mati listrik
TRANSCRIPT
Mati listrik adalah sebuah keadaan ketiadaan penyediaan listrik di sebuah wilayah.
Penyebab teknis dapat berupa kerusakan di Gardu listrik, kerusakan jaringan kabel atau bagian lain dari
sistem distribusi, sebuah sirkuit pendek (korsleting), atau kelebihan muatan.
Mati listrik dapat menyebabkan terhentinya aktivitas di rumah sakit karena banyak peralatan medis
bergantung pada tersedianya listrik agar dapat berfungsi dan tugas-tugas lainnya pula memerlukan listrik.
Oleh karena itu banyak rumah sakit memiliki generator listrik yang ditenagai oleh bahan bakar diesel dan
diset untuk menyala secara otomatis bila terjadi gangguan persediaan listrik luar.
Mati listrik Jawa-Bali 2005Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Mati listrik Jawa Bali 2005)
Mati listrik Jawa-Bali 2005 merupakan sebuah peristiwa mati listrik yang terjadi pada 18
Agustus 2005 di Indonesia, di mana listrik di Jakarta dan Banten mati total selama tiga jam. Selain itu, terdapat
pula pemadaman di sebagian Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Mati listrik ini terjadi akibat
kerusakan di jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali.
Mati listrik ini merupakan mati listrik terbesar dalam sejarah dalam jumlah orang yang terpengaruh.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Kejadian
2 Penyebab
3 Kerugian
4 Dampak
5 Referensi
6 Pranala luar
[sunting]Kejadian
Peristiwa ini dimulai pada sekitar pukul 08.59 WIB, saat terhentinya operasi PLTU Suralaya unit 6 dan 7,
sehingga sistem kekurangan pasokan sebesar 1.200 megawatt. Untuk mengembalikan sistem ke kondisi
normal, PLN langsung menggunakan PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTGU Muara Tawar yang biasanya
baru beroperasi saat beban puncak.
Akibat pengoperasian ketiga pembangkit tersebut, aliran daya pada SUTET 500 KV Saguling-Cibinong menjadi
semakin besar, mendekati batas aman 2.000 Ampere. Kemudian pada pukul 10.23, tiba-tiba SUTET Saguling-
Cibinong terbuka sehingga sistem Jawa-Bali terpisah dua bagian. Gangguan ini mengakibatkan beberapa unit
pembangkit besar lepas dari jaringan, yakni PLTU Paiton unit 7 dan 8 serta enam unit PLTU Suralaya.
Jaringan yang terganggu adalah jalur Cilegon-Cibinong-Saguling. Jaringan in merupakan satu-satunya jaringan
penghubung daya dari PLTU Paiton di Jawa Timur ke Jawa Barat. Sebelumnya, pada September 2002, jalur
yang sama pernah terganggu dan menyebabkan listrik mati selama dua hari.
Hingga sekitar tiga jam setelah awal kejadian, baru sekitar 45 persen daya listrik yang pulih.
[sunting]Penyebab
Penyelidikan awal menyimpulkan bahwa peritiwa ini terjadi karena malafungsi sistem proteksi DEF
atau directional earth fault di Cibinong. Kejadian malafungsi sistem proteksi ini juga pernah terjadi beberapa
kali terjadi pada sistem yang sama. Tercatat sebanyak tujuh kali gangguan besar dengan penyebab utama
sebagian besar berkaitan dengan sistem proteksi (dan di antaranya malafungsi sistem proteksi) dalam 10
tahun terakhir sebelum kejadian.
[sunting]Kerugian
PLN memperkirakan sekitar 3,2 juta pelanggan yang terkena pemadaman total, terutama di daerah Jakarta
dan Banten.
Sebanyak 42 perjalanan kereta rel listrik (KRL) rute Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi dibatalkan, dan 26 KRL
yang sedang beroperasi tertahan di beberapa perlintasan. Diperkirakan hal ini menyebabkan kerugian yang
mencapai Rp200 juta.
Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta gangguan listrik berlangsung sekitar empat jam dan
menyebabkan 15 penerbangan tertunda.
Beberapa rumah sakit besar terpaksa menunda jadwal operasi, dan rumah sakit kecil tidak dapat menerima
pasien.
[sunting]Dampak
Bank Dunia dan lainnya memperingatkan bahwa investasi lebih lanjut dalam infrastruktur energi sangat
diperlukan untuk mengatasi defisit energi. Seorang pedagang di bursa saham Indonesiamengatakan bahwa
krisis ini telah meyebabkan kekhawatiran krisis energi yang akan merugikan sektor industrial.[1]
Lilin yang digunakan untuk menggantikan lampu menyebabkan enam kebakaran di Jakarta.
Mulyo Aji, seorang petugas PLN, mengatakan kegagalan listrik akan terjadi lebih lanjut di masa depan karena
permintaan energi terus meningkat dan penyediaan tenaga listrik baru belum dijadwalkan dalam waktu dekat.
9 Permasalahan yang Dihadapi PLN
29 September 2012
1. Kapasitas Terpasang tidak memadai untuk kebutuhan yang ada. Karena
10 tahun terakhir PLN tidak dianggap viable untuk mendapatkan pinjaman komersial, akibat tarif listrik di bawah
biaya pokok produksi (Cost of Goods Sold), sehingga PLN hanya mengoptimalkan pembangkit listrik dan jaringan
transmisi/distribusi yang ada.
2. Pembangkit listrik yang berbasis batu bara tidak mendapatkan pasokan batu bara yang high grade, karena para
pengusaha batu bara lebih suka menjual high grage batu bara ke LN dengan harga batu bara yang tinggi, sedangkan
yang low grade di supply ke PLN dikarenakan patotan harga batu bara dari PLN rendah. Agak ironis memang,
dimana Indonesia terutama kalimantan yang kaya akan batu bara mensupply high grade LN atau ke buyer yang mau
beli mahal,sedangkan yang low grade diberikan pada PLN. Mungkin PLN perlu renegotiate harga batu bara,
Jika PLN mendapatkan batu bara yang low grade sudah tentu kapasitas terpasang tidak bisa optimal.(sebagai
Kebijakan Energi Nasional bak macan kertas).
3. Pertambahan pelanggan baru terus bertambah mengikuti pertumbuhan jumlah hunian/ rumah baru,industri dan
naikknya kebutuhan di rumah tangga karena tambahan peralatan elekronik, namun ini tidak sejalan dengan
pertambahan pembangkit listrik/ kapasitas.
4. Tingkat kebocoran /pencurian listrik yang tinggi (20-30%). Sebagai contoh banyak lampu-lampu penerangan
umum baik dikota-kota, kelurahan, kecamatan menyambung langsung dan tanpa bayar ke PLN. Belum lagi
pencurian-pencurian listrik lainnya yang sangat sulit diatasi. Pencurian listrik memang masih menjadi musuh utama
dan telah secara intensif dan sistematis diberantas. Namun bak kata pepatah, maling selalu lebih dulu dari polisi.
Angka total losses (terdiri dari teknis dan non teknis) realisasi 2007 adalah sebesar 9,06%. Secara teori, losses
teknis yang acceptable untuk sistem sebesar PLN pada kisaran 7%, sehingga losses non teknis yang dapat berasal
dari pencurian listrik maksimum 2,06%. Dalam masyarakat awam losses ini sering diterjemahkan sebagai kebocoran
yang berkonotasi negatif (boros, inefisien, dll), yang tidaklah benar 100 persen. Analogi dengan tekanan air pada
pelanggan PAM, meskipun pipa PAM tidak bocor, tetap saja tekanan air di pelanggan yang berlokasi dekat
pompa/stasiun PAM, pasti lebih tinggi daripada di lokasi yang lebih jauh. Itulah yang namanya losses teknis. Adapun
losses non teknis, disamping akibat pencurian, juga bisa disebabkan oleh kesalahan pencatatan meter (manual),
kWh meter yang belum ditera ulang, faktor meter untuk pengukuran tidak langsung, dll. Namun perlu diingat, angka
losses suatu perusahaan listrik tidak dapat begitu saja dibandingkan (apple to apple), karena faktor-faktor konfigurasi
jaringan, sebaran konsumen, jenis penghantar, tingkat konsumsi, dll juga menjadi faktor dominan.
5. Pembangkit listrik tenaga air yang mulai berkurang kapasitasnya karena terjadi pendangkalan waduk. Pemerintah
tidak mampu menjaga kelestarian hutan dan DAS, apalagi PLN?
6. Tingkat tunggakan bayar para pelanggan PLN juga telah menyebabkan gangguan cash flow di PLN.
7. Regulasi Pemerintah dan pertimbangan politik lainnya membuat beberapa pejabat pemerintah mencari aman dan
tidak berani bertindak tegas.
8. Pembangkit tenaga nuklir yang belum bisa direalisasikan. Ini persoalan politis dan sosial.
9. Effesiensi di PLN yang belum optimal. Angka total losses (terdiri dari teknis dan non teknis) realisasi 2007 adalah
sebesar 9,06%. Secara teori, losses teknis yang acceptable untuk sistem sebesar PLN pada kisaran 7%, sehingga
losses non teknis yang dapat berasal dari pencurian listrik maksimum 2,06%. Dalam masyarakat awam losses ini
sering diterjemahkan sebagai kebocoran yang berkonotasi negatif (boros, inefisien, dll), yang tidaklah benar 100
persen. Analogi dengan tekanan air pada pelanggan PAM, meskipun pipa PAM tidak bocor, tetap saja tekanan air di
pelanggan yang berlokasi dekat pompa/stasiun PAM, pasti lebih tinggi daripada di lokasi yang lebih jauh. Itulah yang
namanya losses teknis. Adapun losses non teknis, disamping akibat pencurian, juga bisa disebabkan oleh kesalahan
pencatatan meter (manual), kWh meter yang belum ditera ulang, faktor meter untuk pengukuran tidak langsung, dll.
Namun perlu diingat, angka losses suatu perusahaan listrik tidak dapat begitu saja dibandingkan (apple to apple),
karena faktor-faktor konfigurasi jaringan, sebaran konsumen, jenis penghantar, tingkat konsumsi, dll juga menjadi
faktor dominan.
Jala-Jala Listrik PLN : Sebuah Permasalahan dan Penyelesaiannya Penggunaan listrik saat ini sudah hampir menjadi keharusan, masalahnya jalur tenaga listrik tidaklah bersih namun banyak
gangguan seperti fluktuasi tegangan atau bahkan terputusnya tenaga listrik. Langkah penanganannya pun tidak
mudah. Berikut uraian permasalahan dan solusinya.
Sumber tenaga listrik saat ini merupakan kebutuhan yang cukup mendasar di bidang industri dan elektronika. Kebutuhan
listrik semakin lama semakin meningkat sejalan dengan perkembangan teknologi elektronika dan informasi. Dalam
pendistribusian tenaga listrik menggunakan jaringan listrik yang cukup panjang, mulai dari pembangkit listrik, gardu-gardu
listrik sampai ke industri atau ke perumahan. Dalam pentransmisian tenaga listrik itu terdapat banyak gangguan yang
pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan peralatan listrik konsumen.
Gangguan-gangguan tersebut berupa noise pada jaringan dan tegangan transien.Permasalahan ini dapat menyebabkan
gangguan yang cukup berarti pada peralatan listrik. Pada umumnya peralatan komersial mempunyai batas-batas
spesifikasi untuk variasi tegangan, variasi frekuensi dan distorsi harmonisa.
Permasalahan Pada Jalur ListrikSumber-sumber gangguan seperti tegangan transien sering terjadi namun tidak dapat dirasakan secara
langsung. Gangguan ini akan dirasakan setelah sekian lama terjadi.Efeknya adalah kerusakan pada peralatan
listrik. Tegangan transien ini biasanya dihasilkan oleh instalansi-instalansi yang menggunakan peralatan listrik besar
seperti rumah sakit, pabrik-pabrik,motor listrik pada elevator dan lain sebagainya.
Selain gangguan diatas gangguan listrik lain yang sering terjadi dan dapat diamati adalah berkedipnya lampu
penerangan. Hal ini menandakan terjadinya fluktuasi tegangan listrik. Walaupun gangguan listrik seperti ini biasanya
terjadi dalam beberapa milidetik saja tetapi permasalahan gangguan seperti ini kalau tidak ditangani dengan serius dapat
juga menyebabkan kerusakan pada peraltan listrik konsumen seperti televisi bahkan komputer.
Terhadap permasalahan-permasalahan di atas sebagai pengguna tenaga listrik tidak dapat berbuat apapun untuk
menanganinya dan hanya ‘yakin’ kepada instansi yang terkait bahwa tenaga listrik yang dihasilkan merupakan tegangan
listrik yang stabil, tidak terdapat noise, dengan frekuensi yang tepat pula.
Pada dasarnya gangguan listrik dikategorikan dalam 5 golongan, yaitu :
Total loss of line. Gangguan ini terjadi dalam jangka waktu yang relatif lama.Gangguan ini biasanya terjadi karena
putusnya jalur pada trasnmisi listrik baik tegangan tinggi, menengah maupun rendah. Gangguan ini menyebabkan
peralatan listrik tidak mendapat suplai tegangan listrik dan mata manusia dapat melihat gangguan ini. Gangguan
semacam ini jarang mengakibatkan kerusakan pada peralatan listrik.
Kekurangan/kelebihan tegangan tenaga listrik. Gangguan ini menyebabkan berbagai peralatn listrik dengan rangkaian
power supplai sederhana tidak dapat bekerja, bahkan dapat menyebabkan rangkaian power suppli rusak. Gangguan
ini dapat diamati dengan jalan mengukur tegangan listrik dengan AC voltmeter dan masih dapat diamati dengan
mata manusia yaitu yang paling mudah diamati adalah nyala lampu bolam menjadi lebih redup atau lebih terang
daripada biasanya.
Variasi/fluktuasi tegangan listrik Gangguan ini biasanya terjadi pada waktu yang singkat. Penyebabnya adalah perubahan
beban listrik secara tiba-tiba pada jaringan tenaga listrik. Gangguan in tidak dapat dilihat dengan mata karena
terjadinya cukup cepat dan hanya beberapa saat saja. Walaupun dengan voltmeter konvesional sekalipun gangguan
ini tidak dapat dideteksi.
Tegangan ‘spike’ atau tegangan transien. Tegangan spike pada dasarnya hampir sama dengan fluktuasi tegangan namun
tegangan flutuasinya sangat cepat dan terdapat tegangan puncak yang sangat tinggi tetapi singkat.
Gabungan gangguan dari salah satu atau keempat gangguan di atas.
Gambar 1
Gangguan Pada Jalur Listrik
Walaupun gangguan-gangguan yang tidak dapat dilihat oleh mata ini dapat membawa masalah bagi peralatan listrik
namun yang penting adalah : jika terjadinya gangguan listrik baik yang dapat dideteksi atau tidak dan gangguan tersebut
tidak menyebabkan kerusakan pada saat itu maka gangguan listrik tersebut tidak tidak mempengaruhi kerja perlatan listrik
yang ada. Jadi tidak semua gangguan listrik akan menyebabkan kerusakan pada peralatan listrik.
Deteksi Gangguan ListrikGangguan listrik yang terjadinya sangat cepat tentunya tidak dapat diamati oleh mata manusia. Oleh sebab itu diperlukan
peralatan khusus untuk mengamati gangguan tersebut. Selain itu titik pengecekannya juga tidak sembarangan tetapi pada
lokasi-lokasi tertentu yang dianggap sumber dari gangguan listrik tersebut. Hal ini biasanya harus diperhatikan jika
gangguan terjadi pada jalur 3 fasa.
Peralatan yang biasanya digunakan adalah :
Chart recorder, relatif murah bila dibandingkan dengan harganya namun responnya terhadap fluktuasi tegangan atau
tegangan transien tidak cukup baik.Keuntungannnya adalah dapat menghasilkan record yang dapat disimpan.
Osiloskop, relatif mahal namun mempunyai respon yang sangat cepat dalam mendeteksi fluktuasi tegangan atau
tegangan transien. Bahkan noise pada jalur listrik dengan frekuensi tinggi. Tetapi osiloskop tidak menghasilkan
suatu recordseperti halnya chart recorder. Kelemahan lainnya adalah jika terjadi gangguan dibanyak tempat maka
diperlukan beberapa teknisi untuk selalu mengamati layar osiloskop, chart recorder tidak seperti ini, cukup dipasang
dan ditinggal maka alat ini sudah bisa bekerja.
Power Line Monitor. Ini merupakan perlatan yang paling ideal karena murah, mempunyai respon yang cukup cepat dan
dapat membunyikan alarm jika terjadi gangguan sesuai dengan apa yang telah diprogramkan pada power line
monitor.Pada power line monitor yang cukup canggih dapat mendeteksi perubahan frekuensi maupun tegangan
transien yang mempunyai frekuensi sangat tinggi bahkan ada yang dilengkapi dengan pencatat (recorder).
Ketiga peralatan tersebut di atas mempunyai keuntungan dan kerugian masing-masing tetapi yang paling baik
performanya adalah power line monitor.
Solusi Gangguan ListrikPada uraian di atas telah diketahui ada 5 macam gangguan. Gangguan yang pertama yaitu power loss sangat sulit
solusinya karena hal ini menyangkut dana yang cukup besar untuk pembelian UPS (Uninterruptible Power Supply) atau
mesin genset. Untuk permasalahan noise dan tegangan transien relatif lebih mudah solusinya daripada gangguan yang
pertama. Begitu juga dengan fluktuasi tegangan atau turun/naiknya tegangan listrik juga lebih mudah solusinya.
Peralatan yang biasa digunakan sebagai solusi permasalahan fluktuasi tegangan atau naik/turun tegangan biasanya
adalah isolation transformer. Transformator ini merupakan transformator yang mengisolasi antara supply jalur listrik
dengan peralatan listrik konsumen.
Trafo isolasi digunakan ada dua tujuan yaitu :
Mencegah adanya arus langsung dari kumparan primer (dari suplly jalur listrik) dengan kumparan sekunder (ke jalur
listrik peralatan listrik).
Mengurangi noise yang timbul dari jalur listrik (kumparan primer).
Mengurangi efek tegangan transien.
Gambar 2
Simbol Trafo Isolasi
Yang harus diketahui adalah trafo isolasi tidak dapat mengkompensasi putusnya/hilangnya tenaga listrik dari jalur supplai.
Trafo isolasi dapat mengurangi efek noise tetapi tidak menghilangkan karena pada setiap trafo isolator terdapat efek
kapasitansi yang terjadi antara lilitan primer dan lilitan sekunder. Efek kapasitansi ini mengakibatkan lewatnya noise
walaupun dalam level yang kecil.
Gambar 3
Efek Kapasitansi Antara Lilitan Primer dan Sekunder
Hal ini terjadi karena noise yang terjadi ada dua macam yaitu common mode noise dannormal mode noise. Pada common
mode noise, noise terjadi pada pada jalur fasa/netral dengan ground sedangkan normal mode noise adalah noise yang
disebabkan olehantara jalur fasa dengan jalur neutral.
Gambar 4
Tipe Noise
Selain efek kapasitansi antara lilitan primer dan lilitan sekunder masih ada lagi yaitu efek kapasitansi yang ditimbulkan
oleh lapisan lilitan-lilitan itu sendiri. Namun efek kapasitansi ini tidaklah terlalu besar jika dibandingkan dengan efek
kapasitansi antara lilitan primer dan lilitan sekunder. Efek kapasitansi ini juga menimbulkan noise. Efek ini dinamakan
dengan intercoupling noise.
Untuk mengatasi naik/turunnya tegangan listrik pada jalur suplai listrik adalah dengan menggunakan autotransfomer
atau voltage stabilizer. Dengan menggunakan autotrasnformaer naik/turunnya tegangan dapat diatasi namun hanya pada
suatu kondisi tertentu saja. Hal ini dikarenakan autotransformer hanya dapat menaikkan saja atau menurunkan saja. Dapat
dicontohkan sebagai berikut : jika tegangan listrik turun sampai 200 volt maka autotransformer diset untuk menaikkan
tegangan sampai 220 volt tetapi jika tegangan sudah 240 volt maka autotransformer harus diset kembali agar dapat
menurunkan sampai menghasilkan tegangan 220 volt.
Untuk mengatasi hal ini dapat digunakan voltage regulator yang secara otomatis menyesuaikan tegangan input dengan
tegangan yang dinginkan. Pada dasarnya regulator tegangan ini juga menggunakan autotranformer tetapi secara otomatis
dapat menaikkan atau menurunkan tegangan output jika tegangan input berubah.
Gambar 5
Blok Diagram Regulator Tegangan
Blok diagram di atas merupakan blok diagram regulator tegangan dengan menggunakan motor servo untuk mengatur
autotransformer. Tegangan sample disearahkan, difilter dan kemudian dibandingkan dengan tegangan referensi. Jika
terdapat perbedaan tegangan maka akan menggerakkan amplifier yang akan menggerakkan motor servo yang mengatur
autotransformer dengan arah yang sesuai dengan perbedaan tegangan yang dihasilkan oleh komparator. Pada dasarnya
penggunaan motor servo dapat menghasilkan noise.
Tipe regulator tegangan yang lain adalah dengan menggunakan SCR sebagai pengganti motor servo. SCR
mengatur tegangan input autotransformer dengan mengatur pentriggeran SCR. Tipe regulator seperti ini juga masih
menghasilkan noise namun lebih baik daripada regulatot tegangan yang menggunakan motor servo.