materialisme dan hedonisme

5

Click here to load reader

Upload: shobrie-hardhi-se-cfa-cla-cphr-cptr

Post on 26-Jun-2015

731 views

Category:

Spiritual


1 download

DESCRIPTION

Sebelum Anda "Download" Silahkan "Follow" atau Beri "Like" terlebih dahulu. Thx. Bagi yang membutuhkan INHOUSE TRAINING, Silahkan Hubungi : 0878-7063-5053 (Fast Response). TARIF PELATIHAN SANGAT MURAH !!! Bagi perusahaan yang membutuhkan Jasa Konsultan Pelatihan dan Konsultan SDM Hubungi Kami : HARD-Hi SMART CONSULTING (Fast Response : 0878-7063-5053)

TRANSCRIPT

Page 1: Materialisme dan Hedonisme

1/5

MATERIALISME & HEDONISME MELANDA KITA (Sebuah Renungan Rohani Islam)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dalam Era globalisasi dewasa ini yang ditandai dengan semakin ketatnya

persaingan di segala bidang, merupakan suatu realitas yang tak dapat dipungkiri

dan tak mungkin dihindari oleh setiap orang yang hidup di zaman ini. Kemajuan

teknologi informasi dan telekomunikasi, lebih-lebih media elektronik telah

menawarkan suatu gagasan baru ke seluruh dunia tanpa memperhitungkan

dampak-dampak negatif yang dapat ditimbulkannya terhadap norma agama dan

akhlaq manusia. Promosi bertubi-tubi yang dilancarkan oleh berbagai media

massa telah menawarkan kenikmatan hidup dengan gaya modern, konsumtif

dan jet-set (mewah). Gaya hidup yang dituntut dan dikejar oleh hampir setiap

orang sebagai pelaku kehidupan modern adalah kehidupan yang bebas tanpa

batas, baik batas etika kesopanan, moral maupun akhlaq. Roda kehidupan yang

dipacu dengan akselerasi tinggi hingga menjadi cepat panas, disamping juga

ketatnya dunia kompetisi, khususnya di bidang ekonomi dan prinsip-prinsip

pemenuhan kebutuhan serta keinginan manusia, telah memaksa manusia kini

tidak lagi berperilaku dan bertindak manusiawi tetapi dengan semau gue

(seenaknya sendiri).

Bagi banyak orang, mencari rizki yang halalan toyyiban (halal dan baik) nyaris

dianggap suatu pekerjaan yang sia-sia. Adanya peluang untuk korupsi, kolusi,

manipulasi dan sejenisnya yang berseliweran di depan hidung, benar-benar

membuat mata mereka menjadi “silau”. Rangsangan manipulasi dan kolusi itu

menjadi “klop” manakala kita melihat keadaan ekonomi yang semakin sulit akhir-

akhir ini. Susahnya mencari pekerjaan, harga barang-barang kebutuhan yang

terus melambung serta gaya hidup yang semakin men-jetset hingga membuat

kebanyakan manusia jadi lupa diri, tabrak sana tabrak sini tanpa memperdulikan

norma agama, yang penting fulus (uang) bisa didapat dengan mudah walupun

harus dengan cara yang kotor dan keji.

Page 2: Materialisme dan Hedonisme

2/5

Keadaan seperti ini sesuai dengan apa yang telah disyairkan oleh seorang

penyair muda di Zaman Jahiliyah dahulu yang bernama Thorofah bin Al-‟Abdi :

“„Pabila anda tak dapat memuaskan keinginanku, biarlah aku memenuhinya

dengan seenakku sendiri, orang akan memuaskan nafsunya selama hidup.

Setelah mati nanti anda akan tahu bahwa kita semua haus !”. Manusia yang

menyatakan dirinya “modern” pastilah menjadi pengikut aliran ini walaupun tidak

dengan terang-terangan memproklamirkan dirinya, kecuali orang-orang yang

diperliharakan Allah dari padanya.

Mengenai hal ini, Rasulullah SAW pernah bersabda :

“Sesungguhnya bagi setiap ummat ada ujiannya, dan ujian bagi ummatku

ialah harta kekayaan”. (H.R. Tarmizi)

“Demi Allah, bukanlah kekafiran dan kemiskinan yang aku khawatirkan

atas kamu, tetapi justru aku khawatir kemewahan dunia yang kamu

dapatkan sebagaimana telah diberikan kepada orang-orang sebelum kamu,

lalu kamu bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa,

sebagaimana mereka bergelimang dan binasa pula”. (H.R. Tarmizi)

Apabila diingatkan, baik dengan teguran-teguran religi yang tersirat maupun

yang tersurat, sungguh yang keluar dari bibir mereka adalah kata-kata apologi

(pembelaan) “Jangankan cari rejeki yang halal, yang haram saja susah !”, begitu

sering dilontarkan. Hidup dinilai hanya untuk saat ini saja, mereka tidak lagi

dilhami oleh kehidupan masa depan yang bersifat ukhrowi nan kekal dan abadi.

Orang-orang itu hanya menghargai kekayaan dan kemewahan dengan segala

yang berhubungan dengan kehinaan dan kerendahan moral. Mereka akan

mencela orang yang tidak ikut berkecimpung dalam perebutan materi tersebut

betapapun orang itu baik budi dan berwatak mulia.

Salah seorang penyair Arab di Zaman Jahiliyah pernah berkata : “DikutukTuhan

seorang budak yang cita-cita dan tujuan hidupnya hanya untuk mencari sandang

dan pangan saja”. Bagaimana kiranya (kita tak bisa membayangkan) sendainya

penyair tersebut masih hidup sampai sekarang ini, dimana ia melihat terlalu

banyaknya orang-orang yang berlomba dan berjibaku untuk tidak hanya

Page 3: Materialisme dan Hedonisme

3/5

memenuhi sekedar sandang pangan saja tetapi lebih memenuhi kebutuhan

“kemewahan dunia” walaupun dengan cara yang menjijikan dan keji.

Adalah seorang sarjana yang bekerja pada Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan (Depdikbud), ia seorang yang pintar dan mempunyai talenta dalam

dunia ilmu dan penelitian ilmiah serta telah banyak menulis di majalah-majalah

ilmiah populer. Namun akhirnya ia pindah ke Departemen Penerangan dan

bekerja sebagai penyiar. Ketika ditanyakan apa sebabnya ia mengubah haluan,

maka dijawab : “Karena pekerjaan yang baru menjanjikan gaji yang lebih

besar...”.

Ironisnya, seorang ustadz yang sangat dikagumi dan telah berhasil menyusun

buku “Tasawuf Islam” sehingga memperoleh penghargaan dari Para „Alim

„Ulama terkemuka. Tapi tiba-tiba ia pindah ke Departemen Luar Negeri dan

menjadi interpreter (penerjemah) bahasa Arab demi mengejar tambahan gaji

yang lebih besar.

Ini semua mengindikasikan bahwa materi berada di atas segala-galanya dan

telah menjadi sesuatu yang menentukan tujuan hidup sehingga mempengaruhi

cara berpikir dan bertindak secara total, bukan lagi sebagai sarana dan alat

untuk mencapai tujuan hidup tersebut.

Bila kemaksiatan sudah menjadi suatu kebiasaan (bahkan sudah menjadi suatu

kenikmatan), apalagi kalau bukan apologi (pembelaan) dan legitimasi

(pembenaran) yang menjadi andalan. Sederet kata-kata yang menjijikan pun

akan meluncur dengan deras dan fasih-nya dari bibir mereka yang secara

otomatis menjadi pandai bertutur bak tukang obat kaki lima di pinggir jalan.

“Saya „kan hanya menerima pemberian orang...Lagi pula saya tidak memaksa

khok...! Yah..,saya kan cuma sedikit, lihat tuh babe-babe kita dapatnya lebih

banyak”. Dan ketika diingatkan, itu salah dan haram dengan dalil : “Orang yang

menyogok dan yang disogok, dua-duanya masuk Neraka”. Mereka menjawab

lagi :”Tapi saya berbuat demikian „kan untuk menafkahkan anak-isteri ...,

bukankah menafkahkan keluarga juga termasuk amal soleh ?”.

Naudzubillah min dzalik !!!

Page 4: Materialisme dan Hedonisme

4/5

Begitulah manusia yang telah diserang penyakit Hubbud Dunya (Cinta Dunia),

mula-mula hanya ikut menikmati, makin lama makin menjadi, pada akhirnya

menjadi ideologi yang akan dibela sampai mati. Mereka hanya berorientasi

kepada uang, peluang, dan senang-senang. Inilah sekelumit gaya hidup

hedonisme (hanya mencari kesenangan duniawi saja) dan materialisme (hanya

mementingkan materi semata) yang tengah melanda masyarakat kita dan orang-

orang yang hidup di akhir abad ke-20 ini. Maka bila hal ini tidak disadari dan

diwaspadai akan menjerumuskan masyarakat kepada masyarakat yang

Dehumanis, Apatis dan Hedonis.

Manusia seperti itulah yang diejek oleh Allah SWT dalam Firmannya :

“Dan kalau Kami kehendaki, sesungguhnya Kami tinggikan derajatnya

dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan hawa

nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya adalah seperti anjing. Jika

kamu menghalaunya, diulurkannya lidahnya, dan jika kamu

membiarkannya, maka diulurkan juga lidahnya. Itulah perumpamaan orang-

orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kepada

mereka kisah-kisah itu agar mereka berfikir”. (QS. Al-A‟raaf :176)

Mereka menganggap kemanusiaan adalah suatu komoditi yang tak diperlukan

lagi. Mereka berteriak-teriak : “Jangan pikirkan hari esok, hidup cuma untuk hari

ini, jangan perdulikan orang lain, yang penting perkuat diri. Jadikan dirimu

populer meskipun dirimu bodoh dan biarkan mereka berduyun-duyun bersimpuh

dalam tali sepatu kekayaan dan kekuasaanmu”. Itulah gaya hidup para wajah

dunia materialistik.

Mereka mengingkari hari akhirat, sebagaimana disinyalir dalam Al-qur‟an :

“Dan mereka berkata : “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di

dunia saja, kita mati dan kita hidup tidak ada yang membinasakan kita

selain waktu”, dan mereka sekali-kali tidak tidak mengetahui pengetahuan

tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (QS : 45:24)

Seorang Muslim sepatutnya menjadi manusia-manusia yang diperhitungkan,

baik kualitasnya, profesionalismenya, maupun ketajaman akal-budi dan

rohaninya, bukan yang diperhitungkan karena seringnya membuat kerusakan

dan keonaran di mana-mana.

Page 5: Materialisme dan Hedonisme

5/5

Kekayaan dan kekuasaan penting bagi Seorang Muslim, lebih dikarenakan

untuk membiayai dan mendukung Jihad Fi Sabilllah (Berjuang di Jalan Allah)

dan menjadi senjata untuk menundukkan kejahiliyiahan, bukan untuk

kepentingan pribadi atau golongan tetapi lebih untuk kepentingan dan

Kemaslahatan seluruh ummat Islam di manapun berada. Karena antara seorang

muslim dengan muslim yang lain adalah bersudara. Seorang muslim harus

tampil sebagai sosok figur yang terbaik dalam segala sudut kehidupan (Kuntum

Khairu Ummah).

Akhirul Qalam..., penulis berwasiat kepada diri sendiri dan para pembaca

Semoga kita semua terhindar dan dijauhkan dari hal-hal serta sifat-sifat tersebut

di atas, begitu juga keturunan kita, sanak dan saudara serta kerabat dekat kita.

Amiieeen...

Wabillahi Taufik Wal Hidayah, Wassalamulaikum Wr. Wb.

Ditulis Oleh: M. Shobrie H.W., SE, CFA, CLA, CPHR, CPTr.