Kabupaten Banyumas”. https://banyumaskab.bps.go.id/statictable/2016/03/27/59/banyaknya-pengunjung-obyek-wisata-di-wilayah-kabupaten-banyumas-tahun-2009-2013.html, tanggal 3 Juli 2018.

Banyumas. 2018. “Letak Geografis”.

https://www.banyumaskab.go.id/page/307/letak-geografis, diakses tanggal 3 Juli 2018.

Banyumas. 2018. “Sejarah”.

https://www.banyumaskab.go.id/page/302/sejarah-6, tanggal 3 Juli 2018.

Banyumas. 2018. “Visi dan Misi”.

https://www.banyumaskab.go.id/page/305/visi-dan-misi-6, tanggal 3 Juli 2018.

Indardi. 2010. Komunikasi Pemberdayaan. Unpad Press, Bandung.

Wikipedia. 2018. “Kabupaten Banyumas”.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banyumas, tanggal 3 Juli 2018.

Page 73: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

67PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

A. PENDAHULUANPenyuluhan kesehatan produk Kangen Water menggunakan metode dari mulut ke mulut (word of

mouth) dan menggunakan beberapa teknologi komunikasi. Word Of Mouth (WOM) adalah tindakankonsumen yang memberikan informasi kepada konsumen dari seseorang kepada orang lain baik merkmaupun jasa (Hasan, 2010:32). Oleh karena itu, metode penyuluhan kesehatan merupakan hal yangtepat bagi komunitas untuk memperkenalkan produk air kesehatan tersebut pada masyarakat.Air kangen atau Kangen Water merupakan merk dari PT Enagic yang berlokasi di Jakarta dan Surabaya.Enagic merupakan sebuah perusahaan terintegrasi dalam bidang pengembangan, manufaktur,penjualan serta servis. Pada saat ini, ketika masyarakat semakin lama didominasi oleh orang-orang yangtelah lanjut usia, perusahaan Enagic memiliki tema utama yaitu secara aktif menggunakan “Kangen”serta memerangi acidic water (air yang bersifat asam) agar tubuh tetap sehat dan awet muda (http://enagickangenwater.co.id/enagic).

Pada dasarnya, komunitas Kangen Water dalam melakukan promosi kesehatan yaitu dengan carapenyuluhan, mereka tidak menjanjikan mengenai segala penyakit bisa disembuhkan menggunakan produktersebut, tetapi mereka berdiskusi mengenai hal-hal yang dapat dicegah pada penyakit yaitu salah satunyadengan menggunakan produk ini. Sehingga, audience yang hadir dalam penyuluhan tersebut tidakmempermasalahkan tentang kasus klaim Kangen Water. Selain itu, komunitas Kangen Water juga memilikikompeten komunikasi yang maksimal sehingga audience memiliki rasa kepercayaan dalam melaksanakanpenyuluhan produk Kangen Water.

Beberapa masyarakat sangat antusias mengikuti penyuluhan dan mendengarkan penyuluhmengenai produk Kangen Water dalam pencegahan penyakit. Sehingga dalam melaksanakan penyuluhanproduk Kangen Water di Kabupaten Cilacap semakin meningkat. Hal ini, diperjelas oleh komunitas KangenWater yang sudah beberapa kali melakukan penyuluhan produk kangen water di Kabupaten Cilacap.Dari latar belakang di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: “bagaimana hubunganpemahaman produk dan keputusan membeli produk kangen water melalui kegiatan penyuluhan kesehatandi Cilacap?

B. TINJAUAN PUSTAKABerdasarkan beberapa jurnal, peneliti mencoba merangkum penelitian dengan kata kunci

penyuluhan kesehatan/penyuluhan gaya hidup sehat. Berikut ini adalah beberapa penelitian yangdigunakan peneliti sebagai tinjauan pustaka :Jurnal yang berjudul Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada RemajaSiswa Smp Kristen Gergaji yang diteliti oleh Nydia Rena Benita pada tahun 2012. Fokus penelitian ini adalah

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN PRODUK DAN KEPUTUSAN MEMBELI

PRODUK KANGEN WATER DI KOTA CILACAP

Atika Kemala Ramadhani, Agoeng NoegrohoJurusan Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed

[email protected]

ABSTRAK:Salah satu upaya yang dilakukan oleh individu untuk menjaga kesehatannya adalah denganmengkonsumsi air yang bersih dan mengandung mineral tertentu yang baik untuk kesehatan. Untukmemaksimalkan pengetahuan produk sekaligus mensosialiasasi pentingnya kesehatan padamasyarakat, perlu diadakan penyuluhan kesehatan oleh pihak privat (swasta) dalam hal ini timmarketing produsen air mineral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemahamanproduk dengan keputusan membali produk Kangen Water di Sidanegara Kota Cilacap. Penelitian inimenggunakan pendekatan kuantitatif serta metode survei. Populasi dan sampel dalam penelitian iniadalah masyarakat yang mengikuti penyuluhan kesehatan dengan produk Kangen Water di bulanMaret 2018 dengan menggunakan teknik total sampling atau sampel jenuh sebanyak 44 orang. Analisisdata dalam penelitian ini menggunakan regresi sederhana diperoleh koefiesien regresi sebesar 1,047.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara pengetahuan produkdan keputusan membeli produk Kangen Water, hal ini dibuktikan dengan uji ANOVA diperoleh nilaiF hitung sebesar 57.186, sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,005 yang berarti, Ha diterimayakni terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan produk dan keputusanmembeli produk Kangen Water di Kota Cilacap.

Kata kunci: Pengetahuan produk, Keputusan membeli, Kangen Water

Page 74: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

68 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

dengan cara melakukan penyuluhan, masalah yang terkait seperti kesehatan reproduksi akan dapat dicegah.Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode kuantitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalahpenyuluhan berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja siswa SMP KristenGergaji.

Jurnal berikutnya adalah Pengaruh Penyuluhan Penggunaan Antibiotika Terhadap Tingkat PengetahuanMasyarakat Di Kota Manado yang di teliti oleh Chalvy Wowiling, Lily Ranti Goenawi, Gayatri Citraningtyaspada tahun 2013. Fokus utama dalam penelitian ini adalah mengukur pengetahuan masyarakat sebelumdan sesudah penyuluhan serta menganalisis pengaruh penyuluhan penggunaan antibiotika terhadap tingkatpengetahuan masyarakat. Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode kuantitatif. Kesimpulan daripenelitian ini adalah Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penggunaanantibiotika karena penelitian ini menunjukkan jumlah responden berpengetahuan kurang baik sebelumpenyuluhan 53,3% menurun, sesudah mengikuti penyuluhan, yakni 17,3%.

Jurnal ketiga adalah Penyuluhan Kesehatan Melalui Media Cetak Berpengaruh Terhadap PerawatanHipertensi Pada Usia Dewasa Di Kota Depok yang diteliti oleh Sri Haryani, Junaiti Sahar, Sukihananto padatahun 2016. Fokus penelitian ini adalah dengan cara melalukan penyuluhan kesehatan langsung denganmenggunakan media massa. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Kesimpulan daripenelitian ini adalah ada pengaruh bermakna penyuluhan kesehatan langsung dan melalui media massadengan perawatan hipertensi pada usia dewasa di sebuah kelurahan di kota Depok dan penyuluhankesehatan tersebut melalui media cetak merupakan faktor yang paling dominan berhubungan denganperawatan hipertensi pada usia dewasa setelah dikontrol dengan variabel perancu. Media cetak yangdigunakan adalah brosur, leaflet, poster, pamphlet, dan media cetak lainnya yang menarik untuk melakukanproses penyuluhan kesehatan.J urnal yang terakhir adalah Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Sikap Remaja Dalam MerawatOrgan Reproduksi yang diteliti oleh Sholaikhah Sulistyoningtyas, Didik Tamtomo, dan Nunuk Suryani padatahun 2016. Fokus utama dalam penelitian ini adalah cara merawat kesehatan organ reproduksi bagi RemajaPutri melalui sebuah penyuluhan dengan ditinjau dari akses media sosial. Jenis penelitian ini adalahmenggunakan metode kuantitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah menggunakan uji T-test yaituuntuk menegtaui perbedaan nilai rata-rata antara kelompok perlakuan dan kelompok control dengan hasilanalisis data menunjukan ada perbedaan sikap remaja putri kelompok perlakuan lebih baik dari padakelompok kontrol meskipun akses media sosial keduanya tinggi.

C. METODE PENELITIANMetode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey. Penelitian surveymemeparkan secara kuantitatif pada sikap atau opini dari suatu populasi tertentu dengan meneliti satusampel dari populasi tersebut (Creswell. 2014: 18). Secara umum metode survey terbagi menjadi dua jenisyaitu deskriptif dan eksplanatif. Penelitian ini termasuk menggunakan survey eksplanatif. Penelitianeksplanatif yaitu untuk menguji hubungan antar-variabel yang dihipotesiskan (Mulyadi, 2011:132).Penelitian ini dilakukan di Balai Rw 20 Sidanegara dan di Gedung Dwijaloka Cilacap Kota Cilacap yangmenjadi tempat penyuluhan produk Kangen Water. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalahmasyarakat yang mengikuti penyuluhan produk Kangen Water sebanyak 2x pada periode Bulan Maret2018 dengan teknik kuota sampling yang berjumlah 44 orang.

D. HASIL DAN PEMBAHASANAnalisis hubungan antarvariabel penelitian dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik yangmenggunakan Regresi Linier Sederhana. Regresi sederhana mengestimasi besarnya koefisien-koefisienyang dihaslikan dari persamaan yang bersifat linier, yaitu yang melibatkan satu variabel bebas untukdigunakan sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel tergantung (Sarwono, 2006: 116).

Page 75: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

69PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Dari tabel di atas, terlihat bahwa variabel pengetahuan produk dan keputusan membeli produkKangen Water,dengan nilai R Square sebesar 0,763 artinya variabel X dapat menjelaskan variabel Ysebesar 58,2% dan sisanya adalah 41,8% merupakan faktor lain dari perilaku masyarakat. Pengetahuanproduk memberikan nilai positif terhadap keputusan membeli produk Kangen Water, yaitu sebesar 0,763yang kategorinya kuat.

Pada tabel berikut dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 57.186, sedangkan nilai signifikansi sebesar0,000 < 0,005 maka H0 ditolak yang berarti model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi variabelY dalam penelitian ini.

Pengujian hipotesis adalah untuk menentukan apakah suatu dugaan hipotesis tersebut sebaiknyaditerima atau ditolak. Berdasarkan judul penelitiannya yaitu “Pengaruh Pemahaman Produk KangenWater terhadap Keputusan membeli produk Kangen Water di Kota Cilacap.” hipotesisnya adalah:1. H

0: Tidak ada pengaruh Pemahaman Produk Kangen Water terhadap Keputusan membeli produk

Kangen Water di Kota Cilacap.2. Ha: Ada pengaruh Pemahaman Produk Kangen Water terhadapKeputusan membeli produk Kangen Water di Kota Cilacap

Tabel koefisien regresi linier sederhana dapat diketahui adanya persamaan regresi. Persamaanregresi yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Y = a + bxY = 18.671 + 1.047x

Koefiesien regresi X sebesar 1,047 yang menyatakan bahwa setiap penambahan satu nilai variabel X(pemahaman produk Kangen Water), maka pada nilai keputusan membeli (Variabel Y) bertambah sebesar1,047. Nilai positif pada persamaan regresi mendadakan semakin tinggi variabel x maka y juga semakinmeningkat. Dari tabel diatas juga menjelaskan bahwa nilai signifikannya adalah 0,000. Pada nilaisignifikannya 0,000 maka Ha diterima dan Ho ditolak karena sign 0,000 < 0,05. Dengan demikian, uji

Page 76: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

70 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

hipotesisnya terbukti bahwa terdapat hubungan pengetahuan produk dan keputusan membeli produkKangen Water,di Kota Cilacap.

KESIMPULAN

Terdapat pengaruh Pemahaman Produk Kangen Water terhadap Keputusan membeli produk KangenWater di Kota Cilacap sebesar 0,763 atau kuat. Sedangkan dari persamaan regresi nilai signifikannya0,000 maka Ha diterima dan Ho ditolak karena sign 0,000 < 0,05. Dengan demikian, uji hipotesisnyaterbukti bahwa terdapat hubungan pengetahuan produk dan keputusan membeli produk KangenWater,di Kota Cilacap.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Hasan. 2010. Marketing Dari Mulut Ke Mulut Words Of Mouth Marketing. Yogyakarta: Media Persindo.

Benita, Nydia Rena. 2012. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi PadaRemaja Siswa Smp Kristen Gergaji (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.

Creswell, John W. 2014. Research Design Pemdekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Cetakan Keempat.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Haryani, Sri dkk. 2016. Penyuluhan Kesehatan Melalui Media Cetak Berpengaruh Terhadap Perawatan HipertensiPada Usia Dewasa Di Kota Depok. Bengkulu: Jurnal Keperawatan Indonesia. Vol. 19, No. 3.

Mulyadi, Mohammad. 2011. “Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran DasarMenggabungkannya”. Jurnal Studi Komunikasi dan Media. 15, (1): 132

Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Wowiling, Chalvy, dkk. 2013. Pengaruh Penyuluhan Penggunaan Antibiotika Terhadap TingkatPengetahuan Masyarakat Di Kota Manado. Manado: Jurnal ilmiah Farmasi. Vol. 2, No. 3

Page 77: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

71PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Pendahuluan

Huruf merupakan sebuah bukti peradaban manusia yang ada dari masa ke masa. Pada awal mula

peradaban manusia huruf terpampang di dinding-dinding gua yang menggambarkan kejadian masa itu,

seperti perburuan, persembahan terhadap para dewa hingga sebuah konsep yang tersembunyi di balik

makna gambar.

Dalam konteks kebudayaan Nusantara, huruf pertama kali ditemukan pada prasasti Kutai

Kertanegara pada 7 Yupa atau tiang yang menceritakan tentang Raja Mulawarman. Prasasti ini berbahasa

Sansekerta dan berhuruf Palawa, yaitu jenis huruf yang berasal dari wilayah India Selatan. Selanjutnya

banyak ditemukan huruf pada prasasti lainnya dengan bahasa dan jenis huruf yang beragam. Masuknya

agama Islam ke Nusantara ikut mewarnai ragam dan bentuk huruf di Indonesia hingga saat ini. Menurut

Shofwani pada bukunya yang berjudul Mengenal Tulisan Arab Melayu dikatakan bahwa:

“Beberapa fakta sejarah yang membuktikan dipakainya tulisan Arab Melayu sejak 700/800 tahun yang

lalu adalah (1). Penemuan batu-batu bersurat, antara lain di Terengganu (Malaysia), Aceh, Riau, Sumatra,

dan daerah-daerah lain. (2). Makam para raja Melayu di seluruh Nusantara yang menggunakan huruf

Arab Melayu di batu nisannya. (3). Perhubungan antarbangsa, khususnya dengan Eropa, yang di antaranya

berupa perjanjian raja-raja Melayu Islam dengan pihak kolonial Inggris telah menggunakan tulisan Arab

Melayu” (Shofwani, 2005 : 9).

Huruf beraksara Arab dan berbahasa Melayu dinamakan sebagai aksara Jawi, sedangkan huruf

beraksara Arab dan berbahasa Jawa atau Sunda disebut dengan aksara Pegon. Cirebon merupakan salah

satu daerah yang menggunakan aksara Pegon di beberapa pesantren di daerah tersebut. Masuknya agama

Islam ke Cirebon membawa dampak yang sangat besar bagi perkembangan kota, ditambah lagi dengan

adanya akulturasi budaya dari zaman pra Islam hingga zaman Islam menambah kekayaan budaya dan

tradisi di wilayah Cirebon. Jauh sebelum orang-orang Belanda datang ke Nusantara, kota ini sudah ada

JIMAT DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT CIREBON:

ANTARA SENI, MAGIS, DAN RELIGI

Wirawan Sukarwo, Mohamad Sjafei Andrijanto, Agung Zainal Muttakin Raden

Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta

[email protected], [email protected]; [email protected]

ABSTRAK:

Artikel ini membahas tentang fenomena eksistensi jimat dalam kehidupan masyarakat Cirebon

kontemporer. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui relasi tiga komponen yang menyatu dalam

jimat yaitu; seni, magis, dan religi. Aspek seni dikaji melalui pendekatan estetika yang berkembang

dalam tradisi Islam dan juga Barat. Aspek magis dikaji melalui pendekatan sinkretisme antara ajaran

Islam dengan tradisi kearifan lokal masyarakat Cirebon sebelum datangnya Islam. Sedangkan aspek

religi dikaji melalui tafsir terhadap ayat-ayat Alquran dan juga iluminasi yang digunakan dalam

tradisi tarekat. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah living Quran yang

dikembangkan oleh Sahiron Syamsudin. Model penelitian ini tidak melakukan penghakiman

(judgment), melainkan memaparkan fenomena tradisi keislaman yang hidup di masyarakat dilihat

dari perspektif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya sinergi di antara ketiga aspek

tersebut yang menjadikan jimat tetap eksis di tengah masyarakat Cirebon. Kesimpulan tersebut

didapatkan dari observasi pada tiga kelompok masyarakat yaitu para praktisi tarekat, budayawan

keraton, dan juga pesantren. Penelitian ini juga menunjukkan eksistensi jimat yang disokong oleh

ajaran tarekat yang berkembang di Cirebon dan merupakan pilar tradisi keislaman lingkungan keraton.

Kata kunci: Jimat, Cirebon, Tarekat, Iluminasi, Estetika Islam

Page 78: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

72 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

sebagai pusat pemerintahan yang berdaulat. Kerajaan Cirebon dan istana-istananya juga masih eksis sampai

sekarang, yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman dan Keraton Kacirebonan (Hendro, 2014: 17).”

Cirebon merupakan border area antara dua kutub kebudayaan besar, yaitu Jawa dan Sunda” (Safari, 2011 :

44).

Di Cirebon banyak ditemukan peninggalan bersejarah seperti kereta Singa Barong, kereta Paksi

Naga Liman, Mande Pajajaran, naskah-naskah kuno beriluminasi, senjata seperti tombak, keris, seni kaligrafi

lukisan kaca hingga jimat-jimat beraksara Arab. Jimat-jimat ini merupakan benda-benda yang dikenal baik

oleh masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa zaman dulu mengenal benda-benda yang dianggap bisa membawa

kesaktian diri atau dijadikan senjata andalan pada saat berada dalam bahaya (Bayuadhy, 2015: 201).”Azimath

atau Jimat sering digunakan oleh Tiang Pasek, meskipun hampir semua orang Jawa, termasuk mereka yang

menganut agama Islam mempercayai jimat” (Suyono, 2009: 235). Menurut Prof. Dr. KH Ahsin Sakho

Muhammad dalam Bambang (2012: 66) “rajah tersebut sama fungsinya dengan tabut. Tabut adalah kotak

penyimpan Kitab Taurat pada zaman Nabi Musa as. Tabut tersebut berfungsi sebagai jimat bagi Bani Israil”.

Selain pada jimat masyarakat di Jawa pada umumnya mempercayai numerologi Jawa. Yaitu ilmu yang

mempelajari kalkulasi angka yang bertujuan untuk menetapkan tahun baru untuk kalender Jawa serta

untuk menentukan waktu dan tanggal yang tepat untuk melakukan kegiatan yang penting agar terhindar

dari kesialan. “Orang Cirebon menganggap Jumat sebagai hari terpenting dalam sepekan, dan dalam

pitungan diletakan pada jejer pertama” (AG, 2002: 102). Sedangkan menurut pasaran Kliwon merupakan hal

yang sangat penting dan sakral. Maka banyak sekali masyarakat yang menganggap Jumat Kliwon adalah

hari dan pasaran yang sangat sakral. Banyak para pembuat jimat mengawali pembuatannya pada malam

Jum’at Kliwon, hal ini didasarkan pada kesakralan dari hari dan pasaran tersebut, sehingga diharapkan

jimat yang ditulis atau dibuat dengan diawali pada hari dan pasaran tersebut memiliki tuah dan kesaktian

yang ampuh. Selain hari dan pasaran, pembuatan jimat biasanya dihubungkan pula dengan bulan-bulan

Islam, baik itu untuk membuat atau membersihkan dan mensucikan jimat-jimat yang dimiliki.

Masuknya agama Islam telah mengubah isi jimat secara visual. Jimat yang pada awalnya berbahasa

Jawa kuno, atau Sunda kuno serta berisi mantra kemudian diubah menjadi aksara Arab yang berisi doa-

doa atau potongan ayat Alquran dan aksara Arab. Bahkan ada jimat dengan aksara Arab yang berdiri

sendiri tanpa referensi kitab suci atau ajaran-ajaran Islam. Pischer dalam Arni (2016: 40) menyebutkan

fenomena tersebut sebagai bentuk “osmose” (percampuran) antara religi kerakyatan dengan religi yang

didatangkan. Religi kerakyatan adalah keberagamaan yang tumbuh secara natural dalam kehidupan rakyat.

Keberagamaan ini melekat bersama ajaran agama dalam kehidupan masyarakat yang menganut agama

itu.

“Meskipun lekat dengan unsur magis, beberapa praktik penggunaan jimat di masyarakat

menampakkan adanya hubungan dengan keyakinan kepada agama Islam. Hal itu terlihat dalam

penggunaan ayat-ayat Alquran dalam benda-benda yang dianggap sebagai jimat tersebut. Misalnya, ayat

kursi yang ditulis dalam selembar kain dengan cara tertentu, bila digantung di atas pintu rumah dapat

menangkal masuknya pengaruh negatif”(Mujahidin, 2016 : 44-45).

Beberapa hal yang mendasari peneliti untuk mengambil objek aksara Arab pada jimat Cirebon

dalam penelitian ini adalah, pertama jimat merupakan warisan adiluhung para leluhur Jawa yang mengalami

perubahan sejak masuknya Islam pertama kali di Cirebon. Kedua, bukti-bukti peninggalan jimat beraksara

Arab di Cirebon memiliki beragam bentuk dan corak seperti penambahan iluminasi pada jimat tersebut

yang menambah nilai ‘sakral’. Ketiga, masyarakat Cirebon masih mengaktualisasi penggunaan jimat-jimat

tersebut dalam aktifitas kebudayaan mereka. Aksara merupakan bagian dari ilmu tipografi, sedangkan

jimat merupakan produk budaya masyarakat Jawa hingga saat ini.

Tinjauan Pustaka

Penelitian ini merujuk pada beberapa literatur penelitian yang sejenis dan

relevan, diantaranya:

1. Muhaimin. 2002. Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon. Ciputat: Logos Wacana Ilmu.

Buku ini berisi tentang hakikat dinamika Islam di wilayah Cirebon serta dapat ditemui pula pada daerah-

daerah lain di Jawa. Selain itu buku ini membahas tentang tradisi sosial keagamaan di wilayah Cirebon

baik kota maupun kabupaten. Ekspresi keagamaan yang hidup dan berkembang pada lingkungan

Page 79: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

73PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

masyarakat Cirebon termasuk kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya, mitologi, kosmologi dan

praksis ritualistik yang dikemas dalam kegiatan ibadah dan adat, hal ini membuktikan bahwa tradisi

keagamaan di Jawa dapat ditelusuri melalui tradisi Islam. Manfaat buku ini bagi peneliti adalah memberikan

pemahaman agama Islam dan adat di wilayah Cirebon sangat erat kaitannya, terutama tentang adat dan

ritual yang biasa dilakukan.

Arni. 2016. Kepercayaan dan Perlakuan Masyarakat Banjar Terhadap Jimat-Jimat Penolak Penyakit. Jurnal Studia

Insania Vol. 4, No. 1, April 2016: 39-56. ISSN 2088-6303

Penelitian ini berkaitan dengan jimat-jimat yang berkembang di Kerajaan Banjar, walaupun pada saat itu

Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam di Kalimantan, namun banyak tradisi-tradisi lokal bercampur

dengan ajaran Islam, hal tersebut tidak dapat dihindari. Salah satunya adalah adalah penyembuhan penyakit

dengan menggunakan benda bertuah atau jimat untuk penyembuhan pasien yang diduga memiliki kekuatan

magis, yang relevan dengan penelitian ini. Manfaat penelitian ini adalah memberikan penjelasan bagaimana

jimat dapat diaktualisasi oleh masyarakat walaupun dilingkungan wilayah Kesultanan yang menganut

Agama Islam

Bayuadhi, G. 2015. Tradisi-Tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. Yogyakarta: Dipta

Buku ini berkaitan dengan salah satu tradisi Jawa yang adiluhung, memiliki makna-makna yang masih

dilaksanakan oleh masyarakat Jawa. Salah satunya adalah jimat. Masyarakat Jawa pada dahulu mengenal

benda-benda yang memiliki tuah serta diduga memiliki kesaktian. Jimat tersebut dijadikan piandel (andalan

) sebagai sipat kandel (pelindung diri) dari kejahatan perampok dan begal pada saat itu. Manfaat dari buku

ini adalah memberikan penjelasan bagaimana jimat berkembang dalam masyarakat Jawa. Manfaat buku

ini bagi peneliti adalah bagaimana asal mulanya jimat menjadi barang yang diduga memiliki tuah dan

kesaktian.

Hendro, E. P. 2014. Perkembangan Morfologi Kota Cirebon Dari Masa Kerajaan Hingga Akhir Masa Kolonial.

Jurnal Paramita Vol.24, No. 1, Januari 2014 : 17-30. ISSN 0854-0039.

Penelitian ini menjelaskan tentang perkembangan kota Cirebon dari masa kerajaan hingga akhir masa

kolonial. Dimana kota Cirebon sudah terbentuk kotanya sebelum bangsa Eropa masuk serta keraton-keraton

di wilayah Cirebon masih eksis hingga sekarang. Seperti keraton Kasepuhan, keraton Kanoman serta keraton

Kacirebonan. Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk mengetahui morfologi yang terjadi pada

kebudayaan yang sudah berkembang di masyarakat Cirebon dari mulai awal berdirinya kerajaan Cirebon

hingga akhir masa kolonial.

Irianto, B. (2012). Bendera Cirebon: (Umbul-umbul Caruban Nagari) Ajaran Kesempurnaan Hidup. Jakarta: Museum

Tekstil Jakarta.

Buku ini menjelaskan tentang bendera Cirebon yang dihiasi dengan kaligrafi zoomorphic yang berbentuk

hewan menyerupai singa, selain itu juga terdapat pedang bercabang dua yang bernama Dzulfikar. Selain

kaligrafi zoomorphic ada pula nukilan surat Al An’am ayat 103 serta surat Al Ikhlas. Bendera ini pernah

digunakan untuk menyelimuti Raja Mangkunegaran saat sakit hingga akhirnya sembuh, dan kemudian

Belanda mengambil bendera ini dan disimpan di Belanda. Manfaat dari buku ini bagi penelitian ini adalah

memberikan pengetahuan dalam menelaah aksara Arab yang digunakan pada jimat Cirebon.

Maharsi, I. (2013). Tipografi: Tiap Font Memiliki Nyawa dan Arti. Yogyakarta: CAPS.

Buku ini menceritakan tentang Tipografi Nusantara yang merupakan hasil karya bangsa Indonesia pada

bidang tipografi. Huruf-huruf tersebut tersebar di seluruh bagian Nusantara dan berasimilasi dengan

kebudayaan yang berkembang masa itu. Ada 12 jenis aksara yang saat ini masih bwerkembang di Nusantara,

aksara-aksara tersebut adalah aksara Sunda Kuno, aksara Bugis atau Lontara, aksara Jawa, aksara Bali,

aksara Rejang, aksara Pakpak, aksara Lampung, aksara Mandailing, aksara Karo, aksara Toba, aksara Kerinci

(Rencong) dan aksara Simalungun. Manfaat buku ini bagi peneliti adalah untuk menambah wawasan

tentang aksara-aksara yang berkembang di Nusantara terutama aksara Arab.

Page 80: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

74 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Mujahidin, A. (2016). Analisis Simbolik Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur‘an Sebagai Jimat Dalam Kehidupan

Masyarakat Ponorogo. Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 43-64. Vol. 10, No.1, Juni 2016

Penelitian ini menjelaskan tentang jimat yang diaktualisasi pada masyarakat Ponorogo. Bagimana jimat

digunakan untuk beragam kepentingan bagi penggunanya. Jimat-jimat tersebut menggunakan potongan

ayat-ayat yang terdapat dalam Al Qur’an untuk kemudian diaplikasikan ke berbagai macam media, seperti

kain, kertas, kayu, hiasan rumah bahkan air yang dipercikkan. Pada penelitian ini digunakan metode Living

Qur’an, dimana agama diposisikan sebagai sistem keagamaan, bukan agama sebagai sebuah doktrin.

Penelitian ini bukan mencari kebenaran agama lewat al-Qur‘an atau menghakimi (judgment) kelompok

keagaaman tertentu dalam Islam, tetapi lebih mengedepankan penelitian tentang tradisi yang menggejala

(fenomena) di masyarakat dilihat dari persepsi kualitatif. Manfaat penelitian ini adalalah bagi penelitian

ini adalah untuk mengungkap keberadaan ayat-ayat Al Qur’an dalam jimat serta unsur-unsur simbolik

yang terkandung didalamnya.

Safari, O. (2011). Iluminasi Naskah Cirebon. Manuskripta, 43-57. Vol. 1, No. 2, 2011

Penelitian ini menjelaskan tentang iluminasi yang biasa digunakan pada naskah-naskah kuno Cirebon.

Unsur-unsur media yang digunakan dalam proses pewarnaan serta media tulis. Selain untuk memperindah,

iluminasi dapat juga berperan dalam fungsi sosial masyarakat Cirebon. Manfaat penelitian ini untuk

mengungkap keberadaan iluminasi pada jimat-jimat beraksara Arab di Cirebon.

Shofwani, M. I. (2005). Mengenal Tulisan Arab Melayu. Yogyakarta: BKPBM-AdiCita.

Buku ini menjelaskan tentang hadirnya tulisan Arab berbahasa Melayu atau dikenal dengan Aksara Jawi

atau aksara Arab berbahasa Jawa atau Sunda yang disebut dengan Pegon. Perkembangan aksara Jawi dan

aksara Pegon tidak terlepas dari para ulama yang kembali ke Nusantara setelah menimba ilmu di Timur

Tengah. Manfaat dari buku ini bagi peneliti adalah memberikan wawasan tentang masuknya aksara Arab

ke Nusantara.

Suyono, R. P. (2009). Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis. Yogyakarta: LKiS.

Buku ini menjelaskan tentang dunia mistik orang Jawa yang merupakan hasil penelusuran dari berbagai

catatan kuno Belanda. Sumber utama dari penulisan buku ini berasal dari karya H. A. Van Hien yang

terbit sekitar tahun 1920. Karya ini berisi tentang keyakinan mistik yang dianut orang Jawa, ragam agama

serta kepercayaan yang dimiliki orang Jawa. Duni roh, benda-benda magis yang dianggap memiliki tuah

dan kesaktian, ritual dalam beragam acara atau kegiatan, perhitungan waktu, ramalan Jayabaya, sampai

tempat-tempat angker yang masih masih terdapat di pulau Jawa. Manfaat buku ini bagi peneliti adalah

memberikan wawasan dalam menelaah kepercayaan masyarakat Jawa terhadap jimat.

Pembahasan dan Diskusi

Jimat memiliki rupa dan bentuk serta memiliki pesan atau simbol yang disampaikan. Selain itu

jimat juga memiliki unsur estetis. Nilai-nilai estetik yang menyertai budaya rupa dapat pula dicermati

sebagai analogi ilmu linguistik. Unsur-unsur ungkapan yang hadir dalam satu artefak dapat dinilai sebagai

‘bahasa rupa’ yang mengkomunikasikan satu narasi atau simbol. Dengan demikian, dalam konteks bahasa

rupa, unsur-unsur rupa dapat dianalogikan sebagai satu gramatika bentuk, warna, dan nilai yang

mengungkapkan suatu komunikasi ‘verbal’ (Sachari, 2005: 15). Dalam pembahasan ini digunakan kajian

estetika, menurut Parker (dalam Gie, 2004:65) terdapat enam asas bentuk estetis (aesthetic form) karya

seni, yaitu:

1. Asas kesatuan/utuh (The Principle of Organic Unity)

2. Asas Tema (The Principle of Theme)

3. Asas Variasi menurut Tema (The Principle of Thematic Variation)

4. Asas Keseimbangan (The Principle of Balance)

5. Asas Perkembangan (The Principle of Evolution)

6. Asas Tata Jenjang (The Principle of Hierarchy)

Jimat-jimat tersebut dapat kita urai berdasarkan teori estetika Parker sebagai berikut:

Page 81: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

75PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Asas kesatuan

Pada Gambar 1 terdapat tulisan Fulan bin Fulan di tengah-tengah lingkaran. Huruf ‘Ba di lingkaran kedua

terbagi dalam delapan bagian yang masing-masing tersekat. Lingkaran berikutnya adalah huruf hijaiyah

lainnya terdiri dari dua atau lebih huruf dalam setiap sekatnya. Huruf-huruf tersebut tersusun dengan

rapi sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh.

Asas tema

Tulisan Fulan bin Fulan di tengah lingkaran kemudian diikuti dengan lingkaran di lapis kedua dan ketiga

terbagi dan dalam delapan sekat seperti potongan pizza seolah-olah merupakan representasi dari delapan

penjuru mata angin. Yang artinya fulan bin fulan akan terlindungi dari setiap unsur negatif dari sisi manapun

dan terlindungi dengan dua lapisan susunan huruf hijaiyah tersebut.

Asas variasi menurut tema

Terdapat variasi yang dikembangkan dalam bentuk jimat di atas. Lapisan pertama hanya huruf ‘Ba yang

terdapat dalam delapan bagian. Lapisan berikutnya huruf hijaiyah lainnya yang terdapat dua atau lebih

huruf pada tiap sekatnya.

Keseimbangan

Komposisi huruf ditempatkan pada posisi yang simetris dengan titik fokus di tengah lingkaran pada kalimat

fulan bin fulan, kemudian masinbg-masing huruf yang melingkarinya berada di tengah-tengah bagian

yang tersekat-sekat.

Asas perkembangan

Huruf-huruf ditulis menggunakan tinta dan pena namun memiliki tingkat akurasi yang sangat baik sehingga

huruf-huruf tersebut berada dalam komposisi yang simetris

Asas tata jenjang

Secara tata jenjang, terlihat fokus utama adalah kalimat fulan bin fulan yang terdapat pada tengah lingkaran.

Secara alur visual mata akan membaca pada baris kedua lingkaran yang terdapat huruf ‘ba, kemudian

dilanjutkan pada baris berikutnya.

Page 82: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

76 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Menurut Opan Safari yang merupakan seniman lukis kaca di Cirebon, lukisan kaca yang terdapat dalam

rumah dapat pula dikatakan sebagai jimat. Kalimat yang terkandung di dalamnya bisa saja ditujukan

sebagai penolak bala walaupun secara visual orang yang melihatnya itu bukan meruapakan jimat tapi

lebih kepada hiasan dinding atau hiasan interior (hasil wawancara). Gambar 3 merupakan salah satu contoh

lukisan kaca dengan figur Bulus berkepala raksasa menggunakan mahkota. Tempurung bulus terdapat

kalimat tauhid. Di bawah kaki bulus terdapat wadasan di atasnya terdapat mega mendung, wadasan dan

mega mendung merupakan ornament yang menjadi ciri khas daerah Cirebon.

Asas kesatuan

Pada Gambar 3 terdapat figur Bulus berkepala raksasa dengan mahkota, tempurung bulus berisi kalimat

tauhid, posisi bulus di tengah-tengah. Di bawah bulu terdapat wadasan atau batu karang, dan di atas

terdapat mega mendung. Dengan posisi bulus di tengah maka terdapat ruang kosong di kiri dan di kanan

keseluruhan figur menjadi satu kesatuan yang utuh.

Asas tema

Figur Bulus berkepala raksasa menggunakan mahkota, seolah-olah berjalan di atas wadasan dan dinaungi

mega mendung. Walaupun berwajah menakutkan, tetapi terdapat tauhid dalam figur tersebut yang berjalan

di terjalnya batu karang tetapi dinaungi mega mendung.

Asas Variasi menurut tema

Terdapat variasi yang dikembangkan dalam bentuk wadasan. Bentuk wadasan di atas sama bentuknya

dengan mega mendung, hanya posisinya saja yang diubah.

Keseimbangan

Komposisi figur yang simetris dengan Bulus ditempatkan di tengah dengan kalimat tauhid di tempurungnya

sebagai titik fokus. Selain itu terdapat ruang kosong di kiri dan kanan untuk memberikan penekanan

pada kalimat tauhid. Komposisi huruf ditempatkan pada posisi yang simetris dengan titik fokus di tengah

lingkaran pada kalimat fulan bin fulan, kemudian masinbg-masing huruf yang melingkarinya berada di

tengah-tengah bagian yang tersekat-sekat.

Asas perkembangan

Figur-figur tersebut ditulis di atas media kaca dan tinta.

Asas tata jenjang

Secara tata jenjang, terlihat fokus utama adalah kalimat tauhid yang terdapat pada tempurung bulus.

Secara alur visual mata akan membaca kalimat tauhid tersebut kemudian dilanjutkan pada figur lainnya.

Page 83: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

77PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Jimat-jimat tersebut merupakan sebuah simbol dan pesan yang disampaikan. Seperti pada gambar 1, huruf-

huruf hijaiyah yang tersusun dengan rapi merupakan representasi dari huruf-huruf yang terdapat dalam

Alquran. Pada gambar 2, bulus dengan figur kepala raksasa bermahkota dengan kalimat tauhid di

tempurungnya, merepresentasikan nilai moral tentang wajah yang menyeramkan tetapi dalam hatinya

masih memiliki iman dan tauhid.

Aspek Magis dan Religi

Jimat yang memiliki akar kata dalam bahasa Arab yaitu azimah, merupakan produk budaya

masyarakat Cirebon sebelum datang dan berkembangnya ajaran Islam. Kepercayaan pada jimat bermula

dari kepercayaan masyarakat lokal pada benda-benda keramat dan supra-natural yang juga merupakan

bagian dari keseharian budaya di Cirebon. Di era pengaruh kekuasaan Hindu, benda-benda keramat tampil

dalam bentuk yang beraneka ragam dan merupakan bagian dari properti keagamaan yang tidak terpisahkan

dari banyak ritual peribadatan resmi. Selain itu, banyak juga benda keramat yang eksis dan otonom di

tengah masyarakat yang kemudian membentuk komunitasnya sendiri-sendiri. Wujud benda-benda keramat

inipun sangat beragam, mulai dari artefak kebudayaan seperti senjata dan perhiasan, sampai kontur alam

seperti gunung, pohon, dan sungai.

Benda-benda keramat ini memiliki banyak fungsi dan nilai spiritualitas yang sulit dipetakan satu

persatu. Namun, benang merah yang menyatukan karakter benda-benda keramat tersebut ialah fungsi

mereka yang menjadi medium antara dunia nyata dengan metafisika. Dari situlah berkembang banyak

keyakinan mengenai fungsi simbolik dan utilitas setiap benda keramat tersebut. Kode pembacaan dan

pemaknaan benda-benda keramat ini biasanya diotorisasi oleh seorang tokoh spriritual yang diakui oleh

masyarakat setempat. Komunitas yang percaya dan yakin terhadap aspek-aspek magis yang dimiliki oleh

benda-benda keramat ini lalu membentuk aktifitas kebudayaan yang lebih kompleks berupa ritual-ritual

khusus yang berada dalam kontrol para tokoh adat. Pada gilirannya, kepercayaan terhadap benda-benda

keramat ini dibakukan melalui proses regenerasi dan pewarisan budaya menjadi satu kode kultural yang

khas bagi masyarakat penggunanya Cirebon.

Kebutuhan masyarakat akan spiritualitas yang biasa disalurkan melalui pemaknaan benda-benda

keramat berkembang lebih jauh menjadi sebuah jimat. Benda-benda keramat biasanya memiliki banyak

syarat khusus dan larangan untuk digunakan oleh sembarang orang. Benda-benda keramat juga biasanya

bersifat sangat elitis dan diotorisasi oleh para budayawan atau tokoh spiritualitas yang berkompeten.

Masyarakat di tingkat akar rumput dalam hirarki spiritualitas tidak bisa dengan bebas mengakses benda-

benda keramat tersebut untuk kepentingan yang sifatnya personal dan individual. Di sisi lain, kebutuhan

untuk mendapatkan ketenangan batin dan spiritualitas di tengah masyarakat tidak bisa menunggu ritual

adat yang bersifat khusus dan tergantung otoritas tokoh adat. Dari situlah kemudian muncul benda-benda

keramat yang bersifat portable dan praktis digunakan oleh banyak kalangan. Nilai-nilai magis dari benda-

benda keramat tersebut bisa dibawa kemana-mana ataupun diinstalasi di berbagai tempat. Dengan

demikian, keampuhan dan sifat magisnya dipercaya bisa lebih dirasakan. Benda-benda keramat ini tetap

diberi lisensi oleh para tokoh adat yang sekaligus mengawasi penggunaannya secara ketat. Benda-benda

inilah yang kemudian dinamakan jimat.

Tatkala Islam mulai berkembang di pesisir pantai Cirebon, akulturasi nilai spiritual terjadi antara

ajaran Islam di satu sisi dengan kepercayaan lokal terhadap benda keramat di sisi lain. Islam memiliki

aturan yang rigid terkait kepercayaan terhadap alam gaib (metafisika). Segala hal yang berkaitan dengan

permintaan kepada selain Allah dikategorikan ke dalam aktifitas syirik yang merupakan dosa yang sangat

besar. Di sisi lain, tradisi lokal masyarakat Cirebon membentuk kebiasaan untuk menjadikan benda-benda

keramat sebagai perantara atau media penghubung antara kebutuhan manusia dengan sang pemberi

kehidupan.

Seperti halnya yang terjadi di belahan bumi Nusantara lainnya, Islam datang tidak dengan

kekerasan melainkan pendekatan dagang dan kemanusiaan. Etos keseteraaan yang terdapat dalam ajaran

Islam menjadi anti-tesis konsep stratifikasi sosial tertutup dalam sistem kasta masyarakat pra-Islam.

Masyarakat yang selama dalam tradisi Hindu terbelenggu dengan sistem kasta yang rasis, mulai melihat

Islam sebagai jalan keluar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan masuk akal. Dari situlah pintu

masuk Islamisasi yang masif di tanah Jawa termasuk pesisir pantai Cirebon dimulai.

Page 84: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

78 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Namun, karakter Islamisasi yang bersifat penetration pacifique tersebut membuka proses akulturasi

yang bersifat longgar. Tradisi lokal yang sejatinya memiliki nilai-nilai yang kontras dengan ajaran Islam

mendapatkan proses modifikasi yang akulturatif dan menarik. Salah satunya adalah fenomena jimat yang

menggunakan aksara Arab sekaligus elemen-elemen ajaran Islam lainnya. Padahal, di era sebelumnya,

jimat tidak menggunakan aksara Arab dan tidak pula berisi ajaran-ajaran Islam.

Desain visual jimat yang ada di tengah masyarakat Cirebon berasal dari kitab-kitab klasik yang ditulis

oleh para budayawan keraton setelah datangnya Islam. Kitab-kitab tersebut ditulis dan disimpan dengan

rapih sampai hari ini oleh para budayawan yang memiliki otoritas khusus terhadap hal-hal tersebut.

Genealogi para penyimpan kitab-kitab klasik yang bersifat magis tersebut sulit untuk ditelusuri. Akan

tetapi, seorang kolektor benda-benda budaya yang bernama Bambang Irianto di Cirebon berhasil melakukan

kodifikasi dan menyusun katalog yang mumpuni tentang kitab-kitab klasik ini. Sang kolektor itu sendiri

merupakan seorang praktisi sufisme atau yang lebih dikenal dengan istilah tarekat. Menurutnya, sentra

magisme visual dalam tradisi masyarakat Cirebon setelah kedatangan Islam terwujud dalam desain bendera

keraton Cirebon.

Desain visual yang ada dalam bendera keraton Cirebon tidak bisa begitu saja direplikasi dan

diduplikasi untuk kemudian menjadi jimat seperti yang dibahas dalam penelitian ini. Secara visual,

komponen desain yang terdapat dalam bendera keraton Cirebon sangat mudah ditiru dan direproduksi.

Akan tetapi, hal tersebut tidak termasuk dalam jimat apabila tidak diproduksi oleh para budayawan yang

memiliki otoritas untuk mereproduksinya. Secara sederhana, sebuah visual yang sama persis dengan jimat

Cirebon bisa saja diperjualbelikan di pasar-pasar dan di pinggir jalan. Sedangkan jimat yang original hanya

diproduksi oleh para budayawan dan guru tarekat yang memiliki otoritas dari keraton untuk membuatnya.

Seseorang yang membutuhkan jimat untuk keperluan yang bersifat khusus harus mendatangi seorang

budayawan otoritatif untuk mendapatkannya. Setelah permintaan diafirmasi, barulah proses pembuatan

jimat dilakukan oleh sang budayawan. Proses ini melalui beragam ritual yang kompleks dan sakral. Salah

satu ritual yang lazim dilakukan adalah puasa dan tirakat. Meskipun tampak seperti hanya secarik kertas

dengan aksara Arab dan iluminasi, akan tetapi benda inilah yang diyakini sebagai jimat yang sebenarnya.

Dengan kata lain, aspek magis sebuah jimat di Cirebon terbentuk dengan logika yang sama pada pembuatan

jimat di zaman pra-Islam.

Aspek terakhir yang melingkupi seluk-beluk jimat di Cirebon adalah religi yang secara khusus

melibatkan Islam di dalamnya. Dalam sebuah kebudayaan, sistem religi merupakan salah satu unsur utama

yang membentuk budaya itu sendiri. Tidak ada satu kebudayaan pun yang tidak memiliki sistem religi di

masyarakatnya. Khusus masyarakat Cirebon, transformasi religi terjadi secara masif dan menjadikan Islam

sebagai corak utama kebudayaan Cirebon. Di kawasan ini pula muncul tokoh besar Islamisasi Nusantara

yaitu Sunan Gunung Jati yang nama dan kebesarannya terdokumentasi dengan baik hingga saat ini.

Meskipun kolonialisme Belanda berhasil memecah belah keraton Cirebon, aspek religiusitas

keislaman masyarakat Cirebon tidak bergeser ke arah Protestanisme yang dibawa Belanda. Perpecahan di

tubuh anggota keluarga Keraton tidak berdampak pada degradasi nilai keislaman yang selama itu sudah

dipraktikkan secara adat. Lebih dari itu, nilai-nilai Islam justru dijadikan sumber kekuatan untuk melakukan

perlawanan terhadap kuasa penjajahan.

Islam membawa serta bahasa dan aksara Arab dalam satu paket kultural. Meski ajaran Islam tidak

dikhususkan untuk masyarakat Arab (universal), akan tetapi wilayah kebudayaan Arab terpilih menjadi

daerah turunnya ajaran agama ini. Islam menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa yang dipilih untuk

menurunkan wahyu dari Allah Swt kepada Muhammad Saw. Hal ini sudah ditegaskan dalam ayat Alquran

berikut dengan tafsirnya. Bahasa Arab menjadi bahasa utama dalam pembukuan Alquran dan

diterjemahkan ke dalam ratusan bahasa lainnya di dunia. Selain itu, seluruh aktifitas ibadah yang bersifat

ritual dalam Islam menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasinya. Salah satu kelebihan bahasa

Arab adalah sifatnya yang sangat konsisten dalam gramatika. Konsistensi ini kemudian memudahkan

tafsir hukum atas redaksional ayat-ayat Alquran untuk diaktualisasi oleh umat Islam. Selain itu, bahasa

Arab juga bahasa yang kaya dengan kosakata dan analogi sehingga hukum-hukum agama yang terdapat

dalam Alquran bisa disampaikan dalam bentuk yang puitis dan indah.

Peradaban Islam di era awal telah melakukan kodifikasi dan pembakuan tata cara penulisan dan

pembacaan aksara Arab untuk disebarluaskan ke luar masyarakat Arab. Hasilnya adalah meratanya

Page 85: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

79PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

pemaknaan dan tafsir atas hukum-hukum Islam di seluruh dunia. Pusat-pusat peradaban Islam seperti

Mekkah, Madinah, Baghdad, dan Damaskus menjadi tujuan pembelajaran Islam dan Bahasa Arab para

calon pendakwah di seluruh dunia, tidak terkecuali para ulama Nusantara. Mereka sengaja memperpanjang

masa ibadah hajinya untuk mempelajari Bahasa Arab yang pada gilirannya kemudian akan menjadikan

mereka sebagai ulama teras pengajar Bahasa Arab di Nusantara.

Pengajaran Bahasa Arab dalam kaitannya dengan proses Islamisasi bukanlah hal yang sederhana. Terdapat

banyak sekali perbedaan mendasar secara gramatikal dan morfologis terkait bahasa dan aksara Arab

dibandingkan bahasa Jawa dan aksara Palawa. Pada kasus-kasus tertentu, terjadi akulturasi budaya yang

menjadikan aksara Arab termodifikasi menjadi aksara baru yang dianggap lebih memudahkan proses

Islamisasi yang berlangsung. Salah satunya adalah aksara Pegon yang menjadi model aksara yang paling

banyak dipakai dalam kitab-kitab klasik keraton Cirebon. Aksara Pegon adalah rangkaian huruf Arab

yang menggunakan kode pembacaan bahasa Jawa atau Sunda. Aksara jenis ini pula yang paling banyak

digunakan dalam jimat masyarakat Cirebon.

Beralih kepada jimat, aksara Arab yang digunakan tentu saja memiliki kaitan langsung dengan

sifat spiritualitas yang dibawa oleh ajaran Islam. Meskipun, jenis aksaranya sudah banyak dimodifikasi

menjadi Pegon, namun akar morfologi aksaranya tetaplah bersumber dari bahasa Arab. Salah satu hal

yang menunjukkan spiritualitas keislaman dalam aksara ini adalah penyebutan nama-nama seperti Allah

dan Muhammad. Begitu pula tatkala sebuah jimat mencantumkan potongan ayat-ayat atau teks dari kitab

suci Alquran, maka aksara Arab dalam bentuk aslinya tidak mengalami modifikasi.

Penggunaan aksara Arab dalam jimat seperti yang tertulis dalam Alquran menunjukkan tingkat

kepercayaan masyarakat pengguna Jimat di Cirebon akan sakralitas dan spiritualitas ajaran Islam itu sendiri.

Sebagai contoh, jimat yang menggunakan teks ayat kursi sebagai komponen visual diyakini oleh para

penggunanya akan membuat mereka terhindar dari kekuatan jahat (bala). Dalam hadis yang umum diketahui

oleh umat Islam, surah al-Baqarah memang dipercaya mampu membuat jin menghindar apabila ia

dibacakan. Secara konsep, ayat kursi yang terdapat dalam surah al-Baqarah memang dimaknai dalam

ajaran Islam sebagai ayat yang spesial karena memiliki kekuatan yang mampu mengusir bangsa jin. Ayat

kursi juga menjadi salah satu ayat yang dibaca dalam proses penyembuhan seseorang dari gangguan jin.

Maka, tatkala ayat ini dituliskan dalam sebuah visual jimat, aspek religiusitasnya tetap bertahan. Fungsi

simbolik dan utilitas dari ayat tersebut tetap berpadu dalam media berupa jimat. Meski demikian, sebagian

ulama mengategorikan penggunaan ayat dalam jimat ke dalam perbuatan syirik dan dosa besar. Namun,

begitulah realita yang terjadi dalam aktifitas kultural masyarakat Islam Cirebon.

Seperti halnya kota-kota besar lainnya di Indonesia, Cirebon masuk dalam era modernisasi

pembangunan yang menekan aktifitas kebudayaan tradisional ke zona marginal. Tren masyarakat Islam

di era modern adalah saintifikasi nilai keislaman dan Islamisasi ilmu pengetahuan. Spirit yang lebih

menggelora di tengah kelas menengah muslim perkotaan adalah mengejar ketertinggalan peradaban dari

Barat dalam aspek ilmu pengetahuan dan teknologi. Ekses langsung dari semangat tersebut adalah

rasionalitas spiritual. Munculnya kelas cendikiawan dan intelektual muslim di berbagai bidang akhirnya

menggantikan peran simbolik para tokoh adat dan budayawan lokal. Dengan situasi tersebut, eksistensi

jimat di Cirebon saat ini hanya bisa dipertahankan oleh para praktisi sufisme yang tergabung dalam

perkumpulan tarekat. Mereka inilah yang terkoneksi langsung dengan pihak keraton untuk mendapatkan

lisensi dan otoritas dalam penggunaan dan produksi jimat di Cirebon.

Kesimpulan

Dari aspek magis, jimat di Cirebon merupakan produk kultural yang bersifat akulturatif antara

kebudayaan masyarakat Islam dengan kebudayaan pra-Islam. Tradisi penggunaan jimat berasal dari tradisi

kepercayaan terhadap benda-benda keramat yang terwujud dalam bentuk aktifitas kebudayaan dan ritual

pada masa pra-Islam. Benda-benda keramat umumnya membutuhkan otorisasi kaum elit budayawan,

sehingga tidak mudah diakses oleh masyarakat umum. Kebutuhan masyarakat akan benda keramat yang

mengabulkan banyak kebutuhan akhirnya memunculkan produk berupa jimat yang bersifat portable dan

praktis. Konsep dasar dari jimat ini tidak banyak berubah ketika datangnya Islam. Sejak itulah, jimat

termodifikasi menjadi lebih tampak Islami dengan aksara Arab Pegon, kaligrafi, dan iluminasi.

Page 86: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

80 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Dari aspek religi, jimat di Cirebon jelas menggunakan kode-kode religiusitas Islam berupa aksara Arab

dan ayat-ayat Alquran. Jimat ini sendiri menjadi bagian tidak terpisahkan dari ajaran tarekat yang diakui

sebagai pilar ajaran Islam di keraton Cirebon. Meski tren masyarakat Islam di era modern termasuk di

Cirebon mengarah pada rasionalitas, jimat tetap eksis di kalangan budayawan dan praktisi tarekat.

5. Daftar Pustaka

Ambrosse, G., & Harris, P. (2009). The Fundamental of Graphic Design. Swizterland: AVA Publishing SA.

Bayuadhy, G. (2015). Tradisi-Tradisi Adiluhung Para Leluhur Jawa. Yogyakarta: Dipta.

Behrend, T. E. (1996). Textual Gateways: The Javanese Manuscript Tradition. In A. Kumar, & J. H. McGlynn,

Illuminations: The Writing Tradition Of Indonesia (pp. 161-200). Jakarta, Tokyo, New York: The Lontar

Foundation & Weatherhill Inc.

Creswell, J. W. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Fathurahman, O. (2015). Filologi Indonesia: Teori dan Metode. Jakarta: Prenada Media Group.

Gie, T. (2004). Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.

Hadi, M. U. (2009). Seni Dalam Desain Komunikasi Visual. In T. P. FSR ISI Yogyakarta, & DISKOM, Irama

Visual: Dari Toekang Reklame Sampai Komunikator Visual (pp. 3-11). Yogyakarta: Jalasutra.

Irianto, B. (2012). Bendera Cirebon: (Umbul-umbul Caruban Nagari) Ajaran Kesempurnaan Hidup. Jakarta:

Museum Tekstil Jakarta.

Lasiman. (2009). Pendidikan Desain Komunikasi Visual Di Indonesia. In T. P. FSR ISI Yogyakarta, Irama

Visual: Dari Toekang Reklame Sampai Komunikator Visual (pp. 191-208). Yogyakarta: Jalasutra.

Lawson, B. (2007). Bagaimana Cara Berpikir Desainer. Yogyakarta: Jalasutra.

Maharsi, I. (2013). Tipografi: Tiap Font Memiliki Nyawa dan Arti. Yogyakarta: CAPS.

Masri, A. (2010). Strategi Visual. Yogyakarat: Jalasutra.

Muhaimin. (2002). Islam Dalam Bingkai Budaya Lokal Potret Dari Cirebon. Ciputat: Logos Wacana Ilmu.

Petterson, R. (2016). Graphic Design. Sweden: Institute For Infology.

Sachari, A. (2005). Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta: Erlangga

Shofwani, M. I. (2005). Mengenal Tulisan Arab Melayu. Yogyakarta: BKPBM-AdiCita.

Suandi, I. N. (2014). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suyono, R. P. (2009). Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis. Yogyakarta: LKiS.

Jurnal Ilmiah:

Arni. (2016). Kepercayaan dan Perlakuan Masyarakat Banjar Terhadap Jimat-Jimat Penolak Penyakit. Jurnal

Studia Insania, 39-56, Vol. 4, No. 1, April 2016: 39-56. ISSN 2088-6303.

Hendro, E. P. (2014). Perkembangan Morfologi Kota Cirebon Dari Masa Kerajaan Hingga Akhir Masa

Kolonial. Jurnal Paramita, 17-30. Vol.24, No. 1, Januari 2014 : 17-30. ISSN 0854-0039

Mujahidin, A. (2016). Analisis Simbolik Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur‘an Sebagai Jimat Dalam Kehidupan

Masyarakat Ponorogo. Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 43-64, Vol. 10, No.1, Juni 2016

Safari, O. (2011). Iluminasi Naskah Cirebon. Manuskripta, 43-57, Vol. 1, No. 2, 2011

Page 87: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

81PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Pendahuluan

Bisnis Pariwisata merupakan salah satu sektor prestisius dan penghasil devisa yang memiliki potensi

relatif besar untuk dikembangkan. Apabila bisnis pariwisata dikembangkan dan dikelola dengan baik dan

professional akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, sektor ekonomi riil yang

ada di masyarakat seperti kerajinan, aneka kuliner khas daerah, atraksi wisata, hotel dan sebagainya dapat

berkembang. Melalui kerjasama antara berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta, promosi potensi

pariwisata Indonesia Umumnya dan Bali khususnya dapat disebarkan kepada masyarakat luas baik secara

nasional maupun internasional. Oleh karena itu, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat

efektif untuk digunakan sebagai media promosi pariwisata Indonesia ke seluruh dunia.

Pelaku bisnis pariwisata, dalam menentukan strategi pemasaran yang tepat, pihak hotel harus

mengenal dengan baik konsumen potensial yang ingin dituju dan menyesuaikannya dengan kondisi pasar

yang dihadapi. Salah satu pendekatan promosi produk dan jasa yang dilakukan oleh pengelola hotel yaitu

dengan cara memanfaatkan teknologi informasi melalui internet yakni salah satu strategi komunikasi yang

digunakan dalam pemasaran hotel adalah Electronic Word-Of-Mouth. Perkembangan teknologi informasi

melalui internet memberikan peranan yang penting dalam aspek pengelolaan bisnis hotel, khususnya pada

bidang pemasaran. Hal tersebut dikarenakan adanya pergeseran penggunaan media offline ke media online

dalam kegiatan pemasaran. sehingga akan membuka peluang bagi pihak hotel untuk mempromosikan

produk dan jasanya melalui internet. Penggunaan internet dan fasilitas yang ada di dalam internet untuk

melakukan aktivitas pemasaran berbasis elektronik, dikenal dengan istilah e-marketing.

Menurut Kotler, Bowen dan Makens (2014:171), Electronic Word-Of-Mouth dapat memberikan

dampak yang kuat bagi perilaku pembelian dari konsumen, karena rekomendasi dari teman ataupun

konsumen lain cenderung lebih dipercaya dibandingkan dengan commercial source dari perusahaan tersebut,

seperti advertisements dan sales people. Salah satu bentuk dari Electronic Word-Of-Mouth yaitu adanya online

review sites, seperti: Tripadvisor. Wisatawan yang sudah menginap di hotel tertentu dapat menuliskan

pengalamannya di Tripadvisor, baik itu karena inisiatif mereka sendiri ataupun juga permintaan manajemen

sehingga wisatawan potensial yang melihat ulasan tersebut tertarik untuk menginap. Ulasan yang ditulis

oleh wisatawan tersebut akan membentuk image dari suatu hotel yang akan berdampak pada persepsi

wisatawan dalam menentukan hotel yang mereka pilih.

STRATEGI KOMUNIKASI ELECTRONIC WORD-OF-MOUTH DALAM PEMASARAN

HOTEL MELALUI MEDIA SOSIAL

I Dewa Ayu Hendrawathy Putri, Suwatno

Prodi Magister Ilmu Komunikasi Hindu Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Prodi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana UPI Bandung2

[email protected]; [email protected]

ABSTRAK:

Perkembangan kepariwisataan tidak terlepas dari dukungan salah satu komponen pariwisata yakni

hotel sebagai akomodasi pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih holistic

penggunaan media sosial melalui program electronic word-of-mouth (e-WoM) memiliki peran penting

dalam strategi komunikasi pemasaran hotel. Penelitian ini fokus mengekplorasi tipe dan gaya

komunikasi yang paling efektif dalam penggunaan media sosial melalui program electronic word-of-

mouth (e-WoM). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dalam pengumpulan data melalui

wawancara mendalam dengan marketing hotel yang menggunakan media sosial dalam strategi

komunikasi pemasaran yang terintegrasi, juga meliputi focus group discussion dengan pelanggan hotel

yang aktif menggunakan media sosial dalam memilih akomodasi wisata.

Kata kunci: strategi komunikasi, electronic word of mouth, media sosial, komunikasi pemasaran

Page 88: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

82 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Menurut Nurgiyantoro (2014:26), apabila komunikasi Electronic Word-Of-Mouth bersifat positif maka

akan semakin baik pula purchase decision dari konsumen, sedangkan jika komunikasi electronic word of

mouth bersifat negatif maka akan memperburuk purchase decision dari konsumen tersebut. Sebelum tamu

memutuskan untuk menginap di suatu hotel, maka tamu tentu akan mencari informasi tentang hotel tersebut

melalui berbagai media, khususnya electronic word of mouth di online review sites yang akan membentuk

presepsi tamu mengenai kualitas produk dan jasa yang dimiliki oleh hotel. Berdasarkan latar belakang

yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Strategi Komunikasi

Electronic Word-Of-Mouth Dalam Pemasaran Hotel Melalui Media Sosial?”

Pembahasan

Electronic Word Of Mouth

Menurut Hasan dan Setiyaningtiyas (2015: 227), electronic word of mouth adalah penyataan positif

atau negatif yang disampaikan oleh konsumen mengenai suatu produk atau jasa perusahaan dan disebarkan

kepada konsumen lainnya melalui media internet. Promosi produk dan komunikasi pemasaran yang

menggunakan strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth dapat menyebar dalam waktu singkat tanpa

memerlukan usaha dan biaya promosi pemasaran yang besar karena menggunakan jaringan internet yang

tidak terbatas oleh waktu dan zona geografis maka memungkinkan pesan tersebut dapat tersebar luas

kepada pengguna internet di seluruh dunia. Menurut Thurau et al dalam Sari (2012: 39), menyatakan

bahwa terdapat 8 dimensi yang digunakan untuk mengukur electronic word of mouth. Akan tetapi, dalam

penelitian ini penulis hanya menggunakan 4 dimensi yang telah relevan dengan penelitian ini dan

diharapkan mendapatkan hasil penelitian yang mendalam, yaitu: (a) Expressing Positive Feelings/ Positif Self

Enchancement yaitu konsumen dapat mengekspresikan perasaan positif dipicu ketika konsumen telah

menggunakan suatu produk atau jasa tertentu; (b) Helping The Company yaitu konsumen menganggap

bahwa perusahaan juga harus mendapatkan dukungan dari strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth,

dimana efek dari kegiatan strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth ini adalah citra perusahaan tersebut

akan tetap baik dimata konsumen lain karena informasi positif yang disebarkan; (c) Platform Assistance

yaitu berdasarkan frekuensi kunjungan konsumen pada opinion platform dan jumlah komentar yang ditulis

pada opinion platform; (d) Economic Incentives yaitu keuntungan ekonomi yang menjadi daya tarik seseorang

untuk melakukan promosi suatu produk.

E-Marketing dan Electronic Word of Mouth

Menurut Former (2011:24) dalam Hasan (2013:760), “kehadiran internet telah menjadi alat utama

untuk pengiriman informasi, bisnis dari semua ukuran untuk meningkatkan kesadaraan pelanggan terhadap

barang dan jasa dengan mengacu pada penggunaan kekuatan internet (media nirkabel) untuk menghasilkan

respon tertentu dari konsumen.” E-Marketing memberikan berbagai kemudahan bagi marketer khususnya

dalam berinteraksi dengan pelanggan, menyampaikan informasi ke pelanggan, membantu memahami

pelanggan dengan lebih baik, membangun dan memepertahankan hubungan dengan pelanggan,

memfasilitasi pertukaran ide, produk, dan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan komunitas

atau pasar (Hasan, 2013:760).

Upaya pemasaran hotel di Bali saat ini sudah berorientasi kepada penggunaan strategi komunikasi

Electronic Word Of Mouth untuk menyentuh hati para pengunjung melalui media sosial yaitu facebook, twitter,

dan instagram. Pelanggan potensial dapat membaca review dan berinteraksi dengan orang lain mengenai

suatu hal ataupun review yang ditulis oleh pengunjung berdasarkan pengalaman mereka berkunjung.

Menurut Hasan (2010:29), “Word of Mouth Marketing (WOMM) adalah sebuah percakapan yang didesain

secara online maupun offline memiliki multiple effect, non hierarchi, horizontal, dan mutasional”. Seiring

berkembangnya teknologi, WOM dapat dilakukan melalui internet yang biasa disebut strategi komunikasi

Electronic Word Of Mouth (EWOM). Strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth ini melibatkan opini

konsumen mengenai produk dan layanan yang diposting di internet (Bronner dan Hoog, 2011:15) seperti:

blog, vlog, website, forum diskusi online (KASKUS), media sosial (facebook, instagram, twitter). Adapun

faktor EWOMyang diperhatikan oleh calon wisatawan ketika mengadopsi informasi dari internet menurut

Yayli dan Bayram (2012) adalah kredibilitas sumber Electronic Word of Mouth, karakteristik sumber pesan,

dan karakteristik pesan. Selanjutnya, menurut Erlboum (2010:86) strategi komunikasi Electronic Word Of

Page 89: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

83PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Mouth dapat terdistribusi secara luas dengan beberapa cara antara lain posted review, mailbags, discussion

forum, electronic mailing list, personal e-mail, chat rooms, instant messaging, dan social network sites.

Strategi Komunikasi Electronic Word of Mouth

Menurut (Thurau et. Al, 2004:38) terdapat 8 dimensi yang paling mempengaruhi sesorang dalam

melakukan komunikasi EWOM. Dimensi tersebut dijabarkan sebagai berikut : (1) Platform assistance dalam

penelitiannya, Thurau et. al (2004:46) mengoperasionalisasikan perilaku EWOM berdasarkan dua cara,

yaitu melalui frekuensi kunjungan konsumen pada opinion platform dan jumlah komentar ditulis oleh

konsumen pada opinion platform; (2) Venting negative feelings Motif venting negative feelings merupakan

ungkapan ketidakpuasan konsumen terhadap produk atau perusahaan. Upaya ini dilakukan dalam bentuk

EWOM negatif, yaitu jika pelanggan mengalami hal yang tidak menyenangkan atau negatif bagi mereka;

(3) Concern for other consumers Motif concern for other consumers merupakan keinginan tulus memberikan

rekomendasi kepada konsumen lain; (4) Extraversion/positive self-enhancement Motif extraversion/positive self-

enhancement merupakan keinginan konsumen berbagi pengalaman konsumsi mereka untuk meningkatkan

citra diri sebagai pembeli yang cerdas; (5) Social benefits Motif social benefits merupakan keinginan berbagi

informasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosial; (6) Economic incentives Motif economic incentives

merupakan keinginan memperoleh insentif dari perusahaan; (7) Helping the company Motif helping the company

merupakan keinginan konsumen membantu perusahaan; (8) Advice seeking Motif advice seeking merupakan

keinginan mencari saran dan rekomendasi dari konsumen lain (dalam Susilawati, 2017).

Pengertian Komunikasi Pemasaran

Perusahaan melakukan komunikasi pemasaran untuk mengkomunikasikan produk yang dihasilkan

kepada konsumen. Menurut Tjiptono (2008:219) Komunikasi Pemasaran adalah “aktivitas pemasaran yang

berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk dan atau

mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya bersedia meminta, membeli, dan loyal pada

produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.” Sedangkan menurut Kotler terjemaahan

Benyamin Molan (2004;604) komunikasi pemsaran adalah konsep menjadi dasar bagi perusahaan

memadukan dan mengkoordinasikan semua saluran komunikasinya untuk menyampaikan pesan yang

jelas, konsisten, dan berpengaruh kuat tentang organisasinya dan produk-produknya.

Unsur-Unsur Proses Komunikasi Pemasaran

Menurut Tjiptono (2008:219) terdapat tiga unsur pokok model struktur proses komunikasi pemasaran : (1)

Pelaku pemasaran, terdiri atas pengirim (sender) dalam hal ini pelanggan, dan penerima (receiver) dalam

hal ini calon pelanggan atau konsumen; (2) Material komunikasi, yaitu gagasan, pesan, media, response,

feedback (umpan balik) dan gangguan; (3) Proses komunikasi, terdiri dari encoding yang merupakan proses

merancang atau mengubah gagasan secara simbolik menjadi suatu pesan untuk disampaikan kepada

penerima, dan decoding yang merupakan proses penguraian atau mengartikan symbol sehingga pesan

yang diterima dapat dipahami.

Strategi Komunikasi Electronic Word Of Mouth

Definisi Word Of Mouth

Marketing Association (WOMMA) dalam Mix (2007) adalah usaha pemasaran yang memicu

konsumen untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan dan menjual produk/merek kita

kepada pelanggan lain. MenurutKotler dalam Molan (2004:615) Definisi Word Of Mouth Communication

adalah komunikasi pribadi tentang suatu produk antara pembeli sasaran dan para tetangga, teman, anggota

keluarga, serta rekannya.

Menurut Prasetyo and Ihalauw (2004:47), Word Of Mouth Communication adalah strategi komunikasi

informal tentang produk atau jasa berbeda dengan komunikasi formal karena dalam komunikasi informal

pengirim tidak berbicara dalam kapasitas seorang profesional atau komunikator komersial, tetapi cenderung

sebagai teman. Strategi komunikasi ini juga disebut komunikasi dari mulut ke mulut atau gethok tular

(Word Of Mouth communication) yang cenderung lebih persuasif karena pengirim pesan tidak mempunyai

kepentingan sama sekali atas tindakan penerima setelah itu. Komunikasi ini sangat bermanfaat bagi pemasar.

Page 90: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

84 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Sedangkan Khasali (2003:68), mengartikan Word Of Mouth sebagai sesuatu hal yang dibicarakan banyak

orang. Pembicaraan terjadi dikarenakan ada kontroversi yang membedakan dengan hal-hal yang biasa

dan normal dilihat orang. Dapat disimpulkan Word Of Mouth Communication adalah bentuk percakapan

mengenai produk antara satu orang dengan orang lain tentang suatu pesan yang terkadang tidak disadari

oleh pihak pengirim (sender) atau penerima (receiver) komunikasi itu sendiri.

Menurut Khasali yang di kutip oleh Saptaningsih (2008:1) Mengatakan bahwa “masyarakat kita

adalah masyarakat mulut, yaitu masyarakat yang lebih menggunakan mulutnya dalam berkomunikasi

dari pada tangan dan matanya untuk menulis dan membaca”.

Sedangkan, menurut Budi Wiyono, (2009:1) Word Of Mouth terjadi karena : (1) Membicarakan

Seseorang mungkin begitu terlibat dengan suatu produk tertentu atau aktivitas tertentu dan bermaksud

membicarakan mengenai hal itu dengan orang lain, sehingga terjadi proses komunikasi Word Of Mouth; (2)

Mempromosikan Seseorang mungkin menceritakan produk yang pernah di konsumsinya tanpa sadar ia

mempromosikan produk kepada orang lain (teman atau keluarganya); (3) Merekomendasikan Seseorang

mungkin akan merekomendasikan suatu produk yang pernah di belinya kepada orang lain (teman atau

keluarganya); (4) Menjual Menjual tidak berarti harus mengubah konsumen menjadi salesman tetapi

konsumen dari perusahaan berhasil mengubah (transform) konsumen lain yang tidak percaya, memiliki

persepsi negatif dan tidak mau mencoba merek dari perusahaan menjadi percaya, persepsi positif dan

akhirnya mencoba.

Menurut Kotler di terjemaahkan Benyamin Molan (2005:638) terdapat dua manfaat yang diperoleh

dari komunikasi dari mulut ke mulut, yaitu: (1) Komunikasi dari mulut ke mulut bersifat lebih meyakinkan.

Kata kata yang keluar dari mulut merupakan satu-satunya promosi yang berasal dari konsumen oleh

konsumen dan untuk konsumen; (2) Komunikasi dari mulut ke mulut tidak memerlukan biaya yang mahal.

Berdasarkan penelitian Diamond Management & Technology Consultant dalam Mix (2007) yang di kutip

Saptaningsih , terdapat beberapa bentuk metode penciptaan Word Of Mouth antara lain: (1) Buzz marketing,

menggunakan kegiatan hiburan atau berita yang bagus supaya orang membicarakan produk dari

perusahaan; (2) Evangelist marketing, menempatkan para penyebar berita (evangelist), pembicara atau relawan

yang menjadi pemimpin dalam aktivitas penyebaran secara aktif atas nama perusahaan; (3) Community

marketing, membentuk atau mendukung relung komunitas (niche community) yang dengan suka rela akan

membagi ketertarikan mereka terhadap merek, menyediakan alat, konten, dan informasi untuk mendukung

komunitas tersebut; (4) Conversation creation, iklan yang menarik atau lucu, e-mail, hiburan untuk memulai

aktivitas Word Of Mouth; (5) Influencer marketing, mengidentifikasi komunitas kunci dan pemimpin pendapat

yang dengan senang hati menceritakan produk dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini

orang lain; (6) Cause marketing, memberikan dukungan untuk program sosial melalui pengumpulan dana

untuk mendapatkan respek dan dukungan dari orang-orang yang memiliki perhatian yang sama dengan

perusahaan; (7) Viral marketing, menciptakan pesan yang menghibur dan informatif yang didesain untuk

disebarkan secara eksponensial melalui media elektronik atau email; (8) Grassroots marketing, mengatur

dan memotivasi relawan untuk terlibat secara personal atau local; (9) Brand blogging, menciptakan blogs

dan berpartisipasi dalam blogsphere, dalam semangat keterbukaan, komunikasi transparan, berbagi informasi

nilai yang mungkin dibicarakan komunitas blogs; (10) Product seeding, menempatkan produk yang tepat

di tangan yang tepat, pada waktu yang tepat pula, menyediakan informasi atau sample untuk individu

berpengaruh; (11) Referral programs, menciptakan alat bagi pelanggan yang puas agar mereka

merekomendasikan produk yang sama kepada teman temannya.

Strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth dalam pemasaran sudah digunakan sejak jaman

dahulu sehingga strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth ini sering dianggap sebagai strategi

pemasaran tradisional. Namun meskipun dianggap sebagai strategi komunikasi pemasaran tradisional

strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth terbukti efektif dan cukup ampuh untuk meyakinkan para

konsumen serta tidak memakan anggaran promosi yang besar, bahkan bisa dibilang strategi komunikasi

strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth ini merupakan strategi pemasaran yang tidak memerlukan

biaya dan sangat efektif. Seperti kita ketahui banyak perusahaan yang rela menganggarkan biaya promosi

besar demi mempromosikan produknya kepada masyarakat. Namun meskipun tidak memakan anggaran

yang besar dengan strategi komunikasi strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth memberikan banyak

kemudahan dalam membantu memasarkan sebuah produk atau jasa. Dengan kekuatan rekomendasi pribadi

Page 91: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

85PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

dari rekan maupun orang terdekat, ternyata dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap suatu

produk. Terlebih lagi masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan suka bersosialisasi dan berkumpul hanya

untuk sekedar berbagi cerita, sehingga kesempatan untuk menyebarluaskan informasi sebuah produk atau

jasa yang sering mereka gunakan sangat terbuka lebar. Hal ini akan menguntungkan para pengusaha,

sebab dengan strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth akan memunculkan loyalitas pelanggan terhadap

produk. Tak heran jika dengan adanya strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth atau dari mulut ke

mulut, dapat meningkatkan penjualan produk hotel dan pelayanan yang ditawarkan.

Di Indonesia umumnya dan di Bali khususnya strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth sangat dikenal

dan banyak dimanfaatkan oleh perusahaan besar maupun kecil, bahkan di dalam masyarakat strategi ini

lebih dikenal sebagai strategi “gethok tular”. Di Indonesia banyak perusahaan yang memanfaatkan strategi

komunikasi Electronic Word Of Mouth karena tidak memerlukan biaya yang tinggi. Hal ini sejalan dengan

pendapat Griffin (1999:57) mengatakan bahwa gethok tular (Word Of Mouth) membantu perusahaan dalam

menekan biaya promosi karena sumber yang tidak memiliki kepentingan pribadi akan lebih dipercaya

daripada iklan yang dipasang di media massa dengan biaya yang sangat mahal. Kartajaya, (2007:183),

mengatakan strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth merupakan media komunikasi yang paling efektif.

Menurut Irawan dalam Marketing (2007:27), karakter suka berkumpul merupakan cermin dari kekuatan

pembentukan grup dan komunitas. Kekuatan komunitas ini sangat besar pengaruhnya terhadap strategi

komunikasi Electronic Word Of Mouth. Terlebih lagi dewasa pertumbuhan komunitas yang memiliki minat

travelling menjadi trends, dan komunitas tersebut juga bersifat heterogen serta memili selera petualangan

yang variatif.

Strategi Komunikasi Electronic Word-Of-Mouth Dalam Pemasaran Hotel Melalui Media Sosial

Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengelola image/citra dari produk dan merek yang

dihasilkan dengan cara menciptakan produk dan pelayanan yang memberikan kepuasan kepada

penggunanya, jika pelanggan puas tentunya mereka akan mempromosikan melalui strategi komunikasi

Electronic Word Of Mouth. Dalam hal ini produsen (pelaku bisnis industry akomodasi/hotel) dapat

memanfaatkan para pelanggan serta pelanggan potensialnya untuk memberikan kontribusi merubah

konsumen lainnya menjadi bersikap positif terhadap produk yang dipasarkan. Para pelanggan ini

merupakan profitable talkers yang memiliki pengaruh serta jaringan yang cukup besar untuk mempengaruhi

konsumen yang lainnya untuk menjadi positif, mencoba dan membeli produk hotel yang ditawarkan.

Perusahaan yang dapat mempertahankan kepuasan dan memperhatikan calon konsumen, konsumen

maupun pelanggan setia akan berdampak pasa terbentuknya strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth

yang positif sehingga jelaslah bahwa strategi komunikasi Word Of Mouth akan berperan besar dan penting

pada pengambilan keputusan konsumen. Strategi Komunikasi strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth

memiliki peran yang besar dalam proses pengambilan keputusan konsumen. Ketika akan mengambil

keputusan pembelian konsumen pada tahap awal yaitu tahap pengumpulan informasi tentang barang

atau jasa yang akan dikonsumsi konsumen akan memperhatikan iklan sebagai pertimbangan utama untuk

mengetahui tentang produk atau merek yang ingin dibeli. Pada tahap berikutnya konsumen akan

membandingkan kualitas antara produk yang satu dengan yang lainnya. Pada tahap ini konsumen

cenderung untuk membandingkan kualitas antara produk yang satu dengan yang lainnya. Untuk

memberikan pertimbangan dalam membandingkan produknya biasanya konsumen cenderung

menggunakan informasi dari strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth daripada iklan. Karena konsumen

(pengguna hotel) lebih mempertimbangkan dan mempercayai pendapat dari orang yang sudah

berpengalaman dibandingkan dengan iklan. Hubungan antara strategi komunikasi Electronic Word Of Mouth

dengan penerima juga dapat mempengaruhi efek dari informasi seputar fasilitas dan keistimewaan

pelayanan sebuah hotel yang ditawarkan. Umumnya semakin tingkat kesamaan dan semakin kuat

hubungan antara sumber (source) dan penerimannya, maka akan semakin besar pengaruh strategi

komunikasi Electronic Word Of Mouth terhadap pengambilan keputusan oleh penerima (receiver).

Kesimpulan

Proses keputusan pembelian terhadap produk hotel yang membutuhkan banyak pertimbangan

dalam mengambil keputusan untuk membelinya, konsumen cenderung menggunakan strategi komunikasi

Page 92: MEDIA, BUDAYA, DAN POLITIK DI EA MILENIALfisip.unsoed.ac.id/sites/default/files/prosiding semnas_1.pdf · yang epat karena tiga aktor ini telah membaa riksi dan pengar uh pada peran

86 PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIP UNSOED 2018

Electronic Word Of Mouth, karena pertimbangan dari orang terdekat, kolega maupun keluarga yang

berpengalaman lebih dapat diterima mereka sebagai salah satu alasan dalam proses pengambilan keputusan

pembelian konsumen. Lingkungan dan orang-orang disekitarnya yang memiliki pemahaman tentang

kelebihan dan keunggulan dari sebuah produk hotel, karena masyarakat atau konsumen lebih mempercayai

kesaksian dari masyarakat/konsumen yang sudah pernah menikmati atau membuktikan sendiri fasilitas

dalam sebuah hotel dibandingkan dari iklan atau program promosi yang dibuat oleh sebuah perusahaan.

Oleh karena itu strategi komunikasi Word Of Mouth sangat berperan membantu konsumen untuk memberi

pertimbangan, masukan dan merekomendasi dalam pengambilan keputusan pembelian produk hotel. Jadi,

strategi komunikasi Word Of Mouth dalam pemasaran hotel melalui media sosial baik dalam facebook,

instagram, twitter, blog, vlog, website menjadi trends dan efektif digunakan oleh pelaku bisnis industri

akomodasi atau hotel di era digitalisasi.

Daftar Pustaka

Andriyanto, Richard Darmawan dan Jony Oktavian Haryanto. 2010. Analisis Pengaruh Internet Marketingterhadap Pembentukan Word of Mouth dan Brand Awareness untuk Memunculkan Intention to Buy. JurnalManajemen Teknologi, Vol. 9 No.1.

Bandung: PT Mizan Pustaka.

Kartajaya, Hermawan (2007), “How Challenger Competing: by Word Of Mouth” dalam majalah

Kartajaya, Hermawan. 2006. Hermawan Kartajaya in Marketing Mix seri 9 Elemen Marketing.

Kotler dan Amstrong. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Jakarta: PT Indeks

Pitana, I Gede dan Putu G. G. 2005. Sosiologi dan Antropologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Sugiyono . 2009.Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta. Swa 09/XXIII/26 April-9 Mei 2007, h. 183.

Thurau, Hennig. 2004. “Electronic Wordof-Mouth via Consumer Opinion Platforms: What

Wibowo, A.E. 2012. Aplikasi Praktis SPSS dalam Penelitian. Yogyakarta: Gava Media.

Yaylý, Ali and Murat Bayram. 2012. “eWOM: The Effects of Online Consumer Reviews on Purchasing Decisions.International Journal Internet Marketing and Advertising”, Vol. 7 (1)