materi ukg pejas

110
MATERI UKG PEJAS PENGERTIAN / DEFINISI PENDIDIKAN JASMANI (PENJAS), OLAHRAGA Pengertian / definisi Pendidikan Jasmani (penjas), Olahraga, dan Bermain menurut teori para ahli Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani. Persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan mengakibatkan nilai-nilai luhur dan tujuan pendidikan yang terkandung di dalamnya tidak akan pernah tercapai. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan, dengan perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami bagi orang yang hendak mengajar pendidikan jasmani. Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, dimana pendididkan jasmani disamakan dengan

Upload: chamdani-lukman-bachtiar

Post on 26-Jul-2015

259 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: MATERI UKG PEJAS

MATERI UKG PEJAS

PENGERTIAN / DEFINISI PENDIDIKAN JASMANI (PENJAS), OLAHRAGA

Pengertian / definisi Pendidikan Jasmani (penjas), Olahraga, dan Bermain

menurut teori para ahli Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem

pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus

diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani

bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui

aktivitas jasmani.

Persepsi yang sempit dan keliru terhadap pendidikan jasmani akan

mengakibatkan nilai-nilai luhur dan tujuan pendidikan yang terkandung di dalamnya

tidak akan pernah tercapai. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan, dengan

perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan

sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya

mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi perkembangan pribadi anak seutuhnya.

Konsep dasar pendidikan jasmani dan model pengajaran pendidikan jasmani yang

efektif perlu dipahami bagi orang yang hendak mengajar pendidikan jasmani.

Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, dimana

pendididkan jasmani disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada

pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani

(physical fitness), kegiatan fisik (pysical activities), dan pengembangan keterampilan

(skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan

menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. walaupun memang benar

aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan

tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogi.

Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik

secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum

(general education). Tentunya proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan

interaksi sistematik antarpelakunya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Page 2: MATERI UKG PEJAS

Kata fisik atau jasmani (physical) menunjukkan pada tubuh atau badan (body). Kata

fisik seringkali digunakan sebagai referensi dalam berbagai karakteristik jasmaniah,

seperti kekuatan fisik (physical strenght), perkembangan fisik (physical development),

kecakapan fisik (physical prowess), kesehatan fisik (physical health). dan penampilan

fisik (physical appearance). Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh

karena itu, jika kata pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka

membentuk frase atau susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical

education), yakni menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas yang

mengembangkan dan memelihara tubuh manusia.

Nixon and Cozens (1963: 51) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani didefinisikan

sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan

respons otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari

respons tersebut.

Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase

dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui

pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak.

Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus

dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan

jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang

proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor,

kognitif, dan afektif.

Bucher, (1979). Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari

suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui kegiatan

fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan organik,

neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional

Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari

pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan

mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.

Definisi Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani

yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan

Page 3: MATERI UKG PEJAS

motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan

emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.

2. PENGERTIAN OLAHRAGA

Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang

dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan

dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik

untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam

olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat) UNESCO mendefinisikan

olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan

melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun diri sendiri”. Sedangkan Dewan Eropa

merumuskan olahraga sebagai “aktivitas spontan, bebas dan dilaksanakan dalam waktu

luang”. Definisi terakhir ini merupakan cikal bakal panji olahraga di dunia “Sport for

All” dan di Indonesia tahun 1983, “memasyarakatkan olahraga dan mengolahragaka

masyarakat” (Rusli dan Sumardianto,2000: 6).

Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala

kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-

potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat

dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam

pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.

Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) olahraga harus

bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai

karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d.

Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai

karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi,

kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.

Page 4: MATERI UKG PEJAS

3. HUBUNGAN PENDIDIKAN JASMANI DENGAN BERMAIN DAN OLAHRAGA

Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan

hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu

populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman

tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan

fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita

mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif,

meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga

dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam

keduanya.

Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan

bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu

bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah

pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa

secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.

Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang

terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan

diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap

yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau

dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah

selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.

Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak

dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu,

olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada

satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata

bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.

Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain

maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus

selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya,

Page 5: MATERI UKG PEJAS

pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan

tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan

untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun

keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan

ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk

tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa

adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan

kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics)

dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga.

Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan

kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya.

Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat

dan harus beriringan bersama.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan nasional secara umum.

Bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa melalui instrumen pembangunan nasional di

bidang keolahragaan merupakan upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

secara jasmaniah, rohaniah, dan sosial dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,

makmur, sejahtera, dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik

Indonesia Tahun 1945; Menurut UU No 3 tahun 2005 tentang SKN dijelaskan bahwa

ruang lingkup olahraga dibagi dalam tiga bagian yaitu:

1. Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan

sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh

pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

2. Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan

kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan

nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.

Page 6: MATERI UKG PEJAS

3. Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan

secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai

prestasi dengan

dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. selain itu dalam

pengembangan olahraga perlu dilakukan sebuah pendekatan keilmuan yang menyeluruh

dengan jalan

pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan adalah peningkatan

kualitas dan kuantitas pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaedah

dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk peningkatan fungsi,

manfaat, dan

aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan teknologi

baru bagi kegiatan

Tujuan dan Fungsi Pendidikan Jasmani

1. Tujuan Pendidikan Jasmani:

a. Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam

pendidikan jasmani

b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap

sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan

agama

c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas

pembelajaran Pendidikan Jasmani

d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab,

kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani

e. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta

strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan,

senam, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas

(Outdoor education)

Page 7: MATERI UKG PEJAS

f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya

pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup

sehat melalui berbagai aktivitas jasmani

g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri

dan orang lain

h. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi

untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat

i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat

rekreatif.

2. Fungsi Pendidikan Jasmani adalah:

a. Aspek organik

menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat

memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk

pengembangan keterampilan meningkatkan kekuatan yaitu jumlah tenaga maksimum

yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot meningkatkan daya tahan yaitu

kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama

meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas

yang berat secara terus menerus dalam waktu relatif lama meningkatkan fleksibelitas,

yaitu; rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan

yang efisien dan mengurangi cidera.

b. Aspek neuromuskuler

meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot mengembangkan

keterampilan lokomotor, seperti; berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur,

melangkah, mendorong, menderap/mencongklang, bergulir, dan menarik

mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti; mengayun, melengok, meliuk,

bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok mengembangkan

keterampilan dasar manipulatif, seperti; memukul, menendang, menangkap, berhenti,

Page 8: MATERI UKG PEJAS

melempar, mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli mengembangkan faktor-

faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan

mengembangkan keterampilan olahraga, seperti; sepak bola, soft ball, bola voli, bola

basket, baseball, atletik, tennis, beladiri dan lain sebagainya mengembangkan

keterampilan rekreasi, seperti, menjelajah, mendaki, berkemah, berenang dan lainnya.

c. Aspek perseptual

mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat

mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu

kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang, bawah, sebelah kanan

atau sebelah kiri dari dirinya

mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu; kemampuan mengkoordinasikan

pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki

mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu; kemampuan

mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis mengembangkan dominansi

(dominancy), yaitu; konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan/kiri dalam

melempar atau menendang mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu; kemampuan

membedakan antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau

kiri tubuhnya sendiri mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran

bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang.

d. Aspek kognitif

mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami,

memperoleh pengetahuan dan membuat keputusan meningkatkan pengetahuan

peraturan permainan, keselamatan, dan etika mengembangkan kemampuan penggunaan

strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi meningkatkan

pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani

menghargai kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak,

waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam

mengimplementasikan aktivitas dan dirinya meningkatkan pemahaman tentang

memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.

e. Aspek sosial

Page 9: MATERI UKG PEJAS

menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimana berada

mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi

kelompok belajar berkomunikasi dengan orang lain mengembangkan kemampuan

bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok mengembangkan kepribadian,

sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat mengembangkan rasa

memiliki dan rasa diterima di masyarakat mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang

positif belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif mengembangkan sikap yang

mencerminkan karakter moral yang baik.

f. Aspek emosional

mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani mengembangkan

reaksi yang positif sebagai penonton melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang

tepat

memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas menghargai

pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.

KONSEP PERKEMBANGAN GERAK

1. Konsep dasar perkembangan peserta didik Perkembangan

Menurut E.B. Hurlock (istiwidayanti dan soedjarwo, 1991) perkembangan

merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses

kematangan dan pengalaman. perkembangan terdiri atas serangkaian perubahan yang

bersifat progresif (maju), baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan kualitatif

atau pertumbuhan merupakan buah dari perubahan aspek fisik seperti penambahan

tinggi, berat dan proporsi badan. Sedangkan perubahan kuantitatif meliputi perubahan

aspek psikofisik, seperti peningkatan kemampuan berpikir, berbahasa, perubahan emosi

dan sikap. Selain perubahan ke arah penambahan atau peningkatan, ada juga yang

mengalami pengurangan seperti gejala lupa dan pikun. Kematangan kematangan

merupakan faktor internal (dari dalam) yang dibawa setiap individu sejak lahir, seperti

ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan intervensi faktor eksternal

(dari luar) terutama lingkungan sosial budaya di sekitar individu. Kedua faktor

(kematangan dan pengalaman) ini secara simultan mempengaruhi perkembangan

Page 10: MATERI UKG PEJAS

seseorang. Seorang anak yang memiliki bakat musik dan didukung oleh pengalaman

dalam lingkungan keluarga yang mendukung pengembanganbakatnya seperti

menyediakan dan memberi les musik, akan berkembang menjadi seorang pemusik yang

handal. Perubahan progresif yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat

memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana manusia hidup.

Sikap manusia terhadap perubahan berbeda-beda tergantung beberapa faktor,

diantaranya pengalaman pribadi, streotipe dan nilai-nilai budaya, perubahan peran, serta

penampilan dan perilaku seseorang.

2. Konsep Belajar

Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil

dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Winkel (1989)

mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang

berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasil-

kan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Jadi, belajar pada hakikatnya merupakan salah satu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam

aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu

dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasilbelajar terjadi secara sadar,

bersifat terus-menerus, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan

yang progresif. Belajar pada abad 21, seperti yang dikemukakan Delors (Unesco, 1996),

didasar-kan pada konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar

bagaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar

pembelajaran yaitu:

1. learning to know (belajar mengetahui)

Dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk

bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh

keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia.

2. learning to do (belajar berbuat)

Page 11: MATERI UKG PEJAS

Bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga untuk

mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai

kondisi sosial yang informal

3. learning to be (belajar menjadi dirinya)

Dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus

mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan

membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi

4. learning to live together (belajar hidup bersama)

Dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama

dan bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik

atau majemuk secara damai.

3. Peserta Didik

Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses

pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang

belajar di sekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003)

menegaskan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik usia

SD/MI adalah semua anak yang berada pada rentang usia 6-12/13 tahun. Peserta didik

merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan

pembelajaran. Yg perlu Anda pahami sebagai guru kelas SD adalah pemahaman dan

perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau kesatuan. Menurut

Semiawan (1999), konsep peserta didik sebagai suatu totalitas sekurangnya

mengandung tiga pengertian. Pertama, peserta didik adalah mahluk hidup (organisme)

yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya.

Aspek fisik dan psikis tersebut terdapat dalam diri peserta didik sebagai individu yang

berarti tidak dapat dipisahkan antara suatu bagian dengan bagian lainnya. Kedua,

keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut memiliki hubungan yang saling terjalin satu

sama lain, jika salah satu aspek mengalami gangguan misalnya sakit gigi (aspek fisik),

maka emosinya juga terganggu (rewel, cepat marah, dll). Ketiga, peserta didik usia

SD/MI berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi juga secara

Page 12: MATERI UKG PEJAS

keseluruhan. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah manusia yang

dalam keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan manusia dewasa. Sinolungan (1997)

mengemukakan bahwa manusia termasuk mahluk totalitas " homo trieka " Ini berarti

manusia termasuk peserta didik yg merupakan :

1. Makhluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya

dan alam lingkungan sekitarnya

2. Makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan saling

mempengaruhi agar berkembang sebagai manusia

3. Makhluk individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan,

sifat dan kepribadian, dll), yang membedakannya dari individu lain. Jadi, dalam

mempelajari dan memperlakukan peserta didik, termasuk peserta didik usia

SD/MI hendaknya dilakukan secara utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus

melihat mereka sebagai suatu kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan

lainnya

FASE, TAHAPAN DAN PERIODE PERKEMBANGAN GERAK

Belajar keterampilan dan kemampuan gerak merupakan sesuatu yang

berkembang secara terus menerus sesuai dengan tingkat perkembangan. Untuk itu,

keterampilan gerak dasar harus dimiliki oleh seorang sejak usia dini. Dengan

penguasaan keterampilan gerak dasar memudahkan seseorang untuk menguasai gerak

selanjutnya. Dapat dilihat bahwa proses keterampilan gerak dasar tersebut dimulai

dengan penguasaan kontrol tubuh dan kemampuan untuk meraih benda di sekelilingnya

dengan tangan. Kemudian, keterampilan tersebut dilanjutkan dengan penguasaan

keterampilan gerak dasar lebih lanjut dan keterampilan gerak manipulatif.

1. Perubahan – perubahan dalam keterampilan gerak yang sesuai dengan umur

dan muncul melalui rentang kehidupan.

Cara berpikir tradisional menyatakan perkembangan gerak atau motorik sebagai

proses dari penguasaan keterampilan pada masa anak-anak. Perkembangan dari tidak

terampil (keterampilan yang rendah) pada awal masa kanak-kanak, ke tingkat menengah

dan penguasaan keterampilan yang relatif diperlihatkan selama awal masa kanak-kanak,

Page 13: MATERI UKG PEJAS

ke tingkat menengah dan penguasaan keterampilan yang relatif diperlihatkan selama

awal dewasa. Para ahli perkembangan gerak mempelajari perilaku gerak dengan

menguji anak-anak dari berbagai usia dan memantau proses perkembangan

keterampilan mereka. Asumsi dasar yang dikemukakan disini bahwa perkembangan

gerak atau motorik tergantung pada aktivitas belajar anak-anak dan remaja. Hal utama

yang ditekankan dalam perkembangan motorik pada masa awal dari rentang kehidupan,

yaitu: untuk selalu belajar keterampilan.

Meskipun demikian, banyak peneliti mengatakan bahwa perkembangan secara

umum dan geraknya khusus mencakup keseluruhan rentang kehidupan. Perkembangan

gerak dalam konteks ini dilihat dari perspektif yang unik meliputi proses dan perubahan

tabiat. Oleh karena itu, para ahli perkembangan gerak tidak hanya menjelaskan

perubahan-perubahan tetapi juga mencari aspek yang meliputi perkembangan. Hal

inilah yang perlu dikuasai oleh seseorang untuk mempelajari perkembangan gerak

melalui perspektif rentang kehidupan.

Pandangan tentang kehidupan

Porsi yang lebih besar dari populasi kita terdiri dari orang tua. Dalam

perkembangannya, orang tua mencari sesuatu untuk meningkatkan kualitas

kehidupannya melalui aktivitas fisik yang menyenangkan dan menyehatkan. Di sisi lain,

ada yang berpandangan bahwa masa tua merupakan periode kehidupan yang mapan dan

menyakitkan. Melalui teori ini diketahui bahwa perkembangan tidak berhenti pada usia

21 tahun dan tidak pula menonjol pada masa dewasa.

Perubahan gerak secara substantif dan kualitas, keduanya terjadi pada masa tua.

Hal ini sesuai dengan pengetahuan alamiah yang spesifik dari keterampilan gerak.

Pengetahuan dan pemahaman kebiasaan gerak masa tua merupakan tantangan yang

sangat penting bagi para ahli gerak. Penjelasan yang lebih dalam dari perkembangan

gerak dapat diperoleh dari pandangan rentang kehidupan.

Sebagai contoh: anak-anak dan orang tua selalu sama dalam kebiasaan motorik

mereka. Kedua kelompok tersebut secara relatif lebih lambat reaksinya untuk menjawab

setiap rangsangan. Anak-anak dan masa tengah dewasa secara kognitif memproses

informasi tentang rangsangan yang terlihat dalam berbagai cara.

Page 14: MATERI UKG PEJAS

Kebiasaan adalah produk dari bermacam-macam pengaruh lingkungan.

Pengertian tentang kebiasaan hidup didasarkan pada integrasi pengaruh antara lain:

psikologi, sosiologi, fisiologi, kognitif, mekanik, dan sebagainya. Dengan cara yang

sama, pengertian yang dalam tentang perkembangan gerak didasarkan pada integrasi

perubahan kebiasaan yang beragam dalam fase perkembangan. Tidak mungkin

mempelajari seluruh pengaruh kebiasaan pada saat bersamaan. Bahkan pembicaraan

dalam konteks ini terfokus untuk saat tertentu pada satu aspek yang umum dari

perubahan kelakuan.

Pandangan tentang perkembangan gerak yang didiskusikan dalam konteks ini

menekankan pada perspektif perilaku motorik yang berkaitan dengan proses yang

mendasari perubahan sepanjang rentang kehidupan. Studi perkembangan gerak meliputi

deskripsi dan informasi tentang perubahan dalam perilaku motorik. Para pakar

perkembangan gerak menggabungkan pengetahuan dari bermacam-macam ilmu antara

lain: ilmu biologi, psikologi, sosiologi. Metode ini sangat berbeda dengan perubahan

yang dipelajari sebagai fungsi seperti: meneliti tentang perilaku motorik tertentu dalam

beberapa kelompok umur. Untuk mengetahui karakteristik dan beberapa kelompok

umur. Untuk mengetahui karakteristik dan komponen perilaku motorik yang terjadi

sejak bayi sampai orang dewasa serta usia lanjut dapat dilihat dari perspektif lamanya

kehidupan.

Perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan, dan diketahui

melalui istilah khusus Studi tentang proses perkembangan menuntut persyaratan

pengetahuan yang harus dipunyai dalam bidang ini. Oleh sebab itu, kawasan studi ini

mengembangkan terminologinya sendiri-sendiri. Kadang-kadang istilah yang digunakan

dalam bidang ini menyulitkan mahasiswa untuk membaca dan memahami literatur ini

secara komprehensif. Sebagai contoh: sangat membingungkan dan menyulitkan untuk

memahami kata-kata yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang mempunyai

arti khusus atau mungkin berbeda-beda, jika digunakan dalam studi ilmiah. Walaupun,

arti khusus untuk persyaratan tertentu diperlukan untuk mendapatkan informasi yang

tepat tentang topik yang dibahas dalam studi ini.

Terminologi dalam perkembangan gerak.

Page 15: MATERI UKG PEJAS

Dua konsep yang mendasar didiskusikan pada bagian ini yang memusatkan

perhatian pada istilah pertumbuhan dan perkembangan. Walaupun kedua kata tersebut

kadang-kadang digunakan saling bergantian. Pertumbuhan berarti kenaikan kuantitatif

dalam ukuran fisik. Lebih lanjut dikatakan pertumbuhan fisik termasuk juga kenaikan,

bertambahnya ukuran atau seluruh tubuh yang diakibatkan kenaikan dalam bagian-

bagian biologi yang sempurna (Timiras, 1972). Sebagai contoh: bertambahnya tinggi

yang disebabkan oleh semakin panjangnya tungkai.

Dalam konteks ini, pertumbuhan lebih ditekankan pada bertambahnya ukuran

fisik dan bukan pertumbuhan sosial atau kesadaran. Periode pertumbuhan fisik

(perubahan dalam ukuran yang mutlak) bagi manusia biasanya dalam rentangan waktu

saat konsepsi, sampai kira-kira umur 19 – 22 tahun. Lebih lanjut dikatakan

pertumbuhan dan perkembangan menjelaskan tentang perubahan berkesinambungan

yang mengacu ke arah kemampuan fungsional dan khusus. Dalam artian, keadaan

dalam suatu fungsi / peran yang dimaksudkan dapat dilaksanakan sepenuhnya (Timiras,

1972).

Perkembangan dapat terjadi dalam bentuk perubahan kuantitatif/kualitatif atau

kedua-keduanya secara serempak. Perkembangan gerak merupakan suatu proses yang

berkesinambungan dan berurutan dimana kemajuan individu dari gerakan yang belum

terampil menuju prestasi yang teroganisir secara baik dalam keterampilan yang

kompleks. Proses ini tidak terbatas pada periode pertumbuhan fisik saja, tetapi juga

melingkupi perkembangan.

Istilah lain yang seringkali digunakan dalam hubungannya dengan pertumbuhan,

yaitu: kematangan fisiologi (kedewasaan). Kedewasaan merupakan perkembangan

kualitatif pada susunan biologi dan termasuk perkembangan susunan sel, organ atau

sistem dalam komposisi biokimia (Teeple, 1978). Secara khusus kedewasaan

merupakan perkembangan kearah dewasa yang mana keadaannya mencapai integrasi

fungsional optimal dari sistem tubuh dan kemampuan untuk bereproduksi.

Pakar perkembangan menggunakan istilah untuk menggambarkan periode umur

tertentu dengan menggambarkan karakter pertumbuhan dan perkembangan yang

tersususun dalam periode umur yang sedikit berbeda-beda secara tajam. Misalnya:

Page 16: MATERI UKG PEJAS

mengenyampingkan kejadian-kejadian, misalnya : mengenyampingkan kejadian –

kejadian, misalnya: kelahiran dan menarche (siklus menstruasi yang pertama kali pada

waktu gadis), periode umur membaur dengan lainnya yang menggambarkan sifat – sifat

pertumbuhan, perkembangan dan kedewasaan secara tetap.

GEJALA PSIKIS PESERTA DIDIK

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor

yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses

pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar (Whiterington,

1982:10). Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi

pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa

ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi

pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan

perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor

yang berhubungan dengan tindakan belajar.

Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang

senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini

pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai

bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-

kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-

tindakan belajar secara efektif.

B. Mendorong Tindakan Belajar

Pada umumnya orang beranggapan bahwa pendidik adalah sosok yang memiliki

sejumlah besar pengetahuan tertentu, dan berkewajiban menyebarluaskannya kepada

orang lain. Demikian juga, subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang

bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan

pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan

semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yag

mereka dapatkan sebagai individu terdidik.

Page 17: MATERI UKG PEJAS

Anggapan-anggapan seperti ini, meskipun sudah berusia cukup tua, tidak dapat

dipertahankan lagi. Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan sebanyak-

banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat

keseluruhan informasi itu, semakin tidak relevan lagi mengingat bahwa pengetahuan itu

sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-

pengetahuan (yang dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat

sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak (Goble, 1987 : 46). Gugus pengetahuan yang

dikuasai dan disebarluaskan saat ini, secara relatif, mungkin hanya berfungsi untuk saat

ini, dan tidak untuk masa lima hingga sepuluh tahun ke depan. Karena itu, tidak banyak

artinya menjejalkan informasi pengetahuan kepada subjek didik, apalagi bila hal itu

terlepas dari konteks pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Namun demikian bukan berarti fungsi traidisional pendidik untuk menyebarkan

informasi pengetahuan harus dipupuskan sama sekali. Fungsi ini, dalam batas-batas

tertentu, perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial

yang lebih luas, yakni membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi

yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Dengan kata lain

dapat diungkapkan bahwa menjadi seorang pendidik dewasa ini berarti juga menjadi

“penengah” di dalam perjumpaan antara subjek didik dengan himpunan informasi

faktual yang setiap hari mengepung kehidupan mereka.

Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi

pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu

diperlukan oleh subjek didik.Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut,

pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi

dunia sekitarnya. Pada momentum inilah tindakan belajar dalam pengertian yang

sesungguhya terjadi, yakni ketika subjek didik belajar mengkaji kemampuannya secara

realistis dan menerapkannya untuk mencapai kebutuhan-kebutuhannya.

Dari deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar yang berhasil

adalah : bila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Lebih jauh

lagi, bila subjek didik berhasil menemukan dirinya sendiri ; menjadi dirinya sendiri.

Faure (1972) menyebutnya sebagai “learning to be”.

Page 18: MATERI UKG PEJAS

Adalah tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya

tindakan belajar secara efektif. Kondisi yang kondusif itu tentu lebih dari sekedar

memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan

mendorong, memberikan inspirasi, memberikan motif-motif dan membantu subjek

didik dalam upaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan (Whiteherington,

1982:77). Inilah fungsi motivator, inspirator dan fasilitator dari seorang pendidik.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan

dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua

bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).

1. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan,

faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran

turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik.

Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material

pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi

material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.

Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu

mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari

pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang

lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu

ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.

Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang

tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat

keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat

berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus

memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal

mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.

Page 19: MATERI UKG PEJAS

Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah

kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran

jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang

kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan

belajar.

2. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar

jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara

terpisah.

Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan

aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti

perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

2.1. Perhatian

Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam

belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya

kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat

dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti

menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik,

menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif,

seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.

Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari

subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak

disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui

sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di

samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa

perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari

pada perhatian yang disengaja.

2.2. Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan,

pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang

Page 20: MATERI UKG PEJAS

bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu

pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.

Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami

keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di

antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam

proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam

proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik

lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.

Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di

dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya

penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan,

umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.

2.3. Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1)

menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena

fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk

menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.

Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan

inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.

Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di

antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang

disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam

pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang

mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama

untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu.

Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d

(dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.

Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat.

Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada

hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai

Page 21: MATERI UKG PEJAS

melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan

pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban,

dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang

relatif lama.

Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog

pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka

waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran

sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau

mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya,

dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.

Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah

dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang

telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek

didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau

untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.

Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian

tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.

2.4. Berfikir

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep

(Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan

ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-

bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-

perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses

psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan

pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.

Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan

normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif

berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah

mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang

memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang

Page 22: MATERI UKG PEJAS

satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk

berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada

pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan

mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka.

Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk

merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.

2.5. Motif

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti

pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif

semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di

dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek

didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang

sesuatu.

Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka

panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik,

pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa

dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok

subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba

melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat

agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.

Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni

menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek

didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya

dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik

akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi

orang lain.

PERKEMBANGAN EMOSI DAN PROSES PEMBELAJARAN

Page 23: MATERI UKG PEJAS

Manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu melaksanakan suatu aktifitas

atau kegiatan . dalam melaksakan aktifitas itu, manusia bekerja dengan seperangkat

alat-alat kejiwaan dalam dirinya. Alat-alat kejiwaan itu saling mengisi antara satu

dengan yang lainnya, baik yang bersifat fisik (jasmani) maupun yang bersifat psikis

(ruhani). Ada beberapa istilah yang digunakan oleh para ahlil psikologi dalam menyebut

alat-alat kejiwaan itu, antara lain Pigot, Kohstam , dan Palland menyebutnya dengan

peristiwa-peristiwa kesadaran (Biwuzt Zynder-Shyselen). Kupyer mengistilahkan

dengan fungsi-fungsi jiwa (Psychishe-function), sedangkan Lonschoten memakai istilah

ajaran fungsi umum.[1] Bigot dkk., dalam bukunya berjudul Leerboek der psychology

memperluas ketiga fungsi jiwa tersebut sebagai berikut: kognasi, konasi dan emosi.

Dalam makalah ini, kami akan membahas ketiga gejala psykologi yang berpengaruh

dalam keberhasilan pendidikan.

A. Kognisi

Manusia dalam hidup dan kehidupannya selalu melaksanakan aktifitas dalam

melaksakan aktifitas tersebut seperangkat alat-alat kejiwaan dalam diri manusia bekrja.

Alat alat kejiwaan itu saling mengisi, kait mengait antara satu dengan yasng lainnya,

bersifat fisik maupun psikis. Kedua jenis aktivitas tersebut hanya dapat dibedakan,

tetapi tidak bisa dipisahkan, KarenA manusia itu merupakan satu kesatuan yang

mempunyai sifat fisiologi sikologis. Misalnya, sesorang yang sedang merngetik

(aktifitas jasmaniyah), harus sudah menghafal kata-kata atau kalimat yang akan diketik

sekaligus hafal dimana letak huruf-hurufnya, angka-angka dan tanda-tanda lainnya

(aktivitas ruhaniyah).

Fungsi-fungsi jiwa dalam kenyataannya sangat sulit dan rumit. Untuk itu, para

ahli menggolongkannya menurut alat-alat yang berfungsi. Terkait dengan hal ini,

Aristoteles membagi aktifitas atau kegiatan jiwa individu menjadi dua golongan (Bimo

Walgito,1983: 49), yaitu [2] Kemampuan manusia menerima stimulus dari luar.

Kemampuan ini berhubungan dengan pengenalan (kognisi). Kognisi adalah

pengamatan; pemikiran; pencapaian pengetahuan tentang sesuatu . Dan atau

kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang

seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan

Page 24: MATERI UKG PEJAS

memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami,

menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi

biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Pengetahuan seseorang tentang

sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi

perilaku atau tindakan mereka terhadap sesuatu. Merubah pengetahuan seseorang akan

sesuatu dipercaya dapat merubah perilaku mereka. Adapun gejala pengenalan (kognisi)

secara umum dapat di bagi dua yaitu: melalui indera dan melalui akal. Dari kedua

pengenalan itu pada akhirnya akan saling menentukan bagi kapasitas kognisi

(intelegensi).

1. Pengamatan

Pengamatan sebagai fungsi jiwa dapat di artikan sebagai unit organisasi dan

interprestasi kesan-kesan timbul yang merupakan hasil pekerjaan indera sehingga

individu dapat meberikan kenyataan yang ada di sekitarnya. Setiap kekuatan yang

merangsang seseorang yang berasal dari dalam atau dari luar menarik perhatianya.

Apabila ia menyatakan bahwa ia memberikan perhatian kepada sesuatu itu, berarti

bahwa ia memutuskan kegiatan jiwanya kepad objek tersebut tidak kepada objek-objek

lainnya. Perbuatan juga dapat diarahkan kepada pikiran atau keadaan emosi seseorang,

Perhatian perlu sebagai persiapan bagi bentuk-bentuk kegiatan jiwa lainnya.

2. Tanggapan

Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok dapat diartikan sebagai kesan-

kesan imajinatif bagi individu sebagi akibat pengamatan, objek-objek yang diamati

tidak lagi berada dalam ruang dan waktu-waktu pengamatan. Tanggapan merupakan

gambaran ingatan dari seseuatu pengamatan, maka tanggapan dapat dibedakan menjadi:

Menurut alat indra: yang berperan dalam waktu mengamati ada tanggapan fisual

(penglihatan), auditif (pendengaran), penciuman dan sebagainya.

- Menurut terjadinya: ada tanggapan ingatan, ada tanggapan fantasi.

- Menurut terikatnya: ada tanggapan benda dan ada tanggapan kata.

3. Fantasi

Fantasi dapat diartikan sebagai kemampuan daya jiwa untuk membentuk tanggapan-

tanggapan baru dengan bantuan tanggapan-tanggapan yang sudah ada tidak perlu sesuai

Page 25: MATERI UKG PEJAS

dengan benda-benda yang ada. Kemampuan jiwa manusia membentuk tanggapan baru

yaitu berupa imajinasi.

4. Ingatan

Ingatan dapat diartikan sebagai kesanggupan jiwa untuk mencamkan, menyiapkan, dan

memproduksi suatu tanggapan. Rumusan definisi yang dikatakan bahwa ingatan adalah

suatu aktifitas tempat pengetahuan manusia berasal (berdasarkan kesan-kesan dari masa

lampau).

Aktifitas atau perbuatan mengingat kemungkinan individu tetap memiliki kesan-kesan

yang dimilikinya. Oleh karena itu, aktivitas mengingat harus memenuhi unsure-unsur

berikut:

Mencamkan (learning)

Menyimpan (retaining)

Memproduksi (recalling)

5. Berpikir

Berpikir merupakan fungsi jiwa yang mengandung maksud dan tujuan

memecahkan masalah, menemukan hubungan, dan menentuka sangkut paut antara

masalah satu dengan yang lainnya.

6. Inteligensi

Inteligensi adalah kemampuan menunjukkan bagaimana cara ndividu bertingkah laku

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

B. Konasi

kehendak merupakan fungsi kejiwaan yang bersufat pasif, tetpi lebih merupakan

perbuatan atau fungsi kejiwaan yang bersifat aktif. Dengan pertanyaan ini, maka

kehendak berrti sebagai usaha yang aktif menuju pelaksanaan suatu tujuan

(linschoten,t.t.: 198). Kehendak sebagai salah satu fungsi kejiwaan yang sangat penting,

dapat menjadi penentu berhasil tidaknya individu dalam mencapai suatu tujuan, baik

tujuan yanga wajar maupun tujuan yang ditetapkan secara eksplisit (ditetapkan sendiri).

Kedua aspek kehendak tersebut dapat dipersatukan dalam pengertian umum yang

disebut usaha.

Page 26: MATERI UKG PEJAS

Teori Kehendak

Teori-teori kehendak terdiri dari dua aspek, yaitu tujuan yang wajar (usaha yang

wajar) dan tujuan yang di tetapkan secara eksplisit (usaha yang ditetapkan

sendiri).Terkait dengan itu, bila kita menitik beratkan pada aspek wajar, berarti kita

bersandar pada teori kehendak biologis. Apabila kita meletakkan titik berat pada usaha

yang ditetapkan pada oleh individu sendiri, berarti kita bersandar atau memakai teori

kehendak psikologis kesadaran. Teori kehendak biologis ini menitikberatkan pada

fungsi organism, insting, dan nafsu.Diantara pemuka teori ini adalah Mac.Dougall dan

Mannich.

Mac. Dougall

Dougall memandang kehendak sebagai suatu kerja sama yang rapi dan halus dari

dorongan-dorongan sejenis yang menentukan tingakah laku manusia dan hewan-hewan.

Dorongan-dorongan (implus) yang di maksud Dougall adalah tidak lain dari fungsi

organisme (biologis) yang diorganisasikan oleh insting-insting.

Mannich

Mannich memandang bahwa kemauan ditimbulkan oleh adanya nafsu atau dorongan

pada organism yang berorientasi pada mempertahankan hidup, baik hidup sendiri

maupun hidup sejenis.

Dorongan nafsu yang bekerja dalam diri manusia dapat di bedakan menjdi tiga

macam nafsu dasar atau pokok.Ketiga macam dorongan nafsu tersebut terdiri dari

dorongan nafsu mempertahankan diri, dorongan nafsu mempertahankan jenis, dan

dorongan nafsu mengembangakn diri. Menurut Minnich, dorongan pada organism itu

baru merupakan kekuatan yanga ada dalam nafsu. Cara organism memenuhi nafsunya

dengan kekuatan (dorongan) itu disebut insting. Insting menunjukkan apa, bagaiman,

dan dimana di peroleh pemahaman nafsu itu. Sementara teori kehendak psikologis ,

menitikberatkan pada fungsi kesadaran dan tujuan (teleologis) individu. Teori ini di

kemukakan oleh William Stern, Johannes lindworski, dan james E. Reyce.

William Stern

William stern meninjau kehendak itu dari sudut proses timbulnya, yaitu dari kebutuhan

kepribadian individu, adanya kesadaran akan tujuan dan adanya pelaksanaan tujuan

Page 27: MATERI UKG PEJAS

yang disertai tingkah laku. Kecenderungan psikologis pendapat Stern ini di tunjukkan

dengan adanya antisipasi dan sadar tujuan (teleologis) yang memimpin kebutuhan

individu.

A.H. Maslow, mengemukakan kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi agar

perkembangan individu dapat berlangsung dengan baik, yaitu:

a. kebutuhan fisiologis; kebutuhan akan udara, makanan,seks dan lain-lain.

b. kebutuhan akan rasa aman.

c. kebutuhan akan cinta kasih dan kebutuhan untuk memiliki atau di miliki.

d. kebutuhan untuk mengetahui dan mengartikan sesuatu.

e. kebutuhan akan penghargaan.

kebutuhan akan kebebasan tingkah laku tanpa hambatan-hambatan dari luar untuk

menjadikan diri sendiri sesuai dengan citra dirinya sendiri. Pada manusia memang

terdapat bermacam-macam kebutuhan yang muncul setiap saat. Kebutuhan yang

pertama kali harus di penuhi adalah kebutuhan akan makan dan oksigen, yaitu

kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi akan menyebabkan manusia tidak dapat

mempertahankan hidupnya. Kebutuhan ini di sebut dengan kebutuhan primer atau dasar.

Namun,manusia tidak mungkin hidup secara wajar, sejahtera, sehat dan bahagia jika

kebutuhan primer saja yang dipenuhi. Manusia membutuhkan yang lain yang dapat

memberinya perasaan aman, kasih sayang, pujian, kebebasan dalam bertidak tanpa

hambatan dan sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan yang terahir ini bersifat psikis dan

para ahli menamakannya dengan kebutuhan psikologis (kebutuhan sekunder).

Kebutuhan psikologis sangat penting untuk dipenuhi agar individu bisa hidup sejahtera

tanpa hambatan-hambatan dalam perkembangan intelek, emosi maupun cara-cara

penyesuaian dirinya.

Johannes lindworski

Menurut lindworski, sumber kehendak adalah kekuatan yang berada dalam pribadi dan

kekuatan untuk bercorak menentukan. Jika kehendak berpusat dalam pribadi individu,

maka kehendak memiliki kekuatan yang besar. Kekuatan kehendak juga ditimbulkan

oleh kesadaran akan kebenaran pendorong yang menjadi penggeraknya.

Page 28: MATERI UKG PEJAS

Faktor pendorong itulah harus disadari demi melahirkan sesuatu keputusan perbuatan

yang tegas dan bersemangat. Kesadaran akan pendorong itu, menurutnya, lebih brnilai

tinggi untuk memperkuat kehendak di bandingkan melatih kehendak.

James E. Reyce

Menurut James E. Reyce, kehendak itu merupkan kekuatan psikis yang mewujudkan

diri dalam perbuatan memilih. Dengan demikian suatu tindakan yang memiliki nilai

keputusan haruslah berdasarkan pada perbuatan memilih (dengan sadar. niat) sebagai

perwujudan kehendak atau kemauan.

c. pembagian kehendak

Secara garis besar kehendak dapat di bagi menjadi dua macam, yakni kehendak yang

berpusat pada kehidupan jasmaniah dan kehendak yang berhubungan dengan kehidupan

ruhaniah (perbuatan kemauan).

1. kehendak yang berpusat pada kehidupan jasmaniah (biologis)

Gejala-gejal yang berpusat pada kehidupan jasmaniah nampak dalam kehidupan

tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia. Beberapa fungsi kehendak tersebut dapat di

bagi menjadi 9 macam, yaitu tropisme, reflex, insting, otomatisme, kebiasaan,

kecenderungan, dorongan, keinginan, dan hawa nafsu.

a. tropisme

merupakan reaksi atau peristiwa yang menyebabkan gerakan pada suatu arah

tertentu. Reaksi ini hanya nampak pada kehidupan tumbuh-tumbuhan dan

hewan.Contoh : tumbuhan yang batang dan daunnya condong menghadap sinar

matahari untuk memperoleh sinar yang cukup.

b. Reflex

Suatu gerakan (reaksi) yang tidak disadari terhadap perangsang yang datang,

baik dari luar maupun dari dalam.

c. Insting

Suatu kesanggupan untuk melakukan sesuatu perbuatan yang tertuju pada

pemuasan dorongan nafsu dan dorongan-dorongan lain yang di bawa sejak lahir.

Perbuatan insting atau yang bisa disebut naluri ini mempunyai sifat tidak

Page 29: MATERI UKG PEJAS

berubah sejak lahir sampai mati. Misalnya, setiap bayi yang lahir selalu

menangis , cara menyusu bayi juga sama antara bayi yang satu dengan yang lain.

d. Otomatisme

suatu gerak spontan (berlangsung denga sendirinya), bukan karena pengaruh

akal atau pikiran dan luar kekuatan kehendak. Misalnya: gerakan jantung

(supaya darah dapat mengalir kesemua bagian tubuh), paru-paru bergerak

mengembang dan mengempis (supaya tubuh mendapat zat asam yang di

perlukan dan mengeluarkan zat arang yang tidak berguna).

e. Kebiasaan

Rangkaian perbuatan yang sudah di stabilkan sehingga berlaku dengan

sendirinya, namun kadang-kadang masih di pengaruhi oleh pikiran. Contoh

kebiasaan merokok setelah selesai makan, meletakkan benda pada tempatnya,

membaca koran setiap pagi dan sore, begitu juga kebiasaan membaca Al-Qur’an

setiap selesai sholat maghrib, dan sebagainya.

f. Kecenderungan

Keinginan atau hasrat yang sering timbul secara berulang-ulang yang tertuju

pada sesuatu yang konkret.

Menurut Paulhan, psikolog Prancis sebagimana di kutip oleh Kartini Kartono,

kecenderungan di bedakan menjadi empat macam:

1. kecenderungan vital (hayat), seperti lahap, gemar makan (rakus), gemar minum-

minuman keras, dan sebagainya.

2. kecenderungan perseorangan (egoistis), seperti sift-sifat loba, tamak, kikir, cinta diri,

brutal, merasa paling benar, dan sebaginya.

3. kecenderungan social, seperti persahabatan, kerukunan, gotong royong, hajat untuk

beramal, dan sebagainya.

4. kecenderungan abstrak.

Kecenderungan abstrak di bagi menjadi 2 macam, yaitu:

1. kecenderungan abstrak positif, misalnya : gemar mengabdi keda Tuhan, berbuat jujur,

patuh, bertanggung jawab, dan sebaginya.

Page 30: MATERI UKG PEJAS

2. kecenderungan abstrak negative, misalnya: bohong, munafiq, menipu, dan

sebagainya.

g. dorongan, yaitu suatu kekuatan kehendak yang terdapat dalam individu untuk

memenuhi kebutuhan tertentu.

h. keinginan, yaitu suatu dorongan yang di dasari, yang tertuju pada sesuatu kebutuhan

tertentu dan pemenuhan terhadap segala sesuatu yang ingin di capai. Misalnya :

dorongan makan dan minum dan lain-lain.

i. hawa nafsu, adalah hasrat yang sangat kuat dan hebat sehingga dapat mengganggu

keseimbangan fisik. Hawa nafsu dapat menguasai segala fungsi hidup kejiwaan, segala

keinginan yang lain di kesampingkan.[5]

2.kehendak yang berpusat pada kehidupan ruhanian (perbuatan kemauan)

Penggunaan istilah kehendak lebih luas dari pada istilah kemauan yang hanya dimilki

dan digunakan untuk manusia. Oleh karena itu kemauan dapat di artikan sebagai

dorongan kehendak yang terarah pada tujuan hidup tertentu dan dikendalikan oleh

pertimbangan akal budi. Dengan begitu tentunya kemauan lebih tinggi tingkatannnya

(sifat ruhaniah) dari pada kehendak atau (sifat jasmaniah) seperti insting, refleks,

otomatis, dorongan, hawa nafu dan sebagainya. Sebagaimana di dinyatakan oleh Kartini

Kartono. Untuk membedakan kemauan dan kehendak penulis jelaskan beberapa

karakteristik kemauan.

Kemauan merupakan dorongan dari dalam yang khusus di miliki manusia. Maka,

kemauan merupakan dorongan yang disadari dan dipertimbangkan.

Kemauan berhubungan erat dengan suatu tujuan. Kemauan mendorong timbulnya

perhatian dan minat, selain itu, ia juga mendorong gerak aktivitas ke arah tercapainya

suatu tujuan.

Kemauan sebagai pendorong timbulnya perbuatan kemauan yang didasarkan atas

sebagai pertimbangan, baik pertimbangan akal yang menentukan benar salahnya suatu

perbuatan kemmauan maupun pertimbangan perasaan yang menentukan baik buruknya

perbuatan kemauan.

Page 31: MATERI UKG PEJAS

Pda kemauan tidak hanya terdapat pertimbangan akal pikiran dan perasaan saja, tetapi

juga seluruh pribadi memberikan corak pada perbuatan kemauan.

Perbuatan kemauan bukanlah tindakan yang bersifat kebetulan melainkan tindakan yang

di sengaja dan terarah pada tercapainya tujuan.

Kemauan dapat menjadi pemersatu (unifikator) dari semua tingkah laku manusia dan

mengkoordinasikan semua fungsi kejiwaan menjadi bentuk kerja sama yang

superharmonis. Maka, menauan yang sehat akan menjadikan manusia satu kesatuan

yang benar-benar menyadari tujuan hidupnya dalam setiap langkah dan tingkah

lakunya.

Sehubungan dengan pelaksanaan keputusan kemauan, ada dua aspek yang perlu

diperhatikan, yaitu aspek motif dan aspek usaha. Dalam aspek motif, keputusan itu

harus berharga, artinya berharga secara khusus bagi yang melaksanakan kemauan itu.

Dan dalam aspek usaha, ada beberapa kemungkinan, yaitu menerima, ragu-ragu, dan

menunda. Hal ini di sebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

Keadaan fisik, adalah pengaruh yang berhubungan dengan kondisi jasmani, yakni

sanggup tidaknya, kuat tidaknya, mampu tidaknya untuk melaksanakan keputusab

kemauan.

Keadaan materi, seperti bahan-bahan, syarat-syarat dan alat-alat yang dipergunakan

untuk melaksanakan keputusan kemauan.

Keadaan lingkungan, maksudnya adalah keputusan kemauan dapat dilaksanakan dalam

lingkungan tertentu, yang sesuai dengan lingkungan, apakah lingkungan dapat

membantu, atau sebaliknya.

Kata hati, memegang peran penting dalam melaksanaan keputusan kemauan. Karena

keputusan kata hati dapat mengalahkan pertimbangan-pertimbangan yang lain.

3. Emosi

Perasaan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, baik dalam kehidupan

sehari-hari maupun dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Perasaan dapat

menyebabkan manusia berbuat baik ataupun berbuat buruk, misalnya: melihat seorang

nenek-nenek yang takut menyeberang jalan yang ramai, seorang pemuda merasa belas

Page 32: MATERI UKG PEJAS

kasihan, lalu segeralah dia mendekatinya dan menolongnya menyeberang jalan yang

ramai itu; karena merasa iri hati melihat temannya dapat membeli arloji baru, si Polan

berkasak-kusuk menjelek-jelekkan nama baik temannya itu. Kecuali itu perasaan suka

dapat menambah gairah dan kebahagiaan hidup, misalnya dengan mendengarkan lagu

yang menjadi kesukaannya seseorang dapat lebih menikmati hidup ini; karena dapat

mengatasi persoalan, seseorang merasa bangga. Sebaliknya perasaan tidak suka

membuat orang kurang bersemangat acuh-takacuh, dan mungkin mengalami ketidak

seimbangan batin, misalnya karena dikatakan bodoh seseorang lalu menjadi kendur

semangat, menderita perasaan, rendah diri.

Dalam proses belajar mengajar, gejala emosi mempunyai arti praktis sebagai berikut:

Perasaan suka atau gembira bersifat menggiatkan, sedangkan perasaan tidak suka atau

sedih bersifat melemahkan, karena itu alangkah baiknya apabila pelajaran yang

diberikan oleh guru dapat diterima oleh siswa dalam suasana suka dan gembira.

Seringkali siswa mengalami perasaan takut dan cemas; keadaan begini sudah barang

tentu tidak menguntungkan baginya, karena itu guru berkewajiban membantu

melenyapkan perasaan seperti itu; cara yang dapat ditempuh ialah kecuali pendekatan

yang simpatik, dalam berbicara hendaknya guru mempergunakan kata yang logis, yang

dapat diterima oleh akal.

Perasaan itu bersifat menular, berjangkit; karena itu guru perlu waspada terhadap

pelahiran perasaan (sedih, gembira dan sebaginya) di depan siswa-siswa.

Perasaan-perasaan ruhaniah harus dikembangkan sebaik-baiknya, sebab perasaan ini

akan melatar belakangi dan mendasari budi pakerti dan perilaku yang luhur.

Perasaan-perasaan tertentu sangat jelas perkembangannya selama masa remaja, yaitu

perasaan kebangsaan, perasaan social dan perasaan agama; maka peka ini hendaknya

dipergunakan sebaik-baik mungkin oleh para guru.

Perlu diingat pula bahwa perasaan-perasaan itu hendaknya dikembangkan secara

seimbang dan selaras.

A. Definisi Emosi

Banyak definisi mengenai emosi yang dikemukakan oleh para ahli karena

memang istilah emosi ini menurut Daniel Goleman (1995) yang merupakan pakar

Page 33: MATERI UKG PEJAS

“kecerdasan emosional” makna yang tepat masih membingungkan, baik dikalangan ahli

psikologi atau ahli filsafat dalam kurun waktu selama lebih dari satu abad. Karena

sedemikian membingungkannya makna emosi, maka Daniel Goleman (1995) dalam

mendefinisikan emosi merujuk kepada makna yang paling harfiah yang diambil dari

“Oxford English Dictionary” yang memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau

pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap.

Lebih lanjut Daniel Glomen (1995) mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu

perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan

serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Sementara itu, Chaplin (1989) dalam “Dictionary of Psikology” mendefinisikan

emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup perubahan-

perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin

(1989) membedakan emosi dengan perasaan, dan dia mendefinisikan perasaan/(feeling)

adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal oleh

bermacam-macam keadaan jasmaniah. Dengan demikian, emosi adalah suatu respon

terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologi disertai perasaan

yang kuat biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus.

B. Bentuk-bentuk Emosi

Meskipun emosi sedemikian rupa kompleksnya, namun Daniel Glomen (1995) sempat

mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu:

- Amarah; di dalamnya meliputi beringas, mengamuk, benci, marah besar,

jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan,

tindak kekerasan, dan kebencian patologis.

- Kesedihan, di dalamnya meliputi, pedih, sedih, muram, suram, melankolis,

mengasihani diri, kesepian, ditolak, putus asa dan depresi.

- Rasa takut, di dalamnya meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was,

perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang, ngeri, kecut, panik dan

pobia.

Page 34: MATERI UKG PEJAS

- Kenikmatan, di dalamnya meliputi bahagia, gembira, ringan puas, riang, senang,

terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi,

girang, senang sekali, dan mania.

- Cinta, di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan

hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih saying.

- Terkejut, di dalamnya meliputi terkesiap, takjub, dan terpena.

- Jengkel, di dalamnya meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka dan mau

muntah.

- Malu, di dalamnya meliputi rasa bersalah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina,

aib, dan hati hancur lebur.

C. Hubungan antara Emosi dengan Tingkah Laku

Pertanyaan mendasar berkaitan dengan hubungan antara emosi dengan tingkah

laku adalah: apakah emosi yang menimbulkan tingkah laku ataukah tingkah laku yang

menimbulkan emosi? Jawaban terhadap pertanyaan ini ada beberapa pendapat yang

kemudian menghasilkan apa yang dikenal dengan “teori emosi”. Melalui teori

“kecerdasan emosional” yang dikembangkannya, Daniel Glomen (1995)

mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi

memainkan peranan penting dalam pola berpikir emosional tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Respons yang Cepat Tetapi Ceroboh

Dikatakannya bahwa pikiran yang emosional itu ternyata lebih cepat daripada

pikiran yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat

bertindak tanpa mempertimbangkan apapun yang akan dilakukannya. Karena

kecepatannya itu sehinggga sikap hati-hati dan proses analitis dalam berpikir

dikesampingkan begitu saja sehingga tidak jarang menjadi ceroboh. Namun demikan, di

sisi lain, pikiran emosional ini juga mempunyai kelebihan, yakni membawa rasa

kepastian yang sangat kuat dan di luar jangkauan normal, sebagaimana yang dilakukan

oleh pikiran rasional.

2. Mendahulukan Perasaan Baru Kemudian Pikiran

Page 35: MATERI UKG PEJAS

Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lama

dibandingkan dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul

adalah dorongan hati atau emosional, baru kemudian doronga pikiran. Dalam urutan

respons yang cepat, perasan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan

pikiran. Reaksi emosional gerak cepat ini lebih tampak menonjol dalam situasi-situasi

yang mendesak dan membutuhkan tindakan penyelamatan diri.

3. Memperlakukan Realitas Sebagai Realitas Simbolik

Logika pikiran emosional, yang disebut juga sebagai logika hati, itu bersifat

asosiatif. Artinya memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sama

dengan realitas itu sendiri. Oleh sebab itu, seringkali berbagai perumpamaan, pantun,

kiasan, gambaran, karya seni, novel, film, puisi, nyanyian, opera, dan teater secara

langsung ditujukan pada pikiran emosional. Para ulama penyiar agama dan guru

spiritual termasyhur pada umumnya dalam menyampaikan ajaran-ajarannya senantiasa

berusaha menyentuh hati para pengikutnya dengan cara berbicara dalam bahasa emosi,

dengan mengajar melalui perumpamaan, fabel, ibarat, dan kisah-kisah yang sangat

menyentuh perasaan.

4. Masa Lampau Diposisikan Sebagai Masa Sekarang

Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa

dengan kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi, maka pikiran

emosional akan menanggapinya dengan memicu perasaan-perasaan yang berkaitan

dengan peristiwa yang diingat itu. Pikiran emosional bereaksi terhadap keadaan

sekarang seolah-olah keadaan itu adalah lampau. Kesulitannya adalah, terutama apabila

penilaian terhadap masa lampau itu cepat dan otomatis, barangkali kita tidak menyadari

bahwa yang dahulu memang begitu, ternyata sekarang sudah tidak lagi seperti itu.

5. Realitas yang Ditentukan oleh keadaan

Pikiran emosional pada diri individu itu dalam bekerjanya sebenarnya banyak

ditentukan oleh keadaan dan didiktekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol

pada saat itu. Cara seorang berpikir dan bertindak pada saat merasa senang dan romantis

akan sangat berbeda dengan perilakunya ketika sedang dalam keadaan sedih, marah,

atau cemas. Dalam mekanisme emosi itu ada repertoar pikiran, reaksi, bahkan

Page 36: MATERI UKG PEJAS

ingatannya sendiri-sendiri. Repertoar itu menjadi sangat menonjol pada saat-saat yang

disertai dengan intensitas emosi yang tinggi.

Selain teori kecerdasan emosional yang dapat digunakan untuk menjelaskan

hubungan atau pengaruh emosi terhadap tingkah laku, ada juga sejumlah teori-teori

emosi yang lain juga menjelaskannya. Adapun teori-teori tersebut adalah:

a. Teori Sentral

Teori sentral ini dikemukakan oleh Walter B. Canon. Menurut teori ini, gejala

kejasmanian termasuk tingkah laku merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh

individu. Jadi individu mengalami emosi lebih dahulu, baru kemudian mengalami

perubahan-perubahan dalam jasmaninya. Dengan demikian, menurut teori ini dapat

dikatakan bahwa emosilah yang menimbulkan tingkah laku, dan bukan sebaliknya.

Karena seseorang merasa sedih, maka dia menangis dank arena seseorang merasa takut,

maka dia melarikan diri.[12]

b. Teori Peripheral

Teori ini dikemukakan oleh James dan lange. Menurut teori ini dikatakan bahwa

gejala-gejala kejasmanian atau tingkah laku seseorang bukanlah merupakan akibat dari

emosi, melainkan emosi yang dialami oleh individu itu sebagai akibat dari gejala-gejala

kejasmanian. Menurut teori ini seseorang bukannya karena takut kemudian lari,

melainkan karena lari menyebabkan seseorang takut. Demikian juga seseorang

bukannya karena sedih sehingga menangis,melainkan menangis itulah maka menjadi

sedih.seandainya seseorang itu tidak menangis,maka kemungkinan tidak akan menjadi

teramat sedih. Dengan demikian,menurut teori ini dapat dikatakan bahwa tingkah laku

yang menimbulkan emosi,dan bukan sebaliknya.

c. Teori Kepribadian

Menururt teori ini,bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi yang tidak

dapat dipisah-pisahkan.maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan jasmani. Jadi

antara emosi dengan tingkah laku hanya dapat dibedakan, tetapi tidak bisa dipisah-

pisahkan.

d. Teori Kedaruratan Emosi

Page 37: MATERI UKG PEJAS

Teori ini dikemukakan oleh Cannon. Teori ini mengemukakan bahwa reaksi

yang mendalam dari kecepatn jantung yang semakin bertambah akan menambah

cepatnya aliran darah menuju ke urat-urat, hambatan-hambatanpada pencernaan,

pengembagan atau pemuaian kantung-kantung di dalam paru-paru dan proses lainnya

yang mencirikan secara khas keadaan emosional seseorang, kemudian menyiapkan

organism untuk melarikan diri atau untuk berkelahi, sesuai dengan penilaian terhadap

situasi yang ada oleh kulit otak.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, antara kognisi-emosi-konasi tidak dapat

dipisahkan, hal terjadi karena semua gejala kejiwaan merupakan satu kesatuan.

Pengenalan tanpa didasari pada perasaan dan kehendak tidak membekas pada jiwa yang

pada akhirnya pengenalan itu tidak akan membuahkan pengertian yang lebih dalam

tentang objek yang di indera itu.

Kognisi

Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari

proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah

memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat,

menganalisis, memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas

atau kemampuan kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang

ilmu yang mempelajari kognisi beragam, di antaranya adalah psikologi, filsafat, dan

lain-lain.

2. Konasi (Kehendak)

Kemauan merupakan salah satu fungsi hidup kejiwaan manusia, dapat diartikan sebagai

aktifitas psikis yang mengandung usaha aktif dan berhubungan dengan pelaksanaan

suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang menuju pada sesuatu arah.

Adapun tujuan kemampuan adalah pelaksanaan suatu tujuan-tujuan yang harus diartikan

dalam suatu hubungan. Misalnya, seseorang yang memiliki suatu benda, maka

tujuannya bukan pada bendanya, akan tetapi pada mempunyai benda itu”, yaitu berada

dalam relasi (hubungan), milik atas benda itu. Seseorang yang mempunyai tujuan untuk

menjadi sarjana, dengan dasar kemauan, ia belajar dengan tekun, walaupun mungkin

Page 38: MATERI UKG PEJAS

juga sambil bekerja. Dalam istilah sehari-hari, kemauan dapat disamakan dengan

kehendak dan hasrat. Kehendak ialah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu

yang merupakan kekuatan dari dalam dan tampak dari luar sebagai gerak-gerik.

3. Emosi (Perasaan)

Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang, hanya corak dan

tingkatannya tidak sama. perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian

sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal.

Apakah perasaan itu?

Perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami

dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan

bersifat subyektif. Jadi unsur-unsur perasaan ialah :

- Bersifat subyektif daripada dengan gejala mengenal

- Bersangkut paut dengan gejala mengenal

- Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak

sama.

Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula

dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang

terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang

sama. Karena adanya sifat subyektif pada perasaan maka gejala perasaan tidak dapat

disamakan dengan pengamatan, fikiran dan sebagainya.

Pengenalan hanya berstandar pada hal-hal yang ada berdasarkan pada kenyataan,

sedangkan perasaan sangat dipengaruhi oleh tafsiran sendiri dari orang yang

mengalaminya. Perasaan tidak merupakan suatu gejala kejiwaan yang berdiri sendiri,

tetapi bersangkut paut atau berhubungan erat dengan gejala-gejala jiwa yang lain, antara

lain dengan gejala mengenal. Kadang-kadang gejala perasaan diiringi oleh peristiwa

mengenal dan sebaliknya pada suatu ketika ada gejala perasaan yang menyertai

peristiwa mengenal.

PENJAS ADAPTIF

Page 39: MATERI UKG PEJAS

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan

sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut,

sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan luar

biasa(PLB). PLB merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan

pendidikan ABK. Adapun yang dirancang dalam PLB adalah kelas, program dan

layanannya. Sehingga PLB dapat diartikan juga sebagai Spesial kelas, program atau

layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak luar biasa.

ABK bisa memiliki masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan

tingkahlakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal

ini karena sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang

diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang

memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah

dengan benar.

Di satu sisi, Anak luar Biasa harus dapat mandiri, beradaptasi, dan bersaing dengan

orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat melakukan aktivitas gerak.

Secara tidak disadari akan berdampak kepada pengembangan dan peningkatan

kemampuan fisik dan keterampilan geraknya. Pendidikan jasmani bagi ABK disamping

untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik.

Dengan uraian di atas maka jelas bahwa Pendidikan jasmani yang diadaptasi dan

dimodifikas sesuai dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat kemampuan ABK

merupakan salah satu factor yang sangat menentukan dalam keberhasilan Pendidikan

bagi ABK. Keberhasilan ini akan terwujud baik pada PLB dalam bentuk kelas khusus,

program khusus, maupun dalam bentuk layanan khusus di SD biasa maupun di tiap

jenjang sekolah biasa lainnya.

Apa dan bagaimana pendidikan jasmani bagi ABK atau Pendidikan Jasmani

adaptif secara sederhana akan diuraikan dibawah ini:

1. Pengertian pendidikan jasmani adaptif

Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani

biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan

secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian

Page 40: MATERI UKG PEJAS

layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui,

menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis

ketunaan ABK memiliki problim dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai

akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan

belajar. Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan

demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan

khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan dan mengkoreksi

kelainan dan keterbatasan tersebut.

2. Ciri dari program pengajaran penjas Adaptif

Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang

menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri

tersebut adalah:

Program Pengajaran Penjas adaptif disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan

siswa. Hal ini dimaksutkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang

berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya

bagi siswa yang memakai korsi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain

basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan

yang dikenakan kepada siswa yang berkorsi roda dimodifikasi. Demikian dengan

kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan Jasmani adaptif akan dapat

membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan

mentalnya.

Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi

kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak luar Biasa bisa terjadi pada

kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program

pengajaran pendidikan Jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri

sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaanya. Program Pengajaran Penjas adaptif

harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK.

Untuk itu pendidikan Jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani

yang progressif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian

tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman

Page 41: MATERI UKG PEJAS

sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut

di atas. maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan

penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan

ini akan dapat membawa siswa berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai

objek di lingkungannya.

3. Tujuan pendidikan jasmani adaptif.

Sebagaimana dijelaskan di atas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan

jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma

Abdoellah, M.Sc. dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif”

memerinci tujuan pendidikan Jasmani adaptif bagi ABK sebagai berikut:

Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.

Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang

memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.

Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi

dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang

bersifat rekreasi.

Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan

mentalnya.

Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian social dan mengembangkan

perasaan memiliki harga diri.

Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan appresiasi

terhadap mekanika tubuh yang baik.

Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat

diminatinya sebagai penonton.

4. Modifikasi dalam pendidikan jasmani adaptif

Bila kita lihat masalah dari kelainannya, jenis Anak Berkebutuhan Khusus

dikelompokkan menjadi:

a. ABK yang memiliki masalah dalam sensoris

b. ABK yang memiliki masalah dalam gerak dan motoriknya

c. ABK yang memiliki masalah dalam belajar

Page 42: MATERI UKG PEJAS

d. ABK yang memiliki masalah dalam tingkah lakunya

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut

adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pengajaran Pendidikan Jasmani bagi ABK.

Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada:

a. Modifikasi aturan main dari aktifitas pendidikan jasmani.

b. Modifikasi keterampilan dan tehniknya .

c. Modifikasi tehnik mengajarnya.

d. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya

Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi

tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena

bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam

kegiatan tersebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi

area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula

seterusnya, tergatung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan

kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK.

SOSIOLOGI OLAHRAGA

Kajian olahraga terhadap ilmu olahraga diawali dengan keterlibatan sosiologi sebagai

salah satu ilmu yang digunakan untuk mengkaji fenomena keolahragaan. Konsep

sosiologi dipaparkan sebagai dasar untuk memahami konsep-konsep sosiologi olahraga,

khususnya berkaitan dengan proses sosial yang menyebabkan terjadinya dinamika dan

perubahan nilai keolahragaan dari waktu ke waktu. Fenomena olahraga mengalami

perkembangan begitu pesat sampai kedalam seluruh aspek olahraga. Olahraga tidak

hanya dilakukan untuk tujuan kebugaran badan dan kesehatan, tetapi juga menjangkau

aspek politik, ekonomi, sosial,dan budaya. Oleh karenanya pemecahan masalah dalam

olahraga dilakukan dengan pendekatan inter-disiplin, dan salah satu disiplin ilmu yang

dimanfaatkan adalah sosiologi.

Dari sisi pelaku dan proses sosial yang terbentuk, semakin memantapkan keyakinan

bahwa olahraga merupakan kegiatan yang kecil dan dilakukan dalam perikehidupan

masyarakat, artinya fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat telah

Page 43: MATERI UKG PEJAS

tercermin dalam aktivitas olahraga dengan terdapatnya nilai, norma, pranata, kelompok,

lembaga, peranan, status, dan komunitas.

Sosiologi berupaya mempelajari masyarakat dipandang dari aspek hubungan antar

individu atau kelompok secara dinamis, sehingga terjadi perubahan-perubahan sebagai

wujud terbentuknya dan terwarisinya tata nilai dan budaya bagi kesejahteraan pelakunya

untuk peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan secara utuh menyeluruh. Manusia

memiliki hasrat bermain dan bergerak sebagai wujud nyata aktualisasi dirinya untuk

mengembangkan dan membina potensi yang dimilikinya yang berguna bagi keperluan

hidup sehari-hari. Olahraga yang kita lihat pada era sekarang pada hakekatnya

merupakan aktivitas gerak fisik yang sudah mengalami pelembagaan formal. Disana

terdapat nilai dan norma baku yang bersifat mengikat para pelaku, penyelenggara, dan

penikmatnya agar olahraga bisa berlangsung dengan adil, tertib, dan aman.

A.PENGERTIAN SOSIOLOGI

Secara umum, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dan proses-

proses social yang terjadi di dalamnya antar hubungan manusia dengan manusia, secara

individu maupun kelompok, baik dalam suasana formal maupun material, baik statis

maupun dinamis.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi diartikan sebagai ilmu

masyarakat yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial,termasuk perubahan

sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok

yaitu kaidah sosial (norma), lembaga sosial, kelompok serta lapisan sosial. Proses social

adalah pengaruh timbale balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya

pengaruh timbale balik antara kemampuan ekonomi yang tinggi dengan stabilitas politik

dan hukum, stabilitas politik dengan budaya, dan sebagainya.

Telaah yang lebih dalam tentang sifat hakiki sosiologi akan menampakkan beberapa

karakteristiknya yaitu :

1.Sosiologi adalah ilmu sosial berbeda jika dibandingkan dengan ilmu alam /

kerohanian.

Page 44: MATERI UKG PEJAS

2.Sosiologi merupakan disiplin ilmu kategori bukan normatif, artinya bersifat non etis

yakni kajian dibatasi pada apa yang terjadi, sehingga tidak ada penilaian dalam proses

pemerolehan dan penyusunan teori.

3.Sosiologi merupakan disiplin ilmu pengetahuan murni, bukan ilmu pengetahuan

terapan, artinya kajian sosiologi ditujukan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu

pengetahuan secara abstrak.

4.Sosiologi meupakan ilmu pengetahuan empiris dan rasional artinya didasarkan pada

observasi obyektif terhadap kenyataan dengan menggunakan penalaran.

5.Sosiologi bersifat teoritis yaitu berusaha menyusun secara abstrak dari hasil observasi.

Abstrak merupakan kerangka unsur yang tersusun secara logis, bertujuan untuk

menjelaskan hubungan sebab akibat berbagai fenomena.

6.Sosiologi bersifat komulatif, artinya teori yang tersusun didasarkan pada teori yang

mendahuluinya.

Obyek suatu disiplin ilmu dibedakan menjadi obyek material dan obyek formal. Obyek

material adalah sesuatu yang menjadi bidang/kawasan kajian ilmu, sedang obyek formal

adalah sudut pandang / paradigma yang digunakan dalam mengkaji obyek material.

Sebagai ilmu sosial,obyek material sosiologi adalah masyarakat, sedang obyek

formalnya adalah hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan

manusia dalam masyarakat. Konsepsi masyarakat (society) dibatasi oleh unsur – unsur :

- Manusia yang hidup bersama.

- Hidup bersama dalam waktu yang relatif lama.

- Mereka sadar sebagai satu kesatuan.

- Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama yang mampu melahirkan

kebudayaan.

Secara khusus, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dipandang dari

aspek hubungan antara individu atau kelompok. Hubungan yang terjadi karena adanya

proses sosial dilakukan oleh pelaku dengan berbagai karakter, dilakukan melalui

lembaga sosial dengan berbagai fungsi dan struktur sosial. Keadaan seperti ini ternyata

juga terdapat dalam dunia olahraga sehingga sosiologi dilibatkan untuk mengkaji

masalah olahraga.

Page 45: MATERI UKG PEJAS

B.PENGERTIAN SOSIOLOGI OLAHRAGA

Sosiologi olahraga merupakan ilmu terapan, yaitu kajian sosiologis pada masalah

keolahragaan. Proses sosial dalam olahraga menghasilkan karakteristik perilaku dalam

bersaing dan kerjasama membangun suatu permainan yang dinaungi oleh nilai, norma,

dan pranata yang sudah melembaga. Kelompok sosial dalam olahraga mempelajari

adanya tipe-tipe perilaku anggotannya dalam mencapai tujuan bersama, kelompok sosial

biasanya terwadahi dalam lembaga sosial, yaitu organisasi sosial dan pranata. Beragam

pranata yang ada ternyata terkait dengan fenomena olahraga.

C.BIDANG KAJIAN SOSIOLOGI OLAHRAGA

Bidang kajian sosiologi olahraga sangat luas, mengingat hal itu para ahli berupaya

mencari batasan bidang kajian yang relevan misalnya:

a. Heizemann menyatakan bagian dari teori sosiologi yang dimasukkan dalam

ilmu olahraga meliputi:

Sistem sosial yang bersangkutan dengan garis sosial dalam kehidupan

bersama, seperti kelompok olahraga, tim, dan klub olahraga lainnya.

Masalah figure sosial, seperti figure olahragawan, Pembina, yang berkaitan

dengan usia, pendidikan, dan pengalaman.

b. b.Plessner dalam studi sosiologi olahraga menekankan pentingnya perhatian

yang harus diarahkan pada pengembangan olahraga dan kehidupan dalam

industri modern dengan mengkaji teori kompensasi.

c. G Magname menguraikan tentang kedudukan olahraga dalam kehidupan

sehari-hari, masalah olahraga rekreasi, masalah juara, dan hubungan antara

olahraga dengan kebudayaan.

d. John C.Phillips mengkaji tema yang berhubungan dengan olahraga dan

kebudayaan, pertumbuhan, dan rasional dalam olahraga.

e. Abdul Kadir Ateng menawarkan pokok kajian sosiologi olahraga yang

meliputi pranata sosial, seperti sekolah, dan proses sosial seperti

perkembangan status sosial atau prestise dalam kelompok dan masyarakat.

Berikut ini contoh-contoh sosiologi olahraga yang dinyatakan oleh Abdul Kadir Ateng:

Page 46: MATERI UKG PEJAS

- Pelepasan emosi (dengan cara yang dapat diterima masyarakat).

- Pembentukan pribadi (mengembangkan identitas diri)

- Kontrol sosial (penyerasian dan kemampuan prediksi)

- Sosialisasi (membangun perilaku dan nilai-nilai bersama yang sesuai)

- Perubahan sosial (interaksi sosial, asimilasi dan mobilitas)

- Kesadaran (pola tingkah laku yang benar)

- Keberhasilan (cara pencapaian dengan turut aktif atau sebagai penikmat)

CIDERA OLAHRAGA

Cedera sering dialami oleh seorang atlit, seperti cedera goresan, robek pada

ligamen, atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut biasanya memerlukan

pertolongan yang profesional dengan segera. Banyak sekali permasalahan yang dialami

oleh atlit olahraga, tidak terkecuali dengan sindrom ini. Sindrom ini bermula dari

adanya suatu kekuatan abnormal dalam level yang rendah atau ringan, namun

berlangsung secara berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Jenis cedera ini terkadang

memberikan respon yang baik bagi pengobatan sendiri.

Tak ada yang menyangkal jika olahraga baik untuk kebugaran tubuh dan

melindungi kita dari berbagai penyakit. Namun, berolahraga secara berlebihan dan

mengabaikan aturan berolahraga yang benar, malah mendatangkan cedera yang

membahayakan dirinya sendiri.

Ada beberapa hal yang menyebabkan cedera akibat aktivitas olahraga yang salah.

Menurut Wijanarko Adi Mulya, pengurus PBSI (persatuan bulutangkis seluruh

Indonesia) Jawa Timur, aktivitas yang salah ini karena pemanasan tidak memenuhi

syarat, kelelahan berlebihan terutama pada otot, dan salah dalam melakukan gerakan

olahraga. Kasus cedera yang paling banyak terjadi, biasanya dilakukan para pemula

yang biasanya terlalu berambisi menyelesaikan target latihan atau ingin meningkatkan

tahap latihan. Cedera akibat berolahraga paling kerap terjadi pada atlet, tak terkecuali

atlet senior. Biasanya itu terjadi akibat kelelahan berlebihan karena panjangnya waktu

permainan (misalnya ada babak tambahan) atau terlalu banyaknya partai pertandingan

yang harus diikuti. Cara yang lebih efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan

Page 47: MATERI UKG PEJAS

memahami beberapa jenis cedera dan mengenali bagaimana tubuh kita memberikan

respon terhadap cedera tersebut. Juga, akan dapat untuk memahami tubuh kita, sehingga

dapat mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya cedera,

bagaimana mendeteksi suatu cedera agar tidak terjadi parah, bagaimana mengobatinya

dan kapan meminta pengobatan secara profesional (memeriksakan diri ke dokter).

Perawatan dan pencegahan cedera di perguruan tinggi. Khususnya para mahasiswa

pendidikan jasmani. Makalah ini mencakup agar mahasiswa mampu melaksanakan dan

faham tentang prinsip-prinsip, faktor-faktor perawatan cedera dalam olahraga serta

dapat mempraktekkanya pada saat menempuh perkuliahan maupun setelah lulus dan

menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah.

Di dalam makalah ini kita dapat mengetahui manfaat dan kerugian dari Cedera Olahraga

tersebut. Baik cedera olahraga yang ringan maupun cedera olahraga yang berat. Sebagai

calon guru pendidikan jasmani kita harus tahu bagaimana mengkondisikan siswa-siswa

supaya meringankan terjadinya cedera olahraga.

Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan, memberikan kebugaran jasmani selama

cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi yang benar. Apakah semua macam

olahraga bisa menimbulkan cedera?

Cedera yang dialami tergantung dari macamnya olahraga, misalnya olahrag sepak bola,

tenis meja, balapan tentu memberikan resiko cedera yang berbeda-beda.

Kegiatan olahraga sekarang ini telah benar-benar menjadikan bagian masyarakat kita,

baik pada masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah sampai yang

paling baik. Telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan yang teratur

untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani.

Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani,

kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobi, sedangkan atlit baik

amatir dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kurangnya untuk

menjadi juara. Namun beberapa faktor yang mempunyai peran perlu diperhatikan antara

lain :

a. Usia Kesehatan Kebugaran

Page 48: MATERI UKG PEJAS

Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang disebut proses digenerasi mulai

berlangsung pada usia 30 tahun, dan fungsi tubuh akan berkurang 1% pertahun (Rule of

one), ini berarti bahwa kekuatan dan kelentukan jaringan akan mulai berkurang akibat

proses degenerasi, selain itu jaringan menjadi rentan terhadap trauma. Untuk

mempertahankan kondisi agar tidak terjadi pengurangan fungsi tubuh akibat degenerasi,

maka latihan sangat diperlukan guna mencegah timbulnya Atrofi, dengan demikian

bahwa usia memegang peranan.

b. Jenis Kelamin

Sistem hormon pada tubuh manusia berbeda dengan wanita, demikian pula dengan

bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik, maka tidak semua jenis

olahraga cocok untuk semua golonganusia atau jenis kelamin. Hal ini apabila

dipaksakan, maka akan timbul cedera yang sifatnya pun juga tertentu untuk jenis

olahraga tertentu

c. Jenis Olahraga

Kita tahu bahwa setiap macam olahraga, apapun jenisnya, mempunyai peraturan

permainan tertentu dengan tujuan agar tidak menimbulkan cedera, peraturan tersebut

merupakan salah satu mencegahnya.

d. Pengalaman Teknik Olahraga

Untuk melaksanakan olahraga yang baik agar tujuan tercapai perlu persiapan dan

latihan antara lain :

Metode atau cara berlatihnya.

o Tekniknya agar tidak terjadi “over use”.

e. Sarana atau Fasilitas

Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera masih timbul akibat

sarana yang kurang memadai

f. Gizi

Olahraga memerlukan tenaga untuk itu perlu gizi yzng baik, selain itu gizi menentukan

kesehatan dan kebugaran.

Dalam ilmu kedokteran sangat jelas bahwa dengan olahraga yang teratur memegang

peranan untuk memperoleh badan yang sehat, menghindari penyakit-penyakit seperti

Page 49: MATERI UKG PEJAS

penyakit jantung, serta menunda proses-proses degeneratif yang tidak bisa dihindari

oleh proses penuaan. Keadaan akan pentingnya serta keuntungan yang diakibatkan oleh

olahraga adalah sesuai dengan perubahan-perubahan kondisi sosial dan ekonomibila

kita menilai beragam olahraga, ada permainan-permainan tertentu yang bersifat

kompetitif untuk dipertandingkan dimana masing-masing individu harus bisa mencapai

prestasi maksimal untuk mencapai kemenangan, ini yang sering mengundang terjadinya

cedera olahraga, namun dapat dihindari bila faktor-faktor penyebab serta peralatan

olahraga tersebut diperhatikan.

Dalam cedera macam-macan pula derajat cederanya mulai dari yang ringan sampai

yang sangat berat, karena faktornya: jenis kelamin, derajat cedera, ukuran tubuh,

anatomi, kesegaran aerobik, kekuatan otot, kekuatan, kelemahan ligamen, kontrol

motorik pusat, kejiwaan, kemampuan mental merupakan faktor-faktor dalam

kecenderungan cedera.

B. Kerangka Berfikir

Tujuan utama dalam mempelajari tentang cedera olahraga adalah supaya mahasiswa

atau buru pendidikan jasmani mengetahui bagaimana menangani cedera olahraga dan

bagaiman mencegahnya. Untuk tidak menjadi kabur tentang perbedaan banyak ragam

jenis cedera maka perlu diberikan penjelasan tentang pengertian cedera, yaitu :

1. Cedera

Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian

daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya

ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama.

Dapat dipertegas bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan dilimpahkan

pada tubuh atau sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat

menahan dan tidak dapat menyesuaikan diri.

Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka yang bukan karena kegiatan

olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga celaka, tetapibila kita berhati-

hati kita akan bisa mengurangi resiko celaka tersebut.

2. Cedera Olahraga

Page 50: MATERI UKG PEJAS

Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk dikembangkan dan ditingkatkan

bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi, tetapi olahraga juga untuk kebugaran

jasmani secara umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan secara

pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan negara. Oleh karena

itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin mendapat perhatian yang luas.

Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan tersebut, korban cedera

olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika hanya karena cedera olahraga

tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau mempertahankan prestasi.

“Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga, sehingga dapat

menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian lain dari tubuh.

Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan

gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari

maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan bagi atlit cedera ini

bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus meninggalkan sama sekali

hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penaganan cedera olahraga harus dilakukan

secara tim yang multidisipliner.

Cedera olahraga dapat digolongkan 2 kelompok besar :

a. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti : lecet, lepuh, memar,

leban otot, luka, “stram” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah tulang, trauma

kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma pada dada, trauma pada

perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.

b. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang lebih

spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti : tenis elbow, golfer’s

elbow swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada tungkai dan kaki.

C. Macam Cedera Olahraga

Didalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi pemulihan seorang atlit

untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau perlu ke prestasi puncak sebelum

cedera.

Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan waktu penyembuhan yang

secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ) atau sistem jaringan ditubuh,

Page 51: MATERI UKG PEJAS

selain itu penyembuhan juga tergantung dari derajat kerusakan yang diderita, cepat

lambat serta ketepatan penanggulangan secara dini.

Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam kedokteran olahraga perlu

bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka serta cara memberikan terapi agar

tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah, sehingga penyembuhan serta

pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang cedera dapat dicapai dalam waktu

singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk pemulihan dan

peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk mempertahankan kondisi jaringan yang

cedera agar tidak terjadi penecilan otot (atropi).

Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka sangat diperlukan adanya

pengetahuan tentang macam-macam cedera.

D. Klasifikasi Cedera Olahraga

Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

a. Cedera tingkat 1 (cedera ringan)

Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang serius, namun dapat

mengganggu penampilan atlit. Misalnya: lecet, memar, sprain yang ringan.

b. Cedera tingkat 2 (cedera sedang)

Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada performance atlit.

Keluhan bias berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya:

lebar otot, straing otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).

c. Cedera tingkat 3 (cedera berat)

Pada cedera tingkat ini atlit perlu penanganan yang intensif, istirahat total dan mungkin

perlu tindakan bedah jika terdapat robekan lengkap atau hamper lengkap ligament

(sprain grade III) dan IV atau sprain fracture) atau fracture tulang.

d. Strain dan Sprain

Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada cedera olahraga.

1. Strain

Straing adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Straing dapat dibagi atas 3

tingkat, yaitu :

a) Tinkat 1 (ringan)

Page 52: MATERI UKG PEJAS

Straing tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi inflamasi ringan, meskipun

tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlit.

Misalnya straing dari otot hamstring (otot paha belakang) akan mempengaruhi atlit

pelari jarak pendek (sprinter), atau pada baseball pitcher yang cukup terganggu dengan

strain otot-otot lengan atas meskipun hanya ringan, tetapi dapat menurunkan endurance

(daya tahannya).

b) Tingkat 2 (sedang)

Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon, sehingga dapat

mengurangi kekuatan atlit.

c) Tingkat 3 (berat)

Straing pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang lebih hebat sampai komplit, pada

tingkat 3 diperlukan tindakan bedah (repair) sampai fisioterapi dan rehabilitasi.

2. Sprain

Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4 tingkat,

yaitu :

a) Tingkat 1 (ringan)

Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat ligament yang terdapat hematom

kecil di dalam ligamen dan tidak ada gangguan fungsi.

b) Tingkat 2 (sedang)

Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih luas, tetapi 50% masih baik. Hal

ini sudah terjadi gangguan fungsi, tindakan proteksi harus dilakukan untuk

memungkinkan terjadinya kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk

benar-benar aman dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi pada atlit

memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan belum berakhir dan akibatnya

akan timbul cedera baru lagi.

c) Tingkat 3 (berat)

Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau lepasnya ligament dari tempat

lekatnya dan fungsinya terganggu secara total. Maka sangat penting untuk segera

menempatkan kedua ujung robekan secara berdekatan.

d) Tingkat 4 (Sprain fraktur)

Page 53: MATERI UKG PEJAS

Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat ligamennya robek dimana tempat lekatnya

pada tulang dengan diikuti lepasnya sebagian tulang tersebut.

E. Penyebab dan Pencegahan pada cedera olahraga

Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani,

maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit cedera olahraga.

Sekarang hendakna kita satukan bahasa dahulu bahwa yang paling sental dalam

pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu orang yang

paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah dibandingkan

dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang olahraga.

Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat cedera.

Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlit.

Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh

dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni

yang tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera.

Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan cedera yang

berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara

pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar.

Banyak sekali penyebab-penyebab cedera olahraga yang perlu diperhatikan, sehingga

para atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga.

F. Penyebab Cedera Olahraga

Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara olahraga.

1. Faktor olahragawan/olagragawati

a. Umur

Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan

jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative

menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-

kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.

b. Faktor pribadi

Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering

mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.

Page 54: MATERI UKG PEJAS

c. Pengalaman

Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan

olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman.

d. Tingkat latihan

Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk

menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias

mengakibatkan cedera karena “over use”.

e. Teknik

Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan teknik

yang salah maka akan menyebabkan cedera.

f. Kemampuan awal (warming up)

Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar

dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture

tendon dan lain-lain.

g. Recovery period

Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal

setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana kondisi

organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan terjadinya cedera

bisa dihindari.

h. Kondisi tubuh yang “fit”

Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena

kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah

terjadinya cedera.

i. Keseimbangan Nutrisi

Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk kebutuhan

tubuh yang sehat.

j. Hal-hal yang umum

Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.

2. Peralatan dan Fasilitas

Page 55: MATERI UKG PEJAS

Peralatan : bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik akan

mudah terjadinya cedera.

Fasilitas : kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body

contack, serta jenis olahraga yang khusus.

3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut

Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang

kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus

diketahui sebelumnya.

G. Pencegahan Cedera

Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus

dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-

masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.

1. Pencegahan lewat keterampilan

Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan cedera

itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih awal.

Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wjar atau

relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan fisik

saja namun termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa terjadi

dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda kelelahan

pada atlitnya, serta harus dapt mengurangi dosis latihan sebelum resiko cedar timbul.

a) Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap

b) Kulit dan otot terasa mengembang

c) Kehilangan selera makan

d) Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah

e) Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat

f) Penurunan berat badan

g) Melambatnya pemulihan

h) Cenderung menghindari latihan atau pertandingan

2. Pencegahan lewat Fitness

Page 56: MATERI UKG PEJAS

Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot, sendi

dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa kelelahan.

a. Strength

Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang

diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar tidak

mudah cedera.

b. Daya tahan

Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti

tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.

c. Pencegahan lewat makanan

Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki proses

pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan.

Makan harus memenuhi tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan

latihannya.

Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira 2,5

jam sebelum latihan atau pertandingan.

Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan :

· Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan dipakai.

· Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.

· Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.

d. Pencegahan lewat lingkungan

Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena tersandung

sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera. Harusnya

memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak membahayakan.

e. Peralatan

Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan alat

sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu. Sepatu

adalah salah satu bagian peralatan dalam berolahraga yang mendapat banyak perhatian

para ahli. Masing-masing cabang olahraga umumnya mempunyai model sepatu dengan

cirinya sendiri. Yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga lari. Hal ini di

Page 57: MATERI UKG PEJAS

hubungkan dengan dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri maupun sebagai

bagian dari orang lain.

Sepatu yang baiksangat membantu kenyamanan berolahraga dan dapat memperkecil

resiko cedera olahraga.

Kontruksi sepatu

Sepatu lari yang baik mempunyai cirri-ciri kontruksi sebagai berikut :

1) Sol relative tebal dan kuat, tetapi cukup elastic sehingga mampu meredam benturan.

Biasanya mempunyai permukaan yang tidak rata (bergelombang atau berkembang-

kembang).

2) Tumit harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci (1,3 cm).

3) Bagian belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai “Achilles pad” dengan tujuan

mencegah cedera tendon Achilles.

4) Terdapat “arch support” yang baik.

5) Harus cukup fleksibel, bisa dibengkokkan dengan mudah.

6) “Heel counter” harus kuat dan kaku.

7) Berat sepatu sekitar 238-340 gram.

Sepatu dikatakan pas jika jarak antara ujung jari kaki dengan bagian depan sepatu

selebar satu jari tangan (1,5 cm), bagian yang lebar dari kaki pas dengan bagian lebar

dari sepatu, serta tumit “terpegang” dengan pas pada “counter” (bagian belakang

sepatu). Pengepasan sepatu harus dengan memakai kaos kaki (harus cukup empuk dan

tebal) yang bisa digunakan.

f. Medan

Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan atau

sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah karena

iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang terpenting atlit

mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.

g. Pencegahan lewat pakaian

Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos,

celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan tidak

elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik, sehingga

Page 58: MATERI UKG PEJAS

menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan mempengaruhi

penampilan atlit.

h. Pencegahan lewat pertolongan

Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih

berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan

anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian dalam

menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi yang tepat

pula.

i. Implikasi terhadap pelatih

Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan atlitnya

sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk tampil, bila

tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang permasalahan.

Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan faktor yang lebih

penting.

H. Perawatan dan Pengobatan cedera olahraga

Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu

mengetahui dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak, fruktur tulang

(patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh darah kecil

atau besar (pendarahan dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini terjadi akan ada warna

ungu, nyeri dan bengkak.

A. Penanganan pendarahan

Penanganan cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya pendarahan lokal.

1. Akut (0-24 jam)

Terjadi cedera antara saat kejadian sampai proses pendarahan berhenti, biasanya

samapai 24 jam. Dalam pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.

2. Sub-Akut (24-48 jam)

Pada saat masa akut telah berakhir, pendarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah

kembali. Bila pertolongan tidak benar dapat kembali ke tingkat akut dan berdarah

kembali.

3. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)

Page 59: MATERI UKG PEJAS

Pendarahan telah berhenti, dan kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut, pada saat ini

penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baikmasa ini dapat

mempersingkat. Pelatih harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus

meminta pertolongan dokter.

B. Penanganan pertama

Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dari keputusan yang dibuat

saat terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan. Bila dokter tidak ada, maka

terpaksa pelatih harus memutuskan sendiri, keadaan ini paling banyak berlaku.

Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlit terus atau berhenti, untuk cedera yang

berat keputusannya sangat mudah diambil, tetapi untuk cedera yang ringan

keputusannya menjadi sangat sulit. Bila ragu istirahatkan atlit anda, pelatih sebaiknya

mampu melakukan pemeriksaan praktis fungsional dilapangan.

C. Penanganan rehabilitasi medik

Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering digunakan

adalah :

1. Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik

2. Pelayanan fisioterapi

3. Pelayanan alat bantu (ortesa)

4. Pelayananpengganti tubuh (protesa)

Penangana rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.

a. Penanganan rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut.

Cedera akut ini terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting adalah

penangananya. Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk

menentukan apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila ada

tindakan pertama harus berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak ada hal yang

membahayakan jiwa atau hal tersebut telah teratasi maka dilanjutkan upaya yang

terkenal yaitu RICE :

R – Rest : diistirahatkan adalah tindakan pertolongan pertama yang esensial

penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.

I – Ice : terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.

Page 60: MATERI UKG PEJAS

C – Compression : penekanan atau balut tekan gunanya membantu mengurangi

pembengkakan jaringan dan pendarahan lebih lanjut.

E – Elevatin : peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis, mengurangi edema

(pembengkakan) dan rasa nyeri.

b. Penanganan rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut

Pada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain berupa :

· Pemberian modalitas terapi fisik

Terapi dingin :

Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :

1. Kompress dingin

Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu

kompreskan pada bagian yang cedera.

Lamanya : 20-30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.

2. Masase es

Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5-7

menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit.

3. Pencelupan atau peredaman

Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang

dicampur dengan es. Lamanya 10-20 menit.

4. Semprot dingin

Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang

cedera.

Terapi panas :

Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas adalah bila diberikan pada fase

subakut dan kronis dari suatu cedera, tetapi panas juga dapat diberikan pada keadaan

akut. Panas yang kita berikan ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya.

Kedalam penetrasi ini tergantung pada jenis terapi panas yang diberikan seperti yang

terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.

Penetrasi

Page 61: MATERI UKG PEJAS

Macam

Contoh

Dangkal (superfisial)

Dalam(Deep)

Lembab/Basah

Kering

Diatermi

Kompres kain air panas

“Hydrocollator pack”

Mandi uap panas

“Paraffin wax bath”

Hydrotherapy

Kompres botol air panas

Kompres bantal pemanas tenaga listrik

Lampu merah infra

Diatermi gelombang pendek

Diatermi gelombang mikro

Diatermi suara ultra

Secara ringkas efek pemberian panas secara lokal dapat dilihat pada tabel no 2.

Table 2 : Respon fisiologis terhadap panas

1. Panas meningkatkan efek vaskulatik jaringan kolagen.

2. Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit

3. Panas mengurangi kekakuan sendi

4. Panas mengurangi dan menghilangkan spasme otot

5. Panas meningkatkan sirkulasi darah

6. Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan eksudasi

7. Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker

Terapi air (Hydroterapy)

Page 62: MATERI UKG PEJAS

Pada sebagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong. Terapi air dipilih

karena adanya efek daya apung dan efek pembersihan. Jenis terapi ini dapat kita berikan

dengan memakai bak atau kolam air. Teknik lain terapi air adalah “contrast bath” yaitu

dengan menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air hangat suhu 40,5-43,3 C dan

satunya lagi diisi air dingin dengan suhu 10-15 C. anggota gerak yang cedera bergantian

masuk ke bejana secara bergantian dengan jarak waktu.

Perangsangan listrik

Perangsangan listrik mempunyai efek pada otot yang normal maupun otot yang

denervasi. Efek rangsangan listrik pada otot normal antara lain relaksasi otot spasme, re-

edukasi otot, mengurangi spastisitas dan mencegah terjadinya trombloflebitis. Sedang

pada otot denervasi efeknya meliputi menunda progrese atropi otot, memperbaiki

sirkulasi darah dan nutrisi.

Masase

Dengan menggunakan masase yang lembut dan ringan, kurang lebih satu minggu

setelah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat

diberikan dengan betul dan dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi bengkak

dan kekakuan otot.

· Pemberian terapi latihan

Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat cederanya.

Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan atau robekan serabut otot bagian central

memerlukan waktu pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot

bagian perifer. Sedangkan cedera tulang, persendian (ligament) memerlukan waktu

yang lebih lama.

Terapi latihan yang dapat diberikan, berupa :

1. Latihan luas gerak sendi

2. Latihan peregangan

3. Latihan daya tahan

4. Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh)

Page 63: MATERI UKG PEJAS

· Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)

Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi untuk

mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat proses

penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya ortesa dapat

berfungsi lebih banyak, antara lain : ortesa leher, dan support pada anggota gerak

bawah. Mencegah terjadinya deformitas dan meningkatkan fungsi anggota gerak yang

terganggu.

· Pemberian protesa (pengganti tubuh)

Protesa adalah suatu alat Bantu yang diberikan pada atlit yang mengalami cedera dan

mengalami kehilangan sebagian anggota geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk

menggantikan bagian tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.

MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani penulis anggap penting untuk diketahui

oleh para guru pendidikan jasmani. Diharapkan dengan mereka dapat menjelaskan

pengertian dan konsep modifikasi, menyebutkan apa yang dimodifikasi dan bagaimana

cara memodifikasinya, menyebutkan dan menerangkan beberapa aspek analisis

modifikasi.

Page 64: MATERI UKG PEJAS

Dalam penyelenggaraan program pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan

karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri, yaitu “ Developentally

Appropriate Practice” (DAP). Artinya bahwa tugas ajar yang disampaikan harus

memerhatikan perubahan kemampuan atau kondisi anak, dan dapat membantu

mendorong kea rah perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus

sesuai dengan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan anak didik yang diajarnya.

Perkembangan atau kematangan yang dimaksud mencakup fisik, psikis maupun

keterampilannya.

Tugas ajar itu juga harus mampu mengakomodasi setiap perubahan dan perbedaan

karakteristik individu dan mendorongnya kea rah perubahan yang lebih baik.

a. Pernahkah anda membayangkan apakah kita mampu mengakomodasi setiap

perubahan

dan perbedaan karakteristik siswa melalui tugas ajar yang kita berikan ?

b. Apakah keadaan media pembelajaran yang dimiliki sekolah anda bias memfasilitasi

aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani secara optimal ?

c. Perlukah kita mengadakan perubahan, penataan atau mengembangkan kemampuan

daya

dukung pendidikan jasmani di sekolah kita ?

d. Upaya apa yang bias kita lakukan agar proses pembelajaran pendidikan jasmani

tersebut bisa memberikan hasil yang lebih baik ?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin sering muncul manakala kita merenungi tugas

kita sebagai seorang guru pendidikan jasmani yang cukup berat.

2. KONSEP MODIFIKASI

Modifikasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh para guru agar

proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis

sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk

aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang

tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil.

Page 65: MATERI UKG PEJAS

Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas

pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya

guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus

dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya. Oleh karena itu, pertanyaan-

pertanyaan berikut harus dipahami dengan sebaik-baiknya.

a. Apa yang dimodifikasi ?

Beberapa aspek analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang

tujuan,karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.

Disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik, materi,

kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media pengajaran

pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran

itu sendiri. Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari yang paling dirasakan oleh para

guru pendidikan jasmani adalah hal-hal yang berkaitan dengan sarana serta prasarana

pendidikan jasmani yang merupakan media pembelajaran pendidikan jasmani sangat

diperlukan.

Minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah,

menuntut seorang guru pendidikan jasmani untuk lebih kreatif dalam memberdayakan

dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru

pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau

memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin,

sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan.

Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk

kelancaran jalannya pendidikan jasmani.

Guru pendidikan jasmani di lapangan tahu dan sadar akan kemampuannya. Namun

apakah mereka memiliki keberanian untuk melakukan perubahan atau pengembangan –

pengembangan kea rah itu dengan melakukan modifikasi ?

Seperti halnya halaman sekolah, taman, ruangan kosong, parit, selokan dan sebagainya

yang ada dilingkungan sekolah, sebenarnya dapat direkayasa dan dimanfaatkan untuk

kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.

Page 66: MATERI UKG PEJAS

Dengan melakukan modifikasi sarana maupun prasarana, tidak akan mengurangi

aktivitas siswa dalam melaksanakan pelajaran pendidikan jasmani. Bahkan sebaliknya,

karena siswa bisa difasilitasi untuk lebih banyak bergerak, melalui pendekatan bermain

dalam suasana riang gembira. Jangan lupa bahwa kata kunci pendidikan jasmani adalah

“Bermain – bergerak – ceria”.

b. Mengapa Dimodifikasi ?

Lutan (1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani

diperlukan, dengan tujuan agar :

a) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran

b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi

c) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat

disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik

anak.

Menurut Aussie (1996), pengembangan modifikasi di Australia dilakukan dengan

pertimbangan :

a) Anak-anak belum memiliki kematangan fisik dan emosional seperti orang dewasa;

b) Berolahraga dengan peralatan dan peraturan yang dimodifikasi akan mengurangi

cedera pada anak;

c) Olahraga yang dimodifikasi akan mampu mengembangkan keterampilan anak lebih

cepat

dibanding dengan peralatan standar untuk orang dewasa, dan

d) Olahraga yang dimodifikasi menumbuhkan kegembiraan dan kesenangan pada anak-

anak

dalam situasi kompetitif.

Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi dapat digunakan

sebagai suatu alternatif dalam pembelajaran pendidikan jasmani, oleh karenanya

pendekatan ini mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan dan karakteristik anak,

sehingga anak akan mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan

gembira.

Page 67: MATERI UKG PEJAS

Modifikasi Dalam Pendidikan Jasmani

Hakikat pendidikan jasmani adalah anak dapat melakukan kegiatan menuju olahraga

baik itu dalam bentuk permainan asli atau permaian yang di bentuk dalam model yang

telah dimodifikasi. Kreatifitas guru sangat dibutuhkan olrh guru Penjasorkes dalam

memodifkasi.

Yang menjadi tujuan atau sasaran dalam modikasi pembelajaran penjas adalah :

Konsep dasar pikiran anak adalah bermain. Dari seluruh kegiatan yang mereka lakukan

apabila mereka merasa senang maka mereka akan menganggap hal itu adalah

permainan. Itulah salah satu kehebatan dalam Pendidikan Jasmani. Dalam pembelajaran

Penjas yang di modifikasi banyak sekali anak yang tidak tahu bahwa melalui modifikasi

mereka telah dapat melakukan Sepak Bola, Basket, Volly, Bowling, Base Ball, dan jenis

olahraga lainnya.

Modifikasi pembelajaran Penjas juga menjadi solusi dalam menangani sarana dan

prasarana yang kurang memadai. Hal ini menjadi sangat penting terutama bagi sekolah

yang berada di pedesaan. Akhirnya kreatifitas lagi yang harus diolah agar mereka dapat

menciptakan model modifikasi yang menyenangkan.

Jadi, mengapa kita memodifikasi?

- Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah.

- Anak belum memiliki kematangan fisik dan emosonal.

- Olahraga yang dimodifikasi akan mampu menambah ketrampilan gerak anak.

- Menumbuhkan kesenangan dan kegembiraan dalam kondisi pembelajaran yang

kompetitif.

Anak mudah sekali jenuh dengan kegiatan yang ada di sekitar lingkungannya.

Terkadang Guru Penjas melakukan masih meneruskan dengan model pembelajaran

yang sama dan anak mudah sekali bosan dengan hal yang itu-itu saja, namun kembali

lagi kepada kreatifitas Guru Penjas dalam melakukan modifikasi pembelajaran.

Modifikasi dalam pendidikan tidak hanya mencakup dalam jenis permainan dan

peraturan, tetapi juga di dalamnya jenis alat atau sarana dan prasarana.

Lalu apa yang dimodifikasi?

Page 68: MATERI UKG PEJAS

- Ukuran berat dan bentuk peralatan.

- Lapangan permainan.

- Waktu bermain atau lamanya permainan.

- Peraturan permainan atau jumlah pemain.

Sebagai Guru Penjasorkes kita tidak boleh memaksakan anak kedalam model

pembelajaran kita. Terkadang sebagai guru Penjas harus mengoreksi diri mengapa anak

jenuh dan tidak tertarik kepada jenis modifikasi yang kita lakukan. Dari beberapa

jumlah siswa tidak semua siswa cocok dengan model pembelajaran yang kita lakukan.

Jadi terkadang kita juga harus melakukan beberapa tambahan, seperti :

Puzzle.

Matematika.

Bahasa Indonesia.

dan Mata pelajaran yang lain.

karena perlu di ingat, konsep penjas memiliki sasaran kepada Kognitif, Afektif, dan

Psikomotor. Jadi berkreasilah dalam modifikasi dalam Pembelajaran Penjas

Page 69: MATERI UKG PEJAS